DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL SIPIL

DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS)
oleh : Goto Kuswanto - Widyaiswara Kantor Diklat Kab. Banyumas
Abstrak
Dalam otonomi daerah diperlukan adanya sumberdaya manusia yang handal sebagai salah satu
kunci pencapaian otonomi daerah yang baik dalam rangka pencapaian good governance. Pada
kenyataannya saat ini kualitas sumberdaya manusia yang ada masih sangat kurang yang dapat
dilihat dari berbagai masalah yang ditemukan pada daerah-daerah baik kabupaten atau kota di
Indonesia salah satunya adalah pegawai yang kurang disiplin yang berakibat kurang optimalnya
kinerja pegawai dan berpengaruh pada integritas Pegawai Negeri Sipil. Beberapa permasalahan
mengenai kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil banyak kita temukan pada saat sekarang ini.
Disiplin pegawai perlu untuk ditingkatkan dan dioptimalkan kembali untuk dapat meningkatkan
hasil atau kinerja dan dalam rangka pencapaian good governance.
Pendahuluan
Reformasi terhadap kualitas pegawai (sumber daya manusia) merupakan bagian dari reformasi
pemerintahan dalam rangka mengarah pada pencapaian good governance. Upaya yang dapat
dilakukan melalui sistem manajemen kinerja, tidak hanya pada staf akan tetapi menyeluruh dari
pegawai jajaran kepemimpinan sampai dengan pegawai pada tingkat operasional. Tuntutan
masyarakat akan kualitas pelayanan memberikan sinyal pada birokrasi untuk melakukan
penyesuaian-penyesuaian. Sebuah organisasi harus mampu beradaptasi secara cepat agar
perubahan yang terjadi tidak mengganggu kinerjanya.
Dalam konteks otonomi daerah, konsep pengukuran kinerja merupakan salah satu ukur

kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan kewenangannya. Banyak hal yang
dapat mempengaruhi kinerja pegawai yang baik salah satunya adalah disiplin pegawai. Seorang
pemimpin harus dapat memberi motivasi kepada pegawai yang dapat mengakibatkan adanya
dorongan kepada para pegawai untuk secara sadar melakukan pekerjaan yang dihadapi sehingga
dapat mempengaruhi disiplin pegawai untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang
telah ditentukan dalam undang-undang atau peraturan kedinasan
Kebutuhan sumberdaya manusia yang dapat bekerja efektif dan efisien diperlukan agar seluruh
target kerja yang dibebankan organisasi kepada pegawai dapat dicapai. Dalam rangka
peningkatan otonomi daerah diperlukan keberhasilan pada tiap-tiap bidang penting yang
berpengaruh dalam keberhasilan otonomi daerah. Disiplin kerja pegawai yang tinggi diharapkan
dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pencapaian kinerja yang tinggi adalah mengenai disiplin
pegawai. Seseorang yang berhasil atau berprestasi biasanya adalah mereka yang memiliki
disiplin tinggi. Seseorang yang sehat dan kuat biasanya mempunyai disiplin yang baik, dalam
arti ia mempunyai keteraturan di dalam menjaga dirinya. Ciri utama dari disiplin adalah adanya
keteraturan dan ketertiban.
Berbagai usaha perlu dilakukan organisasi agar seluruh pegawai dapat bekerja lebih efektif dan
efisien. Pentingnya kerja organisasi secara keseluruhan sangat tergantung kepada kinerja masingmasing pegawai secara perorangan. Idealnya adalah masing-masing pegawai mampu
melaksanakan apa yang menjadi tugasnya dengan benar, sehingga semua berjalan sesuai dengan
yang diharapkan, dan terciptalah pelayanan yang berkualitas.

Disiplin

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yang dipercaya, termasuk
melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Sedangkan dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dsb).
Jadi, bila disimpulkan secara umum, disiplin merupakan bentuk ketaatan dan kepatuhan kepada
sesuatu peraturan yang telah dibuat.
Pendisiplinan adalah usaha usaha untuk menanamkan nilai ataupun pemaksaan agar subjek
memiliki kemampuan untuk menaati sebuah peraturan. Pendisiplinan bisa jadi menjadi istilah
pengganti untuk hukuman ataupun instrumen hukuman dimana hal ini bisa dilakukan pada diri
sendiri ataupun pada orang lain.
Untuk mewujudkan Aparatur Negara yang demikian pemerintah melakukan berbagai upaya
untuk menegakkan disiplin kerja di kalangan Pegawai Negeri Sipil. Hal ini dapat dibuktikan
dengan lahirnya peraturan pmerintah no. 30 tahun 1980 tentang peraturan Disiplin Pegawai
Negeri Sipil yang isinya antara lain:
1. Hal-hal yang harus dilakukan oleh seorang Pegawai Negeri Sipil(kewajiban)
2. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil (larangan)
3. Hukuman yang dapat dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil yang tidak memenuhi
kewajiban (hukuman disiplin)
4. Tata cara pemeriksaan penjatuhan dan penyampaian keputusan hukuman disiplin.

5. Badan pertimbangan kepegawaian.
Pada era sekarang ini, waktu menjadi komoditas yang berharga, karena itu perilaku disiplin
didalamnya adalah disiplin kerja. Sangat diperlukan bagi setiap individu. Namun pada
kenyataannya tidak semua pegawai instansi pemerintah memiliki etos kerja yang baik bagi
instansi pemerintah, hal ini salah satunya terjadi karena disiplin kerja mereka berbeda-beda.
Pemerintah Indonesia juga menyadari bahwa masalah kepegawaian adalah merupakan masalah
yang luas dan banyak seginya.
Dari berbagai pengertian disiplin diatas dapat disimpulkan bahwa disiplin mendorong
produktivitas atau disiplin merupakan sarana penting utnuk mencapai produktivitas. Proses
menuju kearah tersebut berkaitan erat dengan pengembangan Sumber Daya Manusia, yakni:
Proses Transformasi potensi manusia kekuatan efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
mewujudkan hak dan kewajiban berarti adanya kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap
kesepakatan bersama dan adanya pengendalian diri (self control) yang merupakan hakikat dari
disiplin. Keputusan dalam memenuhi berbagai ketentuan tersebut merupakan pemupukan
disiplin dan kesadaran masingmasing akan hak dan kewajiban akan mendorong berkembangnya
produktivitas.
Variabel yang mempengaruhi disiplin :
Menurut Dewan Produktivitas Nasional:
a. Pendidikan
Pendidikan yang tinggi merupakan faktor yang cukup mendukung untuk menciptakan

kedisiplinan yang tinggi pula karena penasaran yang berlebihan untuk mencoba segala
sesuatunya, karena rendahnya pendidikan dapat mengurangi keinginan untuk bekerja dengan giat
dan tidak ingin mencoba hal yang baru.
b. Disiplin Kerja

Disiplin juga merupakan pernyataan yang sangat jelas karena disiplin yang tercipta dari diri
sendiri maupun dari peraturan yang tertulis akan meningkatkan produktivitas yang baik pula.
c. Sikap dan etika kerja
Sikap dan etika kerja yang saling menghormati antar pegawai memberikan nilai plus dan
membuat pegawai yang lain menjadi betah untuk bekerja dan nyaman karena mendapat respon
yang baik.
Variabel yang mempengaruhi disiplin menurut Soeharsono Sagir:
a. Disiplin kerja
Pernyataan yang jelas untuk mencapai disiplin agar meningkatkan produktivitas.
b. Perjanjian kerja
Perjanjian kerja disini merupakan suatu tekanan dan dikejar target untuk menyelesaikan
pekerjaan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh atasan, panjang atau pendeknya waktu yang
diberikan dapat mendisiplinkan pegawai untuk bekerja lebih cekatan.
c. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan memiliki pernyataan yang sama dengan yang diungkapkan oleh Dewan Produktivas

Nasional, dan pelatihan yang dimaksudkan adalah mendapatkan pelajaran baru untuk melakukan
pekerjaan baru agar lebih mengerti seblum mencapai start.
Disiplin Kerja
Indikator yang digunakan dalam variabel disiplin kerja adalah sebagai berikut:
a. Penggunaan waktu secara efektif, meliputi :
1. Ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas
2. Penghematan waktu dalam melaksanakan tugas
b. Ketaatan terhadap peraturan yang telah ditetapkan, meliputi :
1. Ketaatan terhadap jam kerja
2. Ketaatan terhadap pimpinan
3. Ketaatan terhadap prosedur dan metode kerja.
c. Tanggungjawab dalam pekerjaan dan tugas, meliputi :
1. Melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana
2. Mengevaluasi hasil pekerjaan
3. Keberanian menerima resiko kesalahan
Disiplin kerja dapat diartikan sebagai sikap menghargai, patuh, taat terhadap peraturan dan tata
tertib yang berlaku di tempat kerja yang dilakukan secara rela dengan penuh tanggung jawab dan
siap untuk menerima sangsi jika melanggar tugas dan wewenang. Setiap masyarakat yang
hendak hidup tertib dan teratur memerlukan sikap dan perilaku pada warganya dalam berdisiplin.


Namun tuntutan untuk berdisiplin harus cukup arif, sehingga memberi peluang dan kreatifitas
tanpa pengembangan kemampuan pribadi ini justru akan menghilangkan dinamika masyarakat
yang sedang membangun. Untuk itu perlu adanya keseimbangan antara tuntutan
untuk berdisiplin dan pengembangan kreativitas. Dalam mewujudkan hak dan kewajiban berarti
adanya kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap kesepakatan bersama dan adanya
pengendalian diri(self control) yang merupakan hakikat dari disiplin. Keputusan dalam
memenuhi berbagai ketentuan tersebut merupakan pemupukan disiplin dan kesadaran
masingmasing akan hak dan kewajiban akan mendorong berkembangnya produktivitas.
Dalam memahami bentuk disiplin pada PNS, kita sebagai abdi negara dan masyarakat perlu
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku akan hal ini. Dalam hal Disiplin
PNS, kita mempunyai Peraturan Pemerintah (PP) No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin
Pegawai Negeri Sipil. Selama ini seluruh kewajiban dan larangan bagi PNS mengacu pada
koridor-koridor pada PP 30 Tahun 1980 tersebut. Dan pada tahun 2010, peraturan tentang
Disiplin PNS disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 53
Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. PP 53 Th. 2010 ini diberlakukan mulai bulan
Juni 2010, sehingga segala hal yang berhubungan dengan Disiplin PNS mengacu pada peraturan
pemerintah ini. Jadi, bentuk disiplin bagi PNS adalah yang mengacu pada PP 53 Th. 2010 yang
berisi 17 kewajiban dan 15 larangan, sebagai penyempurnaan atas 26 kewajiban dan 18 larangan
sebagaimana kita pahami dulu dalam peraturan pemerintah sebelumnya (PP 30 Tahun 2010).
Disiplin kerja dapat diartikan sebagai sikap menghargai, patuh, taat terhadap peraturan dan tata

tertib yang berlaku di tempat kerja yang dilakukan secara rela dengan penuh tanggung jawab dan
siap untuk menerima sangsi jika melanggar tugas dan wewenang. Setiap masyarakat yang
hendak hidup tertib dan teratur memerlukan sikap dan perilaku pada warganya dalam berdisiplin.
Namun tuntutan untuk berdisiplin harus cukup arif, sehingga memberi peluang dan kreatifitas
tanpa pengembangan kemampuan pribadi ini justru akan menghilangkan dinamika masyarakat
yang sedang membangun. Untuk itu perlu adanya keseimbangan antara tuntutan
untuk berdisiplin dan pengembangan kreativitas. Dalam mewujudkan hak dan kewajiban berarti
adanya kepatuhan atau ketaatan (obedience) terhadap kesepakatan bersama dan adanya
pengendalian diri(self control) yang merupakan hakikat dari disiplin. Keputusan dalam
memenuhi berbagai ketentuan tersebut merupakan pemupukan disiplin dan kesadaran
masingmasing akan hak dan kewajiban akan mendorong berkembangnya produktivitas.
Pelanggaran disiplin
Harus dibedakan dari jenis pelanggarannya, yaitu ringan, sedang dan berat. Pemberian sanksinya
pun disesuaikan dengan jenis pelanggarannya. Adapun jenis pelanggaran kategori ringan yang
terbanyak adalah tidak mengikuti apel, terkena sidak serta tidak masuk kerja tanpa keterangan
yang jelas. Lalu kategori pelanggaran disiplin sedang adalah pelanggaran prosedur layanan.
Maksudnya disini adalah PNS yang bersangkutan. melanggar prosedur layanan, baik itu kepada
masyarakat atau golongan lainnya. Sebagai contoh adalah menarik biaya KTP diluar ketentuan
yang sudah ditetapkan, memperlambat proses pelayanan dan sejenisnya. Sedangkan pelanggaran
berat yang diketemukan adalah pelanggaran prosedur administrasi kepegawaian, pelanggaran

hukum bidang pidana dan perdata serta juga tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas dalam
waktu yang lama.
Pelanggaran disiplin PNS dapat dilihat dari hasil inspeksi mendadak yang kemarim dilakukan
oleh Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yaitu dari hasil inspeksi mendadak di tiga kantor
kelurahan dan kecamatan kemarin, seluruh lurah dan camat di enam wilayah administrasi
Provinsi DKI akan dikumpulkan. Menurut Jokowi, sudah saatnya kinerja dari lurah dan camat
dibenahi. Sehingga, pelayanan yang diberikan kepada warga Jakarta semakin maksimal. Joko
Widodo menyayangkan Lurah Senen, Lurah Cempaka Putih Timur, dan Camat Cempaka Putih
yang belum datang ke kantor hingga pukul 09.00. Berdasarkan pantauannya langsung terhadap
kinerja lurah dan camat di lapangan, Joko Widodo menilai, pelayanan dan birokrasi pelayanan di
kelurahan dan kecamatan di DKI Jakarta harus dibenahi dan diubah. Sebab, ternyata lurah dan
camat tidak pernah tepat waktu datang ke kantor dan memberikan pelayanan yang prima

terhadap warganya. Jokowi menilai, ketidakhadiran lurah dan camat pada hari kerja dan jam
kerja yang telah ditentukan merupakan pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil (PNS). Terlihat
dari pintu kantor yang belum dibuka dan loket pelayanan yang belum dibuka dan petugasnya
tidak ada. Melihat kondisi di lapangan tersebut, Jokowi merencanakan akan memanggil 267
lurah dan 44 camat yang tersebar di enam wilayah DKI Jakarta. Seluruh lurah dan camat akan
dikumpulkan untuk diberikan pengarahan dan peringatan terhadap tugas dan tanggung jawab,
yang menjadi garis terdepan pelayanan Pemprov DKI.

Berdasarkan kasus tersebut dapat dijelaskan bahwa disiplin pegawai sangatlah penting dan
berpengaruh positif terhadap perilaku pegawai yang akan mempengaruhi juga hasil dan prestasi
kerjanya. Disiplin pegawai harus ditanamkan pada setiap organisasi pada para pegawainya.
Adanya peraturan yang mengikat dan sanksi-sanksi yang ada dapat membatasi perilaku pegawai
agar tidak melakukan kesalahan dan mengikuti segala peraturan yang telah ditetapkan karena
apabila mereka melanggar akan dikenakan sanksi yang tegas sesuai dengan kesalahan yang
dilakukan.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja, yaitu: tujuan
pekerjaan dan kemampuan pekerjaan, teladan pimipinan, kesejahteraan, keadilan, pengawasan
melekat, sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Perilaku disiplin pegawai
merupakan sesuatu yang tidak muncul dengan sendirinya, tetapi perlu dibentuk. Oleh karena itu,
pembentukan perilaku disiplin pegawai dapat dilakukan dengan cara menghindari pelanggaran
dan dengan mengecilkan pelanggaran yang terjadi.
Untuk mewujudkan tujuan organisasi, yang pertama harus segera dibangun dan ditegakkan di
organisasi adalah disiplin pegawainya. Kedisiplinan merupakan kunci keberhasilan suatu
organisasi dalam mencapai tujuannya. Setiap pemimpin harus selalu berusaha agar para
bawahannya mempunyai disiplin yang baik. Seorang pemimpin dikatakan memiliki kinerja yang
baik jika para bawahannya berdisiplin baik.
Kesimpulan
1. Masih banyaknya pegawai yang tidak mematuhi jam kerja menyebabkan tingkat disiplin

kerja masih kurang, beberapa pegawai kadang hadir terlambat dan pulang mendahului
sebelum waktunya bahkan terkadang terdapat pegawai yang keluar pada jam kerja
dikarenakan urusan pribadi.
2. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja, yaitu:
tujuan pekerjaan dan kemampuan pekerjaan, teladan pimipinan, kesejahteraan, keadilan,
pengawasan melekat, sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan.
3. Disiplin pegawai sangatlah penting dan berpengaruh positif terhadap perilaku pegawai
yang akan mempengaruhi hasil dan prestasi kerjanya.
Solusi
1. Disiplin pegawai perlu dioptimalkan kembali dengan cara perlu adanya ketegasan aturan
dalam organisasi yang mempengaruhi kedisiplinan para pegawainya misalnya pada
aturan jam kerja, tanggung jawab terhadap pekerjaan dan keseriusan dalam
menyelesaikan pekerjaan.
2. Memahami dan mengimplementasikan Peraturan Perundang-Undangan bidang
kepegawaian, khususnya berkaitan dengan disiplin PNS yakni Peraturan Pemerintah
Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
3. Terus melakukan pembinaan dan bimbingan kepada pegawai, sehingga terhindar dari
pelanggaran disiplin.

4. Sekecil apapun permasalahan yang menyangkut pelanggaran disiplin seorang PNS,

segera tindak, tangani dan selesaikan sesuai dengan Peraturan Perundang-Undanga

Dokumen yang terkait

ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR (OCB) PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

17 138 15

JENIS-JENIS KALIMAT INTEROGATIF BAHASA INDONESIA DI PERSIDANGAN PENGADILAN NEGERI JEMBER

7 105 16

HUBUNGAN ANTARA KELENTUKAN DAN KESEIMBANGAN DENGAN KEMAMPUAN BACK OVER DALAM SENAM PADA SISWA SMA NEGERI 05 BANDAR LAMPUNG

0 42 1

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

HUBUNGAN PEMANFAATAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN DAN SIKAP SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BATANGHARI NUBAN LAMPUNG TIMUR

25 130 93

HUBUNGAN KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 PONCOWARNO KALIREJO LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

10 138 52

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 SINAR MULYA KECAMATAN BANYUMAS KAB. PRINGSEWU

43 182 68

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

HUBUNGAN PERHATIAN ORANGTUA DAN MANAJEMEN WAKTU BELAJAR DI RUMAH DENGAN PRESTASI BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 3 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

11 108 89