MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABIN (3)
MODUL 1
INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET
Moch. Arif Nurdin, Septia Eka M. P, Hanani Disi L, Robby Hidayat, M. Ilham
10211003, 10211022, 10211051, 10211063, 10211078
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email : [email protected]
Assisten : Pipit Uky V / 10210063
Tanggal Praktikum : 26 – 09 – 2013
Abstrak
Interferometer digunakan untuk mengamati pola interferens dari dua atau lebih gelombang. Alat ini
menggunkan prinsip beamdivider untuk megahsilkan cahaya kohern. Alat ini pada awalnya digunakan untuk
mencari kecepatan planet di medium ether. Pola interferensi yang dihasilkan dengan interferometer
Michalson-Muller dan Mach-Zehnder berupa garis – garis lurus. Pola difraksi menggunakan prinsip
Babinet dapat kita amati dengan bantuan selembar rambut.
Kata kunci : Beam divider, Cahaya Kohern, Interferometer, Prinsip Babinet
I.
Pendahuluan
Pada praktikum ini, kita mencari pola
difraksi dari sinyal gelobang dengan
menggunakan prinsip babinet dengan
selembar rambut dan mencari ketebalan dari
rambut tersebut. Selain itu kita juga mencari
pola
interferensi
dengan
prinsip
interferometer Michelson-Muller (MM) dan
Mach-Zehnder (MZ).
Interferensi cahaya adalah perpaduan
dari dua buah atau lebih gelomang cahaya
yang bersifat konstruktif, destruktif atau
diantaranya. Interferensi cahaya biasanya
menggunakan gelombang cahaya yang
koheren. Cahaya kohern merupakan cahaya
yang memiliki frekuensi dan amplitudo yang
sama dengan beda fasa yang tetap. Contoh
dari cahaya kohern adalah sinar LASER.
Laser (light amplification by stimulated
Emission of radiation) adalah suatu berkas
cahaya yang dikuatkan oleh emisi radiasi
yang simultan. Laser yang memiliki
intensitas tinggi dapat menembus suatu baja.
Peristiwa interferensi membutuhkan dua
atau lebih gelombang cahaya yang kohoren.
Pembagian berkas cahaya kohern dapat
dilakukan dengan cara pembagian muka
gelombang dan pembagian amplitudo.
Pembagian muka gelombang dilakukan
dengan cara memancarkan suatu sumber
cahaya kohern melalui dua belah celah,
sehingga nanti akan terjadi dua buah berks
cahaya yang kohorn (percobaan Young).
Pada proses pembagian ampiltudo, dua
berkas cahaya dengan porsi yang sama di
peroleh dari sumber aslinya dengan
menggunakan beam splitter (divider).
Interferometer yang ada terdiri dari
interferometer Michelson-Muller (MM) dan
Mach-Zehnder (MZ). Interferometer pada
awalnya ditemukan secara “tidak sengaja”.
Pada saat itu mereka awalnya akan
membuktikan adanya medium Ether di ruang
angkas. Percobaan tersebut awalnya ingin
mengukur kecepatan bumi terhadap ether di
ruang angkasa. Ether pada awalnya dianggap
sebagai suatu medium di ruang angkasa
(ruang angkasa dianggap tidak vacum). Pada
akhirnya memang tidak ditemukan ether
sebagai medium di ruang angkasa. Dan “efek
samping” dari percobaan tersebut, Michelson
Muller dapat menentukan efek interferensi
melalui alat interferometer. [1]
Interferometer MM, menggunakan 1
buah beam divider dan 2 buah cermin dan
sebuah lensa sferis untuk memfokuskan
sinyal. Pada interferometer MM, sinyal
memancar dan mengenai beam divider,
sehingga sinyal menjadi dua buah, ada yang
diteruskan ke cermin 2 dan ada yang di
pantulkan dari cermin 1. Sinyal dari cermin
satu dipantulkan, dan kembali ke beam
divider. Disis lain sinyal yang diteruskan ke
sinyal 2 dipantulkan kembali ke beam divider
dan dipantulkan ke lensa sferesis bersamaan
dengan sinyal dari cermin satu yang akan
membentuk pola interferensi dilayar.
=
II.
Gambar 1 Interferometer Michelson-Morley
Pada interferometer Mach-Zehnder,
digunakan dua beam divider dan dua buah
cermin dan lensa sferesis. Cermin digunakan
untuk memantulkan dan lensa sfresis utuk
memfokuskan sinar ke layar. Beam divider
pertama digunakan untuk mebagi gelombang
cahaya yang masuk dari sumber, dan beam
divider ke dua diguanakan untuk menyatukan
2 buah gelombang cahaya dari cermin 1 dan
2
∆ …………. . ( 2)
Metode Percobaan
Dalam percobaan ini kita melakukan efek
interferensi dengan metode interferometer
Michelson-Morley dan Mach-Zender. Selain
itu dilakukan percobaan efek difraksi dengam
metode babinet melalui sehelai rambut.
Pada percobaan difraksi, kita tempatkan
laser, dudukan untuk rambut dan layar secara
berurutan. Lalu kita atur jarak antar rambut
dan layar. Hidupkan laser. Atur kedudukan
rambut supaya pola difraksi pada layar dapat
kita peroleh jelas. Ukur jarak antar terang
dari terang pusatnya. Ulangi pengukuran
dengan mengatur jarak antar layar dan
rambut.
Pada percobaan ke interferometer, baik
interferometer MM maupun MZ, atur terlebih
dahulu rangkaian nya (lihat gambar 1 atau
gambar 2). Lalu tembakan sinar laser dan
amati apa yang terlihat di layar. Gambar pola
interferensinya.
III.
Data dan Pengolahan
1. Prinsip Babinet
L (cm)
X (cm)
Δx (cm)
Gambar 2 Interferometer Mach-Zehnder
Pada Prinsip babinet dijelaskan
bahwa pola sifrasi yang sama akan diperoleh
apabila seberkas cahaya melewati suatu celah
sempit (dengan lebar d) yang diganti dengan
komplemennya (memiliki ketebalan d).
Prinsip ini terjadi untuk benda yang sangat
kecil. Pola gelap terang tersebut, dituliskan
dengan persamaan :
112
Jika jarak layar ke celah difraksi adala L. Dan
sudut difraksi yang terjadi sangat kecil,
sehingga sin θ ≅ tan θ.
Maka akan kita dapatkan persamaan :
0,7
-2
0,5
-1,5
0,65
-0,85
0,85
0,9
0,9
1,6
0,7
2,2
0,6
2,8
0,6
n λ = d sin θ .......... (1)
Keterangan :
n = urutan terang gelap
λ = panjang gelombang (m)
d = lebar celah (m)
θ = sudut difraksi (o)
-2,7
177
0,6875
-4,2
0,9
-3,3
1
-2,3
1
-1,3
1,3
1,2
1,2
1,9
0,7
2,9
1
3,8
0,9
241
1
-6,2
1,7
-4,5
0,7
-3,8
1,7
-2,1
2,1
1,6
1,6
3
1,4
4,4
1,4
5,5
1,1
419
1,4625
-11,3
2,3
-8,8
2,3
-6,5
2,4
-4,1
4,1
3,9
3,9
5,8
1,9
8,5
2,7
11
2,5
2,7625
Degan mensubtitusi nilai tersebut ke
persamaan (4), maka didapatkan nilai d
(ketebalan rambut) = 9,52 10
.
2. Interferometer Michelson-Muller
Percobaan
Ilustrasi
Referensi
Gambar 3 Pola Interferensi M M secara
[3]
percobaan dan refernsi
3. Interferometer Mach-Zehnder
Percobaan
Ilustrasi
Referensi
Tabel 1 Karakterisasi Difraksi dengan Prisnsip
Babinet
Sehingga didapat fungsi transfer antara jarak
layar dengan rambut denagn rata – rata jarak
antar pola difraksi.
Garfik 1 difraksi dengan prinsip Babinet
Dari grafik tersebut diketahui nilai regresinya
adalah
Y = (150,4078x + 1,3386) cm ..... (3)
Persamaan tersebut sama dengan persmaan
no (2). Dengan nilai Y = L. Maka gradien
dari persmaan tersebut adalah :
=
= 150,4078 .... (4)
Dengan nilai referensi panjang gelombang
LASER adalah λ = 633 nm.
Gambar 4 Pola Interferensi M Z secara percobaan
dan refernsi
[4]
IV.
Pembahasan
Pola gelap terang pada proses difraksi
terjadi karena adanya peristiwa konstruktif
dan destruktif ketika geloabng berdifraksi.
Ketika gelombang saling konstruktif
(bertemu ketika semuanya positif) akan
menghasilkan pola terang, dan pola destruktif
(ada gelombang positif dan negatif yang
saling bertemu) akan menyebabkan pola
gelap.
Koherensi
merupakan
suatu
pengaturan/penyusunan dua atau lebih hal
(dalam hal ini gelombang cahaya) secara rapi
menjadi gabungan yang baik. Pada alat
interferometer, sifat koherensi ini digunakan
untuk menyusun kembali sinyal dari cermin
cermin menuju suatu layar. Proses ini terjadi
pada beam divider. Diharapkan akan terjadi
pola interferensi yang baik sehingga dapat
diamati secara jelas.
Pada pola interferometer MM harusnya
berbentuk pola interferensi yang melingkar
meuju pusatnya. Sedangkan pada pola
interferensi pada interferometer MZ, pola
difraksi yang didapat beupa garis lurus. Hal
ini diakibatkan dari jarak antar cermin1 dan 2
ke beamdivider tidak lah sama. Sehingga
ketika cahaya kembali dari cermin 1 dan 2
tidak bersamaan ketika menumbuk lagi beam
divider. Gelombang tersebut akan secara
beruntun menuju ke layar. Sehingga bentuk
dari spiral momentum nya tidak akan terlihat.
Yang terlihat hanya bentuk garis lurusnya[2]
Pola interferensi yang didapat pada
Michelson Morley (MM) pada percobaan ini
tidak berbentuk lingkaran, dikarenakan jarak
antara cermin 1 dan 2 ke beam divider
tidaklah sama, sehingga terdapat perbedan
waktu delay dari sinyal bema divider kembali
setelah dipantulkan ke cermin.
Beda fasa sangat berpengaruh pada pola
interferensi. Karena ketika beda fasanya tidak
konstan maka gelombang yang dihasilkan
tidaklah kohern. Beda fasa diakibakan dari
frekuensi dan panjang dari gelombang
tersebut. Perbedaan fasa juga diakibatkan
dari fungsi gelombang itu sendiri.
Pada cermin terlihat ada 3-5 titik. Hal ini
diakibatkan
dari proses pembagian
ampiltudo pada beam divider. Pada saat
tersebut gelosmbang cahaya ada yang
diteruskan dari cermin dan ada juga yang
dipantulkan ke cermin lainnya. Pada proses
tersebut, terjadi juga efekpolarisasi pada
cermin (seperti efek cahaya pelangi yang
diakibatkan sinyal monokromatis dilewatkan
melalui suatu prisma). Sehingga sinyal yang
dilewatkan melalui bemadivider tidak hanya
satu berkas cahaya, namun bisa beberapa
pola cahaya yang terlihat (tergantung panjang
gelombangnya).
Pola interferensi pada konfigurasi MM
maupun MZ terlihat berjalan dikarenakan
sinyal dari laser mempunyai frekuensi
tertentu. Sehingga pola interferensi dari suatu
sinyal tidak akan diam /stagnan pada posisi
tersebut hal itu dikarenakan pada posisi
tersebut bisa saja polanya konstruktif,
destruktif atau diantaranya. Sehingga pola
interferensinya “terlihat” berjalan.
Pada proses difraksi tersebut, pada suatu
titik terang,
disana tidak terjadi hanya
efekdifraksi, namun juga efek interferensi
darji sinyal. Sehingga ditemukannya pola
gelap terang (garis gars tipis) pada suatu pola
difraksi.
Beam divider pada interferometer
berfungsi untuk mengahsilkan dua buah
gelombang cahaya yang kohern dengan cara
pembagian amplitudonya. Pada saat cahaya
mengenai beam divider, ada sebgian cahaya
yang dipantulkan dan ada sebagian cahaya
yang diteruskan melalui sinar. Pada saat
cahaya melewati beam divider (bahan beam
divider menyerupai bahan suatu prisma),
terjadi proses polarisasi, dimana cahaya
tersebut akan terurai menjadi beberapa
cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
Cahaya yang dihasilkan (yang direfleksikan
dan refraksikan) akan memiliki sifat yang
kohern (frekunsi dan amplitudo sama).
V.
Simpulan
Pada
proses
interferensi
dengan
interferometer MM maupun MZ secara
percobaan didapatkan pola interferensi yang
garis lurus, sedangkan pada referensi pada
interferensi MZ seharusnya didapatkan pola
interferensi yang melingkar. Hal ini
diakibatkan dari perbedaan jarak antara
cermin 1 dan 2 pada interferometer MM
terhadap beam divider.
Pada pecobaan difraksi dengan prinsip
babinet didapatkan pula pola interferensi
(berupa garis garis kecil) pada bagian terang
di pola difraksi. Hal ini diakibatkan dari tebal
rambutnya yang dijadikan suatu komplemen
dari tebal celah nya. Ketika panjang
gelombang hampir sama dengan tebalnya,
maka akan terjadi proses interferensi difraksi.
Pada percobaan ini didaptkan ketebalan
rambut sebesar 9,52 10
.
VI.
Pustaka
[1] Pereira, Alesandro : on the use of virtual
Mach-Zehnder interferometer in teching of
quantum mechanics. Brazil : University of
Rio Grande do Sul. 2006
[2]www.phy.davidson.edu/stuhome/cabell_f/
diffractionfinal/pages/michelson.htm.
Accesed September 29, 2013
[3]http://www.phy.davidson.edu/stuhome/cab
ell_f/diffractionfinal/pages/michelson.htm
Accesed September 29, 2013
[4]http://lqcc.ustc.edu.cn/news/path/spp/High
lights_e.htm Accesed September 29, 2013
INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET
Moch. Arif Nurdin, Septia Eka M. P, Hanani Disi L, Robby Hidayat, M. Ilham
10211003, 10211022, 10211051, 10211063, 10211078
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
Email : [email protected]
Assisten : Pipit Uky V / 10210063
Tanggal Praktikum : 26 – 09 – 2013
Abstrak
Interferometer digunakan untuk mengamati pola interferens dari dua atau lebih gelombang. Alat ini
menggunkan prinsip beamdivider untuk megahsilkan cahaya kohern. Alat ini pada awalnya digunakan untuk
mencari kecepatan planet di medium ether. Pola interferensi yang dihasilkan dengan interferometer
Michalson-Muller dan Mach-Zehnder berupa garis – garis lurus. Pola difraksi menggunakan prinsip
Babinet dapat kita amati dengan bantuan selembar rambut.
Kata kunci : Beam divider, Cahaya Kohern, Interferometer, Prinsip Babinet
I.
Pendahuluan
Pada praktikum ini, kita mencari pola
difraksi dari sinyal gelobang dengan
menggunakan prinsip babinet dengan
selembar rambut dan mencari ketebalan dari
rambut tersebut. Selain itu kita juga mencari
pola
interferensi
dengan
prinsip
interferometer Michelson-Muller (MM) dan
Mach-Zehnder (MZ).
Interferensi cahaya adalah perpaduan
dari dua buah atau lebih gelomang cahaya
yang bersifat konstruktif, destruktif atau
diantaranya. Interferensi cahaya biasanya
menggunakan gelombang cahaya yang
koheren. Cahaya kohern merupakan cahaya
yang memiliki frekuensi dan amplitudo yang
sama dengan beda fasa yang tetap. Contoh
dari cahaya kohern adalah sinar LASER.
Laser (light amplification by stimulated
Emission of radiation) adalah suatu berkas
cahaya yang dikuatkan oleh emisi radiasi
yang simultan. Laser yang memiliki
intensitas tinggi dapat menembus suatu baja.
Peristiwa interferensi membutuhkan dua
atau lebih gelombang cahaya yang kohoren.
Pembagian berkas cahaya kohern dapat
dilakukan dengan cara pembagian muka
gelombang dan pembagian amplitudo.
Pembagian muka gelombang dilakukan
dengan cara memancarkan suatu sumber
cahaya kohern melalui dua belah celah,
sehingga nanti akan terjadi dua buah berks
cahaya yang kohorn (percobaan Young).
Pada proses pembagian ampiltudo, dua
berkas cahaya dengan porsi yang sama di
peroleh dari sumber aslinya dengan
menggunakan beam splitter (divider).
Interferometer yang ada terdiri dari
interferometer Michelson-Muller (MM) dan
Mach-Zehnder (MZ). Interferometer pada
awalnya ditemukan secara “tidak sengaja”.
Pada saat itu mereka awalnya akan
membuktikan adanya medium Ether di ruang
angkas. Percobaan tersebut awalnya ingin
mengukur kecepatan bumi terhadap ether di
ruang angkasa. Ether pada awalnya dianggap
sebagai suatu medium di ruang angkasa
(ruang angkasa dianggap tidak vacum). Pada
akhirnya memang tidak ditemukan ether
sebagai medium di ruang angkasa. Dan “efek
samping” dari percobaan tersebut, Michelson
Muller dapat menentukan efek interferensi
melalui alat interferometer. [1]
Interferometer MM, menggunakan 1
buah beam divider dan 2 buah cermin dan
sebuah lensa sferis untuk memfokuskan
sinyal. Pada interferometer MM, sinyal
memancar dan mengenai beam divider,
sehingga sinyal menjadi dua buah, ada yang
diteruskan ke cermin 2 dan ada yang di
pantulkan dari cermin 1. Sinyal dari cermin
satu dipantulkan, dan kembali ke beam
divider. Disis lain sinyal yang diteruskan ke
sinyal 2 dipantulkan kembali ke beam divider
dan dipantulkan ke lensa sferesis bersamaan
dengan sinyal dari cermin satu yang akan
membentuk pola interferensi dilayar.
=
II.
Gambar 1 Interferometer Michelson-Morley
Pada interferometer Mach-Zehnder,
digunakan dua beam divider dan dua buah
cermin dan lensa sferesis. Cermin digunakan
untuk memantulkan dan lensa sfresis utuk
memfokuskan sinar ke layar. Beam divider
pertama digunakan untuk mebagi gelombang
cahaya yang masuk dari sumber, dan beam
divider ke dua diguanakan untuk menyatukan
2 buah gelombang cahaya dari cermin 1 dan
2
∆ …………. . ( 2)
Metode Percobaan
Dalam percobaan ini kita melakukan efek
interferensi dengan metode interferometer
Michelson-Morley dan Mach-Zender. Selain
itu dilakukan percobaan efek difraksi dengam
metode babinet melalui sehelai rambut.
Pada percobaan difraksi, kita tempatkan
laser, dudukan untuk rambut dan layar secara
berurutan. Lalu kita atur jarak antar rambut
dan layar. Hidupkan laser. Atur kedudukan
rambut supaya pola difraksi pada layar dapat
kita peroleh jelas. Ukur jarak antar terang
dari terang pusatnya. Ulangi pengukuran
dengan mengatur jarak antar layar dan
rambut.
Pada percobaan ke interferometer, baik
interferometer MM maupun MZ, atur terlebih
dahulu rangkaian nya (lihat gambar 1 atau
gambar 2). Lalu tembakan sinar laser dan
amati apa yang terlihat di layar. Gambar pola
interferensinya.
III.
Data dan Pengolahan
1. Prinsip Babinet
L (cm)
X (cm)
Δx (cm)
Gambar 2 Interferometer Mach-Zehnder
Pada Prinsip babinet dijelaskan
bahwa pola sifrasi yang sama akan diperoleh
apabila seberkas cahaya melewati suatu celah
sempit (dengan lebar d) yang diganti dengan
komplemennya (memiliki ketebalan d).
Prinsip ini terjadi untuk benda yang sangat
kecil. Pola gelap terang tersebut, dituliskan
dengan persamaan :
112
Jika jarak layar ke celah difraksi adala L. Dan
sudut difraksi yang terjadi sangat kecil,
sehingga sin θ ≅ tan θ.
Maka akan kita dapatkan persamaan :
0,7
-2
0,5
-1,5
0,65
-0,85
0,85
0,9
0,9
1,6
0,7
2,2
0,6
2,8
0,6
n λ = d sin θ .......... (1)
Keterangan :
n = urutan terang gelap
λ = panjang gelombang (m)
d = lebar celah (m)
θ = sudut difraksi (o)
-2,7
177
0,6875
-4,2
0,9
-3,3
1
-2,3
1
-1,3
1,3
1,2
1,2
1,9
0,7
2,9
1
3,8
0,9
241
1
-6,2
1,7
-4,5
0,7
-3,8
1,7
-2,1
2,1
1,6
1,6
3
1,4
4,4
1,4
5,5
1,1
419
1,4625
-11,3
2,3
-8,8
2,3
-6,5
2,4
-4,1
4,1
3,9
3,9
5,8
1,9
8,5
2,7
11
2,5
2,7625
Degan mensubtitusi nilai tersebut ke
persamaan (4), maka didapatkan nilai d
(ketebalan rambut) = 9,52 10
.
2. Interferometer Michelson-Muller
Percobaan
Ilustrasi
Referensi
Gambar 3 Pola Interferensi M M secara
[3]
percobaan dan refernsi
3. Interferometer Mach-Zehnder
Percobaan
Ilustrasi
Referensi
Tabel 1 Karakterisasi Difraksi dengan Prisnsip
Babinet
Sehingga didapat fungsi transfer antara jarak
layar dengan rambut denagn rata – rata jarak
antar pola difraksi.
Garfik 1 difraksi dengan prinsip Babinet
Dari grafik tersebut diketahui nilai regresinya
adalah
Y = (150,4078x + 1,3386) cm ..... (3)
Persamaan tersebut sama dengan persmaan
no (2). Dengan nilai Y = L. Maka gradien
dari persmaan tersebut adalah :
=
= 150,4078 .... (4)
Dengan nilai referensi panjang gelombang
LASER adalah λ = 633 nm.
Gambar 4 Pola Interferensi M Z secara percobaan
dan refernsi
[4]
IV.
Pembahasan
Pola gelap terang pada proses difraksi
terjadi karena adanya peristiwa konstruktif
dan destruktif ketika geloabng berdifraksi.
Ketika gelombang saling konstruktif
(bertemu ketika semuanya positif) akan
menghasilkan pola terang, dan pola destruktif
(ada gelombang positif dan negatif yang
saling bertemu) akan menyebabkan pola
gelap.
Koherensi
merupakan
suatu
pengaturan/penyusunan dua atau lebih hal
(dalam hal ini gelombang cahaya) secara rapi
menjadi gabungan yang baik. Pada alat
interferometer, sifat koherensi ini digunakan
untuk menyusun kembali sinyal dari cermin
cermin menuju suatu layar. Proses ini terjadi
pada beam divider. Diharapkan akan terjadi
pola interferensi yang baik sehingga dapat
diamati secara jelas.
Pada pola interferometer MM harusnya
berbentuk pola interferensi yang melingkar
meuju pusatnya. Sedangkan pada pola
interferensi pada interferometer MZ, pola
difraksi yang didapat beupa garis lurus. Hal
ini diakibatkan dari jarak antar cermin1 dan 2
ke beamdivider tidak lah sama. Sehingga
ketika cahaya kembali dari cermin 1 dan 2
tidak bersamaan ketika menumbuk lagi beam
divider. Gelombang tersebut akan secara
beruntun menuju ke layar. Sehingga bentuk
dari spiral momentum nya tidak akan terlihat.
Yang terlihat hanya bentuk garis lurusnya[2]
Pola interferensi yang didapat pada
Michelson Morley (MM) pada percobaan ini
tidak berbentuk lingkaran, dikarenakan jarak
antara cermin 1 dan 2 ke beam divider
tidaklah sama, sehingga terdapat perbedan
waktu delay dari sinyal bema divider kembali
setelah dipantulkan ke cermin.
Beda fasa sangat berpengaruh pada pola
interferensi. Karena ketika beda fasanya tidak
konstan maka gelombang yang dihasilkan
tidaklah kohern. Beda fasa diakibakan dari
frekuensi dan panjang dari gelombang
tersebut. Perbedaan fasa juga diakibatkan
dari fungsi gelombang itu sendiri.
Pada cermin terlihat ada 3-5 titik. Hal ini
diakibatkan
dari proses pembagian
ampiltudo pada beam divider. Pada saat
tersebut gelosmbang cahaya ada yang
diteruskan dari cermin dan ada juga yang
dipantulkan ke cermin lainnya. Pada proses
tersebut, terjadi juga efekpolarisasi pada
cermin (seperti efek cahaya pelangi yang
diakibatkan sinyal monokromatis dilewatkan
melalui suatu prisma). Sehingga sinyal yang
dilewatkan melalui bemadivider tidak hanya
satu berkas cahaya, namun bisa beberapa
pola cahaya yang terlihat (tergantung panjang
gelombangnya).
Pola interferensi pada konfigurasi MM
maupun MZ terlihat berjalan dikarenakan
sinyal dari laser mempunyai frekuensi
tertentu. Sehingga pola interferensi dari suatu
sinyal tidak akan diam /stagnan pada posisi
tersebut hal itu dikarenakan pada posisi
tersebut bisa saja polanya konstruktif,
destruktif atau diantaranya. Sehingga pola
interferensinya “terlihat” berjalan.
Pada proses difraksi tersebut, pada suatu
titik terang,
disana tidak terjadi hanya
efekdifraksi, namun juga efek interferensi
darji sinyal. Sehingga ditemukannya pola
gelap terang (garis gars tipis) pada suatu pola
difraksi.
Beam divider pada interferometer
berfungsi untuk mengahsilkan dua buah
gelombang cahaya yang kohern dengan cara
pembagian amplitudonya. Pada saat cahaya
mengenai beam divider, ada sebgian cahaya
yang dipantulkan dan ada sebagian cahaya
yang diteruskan melalui sinar. Pada saat
cahaya melewati beam divider (bahan beam
divider menyerupai bahan suatu prisma),
terjadi proses polarisasi, dimana cahaya
tersebut akan terurai menjadi beberapa
cahaya dengan panjang gelombang tertentu.
Cahaya yang dihasilkan (yang direfleksikan
dan refraksikan) akan memiliki sifat yang
kohern (frekunsi dan amplitudo sama).
V.
Simpulan
Pada
proses
interferensi
dengan
interferometer MM maupun MZ secara
percobaan didapatkan pola interferensi yang
garis lurus, sedangkan pada referensi pada
interferensi MZ seharusnya didapatkan pola
interferensi yang melingkar. Hal ini
diakibatkan dari perbedaan jarak antara
cermin 1 dan 2 pada interferometer MM
terhadap beam divider.
Pada pecobaan difraksi dengan prinsip
babinet didapatkan pula pola interferensi
(berupa garis garis kecil) pada bagian terang
di pola difraksi. Hal ini diakibatkan dari tebal
rambutnya yang dijadikan suatu komplemen
dari tebal celah nya. Ketika panjang
gelombang hampir sama dengan tebalnya,
maka akan terjadi proses interferensi difraksi.
Pada percobaan ini didaptkan ketebalan
rambut sebesar 9,52 10
.
VI.
Pustaka
[1] Pereira, Alesandro : on the use of virtual
Mach-Zehnder interferometer in teching of
quantum mechanics. Brazil : University of
Rio Grande do Sul. 2006
[2]www.phy.davidson.edu/stuhome/cabell_f/
diffractionfinal/pages/michelson.htm.
Accesed September 29, 2013
[3]http://www.phy.davidson.edu/stuhome/cab
ell_f/diffractionfinal/pages/michelson.htm
Accesed September 29, 2013
[4]http://lqcc.ustc.edu.cn/news/path/spp/High
lights_e.htm Accesed September 29, 2013