Model DAN Pembelajaran Problem Solving

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ladongi yang dibangun pada tahun
2004, berlokasi di Jalan Diklat No. 1 Kelurahan Ladongi Kecamatan Ladongi dengan
luas lahan 35.770 m2. SMA Negeri 1 Ladongi terus meningkatkan kegiatan
pembelajarannya dengan menerapkan model-model pembelajaran yang dikuasai oleh
para guru di sekolah tersebut. Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan
adalah model Problem Solving yaitu model pemecahan masalah. Model ini
digunakan untuk berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah Sejarah yang
diterapkan pada kelas XII dengan jumlah siswa mencapai 32 orang. Penelitian ini
mengkaji pembelajaran Sejarah dengan materi mempersiapkan kemerdekaan. Materi
ini berhubungan dengan sejarah persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Guru sejarah yang ditempatkan pada SMA Negeri 1 Ladongi berjumlah 3
(tiga) orang yang masing-masing berkewajiban mengajari pada kelas XI, XII dan
XIII dan dibagi lagi berdasarkan konsentrasi IPA dan IPS dengan jadwal
pembelajaran yang ditentukan oleh sekolah. Alokasi waktu untuk mata pelajaraan
sejarah sama seperti mata pelajaran lainnya yakni 45 menit untuk satu kali
pertemuan.
Kegiatan pembelajaran Sejarah di kelas XIIIPS SMA Negeri 1 Ladongi pada

semester genap berlangsung pada Februari – Juni dengan jadwal pertemuan sebanyak
20 (dua puluh) kali sedangkan untuk materi pelajaran tentang sejarah persiapan

59

kemerdekaan dilakukan sebanyak 6 kali masing-masing pada siklus 1 sebanyak tiga
kali pertemuan dan pada siklus 2 sebanyak tiga kali.
1. Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Ladongi
Pelajaran sejarah dilaksanakan untuk menyajikan materi-materi yang
berhubungan dengan tujuan pembelajaran sejarah tersebut yang dilaksanakan secara
menyeluruh terhadap pembentuk karakter siswa di kelas XI sebagai warga negara
yang cerdas dan baik. Pembelajaran Sejarah adalah program pendidikan yang secara
programatik

prosedural

berupaya

memanusiawi


dan

membudayakan

serta

memberdayakan masyarakat menjadi warga yang dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang diawali dari jenjang pendidikan di sekolah.
Topik pembahasan dari materi ini adalah memberi pemahaman tentang
persiapan kemerdekaan Indonesia. Materi ini memuat semua kegiatan yang
dilakukan oleh para pejuang bangsa Indonesia untuk merintis kemerdekaan
Indonesia. Permasalahannya adalah nilai-nilai kemerdekaan bangsa Indonesia saat ini
dialihkan sebagai simbol dan untuk memperingati sejarah perjuangan bangsa,
dilakukan secara simbolik.
Pembelajaran IPS Sejarah untuk kelas XII SMA terus diupayakan untuk
membangun

kesadaran

berbangsa


dan

bernegara

dengan

memahami

dan

mengembangkan nilai-nilai sejarah bangsa. Secara kongkrit pembelajaran sejarah
adalah pembelajaran yang dekat dengan karakter bangsa. Maksudnya dalam
pembelajaran sejarah, guru dan siswa berada pada situasi sejarah yang diajarkan
sehingga terasa lebih meresapi nilai-nilai sejarah dari materi yang diajarkan tersebut.
Akan tetapi tidak semua siswa mampu menyerap pelajaran dengan baik dan menjadi

60

beban kerja bagi guru untuk terus menerus mencari solusi agar siswa dapat

memperoleh hasil belajar yang baik.
Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ulangan siswa kelas XII SMA Negeri 1
Ladongi rata-rata sebesar 65,53 dari 32 orang siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa
nilai sejarah tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan sebesar
75%.
Di dalam pelaksanaan pembelajaran setiap guru bebas menentukan model
pembelajaran yang diinginkan. Belajar sejarah dengan model problem solving lebih
cenderung mengarah kepada masalah-masalah yang terjadi

dalam sejarah

perkembangan bangsa Indonesia. Proses pembelajaran sejarah pada setiap materi
pelajaran memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda seperti materi tentang
persiapan kemerdekaan Indonesia. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai ulangan
siswa pada materi persiapan kemerdekaan Indonesia rata-rata 65,53 dan yang tuntas
hanya 4 orang sedangkan sisanya 28 orang belum tuntas. Artinya pembelajaran
sejarah belum tuntas di Kelas XII IPS SMA Negeri 1 Ladongi.
Keinginan guru untuk mencapai ketuntasan belajar sejarah di kelas XII IPS
dihadapkan dengan model pembelajaran yang diimplementasi selama ini. Dalam
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, setiap guru harus memiliki

kompetensi dalam belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran yang
tepat. Tetapi kenyataannya tidak mudah karena kompetensi guru terhadap materi,
model pembelajaran yang digunakan dan ketersediaan referensi menjadi kendala
yang besar pada aktivitas guru dalam pembelajaran sejarah di Kelas XII IPS SMA
Negeri 1 Ladongi.

61

Upaya untuk meningkatkan aktivitas mengajar guru pada mata pelajaran
sejarah dilakukan dengan menggunakam model pembelajaran Problem Solving yang
merupakan model pembelajaran kooperatif.

Model ini dikembangkan untuk

pemecahan masalah dalam materi pelajaran sejarah. Pembelajaran mata pelajaran
Sejarah yang diajarkan pada Kelas XII SMA Negeri 1 Ladongi. Pembelajaran
kooperatif tipe Problem Solving difokuskan kepada aktivitas guru dan siswa di kelas
dan meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Peranan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan
Keaktifan Guru dan Siswa

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan proses pembelajaran sebelum
diterapkan model pembelajaran Problem Solving terdapat beberapa permasalahan.
Permasalahan yang muncul tersebut adalah kurangnya

partisipasi siswa dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas dan pencapaian prestasi belajar yang
kurang optimal. Kegiatan siswa di dalam kelas selama proses pembelajaran
berlangsung hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan menjawab pertanyaan
guru apabila ditunjuk. Selamakegiatan belajar mengajar, siswa cenderung pasif dan
hanya terdapat beberapa siswa yang bertanya kepada guru dan umumnya siswa
tersebut adalah siswa yang pandai.
Mata pelajaran sejarah dihadapkan pada banyak konsep dan fakta, maka dari
itu diperlukan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan realita yang ada
dimasyarakat. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran
yang menunjukkan kemampuan proses berpikir yang terarah untuk menghasilkan

62

gagasan, ide atau mengembangkan penyelesaian masalah yang dihadapinya untuk

mencapai tujuan yang diinginkan.
Pemecahan masalah atau

problem solving merupakan proses untuk

menemukan suatu masalah yang dihadapi berupa aturan-aturan baru yang tarafnya
lebih tinggi. Setiap kali suatu masalah dapat dipecahkan berarti mempelajari sesuatu
yang baru dan dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang baru. Proses
pemecahan masalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam
mencari informasi yanng berkaitan dengan materi.
Model pembelajaran problem solving memiliki beberapa kelebihan Pertama,
optimalisasi partisipasi siswa karena memberikan kesempatan kepada setiap siswa
untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain Kedua, model ini
mengajarkan kepada siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang
diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa. Ketiga, adanya
diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil sehingga sangat efektif untuk
memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan.
Temuan peneliti dalam kegiatan belajar mengajar sebelum diterapkan model
pembelajaran problem solving antara lain :
a. Pembelajaran dikelas masih didominasi kegiatan mendengarkan penjelasan guru

dan mencatat materi pelajaran yang diberikan oleh guru.
b. Media pembelajaran yang digunakan hanya pada buku paket saja
c. Selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, siswace nderung pasif, jarang
sekali ada siswa yang bertanya maupun mengeluarkan pendapat tentang materi
yang disampaikan.

63

Berdasarkan data awal prestasi siswa yang diperoleh dari guru menunjukkan
bahwa ketercapaian prestasi siswa masih kurang optimal. Oleh karena itu, sebagai
tindak lanjut observasi awal, untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa, peneliti menerapkan model pembelajaran problem solving.
3. Penelitian Siklus I
Penelitian tindakan kelas dengan menggunakan siklus tindakan kelas pada
siklus I diawali dengan permasalahan yang dihadapi pada pelajaran Sejarah,
kemudian dilakukan rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasil,
evaluasi, refleksi dan penyajikan hasil siklus 1.
1) Pemasalahan
Dalam penelitian ini permasalahan yang ditemukan adalah rendahnya
hasil belajar yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yakni 75.

Hasil belajar Sejarah dapat diperoleh rata-rata dari 32 siswa yang ada pada Kelas
XII pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 rata-rata sebesar 65,53
yang berarti tingkat ketuntasan belajar dibawah 75. Permasalahan ini dapat
mengarah pada ketidakberhasilan guru Sejarah dalam penerapan pembelajaran
Sejarah di kelas XII. Kemampuan guru melalui penggunaan rencana
pelaksanaan pembelajaran tidak cukup untuk mewujudkan kriteria ketuntasan
minimal yang ditetapkan. Masih ada faktor lain yang mempengaruhi kriteria
ketuntasan minimal ketuntasan belajar yakni hasil belajar siswa. Hasil belajar
dipengaruhi oleh daya serap siswa dan daya serap siswa yang baik akan kembali
kepada kemampuan guru dalam beraktivitas di kelas. Permasalahan antara
kemampuan guru dan hasil belajar siswa membutuhkan model-model

64

pembelajaran yang efektif dan salah satunya yang digunakan adalah model
pembelajaran Problem Solving.
2) Perencanaan Tindakan
a. Penyiapan Perangkat Pembelajaran
Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran sejarah kelas
XII IPS, kemudian peneliti menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran

(RPP) yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Setelah itu, peneliti
mendiskusikannya dengan guru selaku pengajaryang akan menerapkan
model pembelajaran problem solving.
Siklus I direncanakan akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali pertemuan.
Skenario pembelajaran yang direncanakan adalahsebagai berikut.:
Tabel 3 Perencanaan Tindakan Kelas
Pertemuan
I.

Waktu
(Menit
)
2 XI
45

Tanggal

Kegiatan

5 Mei 2014


a) Salam pembuka, mengabsen
siswa dan mengapresiasi.
b) Sosilisasi mode
pembelajaran problem
solving.
c) Pengulangan sedikit materi
yang terdahulu.
d) Penjelasan materi diselingi
tanya jawa dengan siswa.
e) Penutup.

65

Pertemuan

b.

Tanggal

Kegiatan

II.

Waktu
(Menit)
2 XI 45

8 Mei 2014

III.

2 XI 45

12 Mei 2014

a) Salam pembuka,
mengabsen siswa dan
mengapresiasi.
b) Pembentukan kelompok
c) Pemberian soal kepada
masing-masing
kelompok
d) Diskuis kelompok
e) Presentasi tiap kelompok
f) Pemberian reward
kepada kelompok terbaik
g) Kesimpulan dari guru
h) Penutup.
a) Salam pembuka,
mengabsen siswa dan
mengapresiasi.
b) Pembagian soal
c) Mengerjakan ulangan
d) Pengumpulan sial
e) Pembahasan soal
f) Penutup.

Menyiapkan instrumen
Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang terdiri dari lembar
observasi mengenai model pembelajaran problem solving untuk mencatat
hasil pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran ( lihat
lampiran).

c.

Menyiapkan materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar.

d.

Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario
pembelajaran.

66

e.

Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat prestasi
belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran

problem

solving.
3) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti
yang telah direncanakan, yaitu tanggal 5 sampai 26 Mei 2014 di ruang kelas XII
IPS SMA Negeri 1 Ladongi. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2XI 45
menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan
tindakan I ini adalah persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada pertemuan
pertama, guru menjelaskan materi tentang kegiatan yang dilakukan tokoh-tokoh
nasional menjelang kemerdekaan. Pertemuan kedua, siswa

diminta untuk

melaksanakan diskusi dan presentasi dengan model pembelajara

probem

solving. Pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus I.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagaiberikut :
Pertemuan ke-1 (Siklus I), Senin, 5 Mei 2014
a) Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi.
b) Guru memberikan penjelasan tentang model pembelajaran problem solving,
hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami kebingungan selama proses
pembelajaran yaitu diskusi dan presentasi.
c) Guru memberikan penjelasan materi tentang kegiatan persiapan menjelang
kemerdekaan Indonesia.

67

d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa.
e) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
diskusi tentang materi yang telah dibahas

dengan model pembelajaran

problem solving, siswa disuruh belajar dan mempersiapkan diri.
f) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan ke-2 (Siklus I), Kamis, 8 Mei 2014
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan
mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan model
pembelajaran problem solving.
b) Guru memberikan soal/ permasalahan kepada setiap kelompok untuk
didiskusikan.
c) Guru memberikan bimbingan kepada masing masing kelompok
d) Setelah selesai berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi
untuk melakukan presentasi di depan kelas diselingitanya jawab dengan
siswa, demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah melakukan
presentasi.
e) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
f) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan
kuis individu sehingga siswa disuruh agar giat belajar.
g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.

68

Pertemuan ke-3 (Siklus I), Senin, 12 Mei 2014.
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen
siswa.
b) Guru menyuruh siswa agar mengeluarkan segala buku yang berhubungan
dengan materi pelajaran untuk dikumpulkan di depan agar mereka bisa
mengerjakan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
c) Guru membagikan soal kuis kepada siswa dan menyuruh siswa untuk segera
mengerjakannya.
d) Guru memperingatkan siswa bahwa jangan ada kerjasama dan ramai serta
mengerjakan soal dengan rapi.
e) Setelah waktu habis, jawaban segera dikumpulkan dengan tertib.
f) Guru mengulas jawaban dari soal tadi agar siswa mengetahui letak
kesalahannya.
g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
4) Observasi dan Interpretasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada
lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk mengetahui
aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar dan

untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran problem solving
yang diterapkan. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
selama observasi berlangsung penelitian memantau aktivitas guru dalam
penerapan model pembelajaran problem solving serta aktiivtas siswa dalam
pembelajaran

sejarah.

Pengukuran

aktivitas

guru

dan

siswa

dengan

69

menggunakan rentang skala sebagai berikut : a) skor 1 untuk kriteria tidak baik,
b) skor 2 untuk kriteria cukup, c) skor 3 untuk kriteria baik dan d) skor 4 untuk
kriteria sangat baik. Hasil observasi terhadap aktivitas guru Sejarah di Kelas XII
IPS SMA Negeri 1 Ladongi, penulisa sajikan pada Tabel berikut :
Tabel 4. Pengamatan Aktivitas Guru Pada Pertemuan I Siklus I
No
Aspek Yang Diamati
.
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucakan salam pembuka untuk memulai
pelajaran
2. Guru mengecek kesiapan siswa
3. Guru mengapresiasi materi pelajaran
4. Guru memberikan penjelasan tentang model
pembelajaran problem solving
5. Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan
dengan materi yang akan disampaikan.
Kegiatan Inti
6. Guru menyajikan materi dengan singkat

Nilai

Penelitian
Kriteria

3

Baik

2
2
2

Cukup
Cukup
Cukup

2

Cukup

2

Cukup

Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan
Guru menjelaskan aktivitas siswa dengan pasangan
belajarnya
Guru membagi materi dalam bentuk LKS
Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar
dalam bentuk berpasangan

2
2

Cukup
Cukup

2
2

Cukup
Cukup

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
12. Guru meminta siswa untuk berdiskusi
13. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
Kegiatan Penutup
14. Guru melakukan evaluasi
15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran
yang diajarkan
16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa
17. Guru memberi tugas/RP dan menyampaikan materi
untuk pertemuan berikutnya
Total
Persentase (%)

2

Cukup

2
2

Cukup
Cukup

2
2

Cukup
Cukup

2
2

Cukup
Cukup

7.
8.
9.
10.
11.

35
51,47

Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 4 menunjukkan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam aktivitas
guru sebanyak 17 item yang bagi dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup. Skor yang diperoleh adalah 35 dengan tingkat persentase

70

ketuntasan 51,47% (35/68) berada di bawah 75%, yang berarti aktivitas guru
pada pertemuan I pada siklus I ini, aktivitas guru belum mencapai 75%.
Aktivitas guru yang tidak mencapai kriteria ketuntasan minimum menunjukkan
bahwa guru belum menerapkan model pembelajaran dengan baik. Hasil
pengamatan terhadap Aktivitas guru pada pertemuan I siklus I lebih banyak pada
kriteria cukup dengan skor 2 baik pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti
maupun kegiatan penutup. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru tidak
memberikan perubahan kepada model Problem Solving dan masih menggunakan
pengalaman-pengalaman mengajar saja.
Hasil dari aktivitas guru yang diperoleh guru dalam pertemuan 1,
mengindikasikan ketidakpamahan guru terhadap model pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran Sejarah di kelas XII sehingga model
yang digunakan pada pertemuan 1 ini adalah gaya mengajar konvensional yang
didasarkan pada pengalaman guru tersebut dan akibatnya hasil yang diperoleh
hanya 51,47% dari 75% yang diharapkan.
Hasil dari pertemuan 1 tersebut mengisyaratkan untuk dilakukan perbaikan
pada pertermuan ke 2 dengan harapan adanya perubahan aktivitas mengajar
guru.

Dengan

indikator

pengamatan

yang

pada

pengamatannya penulis sajikan pada Tabel berikut :

pertemuan

2,

hasil

71

Tabel 5. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas Pada Pertemuan II Siklus I
No
.

Aspek Yang Diamati

Kegiatan Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam
2. Guru mengabsen kehadiran siswa
3. Guru mengapresiasi materi pelajaran
4. Guru mengingatkan kembali secara singkat
tahapan model pembelajaran problem solving
5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah
dibahas secara singkat
Kegiatan Inti
6. Guru memberikan soal/permasalahan yang akan
dibahas
7. Guru membentuk kelompok belajar sebanyak 4
kelompok
8. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
9. Guru membagi topik permasalahan yang akan
didiskusikan oleh kelompok belajar
10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar
dalam kelompok
11. Guru memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk memecahkan masalah yang
dihadapi
12.
13.

Guru meminta siswa untuk berdiskusi
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
Kegiatan Penutup
14. Guru melakukan evaluasi hasil kelompok
15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran
yang diajarkan
16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap
kelompok
17. Guru memberi tugas/PR dan menyampaikan materi
untuk pertemuan berikutnya
Total
Persentase (%)

Penelitian
Nilai
Kriteria
3

Baik

2
2
3

Cukup
Cukup
Baik

3

Baik

2

Cukup

2

Cukup

2
2

Cukup
Cukup

3

Baik

2

Cukup

2
2

Cukup
Cukup

2
2

Cukup
Cukup

3

Baik

2

Cukup

39
57,35

Sumber : Data diolah (2014)
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil dari tindakan pertemuan II dalam
siklus I mencapai 57,35%, namun demikian hasil ini masih di bawah 75% yang
mengindikasikan belum tercapai, karena sebagian besar kegiatan masih
berlangsung dengan baik yang disebabkan oleh kemampuan guru dalam

72

menerapkan model pembelajaran problem solving masih diikuti dengan
kebiasaan-kebiasaan mengajar yang konfensional dengan aktivitas guru masih
belum mencapai kriteria ketuntasan minimum dan hal ini dilanjutkan pada
pertemuan III dengan aspek pengamatan yang sama . Hasil pengamatan, penulis
sajikan pada Tabel berikut :
Tabel 6. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru di Kelas Pada Pertemuan III Siklus I
No
Aspek Yang Diamati
.
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam
2. Guru mengabsen kehadiran siswa
3. Guru mengapresiasi materi pelajaran
4. Guru mengingatkan kembali secara singkat tahapan
model pembelajaran problem solving
5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dibahas
secara singkat
Kegiatan Inti
6. Guru mempersiapakan siswa untuk ulangan
7. Guru menyuruh siswa untuk mengumpulkan buku yang
berhubungan dengan materi pelajaran sejarag di depan
kelas
8. Guru melaksanakan kegiatan ulangan dengan
membagikan soal kuis kepada masing-masing siswa
9. Guru mengawasi kegiatan ulangan dengan ketat
10. Guru menginginkan siswa untuk tidak menyontek
11. Guru mengharapkan siswa untuk mengerjakan soal
dengan rapi dan benar
12. Guru meminta siswa mengerjakan soal sampai selesai
13. Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil
ulangan dengan tidak bolah ramai
Kegiatan Penutup
14. Guru mengulas jawaban kuis yang baru dilaksanakan
15. Guru mengumumkan hasil ulangan dengan memberikan
nilai
16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok
17. Guru memberitahu materi dan masalah yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya
Total
Persentase (%)

Penelitian
Nilai
Kriteria
3
2
2
3

Baik
Cukup
Cukup
Baik

3

Baik

2
3

Cukup
Baik

3

Baik

2
3
2

Cukup
Baik
Cukup

2
2

Cukup
Cukup

3
2

Baik
Cukup

3
2

Baik
Cukup

42
61,76

Sumber : Data diolah (2014)
Data pada Tabel 7 memperlihatkan tindakan kelas pada pertemuan III
dalam siklus I aspek yang diamati dari aktivitas guru menunjukkan kemampuan

73

guru mencapai 61,76% dan masih rendah di bawah 75%. Namun demikian
terlihat bahwa ada peningkatan dari pertemuan I, II dan III, artinya walaupun
belum mencaapai 75%, guru sejarah terus melakukan tindakan-tindakan untuk
menerapkan model pembelajaran problem solving di kelas XI IPS SMA Negeri 1
Ladongi.
Hasil pengukuran aktivitas guru Sejarah di kelas XI SMA Negeri 1
Ladongi pada siklus I belum mencapai kriteria ketuntasan minimum. Hasil
tersebut penulisan rekap pada Tabel berikut :
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Pengalamat Aktivitas Guru Pada Siklus I
No
.

Kegiatan

Persentase
(%)

1.
Pertemuan I
2.
Pertemuan II
3.
Pertemuan III
Sumber : Data Diolah (2014)

51,47
57,35
61,76

Persentase
Ideal (%)

Belum
Tercapai

90
90
90

38,83
32,65
28,24

Hasil pada Tabel 7 memperlihatkan upaya guru untuk mencapai persentase
ideal yang ditetapkan dalam penerapan model pembelajaran Problem Solving.
Pada pertemuan pertama, yang belum tercapai sebesar 38,83%, dibandingkan
dengan pertemuan ketiga yang sudah mencapai 61,76% yang mengindikasikan
adanya upaya untuk mewujudkan penerapan model pembelajaran Problem
Solving pada pelajaran Sejarah di SMA Negeri 1 Ladongi. Hal ini dapat
diperlihatkan pada gambar berikut :

74

Gambar 3. Persentase Capaian Aktivitas Guru
Gambar 3 menunjukkan bahwa dalam 3 (tiga) pertemuan pada siklus I,
aktivtas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sejarah di kelas XIIPS1 menghasilkan kinerja yang kurang dari 90%. Hal ini mengindikasikan
bahwa perlunya dilakukan peningkatan aktivitas belajar mengajar guru sejarah di
Kelas XI IPS1 SMA Negeri 1 Ladongi.
Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan (Observasi) terhadap aktivitas
siswa yang diamati dalam kelompok belajar yang dibentuk oleh guru terhadap
32 orang siswa dan dibagi 4 (empat) kelompok dengan kode A, B, C, dan D,
memberikan skor terhadap aspek yang diamati dengan kriteria dan skor sebagai
berikut : a) Sangat Baik = 4, b) Baik= 3, c) Cukup =2, dan d) Tidak Baik

=1

Observasi atau pengamatan kepada siswa dilakukan sesuai aspek-aspek
yang ditetapkan sebagai berikut; a) Siswa memperhatikan penjelasan singkat
dari guru, b) Siswa aktif dalam proses belajar, c) Siswa saling berdiskusi dalam
kelompoknya, d) Siswa saling membantu dan bekerja sama dengan

75

pasangannya, e) Siswa dapat menyimpulkan hasil diskusi, dan f) Siswa dapat
mempresentasikan hasil belajar. Hasil pemberikan skor yang dilakukan oleh
masing-masing pasangan yang ditetapkan oleh guru di kelas disajikan pada
Tabel berikut :
Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan I Siklus I.
No Aspek Yang Diamati
1

Siswa memperhatikan penjelasan
singkat dari guru.
2
Siswa aktif dalam proses belajar
3
Siswa saling berdiskusi dalam
kelompok.
4
Siswa saling membantu dan bekerja
sama dalam kelompok.
5
Siswan dapat menyimpulkan hasil
diskusi dalam kelompok.
6
Siswa dapat mempresentasikan hasil
belajar dalam kelompok.
Skor Aktivitas Siswa
Rata-Rata
Persetase Capaian (%)
Sumber (Data Diolah, 2014)

Kelompok Belajar dan Skor
A
B
C
D
2
2
2
2
2
2

1
2

1
2

1
2

2

1

2

1

2

1

1

1

1

1

1

1

11
1,8
45,83

8
9
8
1,3
1,5
1,3
33,33 37,50 33,33

Data pada Tabel 8 memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dalam kelompok
belajar yang dibentuk guru di kelas sebanyak 4 kelompok untuk memecahkan
masalah dalam pelajaran sejarah pada pertemuan I siklus I diperoleh bahwa
persentase capaian kelompok A sebesar 45,83%, kelompok B sebesar 33,33%,
kelompok C sebesar 37,50% dan kelompok D sebesar 33,33%. Hasil ini
menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran
problem solving masih belum mencapai tingkat keberhasilan belajar yang
diharapkan Ketidaktuntasan ini disebabkan karena sebagian besar siswa belum
pahami dengan jelas tentang model pembelajaran problem solving yang

76

diterapkan dalam pelajaran sejarah terutama dalam belajar mandiri untuk
memecahkan permasalahan dalam materi pelajaran sejarah dengan referensi
yang terbatas pada buku cetak sejarah yang digunakan oleh guru dalam kegiatan
belajar mengajar. Hasil capaian ini menjadi bahan rekomendai untuk melakukan
pengalamatan pada pertemuan II dengan indikator pengamatan yang sama pada
aktivitas siswa yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada pertemuan II dalam siklus I, masing-masing kelompok

belajar

bersama untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan oleh guru dalam
kegiatan inti yang diukur dengan skor yang disajikan sebagai berikut :
Tabel 9. Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan II Siklus
I.
No

Aspek Yang Diamati

1 Siswa memperhatikan penjelasan
singkat dari guru.
2 Siswa aktif dalam proses belajar
3 Siswa saling berdiskusi dalam
kelompok.
4 Siswa saling membantu dan
bekerja sama dalam kelompok.
5 Siswan dapat menyimpulkan hasil
diskusi dalam kelompok.
6 Siswa dapat mempresentasikan
hasil belajar dalam kelompok.
Jumlah
Rata-rata
Persentase Capaian (%)

A
3

Kelompok Belajar dan Skor
B
C
D
2
2
2

2
2

2
2

2
2

2
3

2

1

1

1

2

2

2

2

3

2

2

2

14
2,3
58,33

11
1,8
45,83

11
1,8
45,83

12
2
50,00

Sumber (Data Diolah, 2014)
Data pada Tabel 9 memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dalam
kelompok belajar yang dibentuk guru di kelas sebanyak 4 kelompok untuk
memecahkan masalah dalam pelajaran sejarah pada pertemuan I siklus I
diperoleh bahwa persentase capaian kelompok A sebesar 58,33%, kelompok B

77

sebesar 45,83%, kelompok C sebesar 45,83% dan kelompok D sebesar 50%.
Hasil ini menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam penerapan model
pembelajaran problem solving masih belum mencapai indiaktor keberhasilan
75%. Ketidaktuntasan ini disebabkan karena daya serap siswa belum membaik
tentang model pembelajaran problem solving yang diterapkan dalam pelajaran
sejarah walaupun terdapat peningkatan aktivitas belajar melalui kelompokkelompok belajar yang dibentuk oleh guru di kelas XII IPS. Hasil capaian ini
menjadi bahan rekomendai untuk melakukan pengalamatan pada pertemuan III
dengan indikator pengamatan yang sama pada aktivitas siswa yang telah
ditetapkan sebelumnya.
Pada pertemuan III dalam siklus I, aktivitas siswa dalam kelaompok belajar
diamati pada kemampuan menyelesaikan soal dan memecahkan masalah yang
diberikan oleh guru. Aktivitas siswa dalam kelompok yang dibentuk dengan skor
yang disajikan sebagai berikut :
Tabel 10. Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pada Pertemuan III
Siklus I
No
1
2
3
4
5
6

Aspek Yang Diamati
Siswa memperhatikan penjelasan singkat dari
guru.
Siswa aktif dalam kelompok belajar
Siswa saling berdiskusi membahas masalah.
Siswa saling membantu dan bekerja sama
dalam kelompok.
Siswan dapat menjawab soal kuis yang
diberikan guru.
Siswa menjawab soal tanpa melihat buku
catatan.
Jumlah
Rata-rata
Persentase Capaian (%)

Sumber (Data Diolah, 2014)

Kelompok Belajar dan Skor
A
B
C
D
3
2
2
2
2
2

2
2

2
2

2
2

3

2

3

2

2

3

2

2

3

2

3

2

15
2,5
62,50

13
2,2
54,17

14
2,3
58,33

13
2,2
54,17

78

Data pada Tabel 10 memperlihatkan bahwa aktivitas siswa dalam
kelompok belajar yang dibentuk guru di kelas sebanyak 4 kelompok untuk
menjawab soal dan memecahkan masalah dalam pelajaran sejarah pada
pertemuan I siklus I diperoleh bahwa persentase capaian kelompok A sebesar
62,50%,

kelompok B sebesar 54,17%, kelompok C sebesar 58,33% dan

kelompok D sebesar 54,17%. Hasil ini menunjukan bahwa aktivitas siswa dalam
penerapan model pembelajaran problem solving masih belum mencapai 90 %
tetapi terdapat peningkatan dalam penerapannya kepada siswa kelas XI IPS 1
Ketidakberhasilan ini disebabkan karena daya serap siswa belum membaik
tentang model pembelajaran problem solving yang diterapkan dalam pelajaran
sejarah namun demikian terdapat peningkatan aktivitas belajar melalui
kelompok-kelompok belajar yang dibentuk oleh guru di kelas XI IPS pada setiap
pertemuan.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap persetase capaian aktivitas siswa
dari kelompok belajar terhadap aktivitas guru, diperoleh skor capaian tertinggi
pada tiap-tiap pengamatan dan skor ideal yang disajikan pada Tabel Berikut :
Tabel 11 Rekapitulasi Persetase Aktivitas Siswa Pada Pembelajaran Siklus I
Kelompo
k

Pert. I

Persentase Aktivitas Siswa
Pert. II
Pert. III

Persentase
Rata-Rata

Kriteria

A

45,8

58,3

62,5

55,6

Sedang

B

33,3

45,8

54,2

44,4

Rendah

C

37,5

45,8

58,3

47,2

Rendah

D

33,3

50,0

54,2

45,8

Rendah

Sumber : Data diolah (2014)
Hasil pada Tabel 11 menunjukkan bahwa aktivitas siswa di dalam
kelompok belajar. Jumlah skor yang dicapai pada pertemuan I, II dan III tidak

79

terdapat perubahan yang signifikan karena tingkat aktivitas siswa di kelas masih
rendah hingga sedang dengan persentase rata-rata 44,4% - 55,6% . Hasil ini
menunjukkan siswa belum mampu meningkatkan mental activities. seperti
memecahkan

soal, menganalisa, mengambil masalah. Rendahnya

activities, seperti

Oral

merumuskan, bertanya, mengeluarkan pendapat, memberi

saran, dan rendahnya listening activities, seperti mendengarkan uraian materi,
mendengarkan pendapat teman. Hal ini membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran Problem Solving pada kelas XIIPS SMA Negeri 1 Ladongi belum
mencapai kriteria ketuntasan tetapi terdapat peningkatan persentase pada setiap
pertemuan selama siklus I dilakukan. Hal ini disajikan pada gambar berikut :

Gambar 4. Persentase Aktivitas Siswa Kelas XIIPS Dalam Belajar Sejarah
Gambar 4 menunjukkan bahwa aktivitas siswa kelas XI, dalam belajar sejarah
masih rendah tidak mencapai 90%. Kelompok A memperlihatkan kemampuan
sedang dalam menyerap model pembelajaran problem solving, sedangkan
kelompok B, C dan D memperlihatkan persentase yang rendah atau berada di
bawah 50%.

80

Hasil observasi terhadap ulangan tes yang dilakukan oleh guru, penulis
sajikan sebagai berikut :
Tabel 12. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan 1 Siklus I
No.
Nomor Siswa
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
Jumlah
Rat-rata
Tuntas
%Ketuntasan
Tidak Tuntas
%Ketidaktuntasan

Skor/Nilai
75
65
69
55
68
78
70
55
67
68
76
70
75
72
65
60
55
55
57
60
70
70
63
65
53
70
69
70
65
70
67
50
2.097
65,53
4,0
12,5
28,0
87,5

Keterangan
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas

Data pada Tabel 12 menunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan I
dalam siklus I. Nilai rata-rata dari hasil ulangan yang dilakukan guru adalah

81

sebesar 65,53 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 4 orang atau sebanyak
12,5%yang tuntas dengan nilai 75 dan 76, sedangkan 28 orang atau 87,5% siswa
tidak tuntas dengan nilai dibawah 75. Hasil ini menunjukkan bahwa Writing
activities, seperti membuat laporan hasil diskusi dan menjawab soal/kuis yang
diberikan oleh guru sejarah dalam kegiatan ulangan harian masih rendah
sehingga perlu dilakukan perbaikan pada ulangan berikutnya.
Kegiatan ulangan yang dilakukan oleh guru di kelas XIIIPS dengan soal
yang sama pada pertemuan II. Banyak siswa yang secara mandiri belum
memiliki kemampuan untuk menjawab soal atau memecahkan masalah yang
dirumuskan oleh guru di kelas. Observasi terhadap hasil belajar siswa pada
pertemuan II dalam siklus I ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
kemampuan siswa terhadap penerapan model pembelajaran problem solving
Permasalahan

pelajaran

sejarah

yang

dibahas

dengan

model

pembelajaran problem solving. Kemudian dilakukan pengujian dengan kegiatan
ulangan harian seperti pada pertemuan I menunjukkan bahwa guru berupaya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pencapaian hasil belajar siswa yang
belum mencapai kriteria ketuntasan minimum, bukan berarti siswa tidak mampu
melakukan perbaikan atau perubahan terhadap hasil belajarnya. Untuk penulis
melakukan pengamatan pada pertemuan II siklus I dalam kegiatan ulangan
harian pada pelajaran sejarah. Hasil belajar siswa yang dicapai dalam ulangan
tersebut, penulis sajikan pada Tabel berikut :

82

Tabel 13. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan II Siklus I
No.
Nomor Siswa
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
32
Jumlah
Rat-rata
Tuntas
%Ketuntasan
Tidak Tuntas
%Ketidaktuntasan

Skor/Nilai
70
75
69
60
70
65
75
75
60
65
60
70
69
75
65
75
65
69
70
78
75
60
65
65
67
64
65
68
70
68
68
65
2.183
68,22
7,0
21,9
25,0
78,1

Keterangan
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas

Data pada Tabel 13 menunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan II
dalam siklus I. Nilai rata-rata dari hasil ulangan yang dilakuan guru adalah
sebesar 68,22 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 7 orang atau sebanyak

83

21,9% yang tuntas, sedangkan 25 orang atau 78,1% siswa tidak tuntas. Hasil ini
mengindikasikan bahwa siswa belum tuntas dalam belajar dan dilanjutkan pada
pertemuan berikutnya. Hasil belajar pada pertemuan III dalam siklus I disajikan
pada Tabel berikut :
Tabel 14. Hasil Belajar Siswa Pada Pertemuan III Siklus I
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Nomor Siswa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Skor/Nilai
75
75
70
69
77
65
76
75
65
69
65
67
80
75
80
82
81
80
80

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

85
75
85
76
68
69
67
64
65
69
75
70
65

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Jumlah
Rat-rata
Tuntas
%Ketuntasan

Keterangan
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
2.339
73,09
17,0
53,1

Tidak Tuntas

15,0

%Ketidaktuntasan

46,9

84

Data pada Tabel 14 menunjukkan hasil belajar siswa pada pertemuan III
dalam siklus I. Nilai rata-rata dari hasil ulangan yang dilakuan guru adalah
sebesar 74,03 dari 32 orang siswa. Didapati sebanyak 18 orang atau sebanyak
56,3% yang tuntas, sedangkan 14 orang atau 43,8% siswa tidak tuntas. Hasil ini
mengindikasikan bahwa hasil belajara siswa belum tuntas.
5) Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa
penerapan model problem solving dapat meningkatkan aktivitas guru, aktivitas
siswa dan hasil belajar. Hal ini ditunjukkan dari lembar observasi yang
menunjukkan bahwa ada ketidaktuntasan yang terjadi dalam penerapan model
problem solving.
Pada siklus I diperoleh hasil aktivitas guru pada pertemuan I, II dan III
rata-rata 51,47% - 61,76% kurang dari 75% yang berarti aktivitas guru dalam
penerapan model pembelajaran problem solving, tidak tuntas selain itu aktivitas
siswa

dalam kelompok tetapi apabila dicermati lebih jauh pada grafik

perbandingan, memperlihatkan bahwa ketercapaian indikator kinerja mengalami
perubahan tetapi belum mencapai ketuntasan yaitu 75% sehingga diperlukan
penelitian kembali yaitu siklus II.
Penerapan model pembelajaran problem solvingini juga belum mampu
meningkatan hasil belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas
yang kurang dari 75 berdasarkan hasil ulangan harian pada materi persiapan
kemerdekaan Indonesia. Hasil ulangan ini mengindikasikan bahwa siswa belum
mampu secara mandiri maupun kelompok memahami pelajaran sejaran dengan

85

model pembelajaran problem solving. Pada siklus I

jumlah siswa yang

mencapai nilai masih kurang 75.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus I peneliti menemukan beberapa
kelemahan dalam penerapan model pembelajaranproblem solving.Kelemahan
pada siklus I diantaranya sebagaiberikut:
1.

Guru kurang memberi pengarahan dalam mengerjakan soal kasus.

2.

Sebagian siswa menjawab pertanyaan kurang sempurna

3.

Siswa masih belum berani berpendapat di depan guru,siswa masih
cenderung berani berpendapat dengan teman sebaya.

4.

Siswa sering berbicara yang tidak berhubungan dengan materi.
Berdasarkan observasi dan analisis di atas, maka tindakan refleksi yang

dapat dilakukan adalah :
1.

Guru meningkatkan penguasaan kelas untuk meningkatkan disiplin kelas
serta lebih tegas lagi menegur siswa yang kurang memperhatikan.

2.

Guru meningkatkan pendekatan kepada siswa agar siswa bisa dengan
mudah berkomunikasi dengan guru dan lebih berani lagi bertanya serta
mengemukakan pendapatnya.

3.

Siswa lebih banyak diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat.

4. Penelitian Siklus II
Penelitian ini belum menemukan hasil yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan untuk guru dan siswa. tindakan pada siklus I belum mewujudkan
ketuntasan dalam menerapkan model pembelajaran Problem Solving Dengan

86

demikian pada siklus II, dilakukan berbagai perubahan yang berkaitan dengan
peningkatan hasil belajar.
1) Permasalahan
Dalam penelitian ini permasalahan yang ditemukan pada siklus I dimana
aktivitas guru dan aktivitas siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yakni 75. Hasil belajar sejarah dapat diperoleh dari 32 siswa yang ada
pada Kelas XI pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 rata-rata kurang
daru 75 yang berarti tingkat ketuntasan belajar dibawah 75. Permasalahan ini
dapat mengarah pada ketidakberhasilan guru Sejarah dalam penerapan
pembelajaran Sejarah di kelas XI. Kemampuan guru melalui penggunaan
rencana pelaksanaan pembelajaran tidak cukup untuk mewujudkan kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan. Masih ada faktor lain yang mempengaruhi
kriteria ketuntasan minimal ketuntasan belajar yakni hasil belajar siswa.
2) Perencanaan Tindakan
a. Penyiapan Perangkat Pembelajaran
Peneliti dibantu guru menyiapkan silabus mata pelajaran sejarah kelas
XIIPS, kemudian peneliti menyusun Rencana PelaksanaanPembelajaran (RPP)
yang lengkap dengan skenario pembelajaran. Setelah itu, peneliti
mendiskusikannya dengan guru selaku pengajaryang akan menerapkan
model pembelajaran

problem solving. Siklus II direncanakan akan

dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali pertemuan. Skenario pembelajaran yang
direncanakan adalahsebagai berikut.:

87

Tabel 15 Perencanaan Tindakan Kelas
Pertemuan

Tanggal

Kegiatan

I.

Waktu
(Menit)
2 XI 45

15 Mei 2014

II.

2 XI 45

19 Mei 2014

III.

2 XI 45

22 Mei 2014

a) Salam pembuka, mengabsen
siswa dan mengapresiasi.
b) Sosilisasi mode
pembelajaran problem
solving.
c) Pengulangan sedikit materi
yang terdahulu.
d) Penjelasan materi diselingi
tanya jawa dengan siswa.
e) Penutup.
i) Salam pembuka, mengabsen
siswa dan mengapresiasi.
j) Pembentukan kelompok
k) Pemberian soal kepada
masing-masing kelompok
l) Diskuis kelompok
m) Presentasi tiap kelompok
n) Pemberian reward kepada
kelompok terbaik
o) Kesimpulan dari guru
p) Penutup.
g) Salam pembuka, mengabsen
siswa dan mengapresiasi.
h) Pembagian soal
i) Mengerjakan ulangan
j) Pengumpulan sial
k) Pembahasan soal
l) Penutup.

b. Menyiapkan instrumen
Peneliti menyiapkan instrument penelitian, yang terdiri dari lembar
observasi mengenai model pembelajaran problem solving untuk mencatat
hasil pengamatan kegiatan siswa dari awal sampai akhir pembelajaran ( lihat
lampiran).
c. Menyiapkan materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar.

88

d) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan sesuai dengan skenario
pembelajaran.
e) Mendesain alat evaluasi berupa soal kuis untuk mengetahui tingkat prestasi
belajar siswa setelah adanya pelaksanaan model pembelajaran

problem

solving.
3) Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, seperti
yang telah direncanakan, yaitu tanggal 5 sampai 22 Mei 2014 di ruang kelas XI
IPS-1 SMA Negeri 1 Ladongi. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 45
menit sesuai dengan skenario pembelajaran dan RPP. Materi pada pelaksanaan
tindakan I ini adalah persiapan kemerdekaan Indonesia. Pada pertemuan
pertama, guru menjelaskan materi tentang kegiatan yang dilakukan tokoh-tokoh
nasional menjelang kemerdekaan. Pertemuan kedua, siswa

diminta untuk

melaksanakan diskusi dan presentasi dengan model pembelajara

probem

solving. Pertemuan ketiga diisi dengan evaluasi belajar siswa dari siklus I.
Urutan pelaksanaan tindakan tersebut adalah sebagaiberikut :
Pertemuan I (Siklus II), Kamis, 15 Mei 2014
a) Pada awal pelaksanaan tindakan, guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, mengabsen siswa dan apersepsi.
b) Guru memberikan penjelasan tentang model pembelajaran problem solving,
hal ini bertujuan agar siswa tidak mengalami kebingungan selama proses
pembelajaran yaitu diskusi dan presentasi.

89

c) Guru memberikan penjelasan materi tentang kegiatan persiapan menjelang
kemerdekaan Indonesia.
d) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi
yang belum dimengerti serta melakukan tanya jawab dengan siswa.
e) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan diadakan
diskusi tentang materi yang telah dibahas

dengan model pembelajaran

problem solving, siswa disuruh belajar dan mempersiapkan diri.
f) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan II (Siklus II), Senin, 19 Mei 2014
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam, mengabsen siswa dan
mengingatkan kembali secara singkat mengenai proses pelaksanaan model
pembelajaran problem solving.
b) Guru memberikan soal/ permasalahan kepada setiap kelompok untuk
didiskusikan.
c) Guru memberikan bimbingan kepada masing masing kelompok
d) Setelah selesai berdiskusi, guru mengarahkan kelompok-kelompok tadi
untuk melakukan presentasi di depan kelas diselingitanya jawab dengan
siswa, demikian seterusnya sampai setiap kelompok telah melakukan
presentasi.
e) Guru memberikan kesimpulan tentang materi yang telah dibahas.
f) Guru menginformasikan bahwa pada pertemuan selanjutnya akan diadakan
kuis individu sehingga siswa disuruh agar giat belajar.

90

g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
Pertemuan III (Siklus II), Kamis, 22 Mei 2014.
a) Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam serta mengabsen
siswa.
b) Guru menyuruh siswa agar mengeluarkan segala buku yang berhubungan
dengan materi pelajaran untuk dikumpulkan di depan

agar mereka bisa

mengerjakan sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
c) Guru membagikan soal kuis kepada siswa dan menyuruh siswa untuk segera
mengerjakannya.
d) Guru memperingatkan siswa bahwa jangan ada kerjasama dan ramai serta
mengerjakan soal dengan rapi.
e) Setelah waktu habis, jawaban segera dikumpulkan dantidak boleh ramai.
f) Guru mengulas jawaban dari soal tadi agar siswa mengetahui letak
kesalahannya.
g) Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam.
4) Observasi dan Interpretasi
Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan dengan berpedoman pada
lembar observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk mengetahui
aktivitas guru dan siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar dan

untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan model pembelajaran problem solving
yang diterapkan. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
selama observasi berlangsung penelitian memantau aktivitas guru dalam

91

penerapan model pembelajaran problem solving serta aktiivtas siswa dalam
pembelajaran

sejarah.

Pengukuran

aktivitas

guru

dan

siswa

dengan

menggunakan rentang skala sebagai berikut : a) skor 1 untuk kriteria tidak baik,
b) skor 2 untuk kriteria cukup, c) skor 3 untuk kriteria baik dan d) skor 4 untuk
kriteria sangat baik. Hasil observasi terhadap aktivitas guru Sejarah di Kelas
XIIPS SMA Negeri 1 Ladongi, penulisa sajikan pada Tabel berikut :
Tabel 16. Pengamatan Aktivitas Guru pada Pertemuan I Siklus II
No
Aspek Yang Diamati
.
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru mengucakan salam pembuka untuk memulai
pelajaran
2. Guru mengecek kesiapan siswa
3. Guru mengapresiasi materi pelajaran
4. Guru memberikan penjelasan tentang model
pembelajaran problem solving
5. Guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan
materi yang akan disampaikan.
Kegiatan Inti
6. Guru menyajikan materi dengan singkat
7. Guru mengorganisasikan siswa untuk berpasangan
8. Guru menjelaskan aktivitas siswa dengan pasangan
belajarnya
9. Guru membagi materi dalam bentuk LKS
10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar dalam
bentuk berpasangan
11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memecahkan masalah yang dihadapi
12. Guru meminta siswa untuk berdiskusi
13. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
Kegiatan Penutup
14. Guru melakukan evaluasi
15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran yang
diajarkan
16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa
17. Guru memberitahu materi dan masalah yang akan dibahas
pada pertemuan berikutnya
Total
Persentase (%)

Sumber : Data diolah (2014)

Nilai

Penelitian
Kriteria

3

Baik

4
3
3

Sangat Baik
Baik
Baik

3

Baik

3
3
2

Baik
Baik
Cukup

3
3

Baik
Baik

2

Cukup

3
2

Baik
Cukup

3
3

Baik
Baik

3
2

Baik
Cukup

48
70,59

92

Tabel 16 menunjukkan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam aktivitas
guru sebanyak 17 item yang bagi dalam kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
kegiatan penutup. Skor yang diperoleh adalah 48 dengan tingkat persentase
ketuntasan 70,59% (48/68) berada di bawah 90%, yang berarti aktivitas guru
pada pertemuan I pada siklus II ini, aktivitas guru belum mencapai 90%.
Aktivitas guru yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimum menunjukkan
bahwa guru belum menerapkan model pembelajaran dengan baik. Hasil
pengamatan terhadap Aktivitas guru pada pertemuan I siklus II membutuhkan
peningkatan pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti maupun kegiatan penutup.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru tidak memberikan perubahan kepada
model Problem Solving dan masih menggunakan pengalaman-pengalaman
mengajar saja.
Hasil dari aktivitas guru yang diperoleh guru dalam pertemuan 1 Siklus
II, mengindikasikan ketidakpamahan guru terhadap model pembelajaran yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS1 sehingga
model yang digunakan pada pertemuan 1 ini adalah mulai memahami dam
menggunakan model pembelajaran problem solving didasarkan kompetensi guru
dalam menggunakan model pembelajaran kooepratif yang menunjang proses
belajar mengajar sejarah di sekolah.
Hasil dari pertemuan 1 Siklus II tersebut mengisyaratkan untuk dilakukan
perbaikan pada pertermuan ke 2 dengan harapan adanya perubahan aktivitas
mengajar guru. Dengan indikator pengamatan yang pada pertemuan 2, hasil
pengamatannya penulis sajikan pada Tabel berikut :

93

Tabel 17. Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dalam Kelas pada Pertemuan II
Siklus II
No
.

Aspek Yang Diamati
Nilai

Kegiatan Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan
salam
2. Guru mengabsen kehadiran siswa
3. Guru mengapresiasi materi pelajaran
4. Guru mengingatkan kembali secara singkat
tahapan model pembelajaran problem solving
5. Guru mengingatkan kembali materi yang telah
dibahas secara singkat
Kegiatan Inti
6. Guru memberikan soal/permasalahan yang akan
dibahas
7. Guru membentuk kelompok belajar sebanyak 4
kelompok
8. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
9. Guru membagi topik permasalahan yang akan
didiskusikan oleh kelompok belajar
10. Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam belajar
dalam kelompok
11. Guru memberikan kesempatan kepada setiap
kelompok untuk memecahkan masalah yang
dihadapi
12.
13.

Guru meminta siswa untuk berdiskusi
Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil
diskusi.
Kegiatan Penutup
14. Guru melakukan evaluasi hasil kelompok
15. Guru bersama siswa menyimpulan materi pelajaran
yang diajarkan
16. Guru memberikan penghargaan kepada setiap
kelompok
17. Guru memberi tugas/PR dan menyampaikan materi
untuk pe