PENDIDIKAN ANTI KORUPSI BERBASIS AL Qura

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI BERBASIS AL-QUR’AN
(Pembinaan M2IQ)
Oleh : Wahyu Saripudin
A. Pendahuluan
Di Indonesia, persoalan korupsi nyaris telah menjadi hal yang lumrah, bahkan
ada yang mengatakan telah membudaya. Korupsi sudah menjadi cara atau jalan
hidup bagi sebagian besar lapisan masyarakat Indonesia, terjadi dari pemerintahan
pusat sampai ketingkat terendah semisal Rukun Tetangga (RT). Korupsi di
Indonesia telah menjadi persoalan struktural, kultural dan personal (Hasyim
Muzadi 2010: xli). Hasil riset yang dilakukan oleh berbagai lembaga, juga
menunjukan bahwa tingkat korupsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya
beragama Islam termasuk yang paling tinggi di dunia.
Kasus-kasus tersebut menjadi tamparan yang keras bagi bangsa Indonesia
yang mayoritas beragama Islam. Negara dengan 89% penduduknya muslim
adalah negara yang paling korup di Asia dan juara ketiga korupsi di dunia
(Amirullah 2013: 140). Tidak kah Islam mengatur umatnya supaya tidak berbuat
korupsi? Bagaimana konsepsi Islam upaya membangun bangsa yang tidak korup?
Pertanyaan ini menjadi refleksi bagi kita, bahkan menimbulkan pertanyaan
lanjutan, apa dan siapa yang salah? Islamnya, muslimnya, atau Indonesianya?
Menurut Selo Sumarjan (1998: xiv) korupsi adalah penyakit ganas yang
menggrogoti kesehatan masyarakat seperti penyakit kanker yang setapak demi

setapak menghabisi daya hidup manusia. Para ahli kesehatan dan kedokteran di
dunia pun tak ada hentinya mencari obat dan cara melawan kanker, pun demikian
dengan korupsi harus terus dicarikan obat dan cara melawannya. KPK hari ini
sedang gencar-gencarnya memberantas para koruptor, itu merupakan salah satu
cara untuk melawan penyakit korupsi, namun tidak cukup hanya dengan satu
pendekatan itu saja. Jika diibaratkan yang sedang dilakukan hari ini hanya
memberantas dipermukaannya saja, terdapat banyak bibit-bibit koruptor yang
1

akan bermunculan jika akarnya tidak kita benahi. Maka dibutuhkan penyelesaian
serta penyembuhan sampai keakar-akarnya. Intinya dibutuhkan usaha preventif
untuk generasi mendatang supaya terjauh dari korupsi.
Satu-satunya cara yaitu dengan pendidikan. Pendidikan merupakan investasi
bangsa, pendidikan merupakan cerminan sebuah bangsa. Maju mundurnya bangsa
tergantung

pendidikannya.

Pengamat


pendidikan

berpendapat

bahwa

merajalelanya praktek korupsi di Indonesia sebagai bukti dari kegagaglan
pendidikan kita, terutama pendidikan Islam (Amirullah 2013: 140). Pendidikan
harus menjadi solusi alternatif untuk membangun bangsa yang jujur terjauh dari
korupsi. Sehingga muncullah gagasan tentang pendidikan antikorupsi. Kita
meyakini bahwa melalui pendidikan lah dapat terbentuk dan terbangun bangasa
yang berperadaban.
Berdasarkan uraian di atas, maka tulisan ini akan menjelaskan tentang
bagaimana pendidikan anti korupsi berbasis al-Qur’an, mulai dari persoalan
mencari apa pengertian korupsi dalam al-Qur’an sampai pada konsepsi al-Qur’an
tentang pendidikan antikorupsi serta starak (startegi dan taktik) dalam
menjalankan pendidikan antikorupsi. Semoga tulisan ini dapat menjadi refleksi
bagi kita semua untuk senantiasa menjaga diri dari perbuatan korupsi serta dapat
memberikan kontribusi dalam pendidikan antikorupsi yang dewasa ini sedang
digalakan.

B. Korupsi: Definisi serta Terminologinya dalam Al-Qur’an
Korupsi, istilah ini telah menjadi bahasa populer disemua kalangan
masyarakat. Merupakan suatu keniscayaan tatkala kita akan membicarakan suatu
hal/ pengetahuan tertentu maka kita harus mengetahui terlebih dahulu konsep
dasar/ hakikat dari apa yang akan kita bicarakan. Termasuk dalam tulisan ini akan
berbicara tentang pendidikan antikorupsi berbasis al-Qur’an maka penulis akan
memaparkan pengertian tentang korupsi dari berbagai interpretasi yang ada,
sebagai sebuah landasan ontologis mencari konsep dasar korupsi secara
etimologis dan terminologisnya. Kajian ontologis ini dianggap penting dalam
membedah makna dan asal-usul dari kata korupsi, sebab pada hakikatnya kajian
2

ontologis adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana menemukan hakikat
makna dan esensi dari segala sesuatu (Amsal Bakhtiar, 2010: 17). Dengan
demikian nantinya akan mudah untuk memetakan masalah korupsi secara
sistematis.
Secara etimologis, korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio
(Fockema Andrea, 1951) atau Corruptus (Webster Student Dictionarry, 1960).
Selanjutnya disebutkan bahwa corruptio itu berasal pula dari kata corrumpere,
suatu kata latin yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa

eropa seperti Inggris Coruption, corrupt; Perancis corruption dan Belanda
corruptie (korruptie). Menurut Amirullah Dari bahasa Belanda inilah digunakan
dalam bahasa Indonesia “korupsi” (Amirullah 2013: 141). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, korupsi diartikan : kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak
jujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata
menghina atau memfitnah, penyelewengan dan penggelapan untuk keuntungan
pribadi atau orang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia1995: 527).
Sedangkan secara terminologis, makna korupsi dijelaskan oleh para ahli
sebagai berikut: Menurut Kartono (1983) Korupsi adalah tingkah laku individu
yang menggunakan wewenang dan jabatan, guna menngambil keuntungan
pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara (Agus Wibowo 2013: 19).
Sedangkan menurut Baharuddin Lopa (1997: 1) Korupsi adalah offering and
accepting of bribes (pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa suap).
Sayyed Husaen Alatas (2005:108) sebagaimana dikutif oleh Amirullah (2013:
158) menegaskan bahwa korupsi adalah pencurian melalui penipuan dalam situasi
yang

menghkhianati

kepercayaan.


Sedangkan

dalam

Undang-Undang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi nomor 31 Tahun 1999 pasal 2 ayat 1,
korupsi diartikan dengan tindakan memperkaya diri sendiri, memperkaya orang
lain, dan memperkaya korporasi dengan cara melawan hukum dan merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.
Di dalam Islam, Istilah korupsi disebut dengan ghulul (penggelapan)
istilah ini diambil dari (Q.S Ali Imran ayat 161) yang berarti penggelapan atau
berlaku curang terhadap harta rampasan perang, Risywah (Penyuapan) istilah ini

3

diambil dari hadits Nabi dalam (al –syaukani:172) “‫ ”لعن ل الراشي والمرتسي‬yang
Ibrahim anis adalah sesuatu yang diberikan dalam rangka membenarkan yang
batil atau menyalahkan yang benar. Selain itu korupsi disebut juga ghasab

(Mengambil paksa hak/ harta orang lain) istilah ini diambil dari (QS. Al-Nisa: 29
dan al-Baqarah: 188) yang secara terminologi didefinisikan sebagai upaya untuk
menguasai hak orang lain secara permusuhan/ terang-terngan (al-Syarbini:275),
Khiyanah (Pelanggaran kepercayaan) istilah ini diambil dari (Q.S. Al-Anfal: 27)
yang berarti mengambil harta secara sembunyi-sembunyi dan menampakkan
perilaku baiknya terhadap pemilik hartanya (al-Syaukani jlid 7: 304), sariqah
(pencurian) yang berarti mengambil barang/ harta secara sembunyi-sembunyi dari
tempat penyimpanannya yang biasa digunakan untuk menyimpan barang atau
harta kekayaan tersebut (Nurul irfan 2011: 117), dan hirabah (perampokan)
istilah ini diambil dari (Q.S. al-Maidah :33) yang menurut al-Syafi’i

yaitu

penyerangan dengan membawa senjata kepada satu komunitas orang sehingga
para pelaku merampas harta kekayaan mereka di tempat terbuka secara terangterangan (Nurul irfan 2011: 123).
Dari paparan di atas serta berdasar ayat al-Qur’an dan Hadits di atas,
penulis dapat mengambil simpulan bahwa korupsi memiliki makna yang sangat
luas tergantung dari sudut pandang mana korupsi didefinisikan. Namun, ada titik
temu dari semuanya yaitu korupsi dengan berbagai istilah merupakan tindakan
dzolim mengambil hak orang lain yang mengakibatkan kerusakan , kehancuran

dan kerugian bagi orang lain (negara/masyarakat).
C. Sebab Akibat korupsi serta Berbagai Pencegahannya
Ada banyak sebab seseorang melakukan korupsi, hanya jika ditarik simpulan
menurut Hakim Muda Harahap (2009: 21) ada dua faktor penyebab seseorang
melakukan korupsi; faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
merupakan timbul dari diri pribadi/ kepribadian dan kondisi fujur manusia.
Sedangkan faktor eksternal berupa kebudayaan, kekuasaan, ekonomi, dan
kelemahan hukum.
Menurut hemat penulis sebab utamanya adalah faktor internal yaitu kondisi
dimana hilangnya keimanan seseorang. Dari Ibnu Abbas ra. dari Nabi saw.

4

bersabda: "Tidaklah berzina orangyang berzina ketika ia berzina dalam keadaan
beriman, dan tidaklahmencuri orang yang mencuri ketika ia mencuri dalam
keadaan beriman."(H.R. Bukhari)”. Mafhum muwafaqoh dari hadits ini “koruptor
tidak akan korupsi dalam keadaan beriman”.
Setelah keimanan lemah didukung pula dengan faktor eksternal yaitu adanya
kesempatan untuk melakukannya. Korupsi biasanya erat kaitannya dengan jabatan
atau kedudukan seseorang. Dengan jabatan atau kedudukan, seseorang memiliki

kekuasaaan dan wewenang di sanalah kesempatan untuk melakukan muncul.
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Lord Acton seorang ahli politik, “setiap
kekuasaan cenderung korup. Kian lama seseorang berkuasa, korupsinya kian
menjadi-jadi” (Amirullah 2013: 142).
Korupsi yang seringkali dilakukan karena sebuah konspirasi kolektif juga
didasari oleh motif memperoleh harta sebanyak-banyaknya dengan cara mudah
(Abdul Munir Mulkan,

2007: 210). Ibnu Khaldun (1332-1406) juga

menyampaikan “sebab utama korupsi adalah nafsu untuk hidup mewah dalam
kelompok memerintah”.
Sedangkan akibat yang paling nyata dari kejahatan korupsi adalah prahara
dan kesenjangan sosial yang akan terjadi. paling tidak hal inilah yang dapat kita
simak dari kesan surah al-Fajr (89): 15-20. Jika dipahami secara kontekstual ayat
15-20 surah al-Fajr ini ingin menegaskan bahwa prahara sosial yang terjadi pada
masyarakat paling tidak disebabkan oleh empat hal, yakni; pertama, sikap
ahumanis yaitu tidak memuliakan anak yatim. Kedua, sikap asosial yakni enggan
memberi makan orang miskin dan kaum mustad’afin. Ketiga, monopolistik yaitu
orang yang rakus dalam memanfaatkan (kekayaan) warisan alam. Keempat, sikap

hedonis dengan terlalu mencintai harta secara berlebihan. Sikap hedonis ini juga
disebut oleh Rasul sebagai penyakit al-Wahn: hubbu al-Dunya wa karahiyatul
maut yakni penyakit terlalu cinta terhadap dunia dan takut akan kematian. Dilihat
dari ke empat sendi ini dapat kita pastikan bahwa korupsi hadir dalam setiap sendi
tersebut.
Berapa juta rakyat yang kelaparan? berapa ribu sekolah yang hancur (tidak
dibangun /diperbaiki) ?, berapa juta orang yang menderita sakit tidak bisa diobati?

5

Al-Qur’an telah memberikan petunjuk larangan untuk menghindari praktik
korupsi. Secara teoritis al-Qur’an menyinggung permasalah korupsi dengan
larangan mengambil harta orang lain dengan cara yang bathil namun
menganjurkan untuk melakukan perniagaan dengan cara yang ma’ruf atas prinsip
suka sama suka (QS. An-Nisa: 4; 29, lihat juga QS. Al-Baqarah: 2; 188) jika kita
kaji sababun nuzulnya ayat ini turun berkenaan dengan Imriil Qais bin 'Abis dan
'Abdan bin Asyma' al-Hadlrami yang bertengkar dala soal tanah. Imriil Qais
berusaha untuk mendapatkan tanah itu menjadi miliknya dengan bersumpah di
depan Hakim. Ayat ini sebagai peringatan kepada orang-orang yang merampas
hak orang dengan jalan bathil. (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang

bersumber dari Sa'id bin Jubair). Dari ayat ini jelas larangannya jangan
mengambil hak orang lain dengan jalan yang batil sekecil apapun.
Pada kesempatan lain al-Qur’an menilai sebagai orang yang celaka, bagi umat
Islam yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya tanpa ada kesadaran
nurani (inner conscious) untuk mewujudkan kesejahteraan sosial (social welfare)
(QS. Al-Humazah:104; 1-9).
Selanjutnya al-Qur’an menyuruh untuk memiliki kepekaan sosial yang tinggi/
kesalehan sosial dengan tegas mengancam orang yang rajin melaksanakan shalat
(mushalin) sebagai pendusta agama jika tidak menafkahkan hartanya untuk
membantu anak yatim dan demikian pula bagi orang yang enggan memberikan
bantuan (QS. Al-Ma’un:107; 1-7). Al-Qur’an pun pada penjelasan yang lain
menegaskan bahwa sifat dari kaum Yahudi adalah melakukan praktek suapmenyuap dan memakan harta dengan cara yang haram, oleh karena itu al-Qur’an
melarang untuk melakuakan perbuatan seperti itu agar kita tidak termasuk ke
dalam golongan mereka (QS. Al-Maidah:5; 62).
Demikian penyebab-penyebab yang menjadikan manusia berkorupsi.
Sebagai pencegahannya ada beberapa prinsip penting yang harus dipegang kuat
yaitu 1) pentingnya penegakan hukum yang adil dan tegas, 2) membangun
kekuatan iman (Quwwatul imaniyah), sehingga tidak tergoda dengan limpahan
harta untuk menkhianati hukum tersebut, 3) menanamkan tanggung jawab atas
apa yang diperbuat, 4) Tazkyratun nafs/ Pembersihan diri dengan berani mengakui


6

kesalahan dan menerima hukuman.5) perlunya menyiapkan generasi berkarakter
kuat. Kelima prinsip ini KPK berusaha menjalankan prinsip nomor satu untuk
menjalankan prinsip nomor dua sampai lima maka dibutuhkan usaha yang
panjang untuk menginternalisasikan nilai-nilai tersebut yaitu melalui pendidikan
yang hari ini kita kenal dengan pendidikan anti korupsi.
D. Konsepsi Al-Qur’an : Apa dan bagaimana Pendidikan Antikorupsi?
Kita meyakini bahwa secara antropologi al-Qur’an memiliki kekuatan
membentuk budaya masyarakat. Merupakan suatu aksioma bahwa al-Qur’an
adalah kitab suci yang berfungsi sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia
(Q.S. 2: 185). Memposisikan al-Qur’an sebagai petunjuk konsekuensinya
menuntut manusia untuk mampu mentransformasikan dan mengimplementasikan
ajaran al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk kesempurnaan al-Qur’an
menjawab persoalan tentang korupsi melalui pendidikan anti korupsi.
1. Pengertian dan tujuan Pendidikan Antikorupsi
Korupsi sebagaimana telah diuraikan, merupakan tindakan yang mendzolimi
berbagai pihak dampak dari perbuatan korupsi menyengsarakan semua orang
khususnya rakyat kecil. Sungguh berbahayanya korupsi, maka tidak ada pilihan
lain kecuali semua pihak harus segera menghentikan tindakan korupsi tersebut.
Mata rantai korupsi harus diputus dari sejak dini melalui pendidikan. Melalui
pendidikanlah korupsi harus diberangus sampai keakar-akarnya.
Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 dinyatakan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat
dan bangsa. Menurut Ki Hajar Dewantara (1977:14) Pendidikan adalah daya
upaya untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intellect), dan
jasmani anak, selaras dengan alam dan masyarakatnya. Sedangkan menurut
Zamroni

(2001)

pendidikan

adalah

suatu

proses

menanamkan

dan

mengembangkan pada diri peserta didik pengetauan tentang hidup, sikap dalam
hidup agar kelak ia dapat membedakan barang yang benar dan yang salah, yang

7

baik dan yang buruk, sehingga ditengah-tengah masyarakat akan bermakna dan
berfungsi secara optimal. Sementara itu dari sudut pandang filsafat socrates
mengaskan bahwa pendidikan merupakan proses pengembanngan manusia ke
arah kearifan (wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct)
(Elmubarak 2007: 3).
Sedangkan pendidikan antikorupsi perspektif al-Qur’an kita bisa kita lihat
kontekstual dari bebrapa ayat yaitu Q.S. An-nisa ayat 58 :

         
         
        
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah
Maha mendengar lagi Maha melihat.”
Dari beberapa defenisi di atas dapat penulis tarik benang merahnya bahwa
pendidikan adalah uapaya menciptakan manusia yang memiliki pengetahuan yang
baik, akhlak yang baik dan bisa menjadi manusia yang bermanfaat. Konteks
dalam ati korupsi bahwa pendidikan pada dasarnya menjauhkan manusia dari
prilaku korup. Konsep pendidikan sudah sangat ideal, sebenarnya jika pendidikan
berjalan sesuai dengan konsepnya maka tidak akan tumbuh generasi koruptor.
Beragam usaha dari pemerintah untuk memberantas korupsi dari akarnya yaitu
dengan mengkhususkan penanaman nilai anti korupsi melalui pendidikan
antikorupsi. Kemendikbud sudah menyusun modul untuk kurikulum antikorupsi
dari mulai Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai ke tingkat perguruan
tinggi (Agus Wibowo 2013: 37). Adapun tujuan dari pendidikan antikorupsi
menurut Muhamamad Nuh (2012) yaitu untuk menciptakan generasi muda yang
bermoral baik dan berprilaku anti koruptif. Pun demikian menurut haryono Umar
tujuan pendidikan antikorupsi tidak lain untuk membangun karakter teladan agar
anak tidak melakukan korupsi sejak dini (Agus wibowo 2013: 38). Melihat tujuan

8

dari pendidikan antikorupsi ini, penulis yakin jika betul dioptimalkan usaha ini
maka generasi penerus akan terjauh dari korupsi.
Al-Qur’an menjadi landasan dalam praktek pendidikan Islam, menurut
Syahdin pendidikan berbasis Qur’an bertumpu pada 4 prinsip dasar, yaitu: prinsip
kasih sayang, keterbukaan, keseimbangan dan prinsip integralitas. (Syahdin 2009:
58). Sementara itu, Said Agil Husni Almunawar menyebutkan bahwa, secara
normatif, tujuan yang ingin dicapai dalam aktualisasi nilai-nilai al-Qur’an dalam
pendidikan meliputi tiga dimensi atau aspek yang harus dibina dan dikembangkan
melalui pendidikan, yaitu dimensi spiritual, budaya dan kecerdasan. Ketiganya
merupakan asas yang mampu mengantarkan umat Islam untuk terjauh dari
korupsi. Jadi, pendidikan dan tujuannya dalam perspektif al-Qur’an adalah proses
pengembangan dan pembentukan manusia yang selalu berlandaskan tauhid
(kesalehan secara spiritual) kemudian berefek terhadap kesalehan secara sosial
(tauhid sosial).
2. Optimalisasi Pendidikan Antikorupsi
Sebaik apapun dan seideal apapun konsep pendidikan antikorupsi tidak akan
memberikan dampak yang signifikan terhadap pemberantasan korupsi ketika yang
menjalankan konsep ini hanya sepihak. Misalnya jika yang menjalankan
pendidikan antikorupsi hanya dipendidikan formal sedangkan keluarga dan
masyarakat tidak bersama-sama menjalankan pendidikan dan mengoptimalkan
pendidikan antikorupsi ini. Maka usaha yang dilakukan disekolah hanya akan siasia. Dengan demikian pendidikan antikorupsi harus dioptimalkan secara
terintegrasi

disemua jalur pendidikan yakni pendidikan informal (keluarga),

pendidikan formal (sekolah), dan pendidikan non formal (masyarakat). Semuanya
bertanggung jawab terhadap optimalisasi pendidikan antikorupsi ini dengan
metode dan strategi yang disesuaikan dengan kebutuhannya.
a. Implementasi Pendidikan Antikorupsi dikeluarga
Jika kita lihat salah satu hadits Nabi “setiap anak dilahirkan dalam keadaaan
fitrah maka kedua orangtuanyalah yang akan membuatnya Yahudi, Nashrani, atau
Majusi ...” (HR. Bukhori). Maka sebenarnya yang paling bertanggung jawab
terhadap pendidikan itu adalah keluarga (orang tua). Keluarga adalah institusi

9

pendidikan pertama dan utama bagi anak juga sebagai fondasi untuk pendidikan
selanjutnya (Dindin Jamaludin 2013: 129). Masa depan anak termasuk di
akhlaknya, agamanya bahkan karirnya tidak lepas dari settingan orang tua.
Pada dasarnya anak adalah karunia dari Allah yang diamanahkan kepada
orang tua (Q.S al-Kahfi: 46). Dengan landasan ini, orang tua wajib mendidik
anak-anaknya termasuk di dalamnya wajib mendidik kelurganya untuk menjauhi
dari korupsi, sebagaimana dalam al-Qur’an surat at-Tahrim ayat 6

      
       
       
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.”
Oleh karena itu, mendidik, mengajar, dan mejaga anak agar tidak terjembap
masuk ke dalam neraka adalah cara fundamental untuk meraih surga. Mafhum
mukhalafahnya, jika tidak melakukannya dengan baik, neraka adalah balasannya.
Apa dan bagaimana keluarga dalam mendidik antikorupsi kepada anakanaknya? Materi mendasar yang harus ditanamkan dikeluarga adalah
1. Menanamkan tauhid dan Akidah yang benar kepada anak (Q.S. Lukman:
13). Pemahaman dan penumbuhan nilai-nilai keimanan, diantaranya
perasaan selalu diawasi oleh Allah (QS. Al-Thariq:87; 4). Nabi Bersabda “
Beribadah kepada Allah azza wajalla seakan-akan engkau melihatnya dan
seandainya engkau tidak dapat melihat-Nya, engkau yakin Dia melihatmu.
(HR. Bukhori Muslim).

Dalam Islam, tauhid adalah suatu panggilan

dunia, yang hidup dan penuhmakna, menentang keserakahan dan bertujuan
memberantas penyakit yang muncul dari penumpukan uang dan

10

penyembahan

harta. Ia bertujuan

menghapus

stigma eksploitasi,

konsumerisme dan aristokrasi Ali Syariati seperti dikutip Farid Esack
(2000:128). Tauhid merupakan pusat segala usaha dan tujuan dalam amal
perbuatan. Ketika keimanannya kuat manusia tidak akan berani untuk
melaksanakan larangan Allah.
2. Mengajarkan Anak untuk melaksanakan Ibadah. Hendaknya anak sejak
kecil diajarkan beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah
SAW. Mulai dari tata cara bersuci, shalat, puasa, dan ibdah lainnya.
Dengan melatih anak sejak dini, mereka akan terbiasa dengan ibadahibadah tersebut saat dewasa. Pelaksanaan ibadah merupakan Penanaman
nilai moral untuk memiliki tanggung jawab, kemuliaan, kehormatan, dan
keluhuran yang pasti diminta pertanggungjawabannya di hadapan Allah
(QS. Yasin:36; 65, al-Hijr:15; 92,93).
3. Mendidik anak dengan berbagai Adab dan Akhlak yang Mulia.
Antikorupsi erat kaitannya dengan akhlak. Mendidik akhlak dibutuhkan
pembiasaan dan uswah dalam cara menginternalisasikannya.
4. Melarang Anak dari berbagai perbuatannya yang diharamkan. Disinilah
nilai antikorupsi terus ditanmakn karena korupsi adalah perbuatan yang
haram. Hendaknya sedini mungkin diperinngatkan dari beragam perbuatan
yang tidak baik atau diharamkan, seperti judi, minum khamar, mencuri,
mengambil hak orang lain, zalim, durhaka kepada orang tua, bahkan halhal yang makruh pun larang seperti merokok, dll.
Banyak Isyarat di dalam al-Qur’an yang harus diperhatikan oleh setiap
muslim dalam mendidik anaknya. Satu dari sekioan banyaknya isyarat itu
adalah pokok-pokok pendidikan anak yang dilakukan oelh seorang ahlihikmah
bernama Luqman. Allah mengabadikan keberhasilannya dalam mendidik
anak-anaknya di dalam al-Qur’an surat Luqman ayat 13-16.
b. Implementasi Pendidikan Antikorupsi di Sekolah
Jika pendidikan antikorupsi di keluarga telah tertanam pada anak, maka
sekolah sebagai lembaga pendidikan formal menindak lanjuti dan menguatkan

11

pendidikan yang sebelumnya. Lalu seperti apa pola pendidikan antikorupsi di
sekolah? Memang hal ini menjadi wacana yang panjang dan debate able. Sama
halnya tatkala pendidikan karakter yang akan diimplementasikan di sekolah.
Apakah harus membuat kurikulum yang baru atau terintegrasi disemua mata
pelajaran? Namun, pada akhirnya karena saking banyaknya mata pelajaran yang
sudah ada di sekolah maka dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
polanya dientegrasikan kesemua mata pelajaran yang sudah ada disekolah
(Wibowo 2013: 57).
Sama halnya dengan pendidikan karakter, pendidikan antikorupsi pun
pada dasarnya adalah penguatan dan pembentukan moral peserta didik.
Bagaimana caranya semua mata pelajaran menanamkan moral kepada peserta
didik agar selalu memegang teguh nilai keimanan, moral, dan etika. Sebab
semakin kuat berpegang pada pada moral dan etika agama maka akan semakin
berkurang kebobrokan sosial, ekonomi, dan budaya (QS. Thaha:20; 123-126).
Praktiknya disekolah, dibuatnya kantin kejujuran untuk melihat dan melatih
prilaku peserta didik.
Selanjutnya implemntasi pendidikan antikorupsi disekolah bagaimana
caranya peserta didik memiliki komitmen untuk berperilaku lurus dan benar.
Dalam implementasinya adalah dengan saling berlomba dalam kebajikan dan
taqwa (QS. Al-Maidah:5; 2, al-‘Asr:103; 3). Penerapan sistem reward and
punishment yang bertumpu pada rasa keadilan dan persamaan perlakuan tanpa ada
perbedaan (QS. Al-Maidah:2; 8, al-Nisa:4; 57, al-Nahl:16; 90). Dalam hal ini
adalah Guru yang memiliki peran utamanya. Metode pembelajaran reward and
punishment harus betul-betul adil dan mendidik.
Intinya pendidikan anti korupsi di sekolah adalah semua stake holder di
sekolah harus mengimplementasikan nilai yang membuat peserta didik memiliki
moral yang baik dan antikorupsi. Dari mulai manajemen lembaga pendidikannya,
kurikulumnya, pendidiknya semuanya harus terintegrasi memiliki komitmen yang
sama untuk pendidikan anti korupsi.
c. Implementasi Pendidikan Anti Korupsi di Masyarakat

12

Pendidikan di masyarakat ini cakupannya memanglah luas, namun kita
bisa membatasinya yaitu peran-peran masyarakat yang sangat memengaruhi
terhadap pendidikan anak yaitu media masa yaitu media cetak maupun elektronik.
Dalam hal ini media memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan
pola pikir/ paradigma masyarakat. Sehingga dalam pendidikan antikorupsi media
bertanggung jawab pula untuk memberikan informasi dan tayangan-tayangan
yang mendukung terhadap pendidikan antikorupsi.
Selain media pendidikan di masyarakat yaitu Tokoh Masyarakat/ para
pemimpin merupakan pendidik di masyarakat. Segala bentuk tindakannya akan
diperhatikan oleh masyarakat. Sehingga Para elit dan pemimpin harus
mengedepankan sikap dan tauladan yang mulia agar bisa menjadi contoh, hal
inilah yang menjadi andalan Rasul dalam memimpin masyarakat (QS. AlAhzab:33; 21).
Pengejawantahan pola dan konsepsi dan strategi al-Qur’an di atas dijamin
mampu mewujukan kesalehan semesta, baik bagi kaum Muslim maupaun non
Muslim (Husain Husain Syahatah, 2002: 38). Pada sisi lain konsep ini juga
meniscayakan keimanan dan keyakinan bahwa Allah sang penguasa jagad semesta
Maha pemberi rezeki, Maha Mengadili, Maha pemilik Kekuasaan, dan Dialah
sumber segala keberkahan (QS. Al-A’raf:7; 96). Semoga kita semua mampu
meyakini ini semua.

13

E. Penutup
Korupsi setidaknya tercermin dalam al-Qur’an dengan beberapa term
diantaranya gulul, al-suht, dan al-sariqah. Yang semuanya harus dihindari oleh
umat muslim. Pemberantasan korupsi haruslah di dekati dengan berbagai
pendekatan. Pendekatan pedidikan merupakan pendekatan yang utama demi
menciptakan kader penerus bangsa yang memiliki moral yang baik dengan adanya
pendidikan antikorupsi. Pendidikan antikorupsi berbasis al-Qur’an adalah usaha
yang dilandasi dengan penuh kesadaran untuk mengantarkan manusia memiliki
karakter antikorupsi, dengan kekuatan imannya menjauhi, mencegah, berjuang
dan berjuang untuk meninggalkan dan memerangi korupsi. inti dari pendidikan
antikorupsi adalah menanamkan nilai-nilai kebaikan secara menyeluruh. Goal
settingnya adanya kesadaran secara kolektif untuk menjauhi dan memberantas
korupsi.

14

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Munir Mulkan, 2007, Manusia Al-Qur’an: Jalan Ketiga Religiositas di
Indonesia, Yogyakarta: Kanisius.
Amirullah Syarbini, 2013. Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer. Bandung:
Fajar Media.
----------------, 2013. Buku Pintar Musabaqah Makalah Ilmiah Al-Qur’an.
Bandung : Fajar Media.
Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Antikorupsi di sekolah startegi Internalisasi
Pendidikan Antikorupsi di Sekolah.Yogyakarta: Pusataka Pelajar.
Ajip rosidi. 2006. Sejumlah Karangan Lepas: Korupsi dan Kebudayaan. Jakarta:
Dunia Pustaka Jaya.
Andi Hamzah .2005, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Nasional dan
Internasional, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bambang Widjoyanto, dkk. 2010. Telaah fiqih Korupsi dalam Muhammadiyyah
dan nahdlatul Ulama Koruptor itu Kafir.Jakarta: Mizan Publika.
Dindin Jamaludin. 2013. Paradigma Pendidikan Anak dalam Islam. Bandung:
Pustaka Setia
Hakim Muda harahap.2009. Ayat-ayat korupsi. Yogyakarta: Gama Media.
Ibnu Khaldun. 2013.Terjemahan Mukaddimah Ibnu Khaldun. Cet. 3. Jakarta: al
Kautsar
M. Quraish Shihab, 2002, Membumikan al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu
dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.
Malik Ben Nabi, 2002, Penomena Al-Qur’an: Pemahaman baru Kitab Suci, terj.
Farid Wajdi, Bandung: Marja’.
M. Nurul Irfan, 2011, Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: Amzah.
Departemen Agama RI, 2002, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Darus
Sunnah.
Robert Klitgaard. 2005. Membasmi Korupsi (terjemahan). Jakarta: Yayasan obor
Indonesia.
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembanngan Bahasa.1995.

15

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka.

16

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124

DIVERSIFIKASI PRODUK MAKANAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) BERBASIS INOVASI DI KOTA BLITAR

4 89 17

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

JUDUL INDONESIA: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA METRO\ JUDUL INGGRIS: IMPLEMENTATION OF INCLUSIVE EDUCATION IN METRO CITY

1 56 92