HAKIKAT FUNGSI TUJUAN DAN PRINSIP PENYEL

HAKIKAT, FUNGSI, TUJUAN DAN PRINSIP PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA SERTA IMPLEMENTASINYA
oleh Aprilliana Dwi Putri

Pendidikan adalah hal yang penting bagi kehidupan manusia, mulai dari seorang
manusia lahir sampai manusia itu meninggal proses pendidikan tetap melekat dalam
dirinya karena pendidikan adalah proses yang berlangsung seumur hidup. Manusia
dilahirkan sebagai makhluk yang tidak berdaya, sesaat setelah dilahirkan anak manusia
belum mampu untuk melakukan berbagai macam hal yang perlu untuk mempertahankan
kehidupannya, tanpa perlindungan dan perawatan dari orang lain seorang anak manusia
tidak dapat bertahan hidup di dunia ini. Kemampuan primer untuk mempertahankan
kehidupan seperti bagaimana mencari makan untuk memenuhi kebutuhan biologis tubuh
saja tidak cukup untuk membuat seorang manusia dapat bertahan hidup di bumi ini,
karena banyak hal-hal kompleks lainnya yang harus seorang manusia kuasai agar dapat
bertahan hidup di dunia yang sudah sangat berkembang seperti sekarang ini. Manusia
sebagai makhluk individu dan sosial perlu memiliki kehidupan yang beradab, untuk dapat
mencapai kehidupan yang beradab manusia perlu dididik, perlu pendidikan (Tim Dosen
MKDP Landasaan Pendidikan UPI, 2007). Manusia dan pendidikan pada hakikatnya
sangat berhubungan erat, manusia adalah makhluk yang harus/perlu dididik dan
mendidik, manusia adalah makhluk yang dapat dididik dan mendidik, sehingga pada
akhirnya manusia menjadi seorang manusia yang sebenar-benarnya manusia seperti

hakikat pendidikan yaitu pendidikan sebagai humanisasi (upaya memanusiakan manusia)
(Tim Dosen MKDP Landasan Pendidikan UPI, 2007).
Sebagai seseorang yang menempuh perkuliahan di bidang pendidikan tentu saja
penulis perlu memiliki wawasan tentang pendidikan, terlebih pendidikan di Indonesia,
maka dari itu dirasa perlu penulis untuk mengetahui hakikat, fungsi, tujuan dan prinsip
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia yang terdapat di dalam Undang-Undang (UU)
Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, serta perwujudan atau implementasi
pendidikan di Indonesia apakah sudah sesuai dengan hakikat, fungsi, tujuan dan prinsip
penyelenggaraan yang terdapat di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun
2003.

1.

Hakikat Pendidikan Indonesia
Di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal
1 Poin 1, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual
keagaaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Poin 2

menyebutkan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman. Di dalam Bab 2 Pasal 2 disebutkan bahwa
pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)
Negara Republik Indonesia (RI) Tahun 1945. Dari ketiga poin yang telah
disebutkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwasannya hakikat pendidikan
Indonesia adalah usaha untuk menjadikan warga negara Indonesia menjadi warga
negara yang baik yang sesuai dengan Pancasila dan UUD Negara RI Tahun 1945.

2.

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Indonesia
Di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab 2 Pasal
3, disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.


3.

Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan di Indonesia dan Perwujudannya
Prinsip penyelenggaraan pendidikan di Indonesia terdapat di dalam UU
Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Bab 3 Pasal 4 Poin 1-5.
Berikut isinya:
(1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna.
(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
(4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

Berdasarkan poin-poin yang telah dituliskan di atas, maka penulis dapat
memberikan pendapat penulis mengenai apakah perwujudan pelaksanaan
pendidikan di Indonesia telah sesuai dengan hakikat, fungsi, tujuan dan prinsip
pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Praktek pendidikan di Indonesia penulis
rasa sudah cukup baik, namun tentu saja ada hal-hal yang belum dapat dikatakan
sangat sesuai dengan hakikat, fungsi, tujuan, dan prinsip pendidikan yang
tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, mungkin
juga dapat dikatakan banyak permasalah di dunia pendidikan di Indonesia.
Pendidikan Indonesia masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan negaranegara lainnya, terbukti dengan angka Indeks Pembangunan Pendidikan atau
Education for All Development Index (EDI) pada tahun 2012 Indonesia yang
berada di urutan 64 di antara 120 negara yang EDI-nya terindeks oleh UNESCO.
Poin (1) dalam prinsip penyelenggaraan pendidikan menyatakan bahwa
“Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa.”, namun pada kenyataannya pendidikan di
Indonesia masih dapat dikatakan tidak adil dan seringkali diskriminatif,
contohnya saja masyarakat Indoenesia yang tingkat perekonomiannya tinggi
dapat menyekolahkan anak-anaknya disekolah yang bagus dan memiliki fasilitas
yang memadai, sedangkan masyarakat yang tingkat perekonomiannya rendah
hanya dapat menyekolahkan anak-anaknya disekolah biasa saja atau bahkan

sekolah yang fasilitasnya sangat minim, tidak sedikit yang tidak mampu sama
sekali menyekolahkan anak-anaknya. Pemerintah tampaknya kurang serius dalam
menanggapi permasalahan ini, padahal sudah ada Pasal 31 Ayat 2 yang

menetapkan kewajiban pemerintah membiayai pendidikan dasar bagi setiap
warga, Pasal 31 Ayat 4 UUD 1945 juga menjelaskan mengenai kewajiban
pemerintah dan DPR memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20%, tetapi
pemerintah belum sepenuhnya melaksanakan pasal 31 ayat 2 dan ayat 4 tersebut.
Pendidikan yang baik untuk anak-anak Indonesia masih dapat dikatakan ‘mahal’
bagi masyarakat-masyarakat yang tingkat perekonomiannya rendah.
Kurikulum pendidikan di Indonesia sebenarnya sudah baik namun
pelaksanaanya masih kurang optimal, kurikulum pendidikan di Indonesia terus aja
berganti-ganti yang pemerintah katakan untuk menyesuaikan dengan zaman,
namun sebaik apapun kurikulum dibuat jika pada pelaksanaannya tidak benar,
maka tujuan yang diinginkan tidak akan tercapai. Tenaga pendidik juga masih
kurang dihargai di negara ini, sehingga menyebabkan hanya sedikit pendidik yang
benar-benar mampu ‘mendidik’ bukan hanya sekedar menjadikan pengajar
sebagai ‘pekerjaan’ mereka. Hal ini mungkin dapat disebabkan kecilnya perhatian
pemerintah kepada para pendidik, di negara maju pendidik adalah profesi yang
sangat dihargai, namun di Indonesia tampaknya belum dapat dipandang seperti

itu. Hal ini dapat kita lihat dari sering kali ada protes unjuk rasa yang dilakukan
oleh guru-guru menuntut perbaikan nasib dan kejelasan profesi. Masalah
kesejahteraan guru sepertinya sudah menjadi hal yang bukan aneh lagi dalam
dunia pendidikan Indonesia, ketidakjelasan status kepegawaian serta penghasilan
yang tidak memadai adalah permasalahan yang sering ditemui terutama bagi guru
honorer. Dengan kesejahteraan kehidupan yang minim, ketidakpastian pekerjaan,
dan ditambah beban biaya hidup, tentu penulis rasa guru belum mampu menjadi
tenaga pendidik yang mempunyai profesionalitas yang tinggi dalam mengajar.
Sistem pendidikan di Indonesia masih berorientasi pada pembangunan fisik,
belum pada pembangunan karakter, hal ini juga yang mungkin dapat
menyebabkan pendidikan di negara kita ini masih jauh tertinggal dari negaranegara maju. Miris rasanya melihat berita bahwa banyak siswa yang harus
menempu perjalanan berkilo-kilo meter untuk sampai ke sekolah, ada yang harus
melewati sungai terlebih dahulu, ada yang harus menyebrangi jembatan yang
tidak layak yang bahkan bisa membahayakan diri mereka untuk sampai kesekolah.
Pembangunan fisik pendidikan Indonesia saja masih dalam keadaan yang sulit dan
belum merata di seluruh Indonesia, negara kita yang sangat luas yang terbentang

dari Sabang sampai Merauke dengan begitu banyak pulau-pulau menambah
tantangan bagi pemerintah untuk menyelasaikan permasalahan ini.
Pendidikan merupakan aspek yang penting bagi negara ini, karena melalui

pendidikan bangsa ini akan maju dan lebih berkembang. Sudah saatnya
pendidikan dijadikan sebagai sektor utama untuk pembangunan bangsa dan sudah
seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang lebih kepada permasalahanpermasalahan pendidikan yang ada dan berusaha bersama untuk mencari
solusinya.

Sumber:
ANNEX, (2012), Education for All Global Monitoring Report, www.unesco.org.
Tim Dosen MKDP Landasan Pendidikan UPI, (2012), Landasan Pendidikan, Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung.
Undang-undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.