KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM PE

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DALAM PERUSAHAAN
TOKSIKOLOGI INDUSTRI ROKOK DJARUM KUDUS

Disusun Sebagai Tugas
Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dosen Pangampu : FahmiArifan, S.T. M.T

Oleh :
Indah Yuniarti (40040117640023)
Mata Kuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(Sarjana Terapan) Teknologi Rekayasa Kimia Industri 2017/2018
Universitas Diponegoro

1

TOKSIKOLOGI INDUSTRI ROKOK DJARUM KUDUS
Abstrak
PT Djarum adalah salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Untuk tetap
mempertahankan predikatnya, PT Djarum berusaha untuk selalu memberikan produk yang
bermutu dan memiliki karakteristik yang khas sehingga kepuasan dan kepercayaan masyarakat
dapat tercapai dengan berkomitmen dan konsisten terhadap mutu yang tinggi, namun dengan

biaya produksi yang sesuai. Untuk itu perusahaan harus mempertahankan dan meningkatkan
kualitas produknya yang semakin kompetitif dan diperlukan adanya pengendalian kualitas.
Selama ini, pengendalian kualitas di PT Djarum dilakukan dengan cara inspeksi pada
kualitas bahan baku, proses produksi dan hasil produksi. Namun kenyataannya pada proses
produksi rokok Djarum Super pun masih terdapat hal-hal yang menyebabkan produk-produk
reject. Permasalahan kualitas seperti ini apabila tidak ditanggulangi maka akan memberikan
dampak negatif yang sangat besar.
PENDAHULUAN
Merokok merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas prematur paling penting
pada populasi dunia yang seharusnya bisa dicegah. Angka kematian dini ini diperkirakan
mencapai 4,8 juta orang setiap tahunnya di seluruh dunia pada tahun 2000 dengan 2,4 juta
orang di antaranya terjadi di negara berkembang dan sisanya terjadi di negara-negara maju
(Burns, 2005; McPhee dan Pignone, 2007). Angka itu kini meningkat menjadi 5,4 juta
kematian setiap tahunnya pada tahun 2006. WHO memperkirakan angka tersebut masih
akan terus naik dan mencapai 10 juta kematian per tahun pada tahun 2030 (Jaya, 2009). Data
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku merokok dapat mengurangi angka
harapan hidup sampai 8,8 tahun (Streppel, et al., 2007).
Di negara berkembang, penyuluhan tentang bahaya merokok belum dilaksanakan
secara intensif. Hal ini selain karena industri rokok merupakan sumber pemasukan bagi
negara dan sumber kesempatan kerja, juga karena di sebagian besar negara–negara sedang

berkembang, dana untuk ini walaupun ada, sangat kecil dibandingkan dengan dana yang
dipergunakan oleh perusahaan – perusahaan rokok untuk memasarkan rokok. Industri rokok

2

melaksanakan secara agresif dan dengan mengaitkan merokok dengan gaya hidup modern,
masyarakat terutama remaja yang paling sangat terpengaruh.
Hal, ini terjadi karena masih minimnya kesadaran masyarakat akan bahaya
merokok. Sehingga masih dibutuhkan informasi tentang bahaya merokok yang diakaitkan
dalam bidang toksikologi.
Selain adanya zat berbahaya dalam rokok, adanya limbah yang
dihasilkan oleh PT. Djarum, yaitu perusahaan yang berdiri sejak tahun
1950, setiap harinya memproduksi hampir 200.000 batang rokok. Limbah
tersebut berasal dari proses pelunakan cengkeh. Limbah inilah yang
nantinya akan diolah menjadi pupuk kompos dan air untuk irigasi serta air
limbah yang telah diolah digunakan untuk membantu irigasi sawah di
sekitar perusahaan.
Untuk mengolah limbah menjadi kompos, PT Djarum memanfaatkan
lumpur yang telah diaktivasi dengan mikroba, kapur, urea, dan asam
fosfat encer. Awalnya, limbah hasil proses pelunakan cengkeh memiliki

kadar pH 4, Biological Oxygen Demand (BOD) 6000 ppm dan Chemical
Oxygen Demand (COD) 12.000 ppm. Limbah ini kemudian dicampur
dengan lumpur yang sudah diaktivasi. Sekitar dua bulan kemudian,
campuran itu pun berubah menjadi pupuk kompos.
Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang akan
dibahas, antara lain :
a.

Apa saja senyawa toksik yang terkandung dalam rokok?

b.

Bagaimana asas-asas umum toksikologi dalam rokok?

c.

Apa bahaya limbah yang dihasilkan dari industri rokok Djarum Kudus?

d.


Bagaimana proses pengolahan limbah rokok Djarum Kudus?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan ini adalah :

a.

Untuk mengetahui senyawa toksik yang terkandung dalam rokok

b.

Untuk mengetahui asas-asas umum toksikologi dalam rokok.

c.

Untuk mengetahui limbah yang dihasilkan dari industri rokok Djarum Kudus.

d.

Untuk mengetahui proses pengolahan limbah rokok Djarum Kudus.

3


PEMBAHASAN
A. Deskripsi Rokok
1.

Pengertian Rokok
Rokok adalah hasil olahan dari tembakau terbungkus yang meliputi kretek
dan rokok putih yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica dan
spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa
bahan tambahan (Sitepoe, 2000).

2.

Jenis-jenis Rokok
Menurut Sitepoe (1997), jenis rokok berdasarkan bahan baku dibagi tiga jenis:
a) Rokok Putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya tembakau yang diberi saus
untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
b) Rokok Kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c) Rokok Klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau,

cengkeh dan kemenyan yang diberi saos untuk mendapatkan efek rasa dan aroma
tertentu.
Rokok berdasarkan penggunaan filter dibagi dua jenis ( Bustan, 2000) :
a) Rokok Filter (RF) : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
b) Rokok Non Filter (RNF) : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat
gabus.

3.

Kandungan rokok
Rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), setidaknya 200
diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan
karbonmonoksida (CO). Selain itu dalam sebatang rokok juga mengandung bahanbahan kimia lain yang tak kalah beracun (Ellizabet,2010). Berikut daftar bahan kimia
yang terdapat dalam asap rokok dapat dilihat pada table di bawah ini :
4

Daftar bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok
yang dihisap
No Bagian partikel

1
Tar
2
Indol
3
Nikotin
4
Karbozol
5
Kresol
Sumber: (Sitepoe, 1997)

Bagian Gas
Karbonmonoksida
Ammoniak
Asam hydrocyanat
Nitrogen Oksida
Formaldehid

a) Nikotin

Nikotin yaitu zat atau bahan senyawa porillidin yang terdapat dalam
Nicotoana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya yang bersifat adiktif
yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Nikotin ini dapat meracuni syaraf
tubuh, meningkatkan tekanan darah, menyempitkan pembuluh perifer dan
menyebabkan ketagihan serta ketergantungan pada pemakainya. Jumlah nikotin
yang dihisap dipengaruhi oleh berbagai faktor kualitas rokok, jumlah tembakau
setiap batang rokok, dalamnya isapan dan menggunakan filter rokok atau tidak.
b) Karbonmonoksida (CO)
Karbonmonoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan
keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi
sedikit dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas
karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor
maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat
merokok sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400
ppm (parts per million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihaemoglobin
dalam darah sejumlah 2%–16% (Sitepoe, 1997).
c) Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap
air diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan
kanker). Tar adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat

karsinogenik. Dengan adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat
merusak sel paru dan menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat
menempel pada jalan nafas sehingga dapat menyebabkan kanker. Tar merupakan
5

kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada
saat rokok dihisap, tar masuk kedalam rongga mulut sebagai uap padat asap rokok.
Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada
permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru. Pengendapan ini bervariasi
antara 3 mg-40 mg per batang rokok, sementara kadar dalam rokok berkisar 24 mg45 mg. sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat mengalami penurunan
5 mg-15 mg. walaupun rokok diberi filter efek karsinogenik tetap bisa masuk dalam
paru-paru ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam, menghisap berkalikali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe, 1997).
d) Timah Hitam (Pb)
Merupakan partikel asap rokok timah hitam (Pb) yang dihasilkan
sebatang rokok sebanyak 0,5 mikrogram. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang
habis diisap dalam satu hari menghasilkan 10 mikrogram. Sementara ambang batas
timah hitam yang masuk ke dalam tubuh antara 20 mikrogram per hari. Bisa
dibayangkan bilaperokok berat menghisap rerata 2 bungkus rokok perhari, berapa
banyak zat berbahaya ini masuk kedalam tubuh (Sitepoe, 1997).
e) Amoniak

Amoniak merupakan gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen
dan hidrogen. Zat ini tajam baunya dan sangat merangsang. Begitu kerasnya racun
yang ada pada ammoniak sehingga jika masuk sedikitpun kedalam peredaran darah
akan mengakibatkan seseorang pingsan atau koma.
B. Asas-Asas Umum Toksokologi pada Senyawa Dalam Rokok
1. Mekanisme Efek Toksik
Mekanisme toksisifikasi dibedakan menjadi 3 cara diantaranya adalah:
a. Mekanisme Aksi Berdasarkan Sifat dan Tempat Kejadian
1) Mekanisme Langsung atau Primer
Empat sistem ini dapat menjadi sasaran aksi berbahaya zat racun, diantaranya :
Membran Sel, DNA, Protein dan Energi
2) Mekanisme Tidak Langsung atau Sekunder

6

Mekanisme terjadi secara tidak langsung , racun beraksi di lingkaran luar sel,
tempat kejadian awal di lingkungan ekstrasel senyawa toksik mengganggu sistem
metabolisme dasar & pengaturan aktivitas sel.

b. Mekanisme Aksi Berdasarkan Sifat Antaraksi

1) Gugus Kimia Fungsi dari biopolymer
2) Tempat Aksi Selektif
3) Kompartemen Tubuh,
c. Mekanisme Aksi Berdasarkan Resiko Penumpukan
1) Reaksi Sensitisasi Alergi
2) Sintetis Letal
3) Penyekatan Aksi Enzim yang tak Terbalikkan
Dalam rokok terdapat 400 lebih senyawa toksik,, yang paling berbahaya adalah
tar, nikotin, dan karbonmonoksida. Berikut kami paparkan mengenai mekanisme
ketoksikan dari senyawa berikut.
 Nikotin
Nikotin yang terdapat dalam asap rokok dapat masuk ke paru-paru, kemudian
masuk ke dalam aliran darah dan selanjutnya dibawa ke otak. Otak manusia memiliki
reseptor penerima nikotin yang disebut Nicotinic Cholinergic Receptors (nicotinic
acetylcholine receptors atau nAChRs). Bentuk reseptor penerima ini seperti struktur
membran sel, yang akan membuka bila ada invasi dari molekul tertentu.
Ikatan nikotin pada permukaan di antara dua subunit reseptor ini membuka jalur,
yang memungkinkan masuknya ion sodium atau kalsium. Masuknya dua kation ini dalam
sel langsung mengaktifkan tegangan saluran kalsium yang mengijinkan masuknya kalsium
lebih banyak. Salah satu efek dari masuknya kalsium di dalam sel saraf adalah dilepasnya
neurotransmiter (Benowitz, 2010). Salah satu neurotransmitter yang dilepas adalah
7

dopamin. Senyawa kimia ini bekerja menstimulasi perasaan bahagia pada seseorang dan
efek yang lebih kuat sama seperti rangsangan memicu rasa lapar. Sebelum dopamin
dikeluarkan, nikotin terlebih dahulu telah mengaktivasi glutamin, yakni neurotransmitter
yang memfasilitasi pelepasan dopamin dan pelepasan asam γ-aminobutirik (GABA) yang
menghambat aktivasi dari dopamin. Eksperimen yang pernah dilakukan pada seekor tikus
menunjukkan pemberian nikotin akan memberi pengaruh terhadap pengeluaran dopamin di
daerah-daerah tertentu otak, seperti area mesolimbic dan cortex frontal (Benowitz, 2010).
Waktu yang dibutuhkan nikotin untuk mencapai otak sekitar sepuluh menit setelah
seseorang merokok (NIH, 2011). Dengan paparan nikotin yang berulang pada seorang
perokok, kemampuan adaptasi otak terhadap nikotin mulai meningkat. Saat kemampuan
adaptasi meningkat, jumlah unit-unit reseptor nAChR juga meningkat. Selanjutnya aktivasi
VTA dan neuron-neuron di nucleus accumbens akan meningkat (Benowitz, 2010). Karena
perasaan senang terjadi, manusia cenderung ingin mengulangi kejadian (merokok) itu terus
menerus.
Berdasarkan mekanisme aksi toksik, nikotin masuk dalam mekanisme langsung
karena sasaran aksi berbahaya zat nikotin membran sel, DNA,dalam hal ini sel saraf
sehingga menimbulkan efek ketergantungan. Nikotin masuk dalam mekanisme tempat aksi
selektif.
 Tar
Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air
diasingkan, beberapa komponen zat kimianya karsinogenik (pembentukan kanker). Tar
adalah senyawa polinuklin hidrokarbon aromatika yang bersifat karsinogenik. Dengan
adanya kandungan bahan kimia yang beracun sebagian dapat merusak sel paru dan
menyebabkan berbagai macam penyakit. Selain itu tar dapat menempel pada jalan nafas
sehingga dapat menyebabkan kanker. Tar merupakan kumpulan dari beribu-ribu bahan
kimia dalam komponen padat asap rokok. Pada saat rokok dihisap, tar masuk kedalam
rongga mulut sebagai uap padat asap rokok. Setelah dingin akan menjadi padat dan
membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paruparu. Pengendapan ini bervariasi antara 3 mg-40 mg per batang rokok, sementara kadar
dalam rokok berkisar 24 mg-45 mg. sedangkan bagi rokok yang menggunakan filter dapat
mengalami penurunan 5 mg-15 mg. walaupun rokok diberi filter efek karsinogenik tetap
8

bisa masuk dalam paru-paru ketika pada saat merokok hirupannya dalam-dalam,
menghisap berkali-kali dan jumlah rokok yang digunakan bertambah banyak (Sitepoe,
1997).
Berdasarkan mekanisme aksi toksik, tar masuk dalam mekanisme langsung dan
tak langsung karena sasaran aksi berbahaya zat tar pada sel

sehingga menimbulkan

kanker. Mekanisme tak langsung pada tar adalah pada pengendapan tar di saluran
pengendapan sehingga membentuk endapan berwarna cokelat. Tar masuk dalam
mekanisme resiko penumpukan.
 Karbomonoksida (CO)
Karbonmonoksida yang dihisap oleh perokok tidak akan menyebabkan
keracunan CO sebab pengaruh CO yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit
dengan lamban namun pasti akan berpengaruh negatif pada jalan nafas. Gas
karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor
maupun penggunaannya. Dalam rokok terdapat CO sejumlah 2%-6% pada saat merokok
sedangkan CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per
million) sudah dapat meningkatkan kadar karboksihaemoglobin dalam darah sejumlah 2%–
16% (Sitepoe, 1997).
Berdasarkan mekanisme aksi toksik, karbonmonoksida masuk dalam mekanisme
langsung karena sasaran aksi berbahaya karbonmonoksida adalah energi respirasi yang
dibutuhkan dalam proses metabolime tubuh. Karbondioksida masuk dalam mekanisme
gugus kimia fungsi dari biopolimer.
2. Sifat Efek Toksik:
a. Sifat efek toksik pada Nikotin
Nikotin merupakan satu zat kimia yang bersifat adiktif. Nikotin memasuki
sirkulasi darah apabila perokok aktif menggigit ujung rokok atau menelan asap rokok.
Pada perokok pasif, nikotin memasuki sistem sirkulasi darah apabila asap rokok dihirup
secara tidak sengaja. Setelah memasuki sirkulasi darah, nikotin akan menstimulasi
kelenjar adrenal untuk menghasilkan hormon epinefrin. Epinefrin akan merangsang
sistem saraf pusat dan meningkatkan tekanan darah, respirasi dan denyut jantung.
Glukosa akan dikeluarkan ke sirkulasi darah ketika nikotin menekan pengeluaran

9

insulin di pankreas. Hal ini menyebabkan perokok aktif mempunyai peningkatan kadar
gula darah yang kronik (Anonim, 2009).
Nikotin juga meningkatkan produksi dopamin yang memicu pada rangsangan
kesenangan di otak. Pada perokok aktif yang telah lama merokok, stimulasi yang
berkepanjangan di sistem saraf pusat akan menyebabkan timbulnya gejala adiktif.
Walaupun nikotin bersifat adiktif dan dapat menjadi toksik jika diambil dalam kuantiti
yang berlebihan, namun nikotin tidak menyebabkan kanker (Anonim, 2009). Sehingga
Nikotin pada rokok merupakan efek toksik tak terbalikkan karena perokok aktif yang
lama merokok, stimulasi yang berkepanjangan di sistem saraf pusat akan menyebabkan
timbulnya gejala adiktif.
b. Sifat efek toksik pada Tar
Tar hanya dijumpai pada rokok yang dibakar. Eugenol atau minyak cengkeh
juga diklasifikasikan sebagai tar. Di dalam tar, dijumpai zat-zat karsinogen seperti
polisiklik hidrokarbon aromatis, yang dapat menyebabkan terjadinya kanker paru-paru.
Selain itu, dijumpai juga N nitrosamine di dalam rokok yang berpotensi besar sebagai
zat karsinogenik terhadap jaringan paru-paru (Sitepoe, 2000). Tar juga dapat
merangsang jalan nafas, dan tertimbun di saluran nafas, yang akhirnya menyebabkan
batuk-batuk, sesak nafas, kanker jalan nafas, lidah atau bibir (Jaya, 2009). Sehingga tar
pada rokok merupakan efek toksik tak terbalikkan karena zat-zat karsinogen yang
terkandung dalam tar akan menumpuk dalam paru-paru yang akan mengakibatkan
kanker paru-paru.
c. Sifat efek toksik pada Karbonmonoksida
Gas karbon monoksida (CO) yang dihasilkan rokok dapat ikut terserap tubuh.
Akibatnya kemampuan darah mengikat oksigen dari paru-paru berkurang. Hal ini terjadi
karena karbon monoksida (CO) mengikat hemoglobin (Hb) dalam darah, sedangkan
hemoglobin berfungsi sebagai pengikat oksigen dari paru-paru. Kadar CO yang tinggi
menyebabkan jumlah hemoglobin dalam darah berkurang sehingga akan menimbulkan
penyakit sesak nafas, pingsan, dan bahkan kematian (Suryatin,2014). Sehingga dapat
dilihat dalam sifat efek toksik bahwa karbon monoksdia termasuk efek sifat toksik tak
terbalikkan karena karbon monoksida dalam paru-paru akan terus menumpuk dan
memunculkan efek toksik.
10

C. Limbah Industri Rokok Djarum Kudus
a) Limbah Jengkok tembakau Industri Rokok
Setiap aktivitas industri termasuk aktivitas industri rokok pasti
ada

sisa-sisa

atau

bahan

buangan

yang

memerlukan

proses

managemen lebih lanjut untuk meminimumkan pengaruh negative dari
sisa-sisa tersebut sehingga tidak membahayakan terhadap lingkungan
alam baik udara air dan tanah dan juga terhadap ligkungan sosial
(Social

Environmental)

yang

sangat

dimungkinkan

menimbulkan

penyakit bagi manusia dan juga makhluk-makhluk lainnya, sedang
pada proses industri rokok ada salah satu sisa produksi yang disebut
dengan Limbah Jengkok Tembakau.
Limbah Jengkok Tembakau Industri rokok ialah sisa-sisa atau
limbah pencausan tembakau dalam proses produksi rokok dan
berbentuk halus (bubuk), dimasukkan dalam wadah karung atau goni
dan disimpan dalam gudang tertentu untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan terhadap lingkungan (Budiono,2003).
b) Bahaya Limbah Jengkok tembakau
Limbah

jengkok

tembakau

belum

terbukti

menimbulkan

pencemaran lingkungan tetapi perlu diwaspadai bahwa setiap aktivitas
industri memunculkan sisa-sisa yang membahayakan lingkungan
termasuk sisa limbah yang disebut dengan libah jengkok tembakau
Industri rokok. Darmono (2001), menyatakan bahwa udara di sekitar
kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini sangat erat
hubungannya dengan aktiftas manusia untuk mengejar kehidupan
modern, berbagai jenis polutan sebagai efek samping dari produkproduk yang diperlukan manusia telah banyak mencemari udara yang
kita isap setiap saat, bahan pencemar seperti senyawa Carbon (CO,
CO2), Sulfda (SO2, SO3), Nitrogen (NO, NO2, N2O), partikel-partikel
logam (Pb, Cd, As, Hg) dan senyawa kimia lainnya telah terbukti
mencemari udara terutama didaerah industri dan perkotaan semakin
hari pencemaran udara tersebut bila diteliti dan dianalisa jumlahnya
11

semakin meningkat sehingga kita harus selalu waspada terhadap
akibat yang ditimbulkan.
Air yang kita gunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh
pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga, beberapa
bahan pencemar seperti bahan mikrobiologik (bakteri, virus, parasit)
bahan organik (pestisida, detergen) dan beberapa bahan anorganik
(garam; logam; asam) serta bahan-bahan kimia lainnya sudah banyak
ditemukan dalam air yang kita pergunakan.
Pencemaran

lingkungan

sangat

buruk

akibatnya

terhadap

kehidupan di bumi, oleh sebab itu pengawasan dan pencegahan
pencemaran lingkungan harus selalu diupayakan demi kelestarian
kehidupan di bumi. Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka
limbah

jengkok

tembakau

Industri

rokok

harus

diupayakan

pencegahan pencemaran terhadap lingkungan dan bahkan ditemukan
manfaat dari limbah jengkok tembakau Industri rokok setelah diadakan
pengkajian dan penelitian.
Limbah jengkok tembakau Industri rokok mengadung logam
berat yang berbahaya adalah logam berat Arsen (As). Arsenik, atau
arsenikum adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki
simbol As dan nomor atom 33. Ini adalah bahan metaloid yang
terkenal beracun dan memiliki tiga bentuk alotropik; kuning, hitam dan
abu-abu. Arsenik dan senyawa arsenic digunakan sebagai pestisida,
herbisida dan insektisida. (Anonymous, 2009)
c) Potensi Limbah Jengkok tembakau Industri Rokok Sebagai
Pupuk Organik
Limbah Jengkok tembakau Industri Rokok berasal sebagian besar
dari daun tembakau dan bunga cengkeh yang masih tersimpan rapi di
gudang karena belum ditemukan solusinya, Berdasarkan penelitian
Talkah (2003) : 1). Fermenter MoMixA mampu memfermentasi jengkok
tembakau menjadi pupuk organik, 2) Penelitian membuktikan bahwa
jengkok tembakau yang merupakan limbah Industri yang tidak
12

berguna ternyata masih dapat digunakan sebagai pupuk organik.
Permasalahan hasil penelitian ini adalah masih tingginya kandungan
logam berat Arsenik (24,32 ppm), Berdasar hasil penelitian yang
pernah dilakukan, menyatakan :
1) Pupuk organik jengkok tembakau mempunyai pengaruh terhadap
produktivitas tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis), Buncis
(Phaseolus vulgaris L), Tomat (Licopersicum esculentum Mill),
2) Hasil buah mangga dengan pupuk organic jengkok tembakau aman
dikonsumsi, walaupun belum dapat disebut produk organik, dan
untuk lebih aman lagi kandungan. Lead (Pb) yang kurang dari 0,50
ppm diturunkan menjadi lebih kecil dan bahkan menjadi nol.
(Talkah, 2004).
Selaian itu, terdapat pula pengaruh positif pupuk organic jengkok
tembakau

fermentasi

MoMixA

terhadap

pertumbuhan

dan

produktivitas Semangka (Citrullus vulgaris schard) varietas Hitam
Manis.
D. Proses Pengolahan Limbah
Kompos dan Proses Pengomposan
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari
campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifcial
oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang
hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (Crawford, 2003).
Menurut Isroi (2008), proses pengomposan adalah proses
dimana

bahan

organik

mengalami

penguraian

secara

biologis,

khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organic
sebagai sumber energi, membuat kompos adalah mengatur dan
mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih
cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan yang disebut fermenter.

13

Proses
bahanbahan

pengomposan
mentah

akan

segera

dicampur.

Proses

berlansung

setelah

pengomposan

secara

sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap aktif dan tahap
pematangan.

Selama

tahap-tahap

awal

proses,

oksigen

dan

senyawasenyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan
oleh mikroba mesoflik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat
dengan cepat. Demikian pula akan diikuti dengan peningkatan pH
kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50 o 70o C. Suhu akan
tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini
adalah mikroba Termoflik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi.
Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang
sangat aktif. Mikroba (menggunakan oksigen) atau anaerobik (tidak
ada oksigen).
Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik,
dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi
bahan

organik.

Proses

dekomposisi

dapat

juga

terjadi

tanpa

menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik. Namun proses
ini

tidak

diinginkan

selama

proses

pengomposan

karena

akan

dihasilkan bau yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan
senyawa-senyawa yang berbau tidak sedap, seperti asam-asam
organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine), amonia,
dan H2S. Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan
kondisi lingkungan dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya
sesuai,

maka

fermenter

akan

bekerja

secara

efektif

untuk

mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang
sesuai atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman,
pindah ke tempat lain, atau bahkan mati. Menciptakan kondisi yang
optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan keberhasilan
proses pengomposan itu sendiri.
Table 2.1 Kondisi yang optimal untuk mempercepat proses
pengomposan
14

Teknologi Proses Komposting


Komposting aerobik
Komposting aerobik, adalah komposting yang menggunakan oksigen dan

memanfaatkan respiratory metabolism, dimana mikroorganisme yang menghasilkan
energi karena adanya aktivitas enzim yang membantu transport elektron dari electron
donor menuju external electron acceptor adalah oksigen. Ada beberapa metoda atau
teknologi proses komposting secara aerobik ini yaitu :
a. Windrow composting
Didefinisikan sebagai sistem terbuka, pemberian oksigen secara alamiah, dengan
pengadukan/pembalikan, dibutuhkan penyiraman air untuk menjaga kelembabannya.

Keuntungan :
- Biaya relatif murah untuk windrow composting
- Proses lebih sederhana dan cepat (khususnya yang menggunakan aerasi mekanis)

15

- Dapat dibuat dalam skala kecil dan mobile (in-vessel composting) Sehingga dapat
dibuat dalam bentuk modul-modul.
Kerugian :
- Masih menimbulkan dampak negatif berupa : bau, lalat, cacing dan rodent, serta air
leachate 11
- Operasional kontrol temperatur dan kelembaban sulit, karena kontak langsung dengan
udara bebas, sering tidak mencapai kondisi optimal
- Membutuhkan lahan yang luas untuk sistem windrow composting, karena proses
pengomposan sampai pematangan membutuhkan waktu minimal 60 hari.
 Komposting anaerobic
Proses komposting tanpa menggunakan oksigen. Bakteri yang berperan adalah
bakteri obligate anaerobik. Proses berlangsung dengan reaksi sebagai berikut :
Dalam proses ini terdapat potensi hasil sampingan yang cukup mempunyai arti
secara ekonomis yaitu gas bio, yang merupakan sumber energi alternatif yang sangat
potensial. Berdasarkan pendekatan waste to energy (WTE) diketahui bahwa 1 ton sampah
organik dapat menghasilkan 403 Kwh listrik.
Keuntungan :
- Tidak membutuhkan energi, tetapi justru menghasilkan energi
- Dalam tangki tertutup sehingga tidak menimbulkan dampak negatif lingkungan
Kerugian :
- Untuk pemanfaatan biogas dibutuhkan kapasitas yang besar karena factor skala
ekonomis, sehingga kurang cocok diterapkan pada suatu kawasan kecil
- Biaya lebih mahal, karena harus dalam reaktor yang tertutup.
Untuk menunjang keberhasilan dalam proses komposting ada beberapa factor yang
perlu diperhatikan dan sangat mempengaruhi berjalannya proses ini yaitu :
 Kadar air, untuk menjaga aktivitas mikroorganisme. Kadar air berkisar antara 5060%, optimum 55%.
 Rasio C/N, dimana karbon (C) merupakan sumber energi bagi mikrooganisme,
sedangkan nitrogen (N) berfungsi untuk membangun sel-sel tubuh mikroorganisme.
Nilai C/N berkisar antara 25-50.

16

 Temperatur, merupakan faktor penting dalam kehidupan mikroorganisme agar dapat
hidup dengan baik. Suhu pada hari-hari pertama pengomposan harus dipertahankan
berkisar antara 50-55oC, sedangkan pada hari-hari berikutnya 55-60oC
 pH, juga sebagai indicator kehidupan mikroorganisme. Rentang pH dipertahankan
berkisar antara 7 sampai 7,5.
 Ukuran partikel, berhubungan dengan peningkatan rata-rata reaksi dalam proses.
Ukuran partikel berkisar antara 25-75 mm.
 Blending dan Seeding , pencampuran ini dipengaruhi oleh rasio C/N dan kadar air.
Lumpur tinja sering ditambahkan pada kompsoting sampah untuk meningkatkan rasio
C/N.
 Suplai oksigen, sangat penting dalam proses pengomposan secara aerobic. Suplai
oksigen secara teoritis biasanya ditentukan berdasarkan komposisi sampah yang
dikomposkan.
 Pengadukan, berfungsi untuk menjaga kadar air, menyeragamkan nutrient dan
mikroorganisme.
 Kontrol pathogen, dilakukan dengan pengontrolan suhu, dimana pathogen biasanya
akan mati pada suhu 60-700C selama 24 jam.
Proses Pengolahan Industri
Dalam industry rokok, tembakau sangatlah diperlukan karena merupakan bahan
utama produk tersebut yang kemudian akan diproses. Proses tersebut menimbulkan limbah
cair berupa cairan coklat pekat yang bersifat asam. Selain limbah cair, ada juga limbah padat
yaitu tempat bekas membungkus tembakau. Limbah-limbah tersebut kemudian akan diproses
agar tidak menjadi berbahaya. IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) merupakan suatu
tempat yang disediakan oleh PT Djarum untuk mengolah limbah-limbah tersebut. PT.Djarum
yang sangat memperhatikan lingkungan itu tidak mungkin membuang limbah-limbah
beracun itu secara sembarangan. Jadi, sebelum dibuang limbah-limbah tersebut harus melalui
beberapa tahap pada IPAL. Pada IPAL, limbah-limbah cair tersebut diolah kembali untuk di
netralisir, dan limbah padatnya dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat. Dalam pengolahan
limbah cair tersebut PT.Djarum menggunakan alat-alat yang canggih. Saat limbah sisa
pencucian cengkeh tersebut di alirkan ke IPAL maka limbah cair itu akan diolah sedemikian
rupa agar kadar racunnya dapat dinetralisir. Cairan penetralnya adalah Ca (OH) 2 yang
17

bersifat basa sehingga cairan yang asam tersebut mendapatkan pH yang mendekati netral.
Setelah itu, cairan diaduk2 dengan maksud pemberian oksigen (oksigenasi) dan dicampur
dengan bakteri yang sengaja dikembangbiakkan di tempat tersebut. Bakteri aerob dibantu
oksigen untuk proses pembusukan limbah sehingga limbah tersebut tidak lagi terlalu
berbahaya.

Gambar 1 Pengolahan limbah
Setelah itu, cairan yang sudah agak berwarna bening tersebut dialirkan menuju
tempat berikutnya. Pada tempat ini, jika diperhatikan, ada suatu pemisahan antara air
bersih dengan ampas yang tersisa dengan proses pengendapan. Air yang bersih mengalir
sedikit demi sedikit melalui celah pada design alat tersebut dan dialirkan menuju kolam
ikan.Setelah diolah maka sisa cairan pembersih cengkeh tersebut akan menjadi netral dan
tidak beracun lagi. Kolam ikan yang ada didalam IPAL tersebut merupakan suatu
indikator alamiah yang menunjukkan kenetralan air karena pada logikanya, ikan tidak
akan dapat bertahan hidup dalam air beracun.

18

Gambar 2 kolam ikan yang berisi air limbah yang sudah diolah oleh IPAL PT.
Djarum

Kemudian untuk limbah padatnya yaitu bekas bungkus tembakau juga diolah sedemikian
rupa di dalam IPAL ini, dan hasil olahan limbah ini berupa pupuk kompos. Caranya dengan
menghancurkan bungkus tersebut, lalu ditimbun. Hancuran bungkus yang telah ditimbun tersebut
kemudian disiram, ditutupi dan dibalik secara berkala sehingga bakteri dan jamur yang ada akan
membusukkan hancuran tersebut dengan cepat. Maka dari itu, pupuk kompos tersebut terasa
panas di bagian dalam tumpukannya karena mengalami proses pembusukan. Ternyata limbahlimbah yang beracun tersebut di dalam IPAL ini dapat menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Hasil dari pupuk kompos itu akan dikirim ke segala penjuru Kota Kudus dan tempat pembibitan
PT Djarum untuk kepentingan penghijauan di kota tersebut.

19

 Diagram Alir pengolahan limbah
WASTE WATER

Screen

Collecting Tank
(80 m3)

Pre-Sedimentasi
(30 m3)
Cair
Bio Reaktor 0
(700 m3)

Bio Reaktor 1
(600 m3)
Return
sludge

Padat
Bio Reaktor 2
(300 m3)

Sedimentasi
(175 m3)

Padat
Thickener
(80 m3)

Cair

Padat

Penjernihan
(175 m3)
Cair

Filter Press
(1m3/press)

Kolam Ikan

PENGOMPOSAN

SUNGAI

Gambar 3 pengolahan limbah cair di IPAL
Dalam melakukan pengolahan limbah pada pabrik rokok ini, terdapat tahapan teknis yang
harus di lakukan, yaitu:
1. Identifikasi terhadap sumber dan jenis limbah
20

2. Identifikasi alternative penerapan produksi bersih
3. Pemilahan dan pemisahan dari sumbernya
4. Pengelolaan dan pemanfaatan berdasarkan karakteristik limbah
5. Pengolahan (treatment) dan pembuangan akhir
Selain tahapan di atas, terdapat langkah-langkah lain dalam pengolahan limbah pada
pabrik rokok, yaitu:
 Pengolahan limbah padat
SUMBER LIMBAH PADAT

PENGELOLAAN

1. Gagang dan jengkok tembakau dan
cengkeh dari penyiapan bahan baku
2. Aki bekas, kemasan bekas,

pallet

bekas dari penyiapan bahan baku
proses produksi
eks IPAL dari proses penyiapan bahan
baku dan hasil IPAL

dimanfaatkan

(Re-sale-able)
2. Daur ulang dan digunakan kembali
(Recycle-able dan Re-use-able)
4. Dibakar (Combustible)
5. Limbah yang tidak berpengaruh
(Innert waste) untuk tanah urug

4. Filter bekas/sortiran, kayu bekas pallet
dari proses produksi dan penyiapan
bahan baku
kerikil,metal

untuk

3. Dibuat kompos (Compost-able)

3. Keranjang bekas/tikar bekas, lumpur

5. Pasir,

1. Dijual

6. Masuk ke TPS dibuang ke TPA
7. Dijual

untuk

di

daur

ulang

Kompensasi ke masyarakat sekitar
dari

proses

(Comdev dan CSR)

penyiapan bahan baku
6. Sampah rumah tangga (domestik)
7. Tali rafia, plak-ban-botol bekas, dll
dari kegiatan perkantoran dan proses
produksi

21

 Pengolahan sampah non produksi
Jenis limbah/ sampah

Cleaner production

Final disposal alternative

Office wastes
Kertas, karton

Paperless

Daur ulang 3rd party

Plastic

Segregasi, daur ulang

Daur ulang 3rd party

Battery kering

Less hazardous, battere alkaline

B-3/ PPLI

Segregasi, Energy recovery

Incineration (own, co-partner)

Segregasi, daur ulang

Daur ulang 3rd party

Kertas, karton

Paperless

Daur ulang 3rd party

Plastic

Segregasi, daur ulang

Daur ulang 3rd party

Washable

Menuju zero waste

Non

recycle

combustible
Botol, kaca dlsb
Household wastes

Non

recycle

combustible
Non

and

Re-useable

materials (lunch boxes)
recycle,

Segregasi, Energy recovery

Incineration (own, co-partner)

recycle,

Segregasi, Pengomposan

Composting (own, co-partner)

combustible
Non
compostable
Botol, kaca dlsb



TPA - Pemda
Segregasi, daur ulang

Daur ulang 3rd party

Pengolahan limbah cair

22

SUMBER LIMBAH CAIR

PENGELOLAAN

1. Air cucian dan admoist pada proses
pelunakan cengkeh
2. Air cucian dan admoist pada proses
pelunakan gagang tembakau
3. Air cucian dan residual dari proses
ekstraksi bahan–bahan pembuat saos
dari bahan rempah-rempah alami dan
campurannya pada proses Assembling
Flavor
4. Air cucian peralatan proses produksi
(ex

casing

drum)

pada

primary

process

Limbah Cair diolah dengan :
1. Pengolahan secara fisik – kimia
2. (penyaringan, sedimentasi, penetralan
3. pH, koagulasi-flokulasi,dsb)
2. Pengolahan secara biologis
4. (anaerobik dan aerobik)
3. Pengolahan lanjutan (absorsi)
4. Pemanfaatan lumpur Limbah oli bekas
ditampung dalam drum diserahkan ke
pihak ketiga yg berijin Kompensasi ke
masyarakat sekitar (Comdev dan CSR)

5. Air cucian lem dari secondary process
6. Air limbah ex utility : blow down
boiler
7. Limbah Domestik (MCK)
8. Limbah oli bekas

23

 Pengolahan limbah ke udara
SUMBER LIMBAH KE UDARA

1. Debu organik dari penyiapan
tembakau, cengkeh
2. VOC tembakau, cengkeh,
dan flavour
3. Emisi gas buang hasil
pembakaran bahan bakar

PENGELOLAAN

1.a. Penggunaan alat sedot debu
1.b. Melokalisir lokasi penghasil debu
2.a. Minimalisasi proses penguapan
2.b. Melokalisir lokasi penghasil VOC
3.a. Penggunaan bahan bakar yang
ramah lingkungan, hemat bhn bakar
3.b. Penanaman pohon
3.c. Adanya ruang terbuka hijau
3.d. Stack yang tinggi dilengkapi filter
3.e. Perawatan mesin-mesin penghasil
emisi gas buang
Kompensasi ke masyarakat sekitar
(Comdev dan CSR)

 Pengelolaan bising
24

SUMBER BISING
Suara mesin-mesin produksi
dan utilitas

PENGELOLAAN BISING
1. Penanaman pohon di pabrik
2. Perawatan mesin-mesin produksi dan
utilitas
3. Penggunaan alat pelindung diri (ear-plug
dan ear-muff)
4. Adanya silencer pada manifold mesin
5. Pembuatan ruang kedap suara
6. Kompensasi ke masyarakat sekitar
(Comdev dan CSR)

 Pengelolaan abu
SUMBER BAU

PENGELOLAAN BAU
25

Cengkeh,
rempah

tembakau,
-

rempah,

saos
flavor,

essence, septic tank (H2S),
sampah, IPAL

1. Penanaman pohon di pabrik
2. Penanaman pohon di luar pabrik
3. Pembuatan TPS, dan pembuangan
sampah secepat mungkin
4. Adanya ruang terbuka hijau
5. Adanya proses aerobik pada IPAL
6. Kompensasi ke masyarakat sekitar
(Comdev dan CSR)

KESIMPULAN
Dalam rokok mengandung kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan 40 jenis
diantaranya bersifat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker), setidaknya 200 diantaranya
berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan
karbonmonoksida (CO).
Asas-asas umum toksikologi dalam rokok dapat dilihat dari kondisi efek toksik
kandungan dalam rokok, mekanisme efek toksik kandungan dalam rokok dan sifat efek
toksik kandungan dalam rokok.
Limbah dalam industry rokok Djarum Kudus dapat diolah atau dimanfaatkan
sebagai kompos.
SARAN
Bagi para pembaca yang belum sama sekali merokok untuk benar-benar menjauhi
rokok karena di dalam rokok terdapat berbagai macam zat racun yang dapat membahayakan
tubuh.

26