Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention untuk Melakukan Pola Makan Sehat dan Olahraga pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUP Hasan Sadikin dan Kelompok Dewasa Madia di Kota Bandung (Suatu Penelitian Menggunakan Metode Riset Dife

(1)

vi

Universitas Kristen Maranatha

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Hasan Sadikin dan kelompok dewasa madya di kota Bandung dengan menggunakan metode riset diferensial. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 160 responden dengan menggunakan metode accidental sampling.

Alat ukur yang digunakan mengacu pada Teori Planned Behavior yang disusun oleh Icek Ajzen (2005), yang diadaptasi serta dimodifikasi oleh peneliti. Pada penelitian ini uji validitas menggunakan Pearson, uji reliabilitas menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Croncbach, 48 item diterima dengan validitas keseluruhan item berkisar antara 0,331-0,757 dan reliabilitas variabel dependen sebesar 0,759. Data hasil penelitian diolah dengan menggunakan teknik analisis regresi dan dilakukan uji beda menggunakan T-Test. Secara bersama-sama ketiga determinan memengaruhi intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga. Secara simultan, pada kelompok diabetes determinan-determinan intention memberikan kontribusi terhadap intention sebesar 0,593 sedangkan pada kelompok non diabetes sebesar 0,394. Determinan yang memiliki korelasi paling besar adalah antara Attitude Toward the Behavior dan Perceived Behavioral Control, 0,675 pada kelompok diabetes dan 0,578 pada kelompok non diabetes. Hasil uji beda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada determinan Attitude Toward the Behavior.

Berdasarkan penelitian ini, didapatkan simpulan bahwa kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention pada kelompok diabetes lebih besar dibandingkan kelompok non diabetes. Maka peneliti memberikan saran bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam mengenai pengaruh beliefs yang ada dalam determinan-determinan intention. Kepada dokter disarankan untuk menyampaikan informasi secara persuasif mengenai efektifitas pola makan sehat dan olahraga dan membangun relasi personal. Bagi pasangan hidup, anak dan teman disarankan untuk memberikan dukungan secara nyata kepada kedua kelompok. sedangkan bagi kedua kelompok disarankan untuk memertahankan dan juga meningkatkan intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga.


(2)

vii

ABSTRACT

This research would like to reveal intention determiners contributions toward intention to undertake a healthy diet and exercise in patients with type 2 diabetes mellitus at RSUP Hasan Sadikin and middle age groups in the city of Bandung by using the method of differential research. The number of samples in this research were 160 respondents with accidental sampling method.

The measurment tool based on Theory of Planned Behavior by Icek Ajzen (2005), and being adapted and modified by researchers. Based on validation test’s results by using Pearson, reliability test using Alpha reliability Croncbach’s, 48 items were accepted with whole validation ranged 0,331-0,757 and reliability dependent variable 0,759. Data were analyzed using regression analysis techniques and different tests using T-Test. At the same time, the three of determiners influenced the intention to undertake a healthy diet and exercise. Simultaneously, the diabetic group determinants of intention to contribute to the intention; 0.593, and the non diabetic group; 0.394. The results of T-Test showed that there were significant differences in the determinants of Attitude Toward the behavior.

This research, it was concluded that the contribution of the determinants of intention to an intention on the larger diabetic group compared to non-diabetic group. Researcher is to give suggestions for next researcher to investigate more in depth about the influence of beliefs that exist in the determinants of intention. In addition, the doctor advised to convey information about the effectiveness of persuasive healthy diet and exercise and build personal relationships. For spouses, children and friends are advised to provide tangible support to both groups. While for the diabetic group and non-diabetic group were advised to maintain and increase intention to undertake a healthy diet and exercise.


(3)

viii

Universitas Kristen Maranatha

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR ORISINALITAS LAPORAN ... iii

LEMBAR PUBLIKASI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 12


(4)

ix

1.6 Asumsi... ... .. 21

1.7 Hipotesis... .... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Teori Planned Behavior ... 24

2.1.1 Intention ... 26

2.1.2 Attitudes Toward the Behavior ... 26

2.1.3 Subjective Norms ... .... 28

2.1.4 Perceived Behavioral Control ... 29

2.1.5 Pengaruh Determinan-Determinan Intention terhadap Intention ... 31

2.1.6 Hubungan Antar Determinan-Determinan Intention ... 32

2.2Diabetes Melitus Tipe 2 ... 33

2.3Pola Makan Sehat pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2... 34

2.4 Olahraga pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 ... 37

2.5 Teori Perkembangan Dewasa Madia ... 39

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 41

3.2Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 42

3.2.1Variabel Penelitian ... 42

3.2.2Definisi Operasional ... 42

3.3Alat Ukur ... 43

3.3.1Alat Ukur Intention dan Determinan-Determinan Intention ... 43


(5)

x

Universitas Kristen Maranatha

3.3.4Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 45

3.3.4.1 Validitas Alat Ukur ... 45

3.3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 46

3.4Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.4.1Populasi Sasaran ... 48

3.4.2Karakteristik Populasi ... 48

3.4.3Teknik Penarikan Sampel ... 48

3.5 Teknik Analasis Data ... 49

3.6 Hipotesis Statistik ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian ... 52

4.1.1 Gambaran Usia Responden Penelitian ... 52

4.2 Perbandingan Intention dan Determinan-determinan Intention ... 53

4.3 Uji Beda (T-Test) ... 54

4.4 Perhitungan Mean ... 54

4.5 Gambaran Kontribusi Determinan-determinan Intention Terhadap Intention dan Korelasi Antara Determinan-determinan dalam Intention ... 55

4.6 Kontribusi Determinan Terhadap Intention Secara Simultan ... 56

4.7 Hasil Uji Hipotesis Penelitian ... 57


(6)

xi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 65

5.2 Saran ... 68

5.2.1 Saran Teoretis ... 68

5.2.2 Saran Praktis ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

DAFTAR RUJUKAN... 71 LAMPIRAN


(7)

xii

Universitas Kristen Maranatha Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir ... 21 Bagan 3.1 Bagan Prosedur Penelitian ... 41

Bagan 4.1 Skema Nilai Kontribusi dan Korelasi Intention dan Determinan-


(8)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Tabel Alat Ukur ... 44

Tabel 3.3 Tabel Bobot Penilaian ... 44

Tabel 4.1 Gambaran Usia Responden ... 52

Tabel 4.2 Perbandingan Intention dan Determinan-determinan Intention ... 53

Tabel 4.3 Uji Beda (T-Test) ... 54

Tabel 4.4 Perhitungan Mean ... 54

Tabel 4.5 Kontribusi Determinan terhadap Intention Secara Simultan ... 56


(9)

xiv

Universitas Kristen Maranatha 2.1 Gambar Teori Planned Behavior ... 25


(10)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat Ukur

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Lampiran 3 : Data Sosio-Demografi

Lampiran 4 : Hasil Data Mentah Ordinal dan Interval Lampiran 5 : Hasil Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 6 : Hasil Pengolahan Data Lampiran 7 : Gambaran Responden Lampiran 8 : Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran 9 : Profil RSUP Hasan Sadikin Bandung Lampiran 10 : Biodata Diri


(11)

1

Universitas Kristen Maranatha PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan aset termahal yang dimiliki setiap manusia untuk mendukung produktivitas dan efektifitas kegiatan setiap hari, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan penanganan serius adalah diabetes melitus. Diabetes Melitus atau lebih sering dikenal sebagai penyakit kencing manis merupakan golongan penyakit kronis yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang berdampak terjadinya kelebihan gula di dalam darah sehingga menjadi racun bagi tubuh dan sebagian glukosa yang tertahan dalam darah

melimpah ke sistem urin.1 Gejala klasik diabetes melitus antara lain poliuria (banyak

kencing), polidipsi (banyak minum), polipagio (banyak makan), penurunan berat

badan, timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan dan kaki, timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh, hilangnya kesadaran

diri.2 Pada beberapa orang gejala-gejala di atas dapat dijumpai, tapi ada kemungkinan

pada beberapa orang tidak dijumpai gejala sama sekali, hal ini yang menyebabkan

mengapa diabetes melitus sering disebut sebagai silent killer.

1

“Mengapa Kita Harus Peduli Diabetes?”, <http://rumahdiabetes.com/mengapa-kita-harus-peduli-diabetes/>, diakses pada tanggal 20 April 2013.

2

Oci Yunita M, “Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Diabetes” (Jakarta : Dunia Sehat. 2012), hlm 23-25.


(12)

2

Di antara penyakit degeneratif, diabetes adalah salah satu penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di masa datang berakibat pada kematian sehingga penyakit ini memerlukan pendekatan serta pengobatan yang khusus dan

tidak bisa dipandang ringan. Indonesia sendiri termasuk pemegang ranking ke-lima

untuk jumlah pasien diabetes setelah Amerika Serikat, Cina, Brazil, dan India. Buku Blueprint for Change adalah sebuah laporan studi mengenai penyakit diabetes yang disusun Novo Nordiks bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan juga menyebutkan pertumbuhan penderita diabetes di negara Indonesia yang tergolong tinggi, yakni mencapai 6 persen per tahun. Artinya, jika saat ini ada 7,6 juta penderita

diabetes maka pada 2030 jumlahnya ditaksir mencapai 21,3 juta.3

American Diabetes Association (ADA) menglasifikasikan diabetes melitus

berdasarkan patogenesis dan gangguan toleransi glukosa yang disahkan oleh World

Health Organization (WHO), yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 adalah jenis yang paling sering dijumpai di seluruh dunia, diabetes “tipe spesifik lain” dan diabetes melitus gestasional atau kehamilan. Diabetes melitus tipe 1 susah diprediksi dan dicegah sebab merupakan kelainan genetik yang dibawa sejak lahir, yang disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga produksi insulin berkurang. Lain halnya diabetes melitus tipe 2 yang bisa dicegah karena biasanya menyerang orang-orang dengan pola makan tidak sehat dan jarang berolahraga, sehingga insulin yang

3

Willy Haryono, “Pertumbuhan Penderita Diabetes di Indonesia Capai 6% per Tahun”, <www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/09/04/913/179334/Pertumbuhan-Penderita- Diabetes- di-Indonesia-Capai-6%-per-Tahun/>, diakses pada tanggal 5 Agustus 2013.


(13)

Universitas Kristen Maranatha dihasilkan cukup namun tidak bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula

darah.4 World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah pasien diabetes

melitus tipe 2 di Indonesia meningkat tiga kali lipat dalam 10 tahun dan pada 2010 mencapai 21,3 juta orang. Menurut dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD , pakar penyakit dalam dari Divisi Metabolik Endokrin FKUI-RSCM, secara genetik struktur genetis bangsa Asia merupakan struktur yang rentan terkena diabetes melitus tipe 2, termasuk

Indonesia.5

Penyakit diabetes memberikan beban berat bagi pasien diabetes, keluarga dan juga masyarakat mengingat konsekuensi yang harus ditanggung berupa konsekuensi fisik dan psikologis. Konsekuensi secara fisik, pasien diabetes dapat mengalami komplikasi umumnya setelah mengalami penyakit gula darah dalam jangka waktu yang lama, hal ini dapat semakin memperburuk kondisi fisiknya bahkan pasien diabetes bisa saja sampai kehilangan salah satu anggota tubuhnya atau bahkan tidak jarang mengalami kematian dini. Pada umumnya komplikasi yang menyerang anggota badan biasanya menyebabkan kerusakan pembuluh darah retina berupa kebocoran sehingga timbul bercak perdarahan dan pembengkakan pada retina, infeksi

bakteri dan penyakit mulut dan gusi, kulit kering dan mudah luka.6

4

“Ini Bedanya Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2” <http://m.detik.com/ini-bedanya-diabetes-tipe-1-dan-tipe-2>, diakses pada tanggal 8 Agustus 2014.

5

“Orang Indonesia Rentan Terkena DM” <http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/ Umum / Orang-Indonesia-Rentan-Terkena-DM>, diakses pada tanggal 21 April 2013.

6

“Pengobatan Yang Mampu Mengatasi Akibat Diabetes Melitus Secara Efektif”, <terapidiabetesmelitus.com/akibat/pengobatan-yang-mampu-mengatasi-akibat-diabetes-melitus-secara-efektif>, diakses pada tanggal 20 April 2013.


(14)

4

Macam-macam dampak yang ditimbulkan dari penyakit diabetes melitus bisa juga dilihat dari segi psikologis, diagnosa diabetes akan sangat mengejutkan dan menakutkan karena hal itu membuat pasien harus mengubah gaya hidup untuk menyelamatkan hidupnya sendiri. Hal ini dapat mempengaruhi aspek emosional seseorang, pasien diabetes akan menjadi panik, kewalahan atau frustasi karena tahu harus menghindari semua makanan dan minuma yang mengandung gula berlebih dan jaga jarak dengan semua kegiatan sosial yang berhubungan dengan makanan dan harus berurusan dengan perubahan kehidupan yang menyertai diagnosis seperti lebih

rajin berolahraga dan rutin mengukur kadar gula darahnya sendiri.7

Diabetes melitus tipe 2 merupakan faktor keturunan namun tidak akan muncul bila tidak ada faktor pemicunya seperti gaya hidup yang tidak sehat, sehingga tindakan pengendalian diabetes sangat diperlukan. Langkah pertama dalam pengelolaan diabetes dimulai dengan pendekatan non-farmakologis yaitu berupa perencanaan pola makan dan olahraga yang dibutuhkan untuk menjaga kadar glukosa darah. Pola makan sehat bagi pasien diabetes adalah mengatur jadwal dan porsi makan yang perlu diperhatikan para pasien diabetes, menjaga asupan makanan dan minuman baik yang berupa pokok maupun selingan memiliki kadar lemak yang rendah, bebas gula dan kaya serat, dan hindari minuman yang mengandung soda, hal ini dapat memertahankan kadar glukosa darah mendekati kadar normal, mencapai dan memertahankan lipid mendekati kadar yang optimal, mencegah komplikasi akut dan

7

Sastroy Bangun, “Dampak Diabetes Terhadap Psikologis”, <http://www.waspada.co.id/ 275610:dampak-diabetes-terhadap-psikologis>, diakses pada tanggal 20 April 2013


(15)

Universitas Kristen Maranatha

kronik dan meningkatkan kualitas hidup.8 Olahraga juga dapat secara efektif

mengontrol diabetes, antara lain dengan melakukan senam khusus diabetes, berjalan kaki, bersepeda, dan berenang. Diet yang dipadu dengan olahraga merupakan cara efektif mengurangi berat badan, menurunkan kadar gula darah, dan mengurangi stres.9

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Sukaesih, AMK selaku penanggung jawab Poliklinik Endokrin di RSUP Hasan Sadikin Bandung, beliau mengungkapkan

bahwa pasien diabetes yang melakukan check-up bisa mencapai 50 orang setiap hari

setelah adanya program BPJS, yang mana sebagian besar adalah penderita diabetes melitus tipe 2. Menurut beliau hal ini dilatar belakangi oleh pola hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang, kurangnya melakukan kegiatan fisik seperti olahraga dan bukan semata-mata karena faktor keturunan. Lanjutnya, beliau menyatakan dengan melakukan penanganan utama pada pasien diabetes seperti menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur memiliki keuntungan yaitu dapat mengontrol peningkatan kadar gula darah, menghindari komplikasi dan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan lebih baik dibandingkan dengan mengonsumsi obat-obatan dan suntik insulin. Oleh karena itu, pasien diabetes melitus harus memiliki kesadaran dari dalam diri dan kedisiplinan dalam menjalankan pola

8

“Orang Indonesia Rentan Terkena DM” <http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/ Umum/

Or ang-Indonesia-Rentan-Terkena-DM>, diakses pada tanggal 21 April 2013.

9

“Mengapa Kita Harus Peduli Diabetes?”,


(16)

6

makan sehat dan olahraga secara teratur agar terjadinya penurunan kadar gula darah mendekati normal.

Teori planned behavior dari Icek Ajzen menyatakan setiap perilaku manusia

ditentukan oleh seberapa kuat niat seseorang mengerahkan usaha secara sadar untuk

melakukan sesuatu (intention). Perilaku pasien diabetes melitus tipe 2 yang

berbeda-beda dalam melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur sesuai dengan anjuran dari ahli gizi dan nutrisi dapat dikaitkan dengan niat yang kuat atau lemah

yang mendasari perilaku yang ditampilkan pasien diabetes.10

Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada 21 pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Hasan Sadikin didapatkan bahwa 18 pasien diabetes melitus tipe 2 (85,71%) menyatakan menjalankan perencanaan makan yang dianjurkan oleh dokter secara teratur, yaitu dengan memerhatikan jenis-jenis asupan makan yang sehat dan seimbang sesuai dengan panduan perencanaan makan, berupaya untuk melakukan penimbangan jumlah kalori atau membuat takaran tertentu setiap makan serta memerhatikan jadwal makan secara teratur. Alasannya karena pasien menginginkan kadar gula darahnya kembali normal atau setidaknya masih terkendali, mengurangi resiko penyebaran pada penyakit lain (komplikasi), mengurangi berat badan yang berlebihan dan memberikan energi yang optimal bagi tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Adapula 3 pasien lainnya (14,28%) menyatakan tidak menjalankan perencanaan makan yang dianjurkan oleh dokter secara teratur,

10

Icek Ajzen, Attitudes, Personality and Behavior, edisi kedua.(Inggris : Open university press, McGraw-hill education. 2005), hlm. 117.


(17)

Universitas Kristen Maranatha alasannya karena pasien merasa hal tersebut kurang praktis, merasa tersiksa dengan aturan-aturan seperti penimbangan jumlah kalori, dengan jenis asupan yang dianjurkan untuk dikonsumsi dan juga jadwal yang harus diikuti setiap kali makan sehingga pasien merasa merasa jenuh untuk menjalankan perencanaan makan sesuai panduan dokter.

Didapatkan bahwa 9 pasien (38,09%) mengganti gula pasir dengan gula rendah kalori, alasannya karena pasien meyakini bahwa gula rendah kalori aman untuk dikonsumsi bagi penderita diabetes guna mengendalikan kadar gula darah sehingga tidak terjadi kenaikan kadar gula darah yang signifikan. Adapula 10 pasien (57,14%) lainnya menyatakan masih mengonsumsi gula pasir namun dibatasi penggunaannya, alasannya karena merasa bahwa gula pasir memiliki rasa lebih manis dibandingkan gula rendah kalori, kesulitan untuk membeli gula rendah kalori baik dalam keterbatasan biaya atau lokasi pembelian yang jauh dari rumah. Didapatkan pula 2 pasien sisanya (4,76%) menyatakan masih mengonsumsi gula pasir secara berlebihan, alasannya karena suka dengan rasa manis dari gula pasir.

Berdasarkan hasil survei awal didapatkan bahwa 14 pasien (66,67%) menyatakan menjalankan olahraga secara teratur, sementara 7 orang sisanya (33,33%) menyatakan tidak menjalankan olahraga sehat secara teratur. Ketika ditanyai mengenai alasannya, 14 pasien (66,67%) merasakan manfaat dengan menjalankan olahraga yaitu untuk meregangkan persendian, membakar kalori, membuat badan menjadi bugar sehingga dapat menjalankan aktivitas sehari-hari.


(18)

8

Sebaliknya, 7 pasien lainnya (33,33%) menyatakan tidak melakukan olahraga secara teratur baik yang disarankan dokter maupun kegiatan fisik lainnya karena merasa sudah tua sehingga sulit menjalankan olahraga, pasien merasa malas karena memiliki pekerjaan yang lain sehingga sulit mengatur jadwal olahraga, beberapa pasien juga merasa bosan dan kurang semangat bila tidak ada yang menemani untuk olahraga.

Didapatkan bahwa 7 pasien (33,33%) menjalankan olahraga dalam waktu

20-30 menit setiap hari seperti jogging, alasannya merasa olahraga tersebut cukup ringan

untuk dilakukan dan bermanfaat seperti menghilangkan rasa pegal, membuat badan menjadi bugar dan semangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Adapula 7 pasien (33,33%) lainnya menjalankan olahraga setiap tiga sampai empat kali dalan waktu satu minggu seperti senam dengan waktu lebih dari 30 menit, alasannya karena mengikuti jadwal senam yang dilakukan oleh penyelenggara, merasa senang bertemu banyak teman, merasa bermanfaat untuk meregangkan otot dan persendian sehingga membuat badan menjadi bugar. Sementara 7 pasien (33,33%) lainnya menyatakan tidak memiliki jadwal olahraga yang pasti, alasannya karena kesulitan mengatur jadwal olahraga serta merasa malas untuk memulai ketika melakukan olahraga.

Pasien diabetes melitus tipe 2 yang memiliki niat kuat untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur memunculkan perilaku untuk menjalankan perencanaan makan sehat dan seimbang serta menjalankan olahraga yang tepat sesuai dengan anjuran tim dokter yang berdampak pada kestabilan kadar gula darah, dan tidak terjadi komplikasi. Pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang memiliki niat


(19)

Universitas Kristen Maranatha lemah untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur ternyata menghambat munculnya perilaku untuk menjalankan perencanaan makan sehat dan seimbang serta menjalankan olahraga yang tepat sesuai dengan anjuran tim dokter sehingga berdampak pada peningkatan kadar gula darah, obesitas, menyebar pada penyakit yang lain seperti luka yang parah.

Kesehatan merupakan topik permasalahan masa dewasa madia yang hendaknya mulai diperhatikan, diketahui gangguan kesehatan utama pada masa ini

adalah penyakit kardiovaskuler.11 Pada dasarnya menjalankan pola hidup sehat yang

seringkali berhubungan dengan faktor makanan yang menyehatkan dan menghindari makanan yang dapat menimbulkan penyakit tertentu, dan berolahraga secara teratur untuk menjaga kebugaran tubuh merupakan langkah umum dan efektif yang biasa dilakukan guna mengantisipasi munculnya penyakit tertentu pada masa dewasa madia, hal ini dilakukan sebagai bentuk perhatian terhadap kesehatan. Menjalankan pola makan sehat dan melakukan olahraga secara teratur pada masa paruh baya pun dapat meningkatkan kesempatan untuk terus bergerak di usia lanjut, dan menunda kematian.

Penelitian ini dilakukan dengan metode riset diferensial, untuk memenuhi kriteria tersebut berdasarkan dimensi kualitatif maka ditambahkan kelompok kedua yang memiliki tahap perkembangan pada masa dewasa madia namun tidak mengidap

penyakit tertentu. Oleh karena itu, untuk memastikan bahwa intention pada penderita

11

Papalia, Diane E. & Ruth D. F., Menyelami Perkembangan Manusia, edisi 12. (Jakarta, Salemba Humanika, 2014), hlm 160.


(20)

10

penyakit diabetes dalam melakukan pola makan sehat dan olahraga mampu memberikan gambaran tentang sejauh mana hubungan antara penyakit diabetes dan intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga, maka penelitian ini juga

akan mengukur intention pada individu yang tidak mengidap penyakit tertentu. Maka

peneliti tertarik untuk melihat kontribusi determinan-determinan intention terhadap

intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Hasan Sadikin dan kelompok dewasa madia yang tidak

mengidap penyakit tertentu di kota Bandung, juga melihat perbedaan intention serta

ketiga determinannya pada kedua kelompok tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :

Bagaimana kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention

untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Hasan Sadikin kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah memeroleh gambaran mengenai kontribusi


(21)

Universitas Kristen Maranatha sehat dan olahraga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Hasan Sadikin kota Bandung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan manakah yang

memberikan kontribusi paling besar terhadap terhadap intention untuk melakukan

pola makan sehat dan olahraga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Hasan

Sadikin kota Bandung dilihat dari attitude toward the behavior, subjective norms dan

perceived behavioral control.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

• Menambah informasi dalam bidang ilmu psikologi kesehatan mengenai

gambaran kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention

untuk meningkatkan pola makan sehat dan olahraga secara teratur pada pasien diabetes melitus tipe 2 dan kelompok dewasa madia berdasarkan teori planned behavior sehingga dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai

gambaran kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention pada

pasien diabetes melitus tipe 2 dan kelompok dewasa madia untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga.

• Memberikan sumbangan informasi mengenai gambaran kontribusi

determinan-determinan terhadap intention berdasarkan teori planned behavior


(22)

12

klinis yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai gambaran kontribusi

determinan-determinan intention terhadap intention pada pasien diabetes

melitus tipe 2 dan kelompok dewasa madia untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga.

1.4.2 Kegunaan Praktis

• Memberikan informasi kepada keluarga pasien diabetes melitus tipe 2 dan

kelompok dewasa madia mengenai gambaran intention dan

determinan-determinan intention yang dimilikinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh

keluarga pasien diabetes melitus tipe 2 dan kelompok dewasa madia dalam rangka memberikan dukungan kepada pasien dalam menjalankan perencanaan makan yang sehat dan melakukan olahraga rutin guna meningkatkan kesehatan.

• Memberikan informasi kepada tim dokter di Poliklinik Endokrin dan pakar

kesehatan mengenai gambaran kontribusi determinan-determinan terhadap intention yang dimiliki pasien diabetes melitus tipe 2 untuk meningkatkan pola makan sehat dan olahraga sehingga tim dokter dapat meningkatkan motivasi pasien untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur.


(23)

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pemikiran

Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline

Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel pankreas sehingga kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali. Fungsi utama insulin adalah mendistribusikan glukosa yang terdapat dalam darah ke seluruh tubuh guna menghasilkan energi di metabolisme. Apabila kadar gula atau glukosa yang ada melebihi kebutuhan, kelebihan itu akan disimpan dalam hati, yang kemudian simpanan glukosa ini akan dilepaskan jika diperlukan misalnya saat tubuh

kelaparan.12

Diabetes melitus dapat dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan

peningkatan gula darah yang signifikan, sebagaimana tertera dalam the guideline

American Diabetes Association mengenai tatalaksana hiperglikemia, yaitu menekankan pentingnya modifikasi gaya hidup khususnya pola makan sehat dan

olahraga.13 Pola makan sehat bagi pasien diabetes adalah mengatur jadwal dan porsi

makan yang perlu diperhatikan para pasien diabetes, menjaga asupan makanan dan minuman baik yang berupa pokok maupun selingan memiliki kadar lemak yang

rendah, bebas gula dan kaya serat, dan hindari minuman yang mengandung soda.14

12

Arjatmo Tjokronegoro & Hendra Utama “Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu” (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2002), hlm. 9.

13

Adi Effendi Teruna & Sarwono Waspadji., “Aspek Biomolekular Diabetes Melitus II” (Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2013), hlm. 182.

14

“Orang Indonesia Rentan Terkena DM” <http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/ Umum/ Orang-Indonesia-Rentan-Terkena-DM>, diakses pada tanggal 21 April 2013.


(24)

14

Olahraga juga dapat secara efektif mengontrol kadar gula darah dan penurunan berat badan bila mengikuti prinsip-prinsip olahraga secara teratur yaitu perhatikan frekuensi 3-5 kali perminggu, intensitas ringan dan sedang, durasi 30-60menit setiap olahraga dan jenis olahraga yang harus ditentukan secara hati-hati agar tidak

membahayakan pasien.15

Usia dewasa madia ditandai dengan terjadinya perubahan fisik dan menurunnya kesehatan. Di mulai pada usia pertengahan empat puluh tahunan, individu pada masa dewasa madia mungkin memiliki energi yang kurang dibandingkan ketika masih muda dan cenderung mengalami rasa sakit pada saat tertentu atau luka kronis dan kelelahan. Banyak individu dewasa tidak bisa lagi terjaga cukup lama dengan mudah, mereka lebih mungkin mengalami penyakitf seperti hipertensi dan diabetes, dan mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari sakit atau tenanga yang ekstrem. Banyak faktor yang memengaruhi kesehatan pada usia madia seperti kondisi sosial ekonomi, ras atau etnis, dan

gender.16

Pasien diabetes melitus tipe 2 memerlukan niat untuk mengerahkan usaha dalam melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur. Menurut Icek Ajzen, manusia berperilaku berdasarkan pada akal sehat dan selalu mempertimbangkan dampak dari perilaku yang dilakukannya tersebut, hal ini membuat seseorang dapat

15

“Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu” (Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002), hlm. 268.

16

Papalia, Diane E. & Ruth D. F., Menyelami Perkembangan Manusia, edisi 12. (Jakarta, Salemba Humanika, 2014), hlm 162.


(25)

Universitas Kristen Maranatha memunculkan niat untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tersebut. Teori planned behavior, menyatakan bahwa niat seseorang dalam mengerahkan usaha

untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu disebut intention. Terdapat tiga

determinan intention yang memengaruhi intention yaitu attitude toward the behavior,

subjective norms dan perceived behavioral control.17

Determinan pertama yaitu attitude toward the behavior adalah suatu sikap

favourable atau unfavourable untuk menampilkan suatu perilaku yang dihasilkan dari evaluasi positif atau negatif terhadap suatu perilaku didasari oleh keyakinan mengenai konsekuensi dalam melakukan suatu perilaku dan pengolahan terhadap hasil suatu perilaku. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang memiliki keyakinan bahwa melakukan pola makan sehat dan olahraga memberikan konsekuensi yang positif seperti penurunan risiko kadar gula darah, mendapatkan berat badan yang ideal, maka

pasien memiliki sikap yang favourable untuk melakukan pola makan sehat dan

olahraga, sikap tersebut memengaruhi niat (intention) pasien untuk melakukan pola

makan sehat menjadi kuat. Adapula pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengevaluasi bahwa melakukan pola makan sehat dan olahraga memberikan konsekuensi yang negatif seperti mengorbankan kesenangan mengonsumsi makanan dan minuman favorit, perasaan tersiksa dengan jadwal makan dan olahraga yang ketat maka pasien

memiliki sikap yang unfavourable untuk melakukan pola makan sehat dan sikap

17

Icek Ajzen, Attitudes, Personality and Behavior, edisi kedua.(Inggris : Open university press, McGraw-hill education. 2005), hlm. 117.


(26)

16

tersebut memengaruhi niat (intention) pasien untuk melakukan pola makan sehat

menjadi lemah.

Determinan kedua yaitu subjective norms yaitu adalah persepsi pasien

diabetes melitus tipe 2 mengenai tuntutan dari orang-orang yang signifikan untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku dan adanya kesediaan untuk mematuhi tuntutan tersebut. Pasien diabetes melitus tipe 2 yang memiliki persepsi bahwa keluarga, teman dekat, tim dokter menuntut pasien untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga seperti mengingatkan jadwal makan secara teratur, menegur pasien bila tidak melakukan pola makan sehat, menemani untuk berolahraga serta adanya kesediaan pasien menuruti orang-orang tersebut, maka persepsi pasien mengenai tuntutan dari keluarga, teman dekat, tim dokter memengaruhi niat (intention) pasien untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga menjadi kuat. Adapula pasien diabetes melitus tipe 2 yang memiliki persepsi bahwa keluarga, teman dekat, tim dokter tidak menuntut pasien untuk melakukan pola makan sehat seperti tidak pernah mengajak atau menegur pasien untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga dan mereka bersedia untuk menuruti orang-orang tersebut, maka

persepsi tersebut memengaruhi niat (intention) pasien diabetes melitus tipe 2 untuk

melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur menjadi lemah.

Determinan ketiga yaitu perceived behavioral control adalah persepsi pasien

diabetes melitus tipe 2 mengenai kemampuan mereka untuk menampilkan perilaku yang didasarkan oleh keyakinan mengenai ada atau tidak adanya faktor-faktor yang


(27)

Universitas Kristen Maranatha mendukung atau menghambat dalam menampilkan suatu perilaku dan persepsi mengenai kemampuan pasien untuk mengontrol faktor-faktor tersebut. Pasien memersepsi bahwa adanya faktor pendukung yang memungkinkan pasien untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga seperti memiliki informasi mengenai perencanaan makan dan olahraga yang tepat, dan mereka merasa mampu mengontrol faktor-faktor tersebut membuat pasien memersepsi bahwa melakukan pola makan

sehat dan olahraga adalah hal yang mudah sehingga niat (intention) pasien melakukan

pola makan sehat dan olahraga menjadi kuat. Adapula pasien diabetes melitus tipe 2 yang memersepsi bahwa adanya faktor penghambat yang memungkinkan pasien tidak melakukan pola makan sehat dan olahraga seperti tidak mendapatkan informasi yang tepat, dan komplikasi membuat pasien memersepsi bahwa melakukan pola makan

sehat dan olahraga adalah hal yang sulit sehingga niat (intention) pasien untuk

melakukan pola makan dan olahraga menjadi lemah.

Keadaan yang serupa juga dapat tergambar pada kelompok dewasa madia dalam usahanya untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga sebagai bentuk perhatian terhadap kesehatan. Kelompok dewasa madia yang memiliki keyakinan bahwa melakukan pola makan sehat dan olahraga memberikan konsekuensi yang positif seperti terhindar dari kemungkinan terjadinya penyakit tertentu dan membuat

tubuh menjadi bugar maka kelompok dewasa madia memiliki sikap yang favourable

untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga. Selanjutnya, bila kelompok dewasa madia memersepsi bahwa keluarga, teman dekat, dan dokter menuntut mereka untuk


(28)

18

melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur seperti mulai mengurangi porsi makan yang berlebihan, mengonsumsi sayur dan buah lebih banyak dari biasanya dan menemani berolahraga serta adanya kesediaan kelompok dewasa madia

untuk mematuhinya maka persepsi mereka akan memengaruhi intention untuk

melakukan pola makan sehat dan olahraga menjadi kuat. Serta kelompok dewasa madia yang memersepsi adanya faktor pendukung yang memungkinkan untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga seperti memiliki informasi mengenai tata cara pelaksanaan pola makan sehat dan olahraga yang baik bagi masa dewasa madia dan mereka merasa mampu untuk mengontrol faktor-faktor tersebut membuat mereka mengerahkan usaha yang kuat untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga.

Interaksi antara attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived

behavioral control akan memengaruhi kuat atau lemahnya niat (intention) seseorang yang merupakan indikasi seberapa besar niat seseorang dalam menampilkan suatu perilaku tertentu. Apabila pasien diabetes melitus tipe 2 dan kelompok dewasa madia percaya bahwa melakukan pola makan sehat dan olahraga akan menghasilkan konsekuensi yang positif seperti pada pasien diabetes melitus tipe 2 dapat mengendalikan gula darah tetap stabil dan mengurangi resiko komplikasi, sedangkan pada kelompok dewasa madia dapat mengurangi pemicu resiko munculnya penyakit tertentu kemudian kedua kelompok juga memersepsi keluarga dan dokter menuntut untuk secara rutin mengikuti panduan perencanaan makan dan pasien semakin yakin bahwa dirinya mampu untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga maka


(29)

Universitas Kristen Maranatha

intention pasien diabetes melitus tipe 2 dan kelompok dewasa madia menguat untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga.

Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control juga saling berkorelasi, baik secara keseluruhan maupun secara parsial korelasi determinan-determinan tersebut akan memengaruhi kuat atau lemahnya intention pasien diabetes melitus tipe 2 dalam melakukan pola makan sehat dan

olahraga. Apabila hubungan antara attitude toward the behavior dan subjective norms

erat maka pasien yang memiliki sikap favorable seperti dalam memerhatikan panduan

perencanaan makan dengan berorientasi pada jumlah kalori yang dikonsumsi, jadwal makan teratur dan jenis-jenis asupan makanan, kemudian melaksanakan olahraga rutin dengan memerhatikan waktu yang disarankan akan dapat melihat evaluasi positif berupa manfaat dari melakakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur. Hal tersebut membuat keluarga, teman dan dokter semakin mendukung perilaku pasien untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga dengan cara memberikan dukungan kepada pasien berupa mengingatkan jadwal makan, menemai saat olahraga dan pasien juga memersepsi adanya tuntutan dari keluarga, teman dan dokter untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga, pasien pun bersedia untuk

mematuhi orang-orang tersebut maka sikapnya akan semakin favorable untuk

melakukan pola makan sehat dan olahraga.

Korelasi determinan berikutnya bila attitude toward the behavior dan


(30)

20

tipe 2 yang memiliki sikap favorable seperti mengikuti panduan perencanaan makan

yang memerhatikan jumlah kalori, jadwal makan teratur dan jenis-jenis asupan makanan, kemudian melaksanakan olahraga rutin dengan memerhatikan waktu yang disarankan akan dapat melihat evaluasi positif berupa manfaat dari melakakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur. Hal tersebut akan membuat pasien semakin merasa yakin bahwa dirinya mampu untuk dapat melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur sesuai dengan saran dan panduan dokter tanpa bergantung

pada orang lain, maka sikap pasien akan semakin favorable untuk melakukan pola

makan sehat dan olahraga.

Korelasi determinan berikutnya bila hubungan antara subjective norms dan

perceived behavioral control erat maka keluarga pasien, teman dan dokter akan memberikan dukungan pada pasien diabetes melitus tipe 2 seperti mengingatkan jadwal makan, memberikan informasi mengenai jenis-jenis asupan yang disarankan, memberikan semangat dan menemani saat olahraga, lalu pasien juga memersepsi adanya tuntutan dari keluarga, teman dan dokter untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga dan pasien pun bersedia untuk mematuhi orang-orang tersebut. Hal tersebut akan membuat pasien semakin yakin bahwa dirinya mampu untuk dapat melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur sesuai dengan saran dan panduan dokter.

Kontribusi dan korelasi dari ketiga determinan tersebut akhirnya akan


(31)

Universitas Kristen Maranatha melakukan pola makan sehat dan olahraga di Rumah Sakit RSUP Hasan Sadikin Kota

Bandung. Pengaruh ketiga determinan tersebut terhadap intention dapat berbeda-beda

satu sama lain, dapat sama-sama kuat memengaruhi intention atau hanya dua

determinan atau salah satu determinan saja yang kuat dalam memengaruhi intention,

tergantung pada determinan apa yang paling dominan memengaruhi pasien diabetes melitus tipe 2. Skema kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Asumsi Penelitian

1) Pasien diabetes melitus tipe 2 yang memiliki intention yang kuat akan

menentukan terbentuknya perilaku melakukan pola makan sehat dan olahraga. Pasien Diabetes

Melitus Tipe 2 di RSUP Hasan

Sadikin dan kelompok dewasa

madia di kota Bandung

Attitude toward the behavior

Subjective norms

Perceived behavioral

control

Intention melakukan pola makan

sehat dan olahraga


(32)

22

2) Pasien diabetes melitus tipe 2 yang memersepsi bahwa dengan melakukan

pola makan sehat dan olahraga memberikan konsekuensi positif maka intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga semakin kuat.

3) Pasien diabetes melitus tipe 2 yang memersepsi adanya tuntutan dari keluarga,

teman dan dokter untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga maka intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga akan semakin kuat.

4) Pasien diabetes melitus tipe 2 yang memersepsi bahwa dirinya mampu untuk

menjalani pola makan sehat dan olahraga serta tidak tergantung pada orang

lain maka intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga semakin

kuat.

1.7 Hipotesis Hipotesis mayor :

Attitude toward the behavior, subjective norms dan perceived behavioral control

berpengaruh secara simultan terhadap intention pasien diabetes melitus tipe 2 untuk

melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur.

Hipotesis minor : Hipotesis 1

Attitude toward the behavior berpengaruh terhadap intention pasien diabetes melitus tipe 2 untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur.


(33)

Universitas Kristen Maranatha Hipotesis 2

Subjective norms berpengaruh terhadap intention pasien diabetes melitus tipe 2 untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur

Hipotesis 3

Perceived behavioral control berpengaruh terhadap intention pasien diabetes melitus tipe 2 untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur.


(34)

65 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan intention terhadap intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUP Hasan Sadikin dan kelompok dewasa madia yang tidak mengidap penyakit tertentu di kota Bandung dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1) Tidak terdapat perbedaan intention untuk melakukan pola makan sehat dan

olahraga antara kedua kelompok. Artinya, kelompok 1 mengerahkan usahanya untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga, seperti mengurangi konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula, menjaga asupan makanan, memerhatikan ajdwal makan, meningkatkan waktu berolahraga. Keadaan yang sama juga dilakukan oleh kelompok 2 untuk menjaga kesehatannya.

2) Tidak terdapat perbedaan pada determinan subjective norms dan perceived

behavioral control antara kedua kelompok. Artinya, kedua kelompok sama-sama memandang adanya tuntuan dari keluarga, teman, atau dokter yang mengharuskan untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga serta adanya kesediaan untuk mematuhi orang-orang yang signifikan tersebut. Intention untuk melakukan pola makan sehat dan olahraga pada kedua


(35)

Universitas Kristen Maranatha kelompok juga dipengaruhi persepsi kedua kelompok bahwa mereka memiliki kendali sendiri untuk mengendalikan kadar gula darah dan memerhatikan kesehatannya.

3) Terdapat perbedaan yang signifikan pada determinan attitude toward the

behavior antara kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok 1 memiliki mean

determinan attitude toward the behavior lebih tinggi dibandingkan mean

determinan attitude toward the behavior kelompok 2. Artinya kelompok 1

memandang bahwa menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur merupakan hal yang bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah, sedangkan kelompok 2 juga memandang penting menjalankan pola makan sehat dan olahraga guna menjaga kesehatan dalam upaya mengantisipasi kemungkinan munculnya penyakit tertentu, mengingat usia yang sudah berada pada tahap dewasa madia namun derajat kepentingannya berada di bawah kelompok 1.

4) Secara simultan, determinan attitude toward the behavior, subjective norms,

dan perceived behavioral control pada kelompok 1 memberikan kontribusi

yang lebih besar terhadap intention dibandingkan kelompok 2. Kelompok 1

memandang dengan menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur merupakan hal yang bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah, usahanya tersebut juga dipengaruhi oleh keyakinan atas kendali sendiri, bahwa responden mampu menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur. Kelompok 1 juga memandang bahwa keluarga, teman dan dokter


(36)

67

menuntutnya untuk menjalankan pola makan dan berolahraga secara teratur sesuai anjuran dan mereka bersedia untuk mematuhinya. Berkaitan dengan masa dewasa madia, kelompok 2 hendaknya mulai memerhatikan kesehatannya, sehingga membuat kelompok 2 pun memandang penting mengenai pola makan sehat dan olahraga namun dengan aturan yang tidak terlalu ketat dibandingkan kelompok 1, karena kesadaran akan pentingnya kesehatan maka kelompok 2 mulai menjalankan pola makan sehat dan

olahraga secara teratur atas kendali pribadi. Kelompok 2 juga memandang

bahwa keluarga, teman dan dokter menuntut mereka untuk menjalankan pola makan dan berolahraga secara teratur untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya penyakit tertentu dan mereka bersedia untuk mematuhi orang-orang yang signifikan tersebut.

5) Ketiga determinan pada intention saling berkorelasi satu sama lainnya, dengan

kedua kelompok, adapun determinan yang memiliki korelasi terbesar adalah

antara attitude toward the behavior dan perceived behavioral control. Artinya

kedua kelompok memandang bahwa dengan menjalankan pola makan sehat dan olahraga memberikan manfaat guna mengendalikan kadar gula darah dan menjaga kesehatam dalam upaya mengantisipasi kemungkinan munculnya penyakit tertentu, dan menganggap penting usaha untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga. Karena kesadaran akan manfaatnya, membuat kedua kelompok menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur atas kendali pribadi.


(37)

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain :

5.2 1 Saran Teoretis

Agar memeroleh gambaran intention yang menyeluruh, sebaiknya penelitian

dengan variabel intention dan determinan-determinan intention menyertakan beliefs

dan background factors sebagai bagian dari variabel yang diteliti.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi RSUP Hasan Sadikin Bandung khususnya dokter dan perawat di

Poliklinik Endokrin, disarankan untuk menyampaikan informasi secara persuasif mengenai efektifitas melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur, selalu mengingatkan tata cara menjalankan pola makan sehat dan olahraga yang baik dan benar, membangun relasi personal dengan pasien, memberikan dukungan untuk mengendalikan kadar gula darah sehingga dapat menumbuhkan niat yang kuat untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga.

2) Bagi pasangan hidup, anak, teman dekat dan saudara kelompok 1 maupun


(38)

69

dengan cara mengawasi asupan makanan, mengingatkan jadwal makan yang sudah ditetapkan, membantu dalam menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan setiap makan, menemani dan mengajak untuk berolahraga secara teratur sehingga kelompok 1 dan kelompok 2 semakin memiliki niat yang kuat untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur.

3) Bagi kelompok 1 dan kelompok 2 yang memiliki niat lemah, disarankan untuk

meningkatkan usahanya mengendalikan kadar gula darah dan memerhatikan kesehatannya melalui dukungan orang-orang terdekat sehingga kedua kelompok dapat menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur. Bagi kelompok 1 dan kelompok 2 yang memiliki niat kuat, disarankan untuk memertahankan usahanya untuk melakukan pola makan sehat dan olaharaga secara teratur.


(39)

70

Universitas Kristen Maranatha Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior, edisi kedua. Inggris :

Open university press, McGraw-hill education.

---, 2006. Constructing a TpB Questionnaire : Conceptual and Methodological Considerations.

Effendi, Adi Teruna & Sarwono Waspadji. 2013. Aspek Biomolekular Diabetes Melitus II. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

Graziano, Anthony M. 2000. Research Methods. Edisi keempat. New york: Allyn and Bacon.

Hartini, Sri KS Kariadi. 2009. Diabetes? Siapa Takut. Bandung: Qanita.

Papalia, Diane E. & Ruth D. F. 2014. Menyelami Perkembangan Manusia. Edisi 12. Jakarta : Salemba Humanika

Soewondo, Pradana. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI.

Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: C.V. Alfabeta.

Tjokronegoro, Arjatmo & Hendra Utama. 2002. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu, cetakan kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Yunita, Oci M. 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Diabetes. Jakarta : Dunia Sehat


(40)

71

DAFTAR RUJUKAN

http://rumahdiabetes.com/mengapa-kita-harus-peduli-diabetes/, diakses pada tanggal 20 April 2013.

http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/ Umum / Orang-Indonesia-Rentan-Terkena-DM, diakses pada tanggal 21 April 2013.

http://www.waspada.co.id/ 275610:dampak-diabetes-terhadap-psikologis, diakses pada tanggal 20 April 2013

terapidiabetesmelitus.com/akibat/pengobatan-yang-mampu-mengatasi-akibat- diabetes -melitus-secara-efektif, diakses pada tanggal 20 April 2013.

www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/09/04/913/179334/Pertumbuhan-Penderita-Diabetes-di-Indonesia-Capai-6%-per-Tahun/, diakses pada tanggal 5 Agustus 2013.


(1)

kelompok juga dipengaruhi persepsi kedua kelompok bahwa mereka memiliki kendali sendiri untuk mengendalikan kadar gula darah dan memerhatikan kesehatannya.

3) Terdapat perbedaan yang signifikan pada determinan attitude toward the

behavior antara kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok 1 memiliki mean

determinan attitude toward the behavior lebih tinggi dibandingkan mean determinan attitude toward the behavior kelompok 2. Artinya kelompok 1 memandang bahwa menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur merupakan hal yang bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah, sedangkan kelompok 2 juga memandang penting menjalankan pola makan sehat dan olahraga guna menjaga kesehatan dalam upaya mengantisipasi kemungkinan munculnya penyakit tertentu, mengingat usia yang sudah berada pada tahap dewasa madia namun derajat kepentingannya berada di bawah kelompok 1.

4) Secara simultan, determinan attitude toward the behavior, subjective norms,

dan perceived behavioral control pada kelompok 1 memberikan kontribusi

yang lebih besar terhadap intention dibandingkan kelompok 2. Kelompok 1 memandang dengan menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur merupakan hal yang bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah, usahanya tersebut juga dipengaruhi oleh keyakinan atas kendali sendiri, bahwa responden mampu menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur. Kelompok 1 juga memandang bahwa keluarga, teman dan dokter


(2)

67

menuntutnya untuk menjalankan pola makan dan berolahraga secara teratur sesuai anjuran dan mereka bersedia untuk mematuhinya. Berkaitan dengan masa dewasa madia, kelompok 2 hendaknya mulai memerhatikan kesehatannya, sehingga membuat kelompok 2 pun memandang penting mengenai pola makan sehat dan olahraga namun dengan aturan yang tidak terlalu ketat dibandingkan kelompok 1, karena kesadaran akan pentingnya kesehatan maka kelompok 2 mulai menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur atas kendali pribadi. Kelompok 2 juga memandang bahwa keluarga, teman dan dokter menuntut mereka untuk menjalankan pola makan dan berolahraga secara teratur untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya penyakit tertentu dan mereka bersedia untuk mematuhi orang-orang yang signifikan tersebut.

5) Ketiga determinan pada intention saling berkorelasi satu sama lainnya, dengan kedua kelompok, adapun determinan yang memiliki korelasi terbesar adalah antara attitude toward the behavior dan perceived behavioral control. Artinya kedua kelompok memandang bahwa dengan menjalankan pola makan sehat dan olahraga memberikan manfaat guna mengendalikan kadar gula darah dan menjaga kesehatam dalam upaya mengantisipasi kemungkinan munculnya penyakit tertentu, dan menganggap penting usaha untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga. Karena kesadaran akan manfaatnya, membuat kedua kelompok menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur atas kendali pribadi.


(3)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran yang diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain :

5.2 1 Saran Teoretis

Agar memeroleh gambaran intention yang menyeluruh, sebaiknya penelitian dengan variabel intention dan determinan-determinan intention menyertakan beliefs

dan background factors sebagai bagian dari variabel yang diteliti.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi RSUP Hasan Sadikin Bandung khususnya dokter dan perawat di Poliklinik Endokrin, disarankan untuk menyampaikan informasi secara persuasif mengenai efektifitas melakukan pola makan sehat dan olahraga secara teratur, selalu mengingatkan tata cara menjalankan pola makan sehat dan olahraga yang baik dan benar, membangun relasi personal dengan pasien, memberikan dukungan untuk mengendalikan kadar gula darah sehingga dapat menumbuhkan niat yang kuat untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga.

2) Bagi pasangan hidup, anak, teman dekat dan saudara kelompok 1 maupun kelompok 2 disarankan untuk memberikan dukungan kepada kedua kelompok


(4)

69

dengan cara mengawasi asupan makanan, mengingatkan jadwal makan yang sudah ditetapkan, membantu dalam menghitung jumlah kalori yang dibutuhkan setiap makan, menemani dan mengajak untuk berolahraga secara teratur sehingga kelompok 1 dan kelompok 2 semakin memiliki niat yang kuat untuk menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur.

3) Bagi kelompok 1 dan kelompok 2 yang memiliki niat lemah, disarankan untuk meningkatkan usahanya mengendalikan kadar gula darah dan memerhatikan kesehatannya melalui dukungan orang-orang terdekat sehingga kedua kelompok dapat menjalankan pola makan sehat dan olahraga secara teratur. Bagi kelompok 1 dan kelompok 2 yang memiliki niat kuat, disarankan untuk memertahankan usahanya untuk melakukan pola makan sehat dan olaharaga secara teratur.


(5)

Ajzen, Icek. 2005. Attitudes, Personality and Behavior, edisi kedua. Inggris : Open university press, McGraw-hill education.

---, 2006. Constructing a TpB Questionnaire : Conceptual and

Methodological Considerations.

Effendi, Adi Teruna & Sarwono Waspadji. 2013. Aspek Biomolekular

Diabetes Melitus II. Jakarta : Badan Penerbit FKUI.

Graziano, Anthony M. 2000. Research Methods. Edisi keempat. New york:

Allyn and Bacon.

Hartini, Sri KS Kariadi. 2009. Diabetes? Siapa Takut. Bandung: Qanita.

Papalia, Diane E. & Ruth D. F. 2014. Menyelami Perkembangan Manusia. Edisi

12. Jakarta : Salemba Humanika

Soewondo, Pradana. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB. PERKENI.

Sugiyono. 1999. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: C.V. Alfabeta.

Tjokronegoro, Arjatmo & Hendra Utama. 2002. Penatalaksanaan Diabetes

Melitus Terpadu, cetakan kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Yunita, Oci M. 2012. Ajaibnya Terapi Herbal Tumpas Penyakit Diabetes. Jakarta


(6)

DAFTAR RUJUKAN

http://rumahdiabetes.com/mengapa-kita-harus-peduli-diabetes/, diakses pada tanggal 20 April 2013.

http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/ Umum / Orang-Indonesia-Rentan-Terkena-DM, diakses pada tanggal 21 April 2013.

http://www.waspada.co.id/ 275610:dampak-diabetes-terhadap-psikologis, diakses pada tanggal 20 April 2013

terapidiabetesmelitus.com/akibat/pengobatan-yang-mampu-mengatasi-akibat- diabetes -melitus-secara-efektif, diakses pada tanggal 20 April 2013.

www.metrotvnews.com/lifestyle/read/2013/09/04/913/179334/Pertumbuhan-Penderita-Diabetes-di-Indonesia-Capai-6%-per-Tahun/, diakses pada tanggal 5 Agustus 2013.