PROFIL KECAKAPAN PROBLEM SOLVING SISWA KELAS X SMA PLUS MUTHAHHARI BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013 BERDASARKAN POLA ASUH ORANG TUA.

(1)

PROFIL KECAKAPAN PROBLEM SOLVING SISWA

KELAS X SMA PLUS MUTHAHHARI BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013 BERDASARKAN POLA ASUH ORANG TUA

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

EVI OCTRIANTY 1101688

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul ”Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas penyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau ada gugatan dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Februari 2014 Yang membuat pernyataan,


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr.H. Syamsu Yusuf L. N., M.Pd. NIP 195206201980021001

Pembimbing II

Dr. Hj. Euis Farida, M.Pd. NIP 195901101984032001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. H. Nandang Rusmana, M. Pd NIP 1960050119860100


(4)

ABSTRAK

Evi Octrianty (2014). Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua.

Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa remaja seringkali mengalami kebingungan dalam menghadapi setiap masalah. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama, sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama. Namun, kecakapan problem solving remaja yang berperan sebagai siswa terkadang masih belum dimiliki dengan baik. Hal ini terbukti dari adanya tekanan dalam diri remaja seperti depresi, stress hingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan menyimpang sebagai bentuk peralihan mereka atas ketidakmampuan menyelesaikan masalah. Kemudian penerapan pola asuh orang tua menjadi salah satu faktor munculnya perilaku dan pembentukan kecakapan mengatasi masalah (problem solving) remaja. Tujuan dari penelitian ini secara khusus, ialah untuk memperoleh data empirik mengenai profil kecakapan problem solving siswa kelas X yang berada di SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan pola asuh orang tua, serta perbedaan kecakapan problem solving siswa kelas X yang berada di SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan pola asuh orang tua. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil kecakapan problem solving siswa kelas X yang berada di SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan pola asuh orang tua yang bersifat demokratis, otoriter, dan permisif menunjukkan keragaman dalam setiap aspeknya dan terdapat perbedaan kecakapan problem solving terhadap masing-masing tipe pola asuh orang tua. Rekomendasi penelitian ditujukan kepada: (1) konselor sekolah, (2) orang tua siswa; dan (3) peneliti selanjutnya.


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN MOTTO

HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN

ABSTRAK ………..i

ABSTRACT………ii

KATA PENGANTAR....…..………..iii

UCAPAN TERIMA KASIH…..………....v

DAFTAR ISI...……….viii

DAFTAR TABEL...………...xii

DAFTAR GRAFIK...………..xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Penelitian ... 6

C. Rumusan Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Asumsi Penelitian ... 7

G. Metode Penelitian ... 8

H. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG POLA ASUH ORANG TUA DAN KECAKAPAN MENGATASI MASALAH (PROBLEM SOLVING) ... 10


(6)

1. Pentingnya Pola Asuh sebagai Layanan Bimbingan pada Remaja ... 10

2. Definisi, Ciri , dan Jenis-jenis Pola Asuh ... 12

B. Teori Pembelajaran yang Mendukung Peran Orang Tua terhadap Pembentukan Kepribadian Anak ... 18

1. Teori Lev Vygotsky ... 18

2. Teori Jangka Hidup Erikson ... 21

3. Teori Kemelekatan (Attachment) dari John Bowlby ... 23

4. Kemelekatan Hubungan Orang Tua-Anak saat Usia Remaja ... 25

5. Pengaruh Gaya Pengasuhan terhadap Identitas Remaja ... 26

6. Pendekatan Gaya Pengasuhan Orang Tua terhadap Remaja………...27

C. Konsep Kecakapan Mengatasi Masalah (Problem Solving) Sebagai Bagian dari Kecakapan Pribadi (Personal Skill) dan Kecakapan Hidup (Life Skill)...30

D. Bentuk Layanan Bimbingan dan Konseling………...33

1. Layanan Dasar………33

2. Layanan Responsif……….34

3. Strategi Implementasi Program untuk Layanan Dasar dan Responsif...35

E. Perspektif Pengasuhan Bagi Orang Tua dan Remaja dalam Menangani Permasalahan………....37

F. Pola Asuh sebagai Pola Bimbingan yang Berpusat pada Keluarga……...38

G. Konseling Keluarga sebagai Layanan Responsif pada Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah………39

1. Peranan Konselor dalam Konseling Keluarga ... 40

2. Tahapan Konseling keluarga ... 41

H. Faktor Demografis Orang Tua terhadap Penyikapan Masalah yang Dialami Remaja……….42

I. Penelitian-penelitian Terdahulu ... 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51


(7)

B. Definisi Operasional Variabel ... 52

1. Pola Asuh ... 52

2. Kecakapan Mengatasi Masalah (Problem Solving)……….54

C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data ... 55

1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data ... 55

2. Penimbangan Instrumen ... 59

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 60

a. Pengujian Validitas Instrumen ... 60

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 63

D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 67

1. Lokasi Penelitian ... 67

2. Subjek Penelitian ... 67

E. Teknik Analisis Data ... 68

1. Analisis Skor Data.………..68

2. Analisis Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua.………..70

3. Uji Perbedaan Rata-rata Sampel………..73

4. Uji Perbedaan Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Faktor Demografis………..76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Hasil Penelitian ... .85

1. Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua………85

2. Perbedaan Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua………..89

B. Pembahasan Penelitian ... 95

1. Membangun Kecakapan Problem Solving Remaja Melalui Peran Pola Asuh Orang Tua………..95


(8)

b. Pengembangan Kemampuan Penyelesaian Masalah………...97

2. Pentingnya Pola Asuh Orang Tua dalam Menanamkan Kecakapan Problem Solving Remaja………...98

a. Peran Orang Tua dalam Membantu Menangani Masalah Remaja...100

b. Peran Orang Tua dalam Membangun Kecakapan Problem Solving Remaja Melalui Pendekatan Personal dan Spiritual ………...101

c. Peran Orang Tua dalam Menerapkan Bimbingan yang Tepat untuk Membangun Kecakapan Problem Solving Siswa………....103

d. Membangun Kecakapan Problem Solving Siswa Melalui Pendidikan Kecakapan Hidup di SMA Plus Muthahhari Bandung…………...105

C. Keterbatasan Peneliti...………...106

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 108

A. Simpulan ... 108

B. Rekomendasi ... 109

DAFTAR PUSTAKA…...………..111 RIWAYAT HIDUP


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1. Sikap atau Perlakuan Orang Tua dan Dampaknya Terhadap Kepribadian

Anak ... 15

2.2. Delapan Tahapan Siklus Menurut Erik Erikson ... 21

3.1 Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua ... 56

3.2. Kisi-kisi Instrumen Kecakapan Mengatasi Masalah (Problem Solving) ... 58

3.3. Hasil Judgement Kisi-kisi Angket Pola Asuh ... 60

3.4. Hasil Judgement Angket Kecakapan Mengatasi Masalah (Problem Solving)………....60

3.5. Hasil Uji Validitas pada Angket Pola Asuh ... 61

3.6. Hasil Uji Validitas pada Angket Kecakapan Mengatasi Masalah (Problem Solving) ... 63

3.7. Proses Perhitungan Uji Reliabilitas dengan Rumus K-R 20 pada Angket Kecakapan Problem Solving... 66

3.8. Hasil Penyekoran untuk Angket Pola Asuh Orang Tua ... 69

3.9. Hasil Penyekoran untuk Angket Kecakapan dalam Mengatasi Masalah (Problem Solving) ... 70

3.10. Data Frekuensi Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Asuh Demokratis ... 71

3.11. Data Frekuensi Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Asuh Otoriter ... 72

3.12. Data Frekuensi Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Asuh Permisif... 72


(10)

3.13. Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua…..74 3.14. Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi………...75 3.15. Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Urutan Anak………..…..76 3.16. Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi………...78 3.17. Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Status Ekonomi Orang

Tua……….79 3.18. Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi………...80 3.19. Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua………..………...81 3.20. Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi………...83 3.21. Tabel Kontingensi………..………...83


(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik

4.1. Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Pola Asuh

Demokratis………..86

4.2. Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Pola Asuh Otoriter . 87 4.3. Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Pola Asuh Permisif 88 4.4. Perbedaan Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Pola Asuh ... 89 4.5. Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Urutan Anak ... 91 4.6. Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua

………....92

4.7. Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua ... 94 4.8. Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Gender ... 95


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat

Lampiran 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Lampiran 3 Angket Penelitian

Lampiran 4 Tabulasi Data Penelitian

Lampiran 5 Profil Pola Asuh Orang Tua Siswa Kelas X SMA Plus

Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013

Lampiran 6 Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Kelas X SMA Plus

Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013

Lampiran 7 Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Faktor


(13)

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I dikemukakan latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode, lokasi dan sampel penelitian.

A. Latar Belakang Penelitian

Peran orang tua sangat penting dalam memberikan bimbingan kepada remaja. Sebab, orang tua merupakan pendidik yang paling utama dalam kehidupan keluarga yang tugas dan tanggung jawab mulianya adalah mengasuh, membesarkan dan mendidik dengan berbagai halangan dan tantangan yang dilaluinya. Peran orang tua dalam mengasuh, membesarkan, dan mendidik remaja tidak lepas dari pola asuh yang dimiliki sebagai bentuk tanggung jawab orang tua dalam mendidik remaja agar memiliki kecakapan diri yang baik terutama kecakapan dalam mengatasi masalah (problem solving) yang dihadapi remaja.

Akan tetapi, dalam hubungan dengan keluarga, para remaja sering menghadapi masalah yang berkaitan dengan (1) hubungan dengan orang tua (ibu-bapa), (2) hubungan dengan saudara, (3) penyesuaian norma dalam keluarga, maupun (4) konflik dengan tuntutan orang tua. Masalah tersebut dapat disebabkan adanya peran yang berbeda saat usia mereka masih kanak-kanak dengan usia remaja sehingga menghasilkan tuntutan yang berbeda.

Sesuai dengan hal tersebut, Surya (2011:59) mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa transisi dan kelanjutan dari masa anak-anak dalam menuju tingkat kematangan sebagai persiapan untuk mencapai kedewasaan. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak yang penuh ketergantungan ke masa dewasa yang penuh kemandirian.

Surya (2011:61-62) mengemukakan bahwa remaja memiliki masalah-masalah yang sering dihadapi terutama berkenaan dengan masalah-masalah penyesuaian diri antara kekuatan dari dalam dirinya dengan pengaruh dan tantangan dari


(14)

lingkungan. Kegagalan dalam penyesuaian diri ini dapat menimbulkan berbagai gejala kelainan tingkah laku para remaja, dan dapat meluas menjadi kegagalan dalam perkembangan remaja secara keseluruhan.

Singgih dalam Asrori dan Ali (2004:16-17) menguraikan sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja, salah satunya yaitu terjadinya pertentangan. Sebagai individu yang sedang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri.

Oleh karena itu, tak jarang remaja yang mengalami kebingungan karena sering menghadapi masalah maupun pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi itu menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh rasa aman.

Selain terjadinya pertentangan, sikap yang sering ditunjukkan oleh remaja yaitu adanya aktivitas berkelompok. Berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala maupun larangan. Adapun kendala yang sering terjadi pada remaja adalah tidak tersedianya biaya. Sedangkan bermacam-macam larangan dari orang tua seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja.

Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat diatasi bersama-sama. Sementara di sisi lain, remaja sangat membutuhkan keteladanan, konsistensi, serta komunikasi yang tulus dan empatik dari orang dewasa, sebab seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua.

Maka, betapa pentingnya tanggung jawab orang tua dalam memberikan pola asuh kepada putra-putrinya terutama di usia remaja. Sebab, remaja yang kesulitan dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi dalam dirinya disertai kelalaian orang tua dalam melaksanakan tanggung jawabnya dalam memberikan


(15)

bimbingan kepada putra-putri mereka merupakan hal yang sangat berbahaya baik bagi diri remaja, orang tua, masyarakat, maupun bangsa. Pada akhirnya apabila anak remaja mereka dibiarkan tanpa ada pengawasan atau bimbingan dari orang tua terutama dalam menyikapi masalah yang dihadapinya maka dampak yang timbul ialah munculnya tekanan dalam diri seperti depresi, stress hingga dapat menimbulkan tindakan-tindakan menyimpang atau salah suai sebagai bentuk peralihan mereka atas ketidakmampuan menyelesaikan masalah.

Berbagai macam tindakan menyimpang tersebut dalam sebuah penelitian yang dilakukan sejak tahun 1992 oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) daerah Lampung dan hasil pemantauan Republika, antara lain munculnya korban kekerasan dalam keluarga, seks bebas, narkoba dengan beragam alasan dari mereka di antaranya tidak ada bimbingan orang tua sebanyak 54,36 persen dan pengaruh pergaulan/lingkungan 58,51 persen yang tidak hanya terdapat di kota-kota besar, melainkan terdapat pula di kota-kota kecil (Rehani, 2002:159-160).

Kemudian, tindakan penyimpangan remaja juga dilakukan dengan bentuk tawuran. Hasil data dari Komnas Perlindungan Anak Tahun 2012 tercatat 147 remaja di Indonesia melakukan tawuran dan 81 remaja tewas dalam aksi tawuran. Adapun tanda-tanda remaja yang mengalami masalah serius, biasanya muncul perubahan atau penurunan suasana hati dan tingkat fungsinya di sekolah, di rumah, dan juga pada aktivitas lain yang dapat menunjukkan satu masalah atau lebih.

Menurut Herrin (2002: 134) munculnya remaja ketika menghadapi masalah serius, maka sinyal peringatan awal terjadi pada gangguan makan, lalu menimbulkan peningkatan dan penurunan berat badan yang mencolok, ketertarikan tiba-tiba pada makanan, nutrisi, dan makanan tanpa lemak, mengabaikan waktu makan, hanya meminum minuman tanpa kalori, melakukan olah raga atau kegiatan atletik dengan intensitas tinggi, ketidaknyamanan ketika makan, keresahan pada penampilan fisik, penghargaan diri yang rendah, dan depresi.


(16)

Perilaku lain yang muncul pada remaja saat mereka depresi menurut Brody dalam Koplewicz (2002:7) adalah munculnya tanda-tanda klasik seperti keletihan, kebosanan, gangguan, ledakan kemarahan, ancaman kabur dari rumah, gejala fisik seperti sakit kepala atau sakit perut, kecemasan, dan keputusasaan. Sehingga pada akhirnya gejala yang timbul dan sulit dideteksi diantaranya penggunaan obat-obatan, karena remaja sering terlibat perilaku di luar rumah bersama teman, dan orang tua hanya bisa mendeteksi dampaknya saat mereka pulang ke rumah dalam keadaan mabuk, munculnya perubahan pada makan dan tidur serta peningkatan keluhan fisik, hilangnya minat untuk bersekolah, membolos, terjadi penurunan nilai, kemarahan dan sensitif pada orang tua, penurunan tanggung jawab seperti mengerjakan pekerjaan rumah, dan peningkatan kesulitan bersama orang lain di sekolah.

Selain itu, dalam pooling situs yang diadakan pada bulan Juli 2011 oleh www.parenting.co.id. melalui majalah Parenting Indonesia edisi Agustus 2011 menyebutkan bahwa pengaruh negatif dari teman dan lingkungan menjadi kekhawatiran para orang tua sebanyak 64 persen sementara sekitar 20 persen mereka khawatir putra-putri mereka menjadi korban kejahatan. Sebanyak 25 persen, mereka pun berharap lingkungan putra-putri mereka bebas dari pengaruh buruk. Kekhawatiran yang dihadapi orang tua merupakan salah satu bentuk kepedulian atas putra-putri mereka yang masih berpengaruh terhadap lingkungan luar rumah apabila terjadi problem atau konflik yang dihadapi putra-putrinya.

Dalam sebuah penelitian kecil yang menunjukkan kurangnya peran orang tua dalam memberikan bimbingan kepada putra-putrinya dengan alasan (1) faktor kesibukan orang tua yang bekerja; (2) korban single parent atau broken home; (3) kekurangpedulian orang tua terhadap remaja mereka; (4) mempercayakan sepenuhnya remaja mereka kepada tugas dan tanggung jawab guru di sekolah atau di kelas; (5) gangguan psikologis; (6) pertengkaran antar anggota keluarga; (7) mental hygiene disorder; (8) sikap protektif orang tua terhadap remaja mereka; (9) depresi dan stress; dan (10) kasus bullying ternyata menjadi faktor risiko orang tua yang kesulitan terhadap remaja yang menghadapi masalah. Hal ini menurut Baumrind (1991:91) menunjukkan bahwa pola asuh yang terlalu membiarkan


(17)

(permisif) akan membuat remaja menjadi tidak berkomitmen, cenderung impulsif dan bisa memungkinkan terlibat penggunaan obat-obatan.

Steinberg dalam Brooks (2011:643) juga menemukan bahwa sekitar 40 persen orang tua merasakan kesulitan dalam menghadapi anak mereka yang mengalami masalah, sebab pola asuh yang diterapkan terlalu permisif. Berbeda dengan 20 persen orang tua yang menikmati kebebasan lebih besar karena anak mereka mandiri dan mampu menyelesaikan masalah disebabkan perlakuan dari orangtua yang acceptance dan authoritative. Sedangkan 40 persen orang tua yang merespons perubahan anaknya tetapi tidak berpengaruh secara pribadi disebabkan pola perlakuan yang terlalu overprotective.

Dari beberapa temuan tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan remaja dalam mengatasi masalah yang dihadapi adalah keluarga terutama dalam hal pola asuh orang tua. Peran orang tua dalam menerapkan pola asuh pada remaja dapat dilakukan dengan melanjutkan komitmen mereka pada anak dengan memantau,mengawasi, dan menegakkan aturan, namun di saat yang sama mendukung dan menerima individualitas anak.

Orang tua dapat juga berperan sebagai penasehat dan memberikan informasi mengenai topik yang penting bagi remaja, berbagi kewenangan dalam pembuatan keputusan dengan remaja sehingga remaja lebih dapat mengatur dirinya dalam konteks hubungan keluarga yang hangat dan mampu menyelesaikan kondisi permasalahannya dengan baik. Oleh karena itu, di dalam ranah keluarga terutama orang tua dapat senantiasa memberikan pola asuh yang sesuai untuk mengembangkan kemampuan individu dalam menyelesaikan masalah, serta diperlukan pula situasi keluarga yang harmonis, yang dapat memberikan rasa aman, nyaman, dan menghargai anak.

Berdasarkan latar belakang penelitian ini, untuk melihat pola asuh orang tua terhadap kecakapan dalam menangani suatu masalah secara arif dan kreatif (creative problem solving skill) pada putra/putri remaja yang berperan sebagai siswa/siswi SMA, maka ditetapkan judul penelitian ini yaitu “Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua”.


(18)

B. Identifikasi Penelitian

Berbagai macam tipe pola asuh seperti pola asuh otoriter, demokratis dan permisif dapat mempengaruhi tinggi dan rendahnya kecakapan problem solving remaja yang berperan sebagai siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung. Berdasarkan tinjauan dari teori Baumrind (1991:91) menunjukkan bahwa pola asuh yang terlalu membiarkan (permisif) akan membuat remaja menjadi tidak berkomitmen, cenderung impulsif dan bisa memungkinkan terlibat penggunaan obat-obatan sebagai dampak dari perlakuan mereka atas ketidakmampuan dalam mengatasi masalah.

Sedangkan menurut Steinberg dalam Brooks (2011:643) orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis dengan aspek acceptance dan authoritative menikmati kebebasan lebih besar karena anak mereka mandiri dan mampu menyelesaikan masalah. Sedangkan pola asuh orang tua yang bersifat otoriter merespons perubahan anaknya tetapi tidak berpengaruh secara pribadi dalam arti kecakapan yang dimilki remaja tidak memiliki dampak yang dominan disebabkan pola perlakuan yang terlalu overprotective.

C. Rumusan Penelitian

Adapun pokok permasalahan yang diteliti dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana profil kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan pola asuh orang tua?

2. Seperti apa perbedaan kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan pola asuh orang tua?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara khusus, untuk memperoleh data empirik mengenai: (1) profil kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus


(19)

Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan pola asuh orang tua; (2) perbedaan kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan pola asuh orang tua.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi dimensi praktis dan dimensi teoretis. Pada kegunaan praktis, khususnya kepada guru dan orang tua diharapkan dapat memberikan bimbingan yang tepat terhadap remaja. Kegunaan teoretis, yaitu: (1) memberikan masukan bagi guru BK SMA Plus Muthahhari Bandung tentang perlunya layanan BK terhadap kecakapan problem solving siswa; (2) memberikan masukan kepada orang tua tentang pentingnya memahami dan menerapkan pola asuh yang tepat terhadap remaja agar mampu mengatasi masalah secara arif dan kreatif.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian tentang kecakapan problem solving siswa berdasarkan pola asuh orang tua ini dilandasi asumsi-asumsi dari konsep-konsep dan teori-teori sebagai berikut.

1. Menurut Surya (2011:61-62), remaja memiliki masalah-masalah yang sering dihadapi terutama berkenaan dengan masalah penyesuaian diri antara kekuatan dari dalam dirinya dengan pengaruh dan tantangan dari lingkungan. Kegagalan dalam penyesuaian diri ini dapat menimbulkan berbagai gejala kelainan tingkah laku para remaja, dan dapat meluas menjadi kegagalan dalam perkembangan remaja secara keseluruhan. Oleh sebab itu, remaja diperlukan keterampilannya dalam memecahkan atau mengatasi masalah (problem solving).

2. Tanggung jawab orang tua sangat penting dalam memberikan bimbingannya melalui pola asuh kepada remaja. Orang tua yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya dalam memberikan bimbingan kepada remaja merupakan hal yang sangat berbahaya baik bagi diri remaja, orang tua, masyarakat,


(20)

maupun bangsa terutama ketika mengalami masalah serius yang tidak mampu diatasi oleh dirinya sendiri. Pada akhirnya apabila anak remaja mereka dibiarkan tanpa ada pengawasan atau bimbingan dari keluarga akan menimbulkan tekanan dalam diri seperti depresi, stress hingga tindakan menyimpang atau salah suai sebagai bentuk peralihan mereka atas ketidakmampuan menyelesaikan masalah .

G. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif. Metode ini dipilih karena peneliti bemaksud untuk mendeskripsikan dan menganalisis data-data dari variabel yang diteliti secara empiris, obyektif, terukur, rasional, sistematis serta menggunakan analisis statistik (Sugiyono, 2012:13).

Teknik-teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dari penelitian ini adalah menggunakan skala pengukuran berupa skala semantic differensial dan skala guttman. Pengumpulan data dilakukan melalui 2 buah instrumen yakni instrumen mengenai persepsi pola asuh orang tua terhadap remaja dan instrumen kecakapan problem solving.

H. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Plus Muthahhari Bandung. Subjek yang dipilih ialah remaja yang berperan sebagai siswa-siswi kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berusia sekitar 15-16 tahun. Sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan kategori sampling jenuh (total sampling), yakni teknik penentuan sampel dilakukan dari anggota populasi yang digunakan sebagai sampel.

Sampel yang diambil adalah sampel dari populasi kelas gabungan (kelas random) yang mengikuti kelas minat dalam bidang bahasa yang wajib diikuti oleh siswa-siswi di SMA Plus Muthahhari. Siswa-siswi tersebut diambil dari kelas minat bahasa jepang dan korea. Alasan peneliti mengambil sampel ini bahwa


(21)

populasi yang digunakan sudah sebagian besar dapat dianggap homogen dan benar-benar bersifat representatif, sehingga subjek sampel dilakukan sebanyak 25 siswa.


(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan menguraikan pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional variabel penelitian, pengembangan instrumen penelitian, subjek penelitian, tahap penelitian, dan teknik analisis data.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif dengan penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan keadaan yang tengah berlangsung (Furqon, 2009:11). Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan angka-angka secara numerikal mengenai hubungan pola asuh orang tua terhadap kecakapan siswa kelas X SMA dalam mengatasi masalah (problem solving) di SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 serta perbedaan kecakapan problem solving siswa berdasarkan pola asuh orang tua yang telah dipersepsikan menurut siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

Kedua variabel yang telah dideskripsikan tersebut, kemudian dilakukan penelitian dengan menggunakan langkah-langkah: (1) studi pendahuluan; (2) uji instrumen (angket); (3) analisis data instrumen (angket). Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan nonprobability sampling dengan kategori sampling jenuh yang berkapasitas kurang dari 30 orang. Alasan peneliti menggunakan sampel ini bahwa partisipannya sesuai untuk diteliti, bersifat representatif dan dapat digeneralisasikan dengan tingkat kesalahan yang sangat kecil, sehingga dapat memberikan informasi berguna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dan hipotesis.


(23)

B. Definisi Operasional Variabel

Berdasarkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian, terdapat tiga variabel utama dari penelitian ini, yaitu peranan pola asuh orang tua sebagai variabel independen (bebas) terhadap kecakapan siswa dalam mengatasi masalah (problem solving) disebut sebagai variabel dependen (terikat). Definisi operasional ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Pola Asuh

Dalam penelitian ini, pola asuh dapat didefinisikan sebagai cara orang tua dalam menjaga, mendidik dan merawat anak sebagai tanggung jawab yang dilakukan orang tua melalui berbagai macam penanaman agama, budaya, dan kecakapan (skill) yang diukur melalui persepsi remaja yang berperan sebagai siswa-siswi kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 atas perlakuan sehari-hari yang diterimanya di dalam kehidupan remaja.

Berdasarkan latar belakang kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman, kepentingan serta pengasuhan, setiap orang tua akan membentuk pola asuh yang berbeda dalam mendidik anaknya. Pola asuh ini dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu : (a) pola asuh otoriter; (b) pola asuh demokratis; dan (c) pola asuh permisif.

Pola asuh otoriter dapat diartikan sebagai cara orang tua dalam mendidik, menjaga, dan merawat anak dengan cara memaksa anak-anak untuk patuh pada nilai-nilai mereka, serta berusaha membentuk tingkah laku anak sesuai keinginannya.Ciri dari pola asuh ini yaitu munculnya sikap (1) over protection (terlalu melindungi) atau mengekang keinginan anak, (2) unjuk kuasa dengan senantiasa memaksakan kehendak orang tua untuk dipatuhi oleh anak, (3) adanya domination (dominasi) yang kuat, serta (4) punitiveness/overdiscipline (terlalu disiplin) dengan menunjukkan tegas dan senantiasa memberi hukuman pada anak.

Pola asuh demokratis dapat diartikan sebagai cara orang tua dalam mendidik, menjaga, dan merawat anak dengan sikap saling memberi dan menerima serta mendorong anak saling membantu, bekerja sama dan bertindak secara obyektif. Ciri


(24)

dalam pola asuh ini ditandai dengan (1) acceptance (penerimaan) dengan cara memberikan hubungan yang hangat dan saling berdialog secara respek terhadap anak, (2) authoritative (berwenang) dengan cara menerapkan pengawasan tegas atas perilaku anak, tetapi juga menekankan kemandirian anak, serta (3) bina kasih dengan cara menerapkan sikap mau mendengarkan keluhan-keluhan dan pendapat anak-anaknya serta selalu memberikan alasannya kepada anak.

Pola asuh permisif dapat diartikan sebagai cara orang tua dalam mendidik, menjaga, dan merawat anak melalui kebebasan sebesar-besarnya yang diberikan kepada anak untuk mengatur dirinya sendiri tanpa melibatkan pengawasan dari orang tua maupun campur tangan orang tua dalam mengaturnya. Ciri dari pola asuh ini di antaranya (1) permisif positif seperti permissiveness (pembolehan yang sifatnya toleran) ,dan (2) permisif negatif seperti rejection (penolakan), dan (3) submission (penyerahan).

Beberapa macam pola asuh tersebut dapat dijadikan sebagai komponen, pengembangan sub, serta indikator dalam membimbing kecakapan pribadi remaja di antaranya sebagai berikut:

a. Pola Asuh Otoriter meliputi sub pola perlakuan: (1) over protection (terlalu melindungi), dengan indikator: (a) memberikan bantuan kepada remaja secara terus-menerus, meskipun remaja sudah mampu; dan (b) mengawasi kegiatan remaja secara berlebihan; (2) unjuk kuasa dengan indikator memaksakan kehendaknya untuk dipatuhi remaja meskipun sebenarnya remaja tidak dapat menerimanya; (3) domination (dominasi) dengan indikator mendominasi anak; (4) punitiveness/overdiscipline (terlalu disiplin) dengan indikator: (a) mudah memberikan hukuman; dan (b) menanamkan kedisiplinan secara keras.

b. Pola Asuh Demokratis meliputi sub pola perlakuan : (1) acceptance (penerimaan) dengan indikator : (a) memberikan perhatian dan cinta kasih yang tulus kepada remaja; (b) mengembangkan hubungan yang hangat dengan remaja; (c) berkomunikasi dengan remaja secara terbuka dan mau mendengarkan


(25)

masalahnya; (2) authoritative (berwenang) dengan indikator: (a) menerapkan kendali yang tegas atas perilaku remaja; (b) menekankan kemandirian dan individualitas remaja; (3) bina kasih dengan indikator mendidik dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap keputusan dan perlakuan yang diambil oleh remaja.

c. Pola Asuh Permisif di dalamnya terdapat sub pola perlakuan: (1) permisif positif seperti permissiveness (pembolehan yang sifatnya toleran) dengan indikator: (a) memberikan kebebasan untuk berpikir atau berusaha; (b) toleran dan memahami kelemahan remaja; (c) cenderung lebih suka memberi sesuatu yang diminta remaja daripada menerima; dan (2) permisif negatif seperti rejection (penolakan) dengan indikator: (a) kurang mempedulikan kesejahteraan remaja; (b) menampilkan sikap permusuhan atau dominasi terhadap remaja; dan (3) submission (penyerahan) dengan indikator: (a) senantiasa memberikan sesuatu yang diminta remaja; (b) membiarkan remaja berperilaku semaunya.

2. Kecakapan Mengatasi Masalah (Problem Solving)

Kecakapan mengatasi masalah (problem solving) merupakan cakupan dari kecakapan berpikir yaitu kecakapan yang menggunakan pikiran/rasio kita secara optimal. Pengertian kecakapan mengatasi masalah (problem solving) merupakan kemampuan yang memungkinkan siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 untuk menemukan jalan keluar dalam menghadapi setiap hambatan atau permasalahan yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari.

Pemecahan masalah yang baik tentu berdasarkan informasi yang cukup dan telah diolah dan dipadukan dengan hal-hal lain yang terkait. Pemecahan masalah memerlukan kreativitas dan kearifan. Kreativitas bertujuan untuk menemukan pemecahan yang efektif dan efisien, sedangkan kearifan diperlukan karena pemecahan harus selalu memperhatikan kepentingan berbagai pihak dan lingkungan sekitarnya.


(26)

Untuk mengatasi masalah, indikator yang harus dituntut dalam kecakapannya ialah: (a) kemampuan memahami kata dalam konteks permasalahan; (b) kemampuan memberikan solusi berdasarkan pertimbangan asumsi masalah; (c) kemampuan memecahkan masalah dengan menerapkan sebuah strategi; (d) kemampuan menyelesaikan masalah secara sistematis; dan (e) mengevaluasi strategi pemecahan masalah berdasarkan prosedur yang telah dilakukan.

C. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data

1. Kisi-kisi Instrumen Pengumpul Data

Kisi-kisi instrumen pengumpul data yang dirancang dalam penelitian ini adalah dalam bentuk angket yaitu: (a) angket pola asuh orang tua menurut persepsi remaja dan (b) angket pengungkap untuk mengukur kecakapan problem solving siswa. Bentuk skala yang digunakan pada angket pola asuh adalah skala Semantik Diferensial, yaitu skala kategoris yang digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum. Responden dapat memberi jawaban, pada rentang yang positif sampai negatif. Hal ini tergantung pada persepsi responden kepada yang dinilai (Sugiyono, 2012:140).

Adapun pola penyekoran pada skala Semantik Diferensial dibagi menjadi dua item yaitu pada item positif dan negatif dengan skala 1 sampai 5 dengan skala penilaian sebagai berikut.

Pada aspek otoriter maka perhitungan skalanya ialah sebagai berikut. Demokratis

Permisif Otoriter

Garis Kontinum

Pada aspek demokratis maka perhitungan skalanya ialah sebagai berikut.


(27)

Otoriter

Permisif Demokratis

Garis Kontinum

Sedangkan pada aspek permisif maka perhitungan skalanya ialah sebagai berikut. Demokratis

Otoriter Permisif

Garis Kontinum

Berikut disajikan kisi-kisi instrumen persepsi pola asuh orang tua pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Pola Asuh Orang Tua

No. Komponen Sub

Komponen

Indikator

Item

+ -

1.

Pola Asuh Otoriter

Over Protection (Terlalu Melindungi)

a.Memberikan bantuan kepada remaja secara terus-menerus,

meskipun remaja sudah mampu.

1 2

b. Mengawasi kegiatan remaja secara berlebihan.

3 4,5

Unjuk Kuasa

Memaksakan

kehendaknya untuk dipatuhi remaja meskipun sebenarnya remaja tidak dapat menerimanya.

6,7 8

Domination (Dominasi)

Mendominasi remaja 9 10

1 2 3 4 5


(28)

Pola Asuh Demokratis

Punitiveness/Overdiscipline (Terlalu Disiplin)

a. Mudah memberikan hukuman

11 -

b.Menanamkan

kedisiplinan secara keras.

12,13, 14

-

2. Acceptance

(Penerimaan)

a. Memberikan kasih yang tulus kepada remaja.

15,16 17,18 b. Mengembangkan

hubungan yang hangat dengan remaja.

19,20, 21,22

-

c. Berkomunikasi dengan remaja secara terbuka dan mau mendengarkan masalahnya

23,24 25

Authoritative (Berwenang)

a. Menerapkan kendali yang tegas atas perilaku remaja

26 27

b.Menekankan

kemandirian dan individualitas remaja

28,29 -

Bina Kasih

Mendidik dengan senantiasa memberikan penjelasan yang masuk akal terhadap setiap

keputusan dan

perlakuan yang diambil oleh remaja.

30 31

Permissiveness (Pembolehan yang Sifatnya

Toleran)

a. Memberikan

kebebasan untuk berpikir atau berusaha.

32,33, 34

-

b.Toleran dan

memahami

kelemahan remaja.

35,36, 37

- c. Cenderung lebih

suka memberi

sesuatu yang diminta remaja.


(29)

3. Pola Asuh Permisif Rejection (Penolakan) a. Kurang mempedulikan kesejahteraan remaja.

41 40,42, 43 b. Menampilkan sikap

permusuhan terhadap remaja. 44,45, 46 - Submission (Penyerahan) a. Senantiasa

memberikan sesuatu yang diminta remaja mereka.

48 47

b. Membiarkan remaja mereka berperilaku semaunya.

49 50

Untuk angket kecakapan mengatasi masalah (problem solving) menggunakan skala pengukuran Guttman, yaitu skala yang akan didapat jawaban “ya-tidak” (Sugiyono, 2012:139). Adapun skala penilaian untuk angket kecakapan problem solving ialah jika jawaban “ya” maka diberi skor satu dan jika jawaban “tidak” maka diberi skor nol dengan dua item yaitu item positif dan negatif. Kisi-kisi instrumen angket ini diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Kecakapan Memecahkan Masalah (Problem Solving)

Aspek Indikator

Item

+ -

Kecakapan

mengatasi masalah secara arif dan kreatif (creative problem solving skill).

a. Kemampuan memahami kata dalam konteks permasalahan.

1,2 3

b. Kemampuan memberikan solusi berdasarkan pertimbangan asumsi masalah.

4,5 6


(30)

menerapkan sebuah strategi.

d. Kemampuan menyelesaikan masalah secara sistematis.

9 10

e. Mengevaluasi strategi pemecahan masalah berdasarkan prosedur yang sudah dilakukan.

11 12

2. Penimbangan Instrumen

Instrumen yang telah disusun selanjutnya ditimbang (judgement) oleh tiga orang ahli yaitu dosen yang memiliki pengalaman dalam lingkup yang diteliti dan berkualifikasi doktor dari Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Penimbangan dilakukan untuk memperoleh item angket yang layak pakai pada setiap item yang dikembangkan (sebanyak 50 pernyataan untuk angket pola asuh dan 12 pernyataan untuk angket kecakapan problem solving).

Penimbangan dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen baik dari segi isi, konstruk, dan bahasa dengan kesesuaian aspek-aspek yang akan diungkap pada setiap item pernyataan. Ketiga penimbang tersebut ialah Bapak Dr.Amin Budiamin,M.Pd., Ibu Dr.Ipah Saripah,M.Pd.,dan Bapak Dr.Ilfiandra,M.Pd. Langkah berikutnya adalah melakukan uji keterbacaan item dengan dihadirkan siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung sebanyak 4 orang yang terdiri 2 orang remaja laki-laki dan 2 orang remaja perempuan serta 1 orang guru. Total responden dalam uji keterbacaan ini berjumlah 5 orang. Setiap item pernyataan dapat dijadikan bahan masukan yang kemudian direvisi sesuai kebutuhan dan saran-saran penimbang. Atas saran dari penimbang, maka berikut adalah kisi-kisi instrumen angket pola asuh setelah dilakukan revisi dari hasil uji kelayakan instrumen (judgement).


(31)

Tabel 3.3

Hasil Judgement Kisi-Kisi Angket Pola Asuh

No Kesimpulan No Item

1 Memadai

2(1), 6(2), 7(3), 9(4), 14(5), 15(6), 16(7), 18(8), 19(9), 21(10), 22(11), 24(12), 25(13), 29(14), 30(15), 33(16), 34(17), 35(18), 36(19), 42(20), 44(21), 45(22), 47(23)

2 Tidak Memadai 1,3,4,5,8,10,11,12,13,17,20,2326,27,28,31, 32,37,38,39,40,41,43,46,48,49,50

Selanjutnya, kisi-kisi instrumen berikutnya adalah kisi-kisi instrumen kecakapan mengatasi masalah (problem solving) setelah dilakukan revisi dari hasil uji kelayakan instrumen (judgement).

Tabel 3.4

Hasil Judgement Kisi-Kisi Angket Kecakapan Mengatasi Masalah (Problem Solving)

No Kesimpulan No Item

1. Memadai 1(1), 3(2), 4(3), 5(4), 7(5), 9(7), 11(9), 12(10)

2. Revisi 2,6,8,10

3. No Item Baru 6,8

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Pengujian Validitas Instrumen

Uji validitas instrumen dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi product moment/ r hitung ( ) dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

rxy

 

2

 

2

 

2

 

2

Y Y

N X X

N

Y X

XY N


(32)

(Arikunto, 2008:70)

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi yang dicari

∑X = Jumlah skor item

∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden

Selanjutnya, untuk menguji nilai signifikansi validitas item pernyataan menggunakan rumus uji-t sebagai berikut :

(Sugiyono, 2012: 257) Keterangan :

t = harga thitung untuk tingkat signifikansi

r = koefisien korelasi hasil r-hitung n = jumlah responden

Setelah diperoleh thitung, langkah selanjutnya melalui program bantuan

perhitungan program Microsoft Excel 2007 (terlampir) adalah membandingkannya dengan ttabel. Untuk mengetahui tingkat signifikansinya dengan ketentuan thitung > ttabel

(α = 0,05 dan dk = n-2 ). Adapun ttabel dengan dk= n-2 = 25-2=23 dengan dk 23 dan

pada nilai alpha sebesar 0,05 atau dengan tingkat signifikansi sebesar 95 % didapat nilai t tabel (0,05;23) = 1,714. Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti valid sebaliknya

thitung < ttabel berarti tidak valid.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas pada Angket Pola Asuh

Nomor r hitung t hitung t tabel Keterangan

1 0.51 2.84 1.714 valid

2 0.53 2.99 1.714 valid

2

2 1

n

t r

r

-=


(33)

-3 0.74 5.27 1.714 valid

4 0.70 4.70 1.714 valid

5 0.37 1.91 1.714 valid

6 0.50 2.76 1.714 valid

7 0.50 2.76 1.714 valid

8 0.41 2.15 1.714 valid

9 0.52 2.91 1.714 valid

10 0.45 2.41 1.714 valid

11 0.62 3.78 1.714 valid

12 0.64 3.99 1.714 valid

13 0.40 2.09 1.714 valid

14 0.72 4.98 1.714 valid

15 0.72 4.98 1.714 valid

16 0.45 2.42 1.714 valid

17 0.88 8.88 1.714 valid

18 0.52 2.91 1.714 valid

19 0.88 8.88 1.714 valid

20 0.72 4.97 1.714 valid

21 0.62 3.78 1.714 valid

22 0.43 2.28 1.714 valid

23 0.31 1.85 1.714 valid

Jumlah Butir Pernyataan Valid 23

Jumlah Butir Pernyataan Tidak Valid 0

(Sumber: data diolah) Selanjutnya melalui program bantuan perhitungan program Microsoft Excel 2007 yang terlampir di bawah ini adalah perhitungan uji validitas pada angket kecakapan siswa dalam menangani masalah (problem solving). Untuk mengetahui tingkat signifikansinya pada angket ini adalah dengan ketentuan thitung > ttabel (α = 0,05

dan dk = n-2 ). Adapun ttabel dengan dk= n-2 = 25-2=23 dengan dk 23 dan pada nilai

alpha sebesar 0,05 atau dengan tingkat signifikansi sebesar 95 % didapat nilai t tabel (0,05;23) = 1,714. Kaidah keputusan : Jika thitung > ttabel berarti valid sebaliknya thitung <

ttabel berarti tidak valid. Butir aspek yang valid dalam setiap itemnya terdapat dalam


(34)

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas pada Angket Kecakapan Mengatasi Masalah (Problem Solving)

Nomor r hitung t hitung t tabel Keterangan

1 0.62 3.78 1.714 valid

2 0.62 3.78 1.714 valid

3 0.45 2.41 1.714 valid

4 0.62 3.78 1.714 valid

5 0.46 2.61 1.714 valid

6 0.57 4.07 1.714 valid

7 0.42 2.33 1.714 valid

8 0.45 2.41 1.714 valid

9 0.88 8.88 1.714 valid

10 0.40 2.09 1.714 valid

Jumlah Butir Pernyataan Valid 10

Jumlah Butir Pernyataan Tidak Valid 0

(Sumber : data diolah) b. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Setelah diuji validitas, langkah selanjutnya adalah uji reliabilitas. Uji reliabilitas ini merupakan syarat untuk pengujian validitas instrumen. Reliabel di sini digunakan untuk mengukur berkali-kali menghasilkan data yang sama atau konsisten (Sugiyono, 2012:175).

Pengujian reliabilitas pada angket pola asuh dilakukan dengan pengujian teknik belah dua (split-half) yang dilakukan dengan memisahkan kelompok item ganjil dan kelompok item genap. Teknik ini dianalisis dengan rumus Spearman Brown dengan rumus sebagai berikut :

r11 =

22 11 22 11

1 2

r r  Keterangan :


(35)

22 11

r = koefisien korelasi product moment antara separoh (½) tes (belahan I) dengan separoh (½) tes (belahan II) dari tes tersebut

1 dan 2 = bilangan konstan

Sebagai tolak ukur koefisien reliabilitasnya, digunakan pedoman koefisien korelasi sebagai berikut.

0,00 - 0,199 : Derajat keterandalannya sangat rendah 0,20 - 0,399 : Derajat keterandalannya rendah 0,40 - 0,599 : Derajat keterandalannya sedang 0,60 - 0,799 : Derajat keterandalannya kuat 0,80 - 1,000 : Derajat keterandalannya sangat kuat

(Sugiyono, 2012:257) Diketahui :

∑ X : 1011 ∑ X2 : 41351 ∑ X.Y : 37720

∑ Y : 928 ∑ Y2 : 34790 N : 25

(∑X) 2

: 1022121 (∑Y) 2 : 861184

rxy

 

2

 

2

 

2

 

2

  Y Y N X X N Y X XY N

rxy =

25.41351 1022121



25.34790 861184

) 928 )( 1011 ( ) 37720 )( 25 (   

rxy =

1033775 1022121



869750 861184

) 938208 ( ) 943000 (   

rxy =

11654

 

8566 4792

rxy =

40 , 9991


(36)

rxy = 0,47

Maka, perhitungan reliabilitasnya adalah : r11 =

22 11 22 11 1 2 r r  r11 =

 

 

0,47 1 47 . 0 2 

r11 =

47 , 1 , 94 , 0

r11 = 0,64 (kuat)

Nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,64 sesuai dengan kriteria keterandalan, maka reliabilitas instrumen pola asuh berada pada kategori kuat. Artinya, instrumen yang digunakan memiliki keajegan dalam menghasilkan skor-skor pada setiap item.

Sedangkan untuk menguji signifikansi reliabilitas dengan jenis pengujian teknik belah dua (split-half) dalam perhitungannya, suatu kuesioner akan reliabel apabila r hitung > r tabel. Berdasarkan perhitungan di atas, α = 0,05 atau taraf signifikansi 95% dan n = 25 diperoleh r tabel = 0,396. Ternyata rhitung lebih besar dari

rtabel, atau 0,64 > 0,396. Maka r signifikan atau reliabel pada tingkat 95%.

Sedangkan perhitungan reliabilitas pada angket kecakapan mengatasi masalah (problem solving skill) menggunakan rumus Kuder-Richardson 20 (K-R 20). Langkah-langkah untuk menghitung dengan rumus K-R 20 adalah sebagai berikut. a. Menganalisis jawaban “ya” atau “tidak” per item soal per subjek, jawaban “ya”

diberi skor 1, “tidak” 0, dalam sebuah tabel analisis item pernyataan.

b. Menghitung jawaban “ya” per subjek (secara horizontal) hingga didapat besarnya nilai rata-rata ( ̅) dan simpangan baku (S).

c. Menghitung jawaban benar per item (secara vertikal), dari data ini didapat hitung proporsi jawaban “ya” (p) dan jawaban “tidak” (q). Besarnya p= jumlah jawaban


(37)

“ya” dibagi jumlah subjek, sedangkan q=1-p. Setelah itu dihitung jumlah pxq (pq).

Berdasarkan penghitungan, diketahui:

n: 10 S: 2,06 ̅: 5,88 ∑ pq: 2,09 Tabel 3.7

Proses Perhitungan Uji Reliabilitas dengan Rumus K-R 20 pada Angket Kecakapan Problem Solving

Item p q pq Jumlah

1 0,56 0,44 0,23 14

2 0,56 0,44 0,23 14

3 0,75 0,25 0,19 19

4 0,60 0,40 0,24 15

5 0,52 0,48 0,23 13

6 0,32 0,68 0,22 8

7 0,64 0,36 0,23 16

8 0,56 0,44 0,25 14

9 0,96 0,04 0,03 24

10 0,40 0,60 0,24 10

Skor Total 2,09

147

S 2,06

(Sumber:data diolah) Data-data di atas dimasukkan ke dalam rumus K-R 20 berikut. r =

r =

r =

r = 1,11 (1- 0,490)

r = 1,11 (0,51)


(38)

Nilai reliabilitas yang diperoleh adalah 0,57 sesuai dengan kriteria keterandalan, maka reliabilitas instrumen kecakapan problem solving berada pada kategori sedang. Sedangkan untuk menguji signifikansi reliabilitas dengan jenis pengujian K-R 20 dalam perhitungannya, suatu kuesioner akan reliabel apabila r hitung > r tabel. Berdasarkan perhitungan di atas, α = 0,05 atau taraf signifikansi 95% dan n = 25 diperoleh r tabel = 0,396. Ternyata rhitung lebih besar dari rtabel, atau 0,57 >

0,396. Maka r signifikan atau reliabel pada tingkat 95%. D. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di satu tempat yakni di sekolah menengah atas, yaitu di SMA Plus Muthahhari Bandung, Jl. Kampus II nomor 13-17 Kelurahan Babakan Sari, Kecamatan Kiaracondong, Bandung Timur. Sekolah tersebut dipilih karena dapat menjadi sarana yang perlu dikembangkan terhadap pengimplementasian program dan layanan bimbingan dan konseling melalui standar pelayanan yang jelas yakni mengacu kepada rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.

Berawal dari sini peneliti menyaksikan bahwa sekolah tersebut berupaya mencapai keberhasilan perkembangan dan tantangan masa depan seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, globalisasi yang sangat cepat, era reformasi, berubahnya kesadaran masyarakat dan khususnya orang tua terhadap dunia pendidikan untuk merespon tantangan sekaligus peluang tersebut.

2. Subjek Penelitian

Subjek yang dipilih ialah remaja yang berperan sebagai siswa-siswi kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 yang berusia 15-16 tahun. Sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan kategori total sampling, yakni teknik penentuan sampel dilakukan dari anggota populasi yang digunakan sebagai sampel. Subjek sampel dilakukan sebanyak 25 siswa remaja.


(39)

Alasan memilih subjek penelitian ini didasarkan bahwa populasi yang digunakan sudah sebagian besar dapat dianggap homogen dan benar-benar bersifat representatif, yang kemudian dapat digeneralisasi untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian dan hipotesis.

Selain itu, sekolah ini memiliki jumlah ideal kelasnya paling sedikit dibanding sekolah lain namun memiliki keunikan tersendiri terutama siswa-siswi yang diterimanya, sehingga dapat diambil keputusan bahwa remaja di sekolah inilah yang tepat untuk dijadikan subjek penelitian.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistika nonparametris. Pada statistik ini tidak menuntut terpenuhinya banyak asuumsi atau tidak harus berdistribusi normal, karena data yang digunakan tergolong data dari skala nominal. Bentuk skala nominal di antaranya adalah checklist berisi respon-respon “ya” atau “tidak”, juga skala semantik diferensial yang merupakan ajektif-ajektif bipolar yang para partisipan gunakan untuk mengecek posisinya (Creswell, 2008:175). Untuk menganalisis data maka bentuk penyekoran dan uji statistik yang akan digunakan ialah sebagai berikut.

1. Analisis Skor Data

a. Angket Pola Asuh Orang Tua

Perhitungan skor pada angket pola asuh orang tua dilakukan dengan tahapan berikut: 1)Editing data, yaitu memeriksa angket yang telah terkumpul.

2)Tabulasi data, yaitu dilakukan dengan cara: (a) Menghitung skor dari tiap pola asuh.

(b) Menentukan bobot skor pada skor maksimal ideal dari setiap item yaitu: Skor maksimal ideal= Jumlah item x skor tertinggi

(c) Menentukan bobot skor pada skor minimal ideal dari setiap item yaitu: Skor minimal ideal= Jumlah item x skor terrendah


(40)

(d) Menentukan jumlah bobot skor terkecil yaitu:

Jumlah item x jumlah skor terkecil x jumlah responden (e) Menentukan jumlah bobot skor terbesar yaitu:

Jumlah item x jumlah skor tebesar x jumlah responden

Maka didapat hasil skor sesuai dengan nomor urut item per aspek sebagai berikut. Tabel 3.8

Hasil Penyekoran untuk Angket Pola Asuh Orang Tua

No.Urut

per Item Bobot Skor

Bobot Skor Min dan Max Ideal

Aspek

1-5 5-25 125-625 Otoriter

6-15 10-50 250-1250 Demokratis

16-23 8-40 200-1000 Permisif

b. Angket Kecakapan dalam Mengatasi Masalah (Problem Solving).

Perhitungan skor pada angket kecakapan dalam mengatasi masalah dilakukan dengan tahapan berikut:

1)Editing data, yaitu memeriksa angket yang telah terkumpul. 2)Menentukan skor pada setiap kriteria sesuai bobot skor. 3)Menentukan skor tertinggi pada setiap kriteria.

Maka didapat hasil skor sesuai dengan nomor urut item per kriteria dengan penentuan nilai 1 untuk jawaban “ya” dan 0 untuk jawaban “tidak”, yakni sebagai berikut.


(41)

Tabel 3.9

Hasil Penyekoran untuk Angket Kecakapan dalam Mengatasi Masalah (Problem Solving)

Aspek No.

Item

Skor Tertinggi a. Kemampuan memahami kata dalam

konteks permasalahan. 1,2 2

b. Kemampuan memberikan solusi berdasarkan pertimbangan asumsi masalah.

3,4 2

c. Kemampuan mengatasi masalah dengan

menerapkan sebuah strategi. 5,6,7 3

d. Kemampuan menyelesaikan masalah

secara sistematis. 8 1

e. Mengevaluasi strategi pemecahan masalah berdasarkan prosedur yang sudah dilakukan.

9,10 2

Skor Tertinggi 10 Skor Terendah 0

2. Analisis Profil Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua

Langkah selanjutnya adalah menganalisis profil kecakapan problem solving siswa berdasarkan pola asuh orang tua yang telah dipersepsikan menurut siswa kelas X SMA dengan menghitung persentil dari setiap frekuensi data tunggal dengan rumus yakni sebagai berikut.

Pn= 1 +(n/100N – fkb) fi


(42)

Pn= persentil yang ke-n (disini n dapat diisi dengan bilangan-bilangan:1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya sampai dengan 99.

1= lower limit (batas bawah nyata dari skor atau interval yang mengandung persentil ke-n).

N= number of cases.

fkb= frekuensi kumulatif yang terletak dibawah skor atau interval yang mengandung persentil ke-n.

fi= frekuensi dari skor atau interval yang mengandung persentil ke-n, atau frekuensi aslinya.

Berikut terdapat tabel nilai skor dan frekuensi kecakapan problem solving siswa berdasarkan tipe pola asuh dari data tunggal, sebagai berikut.

Tabel 3.10

Data Frekuensi Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Asuh Demokratis

1. Aspek Kemampuan Memahami Kata dalam Konteks Permasalahan

x fi fkb Persentil

0 2 11

1 3 9

2 6 6

2.

Aspek Kemampuan Memberikan Solusi Berdasarkan Pertimbangan Asumsi

Masalah

x fi fkb Persentil

0 2 11

1 1 9

2 8 8

3. Kemampuan Mengatasi Masalah dengan Menerapkan Sebuah Strategi

x fi fkb Persentil

0 2 11

1 2 9

2 4 7

3 3 3

4. Kemampuan Menyelesaikan Masalah secara Sistematis

x fi fkb Persentil

0 5 11

1 6 6

5.

Mengevaluasi Strategi Pemecahan Masalah Berdasarkan Prosedur yang

Sudah dilakukan

x fi fkb Persentil

1 5 11


(43)

Tabel 3.11

Data Frekuensi Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Asuh Otoriter

1. Aspek Kemampuan Memahami Kata dalam Konteks Permasalahan

x fi fkb Persentil

0 3 10

1 4 7

2 3 3

2.

Aspek Kemampuan Memberikan Solusi Berdasarkan Pertimbangan Asumsi

Masalah

x fi fkb Persentil

0 1 10

1 6 9

2 3 3

3. Kemampuan Mengatasi Masalah dengan Menerapkan Sebuah Strategi

x fi fkb Persentil

0 3 10

1 6 7

3 1 1

4. Kemampuan Menyelesaikan Masalah secara Sistematis

x fi fkb Persentil

0 5 10

1 5 5

5.

Mengevaluasi Strategi Pemecahan Masalah Berdasarkan Prosedur yang

Sudah dilakukan

x fi fkb Persentil

0 1 10

1 6 9

2 3 3

Tabel 3.12

Data Frekuensi Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Asuh Permisif

1. Aspek Kemampuan Memahami Kata dalam Konteks Permasalahan

x fi fkb Persentil

0 2 4

1 1 2

2 1 1

2.

Aspek Kemampuan Memberikan Solusi Berdasarkan Pertimbangan Asumsi

Masalah

x fi fkb Persentil

1 3 4

2 1 1

3. Kemampuan Mengatasi Masalah dengan Menerapkan Sebuah Strategi

x fi fkb Persentil

1 1 4

2 2 3

3 1 1


(44)

secara Sistematis 0 1 4

1 3 3

5.

Mengevaluasi Strategi Pemecahan Masalah Berdasarkan Prosedur yang

Sudah dilakukan

x fi fkb Persentil

1 3 4

2 1 1

3. Uji Perbedaan Rata-rata Sampel

Untuk menguji perbedaan dari rumusan mengenai perbedaan kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 berdasarkan tiga jenis pola asuh orang tua maka digunakan uji Analisis Variansi Satu Jalur (One-Way ANOVA). Disebut demikian karena analisis tersebut hanya melibatkan satu peubah bebas (Furqon, 2009:206). Adapun hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ho: µ1= µ2= µ3 : µ1≠ µ2≠ µ3

Taraf keyakinan pada uji hipotesis ini menggunakan taraf keyakinan 99% atau berada pada p=0,01 dan 95 % atau berada p = 0,05. Kemudian untuk menguji perbedaan tersebut adalah membandingkan harga F hitung dengan F tabel pada derajat kebebasan dan tingkat keyakinan tertentu. Kesimpulan yang sama dengan hipotesis di atas menolak hipotesis nol jika F hitung > F tabel.

Berdasarkan data dapat diperoleh nilai rata-rata skor seluruh sampel (total), rata-rata variansi sampel atau Mean of Squares Within Groups (MSw), dan variansi antar kelompok atau Mean of Squre Between Groups (M ) pada kecakapan problem solving siswa berdasarkan jenis pola asuh orang tua, yaitu sebagai berikut.


(45)

Tabel 3.13

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua

No.

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Otoriter

x x²

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Demokratis

x x²

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Pola Permisif

x x²

1 4 -0,9 0,81 8 1,28 1,67 10 4 16

2 4 -0,9 0,81 5 -1,72 2,95 5 -1 1

3 3 -1,9 3,61 7 0,28 0,07 4 -2 4

4 5 0,1 0,01 5 -1,72 2,95 5 -1 1

5 10 5,1 26,01 5 -1,72 2,95

6 4 -0,9 0,81 8 1,28 1,67

7 5 0,1 0,01 8 1,28 1,67

8 4 -0,9 0,81 8 1,,28 1,67

9 3 -1,9 3,61 4 -2,72 7,39

10 7 2,1 4,41 8 1,28 1,28

11 8 1,28 1,28

49 40,9 74 26,33 24 22

̅=4,9 ̅=6,72 ̅=6

S=4,09 S=2,39 S=5,5

Adapun perhitungan ANOVA untuk kecakapan problem solving siswa berdasarkan pola asuh orang tua ialah sebagai berikut.

̅ = (4,9) + (6,72) + (6) / 3 = 17,62/3

= 5,87

MSw = SSw/ k( -1)

= (4,09) + (2,39) + (5,5) / 22 = 11,98/22

= 0,54 M = S / (k-1)

= 10(4,9-5,87)² + 11( 6,72-5,87)² + 4(6-5,87)² 3-1


(46)

= 9,4 + 7,94 + 0,068 2

= 17,40 2 = 8,70

Dengan demikian, F = 8, 70 / 0,54 atau

F = 16,11

Harga F= 16,11 perlu dibandingkan dengan nilai kritis F pada p= 0,01 dan p= 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) sebesar k-1 untuk pembilang dan k ( -1) untuk penyebut. Dari daftar distribusi F diketahui nilai kritis pada p=0,01 dengan dk 2 dan 22 adalah 5,72, sedangkan pada p= 0,05 adalah 3,44 Oleh karena itu F hit (16,11) > F tab (5,72) > (3,44), maka peneliti memutuskan untuk menolak hipotesis nol.

Selanjutnya, statistik F yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada distribusi F di bawah asumsi hipotesis nol. Harga F yang lebih besar daripada nilai kritis menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak.

Tabel 3.14

Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi Sumber

Variasi dk

Jumlah

Kuadrat MK F hit F tab

Keputusan Antar

Kelompok

3-1 17,40 8,70

16,11

1 %= 5,72 5%= 3,44

Fhit >Ftab untuk p=0,01 atau 1% dan p=0,05 atau 5%

Ho ditolak untuk 1% dan 5%

Dalam Kelompok

25-3 11,98 0,54


(47)

4. Uji Perbedaan Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Faktor Demografis

Kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dapat diuji perbedaannya berdasarkan faktor demografi melalui data sekunder di antaranya berdasarkan urutan anak, status ekonomi orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan perbedaan gender.

a. Uji One-Way ANOVA pada Skor Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Urutan Anak

Selain berdasarkan pola asuh orang tua, kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dapat diuji berdasarkan urutan anak yakni berdasarkan anak sulung, tengah dan bungsu. Adapun hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ho: µ1= µ2= µ3 : µ1≠µ2≠ µ3

Skor kecakapan problem solving berdasarkan urutan anak ini dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.15

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Urutan Anak

No.

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Anak Sulung

x x²

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Anak Tengah

x x²

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Anak Bungsu

x x²

1 5 -1,28 1,63 4 -2 4 8 2,63 6,92

2 5 -1,28 1,63 10 4 16 4 -1,37 1,88

3 10 3,72 13,83 7 1 1 3 -2,37 5,62

4 8 1,72 2,95 5 -1 1 8 2,63 6,92

5 8 1,72 2,95 5 -1 1 4 -1,37 1,88

6 5 -1,28 1,63 4 -2 4 4 -1,37 1,88

7 3 -3,28 10,75 5 -1 1 4 -1,37 1,88

8 5 -1 1 8 2,63 6,92

9 8 2 4


(48)

44 35,37 60 34 43 33,9

̅=6,28 ̅=6 ̅=5,37

S=5,05 S=5,67 S=4,23

Adapun perhitungan ANOVA untuk kecakapan problem solving siswa berdasarkan urutan anak ialah sebagai berikut.

̅ = (6,28) + (6) + (5,37) / 3 = 17,65/3

= 5,88

MSw = SSw/ k( -1)

= (5,05) + (5,67) + (4,23) / 22 = 14,95/22

= 0,67 M = S / (k-1)

= 7(6,28-5,88)² + 10( 6-5,88)² + 8(5,37-5,88)² 3-1

= 1,12 + 0,14 + 2,08 2

= 3,34 2 = 1,67

Dengan demikian, F = 1,67 / 0,67 atau

F = 2,49

Harga F= 2,49 perlu dibandingkan dengan nilai kritis F pada p= 0,01 dan p= 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) sebesar k-1 untuk pembilang dan k ( -1) untuk penyebut. Dari daftar distribusi F diketahui nilai kritis pada p=0,01 dengan dk 2 dan


(49)

22 adalah 5,72, sedangkan pada p= 0,05 adalah 3,44 Oleh karena itu F hit (2,49) < F tab (5,72) > (3,44). Selanjutnya, statistik F yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada distribusi F melalui hasil tabel berikut.

Tabel 3.16

Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi Sumber

Variasi dk

Jumlah

Kuadrat MK F hit F tab Keputusan Antar

Kelompok

3-1 3,34 1,67

2,49

1 %= 5,72 5%= 3,44

Fhit < Ftab untuk p=0,01 atau 1% dan p=0,05 atau 5%

Ho ditolak untuk 1% dan 5%

Dalam Kelompok

25-3 14,95 0,67

Total 25-1 18,25

b. Uji One-Way ANOVA pada Skor Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua

Kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 dapat diuji perbedaannya berdasarkan status ekonomi orang tua yakni berdasarkan kelas ekonomi atas (upper class), kelas ekonomi menengah (middle class), dan kelas ekonomi bawah (lower class). Adapun hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ho: µ1= µ2= µ3 : µ1≠ µ2≠ µ3

Skor kecakapan problem solving berdasarkan status ekonomi orang tua ini dapat diuraikan sebagai berikut.


(50)

Tabel 3.17

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Status Ekonomi Orang Tua

No.

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Upper Class

x x²

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Middle Class

x x²

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Lower Class

x x²

1 8 2,5 6,25 4 -2,2 4,84 5 -1,5 2,25

2 5 -0,5 0,25 5 -1,2 1,44 8 1,5 2,25

3 3 -2,5 6,25 4 -2,2 4,84

4 8 2,5 6,25 10 3,8 14,44

5 5 -0,5 0,25 7 0,8 0,64

6 10 4,5 20,25 5 -1,2 1,44

7 4 -1,5 2,25 8 1,8 3,24

8 8 2,5 6,25 5 -1,2 1,44

9 4 -1,5 2,25 8 1,8 3,24

10 5 -0,5 0,25

11 4 -1,5 2,25

12 4 -1,5 2,25

13 3 -2,5 6,25

14 7 1,5 2,25

78 63,5 56 35,56 13 4,50

̅=5,5 ̅=6,2 ̅=6,5

S=4,35 S=3,95 S=2,25

Adapun perhitungan ANOVA untuk kecakapan problem solving siswa berdasarkan status ekonomi orang tua ialah sebagai berikut.

̅ = (5,5) + (6,2) + (6,5) / 3 = 18,2/3

= 6,07

MSw = SSw/ k( -1)

= (4,35) + (3,95) + (2,25) / 22 = 10,55/22

= 0,48 M = S / (k-1)


(51)

= 14(5,5-6,07)² + 9( 6,2-6,07)² + 2(6,5-6,07)² 3-1

= 4,55 + 0,15 + 0,37 2

= 5,07 2 = 2,54

Dengan demikian, F = 2,54 / 0,48 atau

F = 5,29

Harga F= 5,29 perlu dibandingkan dengan nilai kritis F pada p= 0,01 dan p= 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) sebesar k-1 untuk pembilang dan k ( -1) untuk penyebut. Dari daftar distribusi F diketahui nilai kritis pada p= 0,05 adalah 3,44 sedangkan pada p=0,01 dengan dk 2 dan 22 adalah 5,72 Oleh karena itu F hit (5,29) > F tab (3,44) < (5,72). Selanjutnya, statistik F yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai kritis pada distribusi F melalui hasil tabel berikut.

Tabel 3.18

Tabel Rangkuman Hasil Analisis Variansi Sumber

Variasi dk

Jumlah

Kuadrat MK F hit F tab

Keputusan Antar

Kelompok

3-1 5,07 2,54

5,29

5%= 3,44 1 %=

5,72

Fhit > Ftab untuk p=0,05 atau 5% dan < untuk p=0,01 atau 1% Ho ditolak untuk 5% dan 1%

Dalam Kelompok

25-3 10,55 0,48


(52)

c. Uji One-Way ANOVA pada Skor Kecakapan Problem Solving Siswa Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua

Kecakapan problem solving siswa kelas X SMA Plus Muthahhari Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 pun dapat diuji perbedaannya berdasarkan tingkat pendidikan orang tua. Adapun hipotesis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Ho: µ1= µ2= µ3 : µ1≠ µ2≠ µ3

Skor kecakapan problem solving berdasarkan tingkat pendidikan orang tua ini dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.17

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua

No. Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tinggi

x x²

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Tingkat Pendidikan Sedang

x x²

Skor Kecakapan Problem Solving Berdasarkan Tingkat Pendidikan Rendah

x x²

1 5 -0,5 0,25 8 2 4 5 -1,5 2,25

2 3 -2,5 6,25 4 -2 4 8 1,5 2,25

3 8 2,5 6,25 5 -1 1

4 8 2,5 6,25 4 -2 4

5 4 -1,5 2,25 10 4 16

6 5 -0,5 0,25 7 1 1

7 4 -1,5 2,25 5 -1 1

8 7 1,5 2,25 5 -1 1

9 10 4 16

10 8 2 4

11 4 -2 4

12 4 -2 4

13 5 -1 1

14 3 -3 9

15 8 2 4

44 26 90 74 13 4,50

̅=5,5 ̅=6 ̅=6,5


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Aishat, Nasheeda. (2008, 11 July). Life Skills Education for Young People: Coping

with Challenges, Counselling, Psychotherapy, and Health,4 (1), Counselling in the Asia Pacific Rim: A Coming Together of Neighbours Special Issue,

19-25 [Online]. Tersedia: www.cphjournal.com.

Alwi, Hasan, dkk.(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Balai Pustaka (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan).

Allen, Joseph P. (2008). The Attachment System in Adolescence, dalam Cassidy, Jude dan Shaver Phillip K (eds). Handbook of Attachment, edisi ke-2. New York: Guildford Press.

Apriliani, Evi. (2012). Kontribusi Pola Asuh Orang Tua terhadap Stabilitas Emosi

Siswa serta Implikasinya terhadap Bimbingan dan Konseling. Skripsi pada

jurusan Psikologi Pendidikan (PPB), Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Asrori, Muhammad dan Ali, Muhammad.(2004). Psikologi Remaja Perkembangan

Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Baumrind, Diana dan Thompson, Ross, A. (2002). The Ethic of Parenting dalam Bornstein, March, H. (ed.). Handbook of Parenting: Practice Issues in

Parenting, edisi ke-2. Volume 5, halaman 3. Mahwah, New Jersey: Lawrence

Erlbaum Associates Publisher.

Baumrind, D. (1991, February). The Influence of Parenting Style on Adolescent

Competence and Substance use: Journal of Early Adolescence, vol. 11, no. 1

56-95. Sage Journals [online]. Tersedia: http://www.jea.sagepub.com.

Bentham, Susan. (2002). Psychology and Education. New York: Routledge

Brooks, Jane. (2011). Alih Bahasa:Rahmat Fajar. The Process of Parenting (Proses-proses Pengasuhan). Edisi Kedelapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(2)

Brooks, J.B. (1999). The Process of Parenting ed). Mountain view, CA: Mayfield Publishing Company.

Cassidy, Jude & Shaver, Phillip R. (2008). Handbook of Attachment: Theory,

Research, and Clinical Application, Second Edition (Attachment in Rhesus Monkey: Stephen J.Suomi). New York: The Guilford Press.

Collins, Andrew W., Maccoby, Eleanor, E., Steinberg, L., Hetherington, Mavis., Bornstein Marc, H. (2000). Contemporary Research on Parenting: The Case

for Nature and Nurture. Journal: American Psychologist - AMER PSYCHOL

, vol. 55, no. 2 [online]. Tersedia: http://academic.research.microsoft.com/

Conger, Rand D. & Conger Katherine J.(2002). Resilience in Mildwestern Families:

Selected Findings from the First Decade of a Prospective Longitudinal Study, Journal of Marriage and Family 6.

Crane, D. Russell (1994). Introduction to Behavioural Family Therapy for Families

with Young Children. Journal of Family Therapy [online].

Tersedia:http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.14676427.1995.tb00015 .x/pdf. [1995]

Creswell, John W. Third Edition Educational Research Planning, Conducting, and

Evaluating Quantitative and Qualitative Research. US of America: Pearson

Merrill Prentice Hall.

Davis, Kent. (2000). The Evolving Federal Strategy: The Posse Comitatus Act

(Chapter 9E of the legal textbook FEDERAL CRIMINAL LAW AND ITS ENFORCEMENT by Norman Abrams and Sara Sun Beale) .West Publishing

Co. 3d ed. Article [online]. Tersedia: http://www.linkedin.com/pub/w-kent-davis/6/b99/433

Daradjat, Zakiah. (1990). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam

Keluarga: Sebuah Perspektif Pendidikan Islam. Tesis pada Program

Pascasarjana IAIN Antasari, Banjarmasin. Jakarta: PT Rineka Cipta.

D’Zurilla & Nezu (2010). Problem Solving Therapy dalam Handbook of Cognitive Behavioral Therapies. New York:The Guildford Press


(3)

Erikson, Erik H. (1963).Childhood and Society, Second Edition. New York: Norton. Evans, Gary W. et al., (2007). Cumulative Risk, Maternal Responsiveness, and

Allostatic Load among Young Adoloscents. Developmental Psychology 43

Journals [online] Tersedia:

http://www.mendeley.com/catalog/cumulative-risk-maternal-responsiveness-allostatic-load-among-young-adolescents/ dan

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed 17352543.

Feist Jess & Feist, Gregory J. (2008). Alih Bahasa: Yudi Santoso. Theories of

Personality, (Teori Kepribadian Edisi Keenam.) Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta Goleman, Daniel. (2007). Emotional Intelligence. New York: Bantam.

Gottman, John & DeClaire Joan. (1997). Alih Bahasa: T. Hermaya. Kiat-kiat

Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Herlambang, Susetyo. (2011). Personality Development (Pengembangan Kepribadian). Yogyakarta:Gosyen Publishing.

Herrin, Marcia & Matsumoto, Nancy. (2002). The Parent’s Guide to Childhood

Eating Disorder. New York:Holt

Imtiyas, Yanis (2010). Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dengan Kemandirian

Remaja Madya Siswa Kelas X SMAN 20 Bandung. Skripsi pada jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB FIP) Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Koplewicz, Harold, J. (2007). More Than Moody: Recognizing and Treating

Adolescent Depresion. Brown University Child and Adolescent Newsletter 18

Lareau, Annette. (2003). Unequal Childhoods: Class, Race, and Family Life. Barkeley: University of California Press.


(4)

Laxmi dan Kadapatti. (2012). Analysis of Parenting Styles and Interpersonal

Relationship among Adolescents. International Journal of Scientific and

Research Publications, volume 2, Issue 8. Tersedia:

http://www.ijsrp.org/research-paper-0812/ijsrp-p0821.pdf. [August, 2012] Gunawan, Widarti. (2011). Majalah Parenting Indonesia Edisi Agustus 2011.

Jakarta: PT Dinamika Media Internasional.

Jannah, Siti Roudhotul. (2012). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap

Pembentukan Kepribadian. Bersab Vol 1 No.1.

Nezu et.al. (2004). Problem Solving Therapy for Adults dalam Social Problem

Solving, Theory Research and Training. Washington: American

Psychological Association.

Nuryanto, Ayuningtyas.(2011). Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Pola Asuh

Orang Tua (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung dan SMA Negeri 18 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi

pada jurusan PPB, FIP UPI: tidak diterbitkan.

Phinney, Jean S. (1989). Stages of Ethnic Identity Development in Minority Group

Adolescents, Journal of Early Adolescent 9.

Rehani. (2002). Berawal dari Keluarga: Revolusi Belajar Cara Al Qur’an. Bandung: Noura Books.

Safa’ah, Nurus. (2009). Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Konsep Diri Remaja . Jurnal Prodi S1 Keperawatan STIKES NU Tuban: tidak diterbitkan.

Sameroff et al.,(1998). Family and Social Influences on the Development of Child

Competence, ed. Michael Lewis dan Candice Feiring. Mahwah, New Jersey:

Erlbaum.

Santrock, John W. (2002). Alih Bahasa:Achmad Chusairi dan Juda Damanik.


(5)

Schwartz et al., David. (1998). Peer Group Victimization As a Predictor of Children’s Behavior Problems at Home and in School, Development and Psychopathology 10.

Slicker, Ellen K., Picklesimer, Billie K., Guzak, Andrea K., Fuller, Dana K. (2005).

Relationship of Parenting Style to Older Adolescent Life-Skills Development in the United States. Young, Nordic Journal of Youth Research: Sage

[Online]. Tersedia: http://you.sagepub.com/. [2012]

Stewart dan Koch. (1983). Children Development Thought Adolescence. Canada: John Wiley & Sons.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan :Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara:Jakarta. Surya, Mohammad.(2011). Bimbingan untuk Mempersiapkan Generasi Muda

Memasuki Abad 21 (Pendekatan Psiko Pedagogis) dalam Suherman dan

Budiman, Nandang (eds). Pendidikan dalam Perspektif Bimbingan dan

Konseling. Bandung: UPI Press.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Thoha, Chabib. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta : Pustaka pelajar (IKAPI).

Tim ABKIN. (2007). Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Dirjen PMPTK Depdiknas

Tim Broad Based Education (BBE) Depdiknas. (2002). Kecakapan Hidup Melalui

Pendekatan Berbasis Luas. Surabaya: SIC

Trzesniewski et al., Kali H. (2006). Low Self-Esteem During Adolescence Predict

Poor Health, Criminal Behavior, and Limited Economic Prospects During Adulthood, Developmental Psychology 42

William III, Gurney.(1998). “Toxic Dad”, Parenting (Oktober 1998). United


(6)

Williams, Wendi M. & Stenberg Robert J.(2002). How Parents Can Maximize Children’s Cognitive Abilities dalam Handbook of Parenting, edisi ke-2.

Marc H. Bornstein, vol 5: Practical Issues in Parenting. Mahwah, HJ:

Erlbaum.

Yusuf, Syamsu.(2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2010). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2007). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.