PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF KESETIMBANGAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Penjelasan Istilah ... 8

BAB II MENINGKATKAN LITERASI SAINS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA A. Multimedia Pembelajaran ... 11

B. Literasi Sains ... 19

C. Tinjauan Materi Kesetimbangan Kimia ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 45

B. Desain Penelitian ... 45

C. Prosedur Penelitian ... 46

D. Subjek Penelitian ... 50

E. Instrumen Penelitian ... 50

F. Teknik Pengumpulan Data ... 55

G. Analisis Data ... 56

H. Pengembangan Software Multimedia Interaktif Kesetimbangan Kimia ... 62


(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengembangan dan Karakteristik Multimedia Interaktif ... 64 B. Implementasi Pembelajaran Dengan Menggunakan

Multimedia Interaktif Kesetimbangan Kimia ... 77 C. Dampak Implementasi Pembelajaran Dengan

Menggunakan Multimedia Interaktif Terhadap Literasi

Sains Siswa ... 86 D. Tanggapan Guru Terhadap Software Multimedia

Interaktif Kesetimbangan Kimia ... 107 E. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan

Menggunakan Software Multimedia Interaktif Kesetimbangan Kimia ... 108 F. Kelebihan Dan Kelemahan Software Multimedia Interaktif .... 109

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 111 B. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 113 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berpengaruh pada berbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan sebuah proses akademik yang tujuannya untuk meningkatkan nilai sosial, budaya, moral, serta mempersiapkan sumber daya manusia yang melek sains dan teknologi, yang mampu menghadapi tantangan dalam kehidupan nyata baik pada lingkup lokal maupun global.

Pendidikan sains memiliki potensi dan peranan strategis dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas seperti yang diharapkan oleh tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2006).

Potensi ini akan terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan peserta didik yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, berpikir kreatif, memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai teknologi, melek sains, serta adaptif terhadap perubahan dan


(4)

perkembangan zaman (Mudzakir, 2005). Arti lebih lanjut adalah bahwa pendidikan sains harus mampu menghasilkan masyarakat yang memiliki literasi terhadap sains, seperti yang dinyatakan oleh Hayat dan Yusuf (2010) setiap warga negara perlu literate terhadap sains.

Literate dalam sains ini dikenal dengan literasi sains. PISA

(Programme for International Student Assesment) mendefinisikan literasi sains sebagai kapasitas individu dalam menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami serta interaksi manusia dengan alam (OECD, 2009).

Studi penilaian yang dilakukan oleh PISA (Programe for International

Student Assessment) mengungkapkan bahwa pembelajaran sains di Indonesia

kurang berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains. Hal ini terungkap berdasarkan hasil studi PISA pada tahun 2000 Indonesia berada pada peringkat ke-38 dari 41 negara peserta PISA dengan nilai rerata tes 393; pada tahun 2003 Indonesia menempati peringkat ke-38 dari 41 negara peserta dengan nilai rerata tes 395; pada tahun 2006 juga menunjukkan tingkat literasi sains anak-anak Indonesia masih rendah, yakni: 29% untuk konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks dengan rerata tes 395; dan terakhir pada tahun 2009 Indonesia menempati peringkat ke-57 dari 65 negara peserta dengan skor 383 (OECD, 2009).

Literasi sains terhadap materi pelajaran kimia saat ini juga masih belum menggembirakan salah satu sebabnya adalah proses pembelajaran


(5)

kimia yang terjadi di Indonesia masih menitikberatkan pada aspek menghafal konsep, teori, dan hukum tanpa diikuti pemahaman yang bisa digunakan siswa dalam kehidupan nyata mereka. Keadaan ini diperparah dengan pembelajaran yang berorientasi pada tes akhir. Akibatnya ilmu kimia sebagai proses, sikap, dan aplikasi belum tersentuh seutuhnya dalam pembelajaran. Disamping itu, kimia sebagai salah satu pelajaran sains merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Ilmu kimia merupakan ilmu yang bersifat abstrak yang merupakan penyederhanaan dari sebenarnya dan materi bersifat spiral.

Implikasi dari kenyataan tersebut, guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pendidikan di sekolah dihadapkan pada tantangan bagaimana pembelajaran kimia dirancang dan diimplementasikan agar aktif, inspiratif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Bagaimanapun pemilihan dan penggunaan metode dan media pembelajaran yang inovatif dan komunikatif dalam penyampaian materi merupakan komponen pembelajaran yang masih perlu diantisipasi oleh guru. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2006 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 ayat 1 yang menyatakan bahwa:

“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.”

Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut di atas sangat penting untuk dikembangkan pembelajaran yang dapat meningkatkan literasi sains. Diperlukan suatu alternatif pembelajaran yang menyenangkan dan


(6)

interaktif tetapi tidak mengurangi esensi materi pelajaran yang dituntut dalam kurikulum nasional. Salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam mengatasi masalah ini adalah dengan memanfaatkan teknologi komputer dalam bentuk multimedia interaktif.

Beberapa pakar multimedia interaktif (Muhammad, 2002; Setiawan, 2007) mengemukakan bahwa pembelajaran multimedia interaktif dapat digunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media yang ditampilkan harus mencerminkan pengalaman belajar. Peningkatan kualitas pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa, sehingga diharapkan berdampak pula pada hasil belajarnya.

Penelitian yang mengkaji bagaimana pengaruh penggunaan komputer sebagai multimedia terus berkembang. Hasil penelitian Polla (2000) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbantuan komputer mampu menciptakan suatu proses belajar mengajar yang interaktif, sehingga dapat memberikan manfaat optimal bagi siswa dan guru dalam mencapai tujuan pendidikan. Defrianto (2001) juga mencoba menggunakan metode pengajaran fisika interaktif dan visualisasi komputer dan hasilnya memberikan kenaikan nilai rata-rata yang signifikan. Fitriana (2010) mengungkapkan bahwa pembelajaran pembelajaran teori kinetika gas dengan menggunakan multimedia interaktif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Retmana (2010) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis multimedia interaktif dapat meningkatkan literasi sains


(7)

siswa SMP pada topik pengaruh penggunaan zat aditif pada makanan terhadap pencernaan manusia. Wiratama (2010) juga mengungkapkan bahwa pemanfaatan laboratorium virtual interaktif pada pembelajaran kesetimbangan kimia dapat meningkatkan kemampuan generik sains dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA. Namun, dari beberapa hasil penelitian tersebut belum ada yang mengkaji bagaimana model pembelajaran dengan menggunakan komputer dapat meningkatkan literasi sains pada konsep kesetimbangan.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara umum pembelajaran dengan multimedia interaktif dapat diterapkan pada berbagai level pembelajaran dan memberikan dampak positif terhadap hasil belajar. Hal ini sejalan dengan hasil studi PISA yang mengungkapkan bahwa penggunaan komputer sebagai produk teknologi informasi dan komunikasi berhubungan erat dengan pencapaian akademik yang tinggi (Horrison, et al dalam OECD, 2009). Oleh karena itu, dipandang perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang pengaruh multimedia interaktif terhadap tingkat literasi sains siswa.

Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kesetimbangan kimia. Hal ini dikarenakan materi kesetimbangan kimia dipandang memenuhi tiga prinsip dasar pemilihan konten PISA yang dikemukakan oleh Hayat dan Yusuf (2010) yaitu: (1) Konsep yang diujikan harus relevan dengan situasi kehidupan keseharian yang nyata. Prinsip kesetimbangan kimia dapat ditemukan dalam tubuh seperti kesetimbangan pH darah, metabolisme


(8)

karbondioksida, pengikatan oksigen dalam darah dan kesetimbangan kimia dalam industri seperti dalam pembuatan ammonia; (2) Konsep kesetimbangan kimia diperkirakan masih akan relevan sekurang-kurangnya untuk satu dasawarsa ke depan; dan (3) Konsep itu harus berkaitan dengan kompetensi proses yaitu pengetahuan tidak hanya mengandalkan daya ingat siswa dan berkaitan hanya dengan informasi tertentu. Kesetimbangan kimia merupakan salah satu materi kimia yang bersifat abstrak tetapi sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari karena aplikasinya luas. Oleh karena itu, dalam memahami konsep tersebut, siswa dituntut untuk memiliki pemahaman abstraksi yang baik. Untuk membantu mengembangkan konsep abstraksi tersebut guru harus pandai memilih media.

Berdasarkan paparan tersebut, masih jarang peneliti yang mengembangkan pembelajaran multimedia interaktif kesetimbangan kimia dan meneliti pengaruhnya terhadap tingkat literasi sains siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengembangkan lebih lanjut tentang bagaimana pengembangan pembelajaran multimedia interaktif dapat meningkatkan literasi sains siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan pembelajaran multimedia interaktif kesetimbangan kimia dapat meningkatkan literasi sains siswa SMA kelas IX?”


(9)

Untuk lebih memperjelas rumusan masalah dalam penelitian ini, maka rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah karakteristik multimedia interaktif kesetimbangan kimia yang dapat meningkatkan literasi sains siswa?

2. Bagaimanakah implementasi pembelajaran kesetimbangan kimia yang memanfaatkan multimedia interaktif?

3. Bagaimanakah peningkatan literasi sains siswa pada materi kesetimbangan kimia setelah pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan multimedia interaktif kesetimbangan kimia untuk meningkatkan literasai sains siswa. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menghasilkan multimedia interaktif kesetimbangan kimia yang dapat meningkatkan literasi sains siswa.

2. Memperoleh informasi tentang bagaimana keterlaksanaan pembelajaran kesetimbangan kimia yang memanfaatkan multimedia interaktif.

3. Memperoleh informasi tentang bagaimana pengaruh pembelajaran multimedia interaktif terhadap peningkatan literasi sains siswa.


(10)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang telah dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis. Adapun manfaat praktis yang diharapkan antara lain:

1. Bagi siswa; media pembelajan ini diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar kimia sehingga dapat meningkatkan hasil belajar serta meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah kesehatan, khususnya dampak asupan makanan yang tidak seimbang.

2. Bagi guru; khususnya guru kimia, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai model pembelajaran alternatif dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas.

3. Bagi peneliti; hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukkan dan bahan pertimbangan untuk mengembangkan pembelajaran yang serupa atau jenis lain yang dapat meningkatkan literasi sains siswa.

Adapun manfaat teoritik yang diharapkan yaitu: hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai pengembangan pembelajaran multimedia interaktif serta dalam pengembangan inovasi pembelajaran IPA khususnya kimia di SMA/MA.

E. Penjelasan Istilah

Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti akan menjelaskan beberapa penjelasan istilah yang digunakan, diantaranya:


(11)

1. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah multimedia interaktif kesetimbangan kimia dalam makhluk hidup dan industri yang disajikan sesuai langkah-langkah pembelajaran berbasis literasi sains dan teknologi (Science Technology Literacy, STL).

2. Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia.

3. Konten sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang merujuk pada konsep-konsep kimia esensial yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan terhadap alam yang dilakukan oleh aktivitas manusia.

4. Proses sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang mengandung pengertian proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasikan bukti serta menerangkan kesimpulan. Merupakan metode pemecahan masalah dalam mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.


(12)

5. Konteks aplikasi sains adalah salah satu dari dimensi literasi sains yang mengandung pengertian situasi yang ada hubungannya dengan penerapan sains dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains.

6. Sikap terhadap sains adalah sikap ilmiah yang mencakup inkuiri sains, kepercayaan diri sebagai seseorang yang belajar sains, tertarik terhadap sains, dan bertanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan.


(13)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research and Development) yang meliputi tahapan define, design, and develop (Thiagarajan, et al., 1974 dalam Priatna, 2009). Tahapan define dilakukan dalam menyusun rancangan awal dan dilakukan melalui studi pustaka (pembelajaran/penilaian literasi sains dan

software multimedia interaktif) serta analisis standar isi mata pelajaran kimia.

Hasil tahapan define akan dijadikan pijakan untuk melakukan tahapan design yakni merancang model pembelajaran serta penyusunan instrumen penelitian. Tahapan develop dilakukan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk, menghasilkan produk yang teruji, dalam bentuk uji coba model.

B. Desain Penelitian

Pada tahapan develop dalam penelitian ini dilakukan uji coba terbatas dengan cara weak experimental dengan desain The One-Group Pretest-Postest

Design (Fraenkel, et al., 2006). Desain The One-Group Pretest-Postest Design

adalah desain penelitian yang hanya menggunakan satu kelas, dimana sebelum dan setelah perlakuan diberikan tes. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan dilakukan uji statistik. Berikut adalah gambaran desain penelitian yang digunakan.


(14)

Gambar 3.1 Weak Eksperimen dengan Desain

The One-Group Pretest-Postes Design

Ket:O1 = Pretes O2 = Postes

X = Pembelajaran dengan multimedia interaktif

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu:

1. Tahap Define

Pada tahap define dilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Melakukan analisis standar isi mata pelajaran kimia SMA/MA.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pengembangan pembelajaran melalui multimedia interaktif.

c. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran dan penilaian literasi sains.

d. Melakukan analisis dimensi literasi sains yang mencakup: konten, konteks aplikasi, proses, dan sikap sains siswa pada konsep kesetimbangan kimia.

e. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten, dan kompetensi.

f. Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains terhadap sains melalui telaah konteks, konten, dan sikap.


(15)

2. Tahap Design

Pada tahap design dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Membuat analisis wacana.

b. Membuat peta konsekuensi pembelajaran. c. Membuat storyboard.

d. Membuat software multimedia interaktif.

e. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian.

f. Melakukan validasi instrumen penelitian. g. Melakukan revisi instrumen penelitian.

h. Melakukan uji coba butir soal instrumen penelitian. i. Memperbaiki instrumen penelitian.

j. Menentukan sekolah yang akan dijadikan subjek penelitian. k. Mempersiapkan surat izin penelitian.

3. Tahap Develop

Pada tahap develop dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Melaksanakan pretes.

b. Melaksanakan pembelajaran menggunakan software multimedia interaktif.

c. Melaksanakan postes.

d. Menyebarkan angket kepada siswa dan guru. e. Melaksanakan wawancara terstruktur dengan siswa.


(16)

Pada tahap ini peneliti dibantu oleh dua orang observer untuk mengamati kegiatan peneliti dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Pelaksanaan tahap ini dilakukan pada tanggal 28 Mei 2012 – 7 Juni 2012. Jadwal pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Pelaksanaan Penerapan Model Pembelajaran Pertemuan

ke Hari/Tanggal Kegiatan

1 Senin, 28 Mei 2012 Pretes

2 Kamis, 31 Mei 2012 Penyampaian materi tahap 1 3 Jumat, 1 Juni 2012 Penyampaian materi tahap 2

4 Senin, 4 Juni 2012 Postes

Pengisian angket Wawancara

4. Tahap analisis

Pada tahap analisis dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Pengumpulan data.

b. Pengolahan data dengan menggunakan metode statistik. c. Penganalisisan semua data.

d. Pembahasan hasil penelitian. e. Penarikan kesimpulan dan saran

Untuk memudahkan pelaksanaan penelitian maka digunakan alur penelitian seperti yang digambarkan pada Gambar 3.2 di bawah ini:


(17)

Gambar 3.2 Alur Penelitian Analisis standar isi mata

pelajaran kimia SMA/MA

Studi mengenai pengembangan pembelajaran melalui multimedia interaktif

Studi tentang pembelajaran dan penilaian literasi sains

Perumusan indikator dan tujuan pembelajaran aspek sikap sains

terhadap sains melalui telaah konteks, konten, dan sikap Perumusan indikator dan tujuan

pembelajaran aspek kognitif melalui telaah konteks, konten, dan

kompetensi

Pembuatan peta konsekuensi pembelajaran

Postes Analisis wacana

Pembuatan storyboard

Penyusunan RPP dan instrumen penelitian

Penentuan validasi isi RPP dan instrumen penelitian

Uji coba butir soal instrumen Pembuatan software multimedia interaktif

Wawancara, angket

Analisis data dan pembahasan

Implementasi pembelajaran menggunakan software multimedia interaktif Kesimpulan Pretes Validasi Perbaikan D e f i n e D e s i g n D e v e l o p


(18)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA-Reguler Tahun Pelajaran 2011/2012 di SMA X Jakarta. Subjek penelitian berjumlah 31 siswa yang terdiri dari 17 orang siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan dan dipilih dengan cara purposive sampling, yaitu peneliti memilih sampel berdasarkan kebutuhan dan sampel dianggap representatif.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tes Pilihan Ganda

Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, 2006). Alat ukur tes yang digunakan untuk mengukur dimensi literasi sains berbentuk tes objektif pilihan ganda berjumlah 25 butir soal. Kriteria penskoran tes pilihan ganda yang digunakan adalah jika jawaban benar diberi skor 1 dan jika jawaban salah diberi skor 0. Kisi-kisi tes yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Literasi Sains Aspek

Literasi Sains Indikator

No. butir Soal

Konten sains

Kesetimbangan dinamis dan reversibel

10, 11, 12 Kesetimbangan homogen dan

heterogen

6, 13

Kc 4, 19

Kp 23, 24


(19)

Aspek

Literasi Sains Indikator

No. butir Soal

Azas Le Chatelier dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kesetimbangan

1, 2, 3, 5, 7, 8, 9, 14, 15, 17, 18, 20, 21, 22,

25

Konteks aplikasi sains

Sakit gigi 1, 2, 3, 4, 5

Kendaraan berbahan bakar hidrogen 6, 7

Penjernihan kolam renang 8, 9

Selamatkan terumbu karang, sekarang!

10, 11, 12

Pembentukan cangkang telur 13

Hipoksia 14,15

Industri asam sulfat (H2SO4) 16,17,18, 19, 20, 21

Urea 22, 23, 24, 25

Proses sains

Mengidentifikasi isu ilmiah 18, 22

Menjelaskan fenomena ilmiah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 21, 23, 24,

25

Menggunakan bukti ilmiah 11, 16, 20

Sikap sains

Menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan lingkungan

5, 12, 25 Menunjukkan ketertarikan dalam

sains

7

Mendukung penyelidikan ilmiah 9

2. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk menjaring informasi secara langsung mengenai kegiatan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Lembar observasi disusun sesuai langkah-langkah pembelajaran berbasis STL (Sains Teknologi dan Literasi) yang dimuat dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pengamatan ini dilakukan dari awal sampai akhir pembelajaran. Lembar observasi dapat dilihat pada Lampiran C.1.


(20)

3. Angket

Angket yang digunakan terdiri dari dua jenis, yaitu angket siswa dan angket guru. Angket siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan pembelajaran dengan menggunakan software multimedia interaktif kesetimbangan kimia. Angket ini berupa skala sikap yang penilaiannya menerapkan skala Likert yang terdiri dari 20 butir soal dengan 11 pernyataan positif dan 9 butir pernyataan negatif. Kisi-kisi angket yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.3 di bawah ini.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Siswa No Aspek yang

Diungkap Indikator

No. Pernyataan Positif (+) Negatif (-)

1. Sikap siswa terhadap pelajaran kimia a) Menunjukkan ketertarikan terhadap kimia. b) Menunjukan

kesungguhan dan motivasi dalam mempelajari kimia

1, 3, 5 2, 4, 6 6

2. Sikap siswa terhadap pembelajaran dengan multimedia interaktif a) Menunjukkan ketertarikan terhadap pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif. b) Menunjukkan persetujuan

terhadap aktivitas

siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan

media yang

berbasis kontekstual

7, 8, 9, 11 10, 12, 13 7

3. Pendapat siswa mengenai

a) Kesesuaian dengan kompetensi yang

14, 15, 16, 19


(21)

No Aspek yang

Diungkap Indikator

No. Pernyataan Positif (+) Negatif (-) software

multimedia interaktif yang digunakan

ingin dicapai b) Tampilan

multimedia yang diberikan

Jumlah 20

Penskoran data angket siswa dapat dilihat pada Tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3.4 Penskoran Data Angket Siswa Skala Skor untuk Pernyataan

Positif (+) Negatif (-)

SS 4 1

S 3 2

TS 2 3

STS 1 4

Sedangkan angket guru digunakan untuk mengetahui tanggapan guru tentang software multimedia interaktif kesetimbangan kimia yang digunakan dalam pembelajaran. Angket ini terdiri dari 15 pernyataan. Kisi-kisi angket yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.5 di bawah ini.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Guru Kimia No Aspek yang

Diungkap Indikator

No. Pernyataan

1 Kesesuaian software multimedia interaktif dengan kompetensi yang ingin dicapai

a) Kesesuian dengan SK, KD, dan indikator materi kesetimbangan

b) Kesesuain dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

1, 2, 3, 4, 5 5

2 Kemampuan

software multimedia

interaktif sebagai sumber bahan ajar siswa yang menarik dan interaktif

Kemampuan software

multimedia interaktif sebagai sumber bahan ajar yang menarik

6, 7, 8, 9, 10 5


(22)

No Aspek yang

Diungkap Indikator

No. Pernyataan

akomodasi software multimedia interaktif dalam meningkatkan literasi sains

multimedia interaktif

dalam meningkatkan

penguasaan konsep

b) Kemampuan software

multimedia interaktif

dalam meningkatkan

literasi sains siswa

14, 15

Jumlah 15

Penskoran data angket guru dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6 Penskoran Data Angket guru

Skor Indikator

4 sangat sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai 3 sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai

2 kurang sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai dan perlu perbaikan

1 tidak sesuai dengan tujuan dan indikator yang ingin dicapai sehingga tidak bisa digunakan

4. Lembar Wawancara Terstruktur

Lembar wawancara terstruktur digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang penerapan pembelajaran dengan menggunakan

software multimedia interaktif kesetimbangan kimia yang tidak terjaring

oleh angket. Lembar wawancara terstruktur ini terdiri dari 10 butir soal beralasan. Kisi-kisi wawancara terstruktur yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran C.6.

5. Lembar Judgement Media

Lembar judgement media digunakan untuk menjaring informasi tentang kelayakan media yang dibuat. Lembar judgement diberikan kepada


(23)

ahli media dan materi. Lembar judgement disusun dengan menggunakan indikator yang diadaptasi dari Baker & King dalam Geissinger (1997), dan terdiri dari 24 pernyataan. Lembar judgement media dapat dilihat pada Lampiran A.13. Kriteria penskoran data validasi media dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7 Penskoran Data Validasi Media Skor Indikator

4 sangat baik 3 Baik 2 Cukup baik 1 Tidak baik

F. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini.

Tabel 3.8 Teknik Pengumpulan Data

No Jenis

Data

Teknik

Pengumpulan Data Keterangan

1 Tingkat literasi sains siswa

 Pretes

 Postes

 Dilakukan di awal pembelajaran

 Dilakukan di akhir pembelajaran 2 Aktivitas siswa dan

guru selama kegiatan pembelajaran

Lembar observasi Dilakukan saat pembelajaran

3 Tanggapan terhadap multimedia interaktif

 Angket siswa

 Wawancara siswa

 Angket guru

 Dilakukan setelah pembelajaran pada uji coba tahap awal dan tahap develop

 Dilakukan setelah pembelajaran

 Dilakukan setelah pembelajaran 4. Judgement media Lembar Judgement Untuk mengetahui


(24)

G. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen yang akan digunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba. Soal tes yang diuji cobakan berjumlah 35 butir soal. Uji coba dilakukan pada 40 siswa di SMAN Y Kota Tangerang. Adapun uji instrumen yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang harus dan akan diukur (Arikunto, 2006). Uji validitas instrumen yang digunakan adalah uji validitas isi (Content

Validity) dan uji validitas kriteria (Criteria Related Validity). Uji validitas

isi menggunakan judgement dengan pertimbangan ahli dengan tujuan untuk melihat kesesuain standar isi dan indikator yang ada dalam instrumen sedangkan uji validitas kriteria dihitung dengan menggunakan bantuan program Anates Versi 4.

Menurut Arikunto (2006) interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut.

Tabel 3.9 Kategori Validitas Butir Soal Koefisien Korelasi Kategori

0,80 - 1,00 Sangat tinggi 0,60 - 0,80 Tinggi 0,40 - 0,60 Cukup 0,20 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat rendah


(25)

b) Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya (Sudjana, 2006). Suatu soal dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi apabila soal tersebut menghasilkan skor secara ajeg, yaitu relatif tidak berubah walaupun diujikan pada situasi yang berbeda-beda (Karno To, 1996). Uji reliabilitas instrumen ini dihitung dengan menggunakan bantuan program Anates versi 4.

Adapun kriteria reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2008) dapat dilihat pada Tabel 3.10 di bawah ini:

Tabel 3.10 Kategori Reliabilitas Nilai Kategori

0,80 - 1,00 Sangat tinggi 0,60 - 0,80 Tinggi 0,40 - 0,60 Cukup 0,20 - 0,40 Rendah 0,00 - 0,20 Sangat rendah

c) Uji Daya Pembeda

Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan suatu soal dalam membedakan antara siswa yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan siswa yang tergolong kurang mampu (rendah prestasinya) (Arikunto, 2008). Uji daya pembeda dihitung dengan menggunakan bantuan program Anates versi 4.

Kategori daya pembeda (DP) menurut Arikunto (2008) dapat dilihat pada Tabel 3.11 di bawah ini.


(26)

Tabel 3.11 Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00<DP≤0,20 Jelek (poor)

0,20<DP≤0,40 Cukup (satisfactory) 0,40<DP≤0,70 Baik (good)

0,70<DP≤1,00 Baik sekali (excellent)

d) Uji Taraf Kesukaran

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran soal ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal terlalu mudah (Arikunto, 2008).

Uji taraf kesukaran dihitung dengan menggunakan bantuan program Anates versi 4. Kategori taraf kesukaran menurut Arikunto (2008) dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12 Kategori Taraf Kesukaran Batasan Kategori

0,00<TK≤0,30 Sukar 0,30<TK≤0,70 Sedang 0,70<TK≤1,00 Mudah

Secara keseluruhan hasil analisis uji coba dirangkum dalam Tabel 3.13 berikut ini:


(27)

Tabel 3.13 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal No Pokok Uji Daya Pembeda (%) Taraf Kesukaran (%)

Validitas Tindak Lanjut

1 54,55 62,50 Valid Digunakan

2 72,73 42,50 Valid Digunakan

3 72,73 40,00 Valid Digunakan

4 81,82 52,50 Valid Digunakan

5 72,73 62,50 Valid Digunakan

6 54,55 45,00 Valid Digunakan

7 0,00 12,50 Tidak Valid Tidak digunakan

8 72,73 62,50 Valid Digunakan

9 0,00 12,50 Tidak Valid Tidak digunakan

10 72,73 42,50 Valid Digunakan

11 45,45 77,50 Valid Digunakan

12 81,82 35,00 Valid Digunakan

13 54,55 20,00 Valid Digunakan

14 45,45 65,00 Valid Digunakan

15 -36,36 45,00 Tidak Valid Tidak digunakan

16 54,55 50,00 Valid Digunakan

17 -18,18 45,00 Tidak Valid Tidak digunakan

18 100,00 55,00 Valid Digunakan

19 90,91 60,00 Valid Digunakan

20 -27,27 72,50 Tidak Valid Tidak digunakan

21 36,36 32,50 Tidak Valid Tidak digunakan

22 27,27 37,50 Tidak Valid Tidak digunakan

23 18,18 82,50 Tidak Valid Tidak digunakan

24 27,27 7,50 Valid Digunakan

25 81,82 47,50 Valid Digunakan

26 81,82 47,50 Valid Digunakan

27 54,55 77,50 Valid Digunakan

28 54,55 52,50 Valid Digunakan

29 45,45 20,00 Valid Digunakan

30 81,82 67,50 Valid Digunakan

31 -9,09 70,00 Tidak Valid Tidak digunakan

32 72,73 32,50 Valid Digunakan

33 100,00 50,00 Valid Digunakan

34 45,45 45,00 Valid Digunakan


(28)

2. Analisis Data Penelitian a) Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data pretes dan postes. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui hasil belajar berupa penguasaan konten, konteks aplikasi, proses, dan sikap sains yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.

Analisis data yang diuji secara statistika dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menskor tiap lembar jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban 2) Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes 3) Mengubah nilai dalam bentuk persentase dengan cara:

Nilai Siswa (%) = jawaban soal yang benar

soal X 100%

4) Menghitung nilai rata-rata keseluruhan yang diperoleh siswa

Nilai rata-rata = Nilai total jawaban benar

Jumlah siswa

5) Menghitung N-Gain (%) antara skor pretes dan postes

Untuk mengetahui adanya peningkatan literasi sains siswa dilakukan dengan cara menghitung N-Gain. N-Gain adalah selisih antara nilai postes dengan pretes. Skor N-Gain menunjukkan tingkat efektivitas perlakuan daripada perolehan skor (Hake, 1999). Skor N-Gain dihitung dengan menggunakan rumus gain menurut David E. Meltzer berikut ini.


(29)

N-Gain =

(pretest) awal

skor tes

-maksimum Skor

(pretest) awal

skor tes

-(postest) akhir

Skor tes

x 100%

Kategorisasi perolehan skor N-Gain dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini.

Tabel 3.14 Kategori Gain Ternormalisasi Gain ternormalisasi (g) Kategori

g<0,30 Rendah

0,30≤g≤0,70 Sedang

g>0,70 Tinggi

b) Data Kualitatif

Data kualitatif berupa angket, hasil observasi, dan hasil judgement media. Hasil angket berupa tanggapan siswa dan guru diolah berdasarkan tes Skala Likert. Setelah skoring kemudian data diubah dalam bentuk persentasi dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% = �ℎ �� � ℎ

�ℎ � × 100%

Persentase yang diperoleh kemudian ditafsirkan dalam bentuk kalimat seperti yang terdapat pada Tabel 3.15 berikut ini.

Tabel 3.15 Tafsiran Persentase Persentase (%) Kategori

80-100 Baik sekali

66-79 Baik

56-65 Cukup

40-55 Kurang

0-39 Kurang sekali

(Arikunto, 2006)

Hasil pengolahan data angket, lembar observasi dan hasil

judgement media kemudian dianalisis dengan menggunakan statistik


(30)

H. Pengembangan Software Multimedia Interaktif Kesetimbangan Kimia

Pengembangan software multimedia interaktif dengan tema kesetimbangan kimia dalam makhluk hidup dan industri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Perancangan Software Multimedia Interaktif

a. Dilakukan analisis kurikulum, yakni mengkaji standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar mata pelajaran kimia SMA/MA kelas XI; menganalisis dimensi literasi sains; merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran pada aspek kognitif dan sikap melalui telaah konteks, konten, dan kompetensi PISA; serta menentukan kompetensi dasar yang berhubungan dengan tema yang telah ditetapkan yaitu kesetimbangan kimia dalam makhluk hidup dan industri.

b. Perancangan tampilan software multimedia interaktif yang dituangkan dalam bentuk storyboard.

c. Pemproduksian software multimedia interaktif, proses pembuatan animasi, simulasi, menyusun teks, dan sebagainya yang dilanjutkan dengan proses pemograman. Pada tahap ini peneliti menggunakan jasa seorang profesional dalam pembuatan software.

d. Validasi judgment dosen ahli. e. Revisi.


(31)

2. Ujicoba Software Multimedia Interaktif

Uji coba tahap awal dilakukan pada siswa kelas IX SMA Z Jakarta Tahun Pelajaran 2011/2012, pemilihan ini didasari pertimbangan bahwa siswa ini sudah memiliki pengetahuan yang memadai terhadap konten yang disajikan, memiliki kemampuan untuk memberikan pendapat terhadap isi maupun tampilan software multimedia interaktif kesetimbangan kimia yang dikembangkan.

3. Implementasi Pembelajaran Menggunakan Software Multimedia Interaktif

Pada tahap implementasi pembelajaran menggunakaan software multimedia interaktif dilakukan pada siswa kelas XI IPA-Reguler SMA X Jakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 dan dilakukan di ruang TIK yang memiliki kapasitas komputer + CPU sebanyak 25 unit Pentium 4 dan tersambung dengan fasilitas internet.


(32)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian ini, maka diperolehlah software multimedia interaktif dengan karakteristik sebagai berikut: (a) Materi disajikan dengan menggunakan pendekatan induktif dan berorientasi pada konteks, sehingga siswa dapat merumuskan dan membangun konsep berdasarkan contoh-contoh nyata yang ada di sekitarnya; (b) Menyajikan dampak negatif dari adanya ketidakseimbangan pH darah; (c) Memvisualisasikan konsep kesetimbangan kimia yang bersifat abstrak dengan menampilkan gambar, video, animasi, dan simulasi interaktif; (d) Mengembangkan pembelajaran mandiri; (e) Berorientasi pada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center); (f) Rumusan tujuan pembelajaran mengacu pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan dimensi literasi sains; (g) Menyajikan konsep terpadu dengan tema kesetimbangan kimia dalam makhluk hidup dan industri.

Software multimedia interaktif kesetimbangan kimia ini digunakan

pada semua tahapan pembelajaran STL. Software multimedia interaktif ini digunakan guru dalam menyampaikan materi pada tahap kontak dan kuriositi, sedangkan pada tahap elaborasi, nexus, pengambilan keputusan dan evaluasi digunakan oleh siswa dengan bimbingan guru.


(33)

Hasil implementasi pembelajaran kesetimbangan kimia dengan menggunakan software multimedia interaktif ini dapat meningkatkan literasi sains siswa. Pada aspek konten terjadi peningkatan sebesar 53% (kategori sedang). Pada aspek konteks aplikasi terjadi peningkatan sebesar 57,8% (kategori sedang). Pada aspek proses terjadi peningkatan sebesar 75,1% (kategori tinggi), dan pada aspek sikap sains siswa terjadi peningkatan sebesar 54,1% (kategori sedang). Peningkatan tertinggi terjadi pada aspek proses dan terendah pada aspek konten.

B. Saran

Adapun saran-saran demi perbaikan model pembelajaran ini antara lain: agar menghasilkan dampak yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan maka software multimedia interaktif ini harus digunakan dengan pengelolaan waktu yang cukup dan efisien, software multimedia yang dhasilkan belum dapat memberikan konstribusi yang maksimal untuk mamantapkan konsep-konsep yang bersifat hitungan sehingga diperlukan penguatan dengan penambahan jam pelajaran, software multimedia interaktif ini masih perlu perbaikan terutama pada simulasi percobaan serta konsep-konsep yang bersifat mikroskopik, dan untuk melihat adanya pengaruh penggunaan software multimedia interaktif terhadap peningkatan literasi sains sebaiknya digunakan kelas kontrol.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, W. S. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asniar.(2012). Efektivitas Software Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected

Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas VIII Pada Tema Rokok dan Kesehatan. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Başer, M. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2010, 6(1), 47-61.

Brady, J. (1993). Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara.

BSNP. (2006). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model

Silabus SMA/MA. Jakarta: Dirjen Pendidikan Nasional.

Campbell et al. (1999). Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Dahar, W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.


(35)

Defrianto. (2001). Perbaikan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Mekanika Klasik

dengan Menggunakan Metode Mengajar Interaktif dan Visualisasi Komputer. Prosiding Seminar dan Lokakarya Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Bandar Lampung: UNILA.

Echols, J.M dan Hassan Shadily. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA

Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas.

Fitriana. (2010). Penggunaan Multimedia Interaktif (MMI) Dalam Proses

Pembelajaran Materi Kinetika Gas untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kretaif Siswa. Tesis S2 UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Fraenkel, J dan Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in

Education Seventh Edition. San Francisco: The McGraw-Hill Companies.

Gunawan, A. Kondisi Tubuh Terlalu Asam Biang Kerok Beragam Penyakit.

Naturally Plus Jakarta Indonesia [25 Mei 2012].

Geissinger, H. (1997). Educational Software: Criteria For Evaluation. [Online]. Tersedia:http://www.ascilite.org.au/conferences/perth97/papers/Geissinger /Geissinger.html. [3 Juni 2012].

Hake, R.( 1997). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A

six-thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses: Journal American Association of Physics Teacher. 66 (1), 64-74.

Hadi, S. (2009). Ringkasan Laporan Penelitian Model Trend Prestasi Siswa

Berdasarkan Data PISA Tahun 2000, 2003 dan 2006. Jakarta: Pusat

Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Hamalik, O. (2001). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan

CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hayat, B dan Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Heinich, R. et al. (1996). Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Pretince Hall. Inc.

Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”.


(36)

Justiana, S. dan Muchtaridi. (2009). Chemistry for Senior High School. Jakarta: Yudistira.

Jong, OD. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Kustandi, dkk. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Anates): Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Mudzakir, A. (2005). Chemie im Kontext (Konsepsi Inovatif Pembelajaran Kimia di Jerman). Seminar Nasional Pendidikan Kimia.

Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual

Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis S2 UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259 -1286.

Mayer. (2001). Handbook of Multimedia Learning Chemistry Education:

Research and Practice in Europe.1. Tersedia: http://www.uio.gr.

Nentwig, et al. (2002). “Chemie im Context-From Situated Learning in Relevant Contexts to a Systematic International of Basic Chemical Concept”.

Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG-oktober 2002, Kiel Jerman. OECD-PISA. (2006). Science Competencies for Tomorrow’s World. Volume 1:

analysis. USA. OECD-PISA.

OECD (1999). MEASURING STUDENT KNOWLEDGE AND SKILLS A New

Framework for Assessment. Paris: OECD Publications.

OECD (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading,

mathematics and science. [online]. Tersedia: http://

www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [ 10 September 2010].

OECD (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I) [online].


(37)

OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading,

Mathematic and Science.

PISA. (2000). The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific

Literacy. [Online]. Tersedia:

http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/44/63/33692793.pdf. [26 Februari 2012].

Purba, M. (2007). Kimia untuk SMA Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat

Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Philips, et al. (2002). Chemistry Concept and Aplication. USA: Gleonce Poedjiadi, A. (1994). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press

Polla Gerardus. (2000). Buletin Pelangi Indonesia. Jakarta: UNJ.

Priatna, D. R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik Perubahan Materi

untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung:

Tidak diterbitkan.

Rusman, dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan

Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Retmana, L. R. (2010). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk

Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI

Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-dasar Pemprograman Software

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Setiawan, A. (2007). Dasar-dasar Multimedia Interaktif (MMI). Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Shwartz, Y. (2005). The Importance of Involving High-School Chemistry Teacher

in the Process of Defining the Operational Meaning of Chemical Literacy.


(38)

Shwartz et al. (2006). The use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing thr

Development of Chemical Literacy Among High-school Student. Journal of

chemistry education research and practice: 7(4), 203-225.

Sofyan, A. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Suwarna, I.P. (2005). Model Pembelajaran Hypermedia Listrik Dinamis Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Berfikir Kreatif, dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis pada PPS UPI Prodi IPA-P.

Fisika SL. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Prenada Group.

Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema

Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP.

Tesis S2 UPI Bandung.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M. L. (1974). Intructional Development

for Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana

University.

Thompson, S. A. (1994). Up Grading Your PC to Multimedia . Indianapolis: QUE Corporation.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2006). Jakarta: Depdiknas.

Wiratama, B.S. (2010). Pemanfaatan Laboratorium Virtual Interaktif Pada

Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis SPs UPI

Bandung: Tidak Diterbitkan.


(1)

Hasil implementasi pembelajaran kesetimbangan kimia dengan menggunakan software multimedia interaktif ini dapat meningkatkan literasi sains siswa. Pada aspek konten terjadi peningkatan sebesar 53% (kategori sedang). Pada aspek konteks aplikasi terjadi peningkatan sebesar 57,8% (kategori sedang). Pada aspek proses terjadi peningkatan sebesar 75,1% (kategori tinggi), dan pada aspek sikap sains siswa terjadi peningkatan sebesar 54,1% (kategori sedang). Peningkatan tertinggi terjadi pada aspek proses dan terendah pada aspek konten.

B. Saran

Adapun saran-saran demi perbaikan model pembelajaran ini antara lain: agar menghasilkan dampak yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diinginkan maka software multimedia interaktif ini harus digunakan dengan pengelolaan waktu yang cukup dan efisien, software multimedia yang dhasilkan belum dapat memberikan konstribusi yang maksimal untuk mamantapkan konsep-konsep yang bersifat hitungan sehingga diperlukan penguatan dengan penambahan jam pelajaran, software multimedia interaktif ini masih perlu perbaikan terutama pada simulasi percobaan serta konsep-konsep yang bersifat mikroskopik, dan untuk melihat adanya pengaruh penggunaan software multimedia interaktif terhadap peningkatan literasi sains sebaiknya digunakan kelas kontrol.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, W. S. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi

Aksara.

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, M. (2000). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asniar.(2012). Efektivitas Software Pembelajaran IPA Terpadu Model Connected Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas VIII Pada Tema Rokok dan Kesehatan. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Başer, M. (2010). The Effectiveness of Computer Supported Versus Real

Laboratory Inquiry Learning Environments on the Understanding of Direct Current Electricity among Pre-Service Elementary School Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2010, 6(1), 47-61.

Brady, J. (1993). Kimia Universitas Asas & Sruktur Jilid 2. Tangerang: Binarupa Aksara.

BSNP. (2006). Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus SMA/MA. Jakarta: Dirjen Pendidikan Nasional.

Campbell et al. (1999). Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.

Dahar, W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.


(3)

Defrianto. (2001). Perbaikan Proses Pembelajaran Mata Kuliah Mekanika Klasik dengan Menggunakan Metode Mengajar Interaktif dan Visualisasi Komputer. Prosiding Seminar dan Lokakarya Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Bandar Lampung: UNILA.

Echols, J.M dan Hassan Shadily. (2003). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Firman, H. (2007). Laporan Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Balitbang Depdiknas. Fitriana. (2010). Penggunaan Multimedia Interaktif (MMI) Dalam Proses

Pembelajaran Materi Kinetika Gas untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Berpikir Kretaif Siswa. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fraenkel, J dan Wallen, N.E. (2006). How to Design and Evaluate Research in Education Seventh Edition. San Francisco: The McGraw-Hill Companies. Gunawan, A. Kondisi Tubuh Terlalu Asam Biang Kerok Beragam Penyakit.

Naturally Plus Jakarta Indonesia [25 Mei 2012].

Geissinger, H. (1997). Educational Software: Criteria For Evaluation. [Online]. Tersedia:http://www.ascilite.org.au/conferences/perth97/papers/Geissinger /Geissinger.html. [3 Juni 2012].

Hake, R.( 1997). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A six-thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for Introductory Physics Courses: Journal American Association of Physics Teacher. 66 (1), 64-74. Hadi, S. (2009). Ringkasan Laporan Penelitian Model Trend Prestasi Siswa

Berdasarkan Data PISA Tahun 2000, 2003 dan 2006. Jakarta: Pusat Penilaian Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Hamalik, O. (2001). Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Hamalik, O. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hayat, B dan Yusuf, S. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Heinich, R. et al. (1996). Instructional Media and Technology for Learning. New Jersey: Pretince Hall. Inc.

Holbrook, J. (1998). “A Resource Book for Teachers of Science Subjects”. UNESCO.


(4)

Justiana, S. dan Muchtaridi. (2009). Chemistry for Senior High School. Jakarta: Yudistira.

Jong, OD. (2006). Context- Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.

Kustandi, dkk. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Karno To. (1996). Mengenal Analisis Tes (Pengantar ke Program Anates): Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung.

Mudzakir, A. (2005). Chemie im Kontext (Konsepsi Inovatif Pembelajaran Kimia di Jerman). Seminar Nasional Pendidikan Kimia.

Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation and

Conceptual Learning Grains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostice Pretest Scores”. American Journal Physics. 70, (12), 1259 -1286.

Mayer. (2001). Handbook of Multimedia Learning Chemistry Education: Research and Practice in Europe.1. Tersedia: http://www.uio.gr.

Nentwig, et al. (2002). “Chemie im Context-From Situated Learning in Relevant Contexts to a Systematic International of Basic Chemical Concept”. Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG-oktober 2002, Kiel Jerman. OECD-PISA. (2006). Science Competencies for Tomorrow’s World. Volume 1:

analysis. USA. OECD-PISA.

OECD (1999). MEASURING STUDENT KNOWLEDGE AND SKILLS A New Framework for Assessment. Paris: OECD Publications.

OECD (2009). PISA 2009 Assessment Framework Key competencies in reading, mathematics and science. [online]. Tersedia: http:// www.oecd.org/dataoecd/11/40/44455820.pdf [ 10 September 2010].

OECD (2010). PISA 2009 Results: What Students Know and Can Do – Student Performance in Reading, Mathematics and Science (Volume I) [online]. Tersedia: http://dx.doi.org/10.1787/9789264091450-en [ 20 Mei 2012].


(5)

OECD. (2003). PISA 2009 Assesment Framework :Key Competencies in Reading, Mathematic and Science.

PISA. (2000). The PISA 2000 Assesment of Reading, Mathematical and Scientific

Literacy. [Online]. Tersedia:

http://www.pisa.oecd.org/dataoecd/44/63/33692793.pdf. [26 Februari 2012].

Purba, M. (2007). Kimia untuk SMA Kelas IX. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, R. (1985). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Philips, et al. (2002). Chemistry Concept and Aplication. USA: Gleonce Poedjiadi, A. (1994). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press

Polla Gerardus. (2000). Buletin Pelangi Indonesia. Jakarta: UNJ.

Priatna, D. R. (2009). Pembelajaran IPA Terpadu pada Topik Perubahan Materi untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rusman, dkk. (2011). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Retmana, L. R. (2010). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ruseffendi. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Setiadi, R. dan Agus, A. (2001). Dasar-dasar Pemprograman Software Pembelajaran. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Setiawan, A. (2007). Dasar-dasar Multimedia Interaktif (MMI). Tesis S2 UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Shwartz, Y. (2005). The Importance of Involving High-School Chemistry Teacher in the Process of Defining the Operational Meaning of Chemical Literacy. International Journal of Science Education. 27.(3).323-344.


(6)

Shwartz et al. (2006). The use of Scientific Literacy Taxonomy for Assessing thr Development of Chemical Literacy Among High-school Student. Journal of chemistry education research and practice: 7(4), 203-225.

Sofyan, A. (2006). Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Sudjana, N. (2006). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S. (2010). Metode Penelitian dan Pendidikan. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Suwarna, I.P. (2005). Model Pembelajaran Hypermedia Listrik Dinamis Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Berfikir Kreatif, dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP. Tesis pada PPS UPI Prodi IPA-P. Fisika SL. Bandung: Tidak diterbitkan.

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Group.

Suanda, D. (2010). Pembelajaran IPA Terpadu dengan Multimedia pada Tema Pencemaran Lingkungan untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Tesis S2 UPI Bandung.

Thiagarajan, S. Semmel, D.S & Semmel, M. L. (1974). Intructional Development for Training Teacher of Exceptional Children. Minnesota: Indiana University.

Thompson, S. A. (1994). Up Grading Your PC to Multimedia . Indianapolis: QUE Corporation.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2006). Jakarta: Depdiknas.

Wiratama, B.S. (2010). Pemanfaatan Laboratorium Virtual Interaktif Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Untuk Meningkatkan Kemampuan Generik Sains dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis SPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.