PENGARUH MODEL INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA. (Penelitian eksperimen terhadap kelas V SDN I Muara dan Kelas V SDN II Muara Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon).

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V

PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN I Muara dan SDN II Muara Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

CHARIMATUL SAHDIA 0903280

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PERUBAHAN SIFAT BENDA

(Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V

SDN I Muara dan SDN II Muara Kecamatan

Suranenggala Kabupaten Cirebon)

Oleh Charimatul Sahdia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Charimatul Sahdia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT

BENDA

(Penelitian Eksperimen terhadap siswa kelas V SDN Muara I dan kelas V SDN Muara II Kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon)

CHARIMATUL SAHDIA 0903280

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing 1,

Julia, M.Pd

NIP. 198205132008121002

Pembimbing 2,

Asep Kurnia Jayadinata, M.Pd NIP. 198009292008011023

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD S1 Kelas UPI Kampus Sumedang,

Riana Irawati, M.Si


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... viiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 5

BAB II STUDI LITERATUR ... 7

A. Belajar dan Pembelajaran ... 7

B. Pembelajaran IPA di SD ... 8

C. Model Inkuiri ... 13

D. Kemampuan Berpikir Kritis ... 16

E. Materi Perubahan Sifat Benda ... 20

F. Penelitian Yang Relevan ... 22

G. Hipotesis ... 22

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 24

A. Metode dan Desain Penelitian ... 24

1. Metode Penelitian ... 24

2. Desain Penelitian ... 24

B. Subjek Penelitian ... 25

1. Populasi ... 25

2. Sampel ... 27

C. Prosedur Penelitian ... 28

1. Tahap Perencanaan ... 28

2. Tahap Pelaksanaan ... 29

3. Tahap Penyelesaian ... 29

D. Alur Penelitian ... 30

E. Instrumen Penelitian ... 31

1. Soal Tes ... 31


(5)

3. Angket ... 31

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 32

1. Teknik Pengolahan Data ... 32

2. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

1. Hasil Pretes dan Postes ... 40

2. Data Angket ... 42

B. Analisis Hasil Penelitian ... 44

1. Analisis Data Kuantitatif ... 44

a. Analisis Data Pretes ... 44

1) Uji Normalitas ... 44

2) Uji Homogenitas ... 46

3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata ... 48

b. Analisis Data Postes ... 48

1) Uji Normalitas ... 49

2) Uji Homogenitas ... 50

3) Uji Perbedaan Rata-rata ... 52

c. Analisis Skor Gain ... 53

1) Uji Normalitas ... 53

2) Uji Homogenitas ... 53

3) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata... 54

4) Perbandingan Skor Gain Eksperimen dan Kontrol .... 55

d. Uji One Way Anova ... 58

2. Analisis Data Kualitatif ... 60

a. Menganalisis Hasil Observasi ... 60

1) Observasi Siswa ... 60

2) Observasi Kinerja Guru ... 61

b. Analisis Hasil Angket ... 62

1) Analisis Hasil Pernyataan ... 62

2) Analisis Pernyataan Positif dan Negatif ... 65

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 72 RIWAYAT HIDUP ...


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1. Alur Penelitian... 30

Gambar 4.1. Data Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 41

Gambar 4.2. Data Hasil Pretes dan Postes Kelas Kontrol... 41

Gambar 4.3 Data Hasil Angket ... 44

Gambar 4.4. Grafik Peningkatan Aktivitas Guru ... 61


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Inkuiri ... 15

Tabel 2.2. Indikator Berpikir Kritis ... 17

Tabel 3.1. Rekapitulasi Nilai Ujian Nasional ... 26

Tabel 3.2. Populasi Penelitian ... 27

Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Validitas ... 32

Tabel 3.4 Hasil Perhitungan Validitas Per Butir Soal ... 33

Tabel 3.5 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 34

Tabel 3.6 Klasifikasi Indeks Kesukaran... 34

Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ... 35

Tabel 3.8 Klasifikasi Daya Pembeda ... 36

Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Daya Pembeda ... 36

Tabel 3.10 Kriteria N-Gain ... 39

Tabel 4.1 Deskripsi Data Statistik ... 41

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Angket ... 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Pretes... 45

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Sub Kelompok Eksperimen ... 45

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas dan Perbedaan Rata-rata Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 46

Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas Sub Kelompok Eksperimen ... 47

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Postes ... 49

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Postes ... 51

Tabel 4.9 Hasil Uji Homogenitas Postes Sub Kelompok Eksperimen ... 52

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skor Gain ... 53

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Perbedaan Rata-rata Skor Gain ... 54

Tabel 4.12 Skor Gain Kelas Eksperimen ... 56

Tabel 4.13 Skor Gain Kelas Kontrol ... 57

Tabel 4.14 Hasil Analisis One Way Anova ... 58

Tabel 4.15 hasil Uji dua Rata-rata Sub Eksperimen ... 59

Tabel 4.16 Hasil Analisis Aktivitas Guru ... 60

Tabel 4.17 Hasil Analisis Aktivitas Siswa ... 62

Tabel 4.18 Hasil Persentase Pernyataan Positif ... 65


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72 Lampiran B Instrumen Penelitian ... 73 Lampiran C Analisis Instrumen Tes Uji Coba ... 74

C.1 Data Hasil Tes Uji Coba C.2 Validitas Soal

C.3 Reliabilitas Soal C.4 Daya Pembeda Soal C.5 Tingkat Kesukaran Soal

Lampiran D Surat-surat ... 75 Lampiran E Foto-foto ... 76


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk membina kepribadian yang hakiki dalam mengembangkan kemampuan Indonesia yang sehat jasmani dan rohani. Hal itu tersirat dari isi Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Dari pernyataan tersebut jelas bahwa di dalam pendidikan terdapat proses pembelajaran. Keberhasilan pendidikan tidak luput dari kualitas proses pembelajaran di sekolah sebagai lembaga formal. Peran guru dalam meningkatkan mutu pendidikan juga sangat penting mengingat mutu pendidikan Indonesia yang masih jauh dari kata sempurna seperti yang diuraikan Azharmind (2012),

Berdasarkan data dalam Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011: The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) yang diluncurkan di New York, Senin (1/3/2011), indeks pembangunan pendidikan atau education development index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara di dunia.

Dari data tersebut tentunya pemerintah, masyarakat dan sekolah harus saling bersinergi untuk membangun dan meningkatkan lagi kualitas pendidikan Indonesia supaya Indonesia tidak tertinggal dari bangsa lain terutama dalam era globalisasi ini.

Sekolah merupakan salah satu wahana belajar bagi peserta didik. Belajar adalah satu kata yang akrab di telinga semua lapisan masyarakat. Belajar merupakan bagian dari pendidikan. Menurut Gagne (Hernawan,2010:5) „belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat


(10)

pengalaman.‟ Dari pernyataan tersebut belajar merupakan proses perubahan

tingkah laku akibat dari pengalaman.

Pembelajaran merupakan proses dari belajar itu sendiri yakni proses yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Di dalam lingkungan sekolah, interaksi dalam pembelajaran meliputi pendidik dan peserta didik. Pembelajaran memiliki lima komponen yaitu tujuan, bahan, metoda, media, dan evaluasi dimana kelima hal tersebut terintegrasi dan saling mempengaruhi dalam ketercapaian suatu pembelajaran. Pembelajaran di sekolah meliputi berbagai mata pelajaran salah

satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Dewasa ini IPA merupakan salah satu ilmu yang berpengaruh dalam setiap

aspek kehidupan. Salah satu dari banyaknya manfaat mempelajari IPA adalah orang akan bisa memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari misalnya orang bisa membuat energi alternatif saat kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) dan lain-lain. Sesuai dengan KTSP (2006:159)

bahwa IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasi. Diharapkan dengan pendidikan IPA dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari.

IPA merupakan pengetahuan tentang alam semesta seperti yang dikemukakan Darmojo (dalam Samatowa, 2006:2) „secara singkat IPA adalah pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dan segala isinya.‟ IPA mengajarkan pengetahuan tentang alam semesta dengan segala isinya mulai dari hal yang terkecil sampai yang terbesar.

IPA memiliki karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran yang lain, IPA menuntut seorang guru untuk menguasai pengetahuan, cara kerja, serta keterampilan dalam bidangnya. Guru IPA dituntut mempunyai kemampuan untuk mendemonstrasikan hal-hal yang berkaitan dengan makhluk hidup dan peristiwa yang terjadi di alam. Yang terpenting adalah mampu mengelola kelas dan mengelola laboratorium, karena pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan


(11)

3

laboratorium sebagai sarana untuk menunjang kemampuan siswa menguasai materi-materi dalam IPA, penggunaan model dan media yang sesuai dengan materi pembelajaran juga sangat penting dalam pembelajaran IPA terutama di sekolah dasar.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di beberapa SD di kecamatan Suranenggala Kabupaten Cirebon, pembelajaran IPA di SD belum sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA seperti yang diuraikan diatas, pembelajaran IPA cenderung konvensional sehingga siswa kesulitan untuk menguasai materi. Salah satunya pada materi perubahan sifat benda. Perubahan sifat benda disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya pemanasan, pendinginan dan pembakaran. Benda yang mengalami perubahan ada yang bisa kembali ke sifat semula atau disebut perubahan sementara dan ada yang tidak bisa kembali ke bentuk semula atau disebut perubahan tetap. Siswa seringkali kebingungan untuk menentukan antara perubahan tetap dan perubahan sementara.

Di dalam pembelajaran IPA, peserta didik sebaiknya memperoleh pengetahuan melalui proses inkuiri yaitu sebuah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan agar pengetahuan yang diperoleh tersebut bermakna sehingga peserta didik akan terus mengingat dan memahami pengetahuan tersebut.

Dari pernyataan itulah peneliti tertarik untuk mengujicobakan model inkuiri dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya pada materi perubahan sifat benda. Karena untuk dapat menguasai sebuah materi, tidak hanya dibutuhkan hafalan tetapi bagaimana peserta didik dapat berpikir secara kritis. Peserta didik telah dikaruniai potensi untuk berpikir. Melalui pembinaan yang tepat, pendidikan, pembelajaran dan pengamatan mereka dapat berkembang dan berpikir dengan baik. Karena itu jangan sampai potensi yang ada pada peserta didik tidak dikembangkan. Untuk menuju kehidupan yang lebih berarti, seseorang tidak bisa melarikan diri dari berpikir contohnya untuk menentukan atau memilih sesuatu juga perlu berpikir, dan berpikir secara kritis dapat menjadikan hidup lebih bermakna.


(12)

Berpikir kritis merupakan berpikir dengan kritis untuk memecahkan suatu masalah, hal itu tersirat dari pendapat Syah (2010:118) yang menyatakan

bahwa “Berpikir kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian

dengan pemecahan masalah.” Dan menurut R.H. Ennis (Hassoubah, 2007:87)

„berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan

pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.‟

Menurut Feldman (2010:35-92) indikator berpikir kritis terdiri atas tiga komponen, yaitu mengambil keputusan, mengenali dan mengevaluasi argumen, mengembangkan dan mengevaluasi penjelasan. Sedangkan menurut Beyer (Hassoubah, 2007:92) kemampuan berpikir kritis adalah keterampilan untuk menentukan kredibilitas suatu sumber, membedakan antara yang relevan dari yang tidak relevan, membedakan fakta dari penilaian, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, mengidentifikasi bias yang ada, mengidentifikasi sudut pandang, mengevaluasi bukti yang ditawarkan untuk mendukung pengakuan.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti akan melakukan penelitian eksperimen dengan judul PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA.

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian eksperimen ini, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut.

1. Apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

2. Apakah pembelajaran inkuiri lebih berpengaruh signifikan terhadap siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, atau rendah?

3. Bagaimana sikap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri?


(13)

5

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian eksperimen ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran inkuiri lebih berpengaruh signifikan terhadap siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, atau rendah.

3. Untuk mengetahui sikap siswa selama pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri.

4. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian eksperimen ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi siswa, akan memperoleh pengalaman belajar yang baru, menarik, menyenangkan, dan mengembangkan kemampuan berpikir siswa.

2. Bagi guru, akan dapat pengalaman baru, dan wawasan yang baru dalam pembelajaran IPA, khususnya mengenai materi perubahan sifat benda. 3. Bagi sekolah, akan menjadi inovasi dalam merancang pembelajaran IPAyang

lebih bervariasi dan kreatif.

4. Bagi peneliti selanjutnya, akan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan penelitian, dan sebagai bahan acuan dalam upaya meningkatkan proses pembelajaran IPA khususnya pada materi perubahan sifat benda.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap judul penelitian, maka disajikan batasan istilah yang sesuai degan judul yaitu sebagai berikut.


(14)

1. “Model inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan.”(Sanjaya, 2006:194) 2. “Berpikir kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian

dengan pemecahan masalah” (Syah, 2010:118). 3. Perubahan sifat benda meliputi:

a. Perubahan tetap, yaitu perubahan yang tidak bisa kembali ke wujud semula dan menghasilkan zat baru.

b. Perubahan sementara, yaitu perubahan yang bisa kembali ke bentuk semula dan tidak menghasilkan zat baru. (Choiril, 2008:74)


(15)

7

DAFTAR PUSTAKA

Djuanda, Dadan, dkk. (2009) . Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI

Feldman, D. A. (2010). Berpikir Kritis. Jakarta : Indeks

Hassoubah, Zaleha Izhab. (2007). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis. Bandung: Nuansa

Hernawan, Asep Herry dkk. (2010). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung : UPI Press

Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta: Depdiknas


(16)

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode dan Desain Penelitian

Berikut ini akan dibahas mengenai metode dan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental atau eksperimen murni. Menurut Yatim Riyanto (Zuriah, 2005: 57-58) „Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang sistematis, logis, dan diteliti di dalam

melakukan kontrol terhadap kondisi‟. Dalam eksperimen murni pengujian variabel bebas dan variabel terikat dilakukan terhadap sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek yang diteliti dalam kedua kelompok diambil secara acak. Pengambilan sampel secara acak hanya mungkin apabila subjek-subjek tersebut memiliki karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini, kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan yaitu pembelajaran inkuiri pada materi perubahan sifat benda dan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan pembelajaran secara konvensional pada materi perubahan sifat benda.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua perlakuan yaitu perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri dan perlakuan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional atau mengutamakan metode ceramah. Kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan sampel yang dipilih secara acak dari populasi penelitian. Masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan tes awal (pre-test) kemudian perlakuan dan terakhir diberikan tes akhir (post-test) untuk mengukur kemampuan berpikir kritis masing-masing kelas setelah diberikan perlakuan. Berdasarkan uraian tersebut, maka desain dari penelitian ini yaitu Desain Kelompok Kontrol Pratest-Pasca Tes Acak (Randomized Pretest-Posttest Control Group Desain) yang biasa divisualisasikan sebagai berikut (Sukmadinata, 2006: 204).


(17)

25

Kelompok kontrol merupakan kelas dengan pembelajaran konvensional, dan dalam penelitian ini merupakan SDN Muara 2 sedangkan kelompok eksperimen merupakan kelas dengan perlakuan menggunakan pembelajaran inkuiri yang dalam penelitian ini merupakan SDN 1 Muara.

B.Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian ini yaitu meliputi populasi dan sampel penelitian.

1. Populasi

“Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian peneliti dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.” (Zuriah,2005:116) Sedangkan

menurut Hadari Nawawi (dalam Zuriah,2005:116) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian. Jadi, populasi bisa dikatakan sebagai seluruh data atau seluruh subjek penelitian.

Dari penjelasan tersebut, peneliti mengambil populasi dari seluruh kelas V SD di Kecamatan Suranenggala. Untuk menyetarakan subjek penelitian, peneliti memilih populasi berdasarkan hasil nilai Ujian Nasional mata pelajaran IPA yang setara setiap SD nya yaitu SD yang mendapatkan nilai Ujian Nasional IPA tertingginya 9,25. Berikut data yang peneliti peroleh dari UPTD Kecamatan Suranenggala yang disajikan dalam tabel 3.1.

Kelompok Prates Perlakuan Pascates

Acak A [Kel.eksp] 0 X 0


(18)

Tabel 3.1.

Rekapitulasi Nilai Ujian Nasional Mata Pelajaran IPA tahun 2011 dan Jumlah Siswa Kelas V SD se- Kecamatan Suranenggala

Kabupaten Cirebon.

NO NAMA SEKOLAH

NILAI UN IPA TERTINGGI

JUMLAH SISWA KELAS V

1 SDN 1 MUARA 9,25 30

2 SDN 2 MUARA 9,25 33

3 SDN 1 PURWAWINANGUN 9,75 60

4 SDN 2 PURWAWINANGUN 8,50 40

5 SDN 3 PURWAWINANGUN 9,00 57

6 SDN 1 KERATON 8,25 65

7 SDN 1 SURAKARTA 9,25 22

8 SDN 2 SURAKARTA 9,25 55

9 SDN 3 SURAKARTA 8,50 24

10 SDN 1 KARANGREJA 9,25 49

11 SDN 2 KARANGREJA 7,50 25

12 SDN 1 SURANENGGALA KULON 7,75 59

13 SDN 2 SURANENGGALA KULON 8,75 17

14 SDN 1 SURANENGGALA LOR 9,25 40

15 SDN 2 SURANENGGALA LOR 9,25 33

16 SDN 1 SURANENGGALA KIDUL 8,25 34

17 SDN 2 SURANENGGALA KIDUL 8,50 18

18 SDN 3 SURANENGGALA KIDUL 8,25 76

19 SDN 1 SURANENGGALA 9,00 63

20 SDN 2 SURANENGGALA 8,00 17


(19)

27

Dalam penelitian eksperimen, pengambilan sampel secara acak dalam hal ini kelas kontrol dan kelas eksperimen hanya mungkin jika subjek-subjek tersebut memiliki karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini peneliti mengambil persamaan berupa hasil nilai ujian nasional mata pelajaran IPA yang setara sehingga diperoleh populasi penelitian yang disajikan dalam tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Populasi Penelitian

NO NAMA SEKOLAH

NILAI UN IPA TERTINGGI

JUMLAH SISWA KELAS V

1 SDN 1 MUARA 9,25 30

2 SDN 2 MUARA 9,25 33

3 SDN 1 SURAKARTA 9,25 22

4 SDN 2 SURAKARTA 9,25 55

5 SDN 1 KARANGREJA 9,25 49

6 SDN 1 SURANENGGALA LOR 9,25 40

2. Sampel

Menurut Zuriah (2005:119) “sampel sering didefinisikan sebagai bagian

dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara

tertentu.”

Ada dua teknik penarikan sampel yaitu teknik random sampling (acak) dan teknik non random sampling (tidak acak).

Dalam penelitian eksperimen ini, peneliti melakukan teknik simple random sampling dengan cara mengundi. Hasil undian tersebut diantaranya adalah kelas V SDN Muara 2 sebanyak 55 orang sebagai kelas kontrol dan SDN I Muara sebanyak 46 siswa sekaligus sebagai kelas eksperimen yang terdiri atas kelompok siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Ketiga kelompok tersebut diberikan perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri pada materi perubahan sifat benda. Selanjutnya


(20)

akan dibandingkan peranan model inkuiri akan lebih berpengaruh signifikan terhadap siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, atau rendah.

Pengelompokkan siswa dalam kelas eksperimen ini, menggunakan acuan yaitu nilai ulangan harian khusus mata pelajaran IPA. Adapun kriteria pengelompokkannya menurut Suherman dan Sukjaya (1990: 290) yaitu sebagai berikut.

Kelompok tinggi : x >� + 1.s Kelompok sedang : � –1.s ≤ x ≤ + 1.s Kelompok rendah : x <� – 1.s Keterangan:

x = nilai ulangan harian siswa

� = nilai rata-rata ulangan harian siswa

� = simpangan baku C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, dan tahap penyelesaian.

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan penelitian ini meliputi sebagai berikut.

a. Permintaan izin kepada pihak sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian baik pada sekolah yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen maupun sekolah yang akan digunakan sebagai kelas kontrol.

b. Merancang instrumen yang akan digunakan dalam penelitian dalam hal ini meliputi instrumen pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif serta rencana pelaksanaan pembelajaran dikelas kontrol dan eksperimen .

c. Mengkonsultasikan instrumen yang sudah dibuat kepada pihak ahli untuk menentukan validitas isi, apakah instrumen tersebut layak untuk digunakan atau tidak.

d. Melakukan ujicoba instrumen, untuk mengetahui validitas kriteria, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran instrumen.


(21)

29

b. Melakukan pengolahan terhadap instrumen, dan jika perlu direvisi, maka diuji coba ulang.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Tahap pelaksanaan di kelas kontrol 1) Mengadakan tes awal (pretes).

2) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dikonsultasikan kepada pembimbing.

3) Menyiapkan media dan hal-hal yang terkait dengan penelitian. 4) Melaksanakan pembelajaran pada pertemuan pertama.

5) Melaksanakan pembelajaran pertemuan kedua. 6) Melaksanakan pembelajaran pertemuan ketiga. 7) Mengadakan tes akhir (postes)

b. Tahap pelaksanaan dikelas eksperimen 1) Mengadakan tes awal (pretes).

2) Menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang sudah dikonsultasikan kepada pembimbing.

3) Menyiapkan media dan hal-hal yang terkait dengan penelitian. 4) Melaksanakan pembelajaran pertemuan pertama.

5) Melaksanakan pembelajaran pertemuan kedua. 6) Melaksanakan pembelajaran pertemuan ketiga. 7) Mengadakan tes akhir (postes).

8) Mengelompokkan siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

3. Tahap Penyelesaian

Tahap penyelesaian meliputi pengolahan dan analisis data kemudian menyusun laporan hasil penelitian, dan membuat kesimpulan.


(22)

D. Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Studi pendahuluan,meliputi:

Analisis materi perubahan sifat benda, model pembelajaran inkuiri, dan kemampuan berpikir kritis.

Kelompok kontrol (kelompok belajar dengan metode

pembelajaran konvensional)

Kelompok kontrol (kelompok belajar dengan metode

pembelajaran konvensional) Menentukan sampel

pretest

Kelompok eksperimen (kelompok belajar dengan model

inkuiri

Pelaksanaan proses belajar mengajar

Kelompok eksperimen (kelompok belajar dengan model

pembelajaran inkuiri

posttest

Analisis data

Penarikan kesimpulan Menentukan populasi

Uji coba instrumen Membuat instrumen


(23)

31

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian yang dalam penelitian ini merupakan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas ekperimen maupun kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini meliputi instrumen untuk data kuantitatif dan data kualitatif yaitu soal tes, lembar observasi, dan lembar angket siswa.

1. Soal Tes Berpikir Kritis.

Soal tes akan digunakan untuk pretes dan postes dalam bentuk essay. Indikator yang digunakan mengacu pada indikator berpikir kritis dan standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam kurikulum. Soal yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data terlebih dahulu diujicobakan kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya untuk mengetahui apakah soal tersebut sudah termasuk kriteria soal yang baik atau belum.

2. Observasi

Menurut Maulana (2009: 35), “observasi merupakan pengamatan langsung

menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan perabaan, dan jika

perlu pengecapan.” Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengobservasi kinerja guru dan peserta didik selama penelitian termasuk di dalamnya yaitu interaksi antara guru dan peserta didik selama proses pembelajaran. Lembar observasi diisi oleh observer yakni guru di sekolah yang bersangkutan. Observasi dilaksanakan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

3. Angket

Angket dalam penelitian ini berguna untuk memperoleh respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri dengan memberikannya diakhir pembelajaran di kelas eksperimen. Di dalam angket tersebut terdapat beberapa item instrumen yang harus dipilih siswa berupa kata-kata SS (sangat setuju), S (setuju), R (ragu-ragu), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju).


(24)

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Baik data pretes maupun post tes serta hasil tes uji coba instrumen akan diolah menggunakan teknik-teknik tertentu sesuai pendapat para ahli.

1. Teknik Pengolahan Data

Di bawah ini akan dibahas pengolahan data hasil uji coba instrumen yang dilakukan peneliti kepada sebanyak 38 siswa Kelas VI SD.

a. Validitas Instrumen

Untuk menentukan tingkat (kriteria) validitas instrumen ini, maka digunakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi ini dihitung dengan menggunakan rumus product moment dari Pearson dengan formula sebagai berikut.

rxy = � −

( �)( )

� � −( ) � − ( ) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

N = jumlah siswa X = nilai hasil uji coba Y = nilai raport

Selanjutnya koefisien korelasi yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi koefisien korelasi (koefisien validitas) menurut Guilford.

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Validitas Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80-1,0 Validitas sangat tinggi 0,60-0,80 Validitas tinggi

0,40-0,60 Validitas sedang 0,20-0,40 Validitas rendah < 0,20 tidak valid

Berdasarkan rumus di atas, hasil penghitungan validitas uji coba instrumen yang telah dilakukan memiliki korelasi sebesar 0,83 jadi dapat diinterpretasikan


(25)

33

bahwa soal tersebut memiliki validitas sangat tinggi dan layak digunakan sebagai instrumen penelitian.

Selain validitas soal secara keseluruhan, terdapat validitas per butir soal yang hasil penghitungannya adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Validitas Per Butir Soal

No. Soal

Korelasi

Validitas Interpretasi

1 0,61 Tinggi

2 0,46 Sedang

3 0,63 Tinggi

4 0,82 Sangat tinggi

5 0,66 Tinggi

6 0,52 Sedang

7 0,64 Tinggi

8 0,52 Sedang

c. Reliabilitas Instrumen

Menurut Setiadi (Ruseffendi, 2003: 45), “Reliabilitas instrumen berkaitan

dengan keajegan atau ketetapan alat evaluasi dalam mengukur sesuatu dari

siswa”. Untuk mengukur reliabilitas instrumen tersebut dapat digunakan nilai

koefisien relabilitas yang dihitung dengan menggunakan formula berikut.

R

hh

=

� −( )( ) � −( ) � − ( )

Selanjutnya,

R

tt

=

��� +��� Keterangan :

Rhh = koefisien parohan

N = jumlah siswa X = skor item ganjil Y = skor item genap


(26)

Rtt = koefisien reliabilitas

Tabel 3.5

Berdasarkan keterangan di atas, didapat hasil penghitungan korelasi reliabilitas instrumen yang telah diujicobakan yaitu memiliki nilai sebesar 0,61 dan dapat diinterpretasikan bahwa reliabilitas instrumen soal tersebut adalah tinggi.

c. Tingkat Kesukaran

Untuk mengetahui tingkat atau indeks kesukaran setiap butir soal, digunakan formula sebagai berikut.

�� = �

���

Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

� = Rata-rata skor untuk setiap butir soal SMI = Skor maksimum ideal

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80-1,0 Reliabilitas sangat tinggi 0,60-0,80 Reliabilitas tinggi 0,40-0,60 Reliabilitas sedang 0,20-0,40 Reliabilitas rendah < 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Klasifikasi Indeks Kesukaran Koefisien Korelasi Interpretasi

0,00 Terlalu sukar

0,00-0,30 Sukar

0,30-0,70 Sedang

0,70-0,90 Mudah


(27)

35

Berdasarkan penjelasan di atas, hasil penghitungan tingkat kesukaran per butir soal pada hasil uji coba instrumen adalah sebagai berikut.

Tabel 3.7

Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran

No. Soal

Korelasi Tingkat Kesukaran

Interpretasi

1 0,47 Sedang

2 0,29 Sukar

3 0,24 Sukar

4 0,24 Sukar

5 0,46 Sedang

6 0,30 Sukar

7 0,45 Sedang

8 0,36 Sukar

Soal-soal dalam instrumen penelitian ini tidak ada yang memiliki kriteria mudah. Hal itu dikarenakan peneliti akan mengukur kemampuan berpikir kritis siswa yang termasuk kedalam kemampuan berpikir tingkat tinggi.

d. Daya Pembeda

Untuk mengetahui daya pembeda setiap butir soal, digunakan formula berikut.

DP = � −� ��� Keterangan:

DP = Daya Pembeda

� A = Rata-rata skor kelompok atas

� B = Rata-rata skor kelompok bawah SMI = Skor maksimum ideal


(28)

Tabel 3.8

Berdasarkan rumus di atas, hasil penghitungan daya pembeda pada instrumen uji coba yang telah dilakukan per butir soalnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.9

Hasil Perhitungan Daya Pembeda

No. Soal

Korelasi Daya

Pembeda Interpretasi

1 0,54 Baik

2 0,38 Cukup

3 0,25 Cukup

4 0,36 Cukup

5 0,60 Baik

6 0,36 Cukup

7 0,44 Baik

8 0,32 Cukup

Berdasarkan penghitungan-penghitungan di atas, maka soal-soal dalam instrumen tidak ada yang dibuang maupun diganti dan dapat diasumsikan bahwa instrumen layak digunakan dalam penelitian.

2. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan langkah yang digunakan untuk meringkas data yang telah dikumpulkan secara akurat. Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji normalitas data, uji homogenitas, dan uji perbedaan rata-rata.

Klasifikasi Daya Pembeda Koefisien Korelasi Interpretasi

≤0,00 Sangat jelek

0,00-0,20 Jelek

0,20-0,40 Cukup

0,40-0,70 Baik


(29)

37

a. Uji Normalitas Data

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh data yang akan dianalisis adalah asumsi kenormalan dari data tersebut. Dengan perumusan hipotesis,

H0: Data sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang sama diduga berdistribusi normal.

H1: Data sampel yang diperoleh berasal dari populasi yang sama diduga tidak berdistribusi normal. Kriteria pengujian

Dengan mengambil taraf nyata α = 5 % maka kriteria pengujian yang

dilakukan sebagai berikut.

1) Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05, maka H0 ditolak. 2) Jika nilai signifikansi (Sig.) > 0,05, maka H0 diterima.

Langkah-langkah yang digunakan untuk uji normalitas.

1) Klik Variable View.

2) Pada kolom Name no. 1 ketik “kelompok_yang_diteliti”, sedangkan pada

kolom Name no. 2 ketik data yang diolah seperti “pretest”. 3) Pada kolom Decimal diisi sesuai dengan kebutuhan.

4) Pada kolom Values ketik jumlah kelompok yang akan diolah beserta nama kelompoknya. Klik pada tombol kotak kecil pada value ketik 1, dan pada value label ketik kelompok eksperimen kemudian klik add. Selanjutnya, pada value ketik 2, dan pada valuelabel ketik kelompok kontrol kemudian klik add. Kemudian klik Ok.

5) Klik Data View, pada kolom “kelompok-yang-diteliti” ketik 1 sebanyak jumlah siswa pada kelompok eksperimen dan ketik 2 sebanyak jumlah siswa pada kelompok kontrol. Pada kolom pretest masukan nilai pretest setiap siswa sesuai kelompoknya.

6) Lakukan analisis dengan cara klik Analyze >> Descriptive Statistics >> Explore.


(30)

7) Klik “kelompok-yang-diteliti” kemudian masukkan pada kolom factor list. Selanjutnya klik “pretest” dan masukkan pada kolom pada dependent list.

8) Pilih plots dan klik Stem-and-leaf, histogram, dan normality plot with tests. Selanjutnya klik continue.

Klik Ok.

b. Uji Homogenitas

Jika data berdistribusi normal, maka pengujian dilanjutkan dengan menguji homogenitas. Menurut Sudjana (2005: 261) “uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelas eksperimen mempunyai variansi yang sama.” Dalam menguji homogenitas sampel pengetesan didasarkan atas asumsi bahwa jika variansi yang dimiliki oleh sampel-sampel tidak jauh berbeda, maka sampel-sampel tersebut cukup homogen. Langkah untuk menguji hipotesisnya adalah sebagai berikut:

1) Menentukan hipotesis.

Ho: kedua varians adalah sama. Ha: Kedua varians adalah berbeda.

2) Menentukan tingkat keberartian α sebesar 0,05. Ho diterima jika signifikansi > 0,05.

Ho ditolak jika signifikansi < 0,05.

3) Menghitung uji homogenitas dengan menggunakan Uji Levene pada program SPSS versi 16. Setelah data dimasukkan seperti langkah-langkah pada uji normalitas maka klik Analyze >> Compare Means >> Independent-Sample T Test.

4) “Kelompok-yang-diteliti” masukkan pada kolom grouping variable dan

pretest” pada kolom test variable (s).

5) Klik kolom grouping variable, klik define groups, pada kolom group 1 ketik angka 1 dan pada group 2 ketik angka 2. Selanjutnya klik continue.Klik Ok.


(31)

39

c. Uji Perbedaan Rata-rata

Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan rumus sebagai berikut.

1) Menentukan hipotesis.

H0: tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen dan kelompok kontrol.

Ha: terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen dan kelompok kontrol.

2) Menentukan tingkat signifikansi α= 5%

3) Mengolahnya menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

d. Anova Satu Arah (One Way Anova)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan berpikir kritis subkelompok siswa kelas eksperimen untuk kemudian dianalisis model inkuiri lebih berpengaruh signifikan terhadap sub kelompok tinggi, sedang, atau rendah. Adapun penghitungannya yaitu dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows.

e. Menghitung N-Gain.

Menghitung N-Gain dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Untuk menghitung N-Gain menggunakan rumus:

Ngain = skor tes akhir – skor tes awal skor maksimal – skor tes awal

Kriteria tingkat N-Gain menurut Hake (Fauzan, 2012) adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3.10

Kriteria Tingkat N-Gain

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah


(32)

(33)

69 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN I Muara sebagai kelas eksperimen dan SDN II Muara sebagai kelas kontrol tentang pengaruh model inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa khusus mata pelajaran IPA pada materi perubahan sifat benda siswa kelas V kecamatan Suranenggala pada tahun pelajaran 2012/2013 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Dengan mengambil taraf α = 5 % terdapat perbedaan rata-rata antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dan berdasarkan analisis terhadap skor gain pada kedua kelompok, peningkatan kelas eksperimen lebih baik dibandingkan peningkatan kelas kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.

2. Pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis varian satu arah (one-way ANOVA) dengan α = 5 % yang menunjukkan rata-rata nilai tes akhir (postes) lebih baik daripada tes awal (pretes). Namun sub kelompok sedang mempunyai pengaruh lebih besar saat belajar dengan model inkuiri, dibandingkan kelompok tinggi dan rendah.

3. Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri membuat sikap siswa lebih aktif dalam pembelajaran, baik ketika dalam kelompok atau perseorangan.

4. Siswa memberikan respon yang baik terhadap penggunaan model inkuiri pada pembelajaran IPA untuk materi perubahan sifat benda. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis angket yang menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang kuat terhadap pernyataan-pernyataan positif dan juga memberikan


(34)

respon yang lemah terhadap pernyataan-pernyataan negatif mengenai penggunaan model pembelajaran inkuiri pada materi perubahan sifat benda.

B. Saran

Setelah mengadakan penelitian dan menganalisis data hasil, penulis mempunyai saran sebagai berikut:

1. Model pembelajaran inkuiri sebaiknya dijadikan sebagai salah satu alternatif yang diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

2. Model pembelajaran inkuiri dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, karena model pembelajaran inkuiri dapat menumbuhkan sikap positif bagi siswa, meningkatkan motivasi untuk aktif dan lebih giat belajar dalam memahami suatu konsep dalam IPA, meningkatkan keberanian siswa dalam mengemukakan pendapatnya dan mampu menumbuhkan rasa kekeluargaan dengan berbagi dan saling tolong menolong.

3. Mengingat siswa memberikan respon yang positif terhadap penggunaan model inkuiri dalam pembelajaran IPA pada materi perubahan sifat benda. Maka diharapkan kepada para guru dapat menggunakan pembelajaran inkuiri tidak hanya diterapkan pada materi perubahan sifat benda tetapi juga pada materi IPA yang lainnya.


(35)

71

DAFTAR PUSTAKA

Azharmind. (2012). Kualitas Pendidikan Indonesia Ranking. [online]. Tersedia: http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia ranking.html

Azmiyati, Choiril, dkk. (2008). IPA 5 Salingtemas. Jakarta: Depdiknas

Bundu, Patta. (2006) . Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah. Jakarta : Depdiknas

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Djuanda, Dadan, dkk. (2009) . Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Sumedang: UPI

Feldman, D. A. (2010). Berpikir Kritis. Jakarta : Indeks

Hassoubah, Zaleha Izhab.(2010). Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis.

Hernawan, Asep Herry dkk. (2010). Belajar dan Pembelajaran SD. Bandung : UPI Press

Maulana. (2009) . Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan dengan Benar. Bandung: Learn2Live ‘n Live2Learn

Russefendi, E. T. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

Samatowa, Usman. (2006). Bagaimana Membelajarkan IPA di SD. Jakarta: Depdiknas

Sanjaya, Wina. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Rosda

Sukardjo. (2004). Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda

Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda

Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu


(36)

Zuriah, Nurul. (2006). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara


(1)

39

c.

Uji Perbedaan Rata-rata

Uji perbedaan rata-rata dilakukan dengan menggunakan uji-t dengan

rumus sebagai berikut.

1)

Menentukan hipotesis.

H

0

: tidak terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol.

H

a

: terdapat perbedaan rata-rata kemampuan siswa kelompok ekperimen

dan kelompok kontrol.

2)

Menentukan tingkat signifikansi

α= 5%

3)

Mengolahnya menggunakan bantuan program SPSS 16.0

for windows

.

d.

Anova Satu Arah (

One Way Anova

)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata kemampuan

berpikir kritis subkelompok siswa kelas eksperimen untuk kemudian dianalisis

model inkuiri lebih berpengaruh signifikan terhadap sub kelompok tinggi,

sedang, atau rendah. Adapun penghitungannya yaitu dengan menggunakan

bantuan program SPSS 16.0

for windows

.

e.

Menghitung

N-Gain.

Menghitung

N-Gain

dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan

berpikir kritis siswa. Untuk menghitung

N-Gain

menggunakan rumus:

N

gain

= skor tes akhir

skor tes awal

skor maksimal

skor tes awal

Kriteria tingkat

N-Gain

menurut Hake (Fauzan, 2012) adalah sebagai

berikut ini.

Tabel 3.10

Kriteria Tingkat N-Gain

g ≥

0,7

Tinggi

0,3 ≤

g

< 0,7

Sedang

g

< 0,3

Rendah


(2)

(3)

69

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SDN I Muara sebagai kelas

eksperimen dan SDN II Muara sebagai kelas kontrol tentang pengaruh model

inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa khusus mata pelajaran IPA pada

materi perubahan sifat benda siswa kelas V kecamatan Suranenggala pada tahun

pelajaran 2012/2013 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.

Kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran inkuiri

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran

konvensional. Dengan mengambil taraf

α

= 5 % terdapat perbedaan rata-rata

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dan berdasarkan analisis terhadap

skor gain pada kedua kelompok, peningkatan kelas eksperimen lebih baik

dibandingkan peningkatan kelas kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa

kemampuan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan

kelas kontrol.

2.

Pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa berkemampuan tinggi,

sedang dan rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis varian satu arah

(

one-way ANOVA

) dengan

α

= 5 % yang menunjukkan rata-rata nilai tes akhir

(postes) lebih baik daripada tes awal (pretes). Namun sub kelompok sedang

mempunyai pengaruh lebih besar saat belajar dengan model inkuiri,

dibandingkan kelompok tinggi dan rendah.

3.

Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri membuat sikap siswa lebih

aktif dalam pembelajaran, baik ketika dalam kelompok atau perseorangan.

4.

Siswa memberikan respon yang baik terhadap penggunaan model inkuiri pada

pembelajaran IPA untuk materi perubahan sifat benda. Hal ini dapat dilihat

dari hasil analisis angket yang menunjukkan bahwa siswa memberikan respon

yang kuat terhadap pernyataan-pernyataan positif dan juga memberikan


(4)

respon yang lemah terhadap pernyataan-pernyataan negatif mengenai

penggunaan model pembelajaran inkuiri pada materi perubahan sifat benda.

B.

Saran

Setelah mengadakan penelitian dan menganalisis data hasil, penulis

mempunyai saran sebagai berikut:

1.

Model pembelajaran inkuiri

sebaiknya dijadikan sebagai salah satu alternatif

yang diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa, sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran IPA.

2.

Model pembelajaran inkuiri

dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran,

karena model pembelajaran inkuiri dapat menumbuhkan sikap positif bagi

siswa, meningkatkan motivasi untuk aktif dan lebih giat belajar dalam

memahami suatu konsep dalam IPA, meningkatkan keberanian siswa dalam

mengemukakan pendapatnya dan mampu menumbuhkan rasa kekeluargaan

dengan berbagi dan saling tolong menolong.

3.

Mengingat siswa memberikan respon yang positif terhadap penggunaan

model inkuiri dalam pembelajaran IPA pada materi perubahan sifat benda.

Maka diharapkan kepada para guru dapat menggunakan pembelajaran inkuiri

tidak hanya diterapkan pada materi perubahan sifat benda tetapi juga pada

materi IPA yang lainnya.


(5)

71

DAFTAR PUSTAKA

Azharmind. (2012).

Kualitas Pendidikan Indonesia Ranking

. [online]. Tersedia:

http://azharmind.blogspot.com/2012/02/kualitas-pendidikan-indonesia

ranking.html

Azmiyati, Choiril, dkk. (2008).

IPA 5 Salingtemas

. Jakarta: Depdiknas

Bundu, Patta. (2006) .

Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah.

Jakarta :

Depdiknas

Dahar, Ratna Wilis. (1996).

Teori-teori Belajar

. Jakarta: Erlangga

Djuanda, Dadan, dkk. (2009) .

Model Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Sumedang: UPI

Feldman, D. A. (2010).

Berpikir Kritis.

Jakarta : Indeks

Hassoubah, Zaleha Izhab.(2010).

Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis.

Hernawan, Asep Herry dkk. (2010).

Belajar dan Pembelajaran SD.

Bandung :

UPI Press

Maulana. (2009) .

Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian

Pendidikan dengan Benar.

Bandung: Learn2Live ‘n Live2Learn

Russefendi, E. T. (2005).

Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non

Eksakta Lainnya

. Bandung: Tarsito

Samatowa, Usman. (2006).

Bagaimana Membelajarkan IPA di SD.

Jakarta:

Depdiknas

Sanjaya, Wina. (2006).

Strategi Pembelajaran

. Jakarta: Kencana Prenada Media

Sudjana. (2005).

Metode Statistika

. Bandung: Rosda

Sukardjo. (2004).

Kimia Fisika

. Jakarta: Rineka Cipta

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005).

Metode Penelitian Pendidikan

. Bandung:

Rosda

Syah, Muhibbin. (2010).

Psikologi Pendidikan

. Bandung: Rosda

Uyanto, S. S. (2009).

Pedoman Analisis Data dengan SPSS

. Yogyakarta: Graha

Ilmu


(6)

72

Zuriah, Nurul. (2006).

Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan.

Jakarta:

Bumi Aksara


Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI SIMETRI LIPAT DI KELAS V (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Cibeureum I dan SDN Cimalaka II di Kabupaten Sumedang).

0 1 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Ckareo I dan SDN Cikareo II di Kabupaten Sumedang).

0 0 51

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI GAYA MAGNET (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Jatimulya II dan SDN Jatimulya III Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 34

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V SD PADA MATERI GAYA GESEK (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Parungjaya II dan SDN Ciparay I Kecamatan Leuwimunding Ka

0 0 30

PENGARUH MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS V PADA MATERI PERISTIWA ALAM DI INDONESIA (Penelitian Eksperimen di Kelas V SDN Bongas Wetan III dan SDN Bongas Wetan IV Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majaleng

0 0 31

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA SD KELAS V PADA MATERI GAYA GESEK DAN GAYA GRAVITASI (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN I Pamijahan,di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon).

3 6 34

PENGARUH PERMAINAN JELAJAH CAHAYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD PADA MATERI SIFAT-SIFAT CAHAYA (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas V SDN Sindang III dan SDN Garawastu II di Kecamatan Sindang Kabupaten Majalengka).

0 0 35

PENGARUH PERMAINAN BILBAKCAGAM TERHADAP TES HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA (Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa Kelas V SDN Gunungsari I dan SDN Ranjikulon II di Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka).

0 0 37

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG MATERI PERUBAHAN BENDA SISWA KELAS V SDN CILANGLA : Penelitian Tindakan Kelas pada siswa Kelas V SDN Cilangla Kecamatan Cireunghas Kabupaten Sukabumi.

0 0 34

PENGARUH MEDIA BERBASIS KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA MATERI BENCANA ALAM DAN DAMPAKNYA (Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas V SDN Cibodas I dan SDN Cibodas II Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka).

0 0 36