MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT.

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

oleh IDA ROSIDA

1204715

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS SISWA KELAS III MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

BERBASIS PERMAINAN TRADISIONAL JAWA BARAT

Oleh Ida Rosida

S.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Dasar

© Ida Rosida 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Februari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Kelas III

melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis

Permainan Tradisional Jawa Barat

Ida Rosida 1204715

ABSTRAK

Penelitian ini bermaksud memperoleh sebuah bukti empiris tentang peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa kelas III melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas III di Sekolah Dasar Negeri Galunggung Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya dengan sampel kelas III A sebagai kelas kontrol dan kelas III B sebagai kelas eksperimen pada tahun ajaran 2013-2014. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan desain penelitian nonequivalent control group. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan melalui pretes dan postes sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis data dilakukan mulai dari penyekoran, uji normalitas, uji homogenitas serta menguji setiap hipoartikel yang telah dirumuskan dengan uji-t. Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa: 1) kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih baik daripada kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional, 2) peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih baik daripada peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional.

Kata kunci : Kemampuan berpikir matematis, pembelajaran kontekstual, permainan tradisional Jawa Barat.


(5)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

The purpose of doing this research was to get an empirical prove about the increasing of third grade students' mathematical thinking ability through contextual learning by using West Java traditional games. The participants of this research were the third grader students of Galunggung elementary school Tawang region in Tasikmalaya city. With third A class as a control third B class as an experiment class in the 2013-2014 academic year. The research experiment which has been used was quasi experiment with nonequivalent control group research design. The data was taken by using pretest and postest system before and after the treatment. The data analysis was done started from scoring, normality test, homogenical test, and tested every formulated hyphotheses with T test. Based on data analysis in this research we can conclude that : 1) the mathematical thinking ability of the students who got the contextual learning

method using West Java traditional games were better than students’

mathematical thinking capability who used conventional learning method, 2) the

increase of students’ mathematical thinking ability through West Java traditional

games with contextual- based are better than those students who learned using conventional learning method.

Keywords: mathematical thinking ability, contextual learning, West Java traditional games.


(6)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat


(7)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Tesis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Matematik ... 10

B. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) ... 14

1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual ... 14

2. Pengertian Pembelajaran Kontekstual ... 15

3. Tujuan Pembelajaran Kontekstual ... 16

4. Penerapan Pembelajaran Kontekstual ... 17

5. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran konvensional ... 19

C. Teori-teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kontekstual ... 21


(8)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Teori Piaget ... 21

2. Teori Vygotsky ... 22

3. Teori Ausubel ... 23

4. Teori Bruner ... 24

D. Permainan Tradisional Jawa Barat ... 25

E. Penelitian yang Relevan ... 37

F. Hipotesis Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40

B. Desain Penelitian ... 40

C. Metode Penelitian ... 41

D. Definisi Operasional ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Prosedur Pengembangan Instrumen ... 46

G. Analisis Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 56

1. Hasil Pretes ... 57

2. Pelaksanaan Perlakuan (Treatment) ... 61

3. Hasil Postes ... 69

4. Pengujian Hipotesis ... 75

5. Data Hasil Observasi ... 83

B. Pembahasan ... 85

1. Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Sekolah Dasar ... 85

2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Sekolah Dasar ... 89

3. Pembelajaran Kontekstual Berbasis Permainan Tradisional ... 94


(9)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 97

B. Rekomendasi ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional ... 20

3.2 Desain Eksperimen Semu ... 41

3.3 Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Matematis ... 45

3.4 Klasifikasi Koefisien Validitas ... 47

3.5 Analisis Validitas Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Matematis ... ... 48

3.6 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... 49

3.7 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 50

3.8 Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 50

3.9 Klasifikasi Daya Pembeda ... 51

3.10 Hasil Perhitungan Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal ... 52

3.11 Kategori Indeks Gain (g) ... 53

4.12 Statistik Deskriptif Pretes Kemampuan Berpikir Matematis ... 57

4.13 Uji Normalitas Pretes Kemampuan Berpikir Matematis ... 58

4.14 Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Berpikir Matematis ... 59

4.15 UJI Rerata Postes Kemampuan Berpikir Matematis ... 60

4.16 Statistik Deskriftif Postes Kemampuan Berpikir Matematis ... 69


(10)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.18 Uji Homogenitas Postes Kemampuan Berpikir Matematis ... 71

4.19 Statistik Deskriptif N- Gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 72

4.20 Uji Normalitas N- Gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 73

4.21 Uji Homogenitas N- Gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 74

4.22 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Matematis ... 75

4.23 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Matematis ... 76

4.24 Statistik Deskriptif N- Gain Kemampuan Berpikir Matematis ... 76

4.25 Hasil Pengujian Rerata (Uji t) Kemampuan Berpikir Matematis... 79

4.26 Pengelompokan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa ... 82

4.27 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kontekstual Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat ... 83

4.28 Hasil Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran Kontekstual Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat ... 84


(11)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Permainan Tradisional Cingciripit ... 27

2.2 Permainan Congklak ... 31

2.3 Permainan Tradisional Oray-orayan ... 34

2.4 Arena Permainan Pecle/Engkle ... 35

2.5 Permainan Tradisional Pecle/Engkle ... 36

2.6 Permainan Tradisional Galaasin ... 37

3.7 Bagan Alur Penelitian ... 43

3.8 Alur Pengolahan Data ... 55

4.9 Aktivitas Siswa Bermain Oray-orayan ... 63

4.10 Sawah-sawahan Berbentuk Persegi Panjang Hasil Karya Siswa ... 64

4.11 Memanipulasi Tali Rapia menjadi Areal Sawah ... 64

4.12 Pengerjaan Soal Secara Kelompok ... 65

4.13 Pertukaran Pengetahuan dalam Bentuk Kerjasama Penyelesaian Soal ... 66


(12)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.14 Salah Satu Siswa Menyampaikan Pendapatnya ... 67 4.15 Evaluasi di Akhir Pembelajaran ... 67 4.16 Suasana Pembelajaran di Kelas Kontrol ... 69

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Perbedaan Rata-rata Kemampuan Berpikir Matematis Siswa ... 87 4.2 Peningkatan Hasil Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 90 4.3 Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa... 91 4.4 Peningkatan Kemampuan Berpikir matematis Kelas

Eksperimen ... 92 4.5 Pengelompokan Kelas Eksperimen Berdasarkan Peningkatan

Gain ... 93 4.6 Pengelompokan Kelas Kontrol Berdasarkan Peningkatan

Gain Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis ... 93 4.7 Rerata N-Gain Kemampuan Berpikir matematis Siswa ... 94


(13)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Alat Pengumpul Data

3.1 Kisi-kisi untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Matematis Siswa 3.2 Tes Kemampuan Berpikir Matematis

3.3 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berpikir Matematis 3.4 Bahan Ajar

3.5 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran 3.6 Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran 3.7 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Pertemuan 1) 3.8 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Pertemuan 2) 3.9 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Pertemuan 3) 3.10 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Pertemuan 4) 3.11 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran


(14)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran Analisis Data

3.12 Hasil Pretes 3.13 Hasil Postes

4.14 Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Eksperimen 4.15 Hasil Pretes Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Kontrol 4.16 Hasil Postes Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Eksperimen 4.17 Hasil Postes Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Kontrol

4.18 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Eksperimen 4.19 Hasil Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematis Kelas Kontrol 4.20 Hasil Analisis SPSS Version 16.0 for windows

Lampiran Alat Pengumpul Data

4.21 SK Pembimbing Tesis

4.22 Surat Izin Melakukan Penelitian 4.23 Surat telah melakukan Penelitian


(15)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Standar Isi Mata Pelajaran Matematika SD, Kurikulum 2006 (KTSP) mengisyaratkan bahwa penalaran (reasoning), pemecahan masalah (problem solving) dan komunikasi (communication) merupakan kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah belajar matematika. Belajar matematika bukan hanya merupakan akumulasi pengetahuan tetapi bagaimana proses dalam berpikir untuk menerjemahkan fakta-fakta yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga pembelajaran matematika di sekolah dapat memberikan bekal bagi siswa dalam kehidupannya.

Berdasarkan penelitian Utari, Suryadi, Rukmana, Dasari, dan Suhendra (1998) dalam Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya yang dilakukan di kelas 3, 5, dan 6 sekolah dasar diperoleh gambaran umum bahwa proses pembelajaran matematika di sekolah dasar pada umumnya adalah penjelasan materi atau konsep oleh guru lalu siswa diberi beberapa soal rutin untuk dikerjakan. Turmudi dalam Nurjannah (2013) menjelaskan bahwa pembelajaran selama ini masih berpusat kepada guru. Menurut Armanto yang dikutip oleh Herman (2007) tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di Indonesia. Pembelajaran matematika konvensional bercirikan berpusat pada guru, guru menjelaskan matematika melalui metode ceramah (chalk-and-talk), siswa pasif, pertanyaan dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas kelas yang sering dilakukan hanyalah mencatat atau menyalin. Dalam pembelajaran tersebut, esensi matematika yaitu adanya proses berpikir tidaklah tampak. Siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan berdasarkan contoh. Maka ketika ada soal baru yang menuntut siswa berpikir kreatif dan inovatif, mereka tidak bisa menyelesaikannya karena terbiasa mengerjakan soal matematika hanya


(16)

2

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan panduan contoh. Tidak heran jika pelajaran matematika dianggap pelajaran yang tidak menyenangkan dan sulit.

Noyes (2007) dalam bukunya yang berjudul “Rethinking School

Mathematics”menyatakan bahwa “Many children are trained to do mathematical

calculations rather than being educated to think mathematically”. Dalam

pembelajaran matematika, banyak siswa dilatih untuk melakukan perhitungan matematika dibandingkan dengan dididik untuk berpikir matematis. Terdapat

perbedaan antara “melakukan matematika” dengan “berpikir matematis”.

Melakukan matematika (do mathematics) sebagai fokus utama pembelajaran berbeda dengan penempatan matematika yang tidak hanya sebagai

objek, tetapi juga sebagai alat. Matematika bukanlah sekedar “objek belajar” atau “ilmu tentang (a science of)”, tetapi juga sebagai “ilmu untuk” atau “a science for” (Wijaya, 2012: 12). Dalam pembelajaran matematika dituntut bukan hanya bisa menjawab pertanyaan atau mengerjakan soal matematika tetapi adanya proses berpikir dan pemahaman bagaimana menggunakannya untuk menyelesaikan masalah dengan berbagai bentuk penyelesaian.

Menurut Schoenfeld (1992) berpikir matematik adalah

“... the development of a mathematical point of view-valuing the process of mathematization and abstraction and having the predilection to apply them; and the development of competence with the tools of the trade, and using those tools in the service of the goal of understanding structure.”

Mengembangkan pandangan terhadap matematika: menilai proses matematisasi dan abstraksi serta memiliki kecenderungan menerapkannya dan mengembangkan kompetensi berkenaan dengan alat matematika untuk mencapai tujuan memahami struktur matematika dan membuat sesuatu menjadi masuk akal. Dalam berpikir matematis terdapat dua hal penting yaitu kaitannya matematik secara horizontal yang diajarkan melalui contoh-contoh kongkrit sehingga siswa dapat membuat hubungan fakta yang ada dengan matematik. Serta kaitannya secara vertikal, dimana siswa harus dapat menarik kesimpulan atau pemahaman


(17)

3

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari proses matematisasi dalam bentuk bahasa matematika serta dapat mengaplikasikan baik untuk pelajaran matematika itu sendiri maupun pelajaran lainnya. Hal ini selaras dengan pendapat Bruner bahwa belajar matematika memiliki tiga fase yaitu enaktif, ekonik, dan simbolik. Mulai dari pengenalan benda secara kongkrit hingga penggunaan simbol dalam pembelajaran matematika.

Fakta lain yang berkembang di sekolah dasar dalam pembelajaran matematika kebanyakan menggunakan aspek produk matematika (rumus) bukan aspek sifat dan prinsip matematika. Fokus pada produk matematika saja tanpa memperhatikan aspek sifat dan prinsip matematika akan menyulitkan guru sebagai pendidik untuk membangun kemampuan berpikir matematis. Kemampuan berpikir matematis akan mudah dibangun jika memberikan penekanan pada sifat dan prinsip matematika, misalnya pola dan hubungan.

Menurut Saenz dalam Wijaya (2012), ada tiga macam pengetahuan dalam matematika, yaitu pengetahuan prosedural, pengetahuan konseptual, dan pengetahuan kontekstual. Pengetahuan konseptual terkait dengan konsep matematika. Pengetahuan ini harus dikuasai siswa secara bermakna. Pengetahuan konseptual membangun suatu sistem kognitif yang dibutuhkan untuk mengeksekusi algoritma secara benar. Sementara pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan tentang bagaimana melakukan suatu prosedur matematika atau algoritma. Pengetahuan prosedural memiliki kontribusi dalam memahami objek matematika. Berbeda dengan kedua pengetahuan tersebut, pengetahuan kontekstual berkaitan dengan kemampuan dalam memahami masalah kontekstual yang mencakup kemampuan dalam mengidentifikasi konsep matematika dalam masalah kontekstual, melakukan pemodelan masalah, menyelesaikan masalah secara matematis, sampai mampu menerjemahkan solusi matematis ke dalam solusi real sesuai dengan konteks masalah nyata. Pengembangan kemampuan berpikir matematis memerlukan penekanan pada pengetahuan konseptual dan kontekstual.


(18)

4

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengetahuan konseptual dan kontekstual inilah yang jarang ditemukan dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar, dimana pembelajaran diawali dengan penjelasan guru atau pemaparan rumus dan diikuti dengan pengerjaan soal-soal latihan. Hal tersebut memang dapat memenuhi pengetahuan prosedural siswa, tetapi kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola, kemampuan menggunakan fakta-fakta yang tersedia, kemampuan membuat ide-ide matematik secara bermakna, kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan matematika lainnya tidaklah terpenuhi.

Oleh karena itu tidaklah mengherankan bila hasil penilaian dari TIMSS yang mengkaji literasi siswa Indonesia dalam matematika seperti dinyatakan oleh Herman (2007) kurang dapat dibanggakan. Hasil Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) 2011, menempatkan nilai rata-rata matematika siswa kelas VIII hanya 386 dan menempati urutan ke-38 dari 42 negara. Di bawah Indonesia ada Suriah, Maroko, Oman dan Ghana. Negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand dan Singapura, berada di atas Indonesia. Singapura bahkan di urutan kedua dengan nilai rata-rata 611. Nilai ini secara statistik tidak berbeda secara signifikan dari nilai rata-rata Korea, 613 di urutan pertama dan nilai rata-rata Taiwan, 609, di urutan ketiga. Rendahnya kemampuan siswa-siswa Indonesia pada mata pelajaran matematika tercermin juga dalam Program for International Student Assessment (PISA) yang mengukur kecakapan anak-anak berusia 15 tahun dalam mengimplementasikan pengetahuan yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah-masalah dunia nyata. Menurut Mullis et al. (Suryadi, 2012) ranah kognitif dalam soal-soal yang dikembangkan TIMSS yakni pengetahuan tentang fakta dan prosedur, penerapan konsep, panyelesaian masalah rutin, dan penalaran. Dan hal ini merupakan tujuan pembelajaran di

Indonesia yaitu “membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan


(19)

5

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.” (KTSP, 2006).

Mengingat pentingnya tujuan pembelajaran matematika dalam pembentukan kemampuan berpikir matematika tersebut, prestasi siswa Indonesia di tingkat internasional yang kurang membanggakan dan proses pembelajaran matematika di sekolah dasar serta esensi matematika itu sendiri, sangat diperlukan adanya perubahan dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar. Kemampuan berpikir matematis yang seringkali terlupakan padahal hal itulah yang menjadi inti tujuan pembelajaran matematika hendaknya menjadi fokus utama dalam pembelajaran matematika. Sehingga matematika tidak menjadi pelajaran yang menakutkan dan sulit karena dalam proses berpikir matematis potensi-potensi siswa dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik siswa tersebut. Sesuai pernyataan Suryadi dalam Strategi Pengembangan Berpikir Matematik yaitu strategi dalam mengungkap metoda penyelesaian yang digunakan siswa (mengungkap), strategi guru dalam upaya mendorong peningkatan pemahaman konsep atau masalah yang dihadapi (mendorong), dan strategi dalam mengembangkan daya berpikir matematik siswa (mengembangkan).

Mengingat tujuan pendidikan nasional serta tujuan pembelajaran yang kurang sesuai dengan kenyataan praktek pembelajaran di sekolah, perlu adanya sebuah pembelajaran langsung dan alamiah. Siswa belajar secara langsung dan dalam lingkungan alamiah, sehingga siswa lebih berpikir aktif, kritis dan kreatif dengan berbekal pengetahuan yang telah dimilikinya. Pembelajaran pada abad 21 menurut UNESCO dalam Maulana (2010) hendaknya terdapat unsur learning to know, learning to do, learning to be dan learning to live together. Salah satu pembelajaran yang dapat menjembatani pengolahan potensi siswa dengan tujuan pembelajaran matematika untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan nyata yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif adalah pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kontekstual dapat memfasilitasi kemampuan siswa dalam


(20)

6

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menterjemahkan materi atau fakta yang ada serta mengaitkan dengan pengetahuan dan kemampuan yang telah miliki sebelumnya sehingga mendapatkan informasi atau pengetahuan baru. Pembelajaran kontekstual ini merupakan pembelajaran yang menyenangkan karena bersumber dari kehidupan nyata sekitar siswa.

Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya (Johnson, 2011:14) Berdasarkan hal tersebut, adanya proses pembelajaran matematika yang bisa mengembangkan proses berpikir matematis serta pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa adalah faktor yang sangat penting dalam pembelajaran matematika di sekolah. Sebuah pembelajaran yang menyenangkan adalah pembelajaran yang memberikan pengalaman belajar yang bermakna. Hal yang paling dekat dengan dunia siswa adalah dunia bermain. Menurut Christie dalam Musthafa (2008) bermain merupakan prasyarat bagi berkembangnya berpikir logis, abstrak-kemampuan unik manusia yang memampukannya melakukan pemikiran tingkat tinggi seperti operasi kognitif untuk belajar ilmu pengetahuan alam, matematika dan pembentukan konsep lainnya dalam semua bidang pengetahuan. Mereka akan senang bila mendapat pengalaman belajar dari hal yang mereka ketahui yaitu permainan anak-anak. Permainan anak-anak yang edukatif dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna sampai akhir hayatnya. Musthafa (2008) mengutip Bruner (1983) bahwa bermain adalah bagian tak terpisahkan dari masa kanak-kanak dan menurut Daiute dalam Musthafa (2008) dalam bermain merupakan alat bagi anak-anak untuk memahami dan mempelajari dunia mereka, mengenal dunia di dalam dan di luar dirinya. Bermain sangat penting untuk perkembangan anak. Dengan bermain mereka dapat mengembangkan emosi, fisik, dan pertumbuhan kognitifnya. Bermain adalah cara bagi anak untuk belajar mengenai tubuh mereka dan dunia


(21)

7

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini, dan pada saat itulah mereka akan menggunakan kelima indra yang dimilikinya. Dengan mengeksplorasi hal-hal yang ada disekitarnya inilah otak anak akan berkembang. Dengan bermain mereka mengembangkan imajinasi, skill, kemandirian, kreativitas, dan kemampuan bersosialisasi.

Banyak permainan yang berkembang saat ini, mulai dari permainan di dalam ruangan sampai permainan di luar ruangan. Mengingat banyaknya permainan yang berkembang saat ini, perlu adanya pemilihan permainan anak yang tepat. Permainan yang berasal dari lingkungannya sendiri merupakan permainan yang mudah dikenal serta bermanfaat dalam pembelajaran matematika. Permainan yang berasal dari lingkungan sendiri dan bersumber dari budaya setempat dikenal dengan permainan tradisional. Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakanlah permainan tradisional dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematika siswa. Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan maka judul penelitian ini adalah “Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Kelas III melalui Pembelajaran Konstekstual Berbasis Permainan Tradisional

Jawa Barat”

B. Perumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan di atas, maka perumusan masalah pada penelitian Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Kelas III melalui Pembelajaran Konstekstual Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat adalah

“Bagaimana peningkatan hasil kemampuan berpikir matematis antara siswa kelas

III yang menerapkan pembelajaran konstekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dengan yang tidak menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis

permainan tradisional Jawa Barat”

Secara rinci permasalahan di atas dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(22)

8

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Apakah kemampuan berpikir matematis antara siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan membuktikan keefektifan pembelajaran konstekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas III SD Negeri Galunggung Kota Tasikmalaya. Secara khusus penelitian bertujuan untuk:

1. Mengetahui kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar dengan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

2. Mengetahui peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar melalui pembelajaran konstekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat lebih baik daripada siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi semua pihak, terutama guru, siswa dan para peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

Manfaat penelitian tentang Meningkatkan Kemampuan berpikir matematis Siswa Kelas III melalui Pembelajaran Konstekstual Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat, adalah sebagai berikut:


(23)

9

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Memberikan kontribusi positif pada pengembangan pembelajaran matematika yang sesuai untuk siswa kelas rendah.

2. Sebagai salah satu solusi peningkatan kualitas pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran matematika.

3. Memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang pembelajaran matematika berbasis permainan tradisional serta memberikan dorongan untuk melaksanakan penelitian lagi dengan pembelajaran-pembelajaran matematika yang lain.

4. Meningkatkan kemampuan matematis siswa serta meningkatkan pengetahuan siswa tentang penggunaan permainan tradisional Jawa Barat dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif dan kreatif serta logis dalam pembelajaran matematika.

5. Sebagai rujukan untuk pembelajaran matematika yang berbasis permainan tradisional Jawa Barat dalam rangka melestarikan budaya bangsa.

E. Struktur Organisasi Tesis

Pada BAB I sistematika penulisan tesis terdiri dari pendahuluan yang membahas latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi tesis.

BAB II terdiri dari kajian pustaka yang membahas tentang kemampuan berpikir matematis, pembelajaran kontekstual (contextual teaching learning), teori-teori belajar yang mendukung pembelajaran kontekstual, permainan tradisional Jawa Barat, penelitian yang relevan, dan hipotesis penelitian.

BAB III terdiri dari metode penelitian yang membahas lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, serta teknik analisis data.

BAB IV terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Hasil dan pembahasan penelitian memaparkan secara rinci tentang hasil pretes,


(24)

10

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelaksanaan perlakuan (treatment), hasil postes, pengujian hipotesis dan data hasil observasi.


(25)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian adalah di SD Negeri Galunggung Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya. Di SD Negeri Galunggung kelas III terdiri dari empat kelas dan sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IIIA serta kelas IIIB. Dalam pelaksanaan pemilihan kelas, sangat sulit mencari kelas yang mempunyai karakteristik yang sama persis. Berdasarkan diskusi dengan guru wali kelas masing-masing maka ditarik kesimpulan bahwa kelas yang akan dijadikan subjek penelitian adalah kelas III A dan kelas III B. Adapun pertimbangan memilih SD Negeri Galunggung sebagai tempat penelitian karena merupakan tempat peneliti bertugas.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group desingn. Rancangan ini terdiri dari dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberikan pretes terlebih dahulu, selanjutnya dua kelas tersebut diberikan dua perlakuan yang berbeda, pada kelas eksperimen siswa mendapatkan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat, sedangkan kelas kontrol siswa tidak mendapatkan model pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat, yaitu dimana guru cenderung menggunakan metode ceramah disertai tanya jawab, pemberian tugas tertulis, dan memberikan contoh-contoh penyelesaian soal serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Setelah kelompok eksperimen diberi perlakuan maka kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) diberikan postest untuk melihat efek dari


(26)

41

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perlakuan (memberikan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat) pada kelompok eksperimen.

Desain eksperimennya sebagai berikut:

Tabel 3.2.

Desain Eksperimen Semu

Kelompok Pretes Treatment Posttest

Eksperimen O X O

Control O - O

Keterangan:

O = Pretes-postes kemampuan berpikir matematik

X = Perlakuan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

C. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiono, 2011: 2). Tujuan dalam penelitian ini seperti tertuang pada Bab I adalah untuk menjaring data tentang kemampuan berpikir matematis siswa kelas III sekolah dasar dengan adanya perlakuan berupa pembelajaran kontekstual berbasis pembelajaran tradisional Jawa Barat.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian. Pertimbangan penggunaan desain ini adalah karena dalam penelitian ini kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2011:79), selain itu sulit sekali menemukan kelas yang memiliki karakteristik yang sama persis.


(27)

42

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian kuasi eksperimen dilaksanakan dengan maksud untuk mempelajari sesuatu dengan mengubah kondisi dan mengamati pengaruhnya terhadap hal lain, selain itu karena penelitian ini akan menjelaskan apakah suatu intervensi atau perlakuan mempengaruhi suatu kelompok sebagai lawan ke kelompok lain. Oleh karena itu, pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir matematis siswa kelas III sekolah dasar yang menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat.

Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

a. Melakukan kajian kurikulum, mengidentifikasi Kompetensi Dasar dan konsep yang dapat dikembangkan dengan Pembelajaran Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat.

b. Mendesain Pembelajaran Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat yang dilengkapi dengan Rencana Pembelajaran, sumber belajar dan medianya. c. Menyusun instrumen berupa tes yang akan digunakan sebagai pretes dan

posttes, untuk menguji kemampuan berpikir matematis keterampilan menggunakan tes tertulis , kemudian diuji validitas, reliabilitas, indeks kesukaran serta daya pembedanya.

d. Instrumen yang telah dibuat dikonsultasikan terlebih dahulu kepada pembimbing sebagai validitas eksternal instrumen penelitian.

e. Peneliti melakukan persiapan pembelajaran bersama guru dengan berdiskusi, simulasi, untuk memperlancar pelaksanaan pembelajaran berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat.

Tahap Pelaksanaan

a. Melakukan pretes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.

b. Pemberian pretes untuk mengetahui kemampuan berpikir matematis yang dimiliki siswa sebelum perlakuan dilaksanakan.


(28)

43

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Melaksanakan penelitian, yakni penerapan model pembelajaran berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat pada kelas eksperimen. Pada kelas kontrol pembelajaran dilaksanakan tanpa menggunakan pembelajaran Permainan Tradisional Jawa Barat.

d. Melaksanakan tes akhir untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir matematis pada kedua kelas.

Alur penelitian yang dilaksanakan, digambarkan seperti di bawah ini,

Gambar 3. 7 Bagan alur penelitian

Studi pendahuluan

Identifikasi Masalah

Kajian Literatur

Pembuatan Instrumen RPP/tes/observasi

Diskusi dengan Guru Uji Coba Instrumen

Pretes

Kelas Eksperimen (Pembelajaran Kontekstual

Berbasis Permainan Tradisional Jawa Barat)

Kelas Kontrol (Penerapan Pembelajaran

Konvensional)

Postes Menyusun Hipotesis

Memilih sampel Menentukan Desain


(29)

44

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam penapsiran maka istilah-istilah operasional dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir matematik

Dalam penelitian ini, kemampuan berpikir matematika didefinisikan sebagai berbagai potensi yang telah ada maupun baru yang berasal dari kehidupan sehari-hari sehingga menghasilkan ide matematik baru yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam konteks matematika itu sendiri maupun konteks umum/kehidupan nyata.

Indikator kemampuan berpikir matematik yang dikembangkan adalah memahami masalah kontekstual yang mencakup kemampuan dalam mengidentifikasi konsep matematika dalam masalah kontekstual, melakukan pemodelan masalah, menyelesaikan masalah secara matematis, sampai mampu menerjemahkan solusi matematis ke dalam solusi real sesuai dengan konteks masalah nyata.

Indikator berpikir matematik menurut Henningsen dan Stein dalam Suryadi (2012: 21):

a. kemampuan mencari dan mengeksplorasi pola untuk memahami struktur matematik serta hubungan yang mendasarinya;


(30)

45

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. kemampuan menggunakan fakta-fakta yang tersedia secara efektif dan tepat untuk memformulasikan serta menyelesaikan masalah;

c. kemampuan membuat ide-ide matematik secara bermakna;

d. kemampuan berpikir dan bernalar secara fleksibel melalui penyusunan konjektur, generalisasi, dan jastifikasi; serta

e. kemampuan menetapkan bahwa suatu hasil pemecahan masalah bersifat masuk akal atau logis.

2. Pembelajaran Konstekstual berbasis permainan tradisional

Pembelajaran kontekstual difokuskan pada pendekatan REACT yaitu menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya (Relating), mengalami atau menguji coba (Experiencing), menerapkan (Applying), bekerjasama (Cooperating), dan mentransfer pengetahuan (Transferring). Pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran dalam permainan edukatif yang telah dimodifikasi agar sesuai untuk dijadikan proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir matematis dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan melalui langkah-langkah dalam pendekatan REACT.

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen. Instrumen merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiono, 2011: 102). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes berupa instrumen kemampuan berpikir matematis. Instrumen tes kemampuan berpikir matematis terlebih dahulu dikonsultasikan kemudian dijuggement oleh ahli. Soal tes yang digunakan adalah tes kemampuan berpikir matematis yang bermuatan indikator untuk mengukur kemampuan berpikir


(31)

46

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

matematis yang diberikan pada awal dan akhir penelitian bagi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Soal tes dapat dilihat selengkapnya pada lampiran.

Menurut Arikunto (2010) tidak ada jawaban yang pasti terhadap tes bentuk uraian, jawaban yang diperoleh selalu beragam dari siswa, oleh karena itu penentuan skor tiap butir soal sangat menentukan dalam pengolahan analisis data.

Tabel 3.3

Kriteria Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Matematis Kemampuan Berpikir Matematis Keterangan

Rendah Sedang Tinggi Soal terdiri dari 5

kemampuan berpikir matematis

1 - 10 11- 20 21- 30

Alat pengumpul data lainnya adalah lembar observasi atau pengamatan.

Observasi digunakan untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya mengukur tingkah laku (sikap) siswa pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam mengeluarkan pendapat dan mempresentasikan jawaban yang didapatnya (keaktifan siswa). Lembar observasi selengkapnya dapat dilihat di lampiran.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Langkah pertama dalam pengembangan instumen adalah penyusunan soal berdasarkan kisi-kisi dan membuat kunci jawabannya, kemudian mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing. Soal-soal kemampuan berpikir matematik dikonsultasikan terlebih dahulu kemudian dijudgement oleh ahli. Kemudian instrumen ini diujicobakan kepada siswa. Instrumen ini diujicobakan terlebih dahulu agar diperoleh instrumen yang reliabel dan valid.


(32)

47

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Validitas Tes

Mutu penelitian terutama dinilai dari validitas hasil yang diperoleh. Validitas penelitian berada pada suatu garis kontinum yang terbentang dari mulai yang tidak valid sampai yang sangat valid (shahih). Validitas suatu alat evaluasi adalah ketepatan alat evaluasi tersebut sebagai alat ukur kemampuan siswa. Suatu alat evaluasi disebut valid (absyah atau sahih) apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi. Ujicoba instrumen kemampuan berpikir matematis siswa dilakukan pada kelas IV sebanyak 27 siswa yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 5 Desember 2013 pukul 10.00 – 11.10. Ujicoba dilakukan untuk melihat validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda dan indeks kesukaran. Data hasil ujicoba diolah dengan menggunakan program Anates versi 4.

Penentuan tingkat validitas isi soal dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara alat evaluasi yang digunakan dengan alat ukur lain yang telah dilaksanakan dan diasumsikan memiliki validitas yang tinggi.

Untuk menguji validitas setiap butir soal digunakan rumus korelasi produk moment memakai angka kasar (raw-score) (Suherman dan Sukjaya, 1990: 154), rumusnya adalah sebagai berikut :

= �Σ − Σ (Σ ) (�Σ 2 (ΣX)2)(NΣY2 (ΣY)2

Keterangan :

: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

� ∶ Banyaknya siswa uji coba : Jumlah skor uji coba : Jumlah skor ulangan harian

Tabel 3.4


(33)

48

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Koefisien validitas (rxy)

Interpretasi

0,80 < rxy ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi

0,60 < rxy≤ 0,80 Validitas tinggi

0,40 < rxy≤ 0,60 Validitas sedang

0,20 < rxy≤ 0,40 Validitas rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Validitas sangat rendah

rxy ≤ 0,00 Tidak valid

Setelah melakukan ujicoba soal terhadap kelas IV A, hasil ujicoba tersebut diolah dengan program Anates V4. Berdasarkan perhitungan program Anates V4 tersebut, diperoleh koefisien validitas untuk masing-masing butir soal kemampuan berpikir matematisseperti dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran, dan kesimpulannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Analisis Validitas Ujicoba Tes Kemampuan Berpikir Matematis Siswa

No Korelasi Sign Korelasi Interpretasi Keterangan

1 0,575 Sedang Signifikan Digunakan

2 0,681 Tinggi Sangat Signifikan Digunakan

3 0,54 Sedang Signifikan Digunakan

4 0,511 Sedang Signifikan Digunakan

5 0,485 Sedang Signifikan Digunakan

6 0,524 Sedang Signifikan Digunakan

7 0,501 Sedang Signifikan Digunakan

8 0,50 Sedang Signifikan Digunakan

9 0,576 Sedang Signifikan Digunakan


(34)

49

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11 0,558 Sedang Signifikan Digunakan

12 0,775 Tinggi Sangat Signifikan Digunakan

13 0,634 Tinggi Sangat Signifikan Digunakan

2. Reliabilitas Tes

Reliabilitas suatu instrumen adalah ketetapan (ajeg) atau kekonsistenan instrumen tersebut. Apabila instrumen tersebut diberikan kepada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, pada waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama. Menurut Arikunto (2012), untuk menentukan koefisien reliabilitas tes yang berbentuk uraian digunakan rumus Alpha-Cronbach sebagai berikut:

11 = −

1 (1−

�2 2)

Keterangan :

11 : Koefisien reliabilitas

: Banyak butir soal (item)

�2: Jumlah varians skor setiap item 2 : Varians skor total

Untuk mencari varians digunakan rumus: 2 = Σ

2(ΣX i)2

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolok ukur yang dibuat oleh J.P. Guilford (Suherman dan Sukjaya, 1990:177) sebagai berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas ( r11 ) Interpretasi

0,80 < r11 ≤ 1,00 Reliabilitas sangat tinggi


(35)

50

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,40 < r11≤ 0,60 Reliabilitas sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Reliabilitas rendah

r11 ≤ 0,20 Reliabilitas sangat rendah

Dari hasil perhitungan dan analisis soal kemampuan berpikir matematis dengan menggunakan Anates V4, diperoleh Rata-rata = 20,07, Simpangan Baku= 6,30, KorelasiXY= 0,83 dan hasil Reliabilitas tes = 0,91. Berdasarkan klasifikasi pada Tabel 3.6, dapat disimpulkan bahwa soal tipe uraian dalam instrumen penelitian ini diinterpretasikan sebagai soal yang reliabilitasnya sangat tinggi.

3. Indeks kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, juga soal yang baik akan menghasilkan skor yang berdistribusi normal. Untuk menghitung indeks kesukaran menggunakan rumus indeks kesukaran menurut Suherman (2003: 43) sebagai berikut:

IK = � Keterangan:

IK = Indeks kesukaran

� = Skor rata-rata kelompok atas dan kelompok bawah = Bobot

Untuk menentukan kriteria dari indeks kesukaran soal maka dilihat dari nilai klasifikasi dari soal tersebut. Klasifikasi indeks kesukaran butir soal menurut Suherman (2003: 170) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Indeks Kesukaran

Indeks Kesukaran ( IK ) Interpretasi

IK = 1,00 Soal terlalu mudah


(36)

51

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

Dari hasil perhitungan, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.8 berikut.

Tabel 3.8

Hasil Perhitungan Nilai Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal

No Butir Soal Indeks Kesukaran Tafsiran

1 1,55 Sangat Mudah

2 6,74 Sedang

3 2,94 Sedang

4 2,45 Sedang

5 2,76 Sedang

6 3,18 Mudah

7 3,36 Sedang

8 3,12 Sedang

9 2,45 Sedang

10 3,36 Mudah

11 2,65 Mudah

12 5,28 Sedang

13 4,50 Sedang

4. Daya Pembeda

Daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan testi yang tidak bisa menjawab soal tersebut (testi yang menjawab salah). Pengertian tersebut didasarkan pada asumsi Galton


(37)

52

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahwa suatu perangkat alat tes yang baik harus bisa membedakan antara siswa yang pandai, rata-rata dan yang bodoh, karena dalam suatu kelas biasanya terdiri dari tiga kelompok tersebut. Sehingga hasil evaluasinya tidak baik semua atau sebaliknya. Rumus untuk menentukan daya pembeda menurut Suherman (2003: 43) adalah :

DP = b

X XAB

Keterangan:

DP = Daya Pembeda

A

X = Rata-rata skor siswa kelas atas

B

X = Rata-rata skor siswa kelas bawah b = Skor maksimum tiap butir soal

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda yang digunakan menurut Suherman (2003: 161) adalah:

Tabel 3.9

Klasifikasi Daya Pembeda Daya

Pembeda ( DP ) Interpretasi

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < ��≤ 0,20 Jelek

0,20 < ��≤ 0,40 Cukup

0,40 <��≤ 0,70 Baik

0,70 <��≤ 1,00 Sangat baik

Dari hasil perhitungan, diperoleh daya pembeda tiap butir soal yang disajikan dalam Tabel 3.10 berikut.

Tabel 3.10


(38)

53

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No Butir Soal Daya Pembeda Tafsiran

1 0,29 Cukup

2 0,79 Baik Sekali

3 0,50 Baik

4 0,43 Baik

5 0,43 Baik

6 0,39 Cukup

7 0,50 Baik

8 0,43 Baik

9 0,57 Baik

10 0,57 Baik

11 0,50 Baik

12 0,79 Baik Sekali

13 0,64 Baik Sekali

G. Analisis data

Analisis data hasil tes dimaksudkan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa, sehingga data primer hasil tes siswa sebelum dan sesudah penerapan perlakuan pembelajaran kontekstual dianalisa dengan cara membandingkan skor pretes dan postest. Perbandingan ini dinyatakan dengan nilai gainnya.

Meltzer (Saadah, 2012) mengembangkan sebuah alternatif untuk menjelaskan gain yang ternormalisasi. Menghitung gain yang ternormalisasi dengan rumus:

Indeks gain (g) = SPostest −SPretes


(39)

54

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.11

Kategori Indeks Gain (g)

Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H0 : µ1 (eksperimen) = µ2 (kontrol)

H1 : µ1 (eksperimen) >µ2 (kontrol)

Hipotesis 1:

H0 : Tidak terdapat perbedaan kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar

dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional

H1 : Terdapat perbedaan kemampuan berpikir matematis siswa yang belajar

dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional

Hipotesis 2:

H0 : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa

yang belajar dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional

Interval Kategori

g ≥ 0,7 Tinggi

0,3 ≤ g < 0,7 Sedang


(40)

55

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H1 : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang

belajar dengan menggunakan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional

Untuk menguji hipotesis 1 dan 2 digunakan uji perbedaan dua rata-rata (uji-t) dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α.

Adapun langkah-langkah uji perbedaan rata-rata sebagai berikut: 1) Menghitung rata-rata hasil skor pretes dan postes

2) Membuat Deskriptif statistik hasil pretes dan pestes 3) Menguji normalitas data skor pretes dan postest

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : sebaran data berdistribusi normal

H1 : sebaran data tidak berdistribusi normal

4) Menguji homogenitas varian

Uji homogenitas varian digunakan untuk menguji kesamaan varian dari skor pretes, postest dan gain pada kedua kelmpok (kelompok kontrol dan kelompok eksperiment) untuk kemampuan berpikir matematis. Adapun hipotesis statistik yang digunakan adalah :

Hipotesis : H0 : �

2 = �

2

varian kelompok eksperimen sama dengan varian kelompok kontrol

H1 : � 2

≠ � 2

varian kelompok eksperimen tidak sama dengan varian kelompok kontrol

Kriteria uji homogenitas adalah :

Hipotesis nol diterima jika p-value ≥ 0.05


(41)

56

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5) Menghitung hipotesis dengan uji t

Prosedur pengolahan data tersebut dapat dilihat dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Gambar 3.8 Alur pengolahan data

Penganalisisan data dilakukan mulai dari penyekoran data, kemudian skor data diuji normalitasnya menggunakan analisis SPSS V 16.0 dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Kriteria pengujian terima H0 jikα Asymp (2-tailed) > α,

sedangkan yang lainnya tolak H0 pada taraf signifikansi α = 0,05. Analisis data

dilanjutkan dengan pengujian homogenitas menggunakan uji Levene. Kriteria pengujian terima H0 jikα Asymp (2-tailed) > α, pada taraf signifikansi α = 0,05.

Jika data tidak berdistribusi normal maka pengujian selanjutnya adalah menggunakan uji non-parametrik dengan Mann-Whitney pada SPSS V16.0.

Skor data yang dinyatakan homogen (α > 0,05) dapat dilanjutkan dengan uji

kesamaan rata-rata yaitu uji t, dengan kriteria pengujian terima H0jikα Asymp (2-Uji Normalitas

Kormogorov-Smirnov /K-S

Uji Homogenitas Uji Levene

Uji T Uji t'

Uji Non-parametrik Mann Whitney

Tidak Ya


(42)

57

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tailed) > α, sedangkan yang lainnya tolak H0 pada taraf signifikansi α = 0,05.

tetapi bila data tidak homogen maka uji perbedaan skor dilakukan pada t’.


(43)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

97

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan studi empirik diperoleh beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan pengaruh pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat terhadap kemampuan berpikir matematis siswa kelas III sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dalam pembelajaran keliling dan luas persegi dan persegi panjang lebih baik dibanding kemampuan berpikir matematis siswa kelas yang mendapat pembelajaran konvensional.

2. Peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa barat lebih baik dibandingkan dengan peningkatan kemampuan berpikir matematis siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dapat meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas III. Kesimpulan tersebut dapat pula digeneralisasi untuk populasi yang memiliki karakteristik seperti siswa kelas III B di SD Negeri Galunggung Kota Tasikmalaya tahun pelajaran 2013-2014.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan-temuan hasil penelitian yang diperoleh, maka penulis menyampaikan beberapa rekomendasi yang mungkin dapat berguna bagi pembaca, di antaranya adalah tentang penggunaan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional yang sesuai dengan daerah masing-masing.


(44)

98

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa sekolah dasar terutama siswa kelas III. Dalam pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat berbagai kebutuhan siswa yang sesuai dengan tahapan perkembangnya dapat terpenuhi dengan baik. Aspek kognitif, afeksi serta psikomotor menjadi tujuan yang terwujudkan dalam pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional. Selain hal tersebut, suasana yang menyenangkan dalam permainan tradisional memudahkan siswa memahami materi pelajaran matematika dan dapat tersimpan dengan baik dalam benak siswa karena proses pemerolehan konsep matematika tersebut dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pencapaian belajar bermakna yang memberikan pengetahuan yang dapat diingat sepanjang hayat dapat membekali siswa untuk kehidupan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Oleh karena itu, para guru sekolah dasar dapat menggunakan pembelajaran bermakna dengan menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dalam menyampaikan materi ajar matematika ataupun materi ajar pelajaran lainnya. Permainan tradisional dapat disesuaikan dengan daerah masing-masing.

Selain meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas III, pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dapat melestarikan budaya daerah sendiri, sehingga siswa dapat berperan dalam dunia internasional tanpa kehilangan identitas bangsa dan daerah. Pemilihan permainan tradisional yang edukatif patut diperhatikan supaya materi ajar yang menjadi tujuan pembelajaran dapat diperoleh dengan baik.

Pelaksanaan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dapat berjalan dengan optimal, apabila guru merencanakan pembelajaran sebaik mungkin sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual (Contextual Learning), mulai dari tahap mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama hingga transfer materi pembelajaran.


(45)

99

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat


(46)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.

Andriani. M (2011). Hakikat Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia: Aqib, Z. (2013). Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran

Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asih. (2012) .Kaulinan Barudak. [online] Tersedia:

http://www.mekarasih.org/sd/berita/berita-mekar-asih/193-kaulinan-barudak- [2 Agustus 2012]

BSNP. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Depdiknas

Cahyono, N. (2011). Penerapan Permainan Tradisional “Gebok” Dalam

Mengajarkan Matematika. [online]. Tersedia:

http://ekahariani.wordpress.com/belajar-matematika-dengan-permaian-tradisional/permainan-gebok/[19 Agustus 2013]

Dahar, Ratna. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas, (2006). Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Elly, E. (1996). Metoda Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jogjakarta: PPPG Jogjakarta.

Fajariyah, N. (2008). Cerdas Berhitung Matematika Untuk SD/MI Kelas 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Furqon. (2011). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Harvey, dkk. (2013). Pengajaran Matematika. Jakarta: Indeks Permata


(47)

100

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hayati, S (2013). Implementasi Kurikulum 2013 Menggunakan Pendekatan Tematik Integratif untuk Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematika pada Siswa Sekolah Dasar. Bandung: Makalah pada Konferensi pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar SPS UPI.

Herlambang, C.(2013). Permainan Tradisional Yang Menyelamatkan. [online].

Tersedia:http://regional.kompas.com/read/2011/02/21/05335166/fun ction.include. [21 Mei 2012]

Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Educationost. Vol 1 (1), 10 halaman. Bandung.

http://mellyirzal.blogspot.com/2011_01_01_archive.html

Juntika, A. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

Kusmaryono, I. (2012). Pengembangan Pembelajaran Matematika Kontekstual Edutainment Berbasis Budaya Lokal Di Daerah Bencana. Makalah Seminar Dikti.

Moesono dan Sujono. (1998). Matematika 4, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Muchtar, K. (1999). Metodologi Pembelajaran, Jakarta.

Musthafa, B. (2008). Dari Literasi Dini ke Literasi Teknologi. Jakarta: PT. Cahaya Insan Sejahtera.

National Council of Teachers of Mathematics (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Nisbah, F. (20..) Komponen Matematisasi dalam Pembelajaran

Matematika. [online]. Tersedia:

http://faizalnisbah.blogsport.com/2013/05/komponen-matematisasi-dalam.html?m=1 [28 Mei 2013]

Noyes, A (2007). Rethinking School Mathematics. [online]. Tersedia:

http://www.ebooks.google.com/. [28 Mei 2013]

Nurjannah, W (2013). Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah (Aspek Metakognitif) dan


(48)

101

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Putri dan Siregar. (2009). Matematika untuk SD/MI kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Rizki, A (2013). Penerapan Model Pembelajaran Pembuktian untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMA. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Saadah, A (2012). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman matematis dan Berpikir Kritis matematis Siswa. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Salmah, U. (2012). Kemampuan Berpikir Matematis Tujuan yang

Terabaikan. [online]. Tersedia:

http://ummysalmah.wordpress.com/2012/10/21/kemampuan-berpikir-matematis-tujuan-yang-terabaikan/ [13 Mei 2013] Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Schoenfeld, A. H. (1992). Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition and Sense of mathematics., dalam Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334-370). D. A. Grouws (Ed). New York: Macmillan.

SDN Galunggung. (2007). Dokumen I Kurikulum SDN Galunggung Kelas I-VI. Tasikmalaya: UPTD Kecamatan Tawang.

Slavin, R. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. (1991). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhendra. Y. (2006). Outlook Literasi Siswa Indonesia. Makalah pada konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya (Kolita) kesepuluh Tingkat Internasional. Pusat Kajian Bahasa dan Budaya. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. (ISBN 978-602-8474-22-1) tanggal


(49)

102

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27-28 April 2012. [on line] http://e-journal.kopertis4.or.id [28 Mei 2013]

Sumarmo, U. (2013). Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: UPI Press.

Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: Rizqi Press.

Tamur, M. (2012). Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis

Etnomatematik sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman dan Komunikasi Matematis Mahasiswa PGSD. Tesis

pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wahyudin. (2008). Pengenalan Matematika dasar I, Buku Pengayaan untuk Siswa. Jakarta: CV IPA Abong.

Wahyudin. (2012). Filsafat dan Model-Model Pembelajaran Matematika. Bandung: Mandiri.

Warsa, N. (2012). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Karakter. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(1)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggunaan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dapat dijadikan sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa sekolah dasar terutama siswa kelas III. Dalam pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat berbagai kebutuhan siswa yang sesuai dengan tahapan perkembangnya dapat terpenuhi dengan baik. Aspek kognitif, afeksi serta psikomotor menjadi tujuan yang terwujudkan dalam pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional. Selain hal tersebut, suasana yang menyenangkan dalam permainan tradisional memudahkan siswa memahami materi pelajaran matematika dan dapat tersimpan dengan baik dalam benak siswa karena proses pemerolehan konsep matematika tersebut dialami siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pencapaian belajar bermakna yang memberikan pengetahuan yang dapat diingat sepanjang hayat dapat membekali siswa untuk kehidupan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Oleh karena itu, para guru sekolah dasar dapat menggunakan pembelajaran bermakna dengan menerapkan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat dalam menyampaikan materi ajar matematika ataupun materi ajar pelajaran lainnya. Permainan tradisional dapat disesuaikan dengan daerah masing-masing.

Selain meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas III, pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dapat melestarikan budaya daerah sendiri, sehingga siswa dapat berperan dalam dunia internasional tanpa kehilangan identitas bangsa dan daerah. Pemilihan permainan tradisional yang edukatif patut diperhatikan supaya materi ajar yang menjadi tujuan pembelajaran dapat diperoleh dengan baik.

Pelaksanaan pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional dapat berjalan dengan optimal, apabila guru merencanakan pembelajaran sebaik mungkin sesuai dengan tahapan-tahapan pembelajaran kontekstual (Contextual Learning), mulai dari tahap mengaitkan, mengalami, menerapkan, kerjasama hingga transfer materi pembelajaran.


(2)

99

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat


(3)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: CV. Pustaka Cendikia Utama.

Andriani. M (2011). Hakikat Pembelajaran Matematika. [online]. Tersedia: Aqib, Z. (2013). Model-Model, Media dan Strategi Pembelajaran

Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Asih. (2012) .Kaulinan Barudak. [online] Tersedia: http://www.mekarasih.org/sd/berita/berita-mekar-asih/193-kaulinan-barudak- [2 Agustus 2012]

BSNP. (2006). Panduan Pengembangan Silabus Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). Jakarta: Depdiknas

Cahyono, N. (2011). Penerapan Permainan Tradisional “Gebok” Dalam

Mengajarkan Matematika. [online]. Tersedia:

http://ekahariani.wordpress.com/belajar-matematika-dengan-permaian-tradisional/permainan-gebok/[19 Agustus 2013]

Dahar, Ratna. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Depdiknas, (2006). Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Elly, E. (1996). Metoda Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jogjakarta: PPPG Jogjakarta.

Fajariyah, N. (2008). Cerdas Berhitung Matematika Untuk SD/MI Kelas 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Furqon. (2011). Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta. Harvey, dkk. (2013). Pengajaran Matematika. Jakarta: Indeks Permata


(4)

100

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hayati, S (2013). Implementasi Kurikulum 2013 Menggunakan Pendekatan Tematik Integratif untuk Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematika pada Siswa Sekolah Dasar. Bandung: Makalah pada Konferensi pendidikan anak usia dini dan pendidikan dasar SPS UPI.

Herlambang, C.(2013). Permainan Tradisional Yang Menyelamatkan. [online].

Tersedia:http://regional.kompas.com/read/2011/02/21/05335166/fun ction.include. [21 Mei 2012]

Herman, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama dalam Educationost. Vol 1 (1), 10 halaman. Bandung.

http://mellyirzal.blogspot.com/2011_01_01_archive.html

Juntika, A. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

Kusmaryono, I. (2012). Pengembangan Pembelajaran Matematika Kontekstual Edutainment Berbasis Budaya Lokal Di Daerah Bencana. Makalah Seminar Dikti.

Moesono dan Sujono. (1998). Matematika 4, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Muchtar, K. (1999). Metodologi Pembelajaran, Jakarta.

Musthafa, B. (2008). Dari Literasi Dini ke Literasi Teknologi. Jakarta: PT. Cahaya Insan Sejahtera.

National Council of Teachers of Mathematics (2000). Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Nisbah, F. (20..) Komponen Matematisasi dalam Pembelajaran

Matematika. [online]. Tersedia:

http://faizalnisbah.blogsport.com/2013/05/komponen-matematisasi-dalam.html?m=1 [28 Mei 2013]

Noyes, A (2007). Rethinking School Mathematics. [online]. Tersedia: http://www.ebooks.google.com/. [28 Mei 2013]

Nurjannah, W (2013). Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah (Aspek Metakognitif) dan


(5)

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Putri dan Siregar. (2009). Matematika untuk SD/MI kelas III. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Rizki, A (2013). Penerapan Model Pembelajaran Pembuktian untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa SMA. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Saadah, A (2012). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual terhadap Peningkatan Kemampuan Pemahaman matematis dan Berpikir Kritis matematis Siswa. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Salmah, U. (2012). Kemampuan Berpikir Matematis Tujuan yang

Terabaikan. [online]. Tersedia:

http://ummysalmah.wordpress.com/2012/10/21/kemampuan-berpikir-matematis-tujuan-yang-terabaikan/ [13 Mei 2013] Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Schoenfeld, A. H. (1992). Learning to Think Mathematically: Problem Solving, Metacognition and Sense of mathematics., dalam Handbook of Research on Mathematics Teaching and Learning (pp. 334-370). D. A. Grouws (Ed). New York: Macmillan.

SDN Galunggung. (2007). Dokumen I Kurikulum SDN Galunggung Kelas I-VI. Tasikmalaya: UPTD Kecamatan Tawang.

Slavin, R. (2008). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

Sudjana. (1991). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhendra. Y. (2006). Outlook Literasi Siswa Indonesia. Makalah pada konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya (Kolita) kesepuluh Tingkat Internasional. Pusat Kajian Bahasa dan Budaya. Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. (ISBN 978-602-8474-22-1) tanggal


(6)

102

Ida Rosida, 2014

Meningkatkan kemampuan berpikir matematis siswa kelas iii melalui pembelajaran kontekstual berbasis permainan tradisional Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

27-28 April 2012. [on line] http://e-journal.kopertis4.or.id [28 Mei 2013]

Sumarmo, U. (2013). Berpikir dan Disposisi Matematik serta Pembelajarannya. Bandung: UPI Press.

Suryadi, D. (2012). Membangun Budaya Baru dalam Berpikir Matematika. Bandung: Rizqi Press.

Tamur, M. (2012). Pembelajaran kooperatif Tipe STAD Berbasis

Etnomatematik sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan

Pemahaman dan Komunikasi Matematis Mahasiswa PGSD. Tesis

pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Wahyudin. (2008). Pengenalan Matematika dasar I, Buku Pengayaan untuk Siswa. Jakarta: CV IPA Abong.

Wahyudin. (2012). Filsafat dan Model-Model Pembelajaran Matematika. Bandung: Mandiri.

Warsa, N. (2012). Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Komunikasi Matematis Siswa SMA melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Jigsaw dengan Pendekatan Kontekstual Berbasis Karakter. Tesis pada FPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu.