Studi Deskriptif Mengenai Coping Stress Pada Mahsiswi Progrm Profesi (Ko-Ass) Fakultas Kedokteran Gigi Yang Memiliki Anak Balita di Universitas "X" Bandung.

(1)

i

Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini adalah studi deskriptif mengenai coping stress pada mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung. Responden yang diteliti adalah seluruh populasi yang berjumlah 22 orang. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.

Coping stress menurut Lazarus & Folkman (1984) adalah perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung terus-menerus, untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya individu atau membahayakan keberadaan atau kesejahteraannya.

Alat ukur yang digunakan merupakan modifikasi dari Ways of Coping Questionnaire dari Lazarus & Folkman (1984)dan terdiri dari 50 item. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji validitas dari Spearman dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach dengan menggunakan SPSS 17.

Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung sebanyak 86,5 % menggunakan kedua jenis coping stress secara seimbang, 9 % menggunakan problem focused coping, dan 4,5 % menggunakan emotion focused coping.

Kesimpulan yang diperoleh adalah mayoritas dari mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung menggunakan kedua jenis coping stress dengan frekuensi yang seimbang dalam mengatasi stres yang dirasakan saat menjalani kedua perannya.

Peneliti mengajukan saran agar mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung mempertahankan coping stress yang telah digunakan secara seimbang, dan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan coping stress. Dengan demikian diharapkan mahasiswi ko-ass dapat menjalani kedua perannya, yaitu sebagai ko-ass dan juga ibu yang memiliki anak balita dengan baik.


(2)

Abstract

The study was a descriptive study about stress coping in student professional education program (Ko-ass) Dentistry faculty who have children under five in the University "X" Bandung. Respondents who studied the entire population of 22 persons. The research design used in this research is descriptive research design.

Coping stress by Lazarus & Folkman (1984) is a cognitive and behavioral changes that take place continuously, to cope with external and internal demands is considered as a burden or exceeding the resources of individuals, or endanger the existence or welfare .

Measuring instrument used is a modification of the Ways of Coping Questionnaire of Lazarus & Folkman (1984) and consists of 50 items. The data obtained are processed using the Spearman test the validity and reliability test using Cronbach's Alpha using SPSS 17.

From research result, knowable that coed professional education program (Ko-ass) Dentistry faculty who have children under five in the University "X" Bandung as much as 86.5% use both types of stress coping in a balanced way, 9% use problem focused coping, and 4 , 5% use emotion focused coping.

The conclusion obtained is that the majority of student professional education program (Ko-ass) Dentistry faculty who have children under five in the University "X" Bandung use both types of stress coping with the frequency of balance in dealing with stress that is felt while undergoing a second role.

The researcher proposed that students professional education program (Ko-ass) Dentistry faculty who have children under five in the University "X" Bandung maintain stress coping that have been used in a balanced way, and consider the factors that affect the use of stress coping. Thus the co-ass college student is expected to undergo a second role, namely as co-ass and also mothers who have children under five with both.


(3)

iii

Universitas Kristen Maranatha KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan bimbingan-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: STUDI DESKRIPTIF MENGENAI COPING STRESS PADA MAHASISWI PROGRAM PROFESI (KO-ASS) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI YANG MEMILIKI ANAK BALITA DI UNIVERSITAS “X” BANDUNG. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai coping stress.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak hambatan dan kesulitan yang dialami oleh peneliti. Namun hal tersebut dapat dilalui berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, karena itulah pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. R. Sanusi Soesanto., M.Psi, Psikolog, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Ibu Sianiwati S. Hidayat, M.Si., Psikolog, selaku dosen koordinator Skripsi yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membuat skripsi ini.

3. Bapak Robert Oloan Rajagukguk, Ph.D selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada peneliti.


(4)

4. Ibu Djusmierly E, S.Psi., Psikolog, selaku dosen pembimbing kedua yang telah meluangkan waktunya, memberikan bimbingan, saran dan dukungan kepada peneliti.

5. Dekan, staf Dekan Fakultas Kedokteran Gigi, serta Direktur Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Universitas “X”, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan juga memberikan bantuan selama pembuatan skripsi ini.

6. Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung, yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan dan pengumpulan skripsi ini.

7. Beta Ariny, S.Kg yang telah banyak membantu, memberikan dukungan sampai selesainya skripsi ini.

8. Teman-teman yang selalu memberikan bantuan, semangat serta perhatian kepada peneliti, khususnya Bella, Dinda, Dwi, Memi, dan Risa, serta Devi Fitria Dewi, selaku teman satu bimbingan yang telah berusaha dan berjuang bersama, memberikan semangat, ide dan inspirasi.

9. Bapak, mama, dan juga adik tercinta, yang telah memberikan segala dukungan baik secara moral, semangat, materi, serta doa sehingga peneliti termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Gilang Syahnizar Aziz, suami yang selalu setia mendengar keluh kesah, memberikan semangat, bantuan, dukungan, perhatiannya serta doa bagi peneliti.


(5)

v

Universitas Kristen Maranatha 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah turut

membantu tersusunnya skripsi ini.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan adanya kritik dan saran, atau masukan yang dapat membangun sehingga bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, Februari 2011


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel ... x

Daftar Bagan ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1. Maksud Penelitian ... 9

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 10


(7)

vii

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

2.1. Stress ... 22

2.1.1. Definisi Stress ... 22

2.1.2. Sumber-Sumber Stress ... 23

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stress ... 25

2.1.4. Dampak Stress ... 27

2.2. Teori Tentang Penilaian Kognitif ... 27

2.3. Strategi Penanggulangan Stress (Coping Stress) ... 31

2.3.1. Definisi Strategi Penanggulangan Stress ... 31

2.3.2. Bentuk Strategi Penanggulangan Stress ... 32

2.3.3. Jenis Strategi Penanggulangan Stress ... 34

2.3.4. Hubungan Strategi Penanggulangan Stress Yang Berpusat Pada Masalah Dan Strategi Penanggulangan Stress Yang Berpusat Pada Emosi ...36

2.3.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Coping Stress ... 37

2.4 Hubungan Antara Stress, Penilaian Kognitif, dan Coping Stress ... 40

2.4. Masa Dewasa Awal ... 41

2.4.1. Pengertian Dewasa Awal ... 41


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 44

3.1. Rancangan penelitian ... 44

3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 44

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 45

3.3.1. Variabel Penelitian ... 45

3.3.2. Definisi Operasional ... 45

3.4. Alat Ukur ... 48

3.4.1. Jenis Alat Ukur ... 48

3.4.2. Prosedur Pengisian ... 49

3.4.3. Sistem Penilaian ... 49

3.4.4. Data Pribadi dan Data Penunjang ... 51

3.4.5. Uji Coba Alat Ukur ... 51

a.. Validitas Alat Ukur ... 52

b. Reliabilitas Alat Ukur ... 53

3.5. Subyek Penelitian ... 54

3.5.1. Populasi Sasaran ... 54

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 55


(9)

ix

Universitas Kristen Maranatha

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 57

4.1. Gambaran Responden ... 57

4.2. Hasil penelitian ... 59

4.2.1. Coping Stress ... 59

4.2.4. Faktor yang Mempengaruhi ... 63

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Saran ... 76

5.2.1. Saran Teoritis ... 76

5.2.2. Saran Praktis ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

DAFRAT RUJUKAN ... 79


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Gambaran Alat Ukur Coping Stress ... 48

Tabel 3.2. Sistem Penilaian ... 49

Tabel 3.3. Kategori Penilaian ... 50

Tabel 4.1 Gambaran Responden ... 57

Tabel 4.2. Coping Stress ... 59

Tabel 4.3. Jenis Coping stress ... 60

Tabel 4.4. Tabulasi silang antara Jenis Coping stress dengan Faktor yang Mempengaruhi ... 63


(11)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Skema Kerangka Pikir ... 20 Bagan 3.1. Skema Rancangan Penelitian ... 44


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi- Kisi Alat Ukur Lampiran 2 Kuesioner Penelitian Lampiran 3 Data Penunjang

Lampiran 4 Daftar Pertanyaan Survey Awal Lampiran 5 Reliabilitas dan Validitas Alat Ukur Lampiran 6 Data Skor Hasil Penelitian

Lampiran 7 Data Hasil Pengkategorian Coping Stress Lampiran 8 Hasil Data Penunjang


(13)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Balakang Masalah

Rumah Sakit adalah suatu lembaga yang bergerak dalam bidang jasa kesehatan untuk melayani masyarakat. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Sakit harus sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. Agar Rumah Sakit dapat menjalani fungsinya yaitu sebagai lembaga yang melayani, merawat dengan memberi rasa aman, nyaman kepada pasiennya, maka salah satunya diperlukan sumber daya manusia yang handal. Oleh karena itu, sangat penting menciptakan suasana yang mendukung aktivitas sumber daya manusia agar dapat meningkatkan mutu pelayanan bagi masyarakat. Salah satu sumber daya manusia yang terdapat di Rumah Sakit adalah dokter. Dokter adalah seseorang yang karena keilmuannya berusaha menyembuhkan orang-orang sakit. Tidak semua orang yang dapat menyembuhkan penyakit disebut sebagai dokter, karena untuk menjadi seorang dokter biasanya diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus, serta memiliki gelar dalam bidang kedokteran. (www.wikipedia.org/wiki/dokter)

Ilmu kedokteran memiliki banyak cabang ilmu, salah satunya adalah kedokteran gigi. Kedokteran gigi sendiri adalah ilmu mengenai pencegahan dan perawatan penyakit atau kelainan pada gigi dan mulut melalui tindakan tanpa atau dengan pembedahan. Praktek kedokteran gigi umum mencakup sebagian besar pemeriksaan, diagnosa, perencanaan perawatan, perawatan, dan pencegahan


(14)

2

penyakit. Seseorang yang mempraktekkan ilmu kedokteran gigi disebut sebagai dokter gigi. Dokter gigi sering menggunakan sinar-x atau peralatan lainnya untuk membantu penegakkan diagnosis. Perawatan dapat mencakup pencabutan gigi, pencabutan saraf gigi, penggantian gigi. Dokter gigi juga sering melakukan anastesi untuk meringankan nyeri. (http://www.ada.org.au/doktergigi)

Untuk dapat melakukan tugas-tugasnya tersebut, seorang dokter gigi harus menempuh pendidikan untuk mendapat gelar Sarjana Kedokteran Gigi yang harus ditempuh selama 4 hingga 5 tahun, kemudian melanjutkan pendidikannya dengan mengambil program profesi. Salah satu Universitas di Bandung yang memiliki program pendidikan Kedokteran Gigi yaitu Universitas “X”. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas “X” merupakan Fakultas kedokteran Gigi tertua di Kota Bandung dan memiliki jumlah mahasiswa untuk seluruh jenjang (sarjana, profesi, spesialis) mencapai 1170-an untuk tahun akademik 2009/2010. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas “X” menyelenggarakan pendidikan yang bertujuan menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dalam menerapkan, mengembangkan, dan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, serta menyebarluaskan dan mengupayakan penggunannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. (www.unpad.ac.id/fakultas/kedokteran-gigi)

Setelah mendapat gelar Sarjana Kedokteran Gigi, para calon dokter gigi harus mengikuti masa magang/kepaniteraan (ko-ass) di rumah sakit atau sarana kesehatan lainnya selama kurang lebih 2 tahun sebelum menyandang gelar dokter gigi (drg). Ko-ass adalah orang yang belajar secara praktek atas materi yang telah


(15)

3

Universitas Kristen Maranatha dipelajari pada program penidikan sebelumnya, mengambil izin praktek agar dapat praktek dan bekerja di Rumah Sakit. Pekerjaan seorang ko-ass dokter gigi berkaitan dengan kesejahteraan manusia dalam bentuk mengobati dan melayani bidang kesehatan gigi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada salah satu ko-ass Fakultas Kedokteran Gigi di Universitas “X”, dapat diketahui bahwa banyak hal yang di dapat ketika ko-ass, diantaranya belajar bagaimana memulai anamnesa, pemeriksaan visual dan pemeriksaan klinis, pemeriksaan penunjang, status lokasi, dan penentuan diagnosa. Ko-ass kedokteran gigi juga harus mencari pasien sendiri untuk melakukan pemeriksaan, pembedahan, dan pelayanan lainnya. Hal tersebut bukanlah tugas yang mudah karena para mahasiswa program profesi (ko-ass) harus mencari pasien yang sesuai dengan tuntutan tugas yang tengah dijalani pada semester tersebut. Mahasiswa ko-ass akan melaksanakan praktek di bagian-bagian perawatan yang telah ditentukan secara bertahap. Mereka sering mendapat pasien yang kurang kooperatif dalam menjalankan praktek di setiap bagian tersebut, misalnya pasien memutuskan untuk tidak melanjutkan perawatan pada saat perawatan yang dilakukan belum selesai. Apabila hal ini terjadi, maka mereka harus mencari pasien kembali dan mengulang perawatan kembali dari awal. Hal tersebut mengakibatkan tugas dan pekerjaan mereka tidak dapat selesai tepat waktu dan masa ko-ass yang harus ditempuh lebih lama.

Selama menjadi ko-ass, tuntutan-tuntutan yang muncul juga tidak hanya berkaitan dengan beban pekerjaan dan pendidikan sebagai ko-ass. Bertambahnya usia seseorang memasuki tahapan dewasa awal membuat mahasiswi program


(16)

4

profesi memiliki tugas perkembangan untuk bisa berusaha mandiri secara ekonomi dan memiliki peran baru dalam kehidupan mereka (Santrock, 2002). Usia mahasiswi Program Profesi (ko-ass) berada pada kisaran 20 hingga 40 tahun, mereka berada pada tahap perkembangan dewasa awal (Santrock, 2002). Hal tersebut menjadi salah satu alasan bagi sejumlah mahasiswi program profesi (ko-ass) yang memutuskan untuk menikah pada saat mereka menempuh pendidikan untuk menjadi seorang dokter gigi.

Menurut Santrock (2002), menikah dan memiliki keturunan merupakan salah satu tugas perkembangan yang ada pada masa dewasa awal. Setiap manusia berhak untuk bahagia dan menikah tidak terkecuali bagi mereka yang masih berstatus mahasiswi. Bagi mereka menikah dapat menjadi penyemangat untuk bisa tetap dan terus menuntut ilmu. Sudah banyak yang membuktikan bisa tetap sukses walaupun menikah saat masih kuliah. Mereka itulah yang bisa membagi waktu sebaik-baiknya, antara kuliah dan keluarganya. Mereka dapat menjalani kedua peran tersebut dengan baik. (www.google.com/2009/03/14/Menikah-sambil-study)

Menurut informasi yang diterima dari salah satu karyawan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas “X” Bandung, banyak mahasiswi ko-ass yang telah menikah dan memiliki anak telah menempuh lebih dari tiga tahun masa ko-ass belum dapat menyelesaikan pendidikannya. Namun, cukup banyak pula mahasiswi ko-ass yang telah menikah dan memiliki anak dapat menyelesaikan kuliah dan masa ko-ass nya kurang lebih selama dua sampai tiga tahun. Mereka yang berhasil menjalankan kedua peran tersebut secara bersamaan menjadikan


(17)

5

Universitas Kristen Maranatha suami dan anak sebagai semangat untuk segera menyelesaikan pendidikannya. Mahasiswi ko-ass yang memiliki anak balita menghayati tuntutan-tuntutan yang harus dijalani saat menjalankan kedua perannya tersebut sebagai hal positif dan bukan merupakan suatu situasi yang merugikan atau ancaman bagi dirinya. Mahasiswi ko-ass tersebut dapat membagi waktu dengan baik antara mengurus suami dan anak, dan juga menjalankan tugas-tugasnya sebagai ko-ass.

Disisi lain, memutuskan untuk menikah disaat masih berstatus mahasiswi bukan suatu hal yang mudah, banyak yang harus dipertimbangkan. Pada saat memutuskan untuk menikah, mereka seharusnya sudah mengantisipasi dan siap dengan konsekuensi yang akan diterima. Mahasiswi yang memutuskan untuk menikah harus mempersiapkan diri dengan tanggungjawab yang lebih besar ketika dirinya hamil dan memiliki anak. Di Universitas “X” Bandung terdapat 22 mahasiswi Program Profesi (ko-ass) yang telah menikah dan memiliki anak balita untuk tahun akademik 2010/2011. Ini artinya mereka harus menjalani kedua peran sebagai seorang ko-ass dan juga sebagai ibu rumah tangga secara bersamaan. Mahasiswi ko-ass akan menghadapi masalah dan tuntutan yang lebih kompleks jika dibandingkan saat belum menikah. Mahasiswi ko-ass yang memutuskan untuk memiliki anak harus dapat membagi waktu antara kuliah, mengurus suami, mengurus anak, serta keluarga besarnya.

Ketika mahasiswi ko-ass menjalani kedua perannya tersebut, ada saatnya mereka dihadapkan pada situasi-situasi yang menuntut. Tuntutan-tuntutan yang harus mereka jalani diantaranya adalah tuntutan pekerjaan yang tinggi, banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan dalam waktu singkat, menanggapi sikap pasien,


(18)

6

pasien yang kurang kooperatif, tuntutan profesionalisme dari pasien, menghadapi sikap dokter, mengerjakan tugas-tugas kuliah, melewati masa ujian. Selain itu, setelah mereka lelah menjalani aktivitasnya di kampus dan di Rumah Sakit, mereka harus menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga, mengurus rumah, suami dan juga anak, dan lain sebagainya. Situasi tersebut dapat menyebabkan individu merasa terancam kesejahteraannya karena merasa tuntutan yang harus dijalani melebihi kemampuannya, menurut Lazarus kondisi tersebut dinamakan sebagai stress (1984:19). Adapun peristiwa yang menyebabkan stress tersebut dinamakan stressor.

Pada saat mengalami stress, mahasiswi program profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita akan merasa terancam, baik secara psikis maupun fisik. Stress ini yang akan berdampak dalam penyelesaian praktek untuk menjadi seorang dokter maupun dalam menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga. Tom Cox (1978: 92) mengemukakan dampak dari stres, yakni dampak subyektif (ditandai oleh kecemasan, agresi, kejenuhan, kehilangan kesabaran, keletihan, frustrasi, gugup, merasa takut), dampak tingkah laku (ditandai oleh meningkatnya luapan emosi, salah tingkah, makan berlebihan, dan perilaku impulsif). Ada pula dampak kognitif (ditandai oleh sulit mengambil keputusan, sulit berkonsentrasi, sensitif terhadap kritik), dampak fisiologis (ditandai oleh meningkatnya kadar gula darah, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, demam dan berkeringat berlebihan), serta dampak kesehatan (ditandai oleh insomnia, sakit kepala, mimpi buruk, migren, gangguan pada


(19)

7

Universitas Kristen Maranatha kulit), serta dampak organisasi (ditandai oleh meningkatnya absensi, produktivitas rendah, ketidakpuasan dalam bekerja)

Adapun ketika individu dihadapkan pada kondisi stress, maka mereka akan melakukan langkah mengurangi bahkan menghilangkan kondisi stres yang dialaminya itu dengan melakukan berbagai macam cara dalam istilah psikologi disebut coping stress. Istilah coping disini adalah segala usaha atau proses yang dilakukan oleh seseorang untuk menguasai kondisi stres yang dialaminya dengan cara mengolah adanya tuntutan-tuntutan atau mengurangi dan bertoleransi dengan tuntutan-tuntutan tersebut.

Menurut Richard Lazarus penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk. Coping yang berfokus pada masalah (problem focus coping), dan coping yang berfokus pada emosi (emotion focus coping). Problem focus coping adalah istilah Lazarus untuk strategi kognitif untuk penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang menghadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya. Sedangkan emotion focus coping adalah istilah Lazarus untuk strategi penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional.

Berdasarkan wawancara mengenai beban tugas dan tanggungjawab yang dilakukan kepada 5 mahasiswi ko-ass, sebanyak 80 % menghayati tugas dan tanggungjawabnya ketika menjalani peran ganda sebagai hal yang tidak mudah. Bagi mereka tugas dan tuntutan pendidikan selama menjalani ko-ass terkadang membuat lelah dan tertekan, misalnya ketika mereka kesulitan mencari pasien sesuai dengan requirement yang di tetapkan pada masing-masing bagian yang


(20)

8

bermacam-macam. Selain itu, tugas sebagai ko-ass yang harus diselesaikan dan anak yang masih membutuhkan perhatian dan bimbingan yang cukup besar dalam waktu yang bersamaan dapat menimbulkan konflik. Sebanyak 20% mengatakan tuntutan tugas dan kewajiban selama menjalani kedua peran tersebut sebagai konsekuensi yang harus mereka terima dan jalani, walaupun berat dirinya tetap menjalani dengan senang hati. Suami dan anak dijadikan sebagai motivator agar dapat segera menyelesaikan pendidikannya dengan baik.

Sebanyak 100% dari 5 mahasiswi yang diwawancarai menghayati adanya hal positif dan negatif yang dirasakan ketika menjalani kedua perannya. Hal positif yang dirasakan antara lain menjadi lebih dewasa dalam menjalani kehidupan, lebih sabar, belajar untuk mengatur waktu dan keuangan, menemukan solusi masalah, anak dan suami menjadi penyemangat untuk menyelesaikan pendidikan. Hal negatif yang dirasakan antara lain menjadi mudah marah, mudah panik, absensi meningkat, sulit berkonsentrasi, kurang maksimal dalam menjalani tugas sebagai ko-ass, mengerjakan tugas-tugas kuliah. Hal lain yang dirasakan adalah kurang maksimal dalam menjalani kewajibannya sebagai seorang ibu rumah tangga, waktu istirahat berkurang, mudah lelah, dan sulit tidur. Hal-hal negatif yang dirasakan tersebut merupakan dampak dari stres yang dialaminya saat menjalani kedua perannya secara bersamaan.

Berdasarkan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui coping stress yang digunakan oleh mahasiswi program profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung.


(21)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah, maka penelitian ini ingin mengetahui seperti apakah coping stress yang digunakan oleh mahasiswi program profesi Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung.

1.3. Maksud Dan Tujuan 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai coping stress pada mahasiswi program profesi Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung. 1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih rinci mengenai coping stress yang digunakan oleh mahasiswi program profesi Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung, beserta faktor-faktor yang mempengaruhi. 1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu Psikologi khususnya dalam bidang Psikologi Klinis, mengenai gambaran coping stress pada mahasiswi program profesi Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung.


(22)

10

2. Memberikan masukkan berupa informasi bagi peneliti lain yang berminat meneliti lebih lanjut mengenai coping stress.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi dan gambaran kepada Dekan beserta staf, dan pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas ”X” mengenai coping stress yang digunakan mahasiswi program profesi Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita dalam menanggulangi stressnya. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan tinjauan, serta pertimbangan untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi para ko-ass dan juga mutu pelayanan bagi pasien.

2. Memberikan informasi dan gambaran kepada mahasiswi program profesi Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” mengenai coping stress yang digunakan. Informasi ini dapat digunakan untuk membantu mahasiswi program profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita agar dapat lebih memahami bentuk coping stress yang digunakan dalam upaya menanggulangi stres yang dirasakan ketika menjalankan peran sebagai seorang mahasiswi dan juga sebagai seorang ibu rumah tangga secara bersamaan.


(23)

11

Universitas Kristen Maranatha 1.5. Kerangka Pikir

Mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita mempunyai tanggungjawab yang lebih besar jika dibandingkan dengan mahasiswi lain yang belum berkeluarga. Mereka tidak hanya bertanggungjawab menyelesaikan kuliah, tetapi mereka juga memiliki tanggungjawab kepada keluarganya.

Pada saat mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita menjalani kedua perannya seringkali mereka menghadapi tuntutan. Tuntutan-tuntutan yang muncul juga tidak hanya berkaitan dengan beban tugas sebagai ko-ass, tetapi juga bertambahnya usia memasuki tahapan dewasa awal membuat mahasiswi tersebut memiliki tugas perkembangan untuk bisa berusaha mandiri secara ekonomi dan memiliki peran baru dalam kehidupan mereka yaitu sebagai ibu rumah tangga yang memiliki anak balita (Santrock, 2002). Dalam menghadapi tuntutan dan tanggung jawab yang besar saat menjalani peran ganda sebagai ko-ass dan juga ibu rumah tangga mereka diharapkan dapat menyesuaikan diri, namun hal tersebut tidak selamanya berhasil. Pada saat mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita tidak dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan tanggung jawab ketika menjalani peran ganda tersebut dan menilainya sebagai suatu beban yang berat serta melebihi kemampuan yang ada untuk bisa menyelesaikannya, maka para mahasiswi tersebut akan mengalami stres. Menurut Lazarus dan Folkman (1984:19), stres adalah hubungan spesifik antara individu dengan


(24)

12

lingkungan yang dinilai individu sebagai tuntutan yang melebihi sumber dayanya dan membahayakan keberadaannya atau kesejahteraannya.

Tuntutan-tuntutan yang dapat menyebabkan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita mengalami stres disebut sebagai stressor. Hal-hal yang dapat menjadi stressor bagi para mahasiswi tersebut, antara lain adalah tuntutan pendidikan seperti tugas dan tanggungjawab sebagai ko-ass, mencari pasien sesuai prosedur yang ditentukan, mengerjakan tugas-tugas kuliah, masalah relasi baik dengan rekan, pasien ataupun dokter, melewati masa ujian, dan lain sebagainya. Disamping itu, mereka juga mendapat tuntutan dari keluarga untuk dapat menjalani perannya sebagai seorang ibu rumah tangga di saat yang bersamaan, seperti mengurus suami dan anak balita mereka yang membutuhkan perhatian lebih, juga mengerjakan pekerjaan rumah.

Dalam menghadapi stressor tersebut para mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita akan menghayati stres secara berbeda antara satu dengan yang lainnya walaupun stressor yang dihadapi sama. Hal tersebut bergantung pada penilaian subjektif yang dilakukan oleh mereka terhadap stressor. Penilaian tersebut oleh Lazarus disebut sebagai penilaian kognitif (cognitive appraisal).

Menurut Lazarus (1984:19) penilaian kognitif adalah suatu proses evaluatif yang menentukan mengapa suatu interaksi antara manusia dan lingkungannya bisa menimbulkan stress. Penilaian kognitif terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama yaitu penilaian primer (primary appraisal) adalah proses mental yang berhubungan dengan aktifitas evaluasi terhadap situasi yang


(25)

13

Universitas Kristen Maranatha dihadapai. Stress yang dialami mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita memiliki derajat yang bervariasi, semua itu tergantung dari bagaimana mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita tersebut memaknakan situasi atau tuntutan-tuntutan yang dihadapinya.

Ketika berada dalam kondisi sress, mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita tersebut akan masuk dalam tahap kedua yaitu proses penilaian sekunder (secondary appraisal) yaitu proses yang dapat digunakan untuk menentukan apa yang dapat atau harus dilakukan untuk meredakan keadaan stress. Pada tahap inilah mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita akan memilih cara apa yang baik dan bisa dilakukan untuk meredakan stress yang mereka alami. Mereka memiliki cara yang berbeda untuk mengatasi situasi stress tersebut yang disebut sebagai strategi penanggulangan stress atau coping stress (Lazarus & Folkman, 1984: 141).

Penilaian kognitif primer dan sekunder yang dilakukan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita akan menentukan strategi penanggulangan stres yang akan digunakan. Apabila strategi yang digunakan tersebut dirasa tidak sesuai atau mengalami kegagalan, maka mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita akan melakukan tahap ketiga, yaitu penilaian kembali (reappraisal) terhadap stressor dan menentukan penggunaan strategi yang dianggap lebih sesuai dan lebih tepat.


(26)

14

Strategi penanggulangan stress atau coping stress dikemukakan oleh Lazarus sebagai perubahan kognitif dan tingkah laku yang berlangsung secara terus-menerus, untuk mengatasi tuntutan eksternal dan internal yang dinilai sebagai beban atau melampaui sumber daya individu atau membahayakan keberadaannya atau kesejahteraannya (Lazarus & Folkman, 1984:141). Coping stress dipandang sebagai faktor penyeimbang yang membantu mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita untuk menyesuaikan diri terhadap tekanan yang dialami. Pada dasarnya coping stress ditujukan untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang ditimbulkan oleh stressor yang dihadapi. Menurut Lazarus dan Folkman (1986) terdapat 2 bentuk coping stress yaitu coping stress dapat berpusat pada masalah (problem focused form of coping) dan berpusat pada emosi (emotion focused form of coping).

Coping stress yang berpusat pada masalah diarahkan pada usaha aktif untuk memecahkan masalah yang ada, mencari berbagai alternatif yang digunakan sebagai cara untuk mengatasi atau menghadapi stress. Coping stress yang berpusat pada masalah di bagi menjadi 2 bentuk. Pertama, confrontatif coping yaitu mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita aktif berusaha untuk mengatasi keadaan yang menekan dirinya. Usaha yang dilakukan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita adalah mereka akan berusaha melakukan berbagai cara untuk mengatasi masalah yang dihadapi meskipun hal tersebut beresiko. Kedua, planful problem solving yaitu mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas


(27)

15

Universitas Kristen Maranatha Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita berusaha mengubah keadaan yang dianggap menekan dirinya dengan cara yang hati-hati, bertahap, dan disertai analisis. Usaha yang dilakukan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita adalah menganalisis situasi, memikirkan jalan terbaik dan konsekuensinya yang mungkin terjadi, menyusun rencana agar dapat menjalani kedua perannya dengan baik dan seimbang.

Apabila mahasiswi ko-ass menggunakan coping stress yang berpusat pada masalah maka para mahasiswi tersebut dapat merumuskan masalah ketika menjalani tugas-tugasnya secara objektif. Mahasiswi ko-ass juga memikirkan beberapa alternatif solusi dan memutuskan solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah yang dialami ketika menjalani kedua perannya. Strategi ini digunakan untuk mengubah tekanan lingkungan agar bisa menyelesaikan masalah juga lebih memahami masalah secara objektif, mengurangi keterlibatan emosi serta mengembangkan keterampilan diri untuk menyelesaikan masalah (Lazarus & Folkman, 1984:152).

Coping stress yang berpusat pada emosi diarahkan untuk mengatur respon emosi yang ditimbulkan oleh stres. Yang termasuk pada coping stress yang berpusat pada emosi : pertama, distancing yaitu mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita berusaha tidak melibatkan diri dalam permasalahan, seperti menciptakan pandangan-pandangan positif seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Kedua, self control adalah usaha untuk meregulasi perasaan maupun tindakan tanpa melebih-lebihkan sesuatu terhadap masalah. Usaha yang dilakukan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas


(28)

16

Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita lebih mengintrospeksi terhadap diri sendiri tentang apa yang dilakukannya benar atau tidak dalam merespon suatu masalah. Ketiga, seeking social support yaitu mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita untuk mendapatkan kenyamanan emosional dan bantuan informasi dari orang lain, seperti berbagi cerita, mencurahkan isi hati kepada orang lain.

Mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita juga dapat menggunakan coping stress berpusat pada emosi yang keempat yaitu Accepting responsibility. Dalam hal ini, mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita berusaha untuk menyadari tanggungjawab diri sendiri dalam permasalahan yang dihadapinya, dan mencoba menerimanya untuk membuat semuanya menjadi lebih baik. Kelima, Escape avoidance yaitu mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita berusaha untuk mengatasi situasi yang menekan dengan lari dari situasi tersebut atau menghindarinya dengan beralih pada hal lain seperti membolos, makan, minum, atau menggunakan obat-obatan. Keenam, Positive reappraisal yaitu mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita berusaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan fokus pada pengembangan diri, seperti melibatkan diri pada hal-hal yang bersifat religius.

Lazarus dan Folkman (1984) mengemukakan coping stress yang berpusat pada emosi digunakan untuk memelihara harapan dan optimisme, menyangkal fakta dan akibat yang mungkin dihadapi, menolak untuk mengakui hal terburuk


(29)

17

Universitas Kristen Maranatha dan bereaksi seolah-olah apa yang terjadi tidak menimbulkan masalah dan sebagainya. Mahasiswi ko-ass menggunakan coping stress yang berpusat pada emosi ketika menghadapi suatu masalah ditujukan untuk mengurangi tekanan emosional yang timbul akibat masalah yang dihadapi, tanpa menyelesaikan masalah yang menjadi sumber stres secara tuntas. Perubahan yang terjadi dalam diri mereka apabila mereka dapat mengatasi stressnya adalah akibat perubahan kondisi perasaan mereka terhadap masalah yang dihadapi. Perlakuan secara terus menerus terhadap sumber masalah dengan memusatkan diri pada perubahan perasaan menjadi lebih menyenangkan untuk menyelesaikan sumber masalah melalui tindakan nyata, akan menyebabkan penumpukan masalah sekaligus penumpukan emosi (Lazarus & Folkman, 1984: 151).

Dalam kenyataannya, mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita dapat menggunakan coping stress yang berpusat pada masalah dan coping stress yang berpusat pada emosi dalam menghadapi tuntutan internal dan eksternal dalam kehidupan nyata (Lazarus & Folkman, 1984: 157). Apabila mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi saat menjalani kedua peran secara bersamaan tidak memperhatikan perasaan yang dirasakan maka dikatakan tidak efektif, demikian juga dengan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita yang berhasil meredakan ketegangan emosinya namun tidak menyelesaikan sumber permasalahannya. Untuk mencapai strategi


(30)

18

penanggulangan yang efektif diperlukan penggunaan kedua fungsi strategi penanggulangan tersebut (Lazarus & Folkman, 1984: 188).

Strategi penanggulangan stres yang digunakan mahasiswi Program profesi (ko-ass) yang memiliki anak balita dapat berhasil mengurangi atau bahkan menghilangkan stres yang dialami, namun strategi tersebut bisa saja tidak berhasil digunakan untuk mengatasi stres. Menurut Lazarus, keberhasilan penggunaan strategi penanggulangan stres dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut, yaitu kesehatan dan energi, keyakinan diri yang positif, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial, dan sumber-sumber material. Faktor kesehatan dan energi, yaitu kondisi fisik mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita saat menghadapi stres, mereka akan lebih mudah menanggulangi masalah secara efektif jika dalam keadaan sehat. Keyakinan diri yang positif yaitu sikap optimis, pandangan positif terhadap kemampuan diri dalam menanggulangi masalah ketika menjalani peran ganda sebagai mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi dan juga sebagai ibu rumah tangga yang memiliki anak balita.

Faktor lainnya yang mempengaruhi adalah keterampilan untuk memecahkan masalah, kemampuan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita untuk mencari informasi, mengidentifikasi masalah dan mencari pemecahan yang efektif. Faktor keterampilan sosial, yaitu kemampuan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita untuk mencari pemecahan masalah bersama dengan orang lain dan kemungkinan untuk bekerja sama dengan


(31)

19

Universitas Kristen Maranatha orang lain. Faktor dukungan sosial, yaitu bantuan atau dukungan yang diperoleh mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita dari orang lain baik berupa informasi maupun dukungan emosional. Selain itu, adanya sumber-sumber material yang dapat berupa uang, barang atau fasilitas lain yang dapat mendukung mahasiswi tersebut untuk menyelesaikan kuliahnya dan juga mengurus dan membesarkan anaknya secara lebih efektif (Lazarus & Folkman, 1984; 156-164).

Mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita akan menggunakan kedua jenis strategi penganggulangan stress untuk mencapai strategi penanggulangan yang efektif, yang membedakan adalah frekuensi penggunaan dari kedua jenis coping stress tersebut. Coping stress yang digunakan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita dikategorikan berpusat pada masalah (problem-focused coping) apabila frekuensi penggunaan coping stress yang berpusat pada masalah lebih tinggi dibanding penggunaan coping stress yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping). Apabila mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita menunjukkan frekuensi penggunaan coping stress yang sama pada kedua jenis strategi tersebut maka akan dikategorikan seimbang. Sedangkan apabila frekuensi penggunaan coping stress yang berpusat pada emosi (emotion-focused coping) dalam mengatasi stres yang lebih tinggi maka akan dikategorikan berpusat pada emosi.


(32)

2 U n iv e rs it a s K ri s te n M a ra n a th

Mahasiswi Program Profesi (ko-ass) Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung

Penilaian kognitif Stress Coping

Stress Stressor

- Primary appraisal - Secondary

appraisal - Reappraisal

Problem Focused coping :

- Planful problem solving - Confrontative

coping

Emotion Focused coping:

- Distancing - Self control - Seeking social

support - Accepting

responsibility -

Escape-avoidance - Positive

reappraisal problem focused coping emotion focused coping seimbang Faktor internal yang mempengaruhi:

- Kesehatan dan energi - Keterampilan memecahkan

masalah

- Keyakinan yang positif - Keterampilan sosial - Dukungan sosial


(33)

21

Universitas Kristen Maranatha 1.6. Asumsi Penelitian

• Mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita mengalami stress ketika menjalani peran sebagai seorang mahasiswi Program Profesi (ko-ass) dan juga sebagai seorang ibu yang memiliki anak balita secara bersamaan.

• Mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita melakukan penilaian kognitif terhadap situasi yang dihadapinya.

• Kedua strategi tersebut akan digunakan untuk mencapai strategi penanggulangan yang efektif, yang membedakan adalah frekuensi penggunaan dari kedua jenis coping stress tersebut.

Coping Stress yang digunakan mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita dapat berpusat pada masalah (problem focused form of coping), berpusat pada emosi (emotion focused form of coping), atau seimbang.


(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung, dapat disimpulkan bahwa:

• Sebagian besar mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung menggunakan kedua bentuk coping stress secara seimbang. Jenis coping yang paling sering digunakan adalah planfull problem solving dan positive reappraisal.

• Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan coping stress pada mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung antara lain kesehatan, keterampilan memecahkan masalah, keyakinan diri yang positif, keterampilan sosial yang adekuat, dukungan sosial, dan sumber-sumber material.


(35)

76

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengajukan saran yang diharapkan dapat berguna, yaitu sebagai berikut:

5.2.1 Saran Teoritis

• Disarankan untuk melakukan penelitian korelasional antara coping stress dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan coping stress, sehingga dapat diketahui pula efektifitas penggunaan bentuk coping stress.

• Disarankan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai coping stress untuk meneliti pula mengenai derajat stres, sehingga dapat diketahui bagaimana hubungan antara derajat stres dengan penggunaan jenis coping stress.

5.2.3. Saran Praktis

• Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan kepada staf Dekan dan pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas ”X” untuk mempertahankan fasilitas sarana dan prasarana penunjang pendidikan bagi para ko-ass yang sudah baik. Fasilitas yang memadai tersebut dapat membatu para ko-ass untuk menjalankan tugas dan pendidikannya dengan baik.

• Kepada mahasiswi program profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” diharapkan mempertahankan penggunaan coping stress secara seimbang, dan juga memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan coping stress. Faktor tersebut antara


(36)

77

lain adalah memiliki keyakinan diri yang positif, keterampilan sosial yang adekuat, menjaga kondisi kesehatan, menerima dukungan sosial dan sumber-sumber material. Dengan demikian diharapkan mahasiswi ko-ass dapat menjalani kedua perannya, yaitu sebagai ko-ass dan juga ibu yang memiliki anak balita dengan baik.


(37)

78

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Cox, Tom. 1978. Stress. London: The Macmillan Press LTD. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Lazarus, R.S., & Susan Folkman. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Monat, Alan., & Richard Lazarus. 1991. Stress & Coping An Anthology. New York: Columbia University Press.

Santrock, John. W. 2002. Life Span Developmental : Perkembangan masa hidup, edisi 2, jilid 2. Jakarta: MC Erlangga

Sehnert, K.W. 1981. Mengendalikan Stress dalam Rumah Tangga Dan Pekerjaan. Diterjemahkan oleh Drs. Fenny Vernica. Bandung : Yayasan Kalam Hidup Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.


(38)

DAFTAR RUJUKAN

Dokter. (www.wikipedia.org/wiki/dokter, diakses 3 September 2009) Dokter gigi.(www.ada.org.au/, diakses 3 September 2009)

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Bandung. (www.unpad.ac.id/fakultas/kedokteran-gigi, diakses 3 September 2009) Laras, Gema. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres

Pada Anggota Dalmas Polwiltabes di Kota “X”. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Menikah sambil study. (www.google.com/2009/03/14/Menikah-sambil-study, diakses 4 April 2009)diakses 23 April 2008)

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. 2009. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.


(1)

21

Universitas Kristen Maranatha

1.6. Asumsi Penelitian

• Mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita mengalami stress ketika menjalani peran sebagai seorang mahasiswi Program Profesi (ko-ass) dan juga sebagai seorang ibu yang memiliki anak balita secara bersamaan.

• Mahasiswi program Profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita melakukan penilaian kognitif terhadap situasi yang dihadapinya.

• Kedua strategi tersebut akan digunakan untuk mencapai strategi penanggulangan yang efektif, yang membedakan adalah frekuensi penggunaan dari kedua jenis coping stress tersebut.

Coping Stress yang digunakan mahasiswi program Profesi (ko-ass)

Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita dapat berpusat pada masalah (problem focused form of coping), berpusat pada emosi (emotion


(2)

75

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung, dapat disimpulkan bahwa:

• Sebagian besar mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung menggunakan kedua bentuk coping stress secara seimbang. Jenis coping yang paling sering digunakan adalah planfull problem solving dan positive reappraisal.

• Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan coping stress pada mahasiswi Program Profesi (Ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” Bandung antara lain kesehatan, keterampilan memecahkan masalah, keyakinan diri yang positif, keterampilan sosial yang adekuat, dukungan sosial, dan sumber-sumber material.


(3)

76

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengajukan saran yang diharapkan dapat berguna, yaitu sebagai berikut:

5.2.1 Saran Teoritis

• Disarankan untuk melakukan penelitian korelasional antara coping stress

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan penggunaan coping

stress, sehingga dapat diketahui pula efektifitas penggunaan bentuk coping

stress.

• Disarankan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian mengenai coping

stress untuk meneliti pula mengenai derajat stres, sehingga dapat diketahui

bagaimana hubungan antara derajat stres dengan penggunaan jenis coping stress.

5.2.3. Saran Praktis

• Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan kepada staf Dekan dan pengajar di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas ”X” untuk mempertahankan fasilitas sarana dan prasarana penunjang pendidikan bagi para ko-ass yang sudah baik. Fasilitas yang memadai tersebut dapat membatu para ko-ass untuk menjalankan tugas dan pendidikannya dengan baik.

• Kepada mahasiswi program profesi (ko-ass) Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki anak balita di Universitas “X” diharapkan mempertahankan penggunaan coping stress secara seimbang, dan juga memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan coping stress. Faktor tersebut antara


(4)

77

Universitas Kristen Maranatha

lain adalah memiliki keyakinan diri yang positif, keterampilan sosial yang adekuat, menjaga kondisi kesehatan, menerima dukungan sosial dan sumber-sumber material. Dengan demikian diharapkan mahasiswi ko-ass dapat menjalani kedua perannya, yaitu sebagai ko-ass dan juga ibu yang memiliki anak balita dengan baik.


(5)

78

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Cox, Tom. 1978. Stress. London: The Macmillan Press LTD. Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Lazarus, R.S., & Susan Folkman. 1984. Stress, Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Monat, Alan., & Richard Lazarus. 1991. Stress & Coping An Anthology. New York: Columbia University Press.

Santrock, John. W. 2002. Life Span Developmental : Perkembangan masa hidup,

edisi 2, jilid 2. Jakarta: MC Erlangga

Sehnert, K.W. 1981. Mengendalikan Stress dalam Rumah TanggaDan Pekerjaan.

Diterjemahkan oleh Drs. Fenny Vernica. Bandung : Yayasan Kalam Hidup Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta.


(6)

79

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Dokter. (www.wikipedia.org/wiki/dokter, diakses 3 September 2009)

Dokter gigi.(www.ada.org.au/, diakses 3 September 2009)

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran Bandung.

(www.unpad.ac.id/fakultas/kedokteran-gigi, diakses 3 September 2009) Laras, Gema. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Strategi Penanggulangan Stres

Pada Anggota Dalmas Polwiltabes di Kota “X”. Skripsi. Bandung: Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Menikah sambil study. (www.google.com/2009/03/14/Menikah-sambil-study,

diakses 4 April 2009)diakses 23 April 2008)

Panduan Penulisan Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. 2009. Bandung : Universitas