Tantangan yang Dihadapi Tenaga Kerja Wanita Asal Bali yang Bekerja di Jepang.

(1)

1 LAPORAN AKHIR

HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA

TANTANGAN YANG DIHADAPI TENAGA KERJA WANITA ASAL BALI YANG BEKERJA DI JEPANG

TIM PENGUSUL

1. Ni Luh Putu Ari Sulatri,S.S.,M.Si. (0010018602)

2. Ni Made Andry Anita Dewi (0024108003)

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA


(2)

(3)

3 RINGKASAN

Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja pada perusahaan skala kecil dan menengah yang ada di Jepang maka pemerintah Jepang memberikan kesempatan kepada para pekerja migran masuk ke Jepang dengan menggunakan visa sebagai tenaga kerja magang. Kebutuhan akan tenaga kerja magang dimanfaatkan oleh para tenaga kerja asing, termasuk tenaga kerja wanita yang berasal dari Bali untuk bekerja di Jepang.

Bekerja di negara dengan latas belakang bahasa dan budaya yang berbeda sudah barang tentu akan memberikan berbagai tantangan, diantaranya adalah 1) kendala yang disebabkan kurangnya penguasaan bahasa Jepang; 2) kendala dalam berinteraksi dengan rekan kerja yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda; dan 3) kendala terkait dengan sistem kerja dan budaya kerja.


(4)

4 KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa karena atas anugerahNya penelitian yang berjudul Tantangan yang Dihadapi Tenaga Kerja Wanita Asal Bali yang Bekerja di Jepang dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Penelitian ini disusun dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dalam bidang penelitian, pada Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana. Selain itu, penelitian ini juga dilaksanakan untuk mengetahui kondisi, motivasi, dan tantangan yang dihadapi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, demi kesempurnaan penelitian ini maka kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini, penulis haturkan terima kasih. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat.

Denpasar, Nopember 2015

Ni Luh Putu Ari Sulatri Ni Made Andry Anita Dewi


(5)

5 DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………. i

HALAMAN PENGESAHAN ………. ii

RINGKASAN ………. iii

PRAKATA ……….. iv

DAFTAR ISI ……….. v

I. PENDAHULUAN ……….. 1

II. TINJAUAN PUSTAKA……….. ……….. 5

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ……… 12

IV. METODE PENELITIAN ……….. 14

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 15

VI. SIMPULAN DAN SARAN ………. 21

DAFTAR PUSTAKA ………. 22 LAMPIRAN


(6)

6 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi Jepang yang pesat pada tahun 1970-an hingga tahun 1980-an atau yang dikenal dengan istilah economic boom telah membuat Jepang menjadi salah satu negara adidaya ekonomi. Dengan menguatnya perekonomian Jepang sebagian besar orang Jepang, khususnya generasi muda, lebih memilih pekerjaan yang masuk kategori white collar (pekerja kantoran) dan mulai meninggalkan pekerjaan yang masuk kategori blue collar (pekerja kasar) (Ishikawa, 1996). Selain menghindari pekerjaan yang masuk kategori blue collar, generasi muda Jepang juga cenderung menghindari untuk bekerja di perusahaan dan pabrik skala kecil dan menengah karena gaji yang rendah dan dipandang kurang bergengsi. Oleh karena itu, pada tahun 1980-an, Jepang mulai mengalami kekurangan tenaga kerja, khususnya untuk mengerjakan pekerjaan blue collar dan bekerja di perusahaan dan pabrik skala kecil dan menengah.

Pada tahun 1980-an, kekurangan tenaga kerja di Jepang, khususnya terjadi pada kawasan industri di sekitaran daerah metropolitan Tokyo. Perusahaan dan pabrik skala kecil di wilayah tersebut menggantungkan operasionalnya kepada tenaga kerja yang sudah tua dan mulai tidak produktif karena generasi muda Jepang lebih memilih untuk bekerja di perusahaan dan pabrik skala besar. Selain itu, terjadi juga kekurangan tenaga kerja blue collar atau pekerjaan yang tergolong ke dalam 3K, yaitu kitsui ‘berat’, kitanai ‘kotor’, dan kiken ‘berbahaya’, seperti bekerja sebagai buruh bangunan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut mulai didatangkan tenaga kerja asing dari Asia, termasuk Indonesia, ke Jepang untuk bekerja di perusahaan dan pabrik skala kecil dan mengerjakan pekerjaan blue collar (Lie, 2001:10).


(7)

7 Terjadinya kekurangan tenaga kerja di Jepang menjadikan Jepang sebagai salah satu negara tujuan bekerja bagi para tenaga kerja Indonesia, termasuk tenaga kerja wanita, yang ingin bekerja di luar negeri. Ditambah dengan keberhasilan ekonomi Jepang yang menciptakan citra Jepang sebagai negara yang kaya dan makmur sehingga menjadi salah satu faktor pendorong tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di Jepang. Jumlah tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Jepang sepanjang tahun 2006 hingga 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia yang Bekerja di Jepang Tahun 2006-2012

TAHUN TENAGA KERJA LAKI-LAKI

TENAGA KERJA WANITA

JUMLAH

2006 36 orang - 36 orang

2007 96 orang - 96 orang

2008 103 orang 129 orang 232 orang

2009 60 orang 302 orang 362 orang

2010 55 orang 178 orang 233 orang

2011 2.401 orang 107 orang 2.508 orang

2012 1.349 orang 92 orang 1.441 orang

Sumber: www.bnp2tki.go.id

Walaupun belum sebanyak di negara lainnya, seperti Arab Saudi dan Malaysia, Jepang mulai menjadi tujuan bekerja bagi tenaga kerja wanita asal Indonesia, termasuk Bali. Bagi wanita Bali, bekerja ke luar negeri memang belum menjadi kecenderungan yang tinggi. Hal ini salah satunya dilatarbelakangi oleh berbagai tradisi serta tanggung jawab adat dan menyama braya yang menyebabkan wanita Bali lebih memilih untuk tidak bekerja di luar Bali. Akan tetapi, dewasa ini jumlah tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di luar negeri, khususnya dalam hal ini Jepang mulai meningkat. Tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang pada umumnya diberangkatkan melalui broker serta agen tenaga kerja.

Program penempatan tenaga kerja wanita asal Bali ke luar negeri, termasuk Jepang tentu akan mampu mengurangi tingkat pengangguran di Propinsi Bali. Akan tetapi, karena bekerja di negara dengan budaya dan kebiasaan yang berbeda dapat menimbulkan berbagai macam permasalahan. Selain karena faktor bahasa, permasalahan para tenaga kerja wanita asal Bali salah satunya dipicu karena adanya kesalahan persepsi yang berkembang selama ini, yaitu Jepang


(8)

8 adalah negara yang didominasi oleh perusahaan skala besar, seperti Toyata, Mitsubishi, dan NEC, sehingga para calon tenaga kerja Indonesia asal Bali yang akan bekerja di Jepang memiliki bayangan akan bekerja di perusahaan dan pabrik skala besar dengan gaji yang besar. Padahal pada kenyataannya, Jepang menyandarkan ekonominya pada perusahaan skala kecil dan menengah (chuushou kigyou) dan para tenaga kerja asing pada umumnya akan bekerja di perusahaan skala kecil dan menengah yang memiliki karakteristik 1) jam kerja panjang; 2) level gaji yang rendah; dan 3) latar belakang pendidikan para pekerja rendah (Sugimoto, 2003:86-87).

Berbagai tantangan yang dihadapi oleh tenaga kerja wanita asal Bali perlu diteliti secara lebih mendalam untuk semakin meningkatkan produktivitas tenaga kerja wanita asal Bali ketika bekerja di Jepang. Selain itu, penelitian mengenai permasalahan tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang dapat dijadikan bahan kajian oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penempatan tenaga kerja di Jepang, seperti BPN2TKI dan pemerintah kabupaten di Propinsi Bali yang memiliki kerjasama penempatan tenaga kerja di Jepang sehingga pada masa mendatang sistem penempatan tenaga kerja wanita asal Bali di Jepang dapat semakin baik.

1.2 Perumusan Masalah

Sesuai dengan pemaparan yang telah diuraikan pada latar belakang, penelitian ini akan meneliti mengenai tantangan yang dihadapi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang. Untuk membahas hal tersebut penelitian ini melihat permasalahan dalam beberapa poin, yaitu

1. Bagaimanakah tipologi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang?

2. Apa motivasi tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang?

3. Apa tantangan yang dihadapi oleh tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang?


(9)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.1.1 Tenaga Kerja Asing di Jepang

Permasalahan mengenai tenaga kerja asing atau migran merupakan kajian yang banyak dikaji di Jepang karena Jepang menghadapi berbagai permasalahan terkait dengan tenaga kerja migran, seperti tingginya angka tenaga kerja asing ilegal hingga persoalan diskriminasi terhadap tenaga kerja asing. Salah satu kajian mengenai tenaga kerja migran di Jepang telah dilakukan oleh Koyama Kaoru dan Okamoto Masataka (2010) dalam artikelnya yang berjudul Migrants, Migrants Worker, Refugees, and Japan’s Immigration Policy yang membahas mengenai semakin meningkatnya tenaga kerja migran di Jepang.

Pada tahun 2008 diperkirakan terdapat 925.000 orang tenaga kerja migran dari berbagai negara yang bekerja di Jepang. Tingginya angka tenaga kerja migran menimbulkan berbagai macam permasalahan karena tidak semuan tenaga kerja migran ini bekerja di Jepang secara legal. Untuk mengatasi permasalahan ini berbagai kebijakan diambil oleh pemerintah Jepang, seperti memberikan hukuman penjara hingga 3 tahun dan denda hingga 2 juta yen kepada majikan yang diketahui mempekerjakan tenaga kerja asing ilegal. Selain itu, tenaga kerja migran yang bekerja di Jepang secara ilegal akan mendapatkan ancaman hukuman mulai dari denda hingga ancaman deportasi.

2.1.2 Tenaga Kerja Indonesia di Jepang

Tenaga kerja asal Indonesia juga telah lama turut mengisi bursa tenaga kerja asing di Jepang. Kajian mengenai tipologi tenaga kerja migran asal Indonesia yang bekerja di Jepang telah dilakukan oleh Romdiati (2003). Para pekerja migran Indonesia di Jepang dapat dikategorikan ke dalam empat kelompok, yaitu:

1. Para pekerja fulltime dengan dengan dokumen kerja yang legal


(10)

10 3. Mahasiswa yang bekerja paruh waktu

4. Pekerja ilegal.

Tenaga kerja Indonesia yang bekerja secara legal di Jepang pada umumnya bekerja d restoran, pubs, café sebagai juru masak, manajer, staf administrasi, atau staf pelayanan internasional. Sebagai tenaga kerja fulltime yang legal mereka menerima gaji dan bonus serta mendapatkan asuransi kesehatan dan pensiunan. Ada juga tenaga kerja Indonesia yang legal dengan keahlian yang rendah, biasanya mereka adalah suami atau istri dari warganegara Jepang yang bekerja secara paruh waktu. Status mereka yang memiliki pasangan warganegara Jepang memberikan kemudahan dan fleksibilitas untuk bekerja. Mereka biasanya mengerjakan pekerjaan kasar pada perusahaan skala kecil dan menengah. Tenaga kerja Indonesia yang legal dengan keahlian yang rendah pada umumnya terkonsentrasi di daerah industri Osaka dan wilayah Shizuoka dan Nagoya. Dengan rata-rata pendapatan per-jam 1.700 yen. Terdapat juga tenaga kerja Indonesia yang bekerja di restoran, karaoke bar, dan pubs. Para tenaga kerja yang bekerja di bidang hiburan ini masuk ke Jepang dengan visa budaya yang berlaku selama enam bulan dan setelah enam bulan berikutnya mereka akan digantikan oleh kelompok yang baru. Mereka menerima gaji, asuransi kesehatan, dan garansi biaya pesawat ke Indonesia.

Selain pekerja tetap, terdapat juga pekerja magang asal Indonesia yang pada umumnya magang di wilayah Osaka, Nagano, dan Kanto. Para peserta magang asal Indonesia rata-rata berusia 20 tahun hingga awal 30 tahun, dengan tingkat pendidikan minimal SMA, dan berjenis kelamin laki-laki. Para peserta magang pada umumnya bekerja di sektor manufaktur. Tenaga kerja asal Indonesia yang bekerja secara ilegal di Jepang diperkiran jumlahnya juga cukup tinggi walaupun tidak ada data yang spesifik. Tenaga kerja ilegal asal Indonesia dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu:

1. Pekerja yang masuk ke Jepang dengan menggunakan visa turis atau budaya tetapi melanggar ketentuan visa mereka dengan bekerja.

2. Pekerja yang izin kerjanya telah berakhir tetapi tetap bekerja di Jepang.


(11)

11 3. Peserta magang yang meninggalkan tempat kerja mereka dan bekerja

di pabrik dengan gaji dan kondisi kerja yang lebih baik.

Kajian mengenai tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Jepang juga telah dilakukan oleh Hamzali (2011) dalam artikel yang berjudul The Concern and Motivation of Indonesian Nurses and Care Workers in Japan in the Frame of IJ -EPA (Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement). Kajian ini lebih memfokuskan kepada tenaga kerja Indonesia yang bekerja magang di Jepang sebagai perawat dan care workers dalam kerangka Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement (IJ-EPA). Faktor pendorong tenaga kerja perawat dan care workers asal Indonesia bekerja di Jepang adalah 1) standar hidup Indonesia yang lebih rendah dibandingkan dengan Jepang dan 2) kesempatan kerja di Indonesia yang rendah. Faktor penarik tenaga kerja perawat dan care workers asal Indonesia bekerja di Jepang adalah 1) standar dan kualitas hidup di Jepang yang lebih tinggi; 2) citra Jepang sebagai negara yang maju, modern, dan memiliki teknologi yang canggih; dan 3) peluang kerja yang lebih baik di Jepang.

2.1.3 Kebijakan Keimigrasian dan Ketenagakerjaan di Jepang

Pada tahun 1990 Jepang melaksanakan revisi terhadap Undang-Undang Keimigrasian. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya tenaga kerja asing yang tidak memiliki keahlian ke Jepang dan membuka pintu yang luas bagi tenaga kerja asing yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang tinggi untuk masuk ke Jepang. Ada empat hal dasar yang direvisi dalam undang-undang ini, yaitu:

1. Memodernisasi, mempercepat, dan memenuhi pelayanan administrasi yang lebih baik dalam hal pemeriksaan keimigrasian.

2. Untuk menerima tenaga kerja asing yang memiliki keahlian teknis dan khusus yang tinggi.

3. Untuk memperluas sistem pelatihan tenaga kerja sehingga memperbesar kontribusi bagi masyarakat internasional dan mempromosikan kerjasama internasional.

4. Untuk mencegah masuknya orang asing yang sengaja datang ke Jepang untuk bekerja secara ilegal.


(12)

12 Hal yang perlu diperhatikan dalam revisi undang-undang ini adalah adanya upaya untuk mengelompokan tenaga kerja migran menjadi tenaga kerja yang diizinkan untuk bekerja dan yang tidak diizinkan untuk bekerja. Untuk dapat bekerja di Jepang tenaga kerja asing harus memiliki izin untuk bekerja dan memiliki kategori keahlian tertentu.

Amandemen Undang-Undang Keimigrasian juga menggantikan sistem pelatihan tenaga kerja yang lama dengan Technical Intern Training Program. Melalui program ini, Jepang dapat membagikan keahlian teknisnya kepada negara-negara yang berkembang. Pada saat yang bersamaan, perusahaan skala kecil dan menengah yang ada di Jepang yang mendapatkan tekanan besar dalam persaingan secara internasional akan mendapatkan akses tenaga kerja melalui tenaga kerja migran. Program pelatihan ini dikelola oleh The Japan International Training Cooperation Organization (JITCO). JITCO bertanggung jawab untuk mendistribusikan tenaga kerja kepada perusahaan-perusahaan skala kecil dan menengah yang ada di Jepang. Melalui program pelatihan yang baru ini, tenaga kerja asing masuk ke Jepang dengan menggunakan visa sebagai peserta magang yang berlaku selama satu tahun. Setelah satu tahun para tenaga kerja asing ini akan diklasifikasikan kembali sebagai intern technical dan masa kerja mereka di Jepang akan diperpanjang hingga kurun waktu 3 tahun. Para peserta magang ini harus meluangkan 9 bulan pertama mereka untuk mempelajari “keahlian baru” yang selanjutnya diikuti oleh “on the job training”.

Akan tetapi, peserta magang mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan tenaga kerja tetap, khususnya dalam hal gaji dan hak-hak ketenagakerjaan. Mereka hanya mendapatkan tunjanga magang, bukan gaji seperti para pekerja tetap, dan hal ini tentu saja akan menguntungkan bagi perusahaan yang mempekerjakan mereka. Selain itu, karena pemerintah Jepang tidak memiliki sistem kontrol yang resmi terhadap program magang ini sehingga sangat terbuka peluang perusahaan menyalahgunakan program ini demi keuntungan mereka dengan menggunakan tenaga kerja asing yang dapat dibayar secara murah melalui pelaksaan on the job training yang semu. Tenaga kerja asing yang tidak memiliki keahlian yang khusus ini biasanya bekerja sebagai tenaga kerja tidak tetap di pabrik dan konstruksi mereka melaksanakan pekerjaan yang berat dan berbahaya


(13)

13 yang biasanya dihindari oleh para pekerja Jepang. Pekerjaan semacam ini biasanya memiliki gaji yang rendah tanpa perlindungan asuransi kerja.

2.2 Kerangka Teori

Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 2.2.1 Teori Migrasi Ekonomi

Untuk mengkaji motivasi tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang digunakan teori migrasi, khususnya teori migrasi tenaga kerja. Teori migrasi paling awal dikemukan oleh Ernest Ravenstein yang menyebutkan bahwa migrasi terkait erat dengan faktor penarik dan faktor pendorong. Salah satu dasar orang untuk melakukan migrasi adalah untuk mendapatkan kesempatan ekonomi yang lebih baik. Salah satu teori yang menjelaskan migrasi internasional, khususnya migrasi tenaga kerja adalah teori ekonomi neoklasik yang menyebutkan bahwa (Harris J.R. dan Todaro M.P., 1970) :

1. Penyebab utama migrasi tenaga kerja adalah adanya perbedaan upah antara negara pengirim tenaga kerja dengan negara penerima tenaga kerja.

2. Migrasi tenaga kerja internasional dipengaruhi oleh mekanisme pasar tenaga kerja.

3. Migrasi tenaga kerja internasional dapat dikontrol oleh pemerintah melalui regulasi pasar tenaga kerja, baik oleh negara pengirim maupun penerima tenaga kerja.

2.2.2 Teori Motivasi

Selain teori migrasi, untuk mengkaji motivasi tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang digunakan teori motivasi dari Abraham H. Maslow. Manusia bekerja pada dasarnya adalah untuk memenuhi beragam kebutuhan. Maslow mengambarkan hirarki kebutuhan manusia ke dalam piramida yang terdiri dari lima tingkat yang terdiri dari 1) kebutuhan fisiologis; 2) kebutuhan akan rasa aman; 3) kebutuhan sosial; 4) kebutuhan akan penghargaan; dan 5) kebutuhan akan aktualiasi diri (Miller, F.P., et al. 2009:19).


(14)

14 2.2.3 Teori Konflik

Untuk mengkaji mengenai tantangan yang dihadapi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang digunakan teori konflik. Salah satu teori konflik dikemukan oleh Randall Collins. Teori konflik yang dikemukan oleh Collins bersifat interegatif karena berorientasi mikro. Dalam teorinya Collins memusatkan kepada stratifikasi sosial karena stratifikasi sosial menyentuh berbagai cirri kehidupan. Individu dipandang memiliki sifat sosial tetapi sangat mudah berkonflik dalam hubungan sosial mereka. Setiap individu berupaya untuk memaksimalkan status subjektif mereka dan hal itu dapat menimbulkan konflik karena kepentingan yang saling bertentangan. Pendekatan konflik terhadap stratifikasi dapat dilihat melalui prinsip (Ritzer, G. dan Goodman, D.J. 2011: 160-164):

1. Setiap individu hidup di dalam dunia subjektif yang dibangun sendiri.

2. Individu lain mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi atau mengontrol pengalaman subjektif seorang individu.


(15)

15 BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini dikelompokan menjadi dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Masing-masing tujuan akan dijabarkan sebagai berikut.

3.1.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi, permasalahan, serta tantangan yang dihadapi oleh tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di luar negeri.

3.1.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tipologi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang. 2. Mengetahui motivasi tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang. 3. Mengetahui tantangan yang dihadapi tenaga kerja wanita asal Bali yang

bekerja di Jepang.

3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dibagi menjadi manfaat umum dan manfaat khusus yang akan dijabarkan berikut ini.

3.2.1 Manfaat Umum

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui kondisi, permasalahan, serta tantangan yang dihadapi oleh tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di luar negeri, khususnya yang bekerja di Jepang. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi calon tenaga kerja wanita asal Bali, pihak penyalur tenaga kerja, serta pemerintah guna meningkatkan kuantitas, kualitas, dan produktifitas calon tenaga kerja wanita asal Bali yang akan bekerja di luar negeri.


(16)

16 3.2.2 Manfaat Khusus

Secara khusus penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk

1. Memberikan informasi terkait dengan tipologi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang.

2. Memberikan informasi mengenai motivasi yang mendorong tenaga kerja wanita asal Bali untuk bekerja di Jepang.

3. Memberikan informasi mengenai tantangan yang dihadapi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang.


(17)

17 BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai tantangan yang dihadapi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif disebut sebagai participant-observation karena peneliti yang harus menjadi instrumen utama dalam pengumpulan data dengan cara mengobservasi langsung objek yang ditelitinya. Penelitian kualitatif disebut juga verstehen (pemahaman mendalam) karena mempertanyakan makna suatu objek secara mendalam dan tuntas (Irawan, 2007:4).

Metodologi memegang peranan yang sangat penting dalam penelitian kualitatif. Kesalahan dalam penentuan metodologi akan mempengaruhi seluruh proses penelitian (Irawan, 2007:49). Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku dan orang-orang yang diamati. Metode penelitian kualitatif mengarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh) (Bodgan dan Taylor via Basrowi dan Suwandi, 2008:21).

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara sebagai pemberi pertanyaan dengan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban (Basrowi dan Suwandi, 2008:127). Informan yang diwawancarai adalah tenaga kerja wanita asal Bali yang saat ini (tahun 2015) tengah bekerja di Jepang. Informan yang diwawancarai berjumlah 14 orang tenaga kerja wanita asal Bali.

Metode wawancara dilakukan dengan wawancara baku terbuka, yaitu wawancara dengan menggunakan seperangkat pertanyaan baku (Basrowi dan Suwandi, 2008:128). Wawancara kepada informan yang sedang bekerja di Jepang akan diawali dengan pengiriman pertanyaan melalui email dan dilanjutkan dengan wawancara menggunakan media yahoo messager atau skype.


(18)

18 BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Tipologi Tenaga Kerja Wanita Asal Bali yang Bekerja di Jepang Di dalam penelitian ini terdapat empat belas (14) informan yang telah diwawancarai. Berikut ini akan disajikan data terkait dengan tipologi informan yang merupakan tenaga kerja wanita asal Bali yang saat ini (tahun 2015) tengah bekerja di Jepang.

Tabel 2. Usia, Daerah Asal, Pendidikan Terakhir, dan Status Perkawinan

NO INFORMAN USIA DAERAH ASAL

PENDIDIKAN TERAKHIR

STATUS PERKAWINAN

1. I.1 26 Mendoyo,

Jembrana

S1 Belum Kawin

2. I.2 23 Klungkung S1 Belum Kawin

3. I.3 23 Tabanan S1 Belum Kawin

4. I.4 22 Tabanan SMA Belum Kawin

5. I.5 25 Denpasar S1 Belum Kawin

6. I.6 23 Badung S1 Belum Kawin

7. I.7 24 Jembrana S1 Belum Kawin

8. I.8 24 Denpasar S1 Belum Kawin

9. I.9 26 Abiansemal,

Badung

S1 Belum Kawin

10. I.10 25 Gianyar D3 Belum Kawin

11. I.11 26 Tabanan S1 Belum Kawin

12. I.12 23 Denpasar S1 Belum Kawin

13. I.13 25 Badung S1 Belum Kawin

14. I.14 23 Gianyar D3 Belum Kawin

Berdasarkan data pada tabel 2 dapat diketahui bahwa rentang usia dari informan yang merupakan tenaga kerja wanita asal Bali yang saat ini tengah bekerja di Jepang > 20 tahun < 30 tahun. Para tenaga kerja wanita tersebut berasal dari berbagai kabupaten yang ada di propinsi Bali, yaitu Jembrana (2 orang), Klungkung (1 orang), Tabanan (3 orang), Denpasar (3 orang), Badung (3 orang), dan Gianyar (2 orang). Dari latar belakang pendidikan dapat diketahui bahwa tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang memiliki kualifikasi pendidikan yang tinggi karena dari total 14 orang informan, 11 orang merupakan


(19)

19 lulusan strata satu, 2 orang merupakan lulusan program diploma tiga, dan hanya satu orang yang merupakan lulusan sekolah menengah atas. Berikut ini akan dibahas mengenai jenis perkerjaan serta status pekerjaan dari 14 orang informan pada penelitian ini.

Tabel 3. Jenis Pekerjaan dan Status Pekerjaan

NO INFORMAN JENIS PEKERJAAN STATUS PEKERJAAN

1. I.1 Pegawai perusahaan

laundry

Pegawai magang

2. I.2 Front Office Staff Pegawai paruh waktu 3. I.3 Pegawai toko bunga Pegawai paruh waktu

4. I.4 Pegawai perusahaan

laundry

Pegawai magang

5. I.5 Pelayan restoran Pegawai paruh waktu 6. I.6 House keeping Pegawai paruh waktu

7. I.7 Asisten koki Pegawai magang

8. I.8 Pegawai perusahaan

pengolahan makanan

Pegawai magang

9. I.9 Pegawai perusahaan

laundry

Pegawai magang

10. I.10 Pegawai perusahaan pengolahan makanan

Pegawai magang

11. I.11 House keeping Pegawai paruh waktu 12. I.12 Pelayan restoran Pegawai paruh waktu 13. I.13 Pegawai perusahaan

laundry

Pegawai magang

14. I.14 Pegawai perusahaan pengolahan makanan

Pegawai magang

Berdasarkan data pada tabel 3 dapat diketahui bahwa tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang pada umumnya bekerja pada perusahaan skala kecil dan menengah. Status pekerjaan dari para tenaga kerja wanita adalah pegawai magang dan juga pegawai paruh waktu

Tabel 4. Daerah Tempat Bekerja dan Lama Bekerja

NO INFORMAN DAERAH TEMPAT BEKERJA LAMA BEKERJA 1. I.1 Odawarashi, Prefecture Kanagawa 2 tahun 10 bulan

2. I.2 Kinugawa Onsen Ohara, Nikko,

Prefecture Tochigi

8 bulan


(20)

20 4. I.4 Odawarashi, Prefecture Kanagawa 2 tahun

5. I.5 Nagoya 2 tahun

6. I.6 Shiabara, Tochigi Perfecture 7 bulan

7. I.7 Tochigi Perfecture 3 bulan

8. I.8 Chiba 1 tahun 6 bulan

9. I.9 Odawarashi, Prefecture Kanagawa 2 tahun 9 bulan

10. I.10 Nagoya 8 bulan

11. I.11 Tochigi Perfecture 6 bulan

12. I.12 Chiba 4 bulan

13. I.13 Odawarashi, Prefecture Kanagawa 1 tahun 4 bulan

14. I.14 Nagoya 1 tahun 5 bulan

Berdasarkan data pada tabel 4 dapat diketahui bahwa daerah tempat bekerja para tenaga kerja wanita asal Bali tersebar dari perfektur Chiba, Nagoya, Kanagawa, Tochigi, dan Sendai. Masa kerja mereka di Jepang berkisar antara 2 bulan hingga 2 tahun 10 bulan.

Tabel 5. Penguasaan Bahasa Jepang NO INFORMAN MENGUASAI BAHASA

JEPANG SEBELUM BERANGKAT

JLPT

1. I.1 IYA N3

2. I.2 IYA N4

3. I.3 IYA N3

4. I.4 IYA N3

5. I.5 IYA N2

6. I.6 IYA -

7. I.7 IYA N4

8. I.8 IYA N2

9. I.9 IYA N4

10. I.10 IYA -

11. I.11 IYA N4

12. I.12 IYA N3

13. I.13 IYA -

14. I.14 IYA -

Ketika bekerja di Jepang penguasaan terhadap bahasa Jepang sangat penting bagi para tenaga kerja migran. Oleh karena itu, semua tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang telah membekali diri dengan pengetahuan terkait bahasa Jepang sebelum berangkat ke Jepang. Tingkat penguasaan bahasa Jepang


(21)

21 para informan berkisar antara N4 hingga N2 pada Japanese Language Proficiency Test.

4.2 Motivasi Tenaga Kerja Wanita Asal Bali Bekerja di Jepang

Terdapat berbagai motivasi yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk bekerja di luar negeri. Motivasi yang mendorong wanita asal Bali untuk bekerja di luar negeri adalah sebagai berikut:

1. Ingin Mendapatkan Kesempatan Ekonomi yang Lebih Baik

Salah satu motivasi utama seorang individu bekerja di luar negeri adalah untuk mendapatkan kesempatan ekonomi yang lebih baik. Hal ini dipicu karena adanya perbedaan upah antara negara pengirim tenaga kerja dengan negara penerima tenaga kerja sesuai dengan teori migrasi tenaga kerja. Kondisi ini pula yang menyebabkan tenaga kerja wanita asal Bali memilih untuk bekerja di Jepang.

Di Jepang upah minimum terendah yang diterima buruh sekitar enam belas juta rupiah. Angka ini tentu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan upah minimu di Indonesia sehingga hal ini menjadi salah satu pendorong tenaga kerja wanita asal Bali untuk bekerja di Jepang. Meskipun biaya hidup di Jepang juga tinggi tetapi gaji bersih yang akan diterima tetap dipandang lebih besar dibandingkan dengan bekerja di Indonesia.

2. Ingin Mendapatkan Pengalaman Baru dan Memperkaya Wawasan Bekerja di luar negeri sudah barang tentu akan memberikan pengalaman baru bagi tenaga kerja wanita asal Bali. Bekerja di negara dengan budaya dan bahasa yang berbeda akan memberikan wawasan yang berbeda. Hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi diri yang dimiliki manusia.

3. Ingin Merasakan Kehidupan di Luar Negeri

Pernah bermukim di luar negeri akan memberikan suatu perasaan bangga bagi sebagian individu. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang memiliki kesempatan untuk dapat bekerja serta bermukim di luar negeri. Kebanggaan ini merupakan wujud dari kebutuhan individu akan suatu penghargaan.


(22)

22 4. Ingin Mempelajari Budaya Kerja di Luar Negeri

Negara yang berbeda sudah barang tentu memiliki sistem budaya kerja yang berbeda. Pernah bekerja di luar negeri akan memberikan pengalaman kerja yang berbeda yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari individu.

Dari berbagai negara yang ada di dunia Jepang menjadi salah satu negara tujuan bagi banyak tenaga kerja migran untuk bekerja. Bagi tenaga kerja wanita asal Bali pemilihan Jepang sebagai negara untuk bekerja dikarenakan alasan-alasan berikut ini.

1. Jepang negara yang aman dengan tingkat kriminalitas yang tidak terlalu tinggi.

2. Jepang memiliki kebudayaan yang menarik 3. Jepang merupakan salah satu negara yang maju 4. Masyarakat Jepang memiliki etos kerja yang tinggi

5. Jepang merupakan negara impian yang sangat ingin dikunjungi

4.3 Tantangan yang Dihadapi Tenaga Kerja Asal Bali yang Bekerja di Luar Negeri

Bekerja di luar negeri tentu memberikan berbagai tantangan yang harus diatasi oleh para tenaga kerja wanita asal Bali. Tantangan yang dihadapi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang, diantaranya adalah:

1. Jam Kerja Hingga Larut Malam

Salah satu kendala yang dihadapi oleh tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang adalah jam kerja yang mengharuskan mereka bekerja hingga larut malam. Bagi seorang wanita pulang larut malam tentu memberikan perasaan was-was. Meskipun Jepang tergolong negara yang aman akan tetapi di malam hari biasanya di jalan dan di kereta, banyak laki-laki yang dalam kondisi mabuk dikarenakan baru habis minum-minum setalah pulang bekerja.


(23)

23 Meskipun sebelum berangkat ke Jepang para tenaga kerja wanita telah memiliki bekal bahasa Jepang akan tetapi di dalam lingkungan kerja tetap ditemukan kendala dikarenakan masih banyak kosakata yang digunakan di lingkungan kerja yang belum dikuasai dan lawan bicara yang berbicara terlalu cepat ataupun menggunakan dialek yang bersifat kedaerahan.

3. Jam Lembur yang Terlalu Panjang

Dikarenakan tenaga kerja wanita asal Bali pada umumnya bekerja di perusahaan skala kecil dan menengah dengan jumlah tenaga kerja yang tidak terlalu banyak sehingga apabila ada pesenan yang banyak mereka harus melaksanakan jam lembur yang panjang.

4. Kendala dalam Berinteraksi dengan Rekan Kerja

Bekerja dengan rekan kerja yang merupakan orang asing merupakan suatu tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan tidak semua rekan kerja dapat menerima orang asing atau wanita untuk bekerja bersama dengan mereka.


(24)

24 BAB VI

KESIMPULAN

Bagi tenaga kerja wanita asal Bali, Jepang menjadi salah satu negara tujuan untuk bekerja. Hal ini didasari karena Jepang dipandang sebagai negara yang relatif aman bagi tenaga kerja migran wanita dengan tingkat kriminalitas yang tidak begitu tinggi. Selain itu, Jepang yang termasuk ke dalam negara dengan perekonomian yang cukup tinggi juga menjadi faktor penarik tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang.

Berbagai motivasi mendorong tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang, diantaranya adalah ingin mendapatkan kesempatan ekonomi yang lebih baik. Hal ini dikarenakan upah minimum yang mereka terima di Jepang lebih tinggi dibandingkan bila mereka bekerja di Indonesia. Meskipun biaya hidup di Jepang cukup tinggi, akan tetapi sebagian besar tenaga kerja wanita asal Bali masih bisa menabung sebagian gaji mereka dan mengirimkan untuk keluarga yang ada di Bali. Selain itu, keinginan untuk menambah pengalaman dengan merasakan kehidupan di luar negeri serta sistem kerja di luar negeri juga menjadi salah satu motivasi tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang. Pengalaman ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan mereka sehingga dapat mempermudah mereka untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik saat kembali pulang ke Indonesia.

Bekerja di Jepang memberikan berbagai tantangan bagi tenaga kerja wanita asal Bali. Tantangan ini disebabkan karena adanya perbedaan budaya dan bahasa. Berinteraksi dengan rekan kerja yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda tentu merupakan suatu tantangan. Selain itu, perbedaan bahasa juga menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para tenaga kerja wanita asal Bali.


(25)

25 DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Depok: DIA Fisip Universitas Indonesia.

Lie, John. 2001. Multiethnic Japan. Massachusetts: Harvard University Press. Miller, F.P., et al. 2009. Motivation. USA: Alphascript Publishing.

Ritzer, Goerge dan Goodman, Douglas J. 2011. Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam dialihbahasakan oleh Alimandan dari buku Modern Sociological Theory 6th Edition. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugimoto, Yoshio. 2003. An Introduction to Japanese Society. Cambridge: Cambridge University Press.

SUMBER INTERNET

BNP2TKI. 2012. Penempatan Berdasarkan Jenis Kelamin (2006-2012). http://www.bnp2tki.go.id/statistik-penempatan/6758-penempatan-berdasarkan-jenis-kelamin-2006-2012.html


(26)

26 BNP2TKI. 2014. Penempatan TKI Perawat G to G ke Jepang Capai 1048 Orang. http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/9250-penempatan-tki-perawat-g-to-g-ke-jepang-capai-1048-orang.html

Hamzali, Mutiawanthi. 2011. The Concern and Motivation of Indonesian Nurses and Care Workers in Japan in the Frame of IJ-EPA (Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement). http://publication.nichibun.ac.jp/region/.../article.pdf.

Harris, J.R. dan Todaro M.P. 1970. Migration, Unemployment and Developement: a Two-Sector Analysis. http://www.aeaweb.org/aer/top20/60.1.126-142.pdf.

Ishikawa, Yuka. 1996. Migrant Workers in Japan artikel pada jurnal Japan Focus

Volume 4 June 1996.

http://www.hurights.or.jp/archives/focus/section2/1996/06/migrant-workers-in-japan.html

Koyama Kaoru dan Okamoto Masataka. 2010. Migrants, Migrants Worker, Refugees, and Japans Immigration Policy artikel dalam NGO Report Regarding the Rights of Non-Japanese Nationals, Minorities, of Foreign Origin, and Refugees in Japan. www2.ohchr.org/.../ngos/SNMJ_Japan_76.doc

Romdiati, Haning. 2003. Indonesian Migrant Workers in Japan: Typology and Human Rights. Sumber: http://kyotoreview.cseas.kyoto-u.ac.jp/issue/issue3/article_293.html.


(1)

21 para informan berkisar antara N4 hingga N2 pada Japanese Language Proficiency Test.

4.2 Motivasi Tenaga Kerja Wanita Asal Bali Bekerja di Jepang

Terdapat berbagai motivasi yang menyebabkan seseorang memutuskan untuk bekerja di luar negeri. Motivasi yang mendorong wanita asal Bali untuk bekerja di luar negeri adalah sebagai berikut:

1. Ingin Mendapatkan Kesempatan Ekonomi yang Lebih Baik

Salah satu motivasi utama seorang individu bekerja di luar negeri adalah untuk mendapatkan kesempatan ekonomi yang lebih baik. Hal ini dipicu karena adanya perbedaan upah antara negara pengirim tenaga kerja dengan negara penerima tenaga kerja sesuai dengan teori migrasi tenaga kerja. Kondisi ini pula yang menyebabkan tenaga kerja wanita asal Bali memilih untuk bekerja di Jepang.

Di Jepang upah minimum terendah yang diterima buruh sekitar enam belas juta rupiah. Angka ini tentu jauh lebih tinggi dibandingkan dengan upah minimu di Indonesia sehingga hal ini menjadi salah satu pendorong tenaga kerja wanita asal Bali untuk bekerja di Jepang. Meskipun biaya hidup di Jepang juga tinggi tetapi gaji bersih yang akan diterima tetap dipandang lebih besar dibandingkan dengan bekerja di Indonesia.

2. Ingin Mendapatkan Pengalaman Baru dan Memperkaya Wawasan Bekerja di luar negeri sudah barang tentu akan memberikan pengalaman baru bagi tenaga kerja wanita asal Bali. Bekerja di negara dengan budaya dan bahasa yang berbeda akan memberikan wawasan yang berbeda. Hal ini merupakan salah satu wujud aktualisasi diri yang dimiliki manusia.

3. Ingin Merasakan Kehidupan di Luar Negeri

Pernah bermukim di luar negeri akan memberikan suatu perasaan bangga bagi sebagian individu. Hal ini dikarenakan tidak setiap orang memiliki kesempatan untuk dapat bekerja serta bermukim di luar negeri. Kebanggaan ini merupakan wujud dari kebutuhan individu akan suatu penghargaan.


(2)

22 4. Ingin Mempelajari Budaya Kerja di Luar Negeri

Negara yang berbeda sudah barang tentu memiliki sistem budaya kerja yang berbeda. Pernah bekerja di luar negeri akan memberikan pengalaman kerja yang berbeda yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas dari individu.

Dari berbagai negara yang ada di dunia Jepang menjadi salah satu negara tujuan bagi banyak tenaga kerja migran untuk bekerja. Bagi tenaga kerja wanita asal Bali pemilihan Jepang sebagai negara untuk bekerja dikarenakan alasan-alasan berikut ini.

1. Jepang negara yang aman dengan tingkat kriminalitas yang tidak terlalu tinggi.

2. Jepang memiliki kebudayaan yang menarik 3. Jepang merupakan salah satu negara yang maju 4. Masyarakat Jepang memiliki etos kerja yang tinggi

5. Jepang merupakan negara impian yang sangat ingin dikunjungi

4.3 Tantangan yang Dihadapi Tenaga Kerja Asal Bali yang Bekerja di Luar Negeri

Bekerja di luar negeri tentu memberikan berbagai tantangan yang harus diatasi oleh para tenaga kerja wanita asal Bali. Tantangan yang dihadapi tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang, diantaranya adalah:

1. Jam Kerja Hingga Larut Malam

Salah satu kendala yang dihadapi oleh tenaga kerja wanita asal Bali yang bekerja di Jepang adalah jam kerja yang mengharuskan mereka bekerja hingga larut malam. Bagi seorang wanita pulang larut malam tentu memberikan perasaan was-was. Meskipun Jepang tergolong negara yang aman akan tetapi di malam hari biasanya di jalan dan di kereta, banyak laki-laki yang dalam kondisi mabuk dikarenakan baru habis minum-minum setalah pulang bekerja.


(3)

23 Meskipun sebelum berangkat ke Jepang para tenaga kerja wanita telah memiliki bekal bahasa Jepang akan tetapi di dalam lingkungan kerja tetap ditemukan kendala dikarenakan masih banyak kosakata yang digunakan di lingkungan kerja yang belum dikuasai dan lawan bicara yang berbicara terlalu cepat ataupun menggunakan dialek yang bersifat kedaerahan.

3. Jam Lembur yang Terlalu Panjang

Dikarenakan tenaga kerja wanita asal Bali pada umumnya bekerja di perusahaan skala kecil dan menengah dengan jumlah tenaga kerja yang tidak terlalu banyak sehingga apabila ada pesenan yang banyak mereka harus melaksanakan jam lembur yang panjang.

4. Kendala dalam Berinteraksi dengan Rekan Kerja

Bekerja dengan rekan kerja yang merupakan orang asing merupakan suatu tantangan tersendiri. Hal ini dikarenakan tidak semua rekan kerja dapat menerima orang asing atau wanita untuk bekerja bersama dengan mereka.


(4)

24 BAB VI

KESIMPULAN

Bagi tenaga kerja wanita asal Bali, Jepang menjadi salah satu negara tujuan untuk bekerja. Hal ini didasari karena Jepang dipandang sebagai negara yang relatif aman bagi tenaga kerja migran wanita dengan tingkat kriminalitas yang tidak begitu tinggi. Selain itu, Jepang yang termasuk ke dalam negara dengan perekonomian yang cukup tinggi juga menjadi faktor penarik tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang.

Berbagai motivasi mendorong tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang, diantaranya adalah ingin mendapatkan kesempatan ekonomi yang lebih baik. Hal ini dikarenakan upah minimum yang mereka terima di Jepang lebih tinggi dibandingkan bila mereka bekerja di Indonesia. Meskipun biaya hidup di Jepang cukup tinggi, akan tetapi sebagian besar tenaga kerja wanita asal Bali masih bisa menabung sebagian gaji mereka dan mengirimkan untuk keluarga yang ada di Bali. Selain itu, keinginan untuk menambah pengalaman dengan merasakan kehidupan di luar negeri serta sistem kerja di luar negeri juga menjadi salah satu motivasi tenaga kerja wanita asal Bali bekerja di Jepang. Pengalaman ini diharapkan dapat meningkatkan ketrampilan mereka sehingga dapat mempermudah mereka untuk mendapatkan kesempatan kerja yang lebih baik saat kembali pulang ke Indonesia.

Bekerja di Jepang memberikan berbagai tantangan bagi tenaga kerja wanita asal Bali. Tantangan ini disebabkan karena adanya perbedaan budaya dan bahasa. Berinteraksi dengan rekan kerja yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda tentu merupakan suatu tantangan. Selain itu, perbedaan bahasa juga menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para tenaga kerja wanita asal Bali.


(5)

25 DAFTAR PUSTAKA

SUMBER BUKU

Basrowi dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Depok: DIA Fisip Universitas Indonesia.

Lie, John. 2001. Multiethnic Japan. Massachusetts: Harvard University Press. Miller, F.P., et al. 2009. Motivation. USA: Alphascript Publishing.

Ritzer, Goerge dan Goodman, Douglas J. 2011. Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam dialihbahasakan oleh Alimandan dari buku Modern Sociological Theory 6th Edition. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugimoto, Yoshio. 2003. An Introduction to Japanese Society. Cambridge: Cambridge University Press.

SUMBER INTERNET

BNP2TKI. 2012. Penempatan Berdasarkan Jenis Kelamin (2006-2012). http://www.bnp2tki.go.id/statistik-penempatan/6758-penempatan-berdasarkan-jenis-kelamin-2006-2012.html


(6)

26 BNP2TKI. 2014. Penempatan TKI Perawat G to G ke Jepang Capai 1048 Orang. http://www.bnp2tki.go.id/berita-mainmenu-231/9250-penempatan-tki-perawat-g-to-g-ke-jepang-capai-1048-orang.html

Hamzali, Mutiawanthi. 2011. The Concern and Motivation of Indonesian Nurses and Care Workers in Japan in the Frame of IJ-EPA (Indonesian-Japan Economic Partnership Agreement). http://publication.nichibun.ac.jp/region/.../article.pdf.

Harris, J.R. dan Todaro M.P. 1970. Migration, Unemployment and Developement: a Two-Sector Analysis. http://www.aeaweb.org/aer/top20/60.1.126-142.pdf.

Ishikawa, Yuka. 1996. Migrant Workers in Japan artikel pada jurnal Japan Focus

Volume 4 June 1996.

http://www.hurights.or.jp/archives/focus/section2/1996/06/migrant-workers-in-japan.html

Koyama Kaoru dan Okamoto Masataka. 2010. Migrants, Migrants Worker, Refugees, and Japans Immigration Policy artikel dalam NGO Report Regarding the Rights of Non-Japanese Nationals, Minorities, of Foreign Origin, and Refugees in Japan. www2.ohchr.org/.../ngos/SNMJ_Japan_76.doc

Romdiati, Haning. 2003. Indonesian Migrant Workers in Japan: Typology and Human Rights. Sumber: http://kyotoreview.cseas.kyoto-u.ac.jp/issue/issue3/article_293.html.