PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM.
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana S1 pendidikan biologi
oleh: Helmi Nashrulhaq
NIM 1106495
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015
(2)
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Oleh: Helmi Nashrulhaq
1106495
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Helmi Nashrulhaq 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, Dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lain tanpa izin dari penulis.
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Oleh: Helmi Nashrulhaq
NIM. 1106495
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Achmad Munandar, M.Pd. NIP. 194907131976031002
Pembimbing II,
Dr. Hj. Widi Purwianingsih, M.Si NIP. 196209211991012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Biologi,
Dr. Bambang Supriatno, MS. NIP. 196305011988031002
(4)
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa SMA melalui pembelajaran discovery learning pada pokok bahasan enzim. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XII MAN Ciparay Bandung. Metode yang digunakan adalah metode quasy eksperimen. Instrumen yang digunakan berupa soal
pretest dan posttest yang berjumlah 25 soal, serta lembar observasi keterlaksanaan sintaks
pembelajaran discovery learning. Pengolahan data meliputi pemberian skor, tabulasi, uji prasyarat, uji hipotesis dan analisis indeks gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara nilai rata-rata penguasaan konsep kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran discovery learning dibandingkan dengan kelas kontrol sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa N-Gain kelas eksperimen yaitu sebesar 0,44 dan termasuk kategori sedang lebih besar dibandingkan dengan N-Gain kelas kontrol sebesar 0,29 yang masuk dalam kategori rendah. Keterlaksanaan tahapan pembelajaran discovery
learning pada pokok bahasan enzim terlaksana dengan baik pada tahapan observation, manipulation dan verification serta terlaksana dengan cukup pada tahapan generalization
dan application.
(5)
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT
This study aimed to identifiy the difference of senior high school student concept understanding through discovery learning in subconcept enzyme. This study was done on class XII Senior High School Islamic I (MANI) Ciparay Bandung. The method used quasy experiment. Instrument used was a pretest and posttes contains twenty five question, observation sheets of feasibility syntax of discovery learning. Data processing include scoring, tabulation, test prerequisities, test hypotheses, and index gain analysis. The result showed significant difference in average value of senior school concept understanding before and after discovery learning. The results showed that at experiment class has a higher index gain with 0,44 and it was in in average category than control class with index gain 0,29 and it was in low category. Then, feasibility syntax of discovery learning was very good from stages observation, manipulation and
verification while it was enough from generalization and application.
Key Words : Discovery learning, Senior High School, Student Concept Understanding, Enzyme
(6)
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
i
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
ABSTRAK... ii
UCAPAN TERIMAKASIH... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian... 5
C. Batasan Masalah... 6
D. Tujuan Penelitian... 6
E. Asumsi Penelitian... 6
F. Hipotesis Penelitian... 7
G. Manfaat Penelitian... 7
H. Struktur Organisasi... 7
BAB II PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM... 9 A. Inkuiri... 9
B. Levels of Inquiry... 10
C. Pembelajaran Discovery Learning... 17
D. Metode Ceramah... 20
E. Penguasaan Konsep Siswa... 21
F. Tinjauan Konsep Enzim... 24
BAB III METODE PENELITIAN... 33
A. Metode Penelitian... 33
B. Desain Penelitian... 33
(7)
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ii
D. Definisi Operasional... 34
E. Instrumen Penelitian... 35
F. Pengembangan Instrumen... 36
G. Teknik Pengambilan Data... 43
H. Teknik Pengolahan Data... 44
I. Tahapan Penelitian... 47
J. Alur Penelitian... 49
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 50
A. Hasil Penelitian... 50
B. Pembahasan... 60
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI... 70
A. Simpulan... 70
B. Implikasi... 71
C. Rekomendasi... 71
(8)
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perkembangan Setiap Tahapan pada Levels of Inquiry... 11
Tabel 2.2 Karakteristik Jenis-jenis Inquiry Lab... 14
Tabel 2.3 Tingkatan Aspek Kognitif... 23
Tabel 2.4 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Konsep Enzim... 24
Tabel 3.1 Desain Penelitian... 33
Tabel 3.2 Kriteria Keterlaksanaan Sintaks Discovery Learning... 36
Tabel 3.3 Kisi-kisi Butir Soal Penguasaan Konsep Siswa... 37
Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Kesukaran Soal... 39
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda... 39
Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda Soal... 40
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda Soal... 40
Tabel 3.8 Kriteria Validitas Soal... 41
Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Soal Pilihan Ganda... 41
Tabel 3.10 Kriteria Reliabilitas Soal... 42
Tabel 3.11 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep Siswa... 42
Tabel 3.12 Kriteria Indeks Gain... 44
Tabel 4.1 Hasil Observasi Pelaksanaan Sintaks Pembelajaran Discovery Learning... 51
Tabel 4.2 Rekapitulasi Tes Awal (Pretest) Penguasaan Konsep Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol... 54
Tabel 4.3 Rekapitulasi Tes Akhir (Posttest) Penguasaan Konsep Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol... 56
Tabel 4.4 Rata-rata Hasil Nilai Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep Siswa... 58
(9)
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Sintaks Levels of Inquiry... 16
Gambar 2.2 Teori Kunci Gembok (Lock and Key Theory)... 26
Gambar 2.3 Induced Fit Theory... 27
Gambar 2.4 Katalisator Menurunkan Batas Energi Aktivasi Reaksi Kimia... 27
Gambar 2.5 Enzim Berkerja secara Spesifik... 28
Gambar 2.6 Pengaruh Konsentrasi Enzim terhadap Kecepatan Reaksi... 30
Gambar 2.7 Pengaruh Konsentrasi Substrat terhadap Kecepatan Reaksi... 30
Gambar 2.8 Inhibitor Kompetitif... 31
Gambar 2.9 Inhibitor Non-Kompetitif... 32
Gambar 3.1 Alur Penelitan... 49
Gambar 4.1 Perbandingan Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran Discovery Learning... 53
Gambar 4.2 Perbandingan Nilai Pretest dan Posttest Penguasaan Konsep Siswa pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol... 59
(10)
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Bukti Penelitian 76
Lampiran 1.1 Surat Permohonan Izin Penelitian 77
Lampiran 1.2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian 78 Lampiran 1.3 Surat Keterangan telah Melakukan Judgement 79 Lampiran 2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Metode Ceramah
mengenai Enzim 81
Lampiran 2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Discovery Learning mengenai Enzim
86
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa dengan Pembelajaran Discovery Learning
93
Lampiran 4 Instrumen Penelitian 101
Lampiran 4.1 Soal Pilihan Ganda Untuk Mengukut Penguasaan Konsep Siswa dalam Pokok Bahasan Enzim
102
Lampiran 4.2 Lembar Keterlaksanaan Pembelajaran discovery learning 110
Lampiran 5 Data Olahan Hasil Penelitian 112
Lampiran 5.1 Hasil Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
113
Lampiran 5.2 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
117
Lampiran 5.3 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
118
Lampiran 5.4 Nilai Pretest, Posttest, dan Indeks Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
121
Lampiran 5.5 Rekapitulasi Nilai Pretest dan Posttest 123 Lampiran 6.1 Sampel Lembar Jawaban Siswa Hasil Pre-Test 128 Lampiran 6.2 Sampel Lembar Jawaban Siswa Hasil Post-Test 129
(11)
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
vi
(12)
1
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang kemajuan dari suatu bangsa karena bangsa yang maju dapat dilihat dari pendidikannya yang maju pula begitu pun sebaliknya. Dalam hal ini sekolah sebagai lembaga pendidikan bertujuan untuk dapat mengembangkan segala potensi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Namun dalam praktiknya sering dijumpai masalah-masalah yang berkaitan dengan pendidikan yang nantinya akan berdampak terhadap penguasaan konsep siswa.
Dewasa ini penguasaan konsep siswa merupakan salah satu indikator ketercapaian dari proses belajar mengajar yang dilakukan suatu lembaga pendidikan. Bukan hanya itu, penguasaan konsep juga menjadi syarat untuk peserta didik untuk dapat melangkah ke jenjang berikutnya yang lebih tinggi. Oleh karena itu penguasaan konsep menjadi hal yang penting dicapai oleh peserta didik untuk dapat melangkah ke jenjang berikutnya.
Menurut sebuah survey yang dilakukan oleh suatu lembaga survey internasional yang bernama TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), penguasaan konsep sains siswa Indonesia masih berada pada tingkatan rendah. TIMSS in merupakan suatu lembaga survey internasional yang mengukur prestasi belajar siswa kelas 4 SD, 8 SMP dan 12 SMA yang meliputi dimensi konten dan dimensi kognitif (knowing, applying, dan reasoning) dalam bidang matematika dan sains yang diselenggarakan empat tahun sekali (Mullis,I.V.S & Martin,M.O, 2013). Berdasarkan hasil survey lembaga tersebut, pada tahun 1999 prestasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke-32 dari 38 negara peserta, tahun 2003 berada pada peringkat ke-37 dari 46 negara peserta, tahun 2007 menduduki peringkat ke-35 dari 49 negara peserta dan tahun 2011 berada pada peringkat ke-40 dari 42 negara peserta (Balitbang Kemendikbud, 2011; Kompas, 2012). Hasil tersebut menunjukkan bahwa penguasaan konsep sains siswa Indonesia ini selalu berada pada peringkat sepuluh terbawah kecuali pada tahun 2007. Dengan demikian prestasi belajar sains siswa Indonesia dapat
(13)
2
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
digolongkan menjadi tingkat yang rendah (Low International Benchmark) yaitu siswa hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar namun belum mampu untuk mengkomunikasikannya dan mengaitkan fakta tersebut dengan berbagai topik sains, apalagi dapat menerapkan konsep yang kompleks dan abstrak (Mullis,I.V.S & Martin,M.O, 2011).
Fenomena yang terjadi di atas merupakan sesuatu yang perlu dibenahi bersama agar penguasaan konsep siswa Indonesia dapat meningkat dan mendapatkan hasil yang memuaskan. Salah satu faktor penyebab rendahnya penguasaan konsep siswa ini adalah proses belajar sekolah yang masih belum dapat meninggalkan metode tradisional berupa metode ceramah dan sejenisnya sehingga kurang menfasilitasi siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan knowing (kemampuan menyatakan suatu fakta maupun mendeskripsikannya), kemampuan applying (kemampuan mengaplikasikan pengetahuan pada situasi yang berbeda) dan kemampuan reasoning (kemampuan menganalisis masalah ilmiah ataupun merancang suatu penyelidikan ilmiah). Menurut Costenson & Lawson, McDermott, dan NRC (dalam Wenning, 2005) menyatakan bahwa cara
mengajar secara konvensional atau “teaching by telling” sangat tidak efektif untuk
mengembangkan pengetahuan (content knowledge) dan keterampilan proses (process skills).
Berdasarkan temuan-temuan yang sudah dipaparkan diatas, maka dapat dinyatakan bahwa terdapat permasalahan pada proses pembelajaran sains di sekolah yang belum terlaksana dengan optimal untuk dapat menfasilitasi siswa dalam memahami materi secara komprehensif dan terintegrasi. Permasalahan ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, mengingat pentingnya pemahaman yang komprehensif dan terintegrasi tersebut sehingga permasalahan tersebut harus segera cepat ditemukan solusinya agar pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih bermakna dan berorientasi kepada siswa yang aktif belajar membangun pengetahuannya sendiri, sehingga diharapkan penguasaan konsep siswa Indonesia tentang sains meningkat dan dapat mengaplikasi pengetahuan yang mereka dapat tersebut dalam kehidupan kesehariannya sehingga dapat bermanfaat bagi khalayak umum.
(14)
3
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Adapun salah satu metode pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa agar belajar bermakna sehingga diharapkan dapat mencapai penguasaan konsep yang baik adalah dengan pembelajaran inkuiri. Pembelajaran dengan tipe ini telah banyak dicoba oleh banyak guru didalam sebuah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) khususnya dalam materi biologi. Akan tetapi, fakta menunjukkan bahwa di lapangan guru-guru tersebut hanya sekedar menggunakan tipe pembelajaran ini tanpa disertai dengan pemahaman yang komprehensif mengenai penggunaan dan sintaks yang harus dilalui agar siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri (Wenning, 2010). Akibatnya adalah pembelajaran berbasis inkuiri yang diterapkan oleh guru tersebut menjadi terputus-putus dan prosesnya tidak sistematis dan kerap kali gagal dalam melatihkan kemampuan skills yang berguna untuk mengembangkan kemampuan siswa (Wenning, 2010). Menurut Wenning
dalam jurnalnya yang berjudul “The Levels of Inquiry Model of Science
Teaching” menyatakan bahwa perlu diterapkan suatu pendekatan pembelajaran inkuiri yang bersifat sistematis agar siswa dapat membangun konsep penting secara induktif berdasarkan kemampuannya sendiri. Oleh karena itu ia memperkenalkan sebuah model pembelajaran baru yang bersifat sistematis, komprehensif dan tidak terputus-putus yaitu model pembelajaran Levels of Inquiry.
Model pembelajaran Levels of Inquiry ini menyajikan hierarki pembelajaran berorientasi inkuiri menjadi enam tahapan yaitu Discovery learning, Interactive Demonstration, Inquiry Lesson, Inquiry Labs, Real World Application dan Hypothetical Inquiry. Keenam tahapan ini diurutkan berdasarkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, dengan kata lain semakin tinggi tahapannya maka akan semakin tinggi pula kemampuan intelektul siswa yang dibutuhkan. Selain itu keenam tahapan ini juga diurutkan berdasarkan kontrol guru dalam pembelajaran, semakin tinggi tahapan yang dilakukan oleh guru maka kontrol guru dalam pembelajaran pun menjadi lebih rendah. Pada tiap-tiap tahapan yang disebutkan diatas terdapat sintaks-sintaks yang harus dilakukan yaitu Observation, Manipulation, Generalization, Verification dan Application (Wenning, 2010).
Pada penelitian ini akan diteliti salah satu yang tahapan paling mendasar dari Levels of Inquiry yaitu tahap discovery learning. Pembelajaran dengan
(15)
4
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan discovery learning pun sudah banyak dilakukan oleh guru saat ini. Pada tahapan pembelajaran discovery learning ini berpusat pada penemuan konsep berdasarkan pada pengalaman yang didapat siswa ketika pembelajaran. (Wenning, 2005). Meskipun discovery learning ini merupakan tahapan paling mendasar dari Levels of Inquiry tapi menurut Wenning seperti yang telah disebutkan diatas terdapat sintaks yang harus dilalui yaitu observation, manipulation, generalization, verification dan application.
Pada penelitian ini akan diteliti pengaruh pembelajaran discovery learning pada sekolah yang belum terbiasa untuk melakukan praktikum. Penelitian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran berbasis discovery learning ini pada sekolah yang terbiasa melakukan pembelajaran konvensional berapa metode ceramah dalam kesehariannya. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di sebuah Madrasah Aliyah Negeri di Kabupaten Bandung. Madrasah Aliyah Negeri ini merupakan jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), yang pengelolaannya dilakukan oleh Kementrian Agama (KEMENAG). Dalam pelaksanaanya, kurikulum Madrasah Aliyah sama dengan kurikulum Sekolah Menengah Atas (SMA), hanya saja pada Madrasah Aliyah terdapat porsi lebih banyak mengenai pendidikan agama islam sehingga beban kognitif siswa tidak hanya terfokus pada pelajaran umum saja tetapi juga terfokus pada pelajaran agama. Saat ini, terkadang untuk pelajaran umum siswa hanya diberi metode ceramah dalam penyampaiannya karena lebih cepat serta efisien dan yang terpenting materi tersebut telah disampaikan. Namun pembelajaran dengan metode ini berdampak pada kurang terangsangnya siswa dalam berkreativitas, tidak membuat siswa aktif dalam mengemukakan pendapat dan siswa tidak dibiasakan dalam mencari dan mengolah informasi (Rustaman, 2003).
Terdapat beberapa penelitian yang dilakukan terkait penerapan discovery learning ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Fitria Dahlia
(2009) tentang “Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning terhadap
Peningkatan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMP pada Materi
Ekosistem”. Fitri Dahlia melakukan penelitian dengan menggunakan design
(16)
5
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen mengalami peningkatan 10% sedangkan kelas kontrol hanya mengalami peningkatan 5%. Akan tetapi masih sedikit penelitian yang menerapkan proses pembelajaran discovery learning dengan tahapan-tahapan sesuai Wenning (2005) untuk meningkatkan penguasaan konsep sains siswa.
Penguasaan konsep yang diteliti dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa dalam pokok bahasan enzim. Pokok bahasan enzim ini dipilih karena (1) berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dida Hamidah (2012) dengan salah satu guru biologi ditemukan bahwa materi metabolisme merupakan salah satu materi tersulit yang dihadapi siswa dan pokok bahasan enzim termasuk kedalam materi metabolisme, (2) karakteristik materi enzim cocok untuk diajarkan dengan pembelajaran discovery learning karena konten pada materi enzim banyak yang dapat dijelaskan melalui penyelidikan ilmiah dan (3) cukup banyaknya peran dari enzim dalam kehidupan kita terutama dalam mempercepat proses-proses yang terjadi didalam tubuh manusia.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dilakukan penelitian mengenai discovery learning ini pada materi enzim karena itu penulis ingin
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning
terhadap Penguasaan Konsep Siswa pada Pokok Bahasan Enzim”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh pembelajaran discovery learning
terhadap penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim?” untuk mempermudah penelitian ini, permasalahan diatas dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran discovery learning pada materi Enzim?
(17)
6
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah diterapkan model pembelajaran discovery learning pada materi enzim?
3. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen pada materi enzim?
C. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan dalam berbagai hal untuk menghindari meluasnya masalah maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal berikut :
1. Penelitian dilakukan di salah satu sekolah negeri yaitu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Kab. Bandung.
2. Dicovery learning yang dimaksud adalah salah satu tahapan dari model pembelajaran Levels of Inquiry yang meliputi sintaks observation, manipulation, generalization, verification dan application
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tentang pengaruh model pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim yang terdiri dari:
1. Pencapaian tujuan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran discovery learning
2. Kesesuaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
E. Asumsi Penelitian
Berikut adalah asumsi penelitian yang melandasi penelitian ini:
1. Penerapan pembelajaran Levels of Inquiry yang didalamnya terdapat enam tahapan yaitu discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry labs, real world application dan hypothetical explanation
dapat mengembangkan kemampuan intelektual siswa dan Kemampuan
(18)
7
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menurut Bruner (dalam Dahar, 2006) pembelajaran discovery learning ini dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk belajar terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Pendekatan ini dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa melibatkan orang lain dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi, tidak hanya menerima informasi saja.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut :
“Terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa pada kelas dengan pembelajaran discovery learning dibandingkan dengan pembelajaran konvensional”.
G. Manfaat Penelitian
Setelah mengetahui pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim, diharapkan kegiatan pembelajaran yang menggunakan pembelajaran discovery learning ini dapat memiliki manfaat untuk :
1. Guru :
a. Memberikan pembelajaran tentang enzim dengan cara yang lebih konkret
b. Sebagai alternatif metode pembelajaran guna mengembangkan penguasaan konsep siswa
c. Mengenalkan metode discovery learning menurut Wenning dalam membelajarkan konsep enzim
d. Sebagai dasar dalam mengembangkan proses inkuiri siswa dalam pembelajaran biologi terutama bagi sekolah-sekolah yang belum mapan dalam penyediaan waktu dan alat praktikum
2. Siswa
a. Meningkatkan pengetahuan konsep siswa dengan memberikan pembelajaran yang lebih bermakna karena siswa difasilitasi untuk dapat membangun konsep penting berdasarkan pengalamannya sendiri
(19)
8
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Hasil penelitian dapat menjadi tolak ukur evaluasi dalam pembelajaran
H. Struktur Organisasi
Sistematika dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab I diuraikan mengenai latar belakang penelitian berdasarkan kenyataan di lapangan dan teori berdasarkan penelitian sebelumnya, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penyusunan skripsi.
BAB II : Kajian pustaka. Dalam bab II diuraikan mengenai konsep-konsep, teori-teori yang relevan serta hipotesis dari penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan fokus penelitian. Konsep, teori dan hipotesis tersebut diantaranya mengenai pembelajaran Levels of Inquiry, discovery learning dan pokok bahasan enzim BAB III : Metode penelitian. Dalam bab III penulis menjelaskan
metodologi yang digunakan dalam penelitian, yaitu pendekatan kuantitatif dengan studi eksperimen. Sedangkan teknik pengumpulan data penelitian dengan soal tentang pokok bahasan enzim dan rubrik keterlaksanaan pembelajaran discovery learning yang diadopsi sesuai dengan Wenning (2005).
BAB IV : Hasil penelitian dan pembahasan. Dalam bab ini diuraikan data hasil temuan dan diuraikan hasil analisis data berupa persentase lembar keterlaksanaan pembelajaran discovery learning dan capaian skor yang didapatkan oleh siswa yang kemudian dihubungkan dengan dasar teoritik dan metodologi penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya.
BAB V : Simpulan dan saran. Dalam bab ini penulis memberikan simpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dipaparkan melalui pembahasan pada bab sebelumnya.
(20)
33
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk ke dalam quasy experimental. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling karena penelitian ini dilakukan pada kelas yang belum menerima materi enzim sebelumnya. Kemudian digunakan satu kelas eksperimen yang akan diberikan suatu kondisi perlakuan berupa pembelajaran dengan discovery learning dan membandingkan hasilnya dengan satu kelas kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan pembelajaran discovery learning melainkan pembelajaran yang konvensional berupa metode ceramah.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian eksperimen yang dipilih adalah control group pretest-posttest design, dengan pola sebagai berikut:
Tabel 3.1. Desain Penelitian Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan : O1 : Tes awal O2 : Tes akhir
X1 : Penerapan pembelajaran discovery learning
X2 : Penerapan pembelajaran konvensional berupa metode ceramah
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN I Ciparay. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada observasi sebelumnya, bahwa MAN 1 Ciparay Kab. Bandung memiliki fasilitas laboratorium yang cukup lengkap namun jarang digunakan dalam
(21)
34
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran kesehariaanya, guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam membelajarkan siswa-siswa nya sehingga penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap capaian prestasi akademik siswa. Subjek penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah siswa MAN I Ciparay Kab. Bandung sebanyak 2 kelas.
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA, MAN I Ciparay Kab. Bandung. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA 1 dan XII IPA 3 ajaran 2013 – 2014.
D. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu dijelaskan secara operasional untuk menghindari berbagai penafsiran. Adapun istilah tersebut sebagai berikut:
1. Pembelajaran discovery learning adalah model pembelajaran yang meliputi lima tahapan yaitu tahap observation, manipulation, generalization verification dan application. Pembelajaran yang dimaksud adalah tentang menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kerja enzim. Tahap observation, pembelajaran diawali dengan guru mendemonstrasikan didepan siswa mengenai kerja enzim katalase dalam mengubah peroksida sebagai substrat menjadi air dan oksigen. Demonstrasi dilakukan dengan meneteskan peroksida (H2O2) sebagai substrat terhadap ekstrak hati yang didalamnya terdapat enzim katalase. Kemudian siswa melakukan pengamatan secara langsung pada demonstrasi enzim yang telah dilakukan selanjutnya siswa mengamati apa yang terjadi pada kedua faktor enzim dan substrat dan menuliskan hasil pengamatan nya pada LKS yang telah diberikan sebelumnya. Tahap manipulation, guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompoknya untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara komponen yang ditemukan dalam pengamatan tersebut dengan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tahap generalization, siswa diminta untuk membuat kesimpulan sementara tentang enzim dan faktor-faktor yang
(22)
35
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mungkin untuk mempengaruhi kerja enzim. Tahap verification, Setiap kelompok disuruh untuk mempresentasikan hasil pengamatannya kemudian siswa saling memverifikasi satu sama lain mengenai perbedaan pengamatan dalam pengamatan yang telah dilakukan masing-masing kelompok. Tahap
application, siswa diminta untuk melengkapi LKS dengan
pemahaman/konsep yang telah didiskusikan atau dikuatkan oleh guru dan Siswa dengan arahan guru diminta untuk menyebutkan contoh lain hubungan antara enzim katalase dengan organ lainnya serta memberikan penguatan pada konsep yang akan dikembangkan.
2. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran materi enzim yang disampaikan dengan metode ceramah.
3. Penguasaan konsep yang dimaksud adalah kemampuan siswa dalam memahami materi Enzim setelah melakukan pembelajaran discovery learning dan ceramah. Alat ukur yang digunakan adalah berupa tes tertulis berupa soal pilihan ganda yang terdiri atas jenjang kognitif mulai C1 sampai C6. Tes yang digunakan telah dikembangkan oleh peneliti, di judgement oleh ahli dan telah divalidasi, dengan nilai reliabilitas 0,69 termasuk kategori tinggi.
E. Instrumen Penelitian
Adapun instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes Tertulis
Tes tertulis ini terdiri dari pretest dan postest. Soal pretest dan postest yang dimaksud adalah soal evaluasi yang diberikan di awal dan di akhir proses pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa. Soal pretest dan postest praktikum berupa soal yang mengacu pada tujuan pembelajaran yang tercantum dalam RPP (Lampiran 4.1) yang terdiri dari soal pilihan ganda sebanyak 25 butir soal dengan berbagai jenjang kognitif dari C1 sampai C6, untuk mengetahui pengetahuan konsep siswa.
(23)
36
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran discovery learning
Lembar observasi yang dimaksud adalah digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pelaksanaan pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran di kelas eksperimen (Lampiran 4.2) sesuai dengan tahapan sintaks discovery learning (Wenning, 2010). Berikut ini disajikan tabel interprestasi hasil keterlaksanaan sintaks :
Tabel 3.2 Kriteria keterlaksanaan sintaks Rentang Indeks Keterangan
85-100 % Sangat baik
70-85 % Baik
55-70 % Cukup
40-55 % Kurang
0-40 % Sangat kurang (Rupilu,2012)
Observer yang melakukan observasi dalam penelitian ini adalah 3 orang mahasiswa biologi angkatan 2011 yang terlebih dahulu disamakan persepsinya mengenai keterlaksanaan pembelajaran discovery learning.
3. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa digunakan untuk mengarahkan siswa selama kegiatan praktikum subkonsep Enzim. LKS yang diberikan terdiri dari judul, tujuan, prinsip dasar, alat dan bahan, dan diskusi. Pembuatan LKS ini berdasarkan hasil bimbingan dan judgement dosen pembimbing. (Lampiran 3)
F. Pengembangan Instrumen
Instrumen tes disusun oleh peneliti dan kemudian dilakukan uji coba pada kelas yang bukan merupakan subjek penelitian. Setelah dilakukan uji coba kemudian dilakukan analisis data meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas butir soal dengan menggunakan program software Anates versi 4 (Karno & Wibisono, 2004) program pilihan ganda dan uraian.
(24)
37
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Pengembangan Instrumen Penelitian bentuk Tes
Pengembangan instrumen yang dimaksud adalah berupa soal pilihan ganda yang bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep siswa.
Berikut adalah rencana pengembangan instrumen butir soal:
a. Menyusun soal penguasaan konsep sebagai instrumen penelitian b. Mengkonsultasikan dengan dosen pembimbing
c. Mengkonsultasikan dengan dosen ahli d. Mengujicobakan soal pada SMAN 6 Cimahi e. Melakukan analisis pokok uji terhadap soal
f. Merevisi dan menyeleksi instrumen yang tidak memenuhi syarat
g. Mengkonsultasikan kembali instrumen yang telah direvisi dengan dosen ahli h. Menggunakan instrumen yang telah direvisi dengan dosen ahli
Tabel 3.3. Kisi-kisi Butir Soal Penguasaan Konsep Siswa No.
Soal
Jenjang Kognitif
C1 C2 C3 C4 C5 C6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
(25)
38
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Analisis butir soal yang dilakukan meliputi tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas dan reliabilitas butir soal dengan menggunakan program software Anates versi 4 (Karno & Wibisono, 2004) program analisis pilihan ganda dan uraian.
1) Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran menunjukkan sukar atau tidaknya suatu soal yang dibuat. Soal yang mudah memiliki nilai indeks yang besar, sedangkan soal yang sukar memiliki nilai indeks yang kecil. Rentang nilai indeks dimulai dari 0,00 sampai 1,00. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran:
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal benar P = B
(26)
39
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JS : Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes
Kategori tingkat kesukaran menurut (Arikunto, 2012) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat kesukaran soal No Rentang Nilai Tingkat
Kesukaran
Kriteria 1 0,00 sampai dengan 0,30 Sukar
2 0,31 sampai dengan 0,70 Sedang 3 0,71 sampai dengan 1,00 Mudah
Rekapitulasi hasil analisis tingkat kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan 3.6 berikut ini:
Tabel 3.5 Rekapitulasi Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda
Kriteria Nomor Soal Jumlah
Soal
Presentase
Sukar 5,8,10,11,12,13,14,18,26,27 10 35%
Sedang 3,6,19,21,22,24,29 7 24%
Mudah 1,2,4,7,9,15,16,17,20,23,25,28 12 41%
2) Daya Pembeda
Daya pembeda menunjukkan kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (memiliki kemampuan tinggi) dan kurang pandai (memiliki kemampuan rendah) (Arikunto, 2012). Rentang nilai indeks daya pembeda ini mulai dari 0,00 sampai dengan 1,00. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda:
Keterangan:
D : Indeks daya pembeda
J : Jumlah siswa yang mengkuti tes JA : Jumlah siswa kelompok atas
=
D BA BB
(27)
40
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu JB : Jumlah siswa kelompok bawah
BA : Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal benar BB : Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar PA : Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab soal benar PB : Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar
Kategori daya pembeda soal menurut (Arikunto, 2012) adalah sebagai berikut: Tabel 3.6. Kriteria Daya Pembeda Soal
No Rentang Nilai Daya Pembeda Soal
Kriteria 1 0,00 sampai dengan 0,20 Jelek
2 0,21 sampai dengan 0,40 Cukup 3 0,41 sampai dengan 0,70 Baik 4 0,71 sampai dengan 1,00 Baik sekali
Rekapitulasi hasil analisis daya pembeda soal dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Daya Pembeda Soal Pilihan Ganda
Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal Presentase
Jelek 2,5,8,11,13,14,24,27 8 28%
Cukup 1,10,15,17,19,20,22,23,25,28,29 11 38%
Baik 3,4,7,9,12,16,18,26 8 28%
Baik Sekali
6,21 2 6%
3) Validitas Butir Soal
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Tes dapat dikatakan sahih apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2012). Berikut adalah rumus yang dapat digunakan untuk menghitung validitas butir soal:
r
xy N ∑xy –(∑X) (∑Y)
rxy
√ {(N∑x2 - (∑X)2} {(N∑y2 - (∑Y)2} =(28)
41
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:
rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N : Jumlah siswa
X : Skor item yang dicari validitasnya Y : Skor yang diperoleh siswa
Kategori validitas menurut (Arikunto, 2012) adalah sebagai berikut: Tabel 3.8. Kriteria Validitas Soal
No Rentang Nilai Validitas Kriteria 1 0,00 sampai dengan 0,19 Sangat Rendah 2 0,20 sampai dengan 0,39 Rendah
3 0,40 sampai dengan 0,59 Cukup 4 0,60 sampai dengan 0,79 Tinggi
5 0,80 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi
Rekapitulasi hasil analisis validitas butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut ini:
Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Soal Pilihan Ganda
Kriteria Nomor Soal Jumlah Soal Presentase
Sangat Rendah
5,8,11,13,24,27,28 7 24%
Rendah 2,12,14,19,20,22,23, 7 24%
Cukup 1,3,6,7,10,15,16,17,18,21,26,29 12 41%
Tinggi 4,9,25 3 11%
Sangat Tinggi
- - -
4) Reliabilitas
Reliabilitas tes menunjukkan tingkat konsistensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten, relatif, tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Uji reliabilitas untuk soal pilihan ganda (penguasaan konsep) menggunakan rumus metode belah dua (Arikunto, 2012).
r
11 =2r
1/21/2 (1 +r
1/21/2)(29)
42
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan :
r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r
1/21/2 = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tesHasil perhitungan reliabilitas setiap jenis soal kemudian dibandingkan dengan tabel interpretasi nilai r yang dikemukakan oleh Arikunto (2012) seperti tertera pada Tabel di bawah ini.
Tabel 3.10. Kriteria Reliabilitas Soal
No Rentang Nilai Reliabilitas Kriteria 1 0,00 sampai dengan 0,19 Sangat Rendah 2 0,20 sampai dengan 0,39 Rendah
3 0,40 sampai dengan 0,59 Cukup 4 0,60 sampai dengan 0,79 Tinggi
5 0,80 sampai dengan 1,00 Sangat Tinggi
Instrumen tes soal pilihan ganda memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,69, nilai tersebut termasuk ke dalam kategori tinggi.
Berikut adalah rekapitulasi hasil analisis butir soal penguasaan konsep siswa : Tabel 3.11. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Penguasaan Konsep Siswa
No
Analisis Instrumen Tes
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda
Keterangan
Indeks Kategori Indeks Kategori Indeks Kategori
1 0,405 Cukup 0,90 Mudah 0,25 Cukup Digunakan
2 0,287 Rendah 0,74 Mudah 0,12 Jelek Digunakan
3 0.495 Cukup 0,64 Sedang 0,62 Baik Digunakan
4 0,614 Tinggi 0,74 Mudah 0,62 Baik Digunakan
5 0,173 Sangat
rendah 0,29 Sukar 0,12 Jelek
Digunakan
6 0,531 Cukup 0,54 Sedang 0,75 Baik sekali Dibuang
7 0,507 Cukup 0,77 Mudah 0,50 Baik Digunakan
8 0,077 Sangat
rendah
0,22 Sukar 0,12 Jelek Dibuang
(30)
43
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10 0,429 Cukup 0,06 Sukar 0,25 Cukup Digunakan
11 NAN Sangat
rendah
0,00 Sukar 0,00 Jelek Dibuang
12 0,310 Rendah 0,19 Sukar 0,50 Baik Digunakan
13 -0,095 Sangat
Rendah
0,19 Sukar 0,00 Jelek Dibuang
14 0,036 Sangat
rendah
0,22 Sukar 0,00 Jelek Dibuang
15 0,530 Cukup 0,93 Mudah 0,25 Cukup Digunakan
16 0,446 Cukup 0,77 Mudah 0,50 Baik Digunakan
17 0,345 Rendah 0,74 Mudah 0,37 Cukup Digunakan
18 0,424 Cukup 0,25 Sukar 0,50 Baik Digunakan
19 0,208 Rendah 0,35 Sedang 0,25 Cukup Digunakan
20 0,275 Rendah 0,87 Mudah 0,25 Cukup Digunakan
21 0,581 Cukup 0,54 Sedang 0,75 Baik sekali Digunakan
22 0,261 Rendah 0,35 Sedang 0,37 Cukup Digunakan
23 0,265 Rendah 0,80 Mudah 0,12 Jelek Digunakan
24 0,137 Sangat
rendah
0,51 Sedang 0,12 Jelek Digunakan
25 0,632 Tinggi 0,90 Mudah 0,37 Cukup Digunakan
26 0,559 Cukup 0,22 Sukar 0,62 Baik Digunakan
27 NAN Sangat
rendah
0,00 Sukar 0,00 Jelek Dibuang
28 0,185 Sangat
rendah
0,77 Mudah 0,25 Cukup Digunakan
29 0,244 Rendah 0,32 Sedang 0,37 Cukup Digunakan
G. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu melalui pemberian tes yakni pretest dan postest berupa soal pilihan ganda. Tes ini dilakukan pada saat sebelum perlakuan dan setelah selesai perlakuan. Selain pemberian tes, selama pembelajaran berlangsung dilakukan juga observasi oleh observer untuk
(31)
44
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengetahui sejauh mana ketercapaian sintaks pembelajaran discovery learning di kelas eksperimen.
H. Teknik Pengolahan Data 1. Analisis data hasil penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini diolah dengan cara analisis Soal Penguasaan Konsep. Soal penguasaan konsep yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal pilihan ganda dan skor untuk setiap butir soal adalah 1. Skor total hasil tes siswa akan dikonversikan yang kemudian menjadi nilai penguasaan konsep siswa.
2. Analisis Indeks Gain
Indeks gain dihitung untuk melihat pencapaian nilai penguasaan konsep sebelum dan sesudah pembelajaran discovery learning. Peningkatan penguasaan konsep ini dapat diketahui dari hasil perhitungan indeks gain. Menurut Hake, 1999, (dalam Julaeha, Siti, 2011) menyatakan bahwa data yang terkumpul akan dihitung dengan rumus :
Hasil perhitungan tersebut, kemudian dibandingkan dengan kriteria menurut Hake (1999) sebagai berikut:
Tabel 3.12. Kriteria Indeks Gain Rentang Nilai Kriteria
(g) < 0,3 Rendah
0,70 > (g) > 0,3 Sedang
(g) > 0,7 Tinggi
3. Analisis Uji Statistik
Analisis uji statistik dilakukan dengan menggunakan software SPPS 16.0 dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan penguasaan konsep yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
Skor tes akhir – skor tes awal Skor maksimal – skor tes awal Indeks Gain =
(32)
45
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji normalitas adalah uji Shapiro-Wilk dengan
taraf signifikansi α = 0,05.
Perumusan hipotesis yang ada pada uji normalitas adalah sebagai berikut: Ho = Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 = Data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, kriterianya jika nilai
signifikansi yang didapat ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, data sampel
berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. Apabila nilai signifikansi ≥
0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Berdasarkan hasil analisis data penguasaan konsep yang telah dilakukan pada saat pretest di kelas eksperimen dan kontrol data berdistribusi normal sedangkan pada saat posttest di kelas eksperimen data berdistribusi normal dan kelas kontrol berdistribusi tidak normal (Lampiran 5.1).
b. Uji Homogenitas
Uji ini dilakukan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama.
Perumusan hipotesis yang ada pada uji normalitas adalah sebagai berikut: Ho = Variansi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama (homogen)
H1 = Variansi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama (tidak homogen).
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, kriterianya jika nilai
signifikansi yang didapat ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, variansi pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama (tidak homogen). Apabila nilai
signifikansi ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, variansi pada kelas
(33)
46
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil analisis data penguasaan konsep yang telah dilakukan pada saat pretest di kelas eksperimen dan kelas kontrol kedua data bersifat homogen sedangkan pada saat posttest di kelas eksperimen data bersifat homogen dan kelas kontrol bersifat tidak homogen. (Lampiran 5.2)
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Pengujian hipotesis pada rata-rata digunakan untuk mengetahui apakah dugaan dari penelitian sesuai atau tidak dengan kenyataannya.
1) Uji Perbedaan Dua Rata-Rata secara Parametrik
Berdasarkan uji prasyarat (uji normalitas dan homogenitas) jika data berdistribusi normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji hipotesis parametrik. Uji yang digunakan pada uji hipotesis parametrik adalah Independent-t Test. T-test dilakukan jika data antara variabel yang satu tidak saling berikatan/independent.
Perumusan hipotesis pada uji dua rata-rata Independent-t Testsebagai berikut:
Ho = Tidak ada perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eskperimen.
H1 = Terdapat perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, kriterianya jika nilai signifikansi (2-tailed) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Apabila nilai signifikansi (2-tailed) ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, tidak ada perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata secara Non Parametrik
Jika data yang didapat pada uji prasyarat ada yang tidak berdistribusi normal atau tidak homogen, maka untuk selanjutnya dilakukan uji dua rata-rata non parametrik. Uji yang dilakukan berupaUji U-Mann Whitney.
(34)
47
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perumusan hipotesis pada uji dua rata-rata Uji U-Mann Whitney sebagai berikut:
Ho = Tidak ada perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
H1 = Terdapat perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05, kriterianya jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) ≥ 0,05 maka Ho diterima dan H1 ditolak, tidak ada perbedaan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
I. Tahapan Penelitian
Secara garis besar, penelitian yang dilakukan ini dapat dibagi ke dalam empat tahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap pengolahan data dan tahap penyusunan laporan. Berikut adalah uraian dari setiap tahapan penelitian:
1. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan ini dilakukan beberapa hal, yakni sebagai berikut: a. Perumusan masalah
b. Studi pustaka
c. Pembuatan proposal penelitian untuk diseminarkan d. Perbaikan proposal penelitian setelah diseminarkan e. Pembuatan instrumen penelitian
f. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaraan untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen
g. Judgement instrumen penelitian oleh dosen ahli h. Revisi instrument penelitian hasil judgement
i. Uji coba instrumen kepada siswa yang sudah pernah mengalami pembelajaran tentang materi Enzim
(35)
48
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
j. Analisis tingkat kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas soal dari instrumen
k. Berkonsultasi dengan Dosen Pembimbing tentang hasil uji coba instrument penelitian
l. Revisi instrumen penelitian agar dapat dipakai untuk penelitian m. Pembuatan surat ijin penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan ini dilakukan beberapa hal, yakni sebagai berikut: a. Pelaksanaan pretest pada kelas kontrol maupun eksperimen
b. Pemberian treatment dalam proses pembelajaran dengan discovery learning untuk kelas eksperimen dan metode ceramah untuk kelas kontrol c. Pelaksanaan posttest pada kelas kontrol maupun eksperimen
3. Tahap Pengolahan data
Pada tahap pengolahan data ini, semua data yang diambil berupa hasil pretest dan posttest soal keterampilan proses sains dan penguasaan konsep dianalisis menggunakan bantuan program software SPPS 16.0.
4. Tahap penyusunan laporan
Pada tahap penyusunan laporan dilakukan beberapa hal, yakni: a. Analisis data yang telah diperoleh
b. Penarikan kesimpulan dari data yang diperoleh c. Penyusunan laporan penelitian
(36)
49
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu J. Alur Penelitian
Perumusan masalah
Studi Pendahuluan Penyusunan Instrumen Penelitian
Studi Literatur
Judgement Instrumen Seminar Proposal
Uji Coba Instrumen
Revisi Instrumen
Pelaksanaan Penelitian
Pretest Pada Kelas Eksperimen
Metode Ceramah
Kesimpulan Posttest Pada Kelas
Kontrol
Pembelajaran
Discovey Learning
Posttest Pada Kelas Eksperimen
Penyusunan Laporan Analisis Data & Judgement Hasil Pretest Pada Kelas
Kontrol
(37)
70
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim didapatkan temuan sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan pembelajaran discovery learning cukup memuaskan. Pada tahap observation terlaksana dengan sangat baik, manipulation terlaksana dengan sangat baik, tahap generalization terlaksana dengan cukup baik, tahap verification terlaksana dengan sangat baik, dan tahap application terlaksana dengan cukup baik. Kendala utama yang ditemui selama pelaksanaan pembelajaran discovery learning adalah faktor siswa yang belum terbiasa dengan pembelajaran sains lewat praktikum sehingga ketika dihadapkan pada pembelajaran yang berbasis praktikum siswa mengalami kesulitan. Kondisi internal siswa juga mempengaruhi hasil capaian, dan keterbatasan waktu yang mengakibatkan proses pembelajaran discovery learning tidak dapat terlaksana sepenuhnya dengan sempurna.
2. Setelah diuji rata-rata dua pihak terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata hasil penguasaan konsep siswa kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran discovery learning dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran langsung (konvensional). Faktor penerapan discovery learning memberikan pengaruh pada hasil peningkatan penguasaan konsep siswa diantaranya, siswa dilatih untuk menemukan konsep langsung melalu pengalamannya.
3. Terdapat perbedaan peningkatan nilai rata-rata kemampuan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 23,81 poin jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya mengalami peningkatan
(38)
71
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
19,81 poin. Hal ini juga didukung dengan N-Gain kelas eksperimen yang lebih besar dibandingkan dengan N-Gain kelas kontrol yaitu 0,44 > 0,29.
B. IMPLIKASI
Implikasi dari temuan penelitian ini adalah dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan discovery learning secara simultan, peneliti dapat berharap penguasaan konsep akhir siswa dapat meningkat pada setiap siswa. Berdasarkan implikasi tersebut, secara rinci ditemukan bahwa:
1. Dengan pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa
2. Dengan pembelajaran discovery learning ini dapat memberikan pengalaman belajar siswa secara langsung sehingga pemahaman siswa lebih komprehensif.
3. Dengan terbiasanya siswa melakukan pembelajaran discovery learning maka rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena akan semakin meningkat. Dengan meningkanya rasa ingin tahu, keinginan siswa untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana akan semakin meningkat pula. Selain itu, siswa tidak akan mudah percaya terhadap informasi-informasi yang diterima jika siswa tersebut belum melakukan percobaan terkait hal tersebut
4. Dengan pembelajaran discovery learning ini dapat menanamkan sikap ilmiah kepada siswa agar dapat membuktikan sendiri konsep yang belum dipahami.
C. REKOMENDASI
Berlandaskan kepada hasil temuan penelitian ini, maka ada beberapa pandangan yang mungkin dapat dijadikan masukan atau saran guna meningkatkan penguasaan konsep siswa siswa, diantaranya:
1. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menyempurnakan beberapa hal diantaranya :
(39)
72
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Peneliti diharapkan dapat mengukur juga efektifitas pembelajaran dan kemampuan proses sains siswa
b. Sintaks pembelajaran discovery learning tidak tercapai secara sempurna, oleh karena itu sebaiknya peneliti lebih siap dan menguasai setiap tahap pembelajaran
c. Peneliti sebaiknya melakukan pembiasaan terlebih dahulu karena pembelajaran discovery learning ini menuntut kemandirian, kepercayaan terhadap diri sendiri dan kebiasaan bertindak sebagai subjek.
d. Saat penelitian berlangsung, kondisi siswa harus diperhatikan karena kemungkinan besar akan mempengaruhi hasil penelitian.
2. Kepada pihak sekolah dan pemerintah diharapkan dapat :
a. Menyiapkan guru dengan memberikan pembekalan dan pelatihan mengenai pembelajaran model discovery learning
b. Sekolah sebaiknya membiasakan siswa untuk belajar dengan metode praktikum, karena pembelajaran yang berbasis praktikum selain dapat memunculkan motivasi siswa juga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang ingin diajarkan.
c. Sekolah menanamkan nilai-nilai sikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari siswa, untuk melatih mereka menjadi seorang ilmuwan demi mengembangkan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya.
(40)
73
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Amien (1997). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta : Depdikbud Dikti
PPLPTK
Arikunto, S. (2012). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Campbell, NA., J.B Reece, & E.J. Simon. (2004). Biology. Fifith edition.
California: The Benjamin/ Cummings Publishing.
Dahar, W.R (1996). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga Dahlia, Fitria (2009). Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap
Peningkatan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMP pada Materi Ekosistem. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan
Daryanto (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamidah, Dida (2012). Pengembangan Guru Biologi SMA Melalui Program Pelatihan Pedagogical Content Knowledge Pada Materi Genetika.Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung : tidak diterbitkan
Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Hasil Belajar Siswa setelah Diterapkan Pembelajaran Levels of Inquiry. Skripsi Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga (2007)
Karim (2011). Penerapan Metode Penemua Terimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SD. [Online]. Tersedia :
http://jurnal.upi.edu/file/3-Asrul_Karim.pdf. [14 September 2015] Kemendikbud. (2012). Dokumen Kurikulum. Jakarta : Kemendikbud
Kemendiknas. (2011). INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SMP. Belajar dari PISA dan TIMSS. Jakarta : Kemendiknas Kompas, (2012). Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. [Online].
Tersedia :
http://edukasi.kompas.com./read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan.Mat ematika.Indonesia.Menurun. [14 Januari 2014
(41)
74
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kurnadi, Kemal Adyana. 2009. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh Manusia. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI
Mullis,I.V.S dan Martin,M.O, (2011). TIMSS 2011 Assessment Frameworks.
[Online]. Tersedia :
http://timssandpirls.bc.edu/timss2015/frameworks.html. [14 Januari 2015] Prehati, Wiwin. (2013). Pengertian Penelitian Eksperimen. [Online]. Tersedia :
http://wiwinprehati.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/11/06/pengertian-penelitian-eksperimen/ (22 Januari 2015).
Ristanto, Ichal. 2011. Prestasi Belajar. Online : [Tersedia] : http://sainsedutainment.blogspot.com/2011/10/prestasi-belajar.html [14 Januari 2015
Rokhayati, N. (2010). Peningkatan Penguasan Konsep Matematika melalui Model Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry pada Siswa Kelas VII SMAN I
Sleman.[Online]. Tersedia :
http://eprintas.uny.ac.id/2102/1skripsi_Nuri_Rokhayati.pdf. [16 Juli 2015] Rupilu, N. (2012). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap
Kemampuan Berpikir Formal dan Sikap Ilmiah Siswa. [Online].
Tersedia :
http://pasca.uniksha.ac.id/e-journal/hndex.php/jurnal_ipa/article/download/486/278 [14 Januari 2015] Rustaman. A, Rochinawati. D, Nurjhani. M, Subekti, Redjeki, Yudianto,
Dirdjosoemarto, Hamdiyanti, dan Achmad. (2003). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
Sembiring, Langkah., Sudjino. 2009. Biologi. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009
Sugiyono (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Suhara (2009). Dasar-dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press
Surapranata, Sumarna (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interprestasi Hasil Tes : Implementasi Kurikulum 2014. Bandung : Rosda Karya
Takdir, I. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Jogjakarta : DIVA Press.
Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
(42)
75
Helmi Nashrulhaq, 2015
PENGARUH PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN ENZIM
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Wenning, Carl J. (2004). Levels of Inquiry : Hierarchies of pedadogical practices and inquiry process. Journal Physics Teacher Education Online, 2(3) hlm 3-12 Wenning, Carl J. (2005). Implementing inquiry-based instruction in the science
clasroom. A new model for solving the improvement of practice problem . Journal Physics Teacher Education Online, 2(4) hlm 9-15
Wenning, Carl J. (2010). Levels of Inquiry : using inquiry spectrum learning sequences to teach science Journal Physics Teacher Education Online, 5(3) hlm 11-20
Wenning, Carl J. (2011). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching. Journal Physics Teacher Education Online, 6(2) hlm 9-16
Winkel, 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi
Wulansari, Putri Ayu (2014). Efektivitas Discovery Learning dalam Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Menyimpulkan. Skripsi Jurusan Pendidikan Kimia Universitas Lampung. Lampung : Tidak diterbitkan
(1)
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Dari hasil penelitian pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap penguasaan konsep siswa pada pokok bahasan enzim didapatkan temuan sebagai berikut:
1. Keterlaksanaan pembelajaran discovery learning cukup memuaskan. Pada tahap observation terlaksana dengan sangat baik, manipulation terlaksana dengan sangat baik, tahap generalization terlaksana dengan cukup baik, tahap verification terlaksana dengan sangat baik, dan tahap application terlaksana dengan cukup baik. Kendala utama yang ditemui selama pelaksanaan pembelajaran discovery learning adalah faktor siswa yang belum terbiasa dengan pembelajaran sains lewat praktikum sehingga ketika dihadapkan pada pembelajaran yang berbasis praktikum siswa mengalami kesulitan. Kondisi internal siswa juga mempengaruhi hasil capaian, dan keterbatasan waktu yang mengakibatkan proses pembelajaran discovery learning tidak dapat terlaksana sepenuhnya dengan sempurna.
2. Setelah diuji rata-rata dua pihak terdapat perbedaan yang signifikan nilai rata-rata hasil penguasaan konsep siswa kelas eksperimen sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran discovery learning dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran langsung (konvensional). Faktor penerapan discovery learning memberikan pengaruh pada hasil peningkatan penguasaan konsep siswa diantaranya, siswa dilatih untuk menemukan konsep langsung melalu pengalamannya.
3. Terdapat perbedaan peningkatan nilai rata-rata kemampuan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 23,81 poin jika dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya mengalami peningkatan
(2)
19,81 poin. Hal ini juga didukung dengan N-Gain kelas eksperimen yang lebih besar dibandingkan dengan N-Gain kelas kontrol yaitu 0,44 > 0,29.
B. IMPLIKASI
Implikasi dari temuan penelitian ini adalah dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran menggunakan discovery learning secara simultan, peneliti dapat berharap penguasaan konsep akhir siswa dapat meningkat pada setiap siswa. Berdasarkan implikasi tersebut, secara rinci ditemukan bahwa:
1. Dengan pembelajaran discovery learning dapat meningkatkan kemampuan penguasaan konsep siswa
2. Dengan pembelajaran discovery learning ini dapat memberikan pengalaman belajar siswa secara langsung sehingga pemahaman siswa lebih komprehensif.
3. Dengan terbiasanya siswa melakukan pembelajaran discovery learning maka rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena akan semakin meningkat. Dengan meningkanya rasa ingin tahu, keinginan siswa untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana akan semakin meningkat pula. Selain itu, siswa tidak akan mudah percaya terhadap informasi-informasi yang diterima jika siswa tersebut belum melakukan percobaan terkait hal tersebut
4. Dengan pembelajaran discovery learning ini dapat menanamkan sikap ilmiah kepada siswa agar dapat membuktikan sendiri konsep yang belum dipahami.
C. REKOMENDASI
Berlandaskan kepada hasil temuan penelitian ini, maka ada beberapa pandangan yang mungkin dapat dijadikan masukan atau saran guna meningkatkan penguasaan konsep siswa siswa, diantaranya:
1. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan dapat menyempurnakan beberapa hal diantaranya :
(3)
a. Peneliti diharapkan dapat mengukur juga efektifitas pembelajaran dan kemampuan proses sains siswa
b. Sintaks pembelajaran discovery learning tidak tercapai secara sempurna, oleh karena itu sebaiknya peneliti lebih siap dan menguasai setiap tahap pembelajaran
c. Peneliti sebaiknya melakukan pembiasaan terlebih dahulu karena pembelajaran discovery learning ini menuntut kemandirian, kepercayaan terhadap diri sendiri dan kebiasaan bertindak sebagai subjek.
d. Saat penelitian berlangsung, kondisi siswa harus diperhatikan karena kemungkinan besar akan mempengaruhi hasil penelitian.
2. Kepada pihak sekolah dan pemerintah diharapkan dapat :
a. Menyiapkan guru dengan memberikan pembekalan dan pelatihan mengenai pembelajaran model discovery learning
b. Sekolah sebaiknya membiasakan siswa untuk belajar dengan metode praktikum, karena pembelajaran yang berbasis praktikum selain dapat memunculkan motivasi siswa juga dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang ingin diajarkan.
c. Sekolah menanamkan nilai-nilai sikap ilmiah dalam kehidupan sehari-hari siswa, untuk melatih mereka menjadi seorang ilmuwan demi mengembangkan pengetahuan yang telah mereka dapat sebelumnya.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Amien (1997). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan
Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta : Depdikbud Dikti
PPLPTK
Arikunto, S. (2012). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Campbell, NA., J.B Reece, & E.J. Simon. (2004). Biology. Fifith edition.
California: The Benjamin/ Cummings Publishing.
Dahar, W.R (1996). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta : Erlangga Dahlia, Fitria (2009). Pengaruh Pembelajaran Discovery Learning Terhadap
Peningkatan Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SMP pada Materi Ekosistem. Skripsi Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung
: Tidak diterbitkan
Daryanto (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hamidah, Dida (2012). Pengembangan Guru Biologi SMA Melalui Program
Pelatihan Pedagogical Content Knowledge Pada Materi Genetika.Skripsi
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Bandung : tidak diterbitkan
Hidayat, R. (2012). Profil Kemampuan Berinkuiri Siswa SMP dan Hasil Belajar
Siswa setelah Diterapkan Pembelajaran Levels of Inquiry. Skripsi Jurusan
Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Bandung : Tidak diterbitkan. Kamus Besar Indonesia Edisi Ketiga (2007)
Karim (2011). Penerapan Metode Penemua Terimbing dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa SD. [Online]. Tersedia :
http://jurnal.upi.edu/file/3-Asrul_Karim.pdf. [14 September 2015] Kemendikbud. (2012). Dokumen Kurikulum. Jakarta : Kemendikbud
Kemendiknas. (2011). INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR
MATEMATIKA SMP. Belajar dari PISA dan TIMSS. Jakarta : Kemendiknas
Kompas, (2012). Prestasi Sains dan Matematika Indonesia Menurun. [Online].
Tersedia :
http://edukasi.kompas.com./read/2012/12/14/09005434/Prestasi.Sains.dan.Mat ematika.Indonesia.Menurun. [14 Januari 2014
(5)
Kurnadi, Kemal Adyana. 2009. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi Tubuh
Manusia. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI
Mullis,I.V.S dan Martin,M.O, (2011). TIMSS 2011 Assessment Frameworks.
[Online]. Tersedia :
http://timssandpirls.bc.edu/timss2015/frameworks.html. [14 Januari 2015] Prehati, Wiwin. (2013). Pengertian Penelitian Eksperimen. [Online]. Tersedia :
http://wiwinprehati.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/11/06/pengertian-penelitian-eksperimen/ (22 Januari 2015).
Ristanto, Ichal. 2011. Prestasi Belajar. Online : [Tersedia] : http://sainsedutainment.blogspot.com/2011/10/prestasi-belajar.html [14 Januari 2015
Rokhayati, N. (2010). Peningkatan Penguasan Konsep Matematika melalui
Model Pembelajaran Guided Discovery-Inquiry pada Siswa Kelas VII SMAN I
Sleman.[Online]. Tersedia :
http://eprintas.uny.ac.id/2102/1skripsi_Nuri_Rokhayati.pdf. [16 Juli 2015] Rupilu, N. (2012). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap
Kemampuan Berpikir Formal dan Sikap Ilmiah Siswa. [Online].
Tersedia :
http://pasca.uniksha.ac.id/e-journal/hndex.php/jurnal_ipa/article/download/486/278 [14 Januari 2015] Rustaman. A, Rochinawati. D, Nurjhani. M, Subekti, Redjeki, Yudianto,
Dirdjosoemarto, Hamdiyanti, dan Achmad. (2003). Strategi Belajar Mengajar
Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi UPI.
Sembiring, Langkah., Sudjino. 2009. Biologi. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009
Sugiyono (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Suhara (2009). Dasar-dasar Biokimia. Bandung : Prisma Press
Surapranata, Sumarna (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interprestasi
Hasil Tes : Implementasi Kurikulum 2014. Bandung : Rosda Karya
Takdir, I. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Jogjakarta : DIVA Press.
Trianto, (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka
(6)
Wenning, Carl J. (2004). Levels of Inquiry : Hierarchies of pedadogical practices and inquiry process. Journal Physics Teacher Education Online, 2(3) hlm 3-12 Wenning, Carl J. (2005). Implementing inquiry-based instruction in the science
clasroom. A new model for solving the improvement of practice problem .
Journal Physics Teacher Education Online, 2(4) hlm 9-15
Wenning, Carl J. (2010). Levels of Inquiry : using inquiry spectrum learning sequences to teach science Journal Physics Teacher Education Online, 5(3) hlm 11-20
Wenning, Carl J. (2011). The Levels of Inquiry Model of Science Teaching.
Journal Physics Teacher Education Online, 6(2) hlm 9-16
Winkel, 2007. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi
Wulansari, Putri Ayu (2014). Efektivitas Discovery Learning dalam
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Menyimpulkan. Skripsi