ANALISIS INTERAKSI SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN PARTIKEL MATERI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA MODEL.

(1)

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Penjelasan Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Belajar Mengajar ... 8

B. Interaksi Belajar Mengajar ... 11

C. Media Pembelajaran ... 17

D. Partikel Materi ... 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 24

B. Alur Penelitian ... 24

C. Subjek Penelitian ... 27

D. Instrumen Penelitian ... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 28


(2)

B. Interaksi Siswa dengan Sumber Belajar ... 38

C. Interaksi Siswa antar Kelompok ... 44

D. Interaksi Siswa dengan Guru ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 60


(3)

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian ...29 Tabel 4.1 Nilai dan Kategori Interaksi Siswa dalam Kelompok Satu ...32 Tabel 4.2 Nilai dan Kategori untuk Setiap Aspek Interaksi Siswa Dalam

Kelompok ...35 Tabel 4.3 Nilai dan Kategori Interaksi Siswa dengan Sumber Belajar

pada Kelompok Satu ... 39 Tabel 4.4 Nilai dan Kategori untuk Setiap Aspek Interaksi Siswa dengan

Sumber Belajar ... 42 Tabel 4.5 Nilai dan Kategori Interaksi Siswa Antar Kelompok pada

Kelompok Satu ... 45 Tabel 4.6 Nilai dan Kategori untuk Setiap Aspek Interaksi Siswa antar

Kelompok ... 47 Tabel 4.7 Nilai dan Kategori Interaksi Siswa dengan Guru pada

Kelompok Satu ... 51 Tabel 4.8 Nilai dan Kategori setiap Aspek Interaksi Siswa dengan


(4)

Gambar 2.1 Pola guru-murid... 15

Gambar 2.2 Pola guru-murid-guru... 15

Gambar 2.3 Pola guru-murid-murid... 16

Gambar 2.4 Pola guru-murid, murid-guru, murid-murid ... 16

Gambar 2.5 Pola Melingkar... 17

Gambar 2.7 Partikel Penyusun Besi... 21

Gambar 2.8 Partikel Penyusun NaCl... 22

Gambar 2.9 Molekul O2... 23

Gambar 2.10 Molekul H2O... 23

Gambar 3.1 Alur Penelitian... 25

Gambar 4.1 Grafik Rata-rata Nilai Interaksi Siswa dalam Kelompok... 33

Gambar 4.2 Grafik Rata-rata Nilai Interaksi Siswa dengan Sumber Belajar... 40

Gambar 4.3 Grafik Rata-rata Nilai Interaksi Siswa Antar Kelompok... 46

Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Nilai Interaksi Siswa dengan Guru... 52


(5)

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 60

A.2 Gambar Media Model ... 67

A.3 Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 69

A.4 Kunci Jawaban LKS ... 77

A.5 Petunjuk Pengisian Lembar Observasi ... 82

A.6 Lembar Observasi ... 84

A.7 Angket ... 89

A.8 Pedoman Wawancara ... 90

Lampiran B B.1 Rekapitulasi Nilai dan Kategori Interaksi Siswa ... 91

B.2 Rekapitulasi Nilai dan Kategori untuk Setiap Aspek Interaksi Siswa ... 103

B.3 Rekapitulasi Hasil Angket ... 108

B.4 Transkrip Wawancara ... 110

Lampiran C C.1 Surat Izin Penelitian ... 117

C.2 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 118


(6)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berdasarkan Standar Isi tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi, karena IPA sangat penting sebagai ilmu pengetahuan dan untuk mengembangkan teknologi. Selain itu, pendidikan IPA yang diberikan di sekolah bertujuan agar siswa paham dan menguasai konsep alam. Kimia merupakan salah satu aspek dalam pembelajaran IPA, dimana peserta didik diperkenalkan kimia pertama kali pada tingkatan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Berbeda dengan teknis penyampaian kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA), yang merupakan mata pelajaran terpisah, kimia di SMP masih termasuk ke dalam rumpun IPA. Oleh karena itu, perlu diterapkannya pembelajaran kimia yang bermakna guna memudahkan pembelajaran selanjutnya di tingkatan yang lebih tinggi.

Penelitian Wiyanto, dkk. (2006) menunjukkan bahwa pada umumnya dalam kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah cenderung monoton yang didominasi oleh penerapan metode ceramah. Dalam pembelajaran tersebut guru berceramah atau menjelaskan, sementara siswa hanya mendengarkan dan mencatat, sehingga siswa tidak diberikan kesempatan untuk menemukan konsep sendiri. Orientasi utama pembelajaran hanya pada penyelesaian materi yang harus disampaikan sesuai alokasi waktu yang tersedia. Penelitian lain, Friedel et al. (Kirna, 2003), menunjukkan bahwa kesulitan siswa


(7)

2

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dalam belajar kimia secara bermakna disebabkan oleh rendahnya kualitas pemahaman terhadap konsep dasar kimia, salah satunya partikel materi. Partikel materi yang menjelaskan konsep-konsep inti kimia, seperti atom, ion dan molekul, merupakan konsep abstrak, sehingga sebagian siswa juga merasakan kurang tertarik karena merasa jenuh dengan metode ceramah yang biasa digunakan, dan siswa menganggap bahwa materi abstrak kurang aplikatif.

Selain dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan, keberhasilan pembelajaran juga dipengaruhi oleh kesesuaian tingkat berfikir dengan materi yang diajarkan (Nuroso dan Joko, 2010). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa kemampuan berpikir abstrak siswa SMP masih rendah. Berbeda dengan pernyataan Piaget (Dahar, 1996), pada tingkat operasional formal (usia > 11 tahun) tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret, melainkan sudah mampu berpikir abstrak. Namun, pada umumnya guru mengalami kesulitan dalam mengajarkan kimia yang bersifat abstrak kepada siswa SMP, dan sebagian besar siswa SMP tersebut masih belum mampu berpikir abstrak, khususnya dalam pembelajaran partikel materi.

Ketidakpahaman siswa dalam menangkap pelajaran terkadang membuat siswa kebingungan untuk mengungkapkannya dalam bentuk pertanyaan, sehingga menyebabkan rendahnya keaktifan dan interaksi siswa dikelas. Oleh karena itu, pembelajaran yang terjadi dapat dikatakan hanya transfer ilmu dari guru ke siswa, dan siswa hanya menghafal apa yang telah disampaikan oleh guru atau apa yang ada dalam buku, sehingga pengetahuan yang didapat dari guru bersifat sementara dan sewaktu-waktu dapat terlupakan.


(8)

Di sisi lain, berdasarkan Undang-undang (UU) No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju perubahan-perubahan tingkah laku baik intelektual, moral maupun sosial agar dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial. Dalam mencapai tujuan tersebut siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar yang diatur guru melalui proses pengajaran (Sudjana dan Rivai, 2011).

Beberapa peneliti menyebutkan interaksi sebagai elemen penting untuk pembelajaran siswa dan untuk keberhasilan seluruh efektifitas pendidikan, Shale dan Garison menyebutkan bahwa pendidikan merupakan interaksi antara guru, siswa dan bahan ajar, sedangkan Moore menyatakan tiga jenis interaksi yang penting dalam pembelajaran adalah interaksi siswa dengan guru, siswa dengan bahan ajar dan siswa dengan siswa (Sher, 2009). Dengan interaksi tersebut, siswa memperoleh informasi tidak hanya dari guru, tetapi juga dari bahan ajar dan siswa lain sehingga informasi yang diperoleh menjadi lebih lengkap.

Pada proses interaksi belajar mengajar, guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan tetapi membantu menciptakan kondisi kelas yang kondusif serta memberikan motivasi agar siswa dapat mengembangkan potensi, keaktifan dan kreatifitasnya melalui kegiatan pembelajaran (Sardiman, 2011). Interaksi


(9)

4

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

belajar-mengajar yang berjalan searah menjadikan kondisi yang tidak proporsional, guru sangat aktif dan sebaliknya siswa menjadi pasif. Agar terjadi interaksi antar siswa, diperlukan suatu kegiatan yang dapat menjadikan siswa berkomunikasi satu sama lain, sehingga terjadi interaksi yang komunikatif, misalnya dengan kegiatan diskusi dan adanya objek yang didiskusikan.

Salah satu alat bantu yang dapat digunakan untuk menciptakan interaksi siswa adalah media pembelajaran. Media pembelajaran ini berfungsi untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam memahami pelajaran dan sebagai alat bantu dalam memahami materi pelajaran. Untuk memahami materi yang bersifat abstrak, dapat pula digunakan media sebagai proses pengubahan dari pengetahuan abstrak ke yang lebih konkret. Salah satu media yang memiliki fungsi untuk pengubahan tersebut diantaranya adalah model. Menurut Sudjana dan Rivai (2011), model merupakan tiruan tiga dimensional dari objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya.

Menurut Sudjana dan Rivai (2011), manfaat media pengajaran dalam proses belajar siswa diantaranya pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, mendemonstrasikan dan lain-lain. Selain itu, media pembelajaran berperan sebagai penunjang dalam penerapan metode pembelajaran, sehingga akan meningkatkan kualitas interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Penelitian Dori dan Barak (2000) memberikan informasi


(10)

bahwa penggunaan model dapat mengatasi kesulitan siswa dalam memahami konsep kimia abstrak, seperti struktur ruang molekul.

Dengan adanya media model yang digunakan dalam proses belajar mengajar, diharapkan dapat membantu siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran dengan cara berinteraksi dengan lingkungan belajarnya, baik dengan sesama siswa, dengan guru maupun dengan sumber belajar. Selain itu, partikel materi yang bersifat abstrak dapat terlihat lebih nyata dan diharapkan siswa memahami materi yang dipelajari untuk jangka waktu yang panjang.

Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui interaksi siswa pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model. Aspek interaksi yang dikaji adalah interaksi siswa dengan siswa dalam kelompok, siswa dengan siswa antar kelompok, siswa dengan guru dan siswa dengan sumber belajar. Penelitian pada pembelajaran partikel materi menggunakan media model dilakukan secara kelompok. Aspek yang dikaji oleh peneliti lain dalam kelompok penelitian ini adalah penguasaan konsep siswa dan pengaruh penggunaan media model dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini secara umum adalah “Bagaimana interaksi siswa SMP pada pembelajaran partikel materi

dengan menggunakan media model?”. Rumusan masalah tersebut dapat diuraikan


(11)

6

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Bagaimana interaksi siswa dalam diskusi kelompok pada pembelajaran partikel materi menggunakan media model?

2. Bagaimana interaksi siswa dengan sumber belajar pada pembelajaran partikel materi menggunakan media model?

3. Bagaimana interaksi siswa antar kelompok pada pembelajaran partikel materi menggunakan media model?

4. Bagaimana interaksi siswa dengan guru pada pembelajaran partikel materi menggunakan media model?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai berbagai interaksi siswa SMP yang terjadi pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru

a. Memberikan informasi kepada guru kimia mengenai interaksi siswa pada pokok bahasan partikel materi, sehingga dapat dijadikan referensi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya.

b. Dapat membantu proses kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik dan mudah dipahami dengan memanfaatkan media pendukung yang ada dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.


(12)

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan kemampuan berinteraksi dalam pembelajaran baik dengan siswa lainnya, guru, maupun dengan sumber belajar yang digunakan. b. Memberikan kemudahan dalam mempelajari konsep yang bersifat

abstrak menggunakan media model.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian, maka diberikan penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya) (Tim Penyusun Pusat Bahasa, 2005).

2. Interaksi belajar-mengajar atau interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran (Sardiman, 2011).

3. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2011). Dalam penelitian ini, media dikhususkan sebagai media pembelajaran sebagai alat untuk menyampaikan pesan pembelajaran. 4. Model adalah tiruan tiga dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu

besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, atau terlalu ruwet untuk dibawa ke dalam kelas dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya (Sudjana, 2011).


(13)

24

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa atau kejadian yang terjadi (Sudjana dan Ibrahim, 2009). Peneliti berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya, untuk kemudian digambarkan sebagaimana adanya. Dengan menggunakan metode deskriptif peneliti berusaha memberikan gambaran mengenai interaksi siswa melalui pelaksanaan diskusi selama pembelajaran partikel materi menggunakan media model. Untuk memperoleh data penelitian, dikembangkan instrumen yang berupa lembar observasi, angket dan pedoman wawancara yang diharapkan dapat menggambarkan proses interaksi siswa yang terjadi.

B. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan gambaran bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Alur penelitian merepresentasikan tahap persiapan, pelaksanaan, sampai tercapainya suatu kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat. Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.


(14)

perbaikan perbaikan

Tahap Pelaksanaan Tahap Persiapan

Gambar 3.1. Alur Penelitian

Berdasarkan alur penelitian tersebut, tahapan-tahapan yang dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan analisis pokok bahasan partikel materi pada Standar Isi dan buku teks IPA SMP.

Pelaksanaan pembelajaran

Pengisian Angket Wawancara

Analisis data

Penarikan Kesimpulan

Observasi

Analisis pokok bahasan partikel materi pada Standar Isi dan buku teks IPA SMP

Studi kepustakaan mengenai interaksi belajar mengajar dan media model

Penyusunan perangkat pembelajaran

Pembuatan Media model

Pembuatan instrumen penelitian

Validasi media model perbaikan

Validasi instrumen Validasi perangkat

pembelajaran

Tahap Akhir


(15)

26

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai interaksi belajar mengajar dan media model.

c. Penyusunan proposal untuk diajukan kepada pembimbing. d. Melaksanakan seminar proposal penelitian.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang meliputi rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS), serta media model untuk atom, ion dan molekul.

f. Pembuatan instrumen penelitian yang meliputi lembar observasi, angket dan pedoman wawancara.

g. Melakukan validasi perangkat pembelajaran, media model dan instrumen. h. Melakukan revisi terhadap perangkat pembelajaran, media model dan

instrumen.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode diskusi. Satu kelas dibagi menjadi 6 kelompok (enam sampai tujuh siswa), yang terdiri dari 2 kelompok atom, 2 kelompok ion dan 2 kelompok molekul. Pola interaksi didesain berdasarkan pola guru-murid, murid-guru, murid-murid (gambar 2.4).

b. Pengumpulan data dilakukan oleh observer (1 observer untuk 1 kelompok) dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

c. Memberikan angket kepada siswa setelah pembelajaran dilakukan.

d. Melakukan wawancara kepada sebagian siswa (dilakukan di luar jam pelajaran)


(16)

3. Tahap 3 Akhir

a. Mengolah data dari lembar observasi, angket dan hasil wawancara. b. Menganalisis data hasil penelitian

c. Menarik kesimpulan

C. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan disalah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Kota Bandung. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII, sebanyak 39 orang. Untuk kepentingan wawancara, dipilih satu orang perwakilan dari setiap kelompok.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian yaitu lembar observasi, angket dan pedoman wawancara.

1. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati secara langsung interaksi yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran. Dalam lembar observasi ini dicantumkan beberapa indikator interaksi yang akan dianalisis. Penilaian setiap aspek interaksi terdiri dari 3 skala yaitu 0 sampai 2.

2. Angket

Angket digunakan untuk mengetahui sebaran siswa yang melakukan interaksi selama pembelajaran partikel materi menggunakan media model. Angket yang digunakan merupakan tes skala sikap yang mengacu pada parameter skala


(17)

28

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Guttman (Sugiyono, 2010). Angket disusun berdasarkan indikator-indikator interaksi siswa terhadap pembelajaran partikel materi menggunakan media model. Pilihan jawaban respon siswa terdiri dari Ya dan Tidak. Pengisian angket dilakukan setelah proses pembelajaran berlangsung.

3. Pedoman Wawancara

Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur, yaitu peneliti menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis untuk pengumpulan datanya. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang tidak terukur dalam lembar observasi maupun angket, seperti respon siswa selama pembelajaran dan alasan siswa dalam hal berinteraksi. Wawancara ini dilakukan setelah proses pembelajaran selesai.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan pada saat pembelajaran dan setelah pembelajaran. Pada saat pembelajaran, digunakan lembar observasi untuk mengetahui interaksi siswa selama pembelajaran partikel materi menggunakan media model yang dilakukan oleh para observer, sedangkan angket diberikan kepada siswa setelah pembelajaran, untuk mengetahui jumlah keseluruhan siswa yang melakukan interaksi, serta wawancara dilakukan oleh peneliti bersama sebagian siswa untuk mengetahui hal-hal yang tidak didapatkan pada hasil observasi dan angket.


(18)

F. Teknik Pengolahan Data 1. Lembar observasi

a) Menyusun tabel rekapitulasi data interaksi untuk tiap-tiap aspek interaksi seluruh siswa dalam kelompok masing-masing.

b) Mengubah jumlah skor mentah ke dalam bentuk persentase berdasarkan rumus :

�� �� % = � �ℎ

� � × 100%

c) Menginterpretasikan nilai persentase sesuai dengan skor penilaian, sesuai dengan tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian (Arikunto dan Cepi, 2010)

Presentase (%) Kategori

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-21 Sangat Kurang

d) Menghitung rata-rata nilai untuk setiap aspek dalam masing-masing kelompok.

e) Menafsirkan nilai rata-rata untuk setiap aspek dalam setiap kelompok. f) Menyusun tabel pengolahan data untuk setiap aspek interaksi dalam

pembelajaran dengan cara menjumlahkan skor mentah per aspek interaksi. g) Menghitung jumlah skor mentah untuk aspek secara keseluruhan.

h) Menghitung nilai persentase per aspek interaksi.

�� �� % = � �ℎ


(19)

30

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

i) Menafsirkan nilai persentase pada setiap aspek. 2. Angket

Pernyataan-pernyataan dalam angket sikap siswa diolah berdasarkan tes skala Guttman. Setiap jawaban pernyataan diberi diberi nilai 1 jika respon “Ya”dan nilai 0 jika respon “Tidak”. Setiap pernyataan dihitung berdasarkan kategori nilai dan diubah ke dalam bentuk persentase. Pengkategorian dilakukan berdasarkan kriteria penilaian Arikunto dan Cepi (2010) seperti pada tabel 3.1.

3. Pedoman wawancara

Pengolahan data pedoman wawancara dilakukan dengan membuat suatu transkrip wawancara. Berdasarkan hasil transkripsi tersebut, data wawancara dianalisis dengan cara deskriptif untuk mendukung data hasil observasi dan mengetahui hal-hal yang tidak didapatkan pada saat observasi.


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dikemukakan kesimpulan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model. Selain itu, diberikan saran untuk perbaikan pembelajaran di masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh mengenai interaksi siswa adalah:

1. Interaksi siswa dalam kelompok pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model termasuk ke dalam kategori baik dengan rata-rata nilai sebesar 79,17%.

2. Interaksi siswa dengan sumber belajar pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model termasuk ke dalam kategori sangat baik dengan rata-rata nilai sebesar 93,78%.

3. Interaksi siswa antar kelompok pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model termasuk ke dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai sebesar 51,32%.

4. Interaksi siswa dengan guru pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model termasuk ke dalam kategori baik dengan rata-rata nilai sebesar 78,90%.


(21)

57

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan:

1. Media model dalam pembelajaran kimia dapat digunakan untuk menciptakan interaksi siswa dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak, khususnya partikel materi.

2. Pada saat diskusi kelas, sebaiknya tempat duduk siswa diatur dengan posisi melingkar, agar seluruh siswa dapat memperhatikan satu sama lain, serta dapat terjadi interaksi yang lebih banyak, terutama untuk meningkatkan interaksi antar kelompok.

3. Pada awal pembelajaran, guru sebaiknya memberikan pengarahan yang jelas agar siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses diskusi selama pembelajaran berlangsung.

4. Semua siswa mendapatkan bahan diskusi yang sama agar pada saat diskusi kelas tidak terdapat siswa yang kebingungan karena tidak memahami pokok materi yang sedang didiskusikan. Hal ini diharapkan dapat menjadikan solusi agar interaksi siswa dengan sumber belajar berlangsung lebih optimal.

5. Pada saat pembelajaran, diperlukan pengaturan waktu yang efektif dalam hal diskusi kelompok maupun diskusi kelas, terutama dalam memberikan kesempatan pada siswa dalam bertanya dan melakukan interaksi berbagai arah. Media model dapat diberikan sebelumnya agar siswa dapat memahami sebelumnya dan waktu berdiskusi siswa di dalam kelas tidak terlalu lama.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, T. (2008). “Upaya Peningkatan Kemampuan Mengajukan Pendapat dalam Pembelajaran Kewarganegaraan Melalui Penggunaan Metode

Diskusi”. Widyatama, 5(2), 42-28.

Arifin, M, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. dan Cepi S. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Diyanti, P. dan Sutijono. (2011). Implementasi Strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Keberanian Bertanya Siswa pada Guru di Kelas. [Online].

Tersedia: http://ppb.jurnal.unesa.ac.id. [5 Juli 2012].

Dori, Y., dan Barak, M. (2000). “Computerized Molecular Modeling: Enhancing Meaningful Chemistry Learning”. Proceedings of the Fourth International Conference of the Learning Sciences, 185-192.

Harijanto, M. (2007). “Pengembangan Bahan Ajar Untuk Peningkatan Kualitas

Pembelajaran Program Pendidikan Pembelajar Sekolah Dasar”. Didaktika,

2(1), 216-226.

Kirna, I. M. (2003). “Penerapan Strategi Realita-Analogi-Diskusi Menggunakan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pemahaman Siswa SMU Kelas I Semester 1 tentang Konsep Partikel Materi, Zat Tunggal, Campuran, Ato

dan Molekul”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja


(23)

59

Siti Nuur Asiyah jamiel, 2012

Analisis Interaksi Siswa Smp Pada Pembelajaran Partikel Materi Dengan Menggunakan Media Model

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Nuroso, H. dan Joko, S. (2010). “Model Pengembangan Modul IPA Terpadu

Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa”. JP2F, 1(1), 35-46.

Pono dan Juwita. (2010). “Penggunaan Diskusi Kelompok Metode Kepala

Bernomor Dalam Pembelajaran Matematika dan Pengaruhnya Terhadap

Hasil Belajar Siswa”. EduMa, 2(2), 89-96.

Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sher, A. (2009). “Assessing the relationship of instructor and student-student interaction to student-student learning and satisfaction in Web-based Online

Learning Environment”. Journal of Interactive Online Learning, 8(2),

102-120.

Sudjana, N. dan Rivai. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sunarya, Y. (2007). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 20, 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman, M. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wasis dan Sugeng Y. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 2: SMP/MTs Kelas VIII.

Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wiyanto, A. S., dkk. (2006). “Potret Pembelajaran Sains di SMP dan SMA”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 4(2), 63-66.


(1)

F. Teknik Pengolahan Data 1. Lembar observasi

a) Menyusun tabel rekapitulasi data interaksi untuk tiap-tiap aspek interaksi seluruh siswa dalam kelompok masing-masing.

b) Mengubah jumlah skor mentah ke dalam bentuk persentase berdasarkan rumus :

�� �� % = � �ℎ

� � × 100%

c) Menginterpretasikan nilai persentase sesuai dengan skor penilaian, sesuai dengan tabel 3.1.

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian (Arikunto dan Cepi, 2010) Presentase (%) Kategori

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

0-21 Sangat Kurang

d) Menghitung rata-rata nilai untuk setiap aspek dalam masing-masing kelompok.

e) Menafsirkan nilai rata-rata untuk setiap aspek dalam setiap kelompok. f) Menyusun tabel pengolahan data untuk setiap aspek interaksi dalam

pembelajaran dengan cara menjumlahkan skor mentah per aspek interaksi. g) Menghitung jumlah skor mentah untuk aspek secara keseluruhan.

h) Menghitung nilai persentase per aspek interaksi.

�� �� % = � �ℎ


(2)

i) Menafsirkan nilai persentase pada setiap aspek.

2. Angket

Pernyataan-pernyataan dalam angket sikap siswa diolah berdasarkan tes skala Guttman. Setiap jawaban pernyataan diberi diberi nilai 1 jika respon

“Ya”dan nilai 0 jika respon “Tidak”. Setiap pernyataan dihitung berdasarkan

kategori nilai dan diubah ke dalam bentuk persentase. Pengkategorian dilakukan berdasarkan kriteria penilaian Arikunto dan Cepi (2010) seperti pada tabel 3.1.

3. Pedoman wawancara

Pengolahan data pedoman wawancara dilakukan dengan membuat suatu transkrip wawancara. Berdasarkan hasil transkripsi tersebut, data wawancara dianalisis dengan cara deskriptif untuk mendukung data hasil observasi dan mengetahui hal-hal yang tidak didapatkan pada saat observasi.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini dikemukakan kesimpulan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model. Selain itu, diberikan saran untuk perbaikan pembelajaran di masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh mengenai interaksi siswa adalah:

1. Interaksi siswa dalam kelompok pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model termasuk ke dalam kategori baik dengan rata-rata nilai sebesar 79,17%.

2. Interaksi siswa dengan sumber belajar pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model termasuk ke dalam kategori sangat baik dengan rata-rata nilai sebesar 93,78%.

3. Interaksi siswa antar kelompok pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model termasuk ke dalam kategori cukup dengan rata-rata nilai sebesar 51,32%.

4. Interaksi siswa dengan guru pada pembelajaran partikel materi dengan menggunakan media model termasuk ke dalam kategori baik dengan rata-rata nilai sebesar 78,90%.


(4)

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan:

1. Media model dalam pembelajaran kimia dapat digunakan untuk menciptakan interaksi siswa dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa untuk memahami konsep-konsep kimia yang bersifat abstrak, khususnya partikel materi.

2. Pada saat diskusi kelas, sebaiknya tempat duduk siswa diatur dengan posisi melingkar, agar seluruh siswa dapat memperhatikan satu sama lain, serta dapat terjadi interaksi yang lebih banyak, terutama untuk meningkatkan interaksi antar kelompok.

3. Pada awal pembelajaran, guru sebaiknya memberikan pengarahan yang jelas agar siswa termotivasi untuk terlibat dalam proses diskusi selama pembelajaran berlangsung.

4. Semua siswa mendapatkan bahan diskusi yang sama agar pada saat diskusi kelas tidak terdapat siswa yang kebingungan karena tidak memahami pokok materi yang sedang didiskusikan. Hal ini diharapkan dapat menjadikan solusi agar interaksi siswa dengan sumber belajar berlangsung lebih optimal.

5. Pada saat pembelajaran, diperlukan pengaturan waktu yang efektif dalam hal diskusi kelompok maupun diskusi kelas, terutama dalam memberikan kesempatan pada siswa dalam bertanya dan melakukan interaksi berbagai arah. Media model dapat diberikan sebelumnya agar siswa dapat memahami sebelumnya dan waktu berdiskusi siswa di dalam kelas tidak terlalu lama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, T. (2008). “Upaya Peningkatan Kemampuan Mengajukan Pendapat dalam Pembelajaran Kewarganegaraan Melalui Penggunaan Metode

Diskusi”. Widyatama, 5(2), 42-28.

Arifin, M, dkk. (2003). Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Arikunto, S. dan Cepi S. (2010). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Aunurrahman. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dahar, R.W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Diyanti, P. dan Sutijono. (2011). Implementasi Strategi Modeling Partisipan untuk Meningkatkan Keberanian Bertanya Siswa pada Guru di Kelas. [Online].

Tersedia: http://ppb.jurnal.unesa.ac.id. [5 Juli 2012].

Dori, Y., dan Barak, M. (2000). “Computerized Molecular Modeling: Enhancing Meaningful Chemistry Learning”. Proceedings of the Fourth International Conference of the Learning Sciences, 185-192.

Harijanto, M. (2007). “Pengembangan Bahan Ajar Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Program Pendidikan Pembelajar Sekolah Dasar”. Didaktika, 2(1), 216-226.

Kirna, I. M. (2003). “Penerapan Strategi Realita-Analogi-Diskusi Menggunakan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pemahaman Siswa SMU Kelas I Semester 1 tentang Konsep Partikel Materi, Zat Tunggal, Campuran, Ato

dan Molekul”. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.1.


(6)

Nuroso, H. dan Joko, S. (2010). “Model Pengembangan Modul IPA Terpadu

Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa”. JP2F, 1(1), 35-46.

Pono dan Juwita. (2010). “Penggunaan Diskusi Kelompok Metode Kepala

Bernomor Dalam Pembelajaran Matematika dan Pengaruhnya Terhadap

Hasil Belajar Siswa”. EduMa, 2(2), 89-96.

Sardiman, A. M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sher, A. (2009). “Assessing the relationship of instructor and student-student interaction to student-student learning and satisfaction in Web-based Online

Learning Environment”. Journal of Interactive Online Learning, 8(2), 102-120.

Sudjana, N. dan Rivai. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, N. dan Ibrahim. (2009). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Sunarya, Y. (2007). Kimia Umum. Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang-undang Republik Indonesia, Nomor 20, 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Usman, M. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wasis dan Sugeng Y. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam 2: SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.

Wiyanto, A. S., dkk. (2006). “Potret Pembelajaran Sains di SMP dan SMA”. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 4(2), 63-66.