PENGARUH MEDIA MODEL PARTIKEL MATERI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII.

(1)

PENGARUH MEDIA MODEL PARTIKEL MATERI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VIII

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat untuk Memperoleh GelarSarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kimia

Oleh: WIWIN SUPIYAH

0800063

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PengaruhMedia Model Partikel Materi dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada didalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Maret 2013 Yang membuat pernyataan,


(3)

(4)

ABSTRAK

Siswa sekolah menengah dengan perkembangan kognitif level konkrit dituntut untuk memahami pelajaran abstrak dan memiliki keterampilan berpikir kritis. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh media model partikel materi dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode kuasi eksperimen jenis two group pre-test post-test.Subjek penelitian adalah 64 orang siswa kelas VIII salah satu SMP swasta di kota Bandung. Pengumpulan data dilakukan melalui tes tertulis, pengisian angket dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa rata-rata meningkat sebesar 68,02% yang termasukkategoribaik.Uji beda rata-rata menggunakan independent ttest menunjukan signifikansi (sig.(2-tailed))sebesar 0,036,artinyaterdapat perbedaanpeningkatan keterampilan berpikir kritis yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Siswa berpendapat bahwa pembelajaran dengan media model membuat mereka ingin lebih banyak bertanya; mudah mendefinisikan atom, ion, dan molekul; memudahkan siswa membuat hipotesis dan kesimpulan, dan menggolongkan contoh-contoh. Sementara itu, menurut pendapat guru media model menarik, meningkatkan keinginan siswa untuk belajar dan memudahkan guru menjelaskan materi. Berdasarkan hasil penelitian, media model dapat menjadi alternatif dalam proses pembelajaran.

ABSTRACT

The student of secondary school has cognitive development on concrete level, but lesson about something abstract should be understood and skill of critical thinking should had. The purpose of this research is for getting the information about the influence of material particel model media on invroving skill of critism thinking of the student of VIII junior high school. This research is done by using quasi experiment methods in short of two group pre-test post-test. The research subject are 64 people students class on one of private junior high school at Bandung city. Data is collected by writting test. questionnaire, and interview. The result of research shows that achievement of critical thinking skill of students are improve significantly 68, 02 % and it includes a good category. Different mean test that use independent test show that the significance (sig.(2-tailed)) is 0,036 , means that there is an improvement on skill of critical thinking significantly to experiment class if compared with control class. The opinion of students shows that learning by model media made students want to asking questions more; definite atom, ion and molecule easily; and facilitate students for making hypothesis, conclutions, and classificate the examples. On the other side, the opinion of teacher said that model media is interesting, improves the desire of student to study hard and facilitates teacher to explain the lesson. By the result of research, media model can be the one of alternatives for learning proccess.


(5)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Hipotesis Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Media Model Partikel Materi ... 8

B. Keterampilan Berpikir Kritis ... 13

C. Materi Kimia Partikel materi ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 23

B. Alur Penelitian ... 24


(6)

Kritis (KBKr) ... 35

B. Perbedaan Pencapaian Keterampilan Berpikir Kritis Siswapada Pembelajaran Partikel Materi untuk kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 44

C. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran Partikel Materi Menggunakan Media Model ... 49

D. Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran Partikel Materi Menggunakan Media Model ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 59


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pencapaian standar-standar pendidikan seperti yang telah digariskan pada undang-undang perlu segera direalisasikan. Hal tersebut dilakukan untuk menjawab tantangan yang terus meningkat seiring perubahan zaman di era globalisasi. Hal ini kemudian menuntut peningkatan kompetensi lulusan pada setiap lembaga pendidikan,sedangkan lulusan yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh peningkatan mutu pendidikan.

Kurikulum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sudah dirancang sebagai pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi siswa. Pengetahuan IPA SMP menjadi dasar pengetahuan yang merangsang siswa peka terhadap isu-isu lingkungan di sekitarnya. Praktiknya kompetensi yang dimiliki siswa SMP belum meningkat sesuai harapan, sebab masih lemahnya pengetahuan IPA yang dimiliki siswa. Peningkatan kompetensi yang belum sesuai harapan ini harus segera diatasi diantaranya dengan mengkombinasikantingkat perkembangan kognitif siswa SMP dengan metode belajar dan media yang sesuai.

Piaget (Arifin, 2003)menyatakan ada empat tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu: (1) tahap sensori motorik, berlangsung sejak lahir sampai 2 tahun; (2) tahap pra-operasional, berlangsung sejak usia 2 sampai 7 tahun; (3) tahap operasional konkret, berlangsung sejak usia 7 sampai 12 tahun; (4) tahap


(8)

operasional formal, berlangsung sejak usia 12 tahun keatas. Berdasarkan tahap perkembangan kognitif di atas, maka siswa SMP digolongkan pada tahap operasional formal, yakni siswa dapat berpikir logis tanpa kehadiran benda-benda konkret.

Pendapat lain justru menyatakan sebaliknya. Ausubel menyatakan bahwa jika diteliti lebih jauh, sebenarnya siswa pada tingkat menengah masih berpikir pada level operasional konkret (Arifin, 2003). Pada level ini siswa sudah bisa berpikir logis dan hal-hal rumit, dengan syarat hal tersebut disajikan secara konkret. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Andriani (2009) bahwa 60% siswa SMP kelas VIII masih berpikir konkret.

Berdasarkan alasan inilah, maka pada proses pembelajaran IPA SMP memerlukan fakta melalui benda-benda konkret, misalnya alat peraga. IPAmeliputi benda tampak, dan benda tak nampak atau abstrak. Alat indera kita memiliki keterbatasan dalam pengamatan. Alat peraga membantu siswa lebih mudah menguasai konsep sains abstrak yang tidak bisa diamati oleh alat indera.

Salah satu alat peraga yang dapat digunakan adalah media model. Media model merupakan benda tiruan yang menyerupai benda atau fenomena aslinya. Salah satu kelebihan media model adalah meminimalisasi penggunaan bahasa verbal dan meningkatkan visualisasi benda, sesuai dengan perkembangan kognitif siswa SMP yang sebagian besar menggunakan penglihatan untuk menyerap informasi. Edgar Dale dalam Suyanti (2010), menyatakan bahwa benda tiruan akan memudahkan siswa memahami pelajaran karena menuju ke arah pengalaman nyata atau konkrit. Snead (2011) mengemukakan bahwa siswa dapat


(9)

memvisualisasikan konsep yang abstrak setelah melalui pembelajaran menggunakan media model yang konkret dan praktis. Pudjiati (2004), mengemukakan bahwa alat peraga membantu peserta didik memahami teorema-teorema, simbol-simbol, dan hal-hal tak nampak dikarenakan alat peraga yang berupa model dapat dilihat, dipegang, dan diputarbalikan sehingga mudah dipahami. Hal ini didukung oleh penelitian Parmin (2005), bahwa media model dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dikarenakan siswa lebih mudah memahami pelajaran yang abstrak.

Salah satu pelajaran IPA SMP yang sangat abstrak adalah partikel materi. Pada level SMP kompetensi dasar yang diharapkan adalah menjelaskan konsep atom, ion, dan molekul; menghubungkan konsep atom, ion, dan molekul dengan produk kimia sehari-hari; dan membandingkan molekul unsur dan molekul senyawa. Atom, ion, dan molekul merupakan benda-benda abstrak yang tidak nampak oleh indera karena ukurannya yang sangat kecil,karenanya keberadaan model akan sangat membantu siswa mempelajari partikel materi sekaligus diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi IPA yang tidak nampak oleh mata. Pelajaran IPA di SMP tidak hanya menjadi dasar pengetahuan terhadap lingkungan, namun juga sebagai tahap persiapan untuk mempelajari mata pelajaran kimia di SMA yang lebih abstrak. Pembelajaran konkret yang dilaksanakan di tingkat SMP juga diharapkan menjadi wahana peningkatan pola berpikir siswa, dari penghafal menjadi pemikir yang lebih logis, lebih baik lagi menjadi pemikir yang kritis.


(10)

Upaya mengkombinasikan tingkat perkembangan kognitif siswa dengan strategi pembelajaran yang baik, belum cukup untuk menjawab tantangan di masa depan. Hal ini dikarenakan pada masa kini telah berkembang tuntutan-tuntutan lain salah satunya adalah tuntutan keterampilan berpikir kritis. Pada masa kini, berpikir kritis merupakan keterampilan yang dianggap sangat penting. Berpikir kritis diyakini membawa manfaat langsung dalam dunia pendidikan, yakni dapat meningkatnya kemampuan akademik sekaligus outcome pendidikan (Muhfahroyin, 2005). Siswa tidak hanya pintar dalam mengerjakan tes-tes tertulis di sekolah, namun juga tanggap terhadap berbagai isu dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir kritis mampu menyiapkan peserta didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, serta dapat dipakai untuk pemenuhan intelektual dan pengembangan potensi peserta didik, karena dapat mempersiapkan peserta didik untuk menjalani karir dan kehidupan nyatanya (Liliasari, 2009).

Praktiknya masih banyak siswa yang belum terlatih untuk berpikir kritis termasuk pada kalangan mahasiswa, hal ini dikarenakan mereka kurang mendapat latihan sejak sekolah menengah (Fischer, 2009).Kemampuan berpikir kritis siswa juga belum begitu pesat seperti ditemukan pada hasil-hasil penelitian Junjunan (2011), Sugiyanti (2005), danRohayati (2012).Hal ini dikarenakan masih banyaknya siswa yang terbiasa dilatih menghafal konsep demi tercapainya standar kelulusan, tanpa membiarkan mereka mencoba menemukan sendiri informasi yang mereka butuhkan (Rahayu, 2005).

Masalah di atas menyebabkan pendidik terus dituntut kreativitasnya untuk mengembangkan proses belajar yang sesuai dengan perkembangan kognitif siswa


(11)

sekaligus melatih keterampilan berpikir kritis siswa. Senada dengan hasil kajian Rajendran (2002) bahwa keterampilan berpikir kritis penting untuk dimasukan ke kurikulum sekolah. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis merupakan suatu keharusan dan seyogyanya dikembangkan sejak dini, yakni mulai dari tingkat SMP (Rianawati, 2011).

Berdasarkan sejumlah latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Media Model Partikel Materi dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa kelas VIII.Harapannya media model yang digunakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan sejumlah latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian adalah bagaimana pengaruh media model partikel materi dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII?. Adapun sub-sub masalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pencapaiansiswa pada setiap indikator keterampilan berpikir kritis?

2. Bagaimana perbedaan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran partikel materi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap pembelajaran partikel materi menggunakan media model?


(12)

4. Bagaimana tanggapan guru terhadap pembelajaran partikel materi menggunakan media model?

C. Batasan Masalah

Keterampilan berpikir kritis pada penelitian ini didasarkan pada keterampilan berpikir kritis menurut Ennis (Costa, 1985). Model partikel (atom, ion, molekul) yang digunakan berdasarkan teori Dalton dimana atom merupakan bola pejal.

D. Hipotesis Penelitian

Melalui pembelajaran menggunakan media model maka keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII meningkat.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah mengetahui pengaruh media model partikel materi dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII. Tujuan khusus penelitian dibagi ke dalam beberapa poin sebagai berikut:

1. Mengetahui sejauh mana pencapaiansiswa pada setiap indikator keterampilan berpikir kritis.

2. Mengetahui perbedaan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran partikel materi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran partikel materi


(13)

4. Mengetahui tanggapan guru terhadap pembelajaran partikel materi menggunakan model.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

a. Siswa memperoleh pengalaman belajar baru yang dapat menjadikannya individu aktif dan menghilangkan sifat ketergantungan terhadap fasilitator.

b. Siswa terlatih untuk kritis terhadap berbagai fenomena di lingkungan sekitarnya.

2. Bagi guru

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi sekaligus menginspirasi guru dalam menggali potensi-potensi lain yang dapat berkembang pada siswa SMP ketika digunakan media model yang baru.

b. Pembelajaran menggunakan model partikel diharapkan dapat menjadi alternatif pembelajaran baru di kelas.

c. Pembelajaran menggunakan model partikel materi diharapkan menjadi khazanah yang baik bagi kemajuan pendidikan.


(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pre experimental design (quasi eksperimen) jenis two group pre-test post-test. Desain ini menempuh tiga langkah. Langkah pertama, memberikan tes awal (pretes) untuk mengukur kemampuan awal. Langkah kedua, memberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan media model partikel materi(kelas eksperimen) dan tanpa media model (kelas kontrol). Langkah ketiga, memberikan tes. Langkah keempat memberikan lembar angket dan mewawancarai guru.Selanjutnya data hasil penelitian akan dianalisis agar diketahui berapa pencapaian siswa pada setiap indikator keterampilan berpikir kritis setelah perlakuan, perbedaan pencapaianketerampilan berpikir kritis yang disebabkan oleh penerapan perlakuan pada kelas eksperimen dan kontrolberdasarkan perbandingan nilai gainskor pretes dan postes,serta tanggapan siswa dan guru terhadap media model. Penggambaran desain penelitian diperlihatkan pada tabel 3.1.

Tabel 3.1: Ilustrasi Two Group Pretest-Posttest (Sugiyono, 2010)

Subjek Pretes Perlakuan Postes

E O1 X O2

K O1 - O2

Keterangan: E = kelas eksperimen; K = kelas kontrol; O1 = Nilai pretes; O2 = nilai postes; X = perlakuan


(15)

B. Alur Penelitian

Penelitian ini dasarnya dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan akhir. Alur penelitian disusun agar penelitian yang dilakukan terarah, sistematis, dan sesuai dengan tujuan. Alur penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

Validasi perangkat pembelajaran (RPP)

Menganalisispokok bahasan partikel materi pada standar isi dan buku teks kimia SMP

Penyusunan perangkat pembelajaran(RPP)

Studi kepustakaan mengenai keterampilan berpikir kritis dan media model

Pembuatan media model atom, ion, dan molekul

Pembuatan instrumen (soal tes, lembar angket

& wawancara)

Validasi media model atom, ion, dan molekul

Uji coba soal tes

Pelaksanaan pretes

Pelaksanaan postes Pembelajaran dengan model

Pengisian angket Pelaksanaan wawancara

Analisis data nilai tes, angket, dan wawancara

Temuan dan pembahasan

Penarikan kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Tahap Persiapan

Tahap Pelaksanaan

Tahap Penyelesaian

Pembelajaran tanpamodel Validasi instrumen


(16)

C. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. (Sugiyono, 2010).Berdasarkan variabel dan kebutuhan penelitian maka disusun instrumen sebagai berikut:

1. Soal tes (pilihan ganda beralasan dan essay)

Tes merupakan sekumpulan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010). Jurnal NationwideTesting of Critikal Thinking dari Robert H. Ennis (2008), menyebutkan ada dua jenis tes yang dapat dipakai untuk melihat ketercapaian indikator berpikir kritis. Jenis pertama pilihan ganda (multiple choice) dan jenis kedua essay terbuka (open-ended testing).

Masing-masing jenis tes memiliki kelebihan dan kelemahan. Jenis tes pilihan ganda memudahkan peneliti untuk mengukur ketercapaian dikarenakan memiliki kunci jawaban pasti, namun tidak bisa mengukur adanya pengetahuan yang tidak terungkap. Jenis tes essaymemiliki keunggulan mampu mengungkap seluruh kemampuan siswa di dalam tes, namun sangat memungkinkan terjadinya subjektifitas dan inkonsistesi dalam penilaian. Selain kelemahan jenis tes pilihan ganda yang disampaikan di atas, jenis tes ini juga memungkinkan adanya penebakan. Oleh karena itu, dibuatlah soal pilihan ganda yang dimodifikasi, sehingga berbentuk pilihan ganda beralasan.


(17)

Sebelum melaksanakan tes, soal yang telah dibuat diuji kelayakannya terlebih dahulu. Uji kelayakan dilakukan sebanyak dua kali yakni uji validitas dan uji reliabilitas.

a. Uji validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah soal yang akan diujikan mengukur apa yang hendak diukur atau tidak. Soal dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang hendak diukur. Salah satu cara pengujian validitas adalah judgment experts, yakni dimana para ahli memberikan pendapatnya tentang aspek yang telah disusun. Para ahli kemudian akan memberi keputusan apakah soal tes yang akan digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, atau mungkin diperbaiki secara total (Sugiyono, 2010).Terdapat 6 soal essay dan 6 soal PG yang dinyatakan valid, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.1.

b. Uji reliabilitas

Reliabilitas dapat menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010). Firman (2000) menyatakan bahwa reliabilitas adalah ukuran sejauh mana alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang, atau dengan kata lain keterandalan. Uji reliabilitas pada penelitian kali ini menggunakan salah satu alat bantu statistik, yakni Anates. Hal ini dikarenakan skor yang


(18)

dihitung bukan antara 0 sampai 1, namun antara 0 sampai 3, sehingga perhitungannya menggunakan alat hitung reliabilitas dengan skor sejenis skor soal essay.

Reliabilitas tes dapat menunjukan bahwa suatu soal dapat dipercaya pada derajat tertentu. Salah satu rujukan yang digunakan adalah kriteria derajat reliabilitas tes uji menurut Guilford (Erman, 2003). Kriteria derajat reliabilitas tes uji dapat dilihat pada tabel 3.2. Reliabilitas soal essay adalah sebesar 0,78 termasuk kriteria tinggi, sedangkan reliabilitas soal PG adalah sebesar 0,88 termasuk kriteria tinggi. Data uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2.

Tabel 3.2 Tabel Kriteria Reliabilitas (Erman, 2003)

Nilai Kriteria

0,90 < r11  1.00 Sangat tinggi 0,70 < r11  0.90 Tinggi 0,40 < r11  0,70 Sedang 0,20 < r11  0,40 Rendah

r11  0,20 Sangat rendah

c. Taraf Kemudahan

Taraf kemudahan soal (F) adalah proporsi bagian dari seluruh siswa yang menjawab benar pada pokok uji tersebut. Pokok uji dengan F>0,75 tergolong mudah, pokok uji dengan 0,25F0,75 tergolong sedang, dan pokok uji dengan F< 0,25 tergolong sukar (Firman, 2000). Perhitungan taraf kemudahan juga menggunakan alat hitung statistik, Anates. Hal ini disebabkan oleh skor persoal


(19)

bukan antara 0 sampai 1, namun antara 0 sampai 3, sehingga perhitungan taraf kemudahannya menggunakan alat hitung dengan skor sejenis skor soal essay.Berdasarkan perhitungan diperoleh informasi terdapat 5 soal essay dengan taraf sedang dan 1 soal essay dengan taraf mudah. Selain itu, terdapat 6 soal PG dengan taraf sedang. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2. d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal (D) adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan berkemampuan rendah(Arikunto, 2009). Daya pembeda soal ditunjukan dalam beberapa kriteria. Kriteria daya pembeda soal dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tabel Kriteria Klasifikasi Daya Pembeda (Erman, 2003)

Nilai Kriteria

0,70 <DP 1.00 Sangat baik 0,40 <DP 0.70 Baik 0,20 <DP 0,40 Cukup

0,00 <DP0,20 Jelek

DP0,00 Sangat jelek

Daya pembeda pada penelitian ini dihitung dengan alat ukur statistik Anates.Hal ini juga disebabkan oleh skor persoal bukan antara 0 sampai 1, namun antara 0 sampai 3, sehingga perhitungan daya pembeda menggunakan alat hitung yang dengan skor sejenis skor soal essay. Berdasarkan perhitungan diperoleh informasi terdapat 2 soal essay dengan kriteria cukup, 3 soal essay dengan


(20)

kriteria baik, dan 1 soal essay dengan kriteria sangat baik. selain itu terdapat 2 soal essay dengan kriteria cukup, 3 soal essay dengan kriteria baik, dan 1 soal essay dengan kriteria sangat baik. Data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.2.

2. Angket

Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentangnya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010). Angket yang digunakan dapat berbentuk cheklist atau pilihan ganda. Bentuk cheklist memungkinkan terjadinya pilihan sikap tanpa membaca soal terlebih dahulu dikarenakan adanya posisi jawaban yang sudah diketahui (Sugiyono, 2010).Oleh sebab itu, digunakan angket bentuk pilihan ganda sebanyak 20 soal. Angket pilihan ganda memungkinkan peletakan pilihan yang berbeda-beda untuk setiap stem positif ataupun negatif, sehingga memperbesar kemungkinan pengisian soal dengan membaca terlebih dahulu dan memperbesar nilai keakuratan data. Angket yang digunakan pada penelitian menggunakan Skala Likert dengan 4 opsi, sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju sehingga diperoleh data yang lebih bervariasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian.


(21)

3. Pedoman Wawancara

Wawancara yang dilakukan adalah jenis wawancara tidak terstruktur. Hal ini memungkinkan diperolehnya data yang lebih banyak dan bermanfaat dari data yang diinginkan sebelumnya namun belum terpikirkan oleh peneliti.

D. Teknik Analisis Data

1. Pengolahan skor tes

Hasil tes yang diperoleh siswa dirubah ke dalam bentuk skor. Skoring hasil pretes dan postes mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Pilihan jawaban benar diberi skor 1, sedangkan pilihan jawaban salah diberi skor 0

b. Disertai alasan tepat diberi skor 2, tidak tepat diberi skor 1, tidak disertai alasan diberi skor 0

2. Analisis hasil tes

a. Analisis pencapaian pada setiap indikator keterampilan berpikir kritis

i. Skor soal pretes dan postes perindikator dikelompokan, kemudian dihitung nilai pencapaiannya.

ii. Besarnya pencapaian diterjemahkan pada beberapa kategori. Kategori pencapaian diadaptasi dari kategori penilaian menurut Arikunto sebagai berikut:


(22)

Tabel 3.4Kategori penilaian (Arikunto, 2010)

Nilai Kriteria

81-100 Sangat baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Jelek

1-20 Sangat jelek

b. Analisis perbedaan pencapaian kelas eksperimen dan kelas kontrol 1. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran data di nilai tertinggi dan terendah. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu data. Uji normalitas berfungsi sebagai titik acuan peneliti untuk selanjutnya menggunakan teknik statistik parametrik atau nonparametrik (Arikunto, 2010). Terdapat dua hipotesis, Ho adalah hipotesis untuk data terdistribusi normal, sedangkan Ha adalah hipotesis untuk data tidak terdistribusi normal. Apabila data terdistribusi normal, maka analisis statistik selanjutnya menggunakan analisis parametrik. Sedangkan bila data tidak terdistribusi normal, maka analisis statistik selanjutnya menggunakan teknik statistik nonparametrik. Uji normalitas dilakukan menggunakan alat hitung statistik program SPSS 18,0.

2. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan apabila data diketahui terdistribusi normal. Uji homogenitas dapat digunakan untuk mengetahui


(23)

variasi data yang digunakan sehingga menentukan langkah perhitungan selanjutnya. Terdapat dua hipotesis, Ho adalah hipotesis untuk data yang memiliki varian yang sama, sedangkan Ha adalah hipotesis untuk data yang memiliki varian yang berbeda. Uji homogenitas menentukan jenis analisis statistik apa yang selanjutnya akan dilakukan. Apabila uji variansi menunjukan data homogen, maka selanjutnya pengujian signifikansi menggunakan uji-t, sedangkan apabila uji variansi menunjukan data tidak homogen maka selanjutnya pengujian signifikansi menggunakan uji-t’ (Priyatno, 2012). 3. Uji t dan uji-t’

Uji-t merupakan uji perbandingan dua rata-rata. Data yang digunakan adalah data gainkelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan uji-t’ merupakan uji perbandingan sebelum dan sesudah perlakuan. Uji-t menggunakan jenis tes Independent test. Sedangkan uji-t’ menggunakan jenis tes Mann Whitney U. 4. Uji data tak terdistribusi normal

Data yang telah diuji normalitas kemudian menunjukan tidak terdistribusi normal, maka analisis selanjutnya menggunakan analisis statistik nonparametrik. Pengujian beda rata-rata bisa dilakukan langsung tanpa melalui uji homogenitas, yakni menggunakan uji Wilcoxon.


(24)

c. Analisa hasil angket dan wawancara

Data angket yang diperoleh sebelumnya diolah dengan skala Likert yang kemudian dipresentasikan. Selanjutnya hasil angket dan wawancara diolah secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang muncul pada saat penelitian.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka pada bab berikut ini disampaikan kesimpulan penelitian dan saran-saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan media model menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII rata-rata sebesar 68,02% termasuk kategori baik. Angka ini diperoleh dari rata-rata pencapaian kelima keterampilan berpikir kritis. Pencapaian keterampilan merumuskan pertanyaan sebesar 67,71%, keterampilan membuat definisi sebesar 65,97%, keterampilan mencari persamaan dan perbedaan sebesar 65,10%, keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis sebesar 73,96%, dan keterampilan menggolongkan contoh meningkat sebesar 67,36%.

2. Ada perbedaan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa yang signifikan dalam pembelajaran partikel materi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran dengan menggunakan media model dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tanpa media model.


(26)

3. Siswa umumnya merasa senang belajar menggunakan media model karena menarik, membantu memahami konsep kimia, membuat lebih antusias belajar, meningkatkan rasa ingin tahu, mendorong lebih banyak bertanya, dan mendorong untuk belajar mandiri. Namun ada kekurangan pada media model sehingga ada beberapa siswa yang kurang memahami materi dengan baik.

4. Guru mengapresiasi media model yang digunakan dalam pembelajaran, karena lebih memudahkan guru memberikan penjelasan pada siswa, selain itu membuat suasana belajar lebih menyenangkan.Siswa menjadi lebih antusias belajar. Oleh karena itu guru bersedia memakai media model pada pembelajaran partikel materi. Meski demikian guru menanggapi perlu adanya perbaikan pada model sehingga model berfungsi secara lebih maksimal.

B. Saran-saran

Berdasarkan sejumlah pengamatan terhadap pembahasan hasil penelitian maka saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, sebaiknya melatih kemampuan bertanya siswa pada pembelajaran-pembelajaran berikutnya dengan cara menghadirkan media model yang sesuai, sehingga siswa terlatih untuk bertanya dan kritis terhadap hal-hal baru maupun fenomena disekitarnya.


(27)

2. Seandainya memungkinkan, masing-masing siswa sebaiknya mendapat media model, jika tidak memungkinkan sebaiknya masing-masing kelompok mendapat ketiga jenis media model.

3. Media model harus mengalami perbaikan, diantaranya tanda positif dan negatif pada media model ion diperbesar. Tulisan ‘kelompok molekul unsur’ dan ‘kelompok molekul senyawa’ disertakan pada media molekul. Serta ukuran benda-benda (dalam hal ini benda bulat/mutiara) sebaiknya memiliki perbedaan yang terlihat jelas apabila dilihat dari jarak jauh.


(28)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. M, dkk. (2003). Strategi Belajar dan Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Amri, K. dan Nur I. (2012). Karakteristik Media Tiga Dimensi. Makalah. Institut Agama Islam Negeri Walisongo: Tidak diterbitkan.

Andriani. (2009). Analisis Tingkat Perkembangan Kognitif Siswa SMP Kelas IX di Kota Malang. Tesis: Malang: FPMIPA UM.

Arikunto. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi 5). Jakarta: Bumi Aksara.

---. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinekha Cipta.

Chang, R. (2004). Kimia Dasar- Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Costa, A. L. (1985). Develoving Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Virginian Association for Supervision and Curriculum Development.

Ennis, R. (2008). Nationwade Testing of Critical Thinking for Higher Education: Vigilance Required. Univercity of Illionis Urbana-Champaign.

---. (2002). An Outline of Goals for Critical Thinking Curriculum and its Assesment. [Online]. Tersedia: www.criticalthinking.net [19 Juni 2012] Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan

Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Fathan. (2011). Peranan Multimedia Interaktif pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Penguasaaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Bandung: FPMIPA UPI.

Firman, Harry.(2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Fischer, A. (2009). Berpikir Kritis, Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hakim, A. (2011). Hypnosis in Teaching. Jakarta: Transmedia Pustaka.

Harrison. (2003). Exiting Teaching and Learning When Multiple Models are Used to Explain Chemistry Ideas. Queesland: Central Queesland University.


(29)

Junjunan, S. (2011). Kontribusi Gaya Belajar dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMA Bandung. Skripsi. Bandung: FPMIPA UPI.

Kirna. I. M. (2003). “Penerapan Strategi Realita-Analogi-Diskusi Menggunakan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pemahaman Siswa SMU Kelas I Semester I tentang Konsep Partikel Materi, Zat Tunggal, Campuran, Atom, dan Molekul.” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.1.

Liliasari. (2009). Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionalitas Guru. [Online]. Tersedia : http://file.upi.edu/ai.php. [20 Juni 2012].

Lund & Lund. (2012). Testing for Normality Using SPSS. [Online]. Tersedia:https://statistics.laerd.com/index.php.[12 Januari 2013].

Miarso, Y. H. (2011). Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://blog.tp.ac.id. [27 juli 2011].

Mudjiono. (1992). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Muhfahroyin (2005). “Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis”. Ulasan Critichal Thinking as a Core Skill, The Ability to Think Critically is a Key Skill for Academic Success (Wal,2003; Northedge, 2005). [Online]. Tersedia: http://muhfahroyin.blogspot.com [19 Juni 2012].

Musfiqon. (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Parmin. (2005). Pengaruh Penggunaan Media Model dan Gambar Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Skripsi. Bandung: FPMIPA UPI.

Pudjiati. (2004). Pengenalan Alat Peraga dan Alat Hitung Matematika. Diklat Pembelajaran, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Malang: UM.

Priyatno, D. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Rahayu. (2010). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Pada Pembelajaran Konsep Redoks Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi. Bandung: FPMIPA UPI.

Rajendran. (2002). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas IX. Skripsi. Malang: FMIPA UM.

Ranawati, I. (2011). Berpikir Tingkat Tinggi (High Level Thinking). [Online]. Tersedia: Idarianawati.blogspot.com.


(30)

Rohayati, A. Pendekatan Kontekstual dalam Pelembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Berpikir Kritis pada Siswa SMP. Tesis Magister Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sanjaya W. (2006). Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Snead. (2011) “Difficulties Teaching Abstract Concepts in Secondary Chemistry Clasroom”. International Journal of Reserch and Science Technology Vol III (3):205-207.

Sudjana dan Rivai. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sunarya, Y. (2007). Kimia Umum berdasarkan Prinsip-prinsip Kimia Modern.

Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Sugiyanti, H. (2005). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMPN 1 Tambakromo Kabupaten pati Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Snead, L. P. (2011) . Difficulties Teaching Abstract Concepts in Secondary

Chemistry Classroom. [online]. Tersedia:

http://cheminfo2011.wikispaces.com. [14 Februari 2013].

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : UPI Press.

Widhiyanti, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Sifat Koligatif Larutan. Artikel Ilmiah. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka pada bab berikut ini disampaikan kesimpulan penelitian dan saran-saran untuk perbaikan di masa yang akan datang.

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran menggunakan media model menunjukkan bahwa pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII rata-rata sebesar 68,02% termasuk kategori baik. Angka ini diperoleh dari rata-rata pencapaian kelima keterampilan berpikir kritis. Pencapaian keterampilan merumuskan pertanyaan sebesar 67,71%, keterampilan membuat definisi sebesar 65,97%, keterampilan mencari persamaan dan perbedaan sebesar 65,10%, keterampilan mengemukakan kesimpulan dan hipotesis sebesar 73,96%, dan keterampilan menggolongkan contoh meningkat sebesar 67,36%.

2. Ada perbedaan pencapaian keterampilan berpikir kritis siswa yang signifikan dalam pembelajaran partikel materi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pembelajaran dengan menggunakan media model dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis lebih baik dibandingkan


(2)

3. Siswa umumnya merasa senang belajar menggunakan media model karena menarik, membantu memahami konsep kimia, membuat lebih antusias belajar, meningkatkan rasa ingin tahu, mendorong lebih banyak bertanya, dan mendorong untuk belajar mandiri. Namun ada kekurangan pada media model sehingga ada beberapa siswa yang kurang memahami materi dengan baik.

4. Guru mengapresiasi media model yang digunakan dalam pembelajaran, karena lebih memudahkan guru memberikan penjelasan pada siswa, selain itu membuat suasana belajar lebih menyenangkan.Siswa menjadi lebih antusias belajar. Oleh karena itu guru bersedia memakai media model pada pembelajaran partikel materi. Meski demikian guru menanggapi perlu adanya perbaikan pada model sehingga model berfungsi secara lebih maksimal.

B. Saran-saran

Berdasarkan sejumlah pengamatan terhadap pembahasan hasil penelitian maka saran-saran yang dapat dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi guru, sebaiknya melatih kemampuan bertanya siswa pada pembelajaran-pembelajaran berikutnya dengan cara menghadirkan media model yang sesuai, sehingga siswa terlatih untuk bertanya dan kritis terhadap hal-hal baru maupun fenomena disekitarnya.


(3)

2. Seandainya memungkinkan, masing-masing siswa sebaiknya mendapat media model, jika tidak memungkinkan sebaiknya masing-masing kelompok mendapat ketiga jenis media model.

3. Media model harus mengalami perbaikan, diantaranya tanda positif dan negatif pada media model ion diperbesar. Tulisan ‘kelompok molekul unsur’ dan ‘kelompok molekul senyawa’ disertakan pada media molekul. Serta ukuran benda-benda (dalam hal ini benda bulat/mutiara) sebaiknya memiliki perbedaan yang terlihat jelas apabila dilihat dari jarak jauh.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. M, dkk. (2003). Strategi Belajar dan Mengajar Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Amri, K. dan Nur I. (2012). Karakteristik Media Tiga Dimensi. Makalah. Institut Agama Islam Negeri Walisongo: Tidak diterbitkan.

Andriani. (2009). Analisis Tingkat Perkembangan Kognitif Siswa SMP Kelas IX di Kota Malang. Tesis: Malang: FPMIPA UM.

Arikunto. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi 5). Jakarta: Bumi Aksara.

---. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinekha Cipta.

Chang, R. (2004). Kimia Dasar- Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Costa, A. L. (1985). Develoving Minds A Resource Book for Teaching Thinking. Virginia: Virginian Association for Supervision and Curriculum Development.

Ennis, R. (2008). Nationwade Testing of Critical Thinking for Higher Education: Vigilance Required. Univercity of Illionis Urbana-Champaign.

---. (2002). An Outline of Goals for Critical Thinking Curriculum and its Assesment. [Online]. Tersedia: www.criticalthinking.net [19 Juni 2012] Erman. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan

Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.

Fathan. (2011). Peranan Multimedia Interaktif pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Penguasaaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Skripsi. Bandung: FPMIPA UPI.

Firman, Harry.(2000). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Fischer, A. (2009). Berpikir Kritis, Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Hakim, A. (2011). Hypnosis in Teaching. Jakarta: Transmedia Pustaka.

Harrison. (2003). Exiting Teaching and Learning When Multiple Models are Used to Explain Chemistry Ideas. Queesland: Central Queesland University.


(5)

Junjunan, S. (2011). Kontribusi Gaya Belajar dan Kemandirian Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa SMA Bandung. Skripsi. Bandung: FPMIPA UPI.

Kirna. I. M. (2003). “Penerapan Strategi Realita-Analogi-Diskusi Menggunakan Multimedia untuk Meningkatkan Kualitas Pemahaman Siswa SMU Kelas I Semester I tentang Konsep Partikel Materi, Zat Tunggal, Campuran, Atom, dan Molekul.” Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja No.1.

Liliasari. (2009). Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia Menuju Profesionalitas Guru. [Online]. Tersedia : http://file.upi.edu/ai.php. [20 Juni 2012].

Lund & Lund. (2012). Testing for Normality Using SPSS. [Online]. Tersedia:https://statistics.laerd.com/index.php.[12 Januari 2013].

Miarso, Y. H. (2011). Langkah-langkah dalam Metode Pembelajaran. [Online] Tersedia: http://blog.tp.ac.id. [27 juli 2011].

Mudjiono. (1992). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Muhfahroyin (2005). “Memberdayakan Kemampuan Berpikir Kritis”. Ulasan Critichal Thinking as a Core Skill, The Ability to Think Critically is a Key Skill for Academic Success (Wal,2003; Northedge, 2005). [Online]. Tersedia: http://muhfahroyin.blogspot.com [19 Juni 2012].

Musfiqon. (2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Parmin. (2005). Pengaruh Penggunaan Media Model dan Gambar Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Skripsi. Bandung: FPMIPA UPI.

Pudjiati. (2004). Pengenalan Alat Peraga dan Alat Hitung Matematika. Diklat Pembelajaran, Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Malang: UM.

Priyatno, D. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Rahayu. (2010). Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X Pada Pembelajaran Konsep Redoks Menggunakan Metode Discovery-Inquiry. Skripsi. Bandung: FPMIPA UPI.

Rajendran. (2002). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas IX. Skripsi. Malang: FMIPA UM.


(6)

Rohayati, A. Pendekatan Kontekstual dalam Pelembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Berpikir Kritis pada Siswa SMP. Tesis Magister Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Sanjaya W. (2006). Strategi pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Snead. (2011) “Difficulties Teaching Abstract Concepts in Secondary Chemistry Clasroom”. International Journal of Reserch and Science Technology Vol III (3):205-207.

Sudjana dan Rivai. (2011). Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sunarya, Y. (2007). Kimia Umum berdasarkan Prinsip-prinsip Kimia Modern.

Bandung: Alkemi Grafisindo Press.

Sugiyanti, H. (2005). Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa SMPN 1 Tambakromo Kabupaten pati Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Skripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Snead, L. P. (2011) . Difficulties Teaching Abstract Concepts in Secondary

Chemistry Classroom. [online]. Tersedia:

http://cheminfo2011.wikispaces.com. [14 Februari 2013].

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia. Yogyakarta : Graha Ilmu. Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : UPI Press.

Widhiyanti, T. (2007). Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Sifat Koligatif Larutan. Artikel Ilmiah. Bandung: SPs Universitas Pendidikan Indonesia.