PERAN TAKMIR MASJID DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ISLAM (Studi Di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga) - Test Repository

PERAN TAKMIR MASJID DALAM

  

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN ISLAM

(Studi Di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh:

HANIK ASIH IZZATI

NIM: 111 10 162

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2015

  

MOTTO

“Sesungguhnya termasuk orang-orang pilihan diantara kalian adalah

yang terbaik budi pekertinya”

  

(HR. Bukhari)

  

PERSEMBAHAN

  Kubingkiskan karya sederhana ini untuk:

  

&

Almamaterku tercinta IAIN Salatiga. &

  Ibu &Almarhum Bapak tercinta yang selalu menyayangiku, mendukung, dan menyemangatiku. Terima kasih atas untaian do’a yang tiada henti terucap dari bibir dan hati Ibu untuk kebaikan Ananda.

  &

  Kakak-kakakku Mbak Nur, Mbak Ana, dan Mas Khoirul Anam, terimakasih sudah menjadi sosok pengganti Bapak, menjaga dan melindungiku sampai saat ini.

  &

  Adekku tercinta Agus Naji Al Haq dan semua Keponakanku, terimakasih untuk dukungan kalian, dan semoga tercapai dengan indah cita-cita kalian.

  &

  Teman-teman terbaikku, Attina,Umai,Rizky,Mbak Upla, Ainy, Henni, Amie, Vita, Lilis,Aye,tiwik,Majid,Yudha, Endri,Endang, Vikadan Yahyaterima kasih karena kalian telah membuatku mengerti arti persahabatan.

  &

  Teman-temanD-paSta’10 dan HAPE’10 yang seperjuangan. Makasih atas segala dukungan teman-teman selamaini. One all them..best friends forever.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

  “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas

Pendidikan Islam(Studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatig) .

  Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S1 Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, tidak akan mungkin penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Bapak Dr. Rahmad Haryadi, M.Pd.,selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga.

  2. Ibu Siti Rohayati, M.Ag., selaku dekan FTIK IAIN Salatiga yang telah memberikan, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

  3. Bapak Rasimin, M.Pd.,yang telah membimbing, memberikan nasehat, arahan, serta masukan-masukan yang sangat membangun dalam penyelesaian tugas akhir ini.

  4. Seluruh dosen IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.

  5. Masjid Al Muttaqiin Kalibening, Bapak Masykur Suyuti selaku Ketua Takmir, Bapak Agus Hamin Shodiq selaku sekretaris, Mas Imam Safrudi selaku Ketua TPA Hidayatul Mubtadien dan seluruh pengurus Masjid Al Muttaqiin yang telah memberikan informasi dan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

  6. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

  Amin ya robbal ’alamin Salatiga, 7 Agustus2015

  Penulis Hanik Asih Izzati NIM: 111 10 162

  

ABSTRAK

Izzati, Hanik Asih 2015 Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan

  Islam (studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga) Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Salatiga. Pembimbing: Rasimin,M.pd.

  Kata kunci: peran, takmir masjid, dan pendidikan Islam Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga merupakan masjid yang ada di

Kalibening. Masjid Al Muttaqiin memiliki beberapa kegiatan yang menjadikan

masjid tersebut makmur, salah satunya pendidikan Islam berupa Taman Pendidikan

Al-

  Qur’an (TPA), pengajian tiap hari,tiap bulan, dan tahunan. pengajian taklim,

pengajian Akbar, tadarus di bulan Ramadhandan beberapa kegiatan lainnya. Dari

berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan, kegiatan-kegiatan tersebut pada

akhirnya akan membawa dampak positif bagi masyarakat yang selanjutnya menjadi

landasan dalam kehidupan sehari-hari.Salah satu pendukung utama dalam meningkatkan

pendidikan kualitas pendidikan Islam yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir

masjid sebagai mediator dalam meningkatkan pendidikan nonformal tentunya harus

memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid adalah seorang muslim yang

memiliki kepribadian islami dengan sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti

memahami ilmu agama dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh

sungguh dan bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71).Penelitian ini untuk

menjawab rumusan masalah diantaranya : bagaimana peran takmir masjid Al Muttaqiin,

Kalibening, Tingkir, Salatiga dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam serta apa

faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi takmir masjid dalam

meningkatkan kualitas pendidikan islam di masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir,

Salatiga. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah

observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Analisis data menggunakan teknik

analisis deskriftif kualitatif yang dilakukan dengan memberikan makna terhadap data

yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan dengan pola pikir

induktif Temuan penelitian ini adalah terdapat pada beberapa kegiatan rutin yang telah

berjalan dengan baik di Masjid Al-Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga. Diantaranya

majelis taklim, pengajian ahad sore, dan beberapa kegiatan insidental seperti tabligh

akbar, sholawat bersama, dan tadarus Al- Qur’an di bulan Ramadhan serta terdapat pula

Taman Pendidikan Al-

  Qur’an. Maka dapat disimpulkan bahwa peran takmir masjid Al

Muttaqiin telah berjalan lancar dan baik. Faktor pendukung: tersedianya masjid sebagai

sarana pendidikan yang cukup baik dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang

pendidikan, tersusunnya program kegiatan yang cukup baik sehingga akan tercapai tujuan

yang diinginkan, jumlah jama’ah yang banyak dan selalu aktif, komunikasi dan kerjasama

yang baik antara takmir masjid, remaja masjid, dan jama’ah di masyarakat, remaja masjid

yang menjadi generasi penerus yang selalu memberikan semangat, dan tersedianya dana

yang memadahi. Faktor penghambat: sumber daya manusia, kurangnya kesadaran

masyarakat untuk mengikuti kegiatan secara rutin dan metode pembelajaran yang

monoton dan tidak bervariasi.

  

DAFTAR ISI

  JUDUL.....................................................................................................................i PERTANYAAN KEASLIAN SKRIPSI................................................................ii PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................................iii PENGESAHAN KELULUSAN.............................................................................iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN..........................................................................v KATA PENGANTAR..........................................................................................vii ABSTRAK............................................................................................................ix DAFTAR ISI..........................................................................................................x DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................xv

  BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah..................................................................1 B. Fokus Penelitian...............................................................................6 C. Tujuan Penelitian.............................................................................7 D. Kegunaan Penelitian........................................................................7 E. Penegasan Istilah.............................................................................8 F. Metode Penelitian..........................................................................10

  2. Kehadiran Peneliti..................................................................11 3.

  Lokasi Penelitian....................................................................12 4. Sumber Data...........................................................................12 5. Prosedur Pengumpulan Data.................................................13 6. Analisis Data.........................................................................15 7. Pengecekan Keabsahan Data................................................15 8. Tahap-tahap Penelitian..........................................................16 G. Sistematika Penulisan..................................................................17

  BAB II KAJIAN PUSTAKA............................................................................19 A. Takmir Masjid..............................................................................19 1. Definisi Peran.........................................................................19 2. Pengertian Takmir Masjid......................................................19 3. Kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan takmir masjid............20 B. Masjid..........................................................................................20 1. Definisi Masjid.....................................................................20 2. Sejarah Masjid......................................................................21 3. Pengelolaan Masjid..............................................................23 4. Fungsi Masjid......................................................................31 C. Pendidikan Islam........................................................................37 1. Definisi Pendidikan ............................................................37 2. Dasar –dasar pendidikan Islam...........................................39 3. Tujuan pendidikan Islam....................................................41

  D.

  Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam..........................................................................................43

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN......................47 A. Gambaran Umum Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga.....................................................................................47 1. Sejarah Berdiri Masjid........................................................47 2. Letak Geografis..................................................................48 3. Susunan Organisasi.............................................................48 4. Visi, Misi, dan Tujuan.........................................................50 5. Sarana dan Prasarana..........................................................51 6. Pengelolaan Masjid.............................................................53 B. Kegiatan–kegiatan di Masjid Al Muttaqiin yang dikelola oleh Takmir Masjid ……………………….......................................54 1. Majelis Taklim.....................................................................54 2. Taman Pendidikan Al-Qur’an.............................................57 C. Metode dan materi yang digunakan dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir,

  Salatiga………………………………………………………..57

  1. Metode Ceramah……………………………………....58 2.

  Metode Tanya Jawab…………………………………..58

  3. Metode Diskusi………………………………………...59

  4. Metode Demonstrasi…………………………………...59

  BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ………………………..60 A.

  Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin Kalibening, Tingkir

  Salatiga…....60 B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Takmir Masjid Al

  Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga dalam Meningkatkan Kualitas

  Pendidikan Islam……………………………………..66

  BAB V PENUTUP ……………………………………………………………69 A.

  Kesimpulan.................................................................................69 B. Saran...........................................................................................69

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULIS

  DAFTAR TABEL

Table 3.1 Daftar Inventaris Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir

  Salatiga …………………………………………………………………………54

Table 4.1 Jadwal Pengajian di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir

  Salatiga................................................................................................................63

  DAFTAR LAMPIRAN Lamp. 1 : Pedoman Wawancara Lamp. 2 : Kode Penelitian Lamp. 3: Transkip Wawancara Lamp. 4: Lembar Konsultasi Skripsi Lamp. 5: Surat Penunjukkan Pembimbing Lamp. 6: Surat Bukti Penelitian Lamp. 7: Surat Keterangan Kegiatan Lamp. 8: Daftar Riwayat Hidup

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab 1 pasal 1 ayat 1

  dikemukakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UUD, 2003: 4).

  Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang berproses melalui beberapa tahap dan tingkatan-tingkatan yang mempunyai tujuan yang bertahap dan bertingkat pula. Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses yang panjang, dengan resultat (hasil) yang tidak dapat diketahui dengan segera (Uhbiyati, 2010:15).

  Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam harus bisa menanamkan mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang melandasi, merupakan proses ikhtiariyah yang secara pedagogis mampu mengembangkan hidup anak ke arah kedewasaan/ kematangan yang menguntungkan dirinya (Arifin. 2008: 8).

  Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Kehadiran Pendidikan nonformal dan Informal (PNFI) sesungguhnya telah ada sebelum pendidikan formal. Di masyarakat manapun, pada saat pendidikan formal belum ada, warga masyarakat belajar sesuatu melalui PNFI.

  Pendidikan non formal dan informal diletakkan pada tatanan Pendidikan Sepanjang Hayat, karena membantu masyarakat untuk mengembangkan diri melalui proses pendewasaan yang selalu berusaha menemukan kepuasan bagi diri sendiri, serta dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan untuk kebermaknaan diwaktu yang akan datang. Pengertian pendidikan sepanjang hayat dan belajar sepanjang hayat secara konsep saling mengisi dan tidak terpisahkan satu sama lain.

  Tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah dalam rangka meningkatkan kualitas hidup, yaitu bahwa individu-individu dalam masyarakat dapat belajar dan semestinya terus belajar, dan

  19).Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam non formal adalah pendidikan Islam yang setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang sengajadilakukan untuk melayani manusia di dalam mencapai tujuan belajarnya.Bersamaan dengan itu, Islam memandang pendidikan sebagai dasar utama seseorang diutamakan dan dimuliakan.

  Salah satu wadah pendidikan Islam nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan di masjid, maka dari itu masjid harus mempunyai kegiatan-kegiatan yang dapat menarik masyarakat di sekitar masjid. Sehingga dengan adanya beberapa kegiatan tersebut dapat meningkatkan pendidikan Islam masyarakat.

  Masjid merupakan tempat ibadah multifungsi. Masjid bukanlah tempat ibadah yang dikhususkan untuk shalat dan I’tikaf semata.

  Masjid menjadi pusat kegiatan positif kaum muslimin dan bermanfaat bagi umat .Dari sanalah seharusnya kaum muslimin merancang masa depannya, baik dari segi din (agama), ekonomi, politik, sosial, dan seluruh sendi kehidupan, sebagaimana para pendahulunya memfungsikan masjid secara maksimal.

  Fungsi masjid selain sebagai tempat ibadah adalah sebagai tempat penyebaran dakwah dan ilmu Islam. Masjid juga menjadi menerima duta-duta asing, tempat pertemuan pemimpin-pemimpin Islam, tempat bersidang, dan madrasah bagi orang-orang yang ingin menuntut ilmu khususnya tentang ajaran Islam. Pendidikan kaum Muslim berpusat di masjid-masjid. Masjid Quba merupakan masjid pertama yang dijadikan Rasulullah SAW sebagai institusi pendidikan. Di dalam masjid, Rasululllah SAW mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah dimana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari- hari (M. Syafi’i Antonio, 2007: 185).

  Dalam dunia pendidikan Rasulullah, menggunakan masjid sebagai tempat pengajaran agam Islam. Pendidikan Islam memiliki hubungan erat dengan masjid. Pendidikan Islam merupakan motor atau mesin bagi masjid. Masjid tidak akan makmur jika jama’ah atau masyarakat memiliki pendidikan Islam yang rendah. Pendidikan Islamlah yang mengajak mereka berbondong-bondong menuju masjid, mengajarkan kepada mereka pentingnya shalat berjama’ah.Bahkan masjid menjadi pusat pendidikan Islam (Haidar, 2009: 62).Jika diamati keadaan sebagian besar masjid sekarang sangat memprihatinkan.

  Masjid hany a digunakan untuk shalat Jum’at, Maghrib isya, dan subuh. Setelah itu masjid akan dikunci rapat sampai waktu subuh atau shalat Jum’at datang lagi. Masjid dipenuhi jama’ah hanya waktu shalat shalat Tarawih semakin maju mendekati imam. Kemudian setelah Ramadhan berakhir, berakhir pula kemakmuran masjid (Supardi dan Amiruddin, 2001: 119).

  Keadaan tersebut tidak oleh dibiarkan berlarut. Masyarakat perlu dibina dan mengajak mereka untuk mengoptimalkan peran masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam masyarakat. Masyarakat saat ini belum paham tentang fungsi masjid. Mereka menganggap masjid hanya khusus digunakan untuk shalat dan pengajian saja. Selain dua kegiatan itu mereka menganggap tidak boleh dilakukan. Maka para tokoh dan takmir masjid yang berkompeten perlu memberikan pengarahan kepada masyarakat. Baik itu melalui rapat RT, pengajian atau cara lainnya. Adapun salah satu cara untuk memakmurkan masjid adalah menjadikan masjid sebagai lembaga pendidikan Islam bagi masyarakat seperti pengajian, Taman Pendidikan AlQur’an (TPA), kajian dan beberapa kegiatan yang lain.

  Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga merupakan masjid yang ada di Kalibening. Masjid Al Muttaqiin memiliki beberapa kegiatan yang menjadikan masjid tersebut makmur, salah satunya pendidikan Islam berupa Taman Pendidikan Al-

  Qur’an (TPA), pengajian tiap hari,tiap bulan, dan tahunan. pengajian taklim, pengajian Akbar, tadarus di bulan Ramadhandan beberapa kegiatan lainnya. Dari berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan, kegiatan-kegiatan masyarakat yang selanjutnya menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari.

  Salah satu pendukung utama dalam meningkatkan pendidikan kualitas pendidikan Islam yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir masjid sebagai mediator dalam meningkatkan pendidikan nonformal tentunya harus memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid adalah seorang Muslim yang memiliki kepribadian islami dengan sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti memahami ilmu agama dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh sungguh dan bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71)

  Dari pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam bagi masyarakat yang berjudul

  “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas

  Pendidikan Islam (Studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga) ”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan maslah penelitian ini adalah sebagai berikut:

  Bagaimana peran Takmir Masjid Al Muttaqiin Tingkir Salatiga 1.

dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam?

  2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat Takmir Masjid

  dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al

C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran Takmir Masjid Al Muttaqiin Tingkir Salatiga dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam.

  2. mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan Untuk

  menghambat Takmir Masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.

D. Kegunaan Penelitian

  Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis dan praktis:

1. Manfaat Praktis : a.

  Bagi Peneliti : Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan apabila nantinya berkecimpung dalam masyarakat, khususnya dalam hal peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam masyarakat dan mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di masjid Al Muttaqiin Kalibening Tingkir Salatiga.

  b.

  Bagi Takmir Masjid :

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan keputusan dengan tujuan terciptanya pendidikan Islam yang berkualitas.

  c.

  Bagi Takmir Masjid Al Muttaqiin : Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan khususnya dalam upaya- upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam di masyarakat.

2. Manfaat Teoretis

  Untuk menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan kongkrit tentang peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam serta mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam meningkatkan kualitas pendidikan Islam di masjid Al Muttaqiin, Kalibening, Tingkir, Salatiga, sekaligus dapat digunakan sebagai bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis.

E. Penegasan Istilah

  Agar mempermudah pemahaman serta untuk menentukan arah yang jelas dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan dan maksud penulisan judul sebagai berikut: 1.

  Pengertian Takmir Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun, merawat maupun memakmurkannya, termasuk

  Pengurus takmir masjid harus berupaya untuk membentuk remaja masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja Muslim. Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan remaja Muslim akan menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid, melalui bidang pembinaan remaja masjid, tinggal memberi kesempatan dan arahan kepada remaja masjid untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam (Siswanto, 2005: 56-57).

2. Kualitas Pendidikan Islam

  Kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu (Depdikbud, 1988: 467).Pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan pe- dan akhiran

  • –an, yang berarti proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Depdiknas, 2005: 263).

  Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi (Arifin. 2008: 8).

3. Masjid Al Muttaqiin

  Masjid Al Muttaqiin adalah salah satu masjid yang ada di Salatiga.Masjid ini terletak di Desa Kalibening, Tingkir, Salatiga. Masjid ini merupakan salah satu masjid yang memiliki kegiatan, yaitu adanya majelis taklim dengan kegiatan seperti pengajian rutin dan pengajian ahad pagi pada bulan Ramadhan dan hari biasa, tadarusan setiap malam bulan Ramadhan, pengajian akbar, Taman Pendidikan Al-

  Qur’an (TPA).

  Berdasarkan penjelasan istilah di atas, maka maksud dari judul penelitian “Peran Takmir Masjid dalam Meningkatkan Kualitas

  Pendidikan Islam (Studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga)” adalah untuk mengetahui potret peran masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam serta untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di masjid Al Muttaqiin. (studi di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga).

F. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan

  Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi.Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi, langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-lain (Zuriah, 2009: 95).

  Melalui metode kualitatif penulis dapat mengenal orang (subjek) secara pribadi dan melihat perkembangan definisi mereka sendiri tentang dunia ini. Penulis dapat merasakan apa yang mereka alami dalam pergaulan dengan masyarakat mereka sehari-hari, mempelajari kelompok-kelompok dan pengalaman-pengalaman yang mungkin belum penulis ketahui sama sekali. Yang terakhir metode kualitatif memungkinkan penulis menyelidiki konsep- konsep yang dalam penelitian lainnya intinya akan hilang. Konsep- konsep seperti keindahan, rasa sakit, keimanan, penderitaan, frustasi, harapan, dan kasih sayang dapat diselidiki sebagaimana orang-orang yang sesungguhnya dalam kehidupan mereka sehari- hari (Sugiyono, 2007: 30).

2. Kehadiran Peneliti

  Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data.Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi di tengah- tengah objek penelitian dan melakukan pengamatan, wawancara mendalam dan aktivitas-aktivitas lainnya demi memperoleh data penelitian, tanpa mewakilkan pada orang lain. hal ini bertujuan agar kegiatan yang berkaitan dalam menggali, mengidentifikasi data informasi dan fenomena yang muncul di lapangan dapat diperoleh secara akurat.

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Masjid Al Muttaqiin yang berlokasi di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota

  Salatiga pada tanggal 01 Maret 2015 sampai dengan selesai.

  4. Sumber Data Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga peneliti memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.

  Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010: 107).Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam penelitian (Alwi, 2007: 794).

  Subyek penelitian adalah keseluruhan dari informan atau sumber yang hendak diteliti (Arikunto,2010:256) dalam hal ini subyeknya adalah: a.

  Takmir Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.

  b.

  Ustadz/Ustadzah TPA di Masjid Al Muttaqiin c.

  Santri TPA di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah interview (wawancara), observasi, dan dokumentasi.

  a.

  Interview (Wawancara) Interview atau wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi (Nasution, 1996: 113). Wawancara ialah percakapan dua orang atau lebih (Usman dan Akbar, 1996: 57). Dari hasil wawancara ini diharapkan penulis dapat memperoleh data yang diperlukan yang berkaitan dengan peran takmir masjid dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam serta faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan kualitas pendidikan islam di Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga.

  Penelitian ini menggunakan wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang hanya memuat garis besar yang akan ditanyakan (Arikunto, 2010: 197). Dimana pewawancara berpedoman pada pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. serta mengajukan pertanyaan mengalihkan pada alur yang telah ditentukan, jika jawaban dari responden mulai menyimpang dari arah pertanyaan.Dalam hal ini penulis memperoleh keterangan dari responden dengan berdialog langsung.

  b.

  Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Arikunto,

  2010: 54). Observasi dilakukan untuk memperoleh data yang belum diperoleh waktu wawancara dan dokumentasi.

  c.

  Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen- dokumen (Arikunto, 2010: 73). Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian seperti:

  1) Deskripsi Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga

  2) Visi, Misi dan Tujuan berdirinya Masjid Al Muttaqiin

  Kalibening Salatiga 3)

  Struktur Organisasi Masjid Al Muttaqiin Kalibening Salatiga

  4) Sarana dan Fasilitas yang digunakan dalam pendidikan islam

  5) Program Masjid dalam meningkatkan kualitas

  6. Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2008: 244).

  Penelitian ini menggunakan analisis secara kualitatif untuk mengolah data dari lapangan: a.

  Pengumpulan data Proses analisis data di mulai dari menelaah seluruh data yang diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik, seperti wawancara mendalam (indepth interview), observasi dan dokumentasi yang diperoleh dari penelitian.

  b.

  Penyajian data Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai dengan data yang telah di reduksi terlebih dahulu.

  c.

  Kesimpulan Yaitu permasalahan penelitian yang menjadi pokok pemikiran terhadap apa yang akan diteliti.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh triangulasi, yakni data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar terhindar dari subyektivitas.

8. Tahap-tahap Penelitian

  Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut: a.

  Tahap pra lapangan

  1 Mengajukan judul penelitian

  2 Menyusun proposal penelitian

  3 Konsultasi penelitian kepada pembimbing b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:

  1) Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian

  2) Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus penelitian

  3) Pencatatan data yang telah dikumpulkan c.

  Tahap analisa data, meliputi kegiatan: 1)

  Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian 2)

  Pengecekan keabsahan data

  1) Penulisan hasil penelitian

  2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing

  3) Perbaikan hasil konsultasi

  4) Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian

  5) Ujian munaqosah skripsi G.

   Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian ini, maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut :

  Bab I: PENDAHULUAN, memuat Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sitematika Penulisan. Bab II: KAJIAN PUSTAKA, merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang pertama memuat takmir masjid (definisi peran, pengertian takmir Masjid, kegiatan yang dilaksanakan takmir), masjid (definisi masjid, sejarah masjid, pengelolaan masjid dan fungsi masjid), pendidikan Islam (definisi, dasar dan tujuan pendidikan Islam), dan peran takmir masjid dalam meningkatkatkan kualitas pendidikan Islam.

  Bab III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN, menjelaskan tentang gambaran umum Deskripsi Masjid Al Muttaqiin Kalibening, Tingkir, Salatiga, Kegiatan

  • –kegiatan di Masjid Al- Muttaqiin, Klibening, Tingkir, Salatiga, serta metode dan materi yang digunakan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan Islam di Masjid Al Muttaqiin, kalibening, Tingkir, Salatiga.

  Bab IV: PEMBAHASAN, merupakan pembahasan hasil penelitian di lapangan yang dipaparkan dalam bab III. Pembahasan di lakukan untuk menjawab masalah penelitian yang di integrasikan ke dalam kumpulan pengetahuan yang sudah ada dengan jalan menjelaskan temuan penelitian dalam konteks khasanah ilmu.

  Bab V: PENUTUP, berisi kesimpulan dari pembahasan hasil penelitian dan saran-saran dari penulis sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh dan daftar pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Takmir Masjid

1 Definisi peran Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus diselesaikan.

  Peran adalah seperangkat tingkat yang dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988:667). Adapun makna dari kata peran yaitu suatu penjelasan yang menunjuk pada suatu konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakteristik (posisi) dalam struktur sosial dalam masyarakat.

2. Pengertian Takmir Masjid

  Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun, merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan

  remaja muslim di sekitar masjid. Pengurus takmir masjid harus berupaya untuk membentuk remaja masjid sebagai wadah aktivitas bagi remaja muslim. Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan remaja muslim akan menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid, melalui bidang pembinaan remaja masjid, tinggal memberi kesempatan dan arahan kepada remaja masjid untuk tumbuh dan berkembang, serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam (Siswanto, 2005: 56-57).

3. Kegiatan- Kegiatan yang Dilaksanakan Takmir Masjid a.

  Pengajian Agama (Majelis Ta’lim) Majelis ta’lim atau pengajian agama merupakan salah satu sarana pendidikan dalam Islam yang sering pula berbentuk

  halaqah . Diselenggarakan secara berkala dan teratur yang

  bertujuan uutuk membina dan mengembangkan serta mencerahkan kehidupan (Muliawan, 2005: 161).

  b.

  Taman Pendidikan Al- Qur’an (TPA) TPA adalah lembaga pendidikan diluar sekolah yang berfungsi sebagai pengajaran dasar-dasar pelaksanaan ibadah dalam agama Islam, oleh sebab itu bersifat ilmiah (Muliawan, 2005: 160- 161).

  c.

  Kajian Tahsin Al-Qur’an Program kajian ini dimaksudkan untuk memperkenalkan al-

  Qur’an dan bacaannya yang ditujukan bagi para remaja. Digunakan metode-metode praktis dalam belajar membaca al- Qur’an. Melalui sistem kajian dialogis dibawah bimbingan Ustadz, diharapkan peserta dapat membaca al-

  Qur’an dengan lancar dan benar (tartil) dan mengerti hukum-hukum tajwidnya (Siswanto, 2005: 295- 298).

B. Masjid 1. Definisi Masjid

   Masjid berarti tempat untuk bersujud. Masjid berasal dari berarti patuh, taat, tempat sujud, atau tempat menyembah Allah SWT, serta tunduk dengan penuh hormat (Ayub, 2007:1). Secara harfiah, masjid adalah tempat sujud karena di tempat ini setidak-tidaknya seorang muslim lima kali sehari semalam melaksanakan shalat (Haidar, 2009:63).Menurut Siswanto, masjid adalah tempat beribadah umat Islam, namun masjid bukan hanya tempat untuk shalat saja, dapat juga dipergunakan untuk kepentingan sosial, misalnya tempat belajar (Siswanto,2005: 23)

  Dengan demikian, masjid merupakan tempat orang berkumpul da n melakukan shalat secara berjama’ah, dengan tujuan meningkatkan solidaritas dan silaturahmi di kalangan kaum muslimin. Di masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at.

2. Sejarah Masjid

   Sejarah berdirinya masjid berawal dari hijrahnya Nabi

  Muhammad SAW di Madinah. Masyarakat Madinah yang dikenal berwatak lebih halus lebih bisa menerima syiar Nabi Muhammad SAW. Mereka dengan antusias mengirim utusan sambil mengutarakan ketulusan hasrat mereka agar Rasullulah pindah ke Madinah.

  Kaum kafir Makkah mendengar kabar bahwa Nabi akan berhijrah di Madinah dan mereka akan mengepung rumah Nabi pertimbangan Allah SWT. Nabi keluar rumah dengan meninggalkan Ali bin Abi Thalib, kemudian beliau mengisi tempat tidur beliau.

  Pada saat itu, para pengepung tertidur dengan nyenyak.

  Setelah terbangun, mereka menemukan sasaran yang diincar tidak lagi berada di tempat. Pengejaran yang dilakukan kaum kafir Makkah sia-sia. Dengan mengambil rute jalan yang tidak biasa diselingi persembunyian di sebuah gua, Nabi sampai di desa Quba yang terletak di sebelah barat Laut Yatsrib, kota yang dibelakang hari berganti nama menjadi “Madinatur rosul”, “kota Nabi”, atau “Madinah”.

  Di desa itu Nabi Muhammad SAW beristirahat selama empat hari. Dalam tempo pendek itulah Nabi membangun masjid bersama para sahabat beliau dari Makkah yang sudah menunggu disana. Ali bin Abi Thalib yang datang menyusul Nabi ikut mengangkat dan meletakkan batu, sehingga tampak sekali keletihan pada wajah beliau. Jerih payah Nabi dan para sahabat menghasilkan sebuah masjid yang sangat sederhana yang disebut Masjid Quba.

  Bangunan Masjid Quba terdiri dari pelepah kurma, berbentuk persegi empat, dengan enam serambi yang bertiang. Masjid pertama dalam sosialisasi Islam itu hanya sekedar tempat untuk bersujud, Padang pasir yang tandus. Sejarah mencatat, Masjid Quba berdiri pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama Hijriyah. Keberadaan masjid ini merupakan tonggak kokoh syiar keislaman periode awal (Ayub, 2007: 2-3).

  Pendidikan kaum Muslim berpusat di masjid-masjid. Masjid Quba juga merupakan masid pertama yang dijadikan Rasullulah SAW sebagai institusi pendidikan. Di dalam masjid, Nabi Muhammad SAW mengajar dan memberi khutbah dalam bentuk halaqah dimana para sahabat duduk mengelilingi beliau untuk mendengar dan melakukan Tanya jawab berkaitan urusan agama dan kehidupan sehari-hari (M. Syafii Antonio, 2007: 185).

  Di masjid Quba pula Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat shalat berjama`ah dan menyelenggarakan shalat jumat yang pertama kali. Selanjutnya Nabi membangun masjid lain di tengah kota Madinah, yakni Masjid Nabawi yang kemudian menjadi pusat aktifitas Nabi dan pusat kendali seluruh masalah umat muslimin. Di antara pusat masjid yang dijadikan pusat penyebaran ilmu dan pengetahuan adalah Masjidil Haram, Masjid Kuffah, dan Masjid Basrah.

3. Pengelolaan Masjid

  Mengelola masjid pada zaman sekarang ini memerlukan ilmu dan ketrampilan manajemen. Pengurus masjid harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Metode/pendekatan, perencanaan, strategi, dan model evaluasi yang dipergunakan dalam manajemen masjid modern. Sebab bukan saatnya lagi pengurus mengandalkan sistem pengelolaan tradisional yang tanpa perencanaan, tanpa pembagian tugas, tanpa laporan pertanggung jawaban keuangan, dan sebagainya.