PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN ENDE

(1)

PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN ENDE

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S-1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Disusun Oleh:

TRINO SETIAWAN AR DJUMAIDIN 08230020

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012


(2)

i LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Trino Setiawan Ar Djumaidin

NIM : 08230020

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Mengetahui,

Dosen Pembimbing II

Dra.Juli Astutik, M.Si

Dosen Pembimbing I

Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si

Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si

Dekan FISIP UMM


(3)

ii LEMBAR PENGESAHAN

Telah Dipertahankan Dihadapan Sidang Dewan Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang Pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 10 Agustus 2012 Jam : 08.00 – 09.00 WIB

Tempat : Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dewan Penguji

1. Drs. Jainuri, M.Si : ………..

2. Hevi Kurnia Hardini, S.IP , MA.Gov : ………..

3. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si : ………..

4. Dra. Juli Astutik, M.Si :………...

Mengesahkan Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang


(4)

iii SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Trino Setiawan Ar Djumaidin

Tempat/Tgl Lahir : Ende, 21 November 1990

NIM : 08230020

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Skripsi dengan judul :

PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM

MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN ENDE Adalah bukan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik sebagaimana berlaku.

Malang, 14 Agustus 2012 Yang Menyatakan

Trino Setiawan Ar Djumaidin

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan


(5)

iv BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : Trino Setiawan Ar Djumaidin

NIM : 08230020

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan : Ilmu Pemerintahan

Judul Skripsi :

Pembimbing : 1. Dr.Tri Sulistyaningsih M.Si 2. Dra.Juli Astutik, M.Si

Konsultasi Skripsi :

Tanggal Keterangan Paraf Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II 31April 2012 Revisi Proposal

08 Mei 2012 ACC Seminar

08 Mei 2012 ACC BAB I

11 Mei 2012 ACC BAB II

27 Juli 2012 ACC BAB III

27 Juli 2012 Revisi BAB IV

03 Agustus 2012 ACC BAB IV

05 Agustus 2012 ACC BAB V

05 Agustus 2012 ACC ABSTRAK

Tanggal Selesai Bimbingan Skripsi : 05 Agustus 2012

Dosen Pembimbing II

Dra.Juli Astutik, M.Si

Dosen Pembimbing I

Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si

Mengetahui, Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan

Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si

PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

DAERAH DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN ENDE


(6)

v KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahiim Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah berjuang demi tegaknya agama Islam. Dengan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN ENDE”.

Skripsi ini tersusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) di Universitas Muhammadiyah Malang. Melalui kata pengantar ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiya Malang Bapak Dr. Muhadjir Effendy, M. AP beserta jajarannya;

2. Segenap Pimpinan FISIP: Dekan FISIP Dr. Wahyudi, M. Si; Pembantu Dekan Drs. Asep Nurjaman, M. Si; Drs. Sulismadi, M. Si; Drs. Abdullah Masmuh, M. Si;

3. Segenap Pimpinan Jurusan Ilmu Pemerintahan: Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si dan Wakil Jurusan Ilmu Pemerintahan Drs. Jainuri, M.Si;

4. Dosen pembimbing: Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si sebagai dosen pembimbing I, dan Dra. Juli Astutik, M. Si sebagai dosen pembimbing II, terima kasih atas dukungan dan arahan keduanya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar dilingkungan FISIP UMM, khususnya Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, terima kasih untuk ilmu yang telah diberikan;

6. Seluruh staf pegawai administrasi Universitas Muhammadiyah Malang, khususnya TU FISIP UMM;

7. Seluruh pegawai Sekretariat DPRD Kabupaten Ende, terima kasih atas kerjasamanya dan juga pemberian data-data untuk penyusunan skripsi ini;

8. Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Ende, Bapak Yulius Cesar Nonga, SE, beserta seluruh anggota Komisi C DPRD Kabupaten Ende, terima kasih atas kesediaaan wawancaranya.

9. Sekrataris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ende, Bapak Konstatinus Jara, S.Sos, terima kasih atas pemberian data-datanya.


(7)

vi

Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah di berikan kepada penulis mendapatkan imbalan yang sesuai dari Allah SWT. Amin Ya Robbal Alamin.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak hal yang jauh dari sempurna, namun penulis tetap berharap agar skripsi ini dapat memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan.

Segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati dan tidak lupa penulis ucapkan terima kasih.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, Amin Ya Robbal Alamin.

Billahi Fii Sabililhaq, Fastabiqul Khairat. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Malang, 14 Agustus 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN………i

LEMBAR PENGESAHAN………..ii

SURAT PERNYATAAN………..iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI………iv

KATA PENGANTAR………...v

ABSTRAKSI…………...………...………..vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….……..………..1

B. Rumusan Masalah……….………...10

C. Tujuan Penelitian………...………..10

D. Manfaat Penelitian……….………..11

E. Definisi Konseptual………..………11

F. Definisi Operasional……….17

G. Metode Penelitian……..………...19

1. Jenis Penelitian.……….……….19

2. Subyek Penelitian.………...……….…………..20

3. Lokasi Penelitian.………...……….………...20

4. Teknik Pengumpulan Data.………...21


(9)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Peran…………....………27

B. Konsep Perwakilan……….……….31

C. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah………...….34

1. Posisi DPRD Menurut Landasan Yuridis………..34

2. Peran dan Fungsi DPRD………..39

3. Tugas dan Wewenang DPRD……….……….46 4. Hak DPRD………48

5. Kewajiban DPRD……….50

6. Komisi………51

D. Kualitas Pendidikan……...………..42

BAB III DESKRIPSI WILAYAH A. Gambaran umum Kabupaten Ende………...………56

B. Gambaran Umum DPRD Kabupaten Ende……...……..……….58

C. Alat Kelengkapan DPRD Kabupaten Ende………...………64

1. Pimpinan DPRD Kabupaten Ende…….………..………..64 2. Badan Musyawarah DPRD Kabupaten Ende……….…………..65

3. Badan Anggaran DPRD Kabupaten Ende……….66

4. Badan Kehormatan DPRD Kabupaten Ende………...….68

5. Badan Legislasi Daerah DPRD Kabupaten Ende……….69

6. Komisi-komisi DPRD Kabupaten Ende……….70


(10)

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Peran DPRD Komisi C Kabupaten Ende……….……….77

1. Fungsi Legislasi..………..………….78

2. Fungsi Anggaran………...………81

3. Fungsi Pengawasan………...………85

B. Kondisi Pendidikan di Kabupaten Ende………87

1. Angka Melek Huruf………...88

2. Partisipasi Sekolah………89 3. Angka Putus Sekolah………..………..91

4. Sarana dan Prasarana………..92

5. Angka kelulusan………...………95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN………...96

B. SARAN...…...……….………...………97


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Perolehan Suara DPRD Kabupaten Ende ……….……….59

Tabel 2. Hasil perolehan kursi di legislative Kabupaten Ende ………..61

Tabel 3. Anggota Badan Musyawarah DPRD Kab. Ende …………...…...65

Tabel 4. Anggota Badan Anggaran DPRD Kab. Ende ………...……...66

Tabel 5 . Anggota Badan Kehormatan DPRD Kab. Ende………..68

Tabel 6. Anggota Badan Legislasi Daerah DPRD Kab. Ende ………69

Tabel 7. Anggota Komisi A DPRD Kab. Ende ……….………71

Tabel 8. Anggota Komisi B DPRD Kab. Ende……….………72 Tabel 9. Anggota Komisi C DPRD Kab. Ende………..………74

Tabel 10. Susunan komposisi personalia Fraksi-fraksi DPRD kabupaten Ende periode 2009-2014………...………….75

Tabel 11. Anggaran pendidikan tahun 2009-2012 di Kab. Ende ………..….…84

Tabel 12. Jumlah sekolah dari berbagai jenjang pendidikan di Kab. Ende …….…87

Tabel 13. kondisi sarana dan prasarana di Kab. Ende………….……….93 Tabel 14. Data kelulusan tahun 2009-2011 Kab. Ende …………...………94


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur oraganisasi DPRD kabupaten Ende masa jabatan 2009-2014.………...………63


(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sistem pemerintahan yang demokratis dengan menggunakan demokrasi perwakilan (representative democracy), seringkali di asumsusikan sebagai metode yang paling efektif untuk melangsungkan pemerintahan pada masyrakat modern. Metode ini di anggap metode yang paling wajar. Karenanya kemudian di terapakan oleh sebagian besar negara-negara di dunia.

Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

DPRD merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah. Makna perwakilan (representation ) adalah konsep bahwa seorang atau kelompok mempunyai kemampuan atau kewajiban untuk bicara dan bertindak atas nama


(14)

2 suatu kelompok yang lebih besar. Dewasa ini anggota dewan perwakilan rakyat pada umumnya mewakili rakyat melalui partai politik. Hal ini di namamkan perwakilan yang bersifat politik (political representation).1

Secara sepintas struktur Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) tidak berbeda dengan struktur Dewan Perwakilan Rakyat (DPRD) Pusat karena di dalam strukturnya terdapat anggota, komisi-komisi dan panitia-panitia. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat di Daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.

Pada saat berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dimasukkan ke dalam lingkup Pemerintahan Daerah setelah berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1999 tentang Susunan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), serta Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya di ubah menjadi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

1

Prof. Miriam Budiardjo. 1999. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Hlm 175


(15)

3 bukan lagi sebagai unsur Pemerintahan Daerah, akan tetapi merupakan Lembaga Legislatif Daerah yang terpisah dari Pemerintahan Daerah.

Didalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 4 adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai wakil rakyat, DPRD mempunyai tiga fungsi penting yang sesuai dengan UU No. 22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD. Ketiga fungsi tersebut yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan. Ketiga fungsi ini di jalankan dalam kerangka representasi masyarakat,2bukan sebaliknya. Dalam artian ketiga fungsi tersebut di jalankan dalam kerangka representasi individu atau dirinya sendiri, dalam hal ini demi kepentingan anggota DPRD itu sendiri.

Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa di antara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki

2Imam Hidayat, Achmadur Rifa’I, dan Hari Santoso. 2009.

Mengenal Tugas, Fungsi, dan Kewenangan DPRD. CV Aditya Media. Hlm 68


(16)

4 kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah berupa Peraturan Daerah (PERDA) yang bertujuan demi mensejahterahkan masyarakat.

Dalam rangka untuk menentukan kebijaksanaan yang sesuai dengan kehendak rakyat yang diwakilinya, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) harus dapat memperhatikan kepentingan dan aspirasi rakyat. Kepentingan dan aspirasi rakyat ini sangat beraneka ragam, baik karena jumlah rakyat yang sangat besar, maupun kepentingan sendiri-sendiri. Aspirasi dan kepentingan rakyat dapat berwujud material seperti sandang, pangan, perumahan, dan kesehatan. sementara yang bersifat spiritual meliputi; pendidikan, keagamaan, kebebasan berpendapat dan mendapatkan keadilan.

Kepentingan rakyat akan dapat diselenggarakan dengan baik apabila wakil rakyat tersebut mengetahui aspirasi dari rakyat yang diwakilinya dan kemudian memiliki kemampuan untuk merumuskan secara jelas dan umum serta mampu menentukan cara-cara pelaksanaannya. Untuk dapat merealisasikan fungsinya dengan baik, mutu atau kualitas anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sangat menentukan, penyusunan kebijaksanaan daerah yang tepat sangat tergantung pada kecakapan Anggota


(17)

5 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapi oleh rakyat yang diwakilinya.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 bab XIII mengenai pendidikan dan kebudayaan dalam pasal 1, yang berbunyi setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan, dan dalam pasal 2, yang berbunyi setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.3 Namun faktanya sekarang masih banyak masyarakat yang belum mengeyam bangku pendidikan, terutama masyarakat yang berada di daerah-daerah terpencil.

Menyinggung masalah pendidikan bagai mengurai benang kusut, sudah tidak bisa di uraikan lagi. Sekedar untuk di urut saja, sulit sekali. Apalagi di reformulasi dan di rumuskan masalah pokoknya. Rendahnya kualitas pendidikan nasional, merupakan titik klimaks dari problematika system pendidikan nasional. Mulai dari mahalnya biaya pendidikan, buruknya kualitas guru,dan minimnya fasilitas dan media pendidikan.4

Kurang optimalnya pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia yang disebabkan sulitnya menyediakan guru-guru berkompetensi untuk mengajar di daerah-daerah. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidak kalah dari kurikulum di

3

UUD 1945 4

http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=13&jd=Awas%2C+Sang+Bos+Bancakan+Dana+B OS&dn=20070423081716 (di akses tanggal 11maret 2012 pukul 22.30 PM)


(18)

6 negara maju, tetapi pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal. Kurang sadarnya masyarakat mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang sehingga profesi ini tidak begitu dihargai.

Begitu pula masalah pendidikan yang ada di tingkat daerah. Kabupaten Ende di lingkup Provinsi Nusa Tenggara Timur mempunyai banyak julukan, antara lain sebagai kota bersejarah . ini di karenakan pada tanggal 14 Januari 1934-18 Oktober 1938 presiden pertama Indonesia Soekarno Hatta mengalami masa pembuangan politik di Kabupaten Ende. Presiden Soekarno selama di Ende juga melakukan pendidikan politik lewat pementasan tonil yang mengorbarkan semangat kemerdekaan. Dari Ende pula Presiden Soekarno menemukan bentuk Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Selain itu, Kabupaten Ende juga di kenal sebagi kota pendidikan. Namun julukan indah itu tinggal kenangan masa silam.

Tahun 2010 Kabupaten Ende berada di urutan paling akhir dalam tingkat kelulusan ujian nasional (UN) SMA/MA dari 21 kabupaten/kota di Nusa Tenggara Timur (NTT). Dari total peserta 2.468 siswa, yang yang tidak lulus mencapai 669 peserta (27,11 persen). Fenomena di Ende ini sama pada tahun 2007 dengan persentase kelulusan sekitar 50 persen. Bahkan, tahun 2005, persentase kelulusan lebih terpuruk, hanya sekitar 39 persen. Hal ini tentu saja merupakan persoalan serius, sekaligus suatu keprihatinan mendalam. Prestasi tertinggi UN SMA tahun ini di NTT adalah Kabupaten


(19)

7 Sumba Tengah dengan kelulusan 100 persen, urutan kedua Kabupaten Sabu Raijua (kabupaten pemekaran baru) dengan kelulusan 99,61 persen.5

Menteri Pendidikan Nasional menuturkan ,

“Angka ketidaklulusan di sejumlah provinsi atau kabupaten/kota tidak jauh berbeda seperti tahun lalu, salah satunya Ende, NTT. Menurutnya, pada 2010, pemerintah sudah melakukan intervensi kebijakan kepada 100 kabupaten/kota untuk meningkatkan prestasi UN, salah satunya dengan menggulirkan dana sebesar Rp 1 miliar.

Di NTT ada 10 kabupaten kota yang kita intervensi atau lakukan terapi, yang paling saya hafal adalah Ende. Gorontalo juga ada, Papua juga. Setiap daerah punya khas penyakit masing-masing. NTT beda dengan Papua. Di NTT tidak ada sumber dana, APBD-nya kecil. Di NTT harus mulai dari infrastruktur sampai penguatan institusi kelembagaan,”6ucapnya. Jakarta, Jumat (13/5/11)

Geliat pertumbuhan sekolah di kabupaten Ende bak jamur di musim hujan. Banyak sekolah hadir untuk meramaikan pasar peserta didik. Sangat disayangkan pertumbuhan sekolah yang semestiinta berbuah baik ini tidak di sikapi secara serius oleh para pengelola pendidikan. Ada sekolah yang hanya nama tapi masih menggunakan gedung milik sekolah lain. Ada yang sekolah

5

http://bukuohbuku.wordpress.com/2010/08/05/irono-pendidikan-di-kabupaten-ende/ di akses tanggal 13maret 2012 jam 9.31

6

http://www.suarapembaruan.com/home/16098-siswa-tidak-lulus-un/6802 (di akses tanggal 12 januari 2011 pukul 23:11 PM)


(20)

8 model satu atap. Benar sebagai efisiensi biaya gedung tetapi menjadi minim sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. Ada sekolah yang tidak memiliki laboratorium. Tidak memiliki lapangan olahraga. Masalah persediaan sarana ini menjadikan sekolah tersebut miskin prestasi.

Wakil Bupati Ende, Ahmad Mochdar kepada Flores Pos usai memimpin upacara hari pendidikan nasional di lapangan pancasila megatakan :

Kondisi dunia pendidikan di Kabupaten Ende sampai saat ini masih memprihatinkan. Pendidikan di Kabupaten Ende perlu di motivasi untuk bisa kembali bangkit. Dunia pendidikan membutuhkan perhatian dan sangat perlu dibangun karena jika tidak ditangani secara benar maka generasi yang dihasilkan tidak bisa diharapkan. Untuk itu, semua elemen, baik itu pemerintah, dunia usaha, orang tua, dosen, pendidik dan anak didik harus membangun komitmen bersama untuk menata kembali pendidikan di Kabupaten Ende. Langkah itu menurutnya sangat perlu dilakukan guna mengembalikan ikon Ende

sebagai kota pelajar.”7

Di sisi lain, mengenai masalah guru. Banyaknya sekolah tidak diimbangi dengan tenaga pendidik maka proses belajar mengajar akan berjalan pincang. Tidak heran banyak guru mengajarnya merangkap dan

seperti “dosen terbang”. Peningkatan profesionalisme dan kinerja guru

melalui proses sertifikasi terkesan tak berbuah banyak. Kompetensi guru tidak diukur oleh banyaknya sertifikat pelatihan yang dikumpulkan saat sertifikasi.

7

http://nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=3269:pendidikan-di-kabupaten-ende-masih-memprihatinkan&catid=37:pendidikan&Itemid=58 (di akses tanggal 14maret 2012 pukul 23.01 PM)


(21)

9 Tapi yang perlu didorong untuk para guru di kabupaten Ende adalah semangat membaca dan membaca.Guru kurang baca bagaimana mungkin bisa mengetahui dan membuka wawasan yang lebih luas.

Sedihnya lagi, banyak sekolah tidak mempunyai perpustakaan atau ruang baca. Kalau pun ada perpustakaan terkesan hanya untuk siswa. Sedangkan guru tidak. Terhadap kondisi ini bagimana kita bisa mengharapkan banyak dari seorang guru yang berwawasan luas. Imbasnya, guru menjadi miskin metode mengajar atau menggunakan metode mengajar yang itu - itu saja. Juga guru tidak tahu menulis. Fakta yang memilukan, ada guru bahasa Indonesia tidak tahu menulis, membuat puisi saja susah. Jadi yang diajarkan selama ini hanya hasil copy - paste.8

Bidang pendidikan bukanlah suatu variabel yang berdiri sendiri. Bidang pendidikan merupakan bagian integral dalam totalitas pembangunan daerah. Dengan demikian menmbangun pendidikan tidak akan pernah lepas dari skala prioritas dan paket kebijakan pembangunan suatu daerah.9

Berdasarkan masalah-masalah di atas, peneliti mencoba untuk melihat dan melakukan analisa kegiatan-kegiatan yang dilakukan DPRD Kabupaten Ende dalam mengatasi persoalan pendidikan yang muncul. Penelitian ini

8

http://nttonlinenews.com/ntt/index.php?option=com_content&view=article&id=3269:pendidikan-di-kabupaten-ende-masih-memprihatinkan&catid=37:pendidikan&Itemid=58 (di akses tanggal 20maret 2012 pukul 23.01 PM)


(22)

10 kemudian difokuskan pada legislatif khususnya lagi Komisi C yang memang berfungsi sebagai salah satu komponen legislatif yang khusus menyoroti aspek-aspek pendidikan. Judul yang saya angkat dalam penelitian ini adalah :

“Peran DPRD Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan Di Kabupaten Ende”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang sebagaimana diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalah penelitian ini adalah : Bagaimana Peran DPRD komisi C Kabupaten Ende Dalam Meningkatan Kualitas Pendidikan Di Kabupaten Ende?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang yang ingin

dicapai dalam penelitian ini adalah : “Untuk mengetahui peran DPRD Komisi

C Kabupaten Ende dalam meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten

Ende”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diwujudkan dalam bentuk penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :


(23)

11 1. Secara Akademis

Di harapkan dapat menjadi referensi baru bagi dunia pendidikan tentang kinerja Dewan Perwakilan Rakyat, dalam menangani persoalan sosial khususnya di bidang pendidikan.

2. Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan bahan informasi kepada seluruh masyarakat, kalangan akademisi dan praktisis tentang Peran DPRD dalam peningkatan bidang pendidikan di kabupaten Ende.

E. Definisi Konseptual

Untuk memudahkan dan lebih memfokuskan arah penelitian maka peneliti perlu membuat batasan-batasan secara konseptual dari penelitan ini. Berikut ini adalah beberapa batasan konseptual yang kemudian secara defenitif dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peran

Peranan merupakan aspek dinamis kedudukan. Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan. Sebagaimana halnya dengan


(24)

12 kedudukan peranan juga mempunyai dua arti. 10Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang di perbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang di berikan kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Gross, Mason, dan McEachern11 mendefinisikan:

“peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan

kepada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu. Harapan-harapan tersebut merupakan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, maksudnya : kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh

“masyarakat” di dalam pekerjaan kita dan di dalam peranan

-peranan lainnya”.

Sejalan dengan pemikiran Dahrendorf, dapatlah di katakan bahwa harapan-harapan dalam peranan (role expectation) adalah berasal dari norma-norma sosial, dan individu berorientasi pada norma-norma-norma-norma sosial dengan

melalui “normative reference group”-nya.

Kadang-kadang para ahli sosiologi menggambarkan peranan-peranan dalam arti : apa yang diharapkan dan dituntut oleh masyarakat12. Peranan adalah bagian dari struktur masyarakat tapi peranan-peranan itu hanya ada

10

Ralph Linton, tahun, Judul buku, penerbit, tempat, hal: 114

11

N. Gross, W.S. Mason, and A.W. McEachern, 1958, Explorations in Role Analysis,New York:Wiley, Bab. 4.

12

Wirutomo, Paulus, 1982, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi David Berry, Rajawali, Jakarta, hal 100.


(25)

13 selama diisi oleh individu. Konsep peranan mungkin dapat digunakan untuk melihat hubungan fundamental antara struktur masyarakat dan individu13. Dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu:

1. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.

2. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap

“masyarakat” atau terhadap orang yang berhubungan dengannya dalam

menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social position) merupakan unsur statis yang menunjukkan tempat individu pada organisasi masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses.

Para ahli sosiologi juga membedakan peranan atas dua aspek yakni

sebagai serangkaian “harapan” dan “penampilan” peranan, yaitu tingkah laku yang sesungguhnya dari individu dalam menjalankan peranannya14. jadi dapat di artikan bahwa peranan-peranan itu adalah produk sosial (bersifat sosial)

dan “penampilan dari peranan” bersifat individual, dan karena itu berada di

luar ruang lingkup sosiologi. Ralph Turner memberikan pendekatan yang lain yaitu melihat peranan lebih sebagai suatu proses dari pengambilan peran (role

13

Ibid, hal. 115.

14Ralph Turner, 1962, “

Role-taking : Process versus Conformity”, in Arnold M Rose, Human Behaviour and Social Processes,Routledge and Kegan Paul, London.


(26)

14

taking) dari pada suatu yang sudah disusun sebagai serangkaian harapan-harapan.

Definisi peranan seseorang akan selalu disesuaikan dengan tanggapan-tanggapan orang serta cara orang menampilkan peranan di dalam interaksi sosial sehari-hari. Seperti yang di katakan oleh Ralph Turner, bahwa:

”interaksi selalu merupakan suatu proses yang sifat-sifatnya tidak pasti, suatu proses yang secara terus menerus menguji konsepsi seseorang terhadap peranan orang lain. Tanggapan dari orang lain dapat memperkuat atau menentang konsepsi tersebut. Hsil dari proses tersebut adalah stabilisasi atau perubahan-perubahan (modifikasi)

dari peranan yang dimiliki seseorang”.

2. Badan Legislatif (DPRD)

Montesqiueu membedakan tiga fungsi negara : fungsi legislatif, eksekutif, yudikatif. Tiga fungsi ini perlu di bagi atas tiga pemegang kekuasan. Hal itu perlu untuk mencegah jangan sampai seseorang atau suatu badan menjadi terlalu kuat yang dapat menghancurkan kebebasan masyarakat. Teori konstitusi ideal ini termuat dalam buku XI dari karyanya Esprit des lois.

Badan legislatif adalah badan yang berhak membuat undang-undang. Anggota-anggotanya merupakan representasi dari rakyat. Menurut teori yang berlaku, maka rakyatlah yang berdaulat ; rakyat yang berdaulat ini memiliki suatu kemauan atau harapan. Dewan Perwakilan Rakyat di anggap merumuskan kemauan rakyat atau kemauan umum ini dengan jalan menentukan kebijaksanaan umum (public policy) yang mengikat seluruh


(27)

15 masyarakat. Undang-undang yang di buatnya mencerminkan kebijaksanaan-kebijaksanaan itu. Sehingga dapat di asumsikan bahwa ia merupakan suatu badan yang membuat keputusan yang menyangkut kepentingan umum15.

Menurut UU no. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah bab V bentuk dan susunan pemerintahan daerah pada pasal 14, yang di bagi menjadi dua yaitu DPRD sebagai badan legislatif daerah dan pemerintah daerah sebagai badan eksekutif daerah. Pengertian dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD) menurut pasal 16 :

1. DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat di daerah merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.

2. DPRD sebagai badan legislatif daerah berkedudukan sejajar dan menjadi mitra dari pemerintah daerah.

Dalam pembagian kerjanya di DPRD maka di bentuklah komisi-komisi, sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah akan tetapi lazimnya terdapat 5 komisi, yaitu :

1. Komisi A bidang pemerintahan dan keamanan. 2. Komisi B bidang keuangan dan perusahaan daerah. 3. Komisi C bidang perekonomian.

4. Komisi D bidang pembangunan. 5. Komisi E bidang kesejahteraan rakyat.

15


(28)

16

1. Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.16

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.17

F. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah penjelasan tentang variabel, yang dengan penjelasan tersebut diketahui unsur-unsur atau indikator-indikator dari variabel tersebut. Dengan demikian definisi operasional berfungsi untuk data yang dikumpulkan agar penelitian ini berfokus tetapi mendalam. Artinya juga untuk memudahkan penyusun dalam meneliti, juga dalam memudahkan untuk menguraikan dan menganalisis variabel yang diambil.

16

UU Sistem Pendidikan

17


(29)

17

1. Peran DPRD

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peran DPRD adalah meliputi :

a. Pembuat kebijakan

Sebagai badan legislatif di daerah, maka komisi C DPRD Kabupaten Ende berperan sangat penting dalam peningktan kualitas pendidikan di Kabupaten Ende. Kemudian dituangkan dalam bentuk peraturan daerah (PERDA) mengnai penyelenggaraan pendidikan di Kabupaten Ende demi meningkatkan kualitas pendidikan di daerah.

b. Anggaran

Sebagai badan legislatif daerah, DPRD berhak mengajukan rancangan anggaran pembelanjaan daerah (RAPBD) berkaitan dengan masalah pendidikan di kabupaten Ende, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Bab XII tentang pendidikan dan kebudayaan pasal 31 ayat 4, yang berbunyi, Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatandan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional dan daerah.

c. Pengawasan

Melaksanakan pengawasan terhadap kinerja eksekutif di daerah merupakan tugas dan wewenang dari DPRD kabupaten Ende, agar Pemerintah Kabupaten Ende menjalankan tugasnya sesuai dengan aturan


(30)

18 yang berlaku, dalam hal ini peraturan daerah mengenai pelaksanaan pendidikan di Kabupaten Ende.

2. Peningkatan Kualitas Pendidikan

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan peningkatan bidang pendidikan adalah meliputi:

a. Kondisi pendidikan di kabupaten Ende.

b. Perda yang di keluarkan dalam peningkatan pendidikan.

c. Anggaran yang di alokasikan untuk penyelenggaraan bidang pendidikan.

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian, metodologi adalah penting, untuk itu diperlukan suatu metode yang tepat dan benar dalam rangka menjawab rumusan-rumusan permasalahan secara tepat dan akurat, peneliti akan menentukan metodologinya sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode yang di maksudkan untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan mengdeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti.18

18


(31)

19 Sedangkan menurut Hadari Nawawi mendefinisikan metode deskriptif sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakt dll) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.19 Sehingga peneliti mencoba untuk menggambarkan Peran DPRD dalam peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Ende.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang yang di manfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.20karena seabagai subjek yang mampu memberikan informasi yang seluas-luasnya, maka dalam penelitian ini peneliti sangat berhati-hati dalam menentukan informan, agar mendapatkan informasi yang valid dan lengkap. Untuk itu informan penelitian yang di pilih 4 subjek di antaranya adalah:

a. Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Ende. b. Anggota DPRD Komosi C Kabupaten Ende c. Sekretaris DPRD Kabupaten Ende.

d. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) e. Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (PPO)

19

Hadad Nawawi, 1993, Metode Penelitian Bidang Sosial, UGM Press, Yogyakarta, hal: 140

20


(32)

20

H. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat di mana peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh informasi dan data sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan peneliti. Dengan adanya lokasi penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang optimal dalam pengumpulan data. Adapun penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulakan data sebaik-baiknya dan diolah serta di analisa sesuai dengan kerangka Metode penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokok masalah yang sedang di bahas yaitu sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah teknik penelitian melalui penjajakan lapangan berusaha mngenal segala unsur lingkungan social, sedangkan yang di maksut dengan penilaian keadaan lapangan adalah untuk menilai keadaan, situasi, latar dan konteksnya lebih spesifik lagi, Observasi di katakan sebagai penelitian dengan cara pengindraan yaitu mengamati.21

Selain itu observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan

21


(33)

21 tersebut.22 Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data observasi yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian untuk kemudian dilakukan pencatatan.

Selanjutnya dari segi instrumentasi yang di gunakan, maka penelitian ini menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang di rancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya.

Menurut Patton dalam Nasution (1988), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:

1) Dengan obsevasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada

22


(34)

22 dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.23

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanaya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang di namakan interview guide ( panduan wawancara ).24

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terstruktur, yaitu wawancara disusun secara terperinci atau jelasnya menggunakan draf pertanyaan dengan pihak-pihak yang dapat memberikan penjelasan berkaitan dengan penelitian yang akan di teliti. Dengan maksud wawancara yang dilakukan peneliti ini akan tetap dalam lingkup peneliti, dan tidak meluas pada masalah-masalah lain.

Dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bias ditemukan melalui observasi.25

Dalam pelaksanaanya penyusun melakukan wawancara secara terstruktur dan dilakukan dalam wawancara tatap muka (face to face

23

Prof. Dr. Sugiyono. 2009 (cetakan kedelapan). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. hlm 228

24

Ibid. Hlm 193

25

Prof. Dr. Sugiyono. 2009 (cetakan kedelapan). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. hlm 232


(35)

23

interview) dengan obyek yang diteliti, yakni Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dalam hal ini DPRD Komisi C yang menyoroti bidang Pendidikan.

3. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikonto, Bahwa yang di maksud dengan dokumentasi adalah:

” Suatu teknik pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan dan notulen rapat”.

Dalam hal ini, peneliti mencari dan mengumpulkan data dengan melihat catatan sebagai bahan bukti upaya yang sudah maupun yang belum di laksanakan oleh Komisi C DPRD Kabupate Ende dalam peningkatan bidang pendidikan.

J. Teknik Analisa Data

Setelah data di kumpulkan, maka langkah-langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data menunjukan pada kegiatan mengorganisasikan data kedalam susunan-susunan tertentu dalam rangka penginterpretasian data, sesuai dengan susunan sajian data yang di butuhkan untuk menjawab masing-masing masalah atau hipotesis penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, merupakan teknik analisis data yang digunakan untuk menafsirkan data dan menginterpretasikan data yang didapat dari wawancara, dokumentasi


(36)

24 dan observasi. Data yang didapat, dibuat dalam bentuk laporan deskripsi yang berisi narasi kualitatif, dengan tujuan untuk mendeskripsikan peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam peningkatan kualitas pendidikan di kabupaten Ende.

Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan26.

a. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini penyusun melakukan proses pengumpulan data dengan mengunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan. Proses pengumpulan data harus melibatkan sisi aktor (informan), aktivitas, atau konteks terjadinya peristiwa. Data penelitian kualitatif bukan hanya sekedar terkait dengan kata, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data dalam penelitian kualitatif adalah segala sesuatu yang diperoleh dari yang dilihat, didengar dan diamati.

b. Reduksi Data

Dalam tahap ini penyusun melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh. Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang

26


(37)

25 sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan kepada hal-hal-hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah, yang telah direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan wawancara.

c. Penyajian data

Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah penyajian data, yang dimaknai sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini , penyusun akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

d. Verifikasi dan penarikan kesimpulan

Pada tahap ini penyusun berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena, dan proposisi.


(1)

H. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat di mana peneliti melakukan penelitian untuk memperoleh informasi dan data sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan peneliti. Dengan adanya lokasi penelitian ini diharapkan dapat memberikan dukungan yang optimal dalam pengumpulan data. Adapun penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk memperoleh atau mengumpulakan data sebaik-baiknya dan diolah serta di analisa sesuai dengan kerangka Metode penelitian. Adapun metode pengumpulan data yang peneliti gunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokok masalah yang sedang di bahas yaitu sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah teknik penelitian melalui penjajakan lapangan berusaha mngenal segala unsur lingkungan social, sedangkan yang di maksut dengan penilaian keadaan lapangan adalah untuk menilai keadaan, situasi, latar dan konteksnya lebih spesifik lagi, Observasi di katakan sebagai penelitian dengan cara pengindraan yaitu mengamati.21

Selain itu observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan

21


(2)

tersebut.22 Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data observasi yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian untuk kemudian dilakukan pencatatan.

Selanjutnya dari segi instrumentasi yang di gunakan, maka penelitian ini menggunakan observasi terstruktur yaitu observasi yang di rancang secara sistematis, tentang apa yang diamati, kapan dan dimana tempatnya.

Menurut Patton dalam Nasution (1988), dinyatakan bahwa manfaat observasi adalah sebagai berikut:

1) Dengan obsevasi di lapangan peneliti akan lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi social, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

2) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung, sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

3) Dengan observasi, peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada

22


(3)

dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.23

2. Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanaya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang di namakan interview guide ( panduan wawancara ).24

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara terstruktur, yaitu wawancara disusun secara terperinci atau jelasnya menggunakan draf pertanyaan dengan pihak-pihak yang dapat memberikan penjelasan berkaitan dengan penelitian yang akan di teliti. Dengan maksud wawancara yang dilakukan peneliti ini akan tetap dalam lingkup peneliti, dan tidak meluas pada masalah-masalah lain.

Dengan wawancara maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bias ditemukan melalui observasi.25

Dalam pelaksanaanya penyusun melakukan wawancara secara terstruktur dan dilakukan dalam wawancara tatap muka (face to face

23

Prof. Dr. Sugiyono. 2009 (cetakan kedelapan). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. hlm 228

24 Ibid. Hlm 193 25

Prof. Dr. Sugiyono. 2009 (cetakan kedelapan). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. hlm 232


(4)

interview) dengan obyek yang diteliti, yakni Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dalam hal ini DPRD Komisi C yang menyoroti bidang Pendidikan.

3. Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikonto, Bahwa yang di maksud dengan dokumentasi adalah:

” Suatu teknik pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan

dan notulen rapat”.

Dalam hal ini, peneliti mencari dan mengumpulkan data dengan melihat catatan sebagai bahan bukti upaya yang sudah maupun yang belum di laksanakan oleh Komisi C DPRD Kabupate Ende dalam peningkatan bidang pendidikan.

J. Teknik Analisa Data

Setelah data di kumpulkan, maka langkah-langkah selanjutnya adalah analisis data. Analisis data menunjukan pada kegiatan mengorganisasikan data kedalam susunan-susunan tertentu dalam rangka penginterpretasian data, sesuai dengan susunan sajian data yang di butuhkan untuk menjawab masing-masing masalah atau hipotesis penelitian.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, merupakan teknik analisis data yang digunakan untuk menafsirkan data dan menginterpretasikan data yang didapat dari wawancara, dokumentasi


(5)

dan observasi. Data yang didapat, dibuat dalam bentuk laporan deskripsi yang berisi narasi kualitatif, dengan tujuan untuk mendeskripsikan peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam peningkatan kualitas pendidikan di kabupaten Ende.

Menurut Miles dan Huberman, kegiatan analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan26.

a. Tahap Pengumpulan Data

Pada tahap ini penyusun melakukan proses pengumpulan data dengan mengunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan. Proses pengumpulan data harus melibatkan sisi aktor (informan), aktivitas, atau konteks terjadinya peristiwa. Data penelitian kualitatif bukan hanya sekedar terkait dengan kata, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data dalam penelitian kualitatif adalah segala sesuatu yang diperoleh dari yang dilihat, didengar dan diamati.

b. Reduksi Data

Dalam tahap ini penyusun melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang diperoleh. Data yang diperoleh di lapangan ditulis dalam bentuk uraian yang

26


(6)

sangat lengkap dan banyak. Data tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan kepada hal-hal-hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah, yang telah direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan dan wawancara.

c. Penyajian data

Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah penyajian data, yang dimaknai sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data ini , penyusun akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan.

d. Verifikasi dan penarikan kesimpulan

Pada tahap ini penyusun berusaha menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya dari lapangan, mencatat keteraturan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur kausalitas dari fenomena, dan proposisi.


Dokumen yang terkait

Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Padang Lawas dalam penyelesaian sengketa lahan (studi kasus: sengketa lahan antara PT sumatera Riang Lestari dan PT Sumatera Sylva Lestari dengan Masyarakat Adat Kecamatan Aek Nabara Barumun)

1 100 105

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Simalungun Periode 2009-2014)

0 56 76

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Terhadap Kinerja Eksekutif di Kota Medan

3 64 152

Persepsi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan Tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan Tahun 2013

5 57 111

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

0 22 77

Hubungan Wakil dengan yang Diwakili (Studi Perbandingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Periode 1999-2004 dengan Periode 2004-2009)

1 45 101

Hak Recall Partai Politik Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Korelasinya Dengan Pelaksanaan Teori Kedaulatan Rakyat.

8 114 110

Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

1 39 143

Kesantunan Linguistik Dalam Ranah Sidang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Utara

1 41 285

PERAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAL

0 0 21