BAB 3. ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA - DOCRPIJM 150414905703 ARAHAN KEBIJAKAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
Pada bab ini membahas mengenai
wilayah administrasi, potensi wilayah,
demografi dan urbanisasi, serta isu
strategis Kabupaten/Kota.
RPIJM
Kabupaten
Dompu
TAHUN 2017 - 2021
BAB 3.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN
RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG
CIPTA KARYA
Tinjauan Kebijakan | 0
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dan Arahan
Penataan Ruang
3.1.1.Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sesuai dengan Undang Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN, RPJMN
2015-2019 diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional, termasuk
meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Oleh karena itu pembangunan
infrastruktur antara lain diarahkan untuk (a) menyediakan infrastruktur transportasi
untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan
penumpang dan barang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional; (b)
menghilangkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan
efisiensi penggunaan energi termasuk tenaga listrik; (c) meningkatkan teledensitas
pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa; (d) memenuhi kebutuhan hunian
layak bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; serta
(e) mewujudkan peningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya
air baik untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan
air dan pangan.
UU No. 17 Tahun 2007 tersebut juga mengamanatkan bahwa pengembangan
wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan
sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu
pembangunan infrastruktur harus memperhatikan situasi dan kondisi suatu wilayah
agar pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antarwilayah,
serta menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kebijakan pembangunan infrastruktur selama ini diarahkan pada percepatan
peningkatan daya saing yang tercermin pada laporan World Economic Forum (WEF)
tahun 2014 dimana posisi daya saing infrastruktur Indonesia meningkat tajam dari
urutan 84 dari 133 negara tahun 2009 menjadi urutan 56 dari 144 negara Tahun
2014. Penilaian daya saing infrastruktur mencakup kualitas dan kapasitas
infrastruktur seperti jalan, jalan kereta api, pelabuhan, bandar udara (bandara), energi,
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-1
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
ketenagalistrikan, serta telekomunikasi (fixed and mobile phone). Di samping itu,
upaya perbaikan kinerja infrastruktur juga diprioritaskan pada infrastruktur
bendungan, jaringan irigasi, serta jaringan sanitasi dan air
minum
dengan tujuan
untuk mendukung peningkatan produksi hasil pertanian, ketahanan pangan,
ketahanan energi, dan ketahanan air nasional.
Dalam upaya percepatan
pembangungan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, keseimbangan
pembangunan tetap dijaga dengan meningkatkan konektivtas antara
pusat
pertumbuhan dengan wilayah hinterland maupun wilayah pendukungnya dengan
tetap menjaga manfaat ekonomi yang positif terhadap masyarakat di wilayah
tersebut dan menjaga kualitas daya dukung lingkungannya.
Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang
memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ketimpangan antara pasokan
(supply) dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama dalam penyediaan
infrastruktur dasar khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR).
Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh regulasi
yang bersifat insentif ditambah rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR baik
membangun atau membeli rumah menjadi salah satu penyebab utama masih
banyaknya MBR yang belum tinggal di rumah layak huni. Hal tersebut berpotensi
menyebabkan degradasi kualitas permukiman dan menciptakan permukiman
kumuh baru. Terlebih dalam pembangunan perumahan khususnya di area perkotaan
(urban area) yang terkendala dengan proses pengadaan lahan.
Penyediaan air minum dan sanitasi sebagai layanan dasar belum menjangkau seluruh
penduduk Indonesia. Pada tahun 2013, proporsi rumah tangga yang memiliki akses
terhadap sumber air minum aman adalah 67,73 persen sedangkan proporsi rumah
tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi layak adalah 60,91 persen
(BPS, 2013). Dengan demikian, masih terdapat 100 juta jiwa penduduk yang belum
memiliki akses air minum dan 120 juta penduduk yang belum memiliki akses terhadap
fasilitasi sanitasi layak. Adapun terkait layanan persampahan, proporsi rumah tangga
yang terlayani pengelolaan persampahan adalah 24,9 persen dan 46 persen khusus
di daerah perkotaan (Riskesdas, 2013).
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-2
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya
keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya
sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air
minum dan sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh
belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif
pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan
manajemen aset. Perencanaan dan pelaksanaan penyediaan air minum dan sanitasi
saat ini belum mencakup strategi manajemen aset yang tepat khususnya terkait
pemeliharaan dan rehabilitasi sehingga mempersingkat usia ekonomis dari
infrastruktur terbangun. Air baku untuk air minum semakin terbatas, baik secara
kuantitas maunpun kualitas. Pemanfaatan alternatif sumber air baku, contohnya air
hujan dan daur ulang, belum banyak dimanfaatkan. Penyediaan layanan sanitasi
belum tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya
pengamanan air minum untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas
dan keterjangkauan). Belum optimalnya pembangunan infrastruktur/prasarana dasar
permukiman tersebut menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kawasan
kumuh terutama di perkotaan.
Sasaran umum yang hendak dicapai oleh sektor Infrastruktur pada RPJMN Tahun
2015-2019 adalah :
1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan perencanaan tata ruang
nasional;
2. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak
dengan didukung prasarana, sarana dan utilitas yang memadai dalam mendorong
peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;
3. Terwujudnya pertumbuhan bidang Infrastruktur minimal dua kali pertumbuhan
ekonomi
nasional
dalam
rangka
memberikan
sumbangan
terhadap
kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable growth) yang
berkualitas dan perluasan lapangan kerja;
4. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa Infrastruktur ke seluruh
pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan
mobilitas
penumpang
dalam
rangka
memberikan
kontribusi
terhadap
pengendalian laju inflasi, serta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas;
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-3
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
5. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa Infrastruktur ke seluruh
pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan berdaulat;
6. Tercapainya peran dan investasi swasta yang optimal dalam pembangunan
infrastruktur guna meningkatkan efisiensi anggaran serta kuantitas dan kualitas
layanan infrastruktur.
Adapun sasaran-sasaran khusus dari indikator kinerja Infrastruktur Bidang Cipta
Karya selama 5 tahun ke depan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. SASARAN RPJMN 2015-2019 BIDANG INFRASTRUKTUR
No.
SASARAN
INDIKATOR
Isu Strategis : Pembangunan Prasarana Dasar
Energi dan Ketenagalistrikan
1
Meningkatnya akses terhadap
layanan air minum dan sanitasi
yang layak dan berkelanjutan
Kawasan
Permukiman serta
a. Tercapainya pengentasan permukiman
kumuh perkotaan menjadi 0 persen
melalui
penanganan
kawasan
permukiman kumuh seluas 38.431
hektar dan peningkatan keswadayaan
masyarakat di 7.683 kelurahan.
b. Tercapainya 100 persen pelayanan air
minum yakni 85 persen penduduk
terlayani akses sesuai prinsip 4K
(Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan
Keterjangkauan) dan 15 persen sesuai
kebutuhan dasar (basic needs).
c. Tercapainya 100 persen pelayanan
sanitasi (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) yakni 85
persen penduduk terlayani akses sesuai
standar pelayanan (pengelolaan air
limbah sistem setempat dan terpusat,
pelayanan sampah perkotaan dan
pengelolaan.
Arah kebijakan dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan
sanitasi dalam pencapaian universal access, sebagai berikut :
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-4
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan
pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas,
kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan
pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan
dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off- site baik skala kawasan
maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill
dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan
prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan higienis, sanitasi
dan nilai ekonomis air.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui
upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan
air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air
baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan
penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan
drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20
persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat
penyelenggara dan skala kota.
d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif
sumber air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di
dalamnya pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang
air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan
manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk
untuk
pemeliharaan
dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun
melalui strategi :
a. Optimalisasi
infrastruktur
air
minum
dan
sanitasi
eksisting melalui
penurunan Non-Revenue Water (NRW) dan pemanfaatan idle capacity.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-5
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan
layanan.
c. Rehabilitasi
infrastruktur
air
minum
dan
sanitasi
untuk infrastruktur
dengan pemanfaatan yang sub-optimal, infrastruktur yang menua, dan
infrastruktur yang terkena dampak bencana.
d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan
drainase untuk memaksimalkan potensi yang ada.
e. Pembentukan
dan
penyehatan
pengelola
infrastruktur
air minum, air
limbah dan persampahan, baik berbasis institusi maupun berbasis masyarakat.
f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan
sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi
kebutuhan
untuk
Biaya
Pokok
Produksi
(BPP).
Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi
juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam
rangka pemenuhan full cost recovery.
g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan,
pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.
3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem
Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi
(SSK) melalui pengarusutamaan dalam
penganggaran
proses
Kota/Kabupaten
perencanaan
dan
formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran
sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan
pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan
kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi
perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal access di wilayah
kabupaten/kota;
b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand
generation sebagai prasyarat penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi;
c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di
sektor air minum dan sanitasi.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-6
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan
sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media untuk menjamin
keselarasan serta konsistensi perencanaan dan implementasinya di tingkat
pusat dan daerah.
4. Peningkatan efektifitas
dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan
sanitasi melalui strategi:
a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap
perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal,
termasuk sinergi dengan pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren,
kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh,
serta pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus.
b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam
rangka mengatasi kendala ketersediaan air baku dan
lahan serta dalam
rangka mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi.
c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi
yang dilaksanakan melalui (i)
peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi dan Kab/Kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk
penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (iii)
pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif
penyakit dan promosi higiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan
kesehatan masyarakat; serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi
dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP),
dana hibah berbasis kinerja/hasil, masyarakat, dan sumber dana lain terkait
lingkungan hidup, pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan.
d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk
pengelolaan data dan informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and
Sanitation Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi
serta melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.
Isu-isu politik dan sosial terutama pada tingkat local seringkali menghambat
dan
mengganggu
kesinambungan
proses
pembangunan
infrastruktur.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-7
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Pembangunan infrastruktur seringkali dikaitkan dengan kepentingan jangka
pendek seperti untuk mendapatkan dukungan politik dari masyarakat. Dengan
demikian, pembangunan infrastruktur tidak sepenuhnya didasarkan pada
kebutuhan dalam hal besaran dan waktu namun lebih berperan sebagai
instrumen sosial politik. Kondisi ini juga mengurangi kesempatan untuk
memaksimalkan sinergi antarsektor infrastruktur dan antarwilayah karena
integrasi perencanaan menjadi sulit untuk dilaksanakan.
Integrasi perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan
infrastruktur
yang
memperhitungkan
kesesuaian
dengan
arah
pengembangan sektor lainnya maupun pengembangan wilayah sangat
diperlukan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang lebih
luas. Kesesuaian ini dituangkan dalam langkah strategis berupa Rencana
dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) sebagai
instrumen yang mengikat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
RPI2-JM merupakan daftar yang memuat rencana dan program investasi
infrastruktur terpadu untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. RPI2-JM telah
mengintergrasikan
kebijakan
sektoral
dan
kebijakan
spasial
beserta
pembiayaanya. Penyusunan RPI2-JM mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah. RPI2-JM digunakan sebagai bahan
pembahasan
dalam
forum
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
(Musrenbang) di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.RPI2-JM pada
tingkat nasional mengikuti jangka waktu RPJMN periode 2015-2019. RPI2-JM
Provinsi dan Kawasan Strategis Provinsi serta RPI2-JM Kabupaten/Kota dan
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota mengikuti jangka waktu RPJMD Provinsi
dan RPJMD Kabupaten/Kota yang sedang berjalan.
Penyusunan RPI2-JM dilakukan melalui 6 (enam) tahapan: (i) penyusunan
arahan spasial pengembangan wilayah; (ii) penyusunan program prioritas
pembangunan infrastruktur; (iii) penyusunan rencana terpadu pembangunan
infrastruktur; (iv) sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur;
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-8
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
(v)
penyusunan sumber pembiayaan pembangunan; serta (vi) inisiasi
pelaksanaan pembangunan. Infrastruktur yang dapat dimasukan dalam RPI2JM antara lain meliputi: (i) infrastruktur transportasi; (ii) infrastruktur sumber
daya air; (iii) infrastruktur air minum dan sanitasi; (iv) infrastruktur
telekomunikasi; (v) infrastruktur ketenagalistrikan; dan (vi) infrastruktur minyak
dan gas bumi.
3.1.2.Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan dokumen yang
berskala nasional dan merupakan pedoman dalam penyusunan RPI2JM. Pada
RTRWN disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam hal ini, arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN bertujuan untuk
ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,
dan/atau
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-9
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,
dan/atau
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dengan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga,
b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga,
c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
e. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Dompu, kriteria penetapan kawasan
strategis nasional ini dilakukan berdasarkan kepentingan-kepentingan sebagai
berikut:
a. Pertahanan dan keamanan,
1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan
geostrategi nasional,
2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan, dan/atau
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-10
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
3) kawasan industri sistem pertahanan, atau merupakan wilayah kedaulatan
Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga dan/atau laut lepas.
b. Pertumbuhan ekonomi,
1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional,
3) memiliki potensi ekspor,
4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
c. Sosial dan budaya
1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional,
2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri
bangsa,
3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan,
4) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau
6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis
nasional,
3) pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
4) memiliki sumber daya alam strategis nasional
5) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
6) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-11
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
7) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
3) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir
punah atau
4) diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
5) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang
6) menimbulkan kerugian negara,
7) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
8) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup
9) rawan bencana alam nasional
10)sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi
untukpenyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
a. Arahan pengembangan pola ruang:
1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
2) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
b. Arahan
pengembangan
struktur
ruang
terkait
keciptakaryaan
seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan
drainase
2.
Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk
bidang Cipta Karya
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten di Kabupaten Dompu,
kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten yang tercantum didalam
RTRW terdiri dari 2 (dua), yaitu kebijakan dan strategi pengembangan struktur
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-12
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
ruang wilayah kota; dan kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang
wilayah kota.
3.1.2.1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Dompu
Rencana struktur ruang Kabupaten Dompu terbagi atas 4 SWP yaitu :
a) SWP I mencakup Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja dengan pusat di Kota
Dompu berfungsi sebagai pusat wilayah dan perdagangan
b) SWP II mencakup Kecamatan Kempo, Manggelewa, dan Kecamatan Kilo dengan
fungsi sebagai pengembangan perikanan, pertanian, peternakan, pengembangan
pelabuhan Kempo dan Kilo serta pengembangan pariwisata.
c) SWP III mencakup Kecamatan Pajo dan Hu’u dengan fungsi pengembangan
pariwisata, perikanan, peternakan dan industri kerajinan rakyat.
d) SWP IV mencakup Kecamatan Pekat dengan fungsi sebagai pengembangan
hutan lindung, pengembangan pertanian, perikanan, peternakan, pengembangan
pelabuhan Calabai dan pengembangan wisata
Pusat-pusat pertumbuhan yang dapat dikembangkan dalam rangka mendorong
laju percepatan pembangunan di Kabupaten Dompu adalah :
Pusat Pertumbuhan Soriutu (Kecamatan Manggelewa)
Pada pusat pertumbuhan Soriutu akan dititik beratkan pada kegiatan
pembangunan dibidang : peternakan, perkebunan, pertanian tanaman pangan,
industri, kehutanan dan transmigrasi.
Pusat Pertumbuhan Rasabou (Kecamatan Hu’u)
Titik berat kegiatan pembangunannya adalah : pertanian, peternakan, pariwisata ,
perikanan, pertambangan dan industri.
Pusat Pertumbuhan Malaju (Kecamatan Kilo)
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-13
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Titik berat kegiatan pembangunannya adalah : perikanan, peternakan, pariwisata,
perkebunan dan industri.
Pusat Pertumbuhan Calabai (Kecamatan Pekat)
e) Titik berat kegiatan pembangunannya adalah : Pertanian, kehutanan, peternakan,
perikanan, pertanian dan industri.
3.1.2.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Dompu
Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Wilayah Kabupaten Dompu yang diwujudkan
melalui 2 (dua) kebijakan, diantaranya yaitu kebijakan dan strategi pengelolaan
kawasan lindung; dan kebijakan & strategi pemanfaatan kawasan budidaya. Uraian
mengenai kebijakan pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
RTRW Kabupaten Dompu ini terdiri dari:
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi; dan
f.
kawasan lindung lainnya. \
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-14
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
Gambar.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Dompu
Sumber: Bappeda Dompu, 2012
Tinjauan Kebijakan | 15
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri atas :
a) Kawasan hutan lindung seluas 51.482,59 ha meliputi :
1. kelompok hutan Riwo (RTK 43) dengan luas 16.497,65 ha meliputi kecamatan Woja,
Kempo dan Manggelewa;
2. kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 3.305,70 ha meliputi kecamatan Kempo
dan kecamatan Manggelewa;
3. kelompok hutan Soromandi (RTK 55) dengan luas 19.365,94 ha meliputi kecamatan
Dompu, kecamatan Woja, kecamatan Manggelewa dan kecamatan Kilo; dan
4. kelompok hutan Toffo Rompu (RTK 65) dengan luas 12.313,30 ha meliputi kecamatan
Dompu, kecamatan Pajo, dan Kecamatan Hu’u.
b) Kawasan resapan air yang diarahkan pada lokasi Gunung Tambora, kawasan Karamabura dan
kawasan Woko.
Kawasan perlindungan setempat,terdiri atas :
a) Kawasan Sempadan Pantai, dengan luas kurang lebih 3.276 ha, diarahkan pada kawasan sepanjang
tepian pantai sejauh minimal 100 meter dari garis pasang tertinggi secara proporsional sesuai
dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai.
b) Kawasan Sempadan Sungai, seluas kurang lebih 7.635 ha terdapat di sepanjang aliran sungai di
kabupaten Dompu.
c) Kawasan Sekitar Danau/Waduk, diarahkan ke seluruh kawasan sekitar danau dan waduk yang
tersebar di kabupaten Dompu yang terdapat di Danau Rababaka dengan ketentuan lebarnya secara
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi
kearah darat sesuai dengan aturan yang berlaku.
d) Kawasan Ruang Terbuka Hijau, d, pengembangannya diarahkan pada Pusat Kegiatan Wilayah
promosi (PKWp) Di kecamatan Dompu dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan luas 28,2 ha.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya terdiri atas :
a) Kawasan suaka marga satwa, yaitu kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 3.988,60 ha,
terdapat di Kecamatan Pekat;
b) Kawasan cagar alam, yaitu kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 13.572,34 ha
terdapat di Gunung Tambora Selatan Kecamatan Pekat;
c) Kawasan Taman Wisata Alam, terdapat di Pulau Satonda kecamatan Pekat dengan luas 2.600 ha,
meliputi :
a. Kawasan taman wisata alam laut seluas 2.146,30 ha; dan
b. Kawasan taman wisata alam seluas 453,70 ha.
Tinjauan Kebijakan | 16
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
d) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi :
a. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan situs Nangasia di kecamatan Hu’u; dan
b. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan situs Doro Bata di kecamatan Dompu.
Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas :
a) kawasan rawan tanah longsor, terdapat disekitar Tambora, Ranggo, sepanjang jalur jalan O’oKatua, Manggenae sampai perbatasan kabupaten Bima serta jalur jalan BanggoNapa-Kwangko
sampai perbatasan Kabupaten Sumbawa.
b) kawasan rawan gelombang pasang, terdapat di Pantai Barat yakni Calabai, Nangamiro dan Kilo,
serta pantai Hu’u di pesisir bagian selatan.
c) kawasan rawan banjir, terdapat di sepanjang wilayah sungai di Kabupaten.
d) kawasan rawan kekeringan, terdapat di Kempo, Hu’u, Kilo dan Mbawi.
e) kawasan rawan gunung berapi;
f) kawasan rawan tsunami;
g) kawasan rawan angin topan;dan
h) kawasan rawan gempa bumi.
Kawasan lindung geologi terdiri atas :
a) kawasan rawan bencana alam geologi, terdiri atasa :
1. kawasan rawan letusan gunung berapi, terdapat pada daerah bahaya sekitar kaldera dengan luas
kurang lebih 58,7 km2 di Kecamatan Pekat;
2. kawasan rawan gempa bumi, terdapat di seluruh Kecamatan;
3. kawasan rawan tsunami, terdapat dikawasan pesisir bagian barat dan selatan Kabupaten Dompu
yakni Calabai, Nangamiro dan Kilo, serta pantai Hu’u bagian selatan;
4. kawasan rawan abrasi pantai, terdapat di kecamatan Manggelewa desa Kwangko, kecamatan
Kempo di desa Soro dan wilayah pantai selatan kecamatan Hu’u; dan
5. kawasan rawan sedimentasi terdapat di perairan Teluk Saleh.
b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah, yaitu kawasan sekitar mata air
ditetapkan sekurang-kurangnya 200 m disekitar mata air dan tersebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Dompu untuk dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan air minum maupun irigasi.
Kawasan lindung lainnya terdiri atas :
a) kawasan terumbu karang, terdapat diperairan Pulau Satonda, Teluk Cempi, Teluk Saleh dan Teluk
Sanggar.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-17
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
b) kawasan mangrove, terdapat di sepanjang pesisir teluk cempi, teluk saleh dan teluk sanggar dengan
luas kurang lebih 4.710 ha.
c) kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi, terdapat di perairan pulau Satonda,
teluk Cempi, teluk Saleh dan teluk Sanggar.
d) kawasan taman buru, terdapat pada kawasan taman buru gunung Tambora selatan di kecamatan
Pekat dengan luas 9.543,56 ha.
Sedangkan Kawasan budidaya terdiri atas :
a) kawasan peruntukan hutan produksi
b) kawasan peruntukan hutan rakyat;
c) kawasan peruntukan pertanian;
d) kawasan peruntukan perikanan;
e) kawasan peruntukan pertambangan;
f) kawasan peruntukan domestic;
g) kawasan peruntukan pariwisata;
h) kawasan peruntukan permukiman; dan
i)
kawasan peruntukan lainnya.
Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas :
1. kawasan hutan produksi terbatas, dengan luas 32.586,78 ha terdiri atas :
a. Kelompok hutan Pajo (RTK 42) seluas 1.079,19 ha terdapat di kecamatan Pajo dan Dompu;
b. Kelompok hutan Riwo (RTK 43) seluas 8.480,61 ha terdapat di kecamatan Woja
c. Kelompok hutan Tambora (RTK 53) seluas 8.066, 64 ha terdapat di kecamatan Pekat;
d. Kelompok hutan Soromandi (RTK 55) seluas 4.516,42 ha terdapat di kecamatan Dompu;
e. Kelompok hutan Toffo Rompu (RTK 65) seluas 10.044,92 ha terdapat di kecamatan Dompu,
kecamatan Pajo dan kecamatan Hu’u; dan
f.
Kelompok hutan Ampang Kampaja (RTK 70) seluas 400 ha terdapat di kecamatan
Manggelewa.
2. kawasan hutan produksi tetap, dengan luas 26.119,11 ha terdiri atas:
a. Kelompok hutan Pajo (RTK 42) seluas 2.749,71 ha terdapat di kecamatan Pajo dan Dompu;
b. Kelompok hutan Tambora (RTK 53) seluas 19.417,37 ha terdapat di kecamatan Pekat;
c. Kelompok hutan Soromandi (RTK 55) seluas 3.917,64 ha terdapat di kecamatan Dompu, Woja
dan dan Kilo; dan
d. Kelompok hutan Pulau Rai Rakit Kwangko (RTK 70) seluas 34,39 ha terdapat di kecamatan
Manggelewa.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-18
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Kawasan peruntukan hutan rakyat terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 14.000 ha.
Sedangkan kawasan peruntukkan pertanian terdiri atas :
1. Kawasan peruntukan tanaman pangan terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih
19.194 ha.
2. Kawasan peruntukan hortikultura terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 11.500
ha.
3. Kawasan peruntukan perkebunan terdiri atas :
a. kawasan peruntukan perkebunan Jambu Mente, terdapat di seluruh kecamatan dengan luas
kurang lebih 18.895,90 ha;
b. kawasan peruntukan perkebunan Kelapa, terdapat diseluruh kecamatan dengan luas kurang
lebih 6.361 ha;
c. kawasan peruntukan perkebunan Kopi, terdapat di Kecamatan Pekat, kecamatan Kilo dan
kecamatan Dompu dengan luas dengan luas kurang lebih 1.661,62 ha;
d. kawasan peruntukan perkebunan Jarak Pagar, terdapat di seluruh Kecamatan dengan luas
kurang lebih 5.859,89 ha; dan
e. kawasan peruntukan perkebunan Kakao terdapat di kecamatan Pekat dan Kempo dengan luas
kurang lebih 1.060,35 ha.
4. Kawasan peruntukan peternakan terdapat di kecamatan Pajo dengan luas kurang lebih 330 ha,
kecamatan Hu’u dengan luas kurang lebih 471 ha, Manggelewa dengan luas kurang lebih 750 ha,
Kempo dengan luas kurang lebih 1.000 ha, Kilo dengan luas kurang lebih 850 ha, dan pekat dengan
luas kurang lebih 4.995 ha.
5. Kawasan peruntukan tanaman pangan di seluruh kecamatan ditetapkan sebagai kawasan pertanian
pangan berkelanjutan, dengan luas kurang lebih 15.985 ha.
Kawasan peruntukan perikanan terdiri atas :
1. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
a. perikanan tangkap perairan umum, selanjutnya disebut perikanan perairan umum meliputi
kawasan perikanan tangkap di perairan danau, sungai dan waduk;
b. perikanan tangkap diperairan laut, selanjutnya perikanan laut meliputi jalur pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah penangkapan terdapat di kecamatan Kempo, Hu’u
dan Pajo;
c. sebaran pengembangan kegiatan perikanan tangkap diperairan laut, meliputi:
•
pengembangan dan pemberdayaan perikanan laut skala kecil meliputi kawasan yang
memiliki kelompok nelayan terdapat di kecamatan kempo, Hu’u dan pajo;
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-19
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
•
pengembangan perikanan laut skala menengah meliputi kawasan pendaratan ikan (PPI)
/Tempat pelelangan ikan (TPI) di PPI Soro Kempo, PPI-PPP Soroadu dan PPI Kramat; dan
•
pemasangan rumpon perairan dangkal 37.240 ha dan rumpon lepas pantai 28.420 ha.
d. Pemantapan prasarana pendukung kegiatan perikanan tangkap di perairan laut, meliputi:
•
pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Soro kempo, PPI-PPP Soriadu dan PPI Kramat (lokasi
rencana); dan
•
pangkalan Perahu/Jukung Nelayan tradisional tersebar di pantai-pantai desa nelayan.
2. kawasan peruntukan budidaya perikanan, meliputi :
1. kawasan pengembangan budidaya air tawar terdiri atas:
•
perikanan budidaya di bendungan Rababaka;
•
kawasan budidaya kolam;
•
kawasan budidaya ikan bersama tanaman padi sawah (minapadi);
•
kawasan budidaya saluran irigasi;
•
kawasan budidaya bidang pembenihan; dan
•
kawasan prasarana pendukung penyediaan benih kegiatan budidaya perikanan mencakup
Balai Benih Ikan (BBI) di kecamatan Hu’u.
2. kawasan pengembangan perikanan budidaya air payau (tambak) tersebar di kecamatan Dompu,
Kecamatan Woja dan kecamatan Poja; dan
3. kawasan bagi pengembangan perikanan budidaya laut terdiri atas:
•
potensi untuk tumbuh rumput laut seluas lebih kurang 1.298 ha tersebar di 6 (enam)
kecamatan yaitu kecamatan Woja, kecamatan Manggelewa, kecamatan Kempo, kecamatan
Pekat dan kecamatan Hu’u;
•
budidaya kelompok ikan seluas 387 ha, terdapat di kecamatan Kempo desa Soro dan Konte,
kecamatan Manggelewa desa Pulau Bajo; dan
•
kawasan potensi budidaya mutiara seluas 1.967 ha, terdapat di teluk Saleh, teluk Sanggar
bagian utara dan teluk Cempi.
3. kawasan pengolahan hasil perikanan, meliputi :
a. sentra-sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang mengolah hasil perikanan
terdapat di Kecamatan Kempo dan kecamatan Pajo; dan
b. kawasan industri perikanan tersebar di kawasan pelabuhan Soroadu kecamatan Hu’u,
pelabuhan Soro kecamatan Kempo dan pelabuhan Kramat Kecamatan Kilo.
Kawasan peruntukan pertambangan terdiri atas :
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-20
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
1. kawasan peruntukan potensi pertambangan mineral dan batubara, meliputi :
a. potensi sirtu, pasir, batu dan tanah urug terdapat disemua kecamatan;
b. potensi emas, perak dan tembaga terdapat kecamatan Hu’u, Manggelewa dan Pajo;
c. potensi pasir besi terdapat di kecamatan Kempo dan Pekat;
d. potensi belerang terdapat di kecamatan Hu’u;
e. potensi mangan terdapat di kecamatan Pajo, Woja dan Hu’u;
f.
potensi timah hitam terdapat di Kecamatan Pajo;
g. potensi marmer terdapat di kecamatan Dompu;
h. potensi andesit terdapat di kecamatan Manggelewa dan Hu’u;
i.
potensi dasit terdapat di kecamatan Pajo;
j.
potensi diorit terdapat di kecamatan Pajo, Manggelewa dan Dompu;
k. potensi lempung terdapat di kecamatan Kempo dan Dompu;
l.
potensi batu gamping terdapat di kecamatan Dompu, Woja, Pajo dan Hu’u;
m. potensi kalsedon terdapat di kecamatan Pajo; dan
n. potensi oker terdapat di kecamatan Kempo;
2. kawasan peruntukan potensi minyak dan gas bumi terdapat di Kecamatan Hu’u, Kilo dan Pekat
3. kawasan peruntukan potensi panas bumi terdapat di Kecamatan Hu’u
4. kawasan peruntukan potensi air tanah meliputi: Cekungan Air Tanah (CAT), Air Tanah Bebas, Air
Tanah Tertekan dan Semi Tertekan terdapat di seluruh wilayah kabupaten Dompu.
Kawasan Peruntukan Industri terdiri atas :
a. kawasan peruntukan sedang, dipusatkan di Manggelewa.
b. kawasan peruntukan industri rumah tangga terdapat di Kecamatan Dompu, Kempo, Hu’u, Woja,
Pajo, Pekat dan Kilo.
Kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan pariwisata alam, meliputi kawasan pantai Lakey, kawasan pulau Satonda,
kawasan gunung Tambora selatan, kawasan pantai Ria, pantai Soro,pantai Lasi, Madaprama,
pantai Nanga Tumpu dan pantai Nangadoro.
b. Kawasan peruntukan pariwisata budaya, meliputi konservasi Situs Nangasia di kecamatan Hu’u.
Situs Dorobata di Kecamatan Dompu, dan kawasan desa budaya di desa Ranggo Kecamatan Pajo.
c. Kawasan peruntukan pariwisata buatan yakni kawasan Lepadi sebagai kawasan Pacuan Kuda
Tradisional dan Kolam renang Madaprama.
Kawasan peruntukan permukiman, seluas 1.830,56 ha meliputi :
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-21
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan, terdapat di kecamatan Dompu, kecamatan Woja dan
seluruh ibu kota kecamatan.
b. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan, adalah kawasan untuk permukiman yang pada
lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan dan perkebunan terdapat di
kecamatan Hu’u, kecamatan Pajo, kecamatan Manggelewa kecamatan Kempo, kecamatan Kilo
dan Pekat.
Kawasan peruntukan lainnya terdiri atas :
1. Kawasan perdagangan dan jasa terdapat di Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja.
2. Kawasan pusat pemerintahan terdapat di Kecamatan Dompu dan kecamatan Woja.
3. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi :
a. Pulau Balere, Bajo Lama, Bajo Baru, Na’e, Kubur, Wadu, Kondo, Wadumposo, Torobero,
Cangkir, Sipenuh, Wadu Udu, Saroko, Santigi, Maja, Lara dan Sawo di Kecamatan
Manggelewa;
b. Pulau Pu’du Na’e, Pu’du To’i dan Rate di Kecamatan Kempo;
c. Pulau Wadurange di Kecamatan Woja; dan
d. Pulau Felo Janga di Kecamatan Pajo.
4. Kawasan Pertahanan dan Keamanan, meliputi :
a. Markas Komando Distrik Militer (Kodim) 1614/Dompu di kecamatan Dompu;
b. Markas Komando Rayon Militer (Koramil) yang terdapat di tiap kecamatan; dan
c. kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan
wilayah darat, laut dan udara.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-22
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
Gambar.2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Dompu Tahun 2031
Sumber: Pemerintah Kabupaten Dompu, 2013
Tinjauan Kebijakan | 23
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
3.1.2.3.
Arahan Kebijakan dan Kegiatan Kabupaten Dompu
Arahan Perda No. 02 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Dompu 2011-2031 menetapkan
Kawasan Strategis Kabupaten, Kawasan Strategis Provinsi dan Kawasan Strategis Nasional di
Kabupaten Dompu, yaitu :
Kawasan Startegis Kabupaten (KSK) di Kabupaten Dompu, terdiri atas :
A. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas :
1. Kawasan Kempo, Pekat, dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian,
peternakan, perikanan, perkebunan dan pertambangan;
2. Kawasan teluk Cempi dan sekitarnya dengan sektor pariwisata, perikanan dan
pertambangan energi;
3. Kawasan industri terpadu Manggelewa dengan sektor unggulan industri
pengolahan;
4. Kawasan
Dompu
Mandiri
dan
sekitarnya
dengan
sektor
unggulan
perdagangan dan jasa serta sebagai pusat pemerintahan.
B. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya meliputi situs Nangasia,
desa budaya
1. Ranggo, situs Dorobata dan arena pacuan kuda tradisional Lepadi.
C. Kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup yaitu :
1. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Satonda.
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang ada di Kabupaten Dompu terdiri atas :
a. kawasan yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
meliputi:
1. kawasan Teluk Saleh dan Sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan,
pariwisata, pertanian, peternakan dan industri;
2. kawasan Agropolitan Manggelewa dengan sektor unggulan pertanian,
perkebunan dan industri di kecamatan Manggelewa; dan
3. kawasan Hu’u dan sekitarnya dengan sektor unggulan pariwisata, industri,
pertanian dan perikanan.
b. Kawasan ekosistem gunung Tambora dan kawasan ekosistem hutan Parado yang
merupakan kawasan strategis dari sudut Kepentingan lingkungan hidup.
Tinjauan Kebijakan | 24
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang ada di Kabupaten Dompu terdiri atas :
a. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima yang merupakan
kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi ; dan
b. Kawasan yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan
hidup meliputi:
1. suaka margasatwa Tambora Selatan;
2. cagar alam gunung Tambora Selatan;
3. taman wisata alam laut Pulau Satonda; dan
4. taman buru gunung Tambora Selatan.
3.1.3. Arahan Wilayah Pengembanan Strategis
Untuk mencapai sasaran strategis PUPR melalui pendekatan wilayah yang
dituangkan
dalam
35
Wilayah
Pengembangan
Strategis
(WPS).
Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan
yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”,
yang mempertimbangkan daya dukung lingkungan, dan fokus kepada
pengembangan
infrastruktur di daerah strategis untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengurangi disparitas regional dan mendukung
Pengembangan Infrastruktur Berkelanjutan.
Untuk itu, diperlukan Keterpaduan Perencanaan antara infrastruktur dengan
kawasan strategis seperti kawasan perkotaan, kawasan industri, kawasan
pariwisata
dan
pelabuhan.
Kesinkronan
program
diperlukan
untuk
meningkatkan sinergi dalam rangka mendukung pertumbuhan kawasan sesuai
fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan dana. Strategi ini bertujuan membentuk
spesialisasi, komplementaritas (saling isi), sinergi dan skala ekonomi wilayah
serta membentuk kawasan perkotaan polisentris sebagai aglomerasi antar
kawasan
pertumbuhan/kota
yang
bertetangga
dengan
hinterland
pedesaannya.Dengan demikian, melalui WPS, kita dapat menyiapkan wilayah
dan kawasan yang ke depannya memiliki daya saing tinggi.
Nusa Tenggara Barat termasuk dalam WPS 16 yaitu Tanjung – Mataram –
Mandalika dan WPS 17 yaitu Sumbawa – Dompu – Bima. Kabupaten Dompu
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-25
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
sebagai WPS 16 memiliki kawasan inti yang merupakan Kawasan Strategis
Nasional yaitu KAPET Bima dan juga Kawasan Strategis Provinsi yaitu
SAMOTA dan Geo Park Tambora. Wilayah pengembangan strategis menjadi
penting mengingat konsep keterpaduan yang ditawarkan sebagai suatu
strategi percepatan pembangunan infrastruktur permukiman. WPS Sebagai
strategi pembangunan infrastruktur permukiman, maka beberapa halyang
penting fokus kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan konektivitas mendukung pengembangan wilayah
a. Mendukung pengembangan wilayah Nusa Tenggara Barat di WPS 16
dan WPS 17 sebagai pendukung dalam mengembangkan potensi
ekonomi;
b. Pengembangan
wilayah
Kepulauan
Nusa
Tenggara
melalui
pembangunan keseluruhan Trans Nusa dengan menghubungkan antar
wilayah pertumbuhan (WPS) serta pengembangan konektivitas menuju
kawasan-kawasan prioritas di luar WPS.
2. Pemanfaatan sumber daya air
a. Pemanfaatan infrastruktur sumber daya air seperti pengaman pantai
dan pengendali banjir untuk mendukung Ketahanan Air;
b. Pengembangan Infrastruktur jaringan irigasi melalui pengembangan
daerah irigasi (DI) dan pembangunan embung untuk mendukung
Ketahanan Pangan;
c. Pembangunan bendungan untuk mendukung Ketahanan Energi.
3. Peningkatan kualitas hidup di pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman
a. Infrastruktur permukiman termasuk infrastruktur perumahan maupun
pengembangan permukiman baru, serta pembangunan rumah susun
dan rumah swadaya.
b. Peningkatan kualitas perumahan di permukiman terutama untuk MBR.
4. Peningkatan potensi kepariwisataan dukungan infrastruktur PUPR terhadap
pengembangan kawasan destinasi pariwisata berupa akses menuju lokasi
pariwisata, infrastruktur air bersih dan sanitasi.
5. Peningkatan
konektivitas
laut
(Kemaritiman).
Infrastruktur
bidang
kemaritiman seperti Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, Pelabuhan
Pengumpan Regional, dan Pelabuhan Pengumpul Lokal.Serta konektivitas
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-26
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
yang terhubungan dan memberi akses menuju infrastruktur bidang
kemaritiman.
3.2.
Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1.
RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
3.2.1.1. PETUNJUK UMUM
a.
Umum
Permukiman di Kabupaten Dompu pada umumnya dipenuhi dengan rumah
panggung tradisional dan secara umum berada di seluruh desa/kelurahan yang
ad
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
Pada bab ini membahas mengenai
wilayah administrasi, potensi wilayah,
demografi dan urbanisasi, serta isu
strategis Kabupaten/Kota.
RPIJM
Kabupaten
Dompu
TAHUN 2017 - 2021
BAB 3.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN
RENCANA STRATEGIS
INFRASTRUKTUR BIDANG
CIPTA KARYA
Tinjauan Kebijakan | 0
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
3.1. Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Dan Arahan
Penataan Ruang
3.1.1.Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya
Sesuai dengan Undang Undang No. 17 Tahun 2007 Tentang RPJPN, RPJMN
2015-2019 diarahkan untuk mendukung agenda pembangunan nasional, termasuk
meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Oleh karena itu pembangunan
infrastruktur antara lain diarahkan untuk (a) menyediakan infrastruktur transportasi
untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan
penumpang dan barang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional; (b)
menghilangkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan
efisiensi penggunaan energi termasuk tenaga listrik; (c) meningkatkan teledensitas
pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa; (d) memenuhi kebutuhan hunian
layak bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh; serta
(e) mewujudkan peningkatan keandalan dan keberlanjutan layanan sumber daya
air baik untuk pemenuhan air minum, sanitasi, dan irigasi guna menunjang ketahanan
air dan pangan.
UU No. 17 Tahun 2007 tersebut juga mengamanatkan bahwa pengembangan
wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan
sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Oleh karena itu
pembangunan infrastruktur harus memperhatikan situasi dan kondisi suatu wilayah
agar pemanfaatan dari infrastruktur tersebut dapat dioptimalkan bagi peningkatan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi kesenjangan antarwilayah,
serta menjadi perekat kehidupan berbangsa dan bernegara.
Kebijakan pembangunan infrastruktur selama ini diarahkan pada percepatan
peningkatan daya saing yang tercermin pada laporan World Economic Forum (WEF)
tahun 2014 dimana posisi daya saing infrastruktur Indonesia meningkat tajam dari
urutan 84 dari 133 negara tahun 2009 menjadi urutan 56 dari 144 negara Tahun
2014. Penilaian daya saing infrastruktur mencakup kualitas dan kapasitas
infrastruktur seperti jalan, jalan kereta api, pelabuhan, bandar udara (bandara), energi,
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-1
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
ketenagalistrikan, serta telekomunikasi (fixed and mobile phone). Di samping itu,
upaya perbaikan kinerja infrastruktur juga diprioritaskan pada infrastruktur
bendungan, jaringan irigasi, serta jaringan sanitasi dan air
minum
dengan tujuan
untuk mendukung peningkatan produksi hasil pertanian, ketahanan pangan,
ketahanan energi, dan ketahanan air nasional.
Dalam upaya percepatan
pembangungan infrastruktur di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, keseimbangan
pembangunan tetap dijaga dengan meningkatkan konektivtas antara
pusat
pertumbuhan dengan wilayah hinterland maupun wilayah pendukungnya dengan
tetap menjaga manfaat ekonomi yang positif terhadap masyarakat di wilayah
tersebut dan menjaga kualitas daya dukung lingkungannya.
Pemenuhan hunian layak yang didukung oleh prasarana, sarana, dan utilitas yang
memadai perlu mendapatkan perhatian khusus. Ketimpangan antara pasokan
(supply) dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama dalam penyediaan
infrastruktur dasar khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah (MBR).
Keterbatasan kapasitas pengembang (developer) yang belum didukung oleh regulasi
yang bersifat insentif ditambah rendahnya keterjangkauan (affordability) MBR baik
membangun atau membeli rumah menjadi salah satu penyebab utama masih
banyaknya MBR yang belum tinggal di rumah layak huni. Hal tersebut berpotensi
menyebabkan degradasi kualitas permukiman dan menciptakan permukiman
kumuh baru. Terlebih dalam pembangunan perumahan khususnya di area perkotaan
(urban area) yang terkendala dengan proses pengadaan lahan.
Penyediaan air minum dan sanitasi sebagai layanan dasar belum menjangkau seluruh
penduduk Indonesia. Pada tahun 2013, proporsi rumah tangga yang memiliki akses
terhadap sumber air minum aman adalah 67,73 persen sedangkan proporsi rumah
tangga yang memiliki akses terhadap fasilitas sanitasi layak adalah 60,91 persen
(BPS, 2013). Dengan demikian, masih terdapat 100 juta jiwa penduduk yang belum
memiliki akses air minum dan 120 juta penduduk yang belum memiliki akses terhadap
fasilitasi sanitasi layak. Adapun terkait layanan persampahan, proporsi rumah tangga
yang terlayani pengelolaan persampahan adalah 24,9 persen dan 46 persen khusus
di daerah perkotaan (Riskesdas, 2013).
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-2
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Permasalahan dalam penyelenggaraan air minum dan sanitasi adalah minimnya
keberlanjutan sarana dan prasarana yang telah terbangun, semakin terbatasnya
sumber air baku untuk air minum dan kurang optimalnya sinergi pembangunan air
minum dan sanitasi. Minimnya keberlanjutan sarana dan prasarana disebabkan oleh
belum optimalnya kesadaran dan pemberdayaan masyarakat, keterlibatan aktif
pemerintah daerah baik dari aspek regulasi maupun pendanaan, serta penerapan
manajemen aset. Perencanaan dan pelaksanaan penyediaan air minum dan sanitasi
saat ini belum mencakup strategi manajemen aset yang tepat khususnya terkait
pemeliharaan dan rehabilitasi sehingga mempersingkat usia ekonomis dari
infrastruktur terbangun. Air baku untuk air minum semakin terbatas, baik secara
kuantitas maunpun kualitas. Pemanfaatan alternatif sumber air baku, contohnya air
hujan dan daur ulang, belum banyak dimanfaatkan. Penyediaan layanan sanitasi
belum tersinergikan dengan penyediaan layanan air minum sebagai upaya
pengamanan air minum untuk pemenuhan aspek 4K (kuantitas, kualitas, kontinuitas
dan keterjangkauan). Belum optimalnya pembangunan infrastruktur/prasarana dasar
permukiman tersebut menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan kawasan
kumuh terutama di perkotaan.
Sasaran umum yang hendak dicapai oleh sektor Infrastruktur pada RPJMN Tahun
2015-2019 adalah :
1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan perencanaan tata ruang
nasional;
2. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat tinggal yang layak
dengan didukung prasarana, sarana dan utilitas yang memadai dalam mendorong
peningkatan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional;
3. Terwujudnya pertumbuhan bidang Infrastruktur minimal dua kali pertumbuhan
ekonomi
nasional
dalam
rangka
memberikan
sumbangan
terhadap
kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional (sustainable growth) yang
berkualitas dan perluasan lapangan kerja;
4. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa Infrastruktur ke seluruh
pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran distribusi barang, jasa dan
mobilitas
penumpang
dalam
rangka
memberikan
kontribusi
terhadap
pengendalian laju inflasi, serta pertumbuhan ekonomi yang berkualitas;
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-3
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
5. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa Infrastruktur ke seluruh
pelosok tanah air dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju dan berdaulat;
6. Tercapainya peran dan investasi swasta yang optimal dalam pembangunan
infrastruktur guna meningkatkan efisiensi anggaran serta kuantitas dan kualitas
layanan infrastruktur.
Adapun sasaran-sasaran khusus dari indikator kinerja Infrastruktur Bidang Cipta
Karya selama 5 tahun ke depan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. SASARAN RPJMN 2015-2019 BIDANG INFRASTRUKTUR
No.
SASARAN
INDIKATOR
Isu Strategis : Pembangunan Prasarana Dasar
Energi dan Ketenagalistrikan
1
Meningkatnya akses terhadap
layanan air minum dan sanitasi
yang layak dan berkelanjutan
Kawasan
Permukiman serta
a. Tercapainya pengentasan permukiman
kumuh perkotaan menjadi 0 persen
melalui
penanganan
kawasan
permukiman kumuh seluas 38.431
hektar dan peningkatan keswadayaan
masyarakat di 7.683 kelurahan.
b. Tercapainya 100 persen pelayanan air
minum yakni 85 persen penduduk
terlayani akses sesuai prinsip 4K
(Kuantitas, Kualitas, Kontinuitas, dan
Keterjangkauan) dan 15 persen sesuai
kebutuhan dasar (basic needs).
c. Tercapainya 100 persen pelayanan
sanitasi (air limbah domestik, sampah
dan drainase lingkungan) yakni 85
persen penduduk terlayani akses sesuai
standar pelayanan (pengelolaan air
limbah sistem setempat dan terpusat,
pelayanan sampah perkotaan dan
pengelolaan.
Arah kebijakan dalam mendorong pembangunan infrastruktur dasar air minum dan
sanitasi dalam pencapaian universal access, sebagai berikut :
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-4
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan
perilaku dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui (1) pengarusutamaan
pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas, kuantitas,
kontinuitas dan keterjangkauan), (2) pengelolaan sanitasi melalui peningkatan
pengelolaan air limbah di perdesaan dengan sistem on-site dan di perkotaan
dengan sistem on-site melalui IPLT dan sistem off- site baik skala kawasan
maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA menjadi TPA sanitary landfill
dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan sampah melalui penerapan
prinsip 3R, serta (3) peningkatan kesadaran masyarakat akan higienis, sanitasi
dan nilai ekonomis air.
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui
upaya konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan
air hujan, pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air
baku air minum maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan
penampung air hujan) dan skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan
drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20
persen, pemanfaatan idle capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat
penyelenggara dan skala kota.
d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif
sumber air domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di
dalamnya pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang
air yang telah dipergunakan (water reclaiming).
2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan
manajemen aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk
untuk
pemeliharaan
dan pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun
melalui strategi :
a. Optimalisasi
infrastruktur
air
minum
dan
sanitasi
eksisting melalui
penurunan Non-Revenue Water (NRW) dan pemanfaatan idle capacity.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-5
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan
layanan.
c. Rehabilitasi
infrastruktur
air
minum
dan
sanitasi
untuk infrastruktur
dengan pemanfaatan yang sub-optimal, infrastruktur yang menua, dan
infrastruktur yang terkena dampak bencana.
d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan
drainase untuk memaksimalkan potensi yang ada.
e. Pembentukan
dan
penyehatan
pengelola
infrastruktur
air minum, air
limbah dan persampahan, baik berbasis institusi maupun berbasis masyarakat.
f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan
sanitasi terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi
kebutuhan
untuk
Biaya
Pokok
Produksi
(BPP).
Pemberian subsidi dari pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi
juga dilakukan sebagai langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam
rangka pemenuhan full cost recovery.
g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan,
pengoperasian, dan pemeliharaan aset infrastruktur.
3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat
nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem
Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi
(SSK) melalui pengarusutamaan dalam
penganggaran
proses
Kota/Kabupaten
perencanaan
dan
formal. Penyusunan RI-SPAM didasari optimalisasi bauran
sumber daya air domestik kota/kabupaten dan telah mengintegrasikan
pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum. Peningkatan
kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi
perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal access di wilayah
kabupaten/kota;
b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand
generation sebagai prasyarat penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi;
c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di
sektor air minum dan sanitasi.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-6
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan
sanitasi, baik eksekutif maupun legislatif serta media untuk menjamin
keselarasan serta konsistensi perencanaan dan implementasinya di tingkat
pusat dan daerah.
4. Peningkatan efektifitas
dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan
sanitasi melalui strategi:
a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap
perencanaan sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal,
termasuk sinergi dengan pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren,
kegiatan-kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya-upaya mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim, penanganan dan pencegahan kawasan kumuh,
serta pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan kawasan khusus.
b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam
rangka mengatasi kendala ketersediaan air baku dan
lahan serta dalam
rangka mendukung konektivitas antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi.
c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi
yang dilaksanakan melalui (i)
peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Provinsi dan Kab/Kota, (ii) pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk
penyediaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi di sekolah; (iii)
pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif
penyakit dan promosi higiene dan sanitasi serta pemanfaatan jaminan
kesehatan masyarakat; serta (iv) sinergi penyediaan air minum dan sanitasi
dengan Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP),
dana hibah berbasis kinerja/hasil, masyarakat, dan sumber dana lain terkait
lingkungan hidup, pembangunan desa, serta kelautan dan perikanan.
d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk
pengelolaan data dan informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and
Sanitation Information Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi
serta melibatkan partisipasi aktif seluruh stakeholder terkait.
Isu-isu politik dan sosial terutama pada tingkat local seringkali menghambat
dan
mengganggu
kesinambungan
proses
pembangunan
infrastruktur.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-7
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Pembangunan infrastruktur seringkali dikaitkan dengan kepentingan jangka
pendek seperti untuk mendapatkan dukungan politik dari masyarakat. Dengan
demikian, pembangunan infrastruktur tidak sepenuhnya didasarkan pada
kebutuhan dalam hal besaran dan waktu namun lebih berperan sebagai
instrumen sosial politik. Kondisi ini juga mengurangi kesempatan untuk
memaksimalkan sinergi antarsektor infrastruktur dan antarwilayah karena
integrasi perencanaan menjadi sulit untuk dilaksanakan.
Integrasi perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan pembangunan
infrastruktur
yang
memperhitungkan
kesesuaian
dengan
arah
pengembangan sektor lainnya maupun pengembangan wilayah sangat
diperlukan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan yang lebih
luas. Kesesuaian ini dituangkan dalam langkah strategis berupa Rencana
dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) sebagai
instrumen yang mengikat antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
RPI2-JM merupakan daftar yang memuat rencana dan program investasi
infrastruktur terpadu untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. RPI2-JM telah
mengintergrasikan
kebijakan
sektoral
dan
kebijakan
spasial
beserta
pembiayaanya. Penyusunan RPI2-JM mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) terkait dan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional dan Daerah. RPI2-JM digunakan sebagai bahan
pembahasan
dalam
forum
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan
(Musrenbang) di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.RPI2-JM pada
tingkat nasional mengikuti jangka waktu RPJMN periode 2015-2019. RPI2-JM
Provinsi dan Kawasan Strategis Provinsi serta RPI2-JM Kabupaten/Kota dan
Kawasan Strategis Kabupaten/Kota mengikuti jangka waktu RPJMD Provinsi
dan RPJMD Kabupaten/Kota yang sedang berjalan.
Penyusunan RPI2-JM dilakukan melalui 6 (enam) tahapan: (i) penyusunan
arahan spasial pengembangan wilayah; (ii) penyusunan program prioritas
pembangunan infrastruktur; (iii) penyusunan rencana terpadu pembangunan
infrastruktur; (iv) sinkronisasi program investasi pembangunan infrastruktur;
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-8
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
(v)
penyusunan sumber pembiayaan pembangunan; serta (vi) inisiasi
pelaksanaan pembangunan. Infrastruktur yang dapat dimasukan dalam RPI2JM antara lain meliputi: (i) infrastruktur transportasi; (ii) infrastruktur sumber
daya air; (iii) infrastruktur air minum dan sanitasi; (iv) infrastruktur
telekomunikasi; (v) infrastruktur ketenagalistrikan; dan (vi) infrastruktur minyak
dan gas bumi.
3.1.2.Arahan Penataan Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) merupakan dokumen yang
berskala nasional dan merupakan pedoman dalam penyusunan RPI2JM. Pada
RTRWN disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN
yang dijadikan sebagai pedoman untuk:
1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional,
2. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional,
3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional,
4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antar sektor,
5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi,
6. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan
7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.
Dalam hal ini, arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN bertujuan untuk
ditindaklanjuti ke dalam RPI2-JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
1. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN), dengan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional,
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi,
dan/atau
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama
transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-9
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
2. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dengan kriteria-kriteria sebagai
berikut:
a. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua
kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN,
b. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan
industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten,
dan/atau
c. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul
transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.
3. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN), dengan kriteria-kriteria
sebagai berikut:
a. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas
dengan negara tetangga,
b. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang
menghubungkan dengan negara tetangga,
c. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang
menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau
d. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat
mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.
e. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)
Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Dompu, kriteria penetapan kawasan
strategis nasional ini dilakukan berdasarkan kepentingan-kepentingan sebagai
berikut:
a. Pertahanan dan keamanan,
1) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan
negara berdasarkan
geostrategi nasional,
2) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan
amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba
sistem persenjataan, dan/atau
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-10
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
3) kawasan industri sistem pertahanan, atau merupakan wilayah kedaulatan
Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga dan/atau laut lepas.
b. Pertumbuhan ekonomi,
1) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh,
2) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional,
3) memiliki potensi ekspor,
4) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi,
5) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi,
6) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional,
7) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau
8) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.
c. Sosial dan budaya
1) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional,
2) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri
bangsa,
3) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan,
4) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional,
5) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau
6) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.
d. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
1) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu
2) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis
nasional,
3) pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir
4) memiliki sumber daya alam strategis nasional
5) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa
6) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-11
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
7) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.
e. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.
1) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati,
2) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang
3) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir
punah atau
4) diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan,
5) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun
berpeluang
6) menimbulkan kerugian negara,
7) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro
8) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup
9) rawan bencana alam nasional
10)sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas
terhadap kelangsungan kehidupan.
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi ditetapkan melalui Peraturan Daerah
Provinsi, dan beberapa arahan yang harus diperhatikan dari RTRW Provinsi
untukpenyusunan RPI2-JM Kabupaten/Kota adalah:
1. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup:
a. Arahan pengembangan pola ruang:
1) Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya
2) Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti
pengembangan RTH.
b. Arahan
pengembangan
struktur
ruang
terkait
keciptakaryaan
seperti
pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, dan
drainase
2.
Strategi operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk
bidang Cipta Karya
Untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah kabupaten di Kabupaten Dompu,
kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten yang tercantum didalam
RTRW terdiri dari 2 (dua), yaitu kebijakan dan strategi pengembangan struktur
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-12
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
ruang wilayah kota; dan kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang
wilayah kota.
3.1.2.1. Rencana Struktur Ruang Kabupaten Dompu
Rencana struktur ruang Kabupaten Dompu terbagi atas 4 SWP yaitu :
a) SWP I mencakup Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja dengan pusat di Kota
Dompu berfungsi sebagai pusat wilayah dan perdagangan
b) SWP II mencakup Kecamatan Kempo, Manggelewa, dan Kecamatan Kilo dengan
fungsi sebagai pengembangan perikanan, pertanian, peternakan, pengembangan
pelabuhan Kempo dan Kilo serta pengembangan pariwisata.
c) SWP III mencakup Kecamatan Pajo dan Hu’u dengan fungsi pengembangan
pariwisata, perikanan, peternakan dan industri kerajinan rakyat.
d) SWP IV mencakup Kecamatan Pekat dengan fungsi sebagai pengembangan
hutan lindung, pengembangan pertanian, perikanan, peternakan, pengembangan
pelabuhan Calabai dan pengembangan wisata
Pusat-pusat pertumbuhan yang dapat dikembangkan dalam rangka mendorong
laju percepatan pembangunan di Kabupaten Dompu adalah :
Pusat Pertumbuhan Soriutu (Kecamatan Manggelewa)
Pada pusat pertumbuhan Soriutu akan dititik beratkan pada kegiatan
pembangunan dibidang : peternakan, perkebunan, pertanian tanaman pangan,
industri, kehutanan dan transmigrasi.
Pusat Pertumbuhan Rasabou (Kecamatan Hu’u)
Titik berat kegiatan pembangunannya adalah : pertanian, peternakan, pariwisata ,
perikanan, pertambangan dan industri.
Pusat Pertumbuhan Malaju (Kecamatan Kilo)
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-13
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Titik berat kegiatan pembangunannya adalah : perikanan, peternakan, pariwisata,
perkebunan dan industri.
Pusat Pertumbuhan Calabai (Kecamatan Pekat)
e) Titik berat kegiatan pembangunannya adalah : Pertanian, kehutanan, peternakan,
perikanan, pertanian dan industri.
3.1.2.2. Rencana Pola Ruang Kabupaten Dompu
Kebijakan dan Strategi Pola Ruang Wilayah Kabupaten Dompu yang diwujudkan
melalui 2 (dua) kebijakan, diantaranya yaitu kebijakan dan strategi pengelolaan
kawasan lindung; dan kebijakan & strategi pemanfaatan kawasan budidaya. Uraian
mengenai kebijakan pengelolaan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam
RTRW Kabupaten Dompu ini terdiri dari:
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;
d. kawasan rawan bencana alam;
e. kawasan lindung geologi; dan
f.
kawasan lindung lainnya. \
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-14
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
Gambar.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Dompu
Sumber: Bappeda Dompu, 2012
Tinjauan Kebijakan | 15
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri atas :
a) Kawasan hutan lindung seluas 51.482,59 ha meliputi :
1. kelompok hutan Riwo (RTK 43) dengan luas 16.497,65 ha meliputi kecamatan Woja,
Kempo dan Manggelewa;
2. kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 3.305,70 ha meliputi kecamatan Kempo
dan kecamatan Manggelewa;
3. kelompok hutan Soromandi (RTK 55) dengan luas 19.365,94 ha meliputi kecamatan
Dompu, kecamatan Woja, kecamatan Manggelewa dan kecamatan Kilo; dan
4. kelompok hutan Toffo Rompu (RTK 65) dengan luas 12.313,30 ha meliputi kecamatan
Dompu, kecamatan Pajo, dan Kecamatan Hu’u.
b) Kawasan resapan air yang diarahkan pada lokasi Gunung Tambora, kawasan Karamabura dan
kawasan Woko.
Kawasan perlindungan setempat,terdiri atas :
a) Kawasan Sempadan Pantai, dengan luas kurang lebih 3.276 ha, diarahkan pada kawasan sepanjang
tepian pantai sejauh minimal 100 meter dari garis pasang tertinggi secara proporsional sesuai
dengan bentuk, letak dan kondisi fisik pantai.
b) Kawasan Sempadan Sungai, seluas kurang lebih 7.635 ha terdapat di sepanjang aliran sungai di
kabupaten Dompu.
c) Kawasan Sekitar Danau/Waduk, diarahkan ke seluruh kawasan sekitar danau dan waduk yang
tersebar di kabupaten Dompu yang terdapat di Danau Rababaka dengan ketentuan lebarnya secara
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik danau antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi
kearah darat sesuai dengan aturan yang berlaku.
d) Kawasan Ruang Terbuka Hijau, d, pengembangannya diarahkan pada Pusat Kegiatan Wilayah
promosi (PKWp) Di kecamatan Dompu dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dengan luas 28,2 ha.
Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya terdiri atas :
a) Kawasan suaka marga satwa, yaitu kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 3.988,60 ha,
terdapat di Kecamatan Pekat;
b) Kawasan cagar alam, yaitu kelompok hutan Tambora (RTK 53) dengan luas 13.572,34 ha
terdapat di Gunung Tambora Selatan Kecamatan Pekat;
c) Kawasan Taman Wisata Alam, terdapat di Pulau Satonda kecamatan Pekat dengan luas 2.600 ha,
meliputi :
a. Kawasan taman wisata alam laut seluas 2.146,30 ha; dan
b. Kawasan taman wisata alam seluas 453,70 ha.
Tinjauan Kebijakan | 16
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
d) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi :
a. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan situs Nangasia di kecamatan Hu’u; dan
b. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan situs Doro Bata di kecamatan Dompu.
Kawasan rawan bencana alam, terdiri atas :
a) kawasan rawan tanah longsor, terdapat disekitar Tambora, Ranggo, sepanjang jalur jalan O’oKatua, Manggenae sampai perbatasan kabupaten Bima serta jalur jalan BanggoNapa-Kwangko
sampai perbatasan Kabupaten Sumbawa.
b) kawasan rawan gelombang pasang, terdapat di Pantai Barat yakni Calabai, Nangamiro dan Kilo,
serta pantai Hu’u di pesisir bagian selatan.
c) kawasan rawan banjir, terdapat di sepanjang wilayah sungai di Kabupaten.
d) kawasan rawan kekeringan, terdapat di Kempo, Hu’u, Kilo dan Mbawi.
e) kawasan rawan gunung berapi;
f) kawasan rawan tsunami;
g) kawasan rawan angin topan;dan
h) kawasan rawan gempa bumi.
Kawasan lindung geologi terdiri atas :
a) kawasan rawan bencana alam geologi, terdiri atasa :
1. kawasan rawan letusan gunung berapi, terdapat pada daerah bahaya sekitar kaldera dengan luas
kurang lebih 58,7 km2 di Kecamatan Pekat;
2. kawasan rawan gempa bumi, terdapat di seluruh Kecamatan;
3. kawasan rawan tsunami, terdapat dikawasan pesisir bagian barat dan selatan Kabupaten Dompu
yakni Calabai, Nangamiro dan Kilo, serta pantai Hu’u bagian selatan;
4. kawasan rawan abrasi pantai, terdapat di kecamatan Manggelewa desa Kwangko, kecamatan
Kempo di desa Soro dan wilayah pantai selatan kecamatan Hu’u; dan
5. kawasan rawan sedimentasi terdapat di perairan Teluk Saleh.
b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah, yaitu kawasan sekitar mata air
ditetapkan sekurang-kurangnya 200 m disekitar mata air dan tersebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Dompu untuk dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan air minum maupun irigasi.
Kawasan lindung lainnya terdiri atas :
a) kawasan terumbu karang, terdapat diperairan Pulau Satonda, Teluk Cempi, Teluk Saleh dan Teluk
Sanggar.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-17
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
b) kawasan mangrove, terdapat di sepanjang pesisir teluk cempi, teluk saleh dan teluk sanggar dengan
luas kurang lebih 4.710 ha.
c) kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi, terdapat di perairan pulau Satonda,
teluk Cempi, teluk Saleh dan teluk Sanggar.
d) kawasan taman buru, terdapat pada kawasan taman buru gunung Tambora selatan di kecamatan
Pekat dengan luas 9.543,56 ha.
Sedangkan Kawasan budidaya terdiri atas :
a) kawasan peruntukan hutan produksi
b) kawasan peruntukan hutan rakyat;
c) kawasan peruntukan pertanian;
d) kawasan peruntukan perikanan;
e) kawasan peruntukan pertambangan;
f) kawasan peruntukan domestic;
g) kawasan peruntukan pariwisata;
h) kawasan peruntukan permukiman; dan
i)
kawasan peruntukan lainnya.
Kawasan peruntukan hutan produksi terdiri atas :
1. kawasan hutan produksi terbatas, dengan luas 32.586,78 ha terdiri atas :
a. Kelompok hutan Pajo (RTK 42) seluas 1.079,19 ha terdapat di kecamatan Pajo dan Dompu;
b. Kelompok hutan Riwo (RTK 43) seluas 8.480,61 ha terdapat di kecamatan Woja
c. Kelompok hutan Tambora (RTK 53) seluas 8.066, 64 ha terdapat di kecamatan Pekat;
d. Kelompok hutan Soromandi (RTK 55) seluas 4.516,42 ha terdapat di kecamatan Dompu;
e. Kelompok hutan Toffo Rompu (RTK 65) seluas 10.044,92 ha terdapat di kecamatan Dompu,
kecamatan Pajo dan kecamatan Hu’u; dan
f.
Kelompok hutan Ampang Kampaja (RTK 70) seluas 400 ha terdapat di kecamatan
Manggelewa.
2. kawasan hutan produksi tetap, dengan luas 26.119,11 ha terdiri atas:
a. Kelompok hutan Pajo (RTK 42) seluas 2.749,71 ha terdapat di kecamatan Pajo dan Dompu;
b. Kelompok hutan Tambora (RTK 53) seluas 19.417,37 ha terdapat di kecamatan Pekat;
c. Kelompok hutan Soromandi (RTK 55) seluas 3.917,64 ha terdapat di kecamatan Dompu, Woja
dan dan Kilo; dan
d. Kelompok hutan Pulau Rai Rakit Kwangko (RTK 70) seluas 34,39 ha terdapat di kecamatan
Manggelewa.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-18
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Kawasan peruntukan hutan rakyat terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 14.000 ha.
Sedangkan kawasan peruntukkan pertanian terdiri atas :
1. Kawasan peruntukan tanaman pangan terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih
19.194 ha.
2. Kawasan peruntukan hortikultura terdapat di seluruh kecamatan dengan luas kurang lebih 11.500
ha.
3. Kawasan peruntukan perkebunan terdiri atas :
a. kawasan peruntukan perkebunan Jambu Mente, terdapat di seluruh kecamatan dengan luas
kurang lebih 18.895,90 ha;
b. kawasan peruntukan perkebunan Kelapa, terdapat diseluruh kecamatan dengan luas kurang
lebih 6.361 ha;
c. kawasan peruntukan perkebunan Kopi, terdapat di Kecamatan Pekat, kecamatan Kilo dan
kecamatan Dompu dengan luas dengan luas kurang lebih 1.661,62 ha;
d. kawasan peruntukan perkebunan Jarak Pagar, terdapat di seluruh Kecamatan dengan luas
kurang lebih 5.859,89 ha; dan
e. kawasan peruntukan perkebunan Kakao terdapat di kecamatan Pekat dan Kempo dengan luas
kurang lebih 1.060,35 ha.
4. Kawasan peruntukan peternakan terdapat di kecamatan Pajo dengan luas kurang lebih 330 ha,
kecamatan Hu’u dengan luas kurang lebih 471 ha, Manggelewa dengan luas kurang lebih 750 ha,
Kempo dengan luas kurang lebih 1.000 ha, Kilo dengan luas kurang lebih 850 ha, dan pekat dengan
luas kurang lebih 4.995 ha.
5. Kawasan peruntukan tanaman pangan di seluruh kecamatan ditetapkan sebagai kawasan pertanian
pangan berkelanjutan, dengan luas kurang lebih 15.985 ha.
Kawasan peruntukan perikanan terdiri atas :
1. kawasan peruntukan perikanan tangkap;
a. perikanan tangkap perairan umum, selanjutnya disebut perikanan perairan umum meliputi
kawasan perikanan tangkap di perairan danau, sungai dan waduk;
b. perikanan tangkap diperairan laut, selanjutnya perikanan laut meliputi jalur pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan di wilayah penangkapan terdapat di kecamatan Kempo, Hu’u
dan Pajo;
c. sebaran pengembangan kegiatan perikanan tangkap diperairan laut, meliputi:
•
pengembangan dan pemberdayaan perikanan laut skala kecil meliputi kawasan yang
memiliki kelompok nelayan terdapat di kecamatan kempo, Hu’u dan pajo;
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-19
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
•
pengembangan perikanan laut skala menengah meliputi kawasan pendaratan ikan (PPI)
/Tempat pelelangan ikan (TPI) di PPI Soro Kempo, PPI-PPP Soroadu dan PPI Kramat; dan
•
pemasangan rumpon perairan dangkal 37.240 ha dan rumpon lepas pantai 28.420 ha.
d. Pemantapan prasarana pendukung kegiatan perikanan tangkap di perairan laut, meliputi:
•
pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di Soro kempo, PPI-PPP Soriadu dan PPI Kramat (lokasi
rencana); dan
•
pangkalan Perahu/Jukung Nelayan tradisional tersebar di pantai-pantai desa nelayan.
2. kawasan peruntukan budidaya perikanan, meliputi :
1. kawasan pengembangan budidaya air tawar terdiri atas:
•
perikanan budidaya di bendungan Rababaka;
•
kawasan budidaya kolam;
•
kawasan budidaya ikan bersama tanaman padi sawah (minapadi);
•
kawasan budidaya saluran irigasi;
•
kawasan budidaya bidang pembenihan; dan
•
kawasan prasarana pendukung penyediaan benih kegiatan budidaya perikanan mencakup
Balai Benih Ikan (BBI) di kecamatan Hu’u.
2. kawasan pengembangan perikanan budidaya air payau (tambak) tersebar di kecamatan Dompu,
Kecamatan Woja dan kecamatan Poja; dan
3. kawasan bagi pengembangan perikanan budidaya laut terdiri atas:
•
potensi untuk tumbuh rumput laut seluas lebih kurang 1.298 ha tersebar di 6 (enam)
kecamatan yaitu kecamatan Woja, kecamatan Manggelewa, kecamatan Kempo, kecamatan
Pekat dan kecamatan Hu’u;
•
budidaya kelompok ikan seluas 387 ha, terdapat di kecamatan Kempo desa Soro dan Konte,
kecamatan Manggelewa desa Pulau Bajo; dan
•
kawasan potensi budidaya mutiara seluas 1.967 ha, terdapat di teluk Saleh, teluk Sanggar
bagian utara dan teluk Cempi.
3. kawasan pengolahan hasil perikanan, meliputi :
a. sentra-sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga yang mengolah hasil perikanan
terdapat di Kecamatan Kempo dan kecamatan Pajo; dan
b. kawasan industri perikanan tersebar di kawasan pelabuhan Soroadu kecamatan Hu’u,
pelabuhan Soro kecamatan Kempo dan pelabuhan Kramat Kecamatan Kilo.
Kawasan peruntukan pertambangan terdiri atas :
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-20
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
1. kawasan peruntukan potensi pertambangan mineral dan batubara, meliputi :
a. potensi sirtu, pasir, batu dan tanah urug terdapat disemua kecamatan;
b. potensi emas, perak dan tembaga terdapat kecamatan Hu’u, Manggelewa dan Pajo;
c. potensi pasir besi terdapat di kecamatan Kempo dan Pekat;
d. potensi belerang terdapat di kecamatan Hu’u;
e. potensi mangan terdapat di kecamatan Pajo, Woja dan Hu’u;
f.
potensi timah hitam terdapat di Kecamatan Pajo;
g. potensi marmer terdapat di kecamatan Dompu;
h. potensi andesit terdapat di kecamatan Manggelewa dan Hu’u;
i.
potensi dasit terdapat di kecamatan Pajo;
j.
potensi diorit terdapat di kecamatan Pajo, Manggelewa dan Dompu;
k. potensi lempung terdapat di kecamatan Kempo dan Dompu;
l.
potensi batu gamping terdapat di kecamatan Dompu, Woja, Pajo dan Hu’u;
m. potensi kalsedon terdapat di kecamatan Pajo; dan
n. potensi oker terdapat di kecamatan Kempo;
2. kawasan peruntukan potensi minyak dan gas bumi terdapat di Kecamatan Hu’u, Kilo dan Pekat
3. kawasan peruntukan potensi panas bumi terdapat di Kecamatan Hu’u
4. kawasan peruntukan potensi air tanah meliputi: Cekungan Air Tanah (CAT), Air Tanah Bebas, Air
Tanah Tertekan dan Semi Tertekan terdapat di seluruh wilayah kabupaten Dompu.
Kawasan Peruntukan Industri terdiri atas :
a. kawasan peruntukan sedang, dipusatkan di Manggelewa.
b. kawasan peruntukan industri rumah tangga terdapat di Kecamatan Dompu, Kempo, Hu’u, Woja,
Pajo, Pekat dan Kilo.
Kawasan peruntukan pariwisata terdiri atas :
a. Kawasan peruntukan pariwisata alam, meliputi kawasan pantai Lakey, kawasan pulau Satonda,
kawasan gunung Tambora selatan, kawasan pantai Ria, pantai Soro,pantai Lasi, Madaprama,
pantai Nanga Tumpu dan pantai Nangadoro.
b. Kawasan peruntukan pariwisata budaya, meliputi konservasi Situs Nangasia di kecamatan Hu’u.
Situs Dorobata di Kecamatan Dompu, dan kawasan desa budaya di desa Ranggo Kecamatan Pajo.
c. Kawasan peruntukan pariwisata buatan yakni kawasan Lepadi sebagai kawasan Pacuan Kuda
Tradisional dan Kolam renang Madaprama.
Kawasan peruntukan permukiman, seluas 1.830,56 ha meliputi :
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-21
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan, terdapat di kecamatan Dompu, kecamatan Woja dan
seluruh ibu kota kecamatan.
b. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan, adalah kawasan untuk permukiman yang pada
lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan pertanian, tegalan dan perkebunan terdapat di
kecamatan Hu’u, kecamatan Pajo, kecamatan Manggelewa kecamatan Kempo, kecamatan Kilo
dan Pekat.
Kawasan peruntukan lainnya terdiri atas :
1. Kawasan perdagangan dan jasa terdapat di Kecamatan Dompu dan Kecamatan Woja.
2. Kawasan pusat pemerintahan terdapat di Kecamatan Dompu dan kecamatan Woja.
3. Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi :
a. Pulau Balere, Bajo Lama, Bajo Baru, Na’e, Kubur, Wadu, Kondo, Wadumposo, Torobero,
Cangkir, Sipenuh, Wadu Udu, Saroko, Santigi, Maja, Lara dan Sawo di Kecamatan
Manggelewa;
b. Pulau Pu’du Na’e, Pu’du To’i dan Rate di Kecamatan Kempo;
c. Pulau Wadurange di Kecamatan Woja; dan
d. Pulau Felo Janga di Kecamatan Pajo.
4. Kawasan Pertahanan dan Keamanan, meliputi :
a. Markas Komando Distrik Militer (Kodim) 1614/Dompu di kecamatan Dompu;
b. Markas Komando Rayon Militer (Koramil) yang terdapat di tiap kecamatan; dan
c. kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan
wilayah darat, laut dan udara.
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-22
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
Gambar.2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Dompu Tahun 2031
Sumber: Pemerintah Kabupaten Dompu, 2013
Tinjauan Kebijakan | 23
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DOKUMEN RPI2JM BIDANG CIPTA KARYA
3.1.2.3.
Arahan Kebijakan dan Kegiatan Kabupaten Dompu
Arahan Perda No. 02 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Dompu 2011-2031 menetapkan
Kawasan Strategis Kabupaten, Kawasan Strategis Provinsi dan Kawasan Strategis Nasional di
Kabupaten Dompu, yaitu :
Kawasan Startegis Kabupaten (KSK) di Kabupaten Dompu, terdiri atas :
A. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi terdiri atas :
1. Kawasan Kempo, Pekat, dan sekitarnya dengan sektor unggulan pertanian,
peternakan, perikanan, perkebunan dan pertambangan;
2. Kawasan teluk Cempi dan sekitarnya dengan sektor pariwisata, perikanan dan
pertambangan energi;
3. Kawasan industri terpadu Manggelewa dengan sektor unggulan industri
pengolahan;
4. Kawasan
Dompu
Mandiri
dan
sekitarnya
dengan
sektor
unggulan
perdagangan dan jasa serta sebagai pusat pemerintahan.
B. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya meliputi situs Nangasia,
desa budaya
1. Ranggo, situs Dorobata dan arena pacuan kuda tradisional Lepadi.
C. Kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan hidup yaitu :
1. Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Pulau Satonda.
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) yang ada di Kabupaten Dompu terdiri atas :
a. kawasan yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi
meliputi:
1. kawasan Teluk Saleh dan Sekitarnya dengan sektor unggulan perikanan,
pariwisata, pertanian, peternakan dan industri;
2. kawasan Agropolitan Manggelewa dengan sektor unggulan pertanian,
perkebunan dan industri di kecamatan Manggelewa; dan
3. kawasan Hu’u dan sekitarnya dengan sektor unggulan pariwisata, industri,
pertanian dan perikanan.
b. Kawasan ekosistem gunung Tambora dan kawasan ekosistem hutan Parado yang
merupakan kawasan strategis dari sudut Kepentingan lingkungan hidup.
Tinjauan Kebijakan | 24
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang ada di Kabupaten Dompu terdiri atas :
a. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Bima yang merupakan
kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi ; dan
b. Kawasan yang merupakan kawasan strategis dari sudut kepentingan lingkungan
hidup meliputi:
1. suaka margasatwa Tambora Selatan;
2. cagar alam gunung Tambora Selatan;
3. taman wisata alam laut Pulau Satonda; dan
4. taman buru gunung Tambora Selatan.
3.1.3. Arahan Wilayah Pengembanan Strategis
Untuk mencapai sasaran strategis PUPR melalui pendekatan wilayah yang
dituangkan
dalam
35
Wilayah
Pengembangan
Strategis
(WPS).
Pengembangan berbasis WPS merupakan suatu pendekatan pembangunan
yang memadukan antara pengembangan wilayah dengan “market driven”,
yang mempertimbangkan daya dukung lingkungan, dan fokus kepada
pengembangan
infrastruktur di daerah strategis untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengurangi disparitas regional dan mendukung
Pengembangan Infrastruktur Berkelanjutan.
Untuk itu, diperlukan Keterpaduan Perencanaan antara infrastruktur dengan
kawasan strategis seperti kawasan perkotaan, kawasan industri, kawasan
pariwisata
dan
pelabuhan.
Kesinkronan
program
diperlukan
untuk
meningkatkan sinergi dalam rangka mendukung pertumbuhan kawasan sesuai
fungsi, lokasi, waktu, besaran, dan dana. Strategi ini bertujuan membentuk
spesialisasi, komplementaritas (saling isi), sinergi dan skala ekonomi wilayah
serta membentuk kawasan perkotaan polisentris sebagai aglomerasi antar
kawasan
pertumbuhan/kota
yang
bertetangga
dengan
hinterland
pedesaannya.Dengan demikian, melalui WPS, kita dapat menyiapkan wilayah
dan kawasan yang ke depannya memiliki daya saing tinggi.
Nusa Tenggara Barat termasuk dalam WPS 16 yaitu Tanjung – Mataram –
Mandalika dan WPS 17 yaitu Sumbawa – Dompu – Bima. Kabupaten Dompu
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-25
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
sebagai WPS 16 memiliki kawasan inti yang merupakan Kawasan Strategis
Nasional yaitu KAPET Bima dan juga Kawasan Strategis Provinsi yaitu
SAMOTA dan Geo Park Tambora. Wilayah pengembangan strategis menjadi
penting mengingat konsep keterpaduan yang ditawarkan sebagai suatu
strategi percepatan pembangunan infrastruktur permukiman. WPS Sebagai
strategi pembangunan infrastruktur permukiman, maka beberapa halyang
penting fokus kegiatannya adalah sebagai berikut :
1. Pembangunan konektivitas mendukung pengembangan wilayah
a. Mendukung pengembangan wilayah Nusa Tenggara Barat di WPS 16
dan WPS 17 sebagai pendukung dalam mengembangkan potensi
ekonomi;
b. Pengembangan
wilayah
Kepulauan
Nusa
Tenggara
melalui
pembangunan keseluruhan Trans Nusa dengan menghubungkan antar
wilayah pertumbuhan (WPS) serta pengembangan konektivitas menuju
kawasan-kawasan prioritas di luar WPS.
2. Pemanfaatan sumber daya air
a. Pemanfaatan infrastruktur sumber daya air seperti pengaman pantai
dan pengendali banjir untuk mendukung Ketahanan Air;
b. Pengembangan Infrastruktur jaringan irigasi melalui pengembangan
daerah irigasi (DI) dan pembangunan embung untuk mendukung
Ketahanan Pangan;
c. Pembangunan bendungan untuk mendukung Ketahanan Energi.
3. Peningkatan kualitas hidup di pusat-pusat pertumbuhan dan permukiman
a. Infrastruktur permukiman termasuk infrastruktur perumahan maupun
pengembangan permukiman baru, serta pembangunan rumah susun
dan rumah swadaya.
b. Peningkatan kualitas perumahan di permukiman terutama untuk MBR.
4. Peningkatan potensi kepariwisataan dukungan infrastruktur PUPR terhadap
pengembangan kawasan destinasi pariwisata berupa akses menuju lokasi
pariwisata, infrastruktur air bersih dan sanitasi.
5. Peningkatan
konektivitas
laut
(Kemaritiman).
Infrastruktur
bidang
kemaritiman seperti Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, Pelabuhan
Pengumpan Regional, dan Pelabuhan Pengumpul Lokal.Serta konektivitas
ARAHAN KEBIJAKAN DAN RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR | 1-26
DOKUMEN RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) 2017-2021
KABUPATEN DOMPU, NUSA TENGGARA BARAT
yang terhubungan dan memberi akses menuju infrastruktur bidang
kemaritiman.
3.2.
Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
3.2.1.
RENCANA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
3.2.1.1. PETUNJUK UMUM
a.
Umum
Permukiman di Kabupaten Dompu pada umumnya dipenuhi dengan rumah
panggung tradisional dan secara umum berada di seluruh desa/kelurahan yang
ad