NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE SKRIPSI

  

NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

  

IDA RISQI AFITA

111-14-048

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TERBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  

NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER

PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG

KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

  

IDA RISQI AFITA

111-14-048

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TERBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  

MOTTO

           

  “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan

  

dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana

mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Q.S Al- Isra’:24)

  

PERSEMBAHAN

  Alhamdulillahi robbilalamin, atas limpahan rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa suatu halangan apapun. Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Ayahanda Kukuh Santoso dan Ibunda Khomsatun yang telah menjadi alasan untuk selalu semangat, dan yang tak pernah berhenti memberikan doa, nasihat, kasih sayang, semangat, dan motivasi.

  2. Nenekku tercinta Hj. Toyimah dan Alm. Supinah yang selalu memberikan doa dalam setiap langkahku.

  3. Kakakku Devi Hermawanti beserta suami Muhammad Saukani Jamil yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

  4. Ponakan tercinta As-Sakya Najid Mauzza Azzavi yang selalu menjadi alasan untuk tetap tersenyum bahagia disaat hati berantakan.

  5. Edi Wiyanto yang selalu berusaha memberikan semangat, dukungan, dan doanya.

  6. Dosen pembimbing skripsiku Bapak Drs. Bahroni, M.Pd yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama poses skripsi ini.

  7. Alm. Abah Mahfud Ridwan,Ibu Nyai Hj. Nafisah, Gus Muhammad Hanif, dan Ibu Nyai Rosyidah selaku pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro

  8. Sahabat-sahabat Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu setia memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.

  9. Sahabat seperjuangan Nurul Hidayah yang selalu berusaha ada disampingku dalam kondisi apapun, yang tak pernah berhenti saling mendoakan dan memberikan semangat.

  10. Teman seperjuangan bimbingan Miftakhul Farid, Hesti Setianungrum, dan lainnya yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Teman-teman kamar 7 dan kamar 12 Pondok Pesantren Edi Mancoro (Fariqotul Adhimah, Nurul Ermawati, Ni’matul Wafiroh, Siti Qoniah, Alfiyah, Anik Meilinda, Fiki Rizkia, Vina Yuliyanti, Siti Mualimah, Siti Masitoh, Rosy, Siti Rofiqoh, dan Anggun) yang tidak pernah berhenti memberi semangat, doa dan ikut serta membantu menyelesaikan skripsi ini.

  12. Sahabat-sahabat Purworejo Squad (Tatu, Muza, Izza, Eka, Hima, Ruli, Hana) yang selalu saling memberi semangat dan mendoakan satu sama lain.

  13. Teman-teman PPL SMK Negeri 1 Salatiga.

  14. Teman-teman KKN posko 36 (Alviyan, Rino, Vivi, Anik, Rizka, Vivin,

  15. Sahabat-sahabat seperjuangan PAI angkatan 2014.

  16. Dan untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan doa untuk kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi robbil’alamin atas ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Nilai-Nilai Materi Pendidikan Karakter Pada Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye dengan baik dan lancar.

  Sholawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, dimana semoga kelak dapat berjumpa dan mendapatkan syafaatnya di Yaumul Akhir, amin.

  Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik dan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati , M.Ag. ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

  4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga akhir dalam proses menyelesaikan skripsi ini.

  5. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama kuliah.

  6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,

7. Ayah, Ibu, Nenek, dan kakakku beserta suami.

  8. Semua pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat, doa, dan ikut serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 29 Agustus 2018 Penulis

  Ida Risqi Afita NIM. 111-14-048

  

ABSTRAK

  Afita, Ida Risqi. 2018. Nilai-Nilai Materi Pendidikan Karakter Pada Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri salatiga. Pembimbing Drs.

  Bahroni, M.Pd. Kata Kunci: Nilai Pendidikan Karakter

  Pendidikan karakter merupakan salah satu komponen inti dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas untuk membangun atau memajukan bangsa dan negara. Karena pada dasarnya negara tidak hanya membutuhkan generasi penerus yang cerdas namun juga memiliki karakter yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai- nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye . Pertanyaan utama yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Apa saja nilai-nilai materi pendidikan karakter pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye, dan (2) Bagaimana relevansinya terhadap karakter remaja di era globalisasi.

  Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research). Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi.

  Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong diantaranya: disiplin, kerja keras, peduli, kemandirian, tanggung jawab, penuh kasih sayang, rasa ingin tahu, santun, kesederhanaan, keikhlasan, dan kejujuran. (2) Relevansi nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye pada karakter remaja di era globalisasi saat ini yaitu dengan semakin merosotnya karakter bangsa maka harus membiasakan atau menanamkan pendidikan karakter pada anak sejak usia dini, agar memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi berbagai hal negatif yang dapat menyebabkan rusaknya karakter anak-anak.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................. i

LEMBAR BERLOGO IAIN ............................................................................... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................... v

PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi

DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv

  BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4 D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5 E. Metode Penelitian.............................................................................. 5

  G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 9

  BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 11 B. Pengertian Nilai .............................................................................. 14 C. Pendidikan Karakter ................................................................................. 15

  1. Pengertian Pendidikan Karakter .......................................................... 15 2. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter.......................................... .21

  3. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................ 25

  4. Fungsi Pendidikan Karakter ................................................................. 27

  5. Landasan Pendidikan Karakter ............................................................. 29

  6. Ciri Dasar Pendidikan Karakter ............................................................ 34

  D. Novel ......................................................................................................... 35

  1. Pengertian Novel ................................................................................. 35

  2. Unsur Intrinsik Novel ........................................................................... 35

  3. Macam-Macam Novel ......................................................................... 37

  BAB III. GAMBARAN UMUM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG A. Biografi Penulis Novel .................................................................... 40 B. Profil Novel .................................................................................... 43 C. Unsur Intrinsik Novel ...................................................................... 44 D. Sinopsis ......................................................................................................... 62

  BAB IV. PEMBAHASAN A. Analisis Pendidikan Karakter Pada Novel Ayahku (Bukan) Pembohong ................................................................................... 72 B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Remaja Di Era Globalisasi ....................................................................................... 90 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 95 B. Saran .............................................................................................. 98 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................ 102

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, semakin banyak anak bangsa yang menciptakan karya-

  karya yang luar biasa. Salah satunya adalah menciptkan atau menerbitkan karya sastra berbentuk novel. Dimana setiap penulis memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada karyanya. Salah satu contoh yang ada yaitu perbedaan pada novel ini dengan novel lainnya. Pada novel yang lain, biasanya penulis mengangkat cerita yang berhubungan dengan kisah cinta remaja, pra-nikah, atau kehidupan rumah tangga, dan lain sebagainya

  Namun berbeda dengan novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye ini, yang memberikan pesan-pesan pendidikan dan inspirasi bagi kehidupan sehari-hari di dalamnya. Terlebih pada saat ini bahwasanya keadaan karakter remaja, masih banyak sekali yang harus diperbaiki. Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari globalisasi yang terjadi saat ini yang menyebabkan masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.

  Novel Ayahku (Bukan) Pembohong ditulis ketika Tere Liye berusia 37 tahun. Pada usia tersebut Tere Liye mampu menciptakan karya yang luar biasa dengan menunjukkan perbedaan yang cukup menonjol dibandingan dengan karya-karyanya yang sebelumnya dan dengan karya-karya penulis lainnya.

  Ada beberapa pesan yang ingin Tere Liye sampaikan kepada pembaca, yaitu bahwasanya agar setiap anak memiliki karakter yang lebih baik dibandingan dengan anak-anak yang lainnya, yang mana harus dimulai dan ditanamkan sejak dini, yaitu dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana.

  Selain itu pelajaran penting yang akan disampaikan adalah tentang sebuah kemewahan sejatinya tidak selamanya membuat kita bahagia, namun ternyata sebuah kesederhanaan jika memang kita mensyukuri adalah sebuah kebahagiaan yang sejati. Karena kebahagiaan itu diciptakan pada diri kita sendiri bagaimana kita menikmati hidup ini meskipun dalam keadaan yang sulit atau terbatas sekalipun. Selain itu pentingnya pantang menyerah dalam melakukan sesuatu, sekalipun badai menghadang. Karena tidak ada hasil yang menghianati sebuah usaha sekecil apapun itu.

  Pada novel Dam digambarkan sebagai anak lelaki yang memiliki rambut keriting dan berkulit hitam. Dam adalah seorang anak yang memiliki kepribadian yang baik dibandingkan teman-teman seusianya. Dam berasal dari keluarga yang sederhana, dan dididik dengan cara yang sederhana pula yang tidak banyak dilakukan oleh orang tua mana pun, yaitu dengan cara memberikan cerita atau dongeng-dongeng yang menginspirasi yang menjadikannya anak yang baik. Ayahnya hanyalah seorang pegawai swasta yang berpenghasilan pas-pasan. Namun keluarga Dam sangat dihormati dan disegani banyak orang.

  Bahkan semua orang di kota tempat mereka tinggal, mengenal Ayah Dam sebagai orang yang paling jujur dan baik kepada semua orang meskipun tidak mengenalnya. Hal tersebut membuat Ayah Dam menjadi orang yang sangat dipercaya. Setiap apa yang dikatakan Ayah Dam, semua orang mempercayainya.

  Semasa kecil, Dam selalu mendengarkan dan menantikan cerita-cerita dari Ayahnya. Ia lebih memilih mendengarkan cerita Ayahnya dibandingkan bermain seperti anak seusianya. Baginya cerita-cerita Ayahnya adalah hal yang paling mengagumkan. Karena Ayahnya selalu menceritakan petualangan pada masa mudanya dulu. Meskipun terkadang cerita-cerita itu sangatlah tidak masuk akal. Dari mulai sang Ayah yang bersahabat dengan sang kapten pemain bola legendaris pada masanya, petualangan di Lembah Bukhara, mengenal baik si Raja Tidur, mengenal si penguasa angin dan lain sebagainya.

  Hingga suatu hari, Dam tidak mempercayai lagi cerita-cerita Ayahnya. Bahkan membenci Ayahnya yang ia anggap selama ini telah membohonginya. Namun saat hari pemakaman Ayahnya, Dam mempercayai semua yang dikatakan Ayahnya, dan sejak itu Dam sadar bahwa Ayahnya bukanlah seorang pembohong seperti yang ia pikirkan selama ini.

  Penulis tertarik untuk meneliti novel ini karena pada novel ini penuh dengan inspirasi dan motivasi yang sangat baik bagi pembacanya. Dengan demikian penulis mengungkapkannya sebagai bahan untuk skripsi dengan judul “NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL

  AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :

  1. Apa saja nilai-nilai materi pendidikan karakter pada novel Ayahku (Bukan) karya Tere Liye?

  Pembohong 2.

  Bagaimana relevansinya terhadap karakter remaja di era globalisasi? C.

   Tujuan Penelitian

  Dengan adanya permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai materi pendidikan karakter dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.

  2. Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai materi pendidikan karakter pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye terhadap karakter remaja di era globalisasi saat ini.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah ditinjau secara teoritis dan praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :

  1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi dunia pendidikan dalam menambah wawasan pengetahuan, khususnya tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.

  2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat umum, dan khususnya para pendidik.

  Bahwa banyak pelajaran yang dapat diambil di dalamnya.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan (library research). Bahan- bahan yang digunakan adalah buku-buku perpustakaan dan sumber- sumber lainnya yang berbasis kepustakaan.

  Pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji pada sebuah buku dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai pendidikan karakter.

  2. Jenis Pendekatan Abrams membagi pendekatan penelitian menjadi beberapa bagian.

  Yaitu: a.

  Pendekatan Ekspresif, yaitu berhubungan dengan pengarang.

  b.

  Pendekatan Objektif, yaitu menitikberatkan pada teks sastra yang kelas disebut strukturalisme atau instrinsik.

  c.

  Pendekatan Mimetik, yaitu penelitian sastra yang berhubungan dengan kemestaan.

  d.

  Pendekatan Pragmatik, yaitu penelitian sastra yang berhubungan dengan persepsi pembaca terhadap teks sastra (Endraswara, 2003:9).

  Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan pragmatik. Dimana suatu karya sastra yang melatih persepsi atau cara pandang penikmatnya.

  3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis sepeti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Suharsimi, 2010:201).

  Pengumpulan data dilakukan dengan teknik membaca, menyimak dan mencatat hal-hal yang bekaitan dengan unsur pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.

  4. Sumber Data Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang dikategorikan sebagai berikut : a.

  Sumber Data Primer Sumber data primer mencakup data pokok yang dijadikan obyek kajian, adapun sumber data tersebut adalah novel Ayahku

  (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.

  b.

  Sumber Data Sekunder Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini adalah buku- buku tambahan yang menurut peneliti di dalamnya mendukung dalam pembahasan skripsi ini.

  5. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content

  analysis), yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkapkan, memahami dan menangkap pesan karya sastra (Endraswara, 2013:160).

F. Penegasan Istilah 1.

  Nilai Nilai berasal dari bahasa Latin

  Vale’re yang artinya berguna,

  mampu akan, berdaya, berlaku, sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang (Adisusilo, 2013:56).

2. Pendidikan Karakter

  Pendidikan merupakan terjemahan dari education yang berasal dari kata educate atau bahasa Latinnya educo. Educo berarti mengembangkan diri dalam mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada juga yang mengatakan Education berasal dari bahasa Latin Educare yang berarti melatih atau menjinakkan (seperti manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan) (Najib dkk, 2016:55).

  Adapun menurut John S. Brubacher, pendidikan adalah proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan- kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Suwarno, 2006:20).

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik yang berparti dalam diri dan dalam perilaku (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) (Samani dan Hariyanto, 2014:42).

  Scerenko mengatakan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari) (Samani dan Hariyanto, 2014:45).

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Sistematika dalam penulisan skripsi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

  Bagian inti dalam penelitian ini, peneulis menyusun kedalam lima bab dengan rincian sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini membahas mengenai: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini membahas tentang: penelitian terdahulu dan landasan teori. BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG Bab ini membahas tentang: biografi penulis novel, profil novel, unsur instrinsik, dan sinopsis. BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis memberikan sebuah analisis terhadap kandungan nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong dan relevansinya dengan keadaan karakter remaja pada globalisasi sekarang ini.

  BAB V PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Dari pengamatan penulis, ada beberapa hasil penelitian yang

  berhubungan dengan peneilitian ini, antara lain: 1.

  Skripsi berjudul Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Amelia Karya

  Tere Liye Dan Relevansinya Bagi Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah (MI)

  hasil penelitian Bayu Cahyo Rahtomo, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2014). Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Amelia dan relevansinya bagi anak usiaMadrasah Ibtidaiyah (MI), dan mengatakan bahwa masyarakat Indoneisa sudah mulai kehilangan karakter bangsa yang santun dan jujur, hal tersebut sudah banyak disaksisakan di media massa seperti televisi yang menayangkan sikap generasi muda yang kurang hormat terhadap kedua orang tuanya, guru, dan orang yang lebih tua. Selain itu Bayu Cahyo Rahmoto menyebutkan nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Amelia antara lain: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, cinta tanah air, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab.

  2. Skripsi berjudul Nilai Pendidikan Karakter Novel Bumi Cinta Karya

  Habiburrahman El-Shirazy Dan Relevansinya Terhadap Materi Pembelajaran Sastra Di SMA hasil penelitian Reny Nawang Sakti,

  Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (2013). Skripsi ini membahas tentang nilai pendidikan karakter dalam novel Bimi Cinta serta relevansinya terhadap materi pembelajaran sastra pada siswa SMA. Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Bumi Cinta mencakup nilai jujur, religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, komunikatif, peduli lingkungan, dan peduli sosial. Novel Bumi Cinta dapat digunakan sebagai materi pembelajaran sastra di SMA karena menggunakan bahasa yang mudah dipahami, memunculkan situasi baru yang menarik bagi peserta didik, merupakan bacaan yang memiliki kisah romansa berbalut dakwah.

  3. Skripsi berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Sang Pemimpi

  Karya Andrea Hirata Dan Pembelajarannya di SMA hasil penelitian Lusy

  Tri Lestari, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung (2018). Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan menyusn rancangan pembelajarannya di SMA. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Sang Pemimpi antara lain, religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mansiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat, peduli sosial, tangggug jawab. Lusy juga mengatkan bahwa nilai pendidiikan karakter tersebut hadir dengan berbgai cara. Ada yang tampak melalui ucapan atau perkataan tokoh, ada yang hadir melalui peristiwa yang terjadi dalam novel, ada juga yang tampak melalui perilaku atau perbuatan tokoh. Nilai pendidikan karakter yang paling baik dijadikan bahan ajar sastra adalah nilai pendidiikan karakter yang hadir lewat perilaku tokoh. Hal tersebut akan nmemudahkan siswa dalam menginterprestasi nilai yang terkandung dalam novel sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu novel Sang Pemimpi dapat dijadikan rancangan pembelajaran alternatif bahan pembelajaran di SMA, khususunya kelas XII semester genap, dengan kompetensi dasar menginterpretasi makna teks novel secara lisan maupun tulisan.

  Skripsi ini berbeda dengan skripsi di atas, dikarenakan skripsi ini membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong dan relevansinya terhadap karakter remaja di era globalisasi. Pada skripsi ini tidak mengkhususkan pada remaja usia tertentu yang menjadi pembahasan. Akan tetapi yang menjadi objek pembahasan remaja dari berbagai usia dan latar belakang yang berbeda-beda.

B. Nilai

  Nilai berasal dari bahasa Latin

  Vale’re yang artinya berguna, mampu

  akan, berdaya, berlaku, sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang (Adisusilo, 2013:56).

  Menurut Steeman, nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada hidup, yang member acuan, titik tolak dan tujuan hidup dan sesuatu yang dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang (Adisusilo, 2013:56).

  Adapun Raths, Harmin dan Simon mengatakan bahwa nilai itu merupakan panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka mencapai tujuan hidup seseorang (Adisusilo, 2013:59).

  Diryakara mengatakan bahwa inti pendidikan adalah pemanusiaan manusia muda.Pada dasarnya pendidikan adalah pengembangan manusia muda ke taraf insane (Suwarno, 2006:21).

  Maka dapat disimpulkan, nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, sehingga membuat orang berpikir dalam bertingkah laku. Bagi orang yang menghayatinya akan menjadi bermartabat. Karena nilai berhubungan sangat erat dengan etika.

C. Pendidikan Karakter 1.

  Pengertian Pendidikan Karakter Pengertian pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengertian pengajaran, sehingga sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengajaran, dan pengajaran tidak akan berarti jika tanpa diarahkan ke tujuan pendidikan.

  Pendidikan merupakan terjemahan dari education yang berasal dari kata educate atau bahasa Latinnya Educo. Educo berati mengembangkan diri dalam mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada juga yang mengatakan Education berasal dari bahasa Latin Educare yang berarti melatih atau menjinakkan (seperti manusia melatih hewan-hewan yang liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan) (Najib dkk, 2016:55).

  Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berbagai keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara(Najib dkk, 2016:56).

  Menurut Azyumardi Azra pendidikan merupakan suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupannya dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu (Muslich, 2015:48).

  Dengan demikian, pendidikan adalah sebuah proses bimbingan atau sarana transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk kepribadian yang berkualitas.

  Pendidikan dapat dipandang dari sudut keilmuan tertentu (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:80), misalnya: a.

  Sosiologi memandang pendidikan dari aspek sosial.

  b.

  Antropologi memandang pendidikan adalah enkulturalisasi.

  c.

  Psikologi memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu.

  d.

  Ekonomi memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.

  Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (Samani dan Hariyanto, 2014:42).

  Prof. Suyanto, Ph.D (Muslich, 2015:70) menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

  Karakter identik dengan akhlak sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatannya berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Karakter seseorang dipengaruhi oleh faktor bawaan,faktor lingkungan, serta faktor bawaan dan lingkungan.

  Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku khas yang dimiliki setiap individu dan membedakan dengan individu yang satu dengan yang lainnya dalam kehidupan sehari-harinya, seperti dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang mampu membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang diambilnya.

  Dari berbagai definisi sebagimana diuraikan, dapat diperoleh pengertiam jelas tentang pendidikan karakter, yaitu: karakter itu merupakan ssuatu yang mengualifikasi seorang pribadi (Foerster); keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak tanpa dipikirkan terlebih dahulu (Ibnu Miskawaih); “hal” keadaan atau kondisi jiwa yang bersifat bathiniah (Al-Ghazali); sifatalami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral (Thomas Lickona); cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Suyanto); serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan (Tadkiroatun Musfiroh); watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan utuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Wibowo, 2012:35).

  Berdasarkan deskripsi di atas, maka pendidikan karakter adalah sebagai usaha sadar dan terencana yang dilakukan pada diri seseorang dalam setiap tindakannya agar dapat menjadi ciri khas yang dimiliki yang membedakan dirinya dengan individu lain dan salah satu usaha agar berperilaku positif dalam menjalin hubungan dengan Tuhan, dirinya sendiri, orang lain, dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.

  Dasar pendidikan karakter diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas karena usia dini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam pendidikan keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

  Akan tetapi, bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orangtua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, sebaiknya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk di lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Disinilah peran guru yang dalam filosofi Jawa disebut digugu dan ditiru menjadi ujung tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan langsung dengan peserta didik (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:56). Adapun peserta didik yang memiliki ciri-ciri : a.

  Memiliki kesadaran spiritual b.

  Memiliki integritas moral c. Memiliki kemampuan berpikir holistic d.

  Memiliki sikap terbuka e. Memiliki sikap peduli

  Menurut Arif Rahman Hakim (pakar pendidikan) (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:57), pendidikan dikatakan berhasil apabila memenuhi lima karakteristik, yaitu: a.

  Bertakwa b.

  Kepribadian matang c. Berilmu mutakhir dan berprestasi d.

  Mempunyai rasa kebangsaan e. Berwawasan global 2. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter a.

  Disiplin Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Salahudin dan

  Alkrienciehie, 2013:54). b.

  Kerja Keras Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh- sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Wibowo, 2012:43).

  c.

  Peduli Peduli adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan (Wibowo, 2012:44).

  d.

  Kemandirian Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas

  (Wibowo, 2012:43).

  e.

  Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa) (Wibowo, 2012:44). f.

  Penuh Kasih Sayang Penuh kasih sayang adalah sikap memiliki dan menunjukkan perasaan penuh kasih sayang, mencintai, dan bersikap penuh kelembutan (Samani dan Hariyanto, 2014:118).

  g.

  Rasa Ingin Tau Rasa ingin tau adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Wibowo, 2012:43).

  h.

  Santun Santun adalah berperilaku sopan, berbudi bahasa halus sebagai perwujudan rasa hormat dengan orang lain (SamanidanHariyanto,

  2014:119). i.

  Kesederhanaan Kesederhanaan yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan kesahajaan dan tidak berlebihan dalam berbagai hal (Zuchdi, 2013:28). j.

  Keikhlasan Keikhlasan yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melakukan suatu perbuatan dengan ketulusan hatinya (Zuchdi,

  2013:28). k.

  Kejujuran Kejujuran yakni sikap dan perilaku seseorang yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan perbuatannya (Zuchdi, 2013:26). l.

  Keadilan Keadilan yakni sikap dan perilaku seseorang yang menunjukkan upaya untuk melakukan perbuatan yang sepatutnya sehingga terhindar dari perbuatan yang semena-mena dan berat sebelah (Zuchdi dkk, 2013:28). m.

  Religius Religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya (Salahudin dan

  Alkrienciehie, 2013:111). n.

  Toleransi Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:111). o.

  Cinta Tanah Air Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, danberbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:111). p.

  Menghargai Prestasi Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:111). q.

  Bersahabat atau Komunikatif Bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama denganorang lain (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:112). r.

  Gemar Membaca Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya

  (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:112).

3. Tujuan Pendidikan Karakter

  Tujuan pertama, pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun ketika sudah menjadi alumni. Penguatan mengarahkan proses pendidikan pada proses pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan dampak dari proses pembiasaan yang dilakukan di sekolah. Penguatan juga memiliki makna adanya hubungan antara penguatan perilaku melalui pembiasaan di sekolah dengan pembiasaan di rumah. Hal ini berimplikasi bahwa proses pendidikan harus dilakukan secara kontekstual.

  Tujuan kedua, pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah. Yang bermaksud bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau pengkondisian yang tidak mendidik.

  Tujuan ketiga, pendiidkan karakter setting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama. Yang bermakna bahwa proses pendidikan karakter di sekolah harus dihubungkan dengan proses pendidikan karakter di keluarga. Jika saja pendidikan karakter di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara guru dengan peserta didik di kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai karakter yang diharapkan akan sangat sulit diwujudkan (Najib dkk, 2016:69).

  Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter sebagai berikut:

  1. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi peserta didik pada khususnya dan seluruh warga sekolah pada umumnya dalam menjalin interaksi edukasi yang sesuai dengan nilai-nilai karakter.

2. Membentuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual (emotional and spiritual quotient/ESQ).

  3. Menguatkan berbagai perilaku positif yang ditampilkan oleh peserta didik baik melalui kegiatan pembelajaran maupun pembiasaan di kelas dan sekolah.

  4. Mengoreksi berbagai perilaku negatif yang ditampilkan oleh peserta didik ketika berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga.

  5. Memotivasi dan membiasakan peserta didik mewujudkan berbagai pengetahuan tentang kebaikan dan kecintaannya akan kebaikan ke dalam berbagai perilaku positif di lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga (Najib dkk, 2016:71).

  Adapun tujuan pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:110).

4. Fungsi Pendidikan Karakter

  Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewaris kebudayaan atau nilai-nilai budaya, baik yang bersifat keterampilan, keahlian dari generasi tua kepada generasi muda agar masyarakat tersebut memelihara kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Dari segi pandangan individu, pendidikan berarti upaya pengembangan potensi yang dimiliki individu yang masih terpendam agar teraktualisasi secara konkret, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu dan masyarakat.

  Fungsi pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan Nasional (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:105), sebagai berikut: 1.

  Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

  2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang sudah baik.

  3. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur Pancasila.

  Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Ahmad Fikri (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:104), yaitu: a.

  Pengembangan Pengembangan potensi dasar peserta didik agar berhati, berpikiran, dan berperilaku baik.

  b.