ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL PUKAT KARYA TERE LIYE SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjanan Pendidikan (SP.d.)

  

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL PUKAT KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjanan Pendidikan (SP.d.)

  

Oleh:

RISKHA FATMANINGRUM

115 14 154

  

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL PUKAT KARYA TERE LIYE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjanan Pendidikan (SP.d.)

  

Oleh:

RISKHA FATMANINGRUM

115 14 154

  

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2018

  MOTTO

     

  (Q.S Al-Alaq: 1)

  PERSEMBAHAN

  Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, dan karya ini saya persembahkan kepada:

  • yang atas kasih sayang dan segala dukungan baik moral ataupun materil sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

  Teruntuk Ayahanda Slamet Sukamdi dan Ibunda Nur Azizah,

  • membantu dan mendukung penuh pengerjaan tugas akhir ini. Terimakasih untuk semuanya cinta.

  Teruntuk suami tercinta yang selalu setia menemani,

  • Mubarok, terimaksih telah menemani Ibu nak, memberikan energi positif dan memberikan semangat yang luar biasa.

  Teruntuk anakku tersayang dek Aisyah Amaturrahman

  • telah banyak menjadi teman curhat dalam segala kondisi.

  Teruntuk adikku tersayang Muhammad Azmi Darussalam yang

  • memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu ini dengan baik.

  Teruntuk semua keluarga besarku, terimakasih telah

  • Allah pertemukan kami bertiga, sahabat yang selalu ada dalam penentuan keputusan-keputusan besar dalam hidupku, Mbak Puji Lestari (Be), dan Anis Aulia Arifani (Lay). Terimakasih untuk semuanya.

  Teruntuk manusia-manusia luar biasa yang dengan sengaja

  • Moms ki, Dwikek, Fitri, Om Ahsan, Edo, Uky. Kalian luar biasa.

  Teruntuk squad gagan KKN 53 2018, Pak Dian, Tante In,

  • dua bulan yang tidak akan pernah terlupakan, terimakasih telah saling memberikan semangat, berkompetisi dan terus berkarya untuk selalu menjadi guru dan pendidik yang selalu mau belajar dan belajar.

  Teruntuk teman-teman PPP MIN Salatiga, terimakasih untuk

  • untuk bantuan dan kerjasamanya selama ini, semoga kita menjadi orang-orang yang hebat di kemudian hari.

  Teruntuk teman-teman PGMI E angkatan 2014, terimakasih

KATA PENGANTAR

  Alhamdullilah puji syukur senantiasa penulis panajtkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Gaya Bahasa Personifikasi dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Pukat Karya Tere Liye. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang menggikuti ajaranya.

  Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan banyak motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan FTIK IAIN Salatiga.

  3. Ibu Peni Susapti, M.Si selaku ketua jurusan PGMI IAIN Salatiga yang sekaligus dosen Pembimbing Akademik penulis.

  4. Ibu Dra. Urifatun Anis, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mengarahkan, membimbing, dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

  5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu yang luar bisa kepada penulis.

  6. Staf perpustakaan, bagian akademik dan seluruh staf IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

  7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas semua motivasi dan bantuanya.

  Karena keterbatasan penulis, penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekuranganya dan penulis berharap saran dan masukan dari para pembaca demi kebaikan skripsi ini.

  Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya serta menjunjung pengembangan ilmu pengetahuan.

  Salatiga, 19 Juli 2018 Penulis Riskha Fatmaningrum

  ABSTRAK

  Fatmaningrum, Riskha. 2018. Analisis Gaya Bahasa Personifikasi dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Pukat Karya Tere Liye. Skripsi. Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra.

  Urifatun Anis, M.Pd.I.

  Kata Kunci: Personifikasi & nilai pendidikan karakter.

  Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui wujud gaya bahasa personifikasi yang digunakan Tere Liye dalam novel Pukat. (2) Mengetahui nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Pukat. (3) Mengetahui relevansi gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan karakter dalam novel Pukat terhadap kehidupan sehari-hari.

  Penelitian ini menggunakan metode library research, teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Gaya bahasa personifikasi dalam novel Pukat digunakan dalam penggambaran waktu (pagi, siang, sore, malam) dan penggambaran keadaan yang sedang terjadi. (2) nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Pukat adalah nilai pendidikan yang sesuai dengan agama, pancasila, budaya dan nilai pendidikan nasional, yaitu: jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratiis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan dan nasionalisme, cinta anah air, menghargai prestasi, bersahabat dan komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. (3) Relevansi gaya bahasa personifikasi yang terkandung dalam novel Pukat yaitu: (a) Menjelaskan suasana, (b) Menarik minat pembaca, (c) Sebagai contoh gaya bahasa dalam pembelajaran. Relevansi nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel ini antara lain: ajakan untuk zakat, berbuat jujur, menerima pendapat, membantu orang tua, menghargai pemerintah, membantu tetangga, tidak merusak hutan.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i LEMBAR BERLOGO ..................................................................................................... ii JUDUL ........................................................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................................... iv PENGESAHAN KELULUSAN ...................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................... vi MOTTO .......................................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ........................................................................................................ viii KATA PENGANTAR ..................................................................................................... x ABSTRAK ..................................................................................................................... xii DAFTAR ISI ................................................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian................................................................................................. 7 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 7 E. Metode Penelitian ................................................................................................ 8 F. Penegasan Istilah ............................................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 11 BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Novel ................................................................................................... 13 B. Biografi Penulis ................................................................................................. 45 C. Karakteristik Novel Karya Tere Liye ................................................................ 46 D. Karya-Karya Tere Liye ..................................................................................... 47 BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Gaya Bahasa Personifikasi ................................................................................ 49 B.

  

BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................................

A. Gaya Bahasa Personifikasi ................................................................................ 76 B. Relevansi Gaya Bahasa Personifikasi dalam Kehidupan Sehari-hari ............... 90 C. Pendidikan Karakter dan Relevansi dalam Kehidupan Sehari-hari ................. 93 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................................................... 125 B. Saran ................................................................................................................ 127 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 128 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................... 129

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan sebuah kebutuhan bagi masyarakat secara

  umum, mulai dari anak-anak hingga mereka yang sudah berusia senja. Dari mulai membaca sesuatu yang tidak sengaja sampai yang memang berniat untuk membacanya, sesuatu yang tidak sengaja misalnya iklan, banner atau bahkan tempelan pada tiang listrik di jalan. Semua hal-hal tersebut seakan meminta untuk dibaca, dan banyak hal lain yang memang menjadi niatan untuk dibaca, seperti halnya membaca buku, membaca Al-

  Qur‟an, dan lain sebagainya yang memang bermaksut untuk membacanya.

  Membaca menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari- hari, karena dari membaca maka akan terbuka wawasan dan pemahaman baru. Pentingnya membaca juga terdapat dalam Q.S Al-Alaq ayat 1-5, ayat yang sekaligus menjadi wahyu pertama Nabi Muhammad SAW ini menjadi perintah umat manusia untuk membaca, karena dari membaca seseorang akan mengetahui banyak hal. Baik itu membaca secara langsung ataupun membaca dalam arti lain.

  Dewasa ini, kesadaran membaca sudah cukup tinggi dikalangan masyarakat. walaupun jika dibandingkan dengan negara lain Indonesia masih berada diperingkat bawah. Namun seiring berjalanya waktu semakin banyak orang-orang, kelompok-kelompok tertentu, instansi-instansi pendidikan dan pemerintah yang peduli dan semakin giat mempromosikan pentingnya membaca. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya perpustakaan, taman- taman baca, dan kelompok-kelompok baca yang semakin hari semakin terlihat perkembanganya.

  Berbicara mengenai membaca, pastilah yang pertama terbesit di fikiran adalah buku, entah itu buku mengenai ilmu pengetahuan, ataupun buku bacaan yang lain. Diera yang serba modern ini memang membaca tidak harus menggunakan media cetak/buku, banyak media-media lain yang juga memberikan fasilitas untuk membaca. Namun tidak bisa di pungkiri keberadaan media cetak/buku tetaplah tidak bisa tergantikan.

  Budaya membaca menjadi sangatlah penting untuk anak-anak usia sekolah, terutama bagi mereka yang masih mengenyam bangku pendidikan dasar. Karena dari sinilah cikal bakal akan seperti apa mereka dikemudian hari, akankah menjadi generasi yang tunduk pada gadget dan segala game yang ada di dalamnya atau mereka yang berteman dengan buku dan informasi-informasi yang pantas mereka peroleh.

  Anak usia sekolah, terutama mereka yang duduk di bangku sekolah dasar kegiatan membaca buku bacaan yang berisi cerita-cerita menjadi sangat menarik, mengingat imajinasi mereka yang cukup tinggi. Disinilah perbedaan membaca dengan menonton serial cerita. Saat membaca cerita, anak-anak secara tidak langsung akan membayangkan cerita yang sedang di baca, berbeda dengan ketika menonton serial cerita. Karena ketika menonton,anak- anak hanya akan menikmati apa yang ditonton, tanpa ada proses imajinasi mereka mengenai cerita tersebut.

  Banyak buku bacaan yang sesuai untuk anak usia Sekolah dasar, mulai dari buku pelajaran, buku pengetahuan umum, majalah anak, cerpen, hingga novel anak dan lain sebagainya.

  Saat membaca cerpen ataupun novel misalnya, anak dapat membayangkan tokoh dalam cerita tersebut, bagaimana latar tempatnya, kapan waktu berlangsungnya cerita dan banyak hal lain mengenai cerita yang dibaca. Saat mengalami hal ini secara tidak langsung anak telah belajar unsur instrinsik dan ekstrinsik dari sebuah cerita yang telah dibaca.

  Berjalan dari unsur instrinsik dan ekstrinsik dari sebuah cerita terdapat pula didalam cerpen ataupun novel tersebut gaya bahasa, gaya bahasa dapat diartikan sebagai cara pengungkapan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf, 1985: 13)

  Gaya bahasa mempunyai banyak ragam, salah satunya adalah gaya bahasa personifikasi. Gaya bahsa ini sering dan hampir ada di setiap cerpen dan novel. Gaya bahasa personifikasi itu sendiri adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. (Keraf, 1994:140)

  Gaya bahasa personifikasi merupakan gaya bahasa yang cukup mudah untuk di pahami, termasuk pemahaman untuk anak-anak usia sekolah terutama yang duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat membaca cerita baik cerpen ataupun novel anak-anak pastilah juga akan menemukan gaya bahasa yang banyak, termasuk gaya bahasa personifikasi.

  Belajar dari unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam cerita, terdapat pula amanat atau nilai yang dapat diambil dari cerita tersebut. Dari membaca cerpen ataupun novel pembaca bisa mengambil pelajaran yang ada didalamnya, baik itu nilai pendidikan, nilai agama, nilai kebudayaan, dan semua yang ada dalam cerita. Termasuk pendidikan karakter, nilai pendidikan yang juga disebut pendidikan budi pekerti ini bukan hanya dapat diperoleh di sekolah, namun dari membaca novel sekalipun pembaca akan mendapatkan contoh dari penanaman karakter dalam kehidupan sehari-hari.

  Dewasa ini, pendidikan karakter sangat ditekankan diberbagai lapisan masyarakat, terutama di bidang pendidikan. Dalam dunia pendidikan saat ini, pendidikan karakter bahkan menjadi tujuan utama daripada unsur intelegensi yang kerapkali dianggap sebagai kepintaran yang paling penting. Dengan adanya fokus pada pendidikan karakter ini maka novel Pukat dapat menjadi salah satu novel yang tidak hanya menghibur dari segi isi, namun juga memberikan nilai pedidikan karakter dari amanat yang ada didalamnya. Sehingga akan ada sesuatu yang dapat dipetik dari hasil membaca tersebut.

  Seperti halnya novel Pukat karya Tere Liye, novel ini merupakan novel dengan serial Anak-anak Mamak atau lebih mudahnya dapat dikatakana novel untuk anak-anak. Dalam novel ini menceritakan tentang anak laki-laki yang pintar dan selalu mempunyai banyak akal bernama Pukat, dia dijuluki Si Jenius, dia adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Kakaknya bernama Eliana, adiknya bernama Burlian, dan adik bungsunya bernama Amelia. ketiga saudaranya ini juga dijadikan novel oleh penulis yang tidak lagi asing di kalangan sastrawan novel di Indonesia, Tere Liye.

  Tere Liye merupakan penulis yang hasil karyanya selalu di tunggu- tunggu oleh penikmat sastra, banyak dari novel-novenya yang mendapatkan predikat best seller, Tere Liye sendiri merupakan nama pena dari Darwis, beliau lahir di Lahat Sumatera pada tanggal 21 Mei tahun 1979, pekerjaanya adalah penulis novel sekaligus akuntan, Tere Liye mulai menulis sejak tahun 2005 hingga saat ini, adapun karya-karyanya yang lain selain serial anak-

  ) diantaranya adalah: Daun anak mamak (Eliana, Pukat, Burlian, dan Amelia Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Hafalan Shalat Delisa, Moga Bunda Disayang Allah, Bidadari-Bidadari Surga, Pulang, Hujan, Tentang Kamu, Senja Bersama Rosie, Aku dan Sepucuk Angpau Merah, Bumi, Bulan, Matahari, Rindu, dan masih banyak lagi.

  Novel Pukat ini pantas diteliti, karena novel ini merupakan salah satu novel best seller dari sekian novel yang ditulis Tere Liye. Dilihat dari segi kebahasaan novel ini mempunyai gaya bahasa yang unik dan pemilihan untuk anak-anak. Selain itu penulis juga berkeinginan untuk meneliti gaya bahasa apakah yang sering muncul dalam novel Pukat karya Tere Liye ini.

  Dan melihat banyaknya nilai pendidikan karakter yang dapat di ambil dari novel ini, maka novel ini akan banyak memberikan pembelajran dan dampak positif bagi pembaca.

  Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti novel ters ebut dengan judul “Analisis Gaya Bahasa Personifikasi dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Pukat Karya Tere Liye”.

B. Rumusan Masalah

  Dalam penelitian ini membahas permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah wujud gaya bahasa personifikasi yang digunakan Tere

  Liye dalam novel Pukat? 2. Nilai pendidikan karakter apa yang terkandung dalam novel Pukat? 3. Bagaimana relevansi gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan karakter dalam novel Pukat terhadap kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

  Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini dapat

  1. Mengetahui gaya bahasa personifikasi yang ditampilkan Tere Liye dalam novel Pukat.

  2. Mengetahui nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Pukat.

  3. Mengetahui relevansi gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan karakter dalam novel Pukat terhadap kehidupan sehari-hari.

D. Kegunaan Penelitian

  Nilai dari suatu penelitian ditentukan oleh seberapa besar kegunaan yang dapat di ambil dari penelitian tersebut. Adapun kegunaan yang diharapkan peneliti adalah sebagai berikut: 1.

  Manfaat Teoritis a.

  Dari hasil penelitian ini diharapkan pembaca dapat mengetahui dimana letak gaya bahasa personifikasi yang digunakan Tere Liye dalam novel Pukat.

  b.

  Dari hasil penelitian ini diharapkan agar pembaca dapat lebih memahami nilai pendidikan karakter seperti apakah yang terkandung dalam novel Pukat.

  c.

  Dari hasil penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi sumbangsih terhadap karya satra.

2. Manfaat Praktis

  Dari hasil penelitian ini diharapkan pembaca dapat mengetahui gaya bahasa personifikasi dari novel Pukat karya Tere Liye dan dapat mengambil nilai pendidikan karakter yang terkandung didalamnya.

E. Metode Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian kepustakaan atau library research, yaitu penelitian yang lebih menitik beratkan pada pembahasan yang bersifat literer. Penelitian kepustakaan ini hanya membatasi kegiatannya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa adanya riset lapangan. (Zed, 2004:2)

  Dalam penelitian library research ini penghimpunan data dapat diambil dari berbagai literatur, dimana novel Pukat adalah objek primer dalam penelitian ini, dan buku-buku lain yang beraitan dengan pembahasan penelitian ini adalah objek sekunder.

  Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat. Teknik membaca dilakukan dengan membaca novel Pukat secara cermat, kemudian mencatat data yang diperlukan untuk penelitian novel tersebut.

  Teknik ini digunakan untuk mencari gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan karakter dalam novel Pukat. Adapun langkah-langkah dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: a.

  Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel Pukat yang termasuk dalam gaya bahasa personifikasi dan teks yang berhubungan dengan pendidikan karakter. b.

  Langkah interpretasi, menjelaskan teks-teks dalam novel Pukat yang termasuk dalam gaya bahasa personifikasi dan teks yang berhubungan dengan pendidikan karakter.

  c.

  Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dari novel Pukat yang termasuk dalam gaya bahasa personifikasi dan penjelasan yang berhubungan dengan nilai pendidikan karakter.

  d.

  Langkah pengambilan kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari dalam novel Pukat yang termasuk dalam gaya bahasa personifikasi dan bagian dari novel Pukat yang berhubungan dengan pendidikan karakter.

F. Penegasan Istilah 1.

  Gaya Bahasa Personifikasi Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf, 1985:113)

  Gaya bahasa personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan. (Keraf, 1994:140) 2. Pendidikan Karakter a.

  Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah, sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secata tepat dimasa yang akan datang. (Mudyahardjo, 2010:11) b.

  Karakter adalah watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:521) c. Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti budi pekerti plus, yaitu pendidikan yang melibatkan aspek teori pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). (Muslich, 2015:29) 3.

  Novel Novel adalah sebuah karya fiksi menawarkan dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealka, dunia imajinatif yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya seperti peristiwa, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lainnya yang kesemuanya tentu saja bersifat imajinatif.

  (Nurgiyantoro, 2005:4) 4. Pukat

  Pukat adalah salah satu novel karya Tere Liye (Serial anak-anak mamak) yang masuk dalam kategori novel Best Seller, novel ini menceritakan tentang kehidupan Pukat, keluarganya dan warga kampung yang penuh dengan kesederhanaan, kejujuran dan saling tolong menolong dalam segala kondisi. Novel yang mengajarkan banyak kebaikan kepada pembacanya, novel yang memberikan banyak wawasan dan ilmu baru pada pembacanya. Novel yang patut di baca oleh segala usia, baik anak-anak ataupun orang dewasa.

G. Sistematika Penulisan

  Sistematika skripsi ini terdiri dalam lima bab yang dibagi dalam sub- sub bagian yang digunakan untuk mempermudah pemahaman terhadap isi penelitian. Adapun sistematika penulisan analisis novel Pukat ini adalah sebagai berikut:

  BAB I: PENDAHULUAN Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang masalah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti Gaya Bahasa Personivikasi dan Nilai Pendidikan Karakter dalam Novel Pukat. Serta uraian mengenai rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan.

  BAB II: BIOGRAFI NASKAH. Dalam bab ini dijelaskan mengenai biografi naskah dengan diperkuat kajian teori yang berasal dari berbagai sumber yang dijadikan sebagai bahan kutipan.

  BAB III: DESKRIPSI PEMIKIRAN. Dalam bab ini dijelaskan secara lebih umum mengenai rumusan masalah yang ada dengan menjabarkan hal-hal yang akan dibahas lebih lanjut dalam bab selanjutnya, yaitu bab pembahasan.

  BAB IV: PEMBAHASAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai tujuan penelitian yang dibuktikan dengan kutipan yang diambil dalam novel Pukat yaitu sebagai berikut: Mendeskripsikan gaya bahasa dan nilai pendidikan karakter yanag terkandung dalam Novel Pukat karya Tere Liye, mendeskripsikan gaya bahasa personifikasi dan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel tersebut serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

  BAB V: PENUTUP. Menyajikan kesimpulan, saran dan harapan peneliti untuk mendapatkan masukan mengenai keterbatasan penulis dalam penulisan penelitian.

BAB II BIOGRAFI NASKAH A. Biografi Novel 1. Profil Novel Judul : Pukat (Serial Anak-Anak Mamak) Penulis : Tere Liye Desain dan Ilustrasi Sampul : Mano Wolvie Penerbit : Republika, Jakarta Tahun Terbit : 2010 Ukuran : 344 Halaman, 20,5x13,5 cm 2. Sinopsis Novel Pukat karya Tere Liye terdiri atas dua puluh lima bab/

  bagian. Dimana setiap babnya menceritakan tentang Pukat, keluarganya, saudara-saudaranya, teman-temanya, tetangga sekitarnya, dan masih banyak lagi. Adapun uraian secara garis besar tiap bagianya adalah sebagai berikut:

  Bagian satu menceritakan tentang pengalaman Pukat pertama kali naik kereta api dengan Bapak dan adik laki-lakinya (Burlian).

  Perjalanan menuju kota kabupaten yang menegangkan, ditambah kabar burung mengenai misteri terowongan kereta yang menyeramkan, dan kejadian di gerbong kereta yang tidak terduga menjadikan bagian pertama ini menegangkan dan heboh.

  Poonggg, Kereta api melengkung panjang. Seperti biasa, masinisnya tidak absen memberikan sinyal kalau kereta bersiap memasuki terowongan. Aku dan Burlian menelan ludah, semakin tegang. (Liye, 2010:15)

  Bagian dua menceritakan kecerdasan Pukat dalam situasi yang sangat genting. Bermula dari kejadian di terowongan sepanjang lima pal ketika tiba-tiba kereta berhenti dengan kasar dan terjadi keributan luar biasa, suara kasar dan letusan senapan yang merobek langit-langit gelap, terjadi perampokan di dalam kereta.

  ―Aturan main kita sederhana. Dua rekan saya dari ujung gerbong akan mengeluarkan karung goni yang cukup besar. Nah, adalah tugas kalian mengisinya penuh-penuh dengan uang, perhiasan, jam tangan, apa saja barang berharga yang kalian bawa sekarang

  • –― (Liye, 2010:20)

  Bagian tiga menceritakan kedatangan murid baru di kelas lima, gadis cantik anak Bu Bidan yang membuat Raju teman Pukat seakan jatuh cinta pada pandangan pertama, cinta monyet yang merubah Raju dari yang suka membolos menjadi anak paling rajin masuk kelas, bahkan paling awal datang ke sekolah.

  Tetapi ada yang masih berdiri terpana di tubir sungai. Bagai batang kayu dipakukan ke bumi. Di bawah ribuan bulir air hujan, berlatarkan panggung serabut musik guntur. Di sana masih ada yang

  berdiri membeku. Dia seperti baru saja melihat puteri kayangan. Hatinya tertikam sudah.

  Oi, lihatlah Raju, teman sekelas kami, hatinya berdegup kencang. (Liye, 2010:41).

  Bagian empat menceritakan cerita cinta monyet Raju dan Saleha, cinta anak kelas lima SD yang awalnya begitu manis namun bertepuk sebalah tangan. Raju tidak cinta lagi pada si cantik Saleha, karena Saleha mengalami hal yang belum anak-anak kelas lima SD pahami benar.

  ―Kau tidak pacaran lagi denganya?‖ Aku bertanya pertanyaan yang sebenarnya terlalu canggih untuk anak kelas lima SD. Burlian di sebelah sibuk menyikut lenganku, mengeluh kalau dia terkena cipratan air. Kami sudah keluar dari gerbang pagar sekolah.

  ―Tidak lagi‖ Raju menjawab tidak peduli. ―Tidak lagi? Kau berkelakar.‖ Aku tertawa. ―Memang tidak lagi‖ (Liye, 2010:71)

  Bagian lima menceritakan kepadaian Pukat di kelas, Pukat yang selalu lebih pandai dari teman-temanya. Pukat menjadi andalan Pak Bin, guru di sekolahan mereka. Namun ternyata Raju, teman karibnya sendiri iri akan kebiasaan Pak Bin dan teman-temanya yang selalu mengandalkan Pukat di kelas, sampai akhirnya Raju mengolok-olok Pukat, teman sebangkunya sendiri. Api pertengkaran pun mulai menyala di antara kedua teman karib tersebut.

  ―Sedikit-sedikit Pukat, entah pelajaran Matematika, IPA, IPS, semuanya pukat yang jadi contoh, Pukat inilah , Pukat itulah, Oi, memangnya hanya dia saja yang ada di kelas.‖

  ―Tanpa banyak cakap lagi, Raju sudah lompat menerkamku, tanganya memukul. Aku juga sudah menunggunya, menghindar lantas balas memukul. Terjadilah perkelahian itu. Anak-anak lain berseru tertahan, Saleha, Julia dan murid perempuan lainya menjerit-jerit menyuruh berhenti. Lamsari berusaha menarik tubuhku, melerai. JDUT‼ Tangnku justeru menghantam dahinya. Tubuh kecil Lamsari terjejer ke meja. Suara derak meja terpelanting membuat ruangan kelas lima semakin ramai, mengalahkan suara gerimis membasuh halaman sekolah.‖ (Liye, 2010:82)

  Bagian enam menceritakan kelanjutan dari pertengkaran Pukat dan Raju, ucapan maaf yang keduanya lontarkan sesaat setelah berkelahi itu ternyata tidak membuat keduanya berdamai. Justru api pertengkaran itu semakin menjadi.

  Aku selalu pulang duluan setiap kali Raju ikut bergabung. Benci sekali meliat dia tertawa-tawa, apalagi semua orang tahu, raju jagonya urusan bermain bola air. Tubuh liatnya begitu anggun dibandingkan yang lain. Belum lagi dia suka berseru lantang, ―Oi, di

  sini tidak ada Pak Bin yang selalu bilang si itu, si itu dan si itu. kalian tahu siapa s i itu bukan?‖ Menyebalkan sekali melihatnya.

  Dan aku membalasnya di ruangan kelas. Lebih rajin mengacungkan tangan, menjawab pertanyaan Pak Bin dengan intonasi suara yang dilebih-lebihkan, lantas menoleh ke bangku sebelah, memasang wajah, sepertinya kau tidak tahu, bukan. Bersorak senang (dalam hati) setiap kali melihat raut muka Raju terlipat mengkal mendengar Pak Bin memujiku. Mau bilang apa dia? Ini bukan permukaan sungai. Di sini, otak lebih dihargai.

  Begitulah, pertengkaran kami soal kambing-ayam itu ternyata berbuntut panjang. Bukan sekedar perkelahian lumrah anak-anak.

  Walau Lamsari tidak bosan, setiap hari berkali-kali membujuk kami bermain bersama lagi, meski Burlian tertawa mengolok-olok agar berbaikan, satu bulan berlalu, musim penghujan sudah tiba di penghujungnya, kami belum menunjukkan tanda-tanda akan berdamai. Yang terjadi justru sebaliknya, kebencian itu semakin menebal. (Liye, 2010:91)

  Bagian tujuh menceritakan adat-istiadat di kampung Pukat, acara pernikahan. Seluruh warga kampung hadir dalam acara tersebut, tua-muda, besar-kecil, laki-perempuan, keluarga dekat, keluarga jauh semua diundang. Termasuk Pukat dan Raju, dua sahabat karib yang sempat bermusuhan ini akhirnya berdamai. Berdamai dengan semuanya.

  Aku dan Raju sudah terseyum canggung. Menyeringai salah tingkah satu sama lain. Meski lebih mirip seringai kuda, itu jelas seringai perdamaian. Akhirnya setelah dua bulan tidak saling tegur, kami berbaikan. (Liye,2010:110)

  Bagian delapan menceritakan tentang kejadian dimalam dingin yang membuat seisi kampung panik, hujan berkepanjangan membuat sungai meluap dan membanjiri kampung. Bukan hanya itu yang membuat panik, tapi Pukat, dia harus kehilangan sahabat karibnya.

  Sahabat yag baru saja berdamai denganya.

  Suara bedug dari masjid kampung terdengar bertalu-talu, sahut menyahut dengan kentongan bambu. Nyala obor terlihat ramai di kejauhan. Hujan deras berkepanjangan sepertinya telah membuat sungai meluap.

  ―Jika melihat hujannya, jangan-jangan banjir akan lebih besar dibandingkan sepuluh tahun lalu.‖ Bapak mendongak, menatap rintik gerimis. (Liye, 2010:118)

  Bagian sembilan menceritakan Ibu Ahmad, seorang ibu yang merawat Nayla anaknya yang sedang sakit. Ibu Ahmad mempunyai warung didekat sekolah Pukat, warung yang menjual peralatan semenjak Nayla sakit warung tersebut tutup, walhasil banyak siswa yang kesulitan saat hendak membeli peralatan sekolah (alat tulis).

  ―Kudengar Nayla sakit, anaknya Ibu Ahmad sakit‖ Mamak yang sedang membuka kulit jengkol bertanya. Memecah kesibukan suara ptak-ptok di beranda rumah. ―Sudah lima hari, Mak.‖ Aku menjawab. Mamak menoleh kepadaku, dahinya berkerut. ―Warungnya tutup, Mak. Jadi aku tahu.‖ Aku menjelaskan. ―Oi, kalau begitu repot sekali Ibu-nya Ahmad sekarang.‖ Mamak menghela nafas prihatin.

  ―Yang repot itu kami, Mak.‖ Burlian sekarang yang berkomentar. ―Jajan tidak bisa lagi, beli buku tulis tidak bisa lagi. Warungnya tutup terus.‖ (Liye, 2010:132)

  Bagian sepuluh menceritakan tentang ide Pukat untuk membuka warung kejujuran di warung Ibu Ahmad, karena warung masih tutup bahkan hingga pergantian semester, siswa-siswa di sekolah Pukat jadi kesulitan untuk jajan dan membeli alat tulis.

  Aku berfikir keras. Harus ada pemecahan masalah ini, jalan keluar yang mungkin bisa membantu dua sisi sekaligus. Aku menatap bulan separuh sambil menghela nafas pelan, formasi galaksi bima

  sakti terlihat jelas. Suara anak-anak mengaji terdengar, rumah Nek Kiba sudah dekat, Baiklah, sepertinya itu bisa jadi jalan keluar terbaik. Warung itu harus tetap buka, apapun caranya. (Liye, 2010:139)

  Bagian sebelas menceritakan perjalanan warung kejujuran di sekitar dua minggu pertama. Semua berjalan dengan lancar sampai pada hari ke-delapan, dimana ada selisih antara dagangan yang terjual dan uang yang terkumpul. Selebihnya warung Ibu Ahmad dengan kaleng kejujuranya masih bejalan dengan lancar.

  ―Uangnya kurang, Pak.‖ Aku tersengal, langsung ke topik masalah. ―Ya, Pukat‖ Pak Bin melepaskan kaca-mata kusamnya. ―Uang dalam kaleng kurang, Pak.‖ Aku tersenggal, langsung ke topik masalah.

  ―Uang dalam kaleng kurang, Pak.‖ Aku mengangkat kaleng biskuit, ―Ada yang mengambil jualan Ibu Ahmad tanpa memasukkan uang.‖ ―Kau tidak salah hitung?‖ Pak Bin sekarang sempurna menaruh perhatian kepadaku, menyingkirkan kartas penuh angka-angka di hadapannya. Aku menggeleng. Sudah dua kali ku periksa. (Liye, 2010:147)

  Bagian dua belas menceritakan arti sebuah kejujuran, Dan yang diharap-harapkan, Nayla sembuh. Warung yang selama enam bulan hanya mengandalkan daftar harga dan kaleng uang kini kembali seperti sediakala. Warung tersebut telah mengajarkan seisi kampung mengenai makna kejujuran yang sesungguhnya.

  ―Besok Ibu sudah bisa menunggui warung, Pukat.‖ ―Oi?‖ Aku tertawa riang.

  ―Nayla sudah boleh bermain di luar. Ikut Ibu menjaga warung.‖ (Liye, 2010:167)

  Bagian tiga belas menceritakan teka-teki Wak Yati yang selalu diberikan pada Pukat, Wak Yati selalu memberikan teka-teki pada Pukat jika ia berkunjung. Kali ini teka teki terhebat Wak Yati yang harus Pukat pecahkan.

  ―Langit tinggi bagai dinding, lembah luas ibarat mangkok, hutan menghijau seperti zamrud, sungai mengalir ibarat naga, tak terbilang kekayaan kampung ini. Sungguh ta k terbilang.‖ (Liye, 2010:180)

  Bagian empat belas menceritakan betapa sayangnya Mamak pada ke-empat anaknya, Eliana, Pukat, Burlian dan Amelia. Namun terkadang mereka salah mengartikan sayang mamak pada mereka.

  ―Dengan menghukummu seperti ini, itu berarti Mamak kau amat mencintai…..‖ ―Mamak benci pada Pukat!‖ Aku memotong kasar kalimat Bapak. ―Tidak seperti yang kau lihat.‖ Bapak menghela nafas. ―Mamak benci pada Pukat!‖ ―Oi, kau keliru, Pukat. Dengarkan Bapak, tidak ada seorangpun Mamak di atas bumi ini yang bisa membenci anaknya sendiri, ‗darah-daging‘- nya sendiri….. Bukankah kau pandai mengkait-kaitkan banyak hal, kau juga pandai mengkaitkan banyak penjelasan. Nah, kau artikan sendi ri makna harfilah, ‗darah-daging‘. Setiap anak pernah dikandung Mamak-nya sembilan bulan. Mual, muntah, nyeri, badab sakit, semua terasa tidak enak. Melahirkan dengan kondisi siap mati.

  Tidak akan pernah ada seorang Mamak yang bisa membenci anaknya sendiri. Dilahirkan penuh perjuangan.‖ (Liye, 2010:194) Bagian lima belas menceritakan besarnya cinta dan sayang

  Mamak pada Pukat, saat akhirnya Pukat jatuh sakit setelah mendapat hukuman dari Mamak untuk tidur di beranda rumah. Pukat sakit selama lima hari, selama itu pula Mamak tidak pernah meninggalkan Pukat, sekalipun Pukat sedang tidur. Dan dari kejadian itu, pukat sadar „Tidak akan pernah ada Mamak yang membenci anaknya‟. Yang pukat tau, Mamak sangat mencintai dan menyayangi Pukat, dan ketiga

  ―Maafkan Pukat, Mak. Sungguh maafkan Pukat.‖ Oi, sepuluh tahun lebih Mamak memasakkan makanan untukku. Sudah berapa juta butir nasi yang disiapkannya. Berapa ratus ribu gelas air minum yang dijerangnya. Bertumpuk-tumpuk piring sayur dan lauk yang boleh jadi sudah setinggi bukit. Penuh kasih-sayang, tanpa pernah berharap imbalan selain doa agar kami menjadi anak yang baik. Bagaimana mungkin aku menuduh Mamak benci kepadaku, tidak lagi sayang. Belum lagi saat kami jatuh sakit, dia mengurus air kencingku, muntahku, berakku, semuanya, tanpa lalai meninggalkan kewajiban lain.

  ―Maafkan Pukat, Mak. Sungguh.‖ Malam itu aku menyadarinya. (Liye, 2010:205) Bagian enam belas menceritakan betapa indahnya pagi itu, di kampung sedang ada renovasi masjid, seluruh warga desa ikut bersuka cita. Keluarga pukat, dan keluarga-keluarga lainya berbondong- bondong menuju masjid. Seluruh warga repot membawa makanan terbaik mereka, untuk dimakan bersama warga yang lain di masjid.

  ―Ayuk Yati bawa makanannya juga? Aduh, repot sekali.‖ Mamak meletakkan bawaannya, berusaha membantu membawa rantang-rantang menuruni anak tangga.

  ―Oh schat, bagaimana tidak. Kalau semua penduduk kampung membawa makanan, aku juga harus membawa makanan terbaikku.‖ Wak Yati berjalan dengan tongkat rotan berpliturnya. (Liye, 2010:209) Bagian tujuh belas meceritakan jalannya renovasi masjid, semua berjalan dengan lancar. Sampai pada kejadian ditemukannya empat kotak misterius di atap masjid yang sedang di renovasi. Empat kotak harta karun beserta surat-surat yang menceritakan kejadian di masa itu, empat kotak misterius yang sangat berharga.

  Aku menelan ludah melihat hamparan benda-benda itu di atas tikar. Pak Bin dan Bakwo Dar mengangkat satu kotak lagi dari anak tangga, perlahan meletakkanya. ―Masih ada di atas??‖ ―Habis, Mang!‖ (Liye, 2010:223)

  Bagian delapan belas menceritakan tentang cara jual-beli mamak di pasar, arti jual-beli yang sesungguhnya. Tanpa ada mencuri timbangan, justru memberikan lebih dan tidak menawar rendah ketika membeli, arti jual-beli yang diajarkan Bapak dan Mamak pada anak- anaknya.

  ―Jual beli itu dihalalkan. Siapa yang menjual dengan baik, memberikan barang yang benar, tanpa menipu, senang hati melebihkan timbangan, memberi bonus, tambahan, niscahya dia mendapatkan keuntungan yang berlipat- lipat.‖

  ―Tidak mungkin. Bagaimana kita untung berlipat-lipat kalau menjual lebih mu rah?‖ Aku protes, tidak bisa diterima oleh nalarku.

  ―Itu karena kau menghitung keuntungan yang terlihat saja. Oi, rasa senang yang muncul dari proes kebaikan itu tidak bisa dibeli dengan uang segunung.‖ Bapak mengangkat tunjukanya ke atas. ―Kalian masih terlalu kecil untuk mengerti….. Sayangnya, hari ini, esok-esok lusa akan lebih banyak orang yang sudah dewasa, tahu urusan ini, tetapi tetap berpura-pura tidak mengerti. Kalian tahu, hal ini juga berlaku sebaliknya. Barang siapa yang membeli dengan santun, ringan hati melebihkan bayaran, tidak selalu menawar, niscahya bukan hanya barang itu yang berhasil dia beli, dia juga sejatinya telah mendapatkan harga yang lebih murah

  —―(Liye, 2010:227) Bagian sembilan belas menceritakan tentang keluarga Kesi, teman Amelia, adik bungsu Pukat. Ada kabar tidak sedap beberapa hari terkhir di kampung, kabar burung yang tidak jelas kebenaranya. Menggunjing.

  ―Katanya orang-tua Kesi akan bercerai, Mak?‖ Aku memecah keheningan jalan setapak. Ujung-ujung rumput teki mengenai betis kami yang basah. ―Kata siapa?‖ Mamak menjawab tidak tertarik. ―Tadi ibu-ibu di pemandian bicara tentang itu.‖ ―Oi, Kau seperti tidak ada topik yang lebih baik untuk dibicarakan.‖

  Mamak menyergah ketus, melambaikan tangan. (Liye, 2010:249)

  Bagian dua puluh masih menceritakan tentang keluarga Kesi, dan Samsurat kakaknya, kabar burung akan perceraian orang tua kesi makin melebar kemana-mana. Peringai Samsurat yang memang mempunyai gangguan jiwa sejak kecil juga menjadikan kabar ini semakin lezat untuk dibicarakan, mamun tetap saja kabar tersebut tidak ada benarnya.

  Orang tua kesi memang baik-baik saja. Meski dengan takdir anak sulungnya tidak waras, orang-tua Kesi sejak tiga puluh tahun silam tetap akur, bahagia, juga hingga hari ini.

  Muasal semua gunjingan bermula dari tetangga rumah kiri- kanannya yang sering mendengarkan Samsurat berteriak-teriak, lantas juga teriakan orang-tua Kesi yang berusaha mengendalikan Samsurat, gatal mulut mengartikannya mereka sedang bertengkar.

  Maka melesatlah gunjingan itu. Diawali dengan bisik-bisik mereka hanya bertengkar karena perangai Samsurat, lantas berkembang menjadi mereka hendak bercerai. (Liye, 2010:268)

  Bagian dua puluh satu menceritakan tentang pembukaan hutan untuk lahan pertanian (menanam padi), pekerjaan membuka hutan bukan perkara yang mudah, diperlukan tenaga ekstra, kehati-hatian, dan juga kesabaran. Bapak, Bakwo Dar dan delapan pria dewasa lainnya siap membuka lahan, tak lupa dibantu Pukat, Burlian, dan Can.

  ‗Membuka hutan‘ adalah ritual panjang, tidak selesai dalam hitungan bulan. Maka demi mendengar kabar baik itu, kami bersiap atas segala kesenangan sepanjang musim kemarau dan musim penghujan. Aku belum pernah mengalaminya langsung selama ini, tetapi aku yakin ini akan seru. (Liye, 2010:278)