Model Pemberdayaan Paguyuban "Cawas Lurik Center" Melalui Strategi Pengembangan Kelembagaan Untuk Kemandirian Perajin di Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten Jawa Tengah - UNS Institutional Repository

  

MODEL PEMBERDAYAAN PAGUYUBAN “CAWAS LURIK CENTER”

MELALUI STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

UNTUK KEMANDIRIAN PERAJIN DI KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH DISERTASI

  

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Doktor

Program Studi Penyuluhan Pembangunan / Pemberdayaan Masyarakat

Minat Utama : Pemberdayaan Usaha Kecil/Bisnis Kecil

  

Oleh :

Theresia Widiastuti

NIM T62 130 2002

PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

  

2017

MODEL PEMBERDAYAAN PAGUYUBAN “CAWAS LURIK CENTER” MELALUI STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNTUK KEMANDIRIAN PERAJIN DI KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH DISERTASI Oleh Theresia Widiastuti NIM T621302002

  Komisi Pembimbing : Nama : Tandatangan Promotor Prof. Dr. Nanang Rizali, MSD .........................

  Co-Promotor 1 Dr. Sapja Anantanyu, M.Si ......................... Co-Promotor 2 Dr. Ir. Sugeng Edi Waluyo, MM .........................

  Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 12 Desember 2017

  Kepala Program Doktor Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat

  Pascasarjana UNS, Dr. Sapja Anantanyu, M.Si

  NIP. 196812271994031002

  MODEL PEMBERDAYAAN PAGUYUBAN “CAWAS LURIK CENTER” MELALUI STRATEGI PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN UNTUK KEMANDIRIAN PERAJIN DI KECAMATAN CAWAS KABUPATEN KLATEN JAWA TENGAH DISERTASI Oleh Theresia Widiastuti NIM T621302002

  Ketua : Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah., M.Pd …………… Sekretaris : Dr. Sapja Anantanyu., M.Si …………… Anggota : Prof. Dr. Nanang Rizali., MSD ……………

  Dr. Ir. Sugeng Edi Waluyo., MM …………… Dr. Ir. Eny Lestari., M.Si …………… Prof. Dr. Asri Laksmi Riani., MS …………… Prof. Yusuf Affendi Djalari., MA …………… Dr. Hunik Sri Runing Sawitri., M.Si ……………

  Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal 12 Desember 2017

  Kepala Program Doktor Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat

  Pascasarjana UNS, Dr. Sapja Anantanyu, M.Si

  NIP. 196812271994031002

  

PERNYATAAN

  Yang bertandatangan di bawah ini, saya : Nama : Theresia Widiastuti NIM : T621302002 Program : Pascasarjana (S3) UNS Program Studi : Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat.

  Tempat/ Tgl Lahir : Bandung, 23 September 1959 Alamat Rumah : Jl. Letjen. S. Parman No. 13. Kestalan, Banjarsari, Surakarta.

  Telepon : 0817255631 Alamat Email : Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa disertasi yang berjudul “Model

  

Pemberdayaan Paguyuban “Cawas Lurik Center” Melalui Strategi

Pengembangan Kelembagaan Untuk Kemandirian Perajin Di Kecamatan

Cawas, Kabupaten Klaten Jawa Tengah” ini adalah asli (bukan jiplakan) dan

  betul-betul karya sendiri serta belum pernah diajukan oleh peneliti lain untuk memperoleh gelar akademik tertentu. Semua temuan, pendapat, atau gagasan orang lain yang dikutip dalam disertasi ini saya tempuh melalui tradisi akademik yang berlaku dan saya cantumkan dalam sumber rujukan dan atau saya tunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku.

  Surakarta, 12 Desember 2017 Yang membuat Pernyataan Theresia Widiastuti NIM T621302002 Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Kasih yang telah mengijinkan penulis menyelesaikan disertasi berjudul “Model Pemberdayaan Paguyuban “Cawas Lurik Centre” Melalui Strategi Pengembangan Kelembagaan Untuk Kemandirian Perajin di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten Jawa Tengah”.

  Tersusunnya disertasi ini tidak lepas dari bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

  1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus dosen yang telah memberikan masukan berharganya selama penulis belajar pada Program Studi Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat minat Pemberdayaan Usaha Kecil/Bisnis Kecil.

  2. Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus Ketua dalam Ujian Terbuka.

  3. Prof. Dr. Nanang Rizali, MSD, sebagai promotor yang dengan sabar selalu mendampingi dan menguatkan penulis dalam menyusun disertasi.

  4. Dr. Sapja Anantanyu, M.Si, sebagai Kepala Program Studi S3 Penyuluhan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Fakultas Pascasarjana UNS, yang juga bertindak sebagai co-promotor 1 yang telah memberikan keilmuannya mengenai pemberdayaan, serta dengan penuh kesabaran membimbing penulis untuk dapat menyempurnakan dan menyelesaikan disertasi ini.

  5. Dr. Ir. Sugeng Edi Waluyo, MM, co-promotor 2 yang telah banyak memberikan wawasan sesuai pengalamannya di lapangan sebagai seorang penyuluh, sehingga dapat melengkapi tulisan ini.

  6. Dr.Ir. Eny Lestari, M.Si, selaku penguji wakil Program Studi Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat yang tak henti-hentinya memberi semangat, dukungan, juga masukan berharga dalam penyempurnaan disertasi ini.

  7. Prof. Dr. Asri Laksmi Riani, MS, selaku penguji luar komisi yang dengan penuh kasih telah memberi masukan berharga bagi penyempurnaan disertasi ini.

  8. Prof. Yusuf Affendi Djalari, MA, selaku penguji luar UNS yang selalu memberi perhatian kepada penulis sejak menempuh studi di S1 dan S2 Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB hingga melanjutkan studi di S3 Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat di UNS ini.

  9. Dr. Hunik Sri Runing Sawitri., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNS, serta sebagai anggota dewan penguji.

  10. Almarhum Prof Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS, yang tidak saja telah membuka wawasan penulis mengenai ilmu penyuluhan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, tetapi juga banyak memberikan bimbingan, perhatian, dan bantuannya sampai penulis mulai melakukan penelitian di lapangan.

  11. Para dosen di Program Studi S3 Penyuluhan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, yang telah banyak membuka pengetahuan dan wawasan kepada penulis.

  12. Seluruh staf administrasi di Fakultas Pascasarjana UNS yang telah membantu selama dalam proses studi ini, teristimewa mbak Desi.

  13. Dekanat Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS.

  14. Seluruh sivitas akademika Prodi Kriya Tekstil, Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS, baik rekan dosen maupun para mahasiswa; khususnya Dra Tiwi Bina Affanti, M.Sn selaku Ketua Program Studi Kriya Tekstil yang telah memberi banyak perhatian dan pengertiannya selama penulis menempuh studi di S3.

  15. Keluarga besar perajin yang tergabung dalam Paguyuban Cawas Lurik Center, teristimewa Ibu Sunarmi, Bapak Didiek, mas Ruruh, mbak Alfi, dan mas Yusuf yang selalu bersedia menemani selama kami berada di Cawas.

  Terimakasih banyak telah kerso menerima dengan tangan terbuka kehadiran penulis di tengah paguyuban.

  16. Bapak Rachmad, Bapak Soejitno, Bapak Sinung, Ibu Ninik Maharani, dan seorang perancang busana, serta seorang aparat desa yang tidak bersedia disebutkan namanya; yang telah bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

  17. Dr. Sri Dr. Djoko Winarno, MSi, Dra. LV. Ratna Devi Sakuntalawati, M.Si,

  Mulyani, S.Kep,NS.,M.Kes, Dr. Yuli Setyowati, M.Si, dan Dr. Sarah Rum Handayani Pinta, M.Hum yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi dan berbagi ilmu terkait dengan masalah pemberdayaan.

  18. Rekan-rekan peer-group di Pusat Studi Javanologi LPPM UNS, khususnya Prof Sahid Teguh Widodo, Ph.D, Dr. Kundharu Sadhono, MS, Dr. Setyo Budi, M.Sn, Ardy Baskoro. SS., M.Hum, dan Destria Anindita Puspitasari., SS, yang sudah membantu penulis, khususnya dalam penyempurnaan jurnal.

  19. Semua teman lintas angkatan di prodi S3 Penyuluhan Pembangunan/ Pemberdayaan Masyarakat Fakultas Pascasarjana UNS, khususnya mbak Eva dan pren Yuli Aceh; terimakasih atas kebersamaannya yang memberi banyak kegembiraan selama masa studi sehingga mampu memberi semangat dan kekuatan baru.

  20. Keluarga terkasih, khususnya ibunda Fransiska Moesrinah Teguh dan ibu mertua Anna Ngadiyem Partodihardjo yang tak henti-hentinya mendoakan untuk yang terbaik bagi penulis; adik-adik Toni, Soni, dan Ina beserta keluarga, serta semua kakak dan adik ipar beserta keluarga, yang setiap saat memberi perhatian, bantuan, dan doanya.

  21. Drh. Yohanes Baptis Sunarto, M.Si, suami sekaligus sahabat tercinta yang telah memberi ijin penulis melanjutkan studi sekaligus memberi dukungan, menguatkan, memberi masukan, dan senantiasa setia mendampingi.

  22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang juga selalu memberi perhatian, semangat dan doa bagi penulis selama menjalani masa studi.

  Semoga Allah yang penuh Kasih memberikan balasan kebaikan bagi semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam penyelesaian disertasi ini. Penulis mengharapkan agar penelitian ini bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

  Surakarta, 12 Desember 2017 Theresia Widiastuti

  RINGKASAN

  Theresia Widiastuti, 2017. Model Pemberdayaan Paguyuban “Cawas Lurik

  

Centre” Melalui Strategi Pengembangan Kelembagaan Untuk Kemandirian

Perajin di Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Disertasi.

  Pascasarjana. Pembimbing : Prof. Dr. Nanang Rizali, MSD (Promotor), Dr. Sapja Anantanyu, M.Si (co-promotor 1), Dr. Ir. Sugeng Edi Waluyo, MM (co-promotor 2).

  Lurik Klaten pernah mencapai masa kejayaan di tahun 1960 sampai 1980- an. Salah satu keberhasilan usaha lurik di masa lampau tidak terlepas dari peran pemerintah melalui kebijakan dan dukungannya untuk perajin. Namun setelah itu mengalami kemerosotan yang menyebabkan banyak usaha tenun lurik gulung tikar. Salah satu penyebabnya adalah tidak ada lagi bantuan pemerintah. Dapat dikatakan para perajin berjuang sendiri agar mereka dapat tetap eksis.

  Sampai sekarang masih banyak penduduk di Klaten yang membuat tenun lurik untuk mendapatkan penghasilan. Salah satu daerah yang masih mengusahakan lurik adalah kecamatan Cawas. Di tempat ini ditemukan usaha kecil tenun lurik yang jumlahnya cukup banyak dibandingkan dengan daerah lain di wilayah Klaten. Sebagian besar dari usaha kecil tenun lurik ini mengalami kesulitan yang sama, yakni tidak mampu menjual produk tekstilnya.

  Tekad para perajin adalah tetap mempertahankan usaha luriknya dan mengupayakan agar produknya dapat diserap oleh pasar secara maksimal. Mereka memutuskan bergabung supaya dapat menghadapi permasalahan secara bersama-sama. Maka pada awal tahun 2014 perajin membentuk paguyuban yang dinamai Cawas Lurik center (CLC). Mereka berbagi tugas mengerjakan pesanan yang datang ke paguyuban, berbagi tenaga kerja agar dapat tetap menjalankan usahanya masing-masing, sambil melakukan pemberdayaan agar dapat meningkatkan kemampuannya.

  Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk mengungkapkan karakter paguyuban perajin CLC, (2) untuk mengkaji pemberdayaan yang dilakukan oleh perajin lurik sebelum dan sesudah berdirinya paguyuban perajin “Cawas Lurik Center”, (3) untuk mengkaji arah proses desain sebagai bagian dari kegiatan pemberdayaan yang dilakukan paguyuban perajin “Cawas Lurik Center, dan (4) untuk merumuskan model pemberdayaan paguyuban perajin “Cawas Lurik Center” melalui strategi pengembangan kelembagaan untuk kemandirian perajin.

  Bentuk penelitian kualitatif ini menggunakan strategi studi kasus dengan pendekatan fenomenologi. Studi kasus dapat memberi nilai tambah pada pengetahuan peneliti mengenai fenomena individual dan kelompok, sedangkan dengan pendekatan fenomenologi, dapat dipahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia di dalam situasinya. Dalam hal ini makna dari ide dan tindakan Paguyuban CLC untuk melakukan pemberdayaan atas inisiatif sendiri.

  Karakteristik Paguyuban Perajin CLC adalah mempunyai tujuan agar produk tenun lurik mereka dapat terjual; mempunyai seorang ketua yang mereka pilih untuk dapat mengkoordinasi sekaligus menata pekerjaan yang dilakukan paguyuban; memiliki kegiatan produksi, baik yang dilakukan secara sendiri- sendiri maupun bersama; memiliki pembagian tugas yang jelas; serta memiliki kegiatan pemasaran khas paguyuban.

  Kondisi usaha kecil tenun lurik anggota paguyuban satu sama lainnya tidak sama. Ada yang sudah berhasil mengatasi berbagai permasalahannya sampai dapat terus bertahan, ada yang belum, dan ada yang bahkan menyerah sebelum berusaha. Pengalaman para perajin yang lebih berhasil dapat memberikan inteprestasi yang lebih dalam dari sekadar berkumpul dan bekerjasama.

  Melalui “belajar” paguyuban berusaha untuk dapat “mengubah perilaku” khususnya dalam sikap dan keterampilan ketika menangani kerjasama dalam memproduksi lurik ke depan. Pemberdayaan diri yang dilakukan paguyuban ini merupakan proses pengembangan diri yang setiap langkahnya bertujuan untuk mencapai kemandirian. Pemberdayaan dengan pelatihan- pelatihan dan penyuluhan dari dan untuk mereka sendiri agar mampu lebih meningkatkan kualitas diri.

  Kemitraan menguntungkan tidak saja bagi usaha kecil tenun lurik, tetapi juga bagi para mitra pendukung. Jalinan kerjasama yang saling menguntungkan ini menghasilkan hal-hal positif bagi kedua belah pihak. Fungsi dari dinamika kelompok adalah membentuk kerjasama, memudahkan pekerjaan, Dinamika kelompok merupakan pengetahuan sosial yang menganalisa hakikat aktivitas berkelompok dalam hubungan antar anggota kelompok, interaksi dalam kelompok agar mampu bergerak, berkembang, dan menyesuaikan diri membangun kelompok dalam satu pencapaian tujuan.

  Oleh sebab itu diperlukan adanya pendampingan dari para akademisi dan perancang busana. Melalui pelatihan dan pendampingan para perajin belajar untuk juga berperan sebagai ‘perancang tekstil’. Model pemberdayaan paguyuban melalui pengembangan kelembagaan adalah model pemberdayaan partisipatif yang intinya adalah melakukan perubahan perilaku untuk meningkatkan kemampuan individu dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap; meningkatkan kemampuan kelembagaan dalam penerapan arah desain, meningkatkan kinerja yang berbasis pembagian tugas.

  Kebaruan dari penelitian ini adalah paguyuban sendirilah yang menentukan mitra pendukung agar upayanya dapat berjalan dengan baik. Melalui kerjasama dengan perajin pengusaha penggerak sebagai mitra pendukung internal, dan para akademisi, perancangn busana, konsumen, serta swasta sebagai mitra pendukung eksternal, paguyuban mulai merasakan hasil, salah satunya produk lurik mulai mudah terserap oleh pasar.

  Hasil dari penelitian ini adalah (1) Karakteristik Paguyuban “Cawas Lurik Center” adalah kelompok yang selalu melakukan kegiatan “belajar sambil bekerja” atau learning by doing untuk meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan”; (2) Melaksanakan pemberdayaan melalui pelatihan- pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan dari dan untuk mereka sendiri untuk lebih meningkatkan kualitas diri. (3) Paguyuban mencoba menerapkan ‘arah proses desain” sesuai dengan kemampuan yang mereka dimiliki. Tujuannya agar dapat meningkatkan mutu corak dan bahan, yang pada akhirnya dapat diterima masyarakat luas; (4) Model pemberdayaan Paguyuban melalui strategi pengembangan kelembagaan untuk kemandirian perajin ini adalah model pemberdayaan partisipatif.

  

SUMMARY

  Theresia Widiastuti, 2017. Model of Empowering Paguyuban "Cawas Lurik

  

Center" Through Institutional Development Strategy For Independence

Crafters in District Cawas, Klaten Central Java. Dissertation. Postgraduate.

  

Counselor : Prof. Dr. Nanang Rizali, MSD (Promoter), Dr. Sapja Anantanyu, M.Si

(co-promoter 1), Dr. Ir. Sugeng Edi Waluyo, MM (co-promoter 2).

  Lurik Klaten never reached the heyday in the 1960s until the 1980s. One

  

of the successes of striated Lurik business in the past is inseparable from the role

of government through its policy and support for artisans. But after that

experiencing a decline that causes a lot of Lurik weaving business folded. One

reason is that there is no more government assistance. It can be said that

craftsmen struggle themselves so they can still exist.

  Until now there are still many residents in Klaten who make weaving

  Lurik to earn income. One area that still strives Lurik is Cawas district. In this

  

place found a small business of Lurik weaving that quite a lot compared with

other areas in the Klaten region. Most of the small Lurik weaving business is

experiencing the same difficulty, unable to sell its textile products.

  The determination of the crafters is to keep the Luriknya business and

strive for its products can be absorbed by the market to the fullest. They decided

to join in order to face the problems together. So in early 2014 craftsmen formed

a community called Cawas Lurik center (CLC). They share the task of working

orders that come to the paguyuban, share the workforce in order to keep running

their respective businesses, while empowering in order to improve its ability.

  The objectives of this research are (1) to reveal the character of CLC

craftsman community, (2) to examine the empowerment done by artisans of

striated before and after the establishment of " Cawas Lurik Center" crafting

community, (3) to study the direction of the design process as part of the activity

(4) to formulate models of empowerment of craftsmen community " Cawas Lurik

Center" through the institutional development strategy for the independence of

artisans.

  This qualitative research use case study strategy with phenomenology

approach. Case studies can add value to the researcher's knowledge of individual

and group phenomena, whereas with a phenomenological approach, it can be

understood the meaning of events and human interactions in the situation. In this

case the meaning of the CLC Society's ideas and actions to empower its own

initiative.

  Characteristic of CLC Crafters Society is to have the aim that their

  Lurik loom products can be sold; have a chairman they choose to coordinate as

  

well as organize work done by the community; have production activities, either

individually or collectively; has a clear division of tasks; as well as having a

typical marketing activities of the paguyuban.

  The condition of small business weaving Lurik members of each other is

not the same. Someone has managed to overcome the various problems until it

can continue to survive, some have not, and some even give up before trying. The

experience of more successful craftsmen can provide deeper interpretation than

simply getting together and working together.

  Through "learning" the community seeks to "change behavior"

especially in attitudes and skills when handling cooperation in producing

striations ahead. Self-empowerment conducted by this community is a self-

development process that every step aims to achieve independence. Empowerment

with trainings and counseling from and for themselves to be more self-improving.

  Partnerships are beneficial not only for small Lurik weaving, but also

for support partners. This network of mutually beneficial cooperation produces

positive things for both parties. The function of group dynamics is to establish

cooperation, facilitate work, Group dynamics is social knowledge that analyzes

the nature of group activities in relationships among group members, group

interaction in order to be able to move, develop, and adapt group building in one

goal achievement.

  Therefore, there is a need for assistance from academics and fashion

designers. Through training and mentoring the craftsmen learn to also act as

'textile designers'. Model of community empowerment through institutional

development is a participatory empowerment model that essentially is to conduct

behavior change to improve individual ability in knowledge, skill, and attitude;

improving institutional capability in the application of design direction,

improving performance-based division of tasks.

  The novelty of this study is the community itself that determines the

support partners to make their efforts work. Through collaboration with craft

actors as internal support partners, and academics, fashion designers, consumers,

and the private sector as external support partners, the association began to feel

the result, one of which Lurik products began to be easily absorbed by the market.

  The results of this study are (1) Characteristics of Society " Cawas Lurik

Center" is a group that always learning by doing activities to increase the

capacity of knowledge and skills "; (2) Implement empowerment through trainings

and extension conducted from and for themselves to further improve the quality of

self. (3) Paguyuban try to apply the 'design process direction' according to their

ability. The goal is to improve the quality of shades and materials, which can

ultimately be accepted by the wider community; (4) Model of empowerment of

  Paguyuban through institutional development strategy for self-reliance of artisans is a model of participatory empowerment.

  DAFTAR ISI halaman

  JUDUL.......................…………….………………………………………….. i PENGESAHAN PEMBIMBING............................................................... … ii PENGESAHAN PENGUJI……………………………………………….… iii PERNYATAAN ORISINALITAS………………………………………….. iv KATA PENGANTAR……………………………………………………….. v RINGKASAN………………………………………………………………... ix DAFTAR ISI................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL..………………………………………………………….. xvii DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xxi BAB I. PENDAHULUAN....………………………………………………..

  1 A.

  1 Latar Belakang...............……………………………....………...............

  B.

  9 Perumusan Masalah.............……………………………….....................

  C.

  9 Tujuan Penelitian............………………………………………. ............

  D.

  10 Manfaat Penelitian..............……………………………………. ............

  E.

  11 Kebaruan Penelitian................ ………………………………….............

  BAB II. LANDASAN TEORI........………………………………….…......

  19 A.

  19 Tinjauan Pustaka.............……………………………………….............

  1.

  19 Pembangunan dan Partisipasi Masyarakat..................................

  a.

  19 Sejarah, Konsep, dan Strategi Pembangunan.....................

  b.

  21 Pelaku Pembangunan..........................................................

  c.

  22 Pembangunan Berbasis Partisipasi Masyarakat.................

  2.

  25 Pemberdayaan Masyarakat............................................................

  a.

  25 Pengertian Pemberdayaan Masyarakat................................

  b.

  27 Filosofi dan Prinsip Pemberdayaan Masyarakat.............. ..

  c.

  29 Model Pemberdayaan Usaha Kecil Kerajinan…………….

  3.

  31 Kelembagaan……………………………………………………..

  a.

  31 Pengertian...........................................................................

  b.

  32 Penguatan Kapasitas Kelembagaan..................................

  c.

  34 Strategi pengembangan kelembagaan................................

  4.

  36 Kelompok Sosial ….…………………………………………….

  a.

  37 Paguyuban….…………………………………………….

  b.

  38 Dinamika Kelompok….…………………………………..

  c.

  40 Teori Perubahan Perilaku Kurt Lewin…………………… 5.

  40 Peran Stakeholder / Mitra Pendukung…………………………....

  a.

  40 Pengertian peran………………………………………......

  b.

  41 Pengertian stakeholder…………………………………….

  c.

  41 Stakeholder Internal dan Eksternal ……………………….

  6.

  42 Lurik..............................................................................................

  a.

  42 Pengertian Lurik dan Perajin Lurik...........................……..

  b.

  44 Usaha Kecil Kerajinan Tenun Lurik...................................

  c.

  47 Teori Perancangan Collin Clipson………………………...

  B.

  50 Penelitian Pendahuluan dan Kerangka Berpikir………...........................

  1.

  50 Penelitian Pendahuluan……………………………………….

  2.

  52 Kerangka Berpikir ..................................................................

  C.

  53 Dimensi Penelitian....................................................................................

  BAB III. METODE PENELITIAN...........................………………...........

  55 A.

  55 Lokasi Penelitian.......................................................................................

  B.

  55 Waktu Penelitian........................................................................................

  C.

  56 Pendekatan Penelitian..................…………………………….................

  D. Jenis dan Sumber Data...............……………………….……….. ...........

  57 E. Teknik Cuplikan............................................................................ ...........

  59 F.

  60 Teknik Pengumpulan Data........................................................................

  G.

  63 Validitas Data...........................................................................................

  H.

  65 Teknik Analisis Data.................................................................................

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................

  67 A.

  67 Hasil… …………………………………………………………………..

  1.

  67 Keadaan umum obyek penelitian……………………………………......

  a.

  67 Lokasi penelitian……………………………………………………

  b.

  71 Usaha Lurik di Cawas ……………………………………………….

  c.

  77 Profil Perajin Tenun Lurik Cawas………………………………....

  2.

  92 Paguyuban Cawas Lurik Center (CLC)……………………….................

  a.

  93 Tujuan dan Pemrakarsa Pendirian Paguyuban ……………………..

  b.

  96 Kondisi Paguyuban CLC………...…………………………………..

  c.

  105 Kegiatan dan Pembagian Tugas……………………………………..

  d.

  111 Peran Mitra Pendukung dalam Paguyuban…….…………………..

  3.

  115 Kegiatan Pemberdayaan Sebelum dan Sesudah Paguyuban……………..

  a.

  115 Akses Modal dan Perolehan Bahan Baku…………………………….

  b.

  117 Cara Peningkatan Pengetahuan dan Keterampilan ………………… c.

  126 Kegiatan Produksi, Promosi, dan Pemasaran………………………..

  d.

  131 Jaringan Kerjasama…………………………………………………..

  4.

  140 Arah Proses Desain……………………………………………………….

  a.

  140 Peran Desain dalam Usaha Kecil Tenun Lurik……………………… b.

  141 Proses Perancangan………………………………………………….

  c.

  150 Pertimbangan Kreatif, Inovatif, dan Ekonomi ……………………… d.

  155 Inovasi Desain dan Teknologi…………..…………………………..

  B.

  164 Pembahasan……………………………………………………………… 1.

  164 Karakter Paguyuban CLC………………………………………………..

  2. Pemberdayaan Paguyuban Melalui Strategi Pengembangan Kelembagaan Usaha Tenun Lurik….…...……………………………...... 167 3.

  175 Penerapan Arah Proses Desain…………………………………………..

  4.

  186 Model Pemberdayaan Usaha Tenun Lurik……………………………….

  BAB V. PENUTUP...................................................................................... 195 A.

  195 Kesimpulan................................................................................................

  B.

  196 Saran.......................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 198 DAFTAR ISTILAH………………………………………………………….. 213 LAMPIRAN…………………………………………………………………. 218

  

DAFTAR TABEL

  halaman Tabel 1.1 Kajian tentang Usaha Kecil Kerajinan…………………...

  13 Tabel 3.1 Data Primer dan Sekunder……………………….............

  58 Tabel 4.1 Sebaran Perajin Lurik di Kecamatan Cawas……………..

  77 Tabel 4.2 Tujuan Kerja Perajin…………………………………......

  91 Tabel 4.3 Nama Pemrakarsa Pendirian Paguyuban CLC…………..

  95 Tabel 4.4 Akses Modal dan Cara Memperoleh bahan baku Sebelum dan Sesudah Paguyuban Berdiri………………. 117

Tabel 4.5 Peningkatan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap…… 125Tabel 4.6 Pemberdayaan Untuk Produksi, promosi, dan pemasaran. 130Tabel 4.7 Upaya belajar bersama sebelum berdirinya paguyuban

  CLC 170

  DAFTAR GAMBAR

  halaman Gambar 2.1 Proses Desain…………………………..........................

  48 Gambar 2.2 Kondisi Awal Penelitian…………………………….......

  52 Gambar 2.3 Kerangka Berpikir……………………………................

  53 Gambar 3.1 Trianggulasi Data / Sumber……………………………..

  64 Gambar 4.1 Peta Kabupaten Klaten dan Kecamatan Cawas…...........

  70 Gambar 4.2 Struktur Usaha Kecil Tenun Lurik yang Dikelola oleh Keluarga Batih.....………………………………………..

  73 Gambar 4.3 Struktur usaha kecil tenun lurik yang dikelola oleh keluarga batih dan orang di luar keluarga…………......... 74

Gambar 4.4 Pengembangan Struktur Usaha Kecil Tenun Lurik secara

  Sederhana………………………....................................... 75

Gambar 4.5 Perbandingan Jumlah Perajin……………………………

  79 Gambar 4.6 Perajin Tenun Lurik Di lihat dari Perannya…................

  82 Gambar 4.7 Perbandingan Jumlah Jenis Pengusaha………………….

  84 Gambar 4.8 Alat sekir………………………………………………… 85

Gambar 4.9 Perajin Pengusaha/ Sekir yang Berperan sebagai Penyekir dan Buruh……………………………………..

  86 Gambar 4.10 Perajin Pengusaha Tenun Lurik yang Tidak Terlibat Proses Produksi…………………………………………

  87 Gambar 4.11 Kondisi Pemanfaatan Perajin Sekir dan Buruh Tenun di Cawas………………………………................................. 88

Gambar 4.12 Perbedaan Keterampilan antara Perajin Pengusaha dan

  Perajin Buruh……………………………………………

  89 Gambar 4.13 Faktor yang Menyebabkan Kekuatan CLC…………....... 98

Gambar 4.14 Penyebab Kelemahan Paguyuban CLC………………… 100Gambar 4.15 Tenunan Ragi Genap Toraja, Selendang Paramba

  Lombok, dan Ulos Batak……………………………...... 102

Gambar 4.16 Faktor Peluang yang Dimiliki Paguyuban

  CLC…………………....................................................... 103

  Gambar 4.30a Pengembangan Corak Cacahan…………….…………… 158 Gambar 4.30b Lurik Hitam Putih pada Corak Lajuran, Dulu dan

Gambar 4.38 Seragam Prajurit Karaton Kasultanan Yogyakarta……… 180

  Usaha Kecil Tenun Lurik………………………………. 179

Gambar 4.37 Perbedaan Proses Perancangan Industri Tekstil denganGambar 4.36 Proses Perancangan……………………………………… 178Gambar 4.35 Perubahan yang dilakukan paguyuban dalam berproduksi 168Gambar 4.34 Lutik Produk Sumber Rejekitex………………………… 163

  Jepang…………………………………………………… 163

Gambar 4.33 Lurik Pewarna Alam Ide Dari Perancang dan Pesanan

  Akademisi…................................................................. 162

Gambar 4.32 Lutik Hasil dari Pelatihan yang DiberikanGambar 4.31 Lurik dengan Warna-warni Alam dan Buatan………....... 160

  Kini……………………………………………………… 159

Gambar 4.29 Pengembangan Corak Lajuran ……………..…………… 157Gambar 4.17 Cara Belajar Perajin Lurik di Cawas…………………… 122Gambar 4.28 Susunan garis vertikal dan horizontal pada lurik tradisional……………………………………………….. 156

  Klasik……………………….…………………………… 156