Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Teh Hitam PTPN IV (Studi Kasus Kantor Pusat PTPN IV Medan)

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, termasuk genus Camellia yang umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan ketinggian ideal 1200 – 1800 meter diatas perkukaan laut, pada suhu cuaca 14 - 25°C dan curah hujan rata-rata 2500 – 3500 mm/th, dimana curah hujan minimum 1150 – 1400 mm/th, karena tanaman teh sangat tidak tahan terhadap daerah yang panas dan kering. Namun daerah yang disukai adalah daerah yang basah dengan curah hujan yang tinggi dan jumlah hjan yang banyak setiap tahunnya (Anonim,1993).

Menurut Adisewojo (1982), secara umum tanaman teh terdiri dari dua varietas besar yaitu varietas sinensis merupakan thea sinensis yang berasal dari daerah Tibet dan Tiongkok sebelah selatan dan varietas assamica yaitu Thea

assamica yang berasal dari assamica yang berasal dari India pada tahun 1878. Thea sinensis mempunyai daun yang lebih kecil dari Thea assamica dan hasilnya

lebh sedikit dibanding dengan Thea assamica.

Istilah teh hitam juga digunakan untuk menggambarkan secangkir teh tanpa susu, mirip dengan kopi yang dihidangkan susu maupun krim. Di negara-negara Persemakmuran, teh hitam biasanya tidak diminum begitu saja tapi diberi susu (Arifin, 1994).


(2)

Komposisi kimia daun teh segar sangat berpengaruh terhadap mutu teh hitam yang dihasilkan. Hal ini sebagai akibat perubahan kimia selama proses pengolahan. Persentase komposisi kimia daun teh segar dan bubuk teh hitam dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Persentase komposisi kimia daun teh segar dan bubuk teh hitam

Komponen % / 100 gr berat teh

Daun Teh Segar Teh Hitam Selulosa dan Serat Kasar 34,00 34,00

Protein 17,00 16,00

Klorofil dan pigmen lain 1,50 1,00

Pati 0,50 0,25

Tanin 25,00 13,00

Tanin teroksidasi 0,00 4,00

Theina 4,00 4,00

Asam amino 8,00 9,00

Mineral 4,00 4,00

Total Abu 5,50 5,50

Sumber : Fatkurahman, 2010 2.2. Landasan Teori

Efisiensi harga menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila perkebunan mendapatkan keuntungan yang besar dari usaha kebunnya, misalnya karena pengaruh harga, maka perkebunan tersebut dapat dikatakan


(3)

mengalokasikan input usaha kebunnya secara efisien. Efisiensi harga ini terjadi bila perusahaan memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen (McEachern, 2001).

Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi. Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor produksi efisien secara harga. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.

Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu pemasaran karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan produk baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi/ perusahaan (Tjiptono, 2004).

Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses, pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor produksi yang umumnya digunakan adalah tenaga kerja, tanah, dan modal.


(4)

Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan harga faktor produksi tersebut (Bagus, 2009).

Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi perusahaan (Gujarati, 2003).

Penerimaan adalah terjemahan dari revenue (atau sebaliknya) yaitu suatu konsep yang menghubungkan antara jumlah barang yang diproduksi dengan harga jual perunitnya. Konsep penerimaan tentu saja dipandang dari sisi permintaan (bukan penawaran karena tidak semua barang yang ditawarkan akan menjadi penerimaan (belum tentu laku dijual)) (Putong, 2002).

Secara teoritis penerimaan perusahaan bergantung pada kondisi pasar yang dihadapinya. Bila yang dihadapinya adalah pasar persaingan sempurna maka besarnya penerimaan sangat bergantung pada jumlah barang yang dijual saja (elastis sempurna) atau karena tingkat harga saja (inelastis sempurna). Sedangkan pada kondisi monopoli maka penerimaan bergantung pada tingkat harga dan jumlah yang terjual (Putong, 2002).

Tingkat penerimaan perusahaan bergantung pada derajat elastisitas permintaan produk yang dijual. Bila derajat elastisitas bersifat inelastis sempurna maka untuk meningkatkan penerimaan, perusahaan akan berusaha terus menaikkan harga jual produknya. Sebaliknya bila derajat elastisitas bersifat elastis sempurna, maka untuk meningkatkan penerimaan haruslah memperbanyak penjualan, perusahaan sebaliknya menaikkan harga jual, sebaliknya bila permintaan bersifat elastis maka sebaliknya perusahaan menurunkan harga jual untuk meningkatkan penjualan (Putong, 2002).


(5)

Sebenarnya analisis keuntungan bagi perusahaan hanyalah masalah sederhana saja bila perusahaan tidak mengalami kondisi persaingan yang ketat dalam satu industri (pengertian industri adalah kumpulan dari perusahaan yang menghasilkan barang yang sama), akan tetapi mengingat faktanya banyak sekali perusahaan yang tergabung dalam satu industri maka analisis keuntungan (untung –BEP – rugi ) menjadi begitu penting terutama analisis yang berhubungan dengan optimalisasi produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal (Putong, 2002).

Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang / jasa. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan.

Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi. 2. Bahan-bahan pembantu atau penolong.

3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur. 4. Penyusutan peralatan produksi.

5. Uang modal, sewa.

6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi.

7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan. 8. Pajak. (Putong,2002)

Secara umum, pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dikategorikan dalam dua sistem, yaitu sistem Orthodox dan sistem baru seperti CTC


(6)

(Crushing-Tearing-Curling) dan LTP (Lowrie Tea Processor). Meski sistem yang digunakan berbeda, secara prinsip proses pengolahannya tidaklah jauh berbeda.

Tahap pertama pada proses pengolahan teh hitam adalah pelayuan. Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan air, sehingga daun teh menjadi lemas. Proses ini dilakukan pada alat Withering Trough selama 14-18 jam tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak.

Secara kimia, selama proses pengilingan merupakan proses awal terjadinya oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini berlangsung, katekin akan diubah menjadi theaflavin dan thearubigin yang merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan teh hitam. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang biasa digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR), Rotorvane dan Press Cup Roller (PCR) : untuk teh hitam orthodox dan Mesin Crushing Tearing and Curling (CTC) : untuk teh hitam CTC.


(7)

Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang biasa digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95°C selama 20-22 menit. Sebenarnya output dari proses ini sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam meski masih memerlukan proses lebih lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasikan teh berdasarkan kualitasnya. Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading.

Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, ukuran dan berat. Sedangkan grading bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan standar mutu yang telah disepakati secara nasional maupun internasional.

Teh yang telah disortasi dan digrading dimasukkan dalam peti miring yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tea bulker untuk dilakukan pencampuran (blending). Proses ini untuk menghomogenkan produk teh dalam grade yang sama. Mengingat produk pertanian senantiasa mengalami fluktuasi kualitas, maka produk teh dari batch ke batch dari hari ke hari senantiasa berbeda. Untuk menghilangkan perbedaan tersebut dilakukanlah pencampuran(Ahmad, 2008). proses produksi teh hitam.

Fresh tea leaves Indoor Wilting

Light Crushing

CTC will Full Oxidation

Full Oxidation Rolling

Drying Black Tea


(8)

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi harga jual produk, yaitu:

1. Biaya produksi. Semakin tinggi biaya produksi produk tersebut, maka semakin mahal produk tersebut dijual.

2. Harga pasar. Harga pasar menentukan dalam penetapan harga dikarenakan, jika produsen menetapkan harga terlalu tinggi dari harga pasar, maka konsumen akan beralih ke barang yang lebih murah.

3. Keuntungan atau kerugian. Seringkali Anda terlalu memikirkan besarnya biaya produksi tanpa memperhatikan seberapa besar laba usaha yang ingin Anda dapatkan. Hal inilah yang terkadang membuat para pemula harus mengalami kerugian cukup besar dalam mengawali sebuah usaha. Karena itu, sebelum menentukan harga jual sebuah produk, pastikan bahwa Anda telah menentukan besarnya laba yang diinginkan, agar kedepannya Anda juga bisa menikmati keuntungan dari bisnis yang Anda jalankan (Milton dan Lawrence, 1999).

Terdapat tiga pendekatan umum dalam penetapan harga :

1. Penetapan harga berdasarkan biaya. Yaitu berdasarkan penetapan harga cost plus, analisis titik impas, dan berdasarkan penetapan laba yang diinginkan. 2. Penetapan harga berdasarkan nilai. Ini menggunakan persepsi nilai pembeli,

bukan struktur biaya penjual untuk penetapkan harga.

3. Penetapan harga berdasarkan harga pasar. Penetapan harga menurut keadaan dimana harga pasar menjadi patokan. Apakah lebih tinggi, lebih rendah ataupun sama ketimbang harga utamanya (Wilton,1994).

Hal-hal yang mempengaruhi harga jual, yaitu biaya penuh untuk memproduksi produk/jasa. Biaya penuh disini adalah informasi batas bawah penentuan harga


(9)

jual. Artinya : Bila biaya penuh tidak boleh lebih besar dari harga jual, supaya tidak menghasilkan “KERUGIAN” (Mulyadi, 1999).

2.3. Analisis Harga 2.3.1. Analisis Regresi

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu dengan mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam (Nugroho, 1995).

Y = f (X1, X2, X3)

Dimana :

Y = Harga teh hitam PTPN IV

X1 = Biaya produksi teh hitam PTPN IV X2 = Harga pasar teh hitam

X3 = Keuntungan

2.3.2. Analisis Efisiensi harga

Efisiensi harga dapat tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi) sama dengan satu (Soekartawi, 1995).

����

�� = 1

Dimana :

NPMx = Nilai Produktivitas Marginal Faktor x Px = Harga Faktor x


(10)

2.4. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam penentuan harga penjualan ditemukan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga jual suatu produk maupun jasa. Faktor-faktor tersebut adalah biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan perusahaan.

Berikut sketsa kerangka pemikiran dari penjelasan diatas.

Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Harga

2.5. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam adalah biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan.

2. Harga teh hitam PTPN IV tidak efisien.

TEH HITAM PTPN IV

 Faktor-Faktor Harga Teh Hitam :

- Biaya Produksi - Harga Pasar - keuntungan

HARGA TEH HITAM


(1)

Sebenarnya analisis keuntungan bagi perusahaan hanyalah masalah sederhana saja bila perusahaan tidak mengalami kondisi persaingan yang ketat dalam satu industri (pengertian industri adalah kumpulan dari perusahaan yang menghasilkan barang yang sama), akan tetapi mengingat faktanya banyak sekali perusahaan yang tergabung dalam satu industri maka analisis keuntungan (untung –BEP – rugi ) menjadi begitu penting terutama analisis yang berhubungan dengan optimalisasi produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal (Putong, 2002).

Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang / jasa. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan.

Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut: 1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi. 2. Bahan-bahan pembantu atau penolong.

3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur. 4. Penyusutan peralatan produksi.

5. Uang modal, sewa.

6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi.

7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan. 8. Pajak. (Putong,2002)

Secara umum, pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dikategorikan dalam dua sistem, yaitu sistem Orthodox dan sistem baru seperti CTC


(2)

(Crushing-Tearing-Curling) dan LTP (Lowrie Tea Processor). Meski sistem yang digunakan berbeda, secara prinsip proses pengolahannya tidaklah jauh berbeda.

Tahap pertama pada proses pengolahan teh hitam adalah pelayuan. Selama proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan air, sehingga daun teh menjadi lemas. Proses ini dilakukan pada alat Withering Trough selama 14-18 jam tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan, tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah masak.

Secara kimia, selama proses pengilingan merupakan proses awal terjadinya oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata. Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini berlangsung, katekin akan diubah menjadi theaflavin dan thearubigin yang merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan teh hitam. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang biasa digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR), Rotorvane dan Press Cup Roller (PCR) : untuk teh hitam orthodox dan Mesin Crushing Tearing and Curling (CTC) : untuk teh hitam CTC.


(3)

Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis pada saat seluruh komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang biasa digunakan dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed Dryer) pada suhu 90-95°C selama 20-22 menit. Sebenarnya output dari proses ini sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam meski masih memerlukan proses lebih lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasikan teh berdasarkan kualitasnya. Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading.

Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, ukuran dan berat. Sedangkan grading bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan standar mutu yang telah disepakati secara nasional maupun internasional.

Teh yang telah disortasi dan digrading dimasukkan dalam peti miring yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tea bulker untuk dilakukan pencampuran (blending). Proses ini untuk menghomogenkan produk teh dalam grade yang sama. Mengingat produk pertanian senantiasa mengalami fluktuasi kualitas, maka produk teh dari batch ke batch dari hari ke hari senantiasa berbeda. Untuk menghilangkan perbedaan tersebut dilakukanlah pencampuran(Ahmad, 2008). proses produksi teh hitam.

Fresh tea leaves Indoor Wilting

Light Crushing

CTC will Full Oxidation

Full Oxidation Rolling

Drying Black Tea


(4)

Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi harga jual produk, yaitu:

1. Biaya produksi. Semakin tinggi biaya produksi produk tersebut, maka semakin mahal produk tersebut dijual.

2. Harga pasar. Harga pasar menentukan dalam penetapan harga dikarenakan, jika produsen menetapkan harga terlalu tinggi dari harga pasar, maka konsumen akan beralih ke barang yang lebih murah.

3. Keuntungan atau kerugian. Seringkali Anda terlalu memikirkan besarnya biaya produksi tanpa memperhatikan seberapa besar laba usaha yang ingin Anda dapatkan. Hal inilah yang terkadang membuat para pemula harus mengalami kerugian cukup besar dalam mengawali sebuah usaha. Karena itu, sebelum menentukan harga jual sebuah produk, pastikan bahwa Anda telah menentukan besarnya laba yang diinginkan, agar kedepannya Anda juga bisa menikmati keuntungan dari bisnis yang Anda jalankan (Milton dan Lawrence, 1999).

Terdapat tiga pendekatan umum dalam penetapan harga :

1. Penetapan harga berdasarkan biaya. Yaitu berdasarkan penetapan harga cost plus, analisis titik impas, dan berdasarkan penetapan laba yang diinginkan. 2. Penetapan harga berdasarkan nilai. Ini menggunakan persepsi nilai pembeli,

bukan struktur biaya penjual untuk penetapkan harga.

3. Penetapan harga berdasarkan harga pasar. Penetapan harga menurut keadaan dimana harga pasar menjadi patokan. Apakah lebih tinggi, lebih rendah ataupun sama ketimbang harga utamanya (Wilton,1994).

Hal-hal yang mempengaruhi harga jual, yaitu biaya penuh untuk memproduksi produk/jasa. Biaya penuh disini adalah informasi batas bawah penentuan harga


(5)

jual. Artinya : Bila biaya penuh tidak boleh lebih besar dari harga jual, supaya tidak menghasilkan “KERUGIAN” (Mulyadi, 1999).

2.3. Analisis Harga 2.3.1. Analisis Regresi

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu dengan mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam (Nugroho, 1995).

Y = f (X1, X2, X3) Dimana :

Y = Harga teh hitam PTPN IV

X1 = Biaya produksi teh hitam PTPN IV X2 = Harga pasar teh hitam

X3 = Keuntungan

2.3.2. Analisis Efisiensi harga

Efisiensi harga dapat tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi) sama dengan satu (Soekartawi, 1995).

����

�� = 1

Dimana :

NPMx = Nilai Produktivitas Marginal Faktor x Px = Harga Faktor x


(6)

2.4. KERANGKA PEMIKIRAN

Dalam penentuan harga penjualan ditemukan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi harga jual suatu produk maupun jasa. Faktor-faktor tersebut adalah biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan perusahaan.

Berikut sketsa kerangka pemikiran dari penjelasan diatas.

Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Harga 2.5. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam adalah biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan.

2. Harga teh hitam PTPN IV tidak efisien.

TEH HITAM PTPN IV

 Faktor-Faktor Harga Teh Hitam :

- Biaya Produksi - Harga Pasar - keuntungan

HARGA TEH HITAM