Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Teh Hitam PTPN IV (Studi Kasus Kantor Pusat PTPN IV Medan)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HARGA TEH HITAM PTPN IV
( Studi Kasus : Kantor Pusat PTPN IV Medan, Sumatera Utara)
SKRIPSI
OLEH : WIJI SETIAWAN
070304026
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HARGA TEH HITAM PTPN IV
( Studi Kasus : Kantor Pusat PTPN IV Medan, Sumatera Utara)
SKRIPSI OLEH : WIJI SETIAWAN
070304026
Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
( Ir. Iskandarini, M.M )
NIP.196405051994032002 NIP.196210951987031005 (Ir. M. Mozart B. Darus, M.Sc)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA TEH HITAM PTPN IV
( Studi Kasus : Kantor Pusat PTPN IV Medan, Sumatera Utara)
WIJI SETIAWAN
Harga memiliki peranan penting dalam menentukan layak atau tidaknya suatu barang diproduksi, untuk mendapatkan keuntungan dan juga menjadi tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu pemasaran karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan produk baik berupa barang maupun jasa.
Adapun tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam, 2). Untuk menganalisis nilai efisiensi harga teh hitam. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif melalui pengumpulan data sekunder dari PTPN IV dan analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS 17.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa : Harga teh hitam PTPN IV dipengaruhi secara nyata oleh harga pasar dan keuntungan, sedangkan biaya produksi tidak berpengaruh secara nyata.
(4)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 April 1989 anak dari Ayah Sutoyo dan Ibu Suparti. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut :
1. Tahun 1995 masuk Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 064021 Medan Helvetia, Medan dan menyelesaikan SD pada tahun 2001.
2. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Swasta Panca Budi Medan dan menyelesaikan SMP pada tahun 2004.
3. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Swasta Panca Budi Medan dan menyelesaikan SMA pada tahun 2007.
4. Tahun 2007 masuk di Program Studi Agiribisnis Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian USU, melalui jalur Seleksi.
Pada bulan agustus 2013, penulis melaksanakan penelitian di Kantor Pusat PTP Nusantara IV Medan. Pada tanggal 1 juli 2011 sampai dengan 30 juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Mekar Mulio Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batu Bara.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini berjudul “ Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga
Teh Hitam PTPN IV” Studi Kasus Kantor Pusat PTPN IV Medan. Adapun tujuan
penulisan skripsi ini adalah diajukan kepada Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi sebagian syarat–syarat
guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ayahanda tercinta Sutoyo dan Ibunda tersayang Suparti, penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sedalam-dalamnya
atas seluruh cinta dan pengorbanan tiada tara, serta adik-adik penulis
yaitu Siti Lestari, AM.Keb dan Muhammad Prayogi atas semua
dukungan dan doa yang diberikan.
2. Ibu Ir.Iskandarini, M.M selaku ketua komisi pembimbing yang telah
membimbing dan memberikan berbagai masukan yang berharga kepada
penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian sampai
ujian akhir.
3. Bapak Ir.M.Mozart B. Darus, M.Sc selaku anggota komisi pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan berbagai masukan yang
berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan
(6)
5. Bapak Dr. Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi
Agribisnis FP USU.
6. Kepada para dosen, staff pegawai Program Studi Agribisnis FP USU.
7. Seluruh Instansi yang terkait dalam penelitian ini, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data selama penulisan skripsi ini.
8. Kepada semua staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis
serta semua rekan mahasiswa yang tidak dapat disebutkan satu persatu
disini yang telah membantu penulis dalam menyelsaikan skripsi ini,
semoga skripsi ini bermanfaat.
9. Kepada teman-teman saya Jefri, Adolf, Alex, dan Robert SP atas
dukungan dan doanya, serta yang terkasih Nadia Safitri Siregar yang
telah membantu menyemangati penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk
itu, Penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi tercapainya
karya terbaru kedepannya.
Medan, November 2013
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ... ... i
RIWAYAT HIDUP... ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9
2.2 Landasan Teori ... 12
2.3 Analisis Harga ... 19
2.3.1 Analisis Regresi ... 19
2.3.2 Analisis Efisiensi Harga ... 19
2.4 Kerangka Pemikiran... 19
(8)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Sampel ... 21
3.2 Metode Pengambilan Data Sampel ... 21
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21
3.4 Metode Analisis Data ... 22
3.5 Interpretasi Hasil ... 24
3.5.1 Koefisien Determinasi (R2)... 24
3.5.2 Uji Parsial ... 25
3.5.3 Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Faktor-Faktor Produksi ... 25
3.6 Definisi dan Batasan Operasional ... 26
3.6.1 Definisi ... 26
3.6.2 Batasan Operasional ... 27
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Kota Medan ... 28
4.2 Kondisi Demografis Kota Medan ... 29
4.2.1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk ... 29
4.2.2 Rasio Kepadatan Penduduk ... 30
4.2.3 Kota Medan Secara Ekonomi ... 31
4.3 Kota Medan Secara Sosial... 33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Harga Jual, Jumlah Produksi, Penerimaan, Dan Biaya Produks i Teh Hitam PTPN IV ... 34
(9)
5.3 Menghitung Efisiensi Harga Teh Hitam PTPN IV ... 44
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ... 51
6.2 Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 54 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1 Daftar Harga Teh Hitam PTPN IV ... 2
2 Perkembangan Ekspor Teh 2007-2011 ... 3
3 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Menurut Status Pengusahaannya (Ton), 2007-2012 ... 4
4 Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia menurut status Pengusahaan (Ha), 2007-2012 ... 6
5 Persentase komposisi kimia daun teh segar dan bubuk teh hitam . 12 6 Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Medan ... 30
7 Luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota Medan ... 31
8 Struktur Perekonomian Kota Medan ... 32
9 Statistik Pembangunan Kota Medan... 33
10 Harga Jual Teh Hitam…………... 34
11 Jumlah produksi daun teh kering PTPN IV mulai dari tahun 2008 -2012…………... 35
12 Jumlah pendapatan perkebunan teh PTPN IV dari tahun 2008 -2012………. ... 36
13 Data biaya produksi teh hitam setiap tahunnya, 2008-2012 ... 37
14 Jumlah Biaya produksi dan Penerimaan teh hitam dari tahun 2008-2012………. ... 40
15 Pengaruh biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan/rugi terhadap harga jual PTPN IV tahun 2008-2012 ... 41
(11)
16 Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Biaya Produksi Teh Hitam PTPN IV ... 42 17 Biaya produksi teh hitam PTPN IV tahun 2008 – 2012 ... 45 18 Data efisiensi biaya setiap bahan-bahan produksi teh hitam
PTPN IV dari tahun 2009 – 2012 ... 49
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal
1 Data Perkembangan Produksi Teh Indonesia Menurut
Status Pengusahaan (Ton), 2007-2012** ... 4
2 Data Daftar Harga Teh Hitam PTPN IV... 2
3 Data Biaya Produksi Teh Hitam PTPN IV Tahun
2008-2012 ... 45
4 Jumlah Biaya Produksi dan Penerimaan Teh Hitam
Dari Tahun 2008-2012 ... 40
5 Data Pengaruh Biaya Produksi, Harga Pasar,
dan Keuntungan/Rugi Terhadap Harga Jual PTPN IV
Tahun 2008-2012 ... 41
(13)
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA TEH HITAM PTPN IV
( Studi Kasus : Kantor Pusat PTPN IV Medan, Sumatera Utara)
WIJI SETIAWAN
Harga memiliki peranan penting dalam menentukan layak atau tidaknya suatu barang diproduksi, untuk mendapatkan keuntungan dan juga menjadi tolak ukur keberhasilan suatu perusahaan. Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu pemasaran karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan produk baik berupa barang maupun jasa.
Adapun tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam, 2). Untuk menganalisis nilai efisiensi harga teh hitam. Metode analisis yang digunakan adalah deskriptif melalui pengumpulan data sekunder dari PTPN IV dan analisis regresi berganda dengan bantuan SPSS 17.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa : Harga teh hitam PTPN IV dipengaruhi secara nyata oleh harga pasar dan keuntungan, sedangkan biaya produksi tidak berpengaruh secara nyata.
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan termasuk dalam hal konsumsi
makanan maupun minuman yang semakin meningkat membuat konsumen tidak
hanya mempertimbangkan aspek selera dan pemenuhan gizi saja, tetapi juga
mempertimbangkan aspek fungsional makanan bagi kesehatan. Salah satu produk
yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan adalah minuman probiotik. Salah
satu minuman yang sudah sangat dikenal di Indonesia, bahkan didunia dan sudah
diketahui manfaatnya adalah teh. Produk teh lain yang sebenarnya sudah lama
dikenal adalah minuman fermentasi teh baik teh hitam atau teh hijau yang disebut
kombucha. Kombucha mempunyai rasa manis keasam-asaman dan mengandung
sedikit alkohol. Untuk manusia minuman ini telah terbukti dapat meningkatkan
stamina tubuh, menurunkan berat badan, menormalkan fungsi organ-organ tubuh,
mengobati asam urat, mencegah kanker dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Dalam perkembangan budidaya teh Indonesia, pengolahan teh hitam
mendapat perhatian cukup besar sehingga teh kering yang dihasilkan disukai oleh
konsumen dalam dan luar negeri. Teh hitam sudah lama menjadi komoditi ekspor
Indonesia yang sangat penting selain minyak bumi dan hasil-hasil lainnya (Arifin,
(15)
Tabel 1. Daftar harga teh hitam PTPN IV
Uraian Tahun (Rp/Kg)
2008 2009 2010 2011 2012
Teh Real 18.652 19.395 20.886 21.497 21.949
RKAP 15.922 16.326 16.672 17.223 17.891
%Perbandingan harga 14,6% 15,8% 20,2% 19,9% 18,5%
NB : RKAP = Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Real = Harga Teh di Pasar Internasional Sumber : Data Kantor PTPN IV Bagian Pemasaran
Pada tahun 2008, harga teh hitam di pasar perdagangan internasional
berkisar berada pada level Rp 18.652/kg, sementara itu PTPN IV hanya menjual
di level harga Rp 15.922/kg, ini lebih rendah 14,6% dari harga pasar. Pada tahun
2009, harga teh hitam di pasar perdagangan internasional berkisar pada level
harga Rp 19.395/kg, sementara harga PTPN IV sebesar Rp 16.326/kg, ini lebih
rendah 15,8% dari harga pasar. Pada tahun 2010, harga teh hitam di pasar
perdagangan internasional berkisar pada level harga Rp 20.886/kg, sementara
harga PTPN iv sebesar Rp 16.672/kg, ini lebih rendah 20,2% dari harga pasar.
Pada tahun 2011, harga teh hitam di pasar perdagangan internasional berkisar
pada level harga Rp 21.497/kg, sementara harga PTPN IV sebesar Rp 17.223/kg,
ini lebih rendah 19,9% dari harga pasar. Sedangkan pada tahun 2012, harga teh
hitam di pasar perdagangan internasional berkisar pada level harga Rp 21.949/kg,
sementara harga PTPN IV sebesar Rp 17.891/kg, ini lebih rendah 18,5% dari
(16)
Tabel 2. Perkembangan Ekspor Teh, 2007-2011
Sumber : Data BPS 2013
Grafik 1. Perkembangan Ekspor Teh 2007 – 2011
Teh hitam merupakan hasil olahan daun teh segar yang mengalami
fermentasi. Salah satu perkebunan teh di Sumatera yang memproduksi teh hitam
adalah PTPN IV.
Jumlah produksi teh di Indonesia selama lima tahun terakhir berfluktuasi.
Pada tahun 2007 total produksi teh Indonesia dalam bentuk daun kering sebesar
155.438 ton. Pada tahun 2008 produksi teh mengalami penurunan volume
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000
2007 2008 2009 2010 2011
Volume (ton) Nilai (US$ .000) Harga Teh Hitam (Rp.000/ton) Tahun Teh Hitam Pertumbuhan (%) Harga Teh Hitam (Rp.000/ton) Volume (ton) Nilai (US$ .000)
2007 72.544 97.997 -12,25 12.255
2008 84.151 125.144 15,99 13.625
2009 81.249 141.899 -3,4 18.604
2010 75.698 143.768 -6,8 16.941
(17)
produksi sebesar -1,39% atau menjadi 153.282 ton, sedangkan pada tahun 2009
produksi teh sebesar 152.588 ton yang berarti turun sekitar 0,45%. Produksi teh
mengalami penurunan kembali sekitar 1,03% pada tahun 2010 sehingga menjadi
sebesar 151.012 ton. Prediksi pada tahun 2011 total produksi teh Indonesia
sebesar 142.341 ton. Hal ini berarti akan mengalami penurunan sebesar 5,74%
dari tahun 2010.
Tabel 3. Perkembangan Produksi Teh Indonesia Menurut Status Pengusahaan (Ton), 2007-2012**.
Tahun PR/Smallholder PBN/Government
Plantation
PBS/Private
Plantation
Jumlah Pertumbuhan
(%)
2007 38.937 81.250 35.250 155.437 1,73
2008 38.593 81.494 33.194 153.282 -1,39
2009 45.239 71.565 35.785 152.588 -0,45
2010 50.947 68.017 32.048 151.012 -1,03
2011* 45.853 64.818 31.671 142.341 -5,74
2012** 49.520 64.482 32.243 146.245 2,74
Sumber : Data BPS 2013
NB : *) Angka sementara
(18)
Grafik 2. Perkembangan Produksi Teh Indonesia Menurut Status Pengusahaan (Ton), 2007-2012**.
Sama halnya luas areal perkebunan teh, produksi teh yang tersebar juga
berasal dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2010 produksi teh yang berasal dari
Provinsi Jawa Barat sebesar 110.636 ton, yang berarti sekitar 73,26% dari total
produksi teh Indonesia. Sementara itu provinsi lainnya yang juga merupakan
penghasil teh yang cukup besar yakni Jawa Tengah sebesar 11.357 ton (7,52%)
dan Sumatera Utara sebesar 8.327 ton (5,51%).
Perkembangan luas areal perkebunan teh di Indonesia selama lima tahun
terakhir cenderung menunjukkan penurunan yakni berkisar antara (-11,02) dan
(0,67) persen. Pada tahun 2007 lahan perkebunan teh Indonesia tercatat seluas
138.483 hektar, kemudian pada tahun 2008 menjadi 139.417 hektar sedikit
bertambah sekitar 0,65 persen. Sementara itu, pada tahun 2009 luas areal
perkebunan teh tercatat seluas 124.056 hektar atau mengalami penurunan sebesar
11,02 persen terhadap tahun sebelumnya. Demikian pula tahun 2010 luas areal
perkebunan teh mengalami penurunan sebesar 1,01 persen atau menjadi 124.056
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000
2007 2008 2009 2010 2011* 2012**
PR/Smallholder PBN/Government Plantation
PBS/Private Plantation Jumlah
(19)
hektar. Sehingga apabila dilihat dari tahun 2007 sampai dengan 2010
perkembangan luas areal perkebunan teh mengalami penurunan sebesar 11,33
persen. Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut status pengusahaan
tahun 2007-2012 dapat dilihat pada tabel berikut (BPS, 2013).
Tabel 4. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia menurut status Pengusahaan (Ha), 2007-2012
Tahun PR
(Perkebunan rakyat)
PBN
(Perkebunan Negara)
PBS
(Perkebunan
Swasta)
Jumlah Pertumbuhan
(%)
2007 60.947 41.688 35.848 138.483 -0,65
2008 60.539 44.743 34.135 139.417 0,67
2009 57.126 57.126 28.224 124.056 -11,02
2010 56.465 56.465 28.036 122.797 -1,02
2011 56.529 56.529 27.920 122.764 -0,03
2012 56.572 56.572 27.459 122.399 -0,30
(20)
Grafik 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia menurut status Pengusahaan (Ha), 2007-2012
Demikian pula luas kebun teh di PTPN IV setiap tahunnya mengalami
penurunan mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2012, yang awalnya seluas 6.837
Ha menjadi 1.608 Ha (PTPN IV, 2012).
Dilihat dari status pengusahaannya, pada tahun 2010 persentase luas areal
perkebunan teh yang diusahakan oleh perkebunan rakyat mencapai 45,98%
terhadap total luas areal perkebunan teh Indonesia, namun produksi dari
perkebunan rakyat hanya sekitar 33,74% dari total produksi teh Indonesia. Hal itu
dikarenakan produktivitas dari perkebunan rakyat umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan produktivitas perkebunan besar negara maupun swasta.
Persentase produksi teh yang diusahakan oleh perkebunan rakyat selama
periode tahun 2007-2010 yakni berkisar 25,05 s.d 33,74 persen, sedangkan
perkebunan besar negara berkisar 45,04 s.d 53,17 persen dan untuk perkebunan
besar swasta berkisar 21,22 s.d 23,45 persen. Produksi teh Indonesia tahun 2010
sebesar 151.012 ton yang berasal dari perkebunan rakyat sebesar 50.947 ton atau
0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
(Perkebunan rakyat) (Perkebunan Negara) (Perkebunan Swasta) Jumlah
(21)
sekitar 33,73%, perkebunan besar negara sebesar 68.017 ton (45,04%), dan
perkebunan besar swasta sebesar 32.048 ton (21,22%).
Dari grafik 2, diatas dapat diketahui bahwa produksi teh di Indonesia
setiap tahunnya mengalami penurunan mulai dari tahun 2007-2011, sedangkan
pada tahun 2012 mengalami peningkatan sedikit, berkisar 2,74%.
Biasanya teh digunakan sebagai bahan baku minuman. Minuman teh dapat
menimbulkan rasa segar dan dapat memulihkan kesehatan badan dan sangat
disukai masyarakat khususnya di Indonesia karena harganya relatif murah.
Perkembangan dan perubahan struktur ekonomi tidak dapat dipisahkan dari
posisi agroindustri dan agribisnis, karena sektor agribisnis ini sangat ditentukan
oleh kondisi agroindustri masa sekarang dan masa yang akan datang yang pada
akhirnya akan mempengaruhi struktur ekonomi secara keseluruhan dimasa
mendatang. Untuk itu usaha pertanian harus dikembangkan menjadi usaha
agroindustri dimana pertanian sebagai penyedia bahan baku dan industri sebagai
pengelola bahan bahan baku tersebut (Soekartawi, 2005).
Pembangunan industri juga hendaknya diarahkan pada peningkatan
kemajuan serta kemandirian perekonomian nasional, meningkatkan kemampuan
bersaing dan meningkatkan pangsa pasar dalam negeri dan pasar luar negeri
dengan selalu memelihara kelestarian lingkungan hidup. Salah satu sektor yang
ikut memberikan kontribusi terhadap kemajuan sektor pertanian adalah sektor
perkebunan. Perkebunan mempunyai peranan penting terutama dalam
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa Negara,
(22)
kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri (Dirjen Perkebunan,
2006).
Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) merupakan salah satu pelaku
perekonomian yang ikut memberikan kontribusi terhadap penerimaan Negara.
BUMN mengusahakan beragam komoditas dan pada umumnya merupakan
komoditas primadona ekspor seperti teh, kopi, tembakau, karet, kina, kelapa
sawit, dan cengkeh. BUMN perkebunan memainkan peranan yang sangat penting
dalam pembangunan perkebunan Indonesia. Selain itu BUMN perkebunan secara
konsisten berperan dalam sumber pertumbuhan, pendapatan, dan lapangan
pekerjaan bagi rakyat Indonesia, serta mempunyai andil yang tidak didominasi
oleh komponen biaya yang berasal dari sumber daya domestik, sedangkan
produknya sebagian besar diekspor dengan nilai mata uang dolar. Sehingga secara
teoritis menurunkan nilai tukar rupiah justru sangat menguntungkan bagi
subsektor perkebunan (Suprapto, 1999).
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pernyataan yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan diteliti adalah sebagai berikut :
1) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam ?
2) Bagaimana efisiensi harga teh hitam ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana efisiensi harga teh hitam,
antara lain :
1) Untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam.
(23)
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut :
1) Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara.
2) Sebagai masukan bagi pihak PTPN IV untuk lebih berhati-hati dalam
peningkatan mutu dan harga teh hitam.
3) Serta sebagai bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada
pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai analisis efisiensi harga
(24)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, termasuk genus
Camellia yang umumnya tumbuh di daerah yang beriklim tropis dengan
ketinggian ideal 1200 – 1800 meter diatas perkukaan laut, pada suhu cuaca 14 -
25°C dan curah hujan rata-rata 2500 – 3500 mm/th, dimana curah hujan minimum
1150 – 1400 mm/th, karena tanaman teh sangat tidak tahan terhadap daerah yang
panas dan kering. Namun daerah yang disukai adalah daerah yang basah dengan
curah hujan yang tinggi dan jumlah hjan yang banyak setiap tahunnya
(Anonim,1993).
Menurut Adisewojo (1982), secara umum tanaman teh terdiri dari dua
varietas besar yaitu varietas sinensis merupakan thea sinensis yang berasal dari
daerah Tibet dan Tiongkok sebelah selatan dan varietas assamica yaitu Thea
assamica yang berasal dari assamica yang berasal dari India pada tahun 1878. Thea sinensis mempunyai daun yang lebih kecil dari Thea assamica dan hasilnya
lebh sedikit dibanding dengan Thea assamica.
Istilah teh hitam juga digunakan untuk menggambarkan secangkir teh tanpa
susu, mirip dengan kopi yang dihidangkan susu maupun krim. Di negara-negara
Persemakmuran, teh hitam biasanya tidak diminum begitu saja tapi diberi susu
(25)
Komposisi kimia daun teh segar sangat berpengaruh terhadap mutu teh
hitam yang dihasilkan. Hal ini sebagai akibat perubahan kimia selama proses
pengolahan. Persentase komposisi kimia daun teh segar dan bubuk teh hitam
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Persentase komposisi kimia daun teh segar dan bubuk teh hitam
Komponen % / 100 gr berat teh
Daun Teh Segar Teh Hitam
Selulosa dan Serat Kasar 34,00 34,00
Protein 17,00 16,00
Klorofil dan pigmen lain 1,50 1,00
Pati 0,50 0,25
Tanin 25,00 13,00
Tanin teroksidasi 0,00 4,00
Theina 4,00 4,00
Asam amino 8,00 9,00
Mineral 4,00 4,00
Total Abu 5,50 5,50
Sumber : Fatkurahman, 2010
2.2. Landasan Teori
Efisiensi harga menujukkan hubungan biaya dan output. Efisiensi harga
tercapai jika perusahaan tersebut mampu memaksimalkan keuntungan yaitu
menyamakan nilai produk marginal setiap faktor produksi dengan harganya. Bila
(26)
mengalokasikan input usaha kebunnya secara efisien. Efisiensi harga ini terjadi
bila perusahaan memproduksi output yang paling disukai oleh konsumen
(McEachern, 2001).
Soekartawi (1987) menjelaskan bahwa tersedianya sarana atau faktor
produksi (input) belum berarti produktifitas yang diperoleh petani akan tinggi.
Namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien adalah upaya yang
sangat penting. Efisiensi teknis akan tercapai bila petani mampu mengalokasikan
faktor produksi sedemikian rupa sehingga produksi tinggi tercapai. Bila petani
mendapat keuntungan besar dalam usahataninya dikatakan bahwa alokasi faktor
produksi efisien secara harga. Cara ini dapat ditempuh dengan membeli faktor
produksi pada harga murah dan menjual hasil pada harga relatif tinggi. Bila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga sarana produksi dapat ditekan
tetapi harga jual tinggi, maka petani tersebut melakukan efisiensi teknis dan
efisiensi harga atau melakukan efisiensi ekonomi.
Harga merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu pemasaran karena
harga menentukan seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari penjualan
produk baik berupa barang maupun jasa. Menetapkan harga terlalu tinggi akan
menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan
mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh organisasi/ perusahaan (Tjiptono,
2004).
Kegiatan faktor produksi adalah kegiatan yang melakukan proses,
pengolahan, dan mengubah faktor-faktor produksi dari yang tidak/kurang
manfaat/gunanya menjadi memiliki nilai manfaat yang lebih. Faktor- Faktor
(27)
Kelangkaan pada suatu faktor produksi biasanya akan menyebabkan kenaikan
harga faktor produksi tersebut (Bagus, 2009).
Menetapkan harga terlalu tinggi akan menyebabkan penjualan akan
menurun, namun jika harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang
dapat diperoleh organisasi perusahaan (Gujarati, 2003).
Penerimaan adalah terjemahan dari revenue (atau sebaliknya) yaitu suatu
konsep yang menghubungkan antara jumlah barang yang diproduksi dengan harga
jual perunitnya. Konsep penerimaan tentu saja dipandang dari sisi permintaan
(bukan penawaran karena tidak semua barang yang ditawarkan akan menjadi
penerimaan (belum tentu laku dijual)) (Putong, 2002).
Secara teoritis penerimaan perusahaan bergantung pada kondisi pasar yang
dihadapinya. Bila yang dihadapinya adalah pasar persaingan sempurna maka
besarnya penerimaan sangat bergantung pada jumlah barang yang dijual saja
(elastis sempurna) atau karena tingkat harga saja (inelastis sempurna). Sedangkan
pada kondisi monopoli maka penerimaan bergantung pada tingkat harga dan
jumlah yang terjual (Putong, 2002).
Tingkat penerimaan perusahaan bergantung pada derajat elastisitas
permintaan produk yang dijual. Bila derajat elastisitas bersifat inelastis sempurna
maka untuk meningkatkan penerimaan, perusahaan akan berusaha terus
menaikkan harga jual produknya. Sebaliknya bila derajat elastisitas bersifat elastis
sempurna, maka untuk meningkatkan penerimaan haruslah memperbanyak
penjualan, perusahaan sebaliknya menaikkan harga jual, sebaliknya bila
(28)
Sebenarnya analisis keuntungan bagi perusahaan hanyalah masalah
sederhana saja bila perusahaan tidak mengalami kondisi persaingan yang ketat
dalam satu industri (pengertian industri adalah kumpulan dari perusahaan yang
menghasilkan barang yang sama), akan tetapi mengingat faktanya banyak sekali
perusahaan yang tergabung dalam satu industri maka analisis keuntungan (untung
–BEP – rugi ) menjadi begitu penting terutama analisis yang berhubungan dengan
optimalisasi produksi untuk mendapatkan keuntungan yang optimal (Putong,
2002).
Biaya produksi adalah beban yang harus ditanggung oleh produsen dalam
bentuk uang untuk menghasilkan suatu barang / jasa. Menetapkan biaya produksi
berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah
diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi.
2. Bahan-bahan pembantu atau penolong.
3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.
4. Penyusutan peralatan produksi.
5. Uang modal, sewa.
6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan,
biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi.
7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan.
8. Pajak. (Putong,2002)
Secara umum, pengolahan teh hitam di Indonesia dapat dikategorikan dalam
(29)
(Crushing-Tearing-Curling) dan LTP (Lowrie Tea Processor). Meski sistem yang digunakan
berbeda, secara prinsip proses pengolahannya tidaklah jauh berbeda.
Tahap pertama pada proses pengolahan teh hitam adalah pelayuan. Selama
proses pelayuan, daun teh akan mengalami dua perubahan yaitu perubahan
senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam daun serta menurunnya kandungan
air, sehingga daun teh menjadi lemas. Proses ini dilakukan pada alat Withering
Trough selama 14-18 jam tergantung kondisi pabrik yang bersangkutan. Hasil
pelayuan yang baik ditandai dengan pucuk layu yang berwarna hijau kekuningan,
tidak mengering, tangkai muda menjadi lentur, bila digenggam terasa lembut dan
bila dilemparkan tidak akan buyar serta timbul aroma yang khas seperti buah
masak.
Secara kimia, selama proses pengilingan merupakan proses awal terjadinya
oksimatis yaitu bertemunya polifenol dan enzim polifenol oksidase dengan
bantuan oksigen. Penggilingan akan mengakibatkan memar dan dinding sel pada
daun teh menjadi rusak. Cairan sel akan keluar dipermukaan daun secara rata.
Proses ini merupakan dasar terbentuknya mutu teh. Selama proses ini
berlangsung, katekin akan diubah menjadi theaflavin dan thearubigin yang
merupakan komponen penting baik terhadap warna, rasa maupun aroma seduhan
teh hitam. Proses ini biasanya berlangsung selama 90-120 menit tergantung
kondisi dan program giling pabrik yang bersangkutan. Mesin yang biasa
digunakan dalam proses penggilingan ini dapat berupa Open Top Roller (OTR),
Rotorvane dan Press Cup Roller (PCR) : untuk teh hitam orthodox dan Mesin
(30)
Proses ini bertujuan untuk menghentikan proses oksimatis pada saat seluruh
komponen kimia penting dalam daun teh telah secara optimal terbentuk. Proses ini
menyebabkan kadar air daun teh turun menjadi 2,5-4%. Keadaan ini dapat
memudahkan proses penyimpanan dan transportasi. Mesin yang biasa digunakan
dapat berupa ECP (Endless Chain Pressure) Dryer maupun FBD (Fluid Bed
Dryer) pada suhu 90-95°C selama 20-22 menit. Sebenarnya output dari proses ini
sudah dapat dikatakan sebagai teh hitam meski masih memerlukan proses lebih
lanjut untuk memisahkan dan mengklasifikasikan teh berdasarkan kualitasnya.
Untuk itu diperlukan proses sortasi dan grading.
Sortasi bertujuan untuk memisahkan teh kering berdasarkan warna, ukuran
dan berat. Sedangkan grading bertujuan untuk memisahkan teh berdasarkan
standar mutu yang telah disepakati secara nasional maupun internasional.
Teh yang telah disortasi dan digrading dimasukkan dalam peti miring yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam tea bulker untuk dilakukan pencampuran
(blending). Proses ini untuk menghomogenkan produk teh dalam grade yang
sama. Mengingat produk pertanian senantiasa mengalami fluktuasi kualitas, maka
produk teh dari batch ke batch dari hari ke hari senantiasa berbeda. Untuk
menghilangkan perbedaan tersebut dilakukanlah pencampuran(Ahmad, 2008).
proses produksi teh hitam.
Fresh tea leaves Indoor Wilting
Light Crushing
CTC will Full Oxidation
Full Oxidation Rolling
Drying Black Tea
(31)
Terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi harga jual produk, yaitu:
1. Biaya produksi. Semakin tinggi biaya produksi produk tersebut, maka
semakin mahal produk tersebut dijual.
2. Harga pasar. Harga pasar menentukan dalam penetapan harga dikarenakan,
jika produsen menetapkan harga terlalu tinggi dari harga pasar, maka
konsumen akan beralih ke barang yang lebih murah.
3. Keuntungan atau kerugian. Seringkali Anda terlalu memikirkan besarnya
biaya produksi tanpa memperhatikan seberapa besar laba usaha yang ingin
Anda dapatkan. Hal inilah yang terkadang membuat para pemula harus
mengalami kerugian cukup besar dalam mengawali sebuah usaha. Karena itu,
sebelum menentukan harga jual sebuah produk, pastikan bahwa Anda telah
menentukan besarnya laba yang diinginkan, agar kedepannya Anda juga bisa
menikmati keuntungan dari bisnis yang Anda jalankan (Milton dan Lawrence,
1999).
Terdapat tiga pendekatan umum dalam penetapan harga :
1. Penetapan harga berdasarkan biaya. Yaitu berdasarkan penetapan harga cost
plus, analisis titik impas, dan berdasarkan penetapan laba yang diinginkan.
2. Penetapan harga berdasarkan nilai. Ini menggunakan persepsi nilai pembeli,
bukan struktur biaya penjual untuk penetapkan harga.
3. Penetapan harga berdasarkan harga pasar. Penetapan harga menurut keadaan
dimana harga pasar menjadi patokan. Apakah lebih tinggi, lebih rendah
ataupun sama ketimbang harga utamanya (Wilton,1994).
(32)
jual. Artinya : Bila biaya penuh tidak boleh lebih besar dari harga jual, supaya
tidak menghasilkan “KERUGIAN” (Mulyadi, 1999).
2.3. Analisis Harga 2.3.1. Analisis Regresi
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menjawab tujuan penelitian
yaitu dengan mengetahui pengaruh dari faktor-faktor yang mempengaruhi harga
teh hitam (Nugroho, 1995).
Y = f (X1, X2, X3)
Dimana :
Y = Harga teh hitam PTPN IV
X1 = Biaya produksi teh hitam PTPN IV
X2 = Harga pasar teh hitam
X3 = Keuntungan
2.3.2. Analisis Efisiensi harga
Efisiensi harga dapat tercapai apabila perbandingan antara nilai
produktivitas marjinal masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi)
sama dengan satu (Soekartawi, 1995).
���� �� = 1
Dimana :
NPMx = Nilai Produktivitas Marginal Faktor x
(33)
2.4. KERANGKA PEMIKIRAN
Dalam penentuan harga penjualan ditemukan beberapa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi harga jual suatu produk maupun jasa. Faktor-faktor tersebut
adalah biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan perusahaan.
Berikut sketsa kerangka pemikiran dari penjelasan diatas.
Kerangka Pemikiran Analisis Efisiensi Harga 2.5. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan landasan teori yang dibuat maka dapat diajukan beberapa
hipotesis sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam adalah biaya produksi,
harga pasar, dan keuntungan.
TEH HITAM PTPN IV
Faktor-Faktor Harga Teh Hitam :
- Biaya Produksi - Harga Pasar - keuntungan
HARGA TEH HITAM
(34)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Metode Penentuan Daerah Sampel
Penelitian ini dilakukan di kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Daerah
penelitian ini dipilih secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa instansi
atau lembaga ini merupakan pengelola kebun teh terbesar di sumatera utara.
Dengan memanfaatkan sumber data sekunder dari PTPN IV ini, diharapkan dapat
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi teh hitam PTPN
IV, baik lokal maupun internasional. Selain itu data sekunder tersebut digunakan
untuk melengkapi hasil penelitian yang akan membantu dalam penyelesaian
skripsi ini.
3.2. Metode Pengambilan Data Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah sampel data mengenai
segala hal yang mempengaruhi biaya produksi teh hitam tahun 2008 sampai
dengan tahun 2012 di PTPN IV untuk melihat pengaruh harga dari waktu yang
lalu dengan yang akan datang dengan penelitian sebelumnya, berbagai terbitan
dan publikasi lain yang terkait dengan teh hitam baik cetak maupun elektronik
(internet).
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari lembaga serta instansi terkait seperti
(35)
3.4. Metode Analisis Data
Nugroho (1995), mengemukakan bahwa selama ini dikenal dua bentuk
analisis yang lazim digunakan yaitu analisis regresi dan analisis rasio.
Untuk identifikasi masalah (1), menggunakan analisis regresi dengan
menyusun suatu model dari tingkat output tertentu sebagai fungsi dari berbagai
tingkat input tertentu. Seperti digambarkan dalam persamaan berikut :
Y = f (X1, X2, X3)
dimana :
Y = Harga Jual Teh Hitam PTPN IV
X1 = Biaya Produks i Teh Hitam PTPN IV
X2 = Harga Pasar Teh Hitam
X3 = Keuntungan
Kemudian fungsi tersebut ditranformasikan ke dalam model persamaan
regresi linier berganda (multiple regression) dengan spesifikasi model sebagai
berikut :
Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + µ dimana :
Y = Harga PTPN IV
X1 = Harga Pasar
X2 = Biaya Produksi
X3 = Keuntungan
α = Konstanta
β1- β3 = Koefisien regresi µ = Term of error
(36)
Persamaan regresi akan menghasilkan estimasi hubungan yang dapat
digunakan untuk memprediksi tingkat output yang dihasilkan oleh suatu unit pada
tingkat input tertentu. Unit tersebut akan dinilai efisien bila mampu menghasilkan
jumlah output yang lebih banyak dibandingkan dengan jumlah output hasil
estimasi. Sebagaimana dalam analisis rasio, analisis regresi juga tidak mampu
mengatasi kondisi di mana terdapat banyak jenis output dan jenis inputnya.
Karena hanya satu indikator yang bisa ditampung dalam sebuah persamaan
regresi. Bila dilakukan penggabungan banyak output / input dalam satu indikator,
maka informasi yang dihasilkan menjadi tidak rinci lagi (Nugroho, 1995).
Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah :
H0 : Harga pasar tidak akan berpengaruh terhadap harga teh hitam.
H1 : Harga pasar akan berpengaruh terhadap harga teh hitam.
H0 : Biaya produksi tidak akan berpengaruh terhadap harga teh hitam.
H1 : Biaya produksi akan berpengaruh terhadap harga teh hitam.
H0 : Keuntungan tidak akan berpengaruh terhadap harga teh hitam.
(37)
Untuk identifikasi masalah (2), menggunakan Analisis rasio mengukur
efisiensi harga dengan cara membandingkan antara nilai produksi marginal yang
digunakan dengan harga barang seperti persamaan berikut :
���� �� = 1
Dimana :
NPMx = Nilai Produksi Marginal input x
Px = Harga faktor produksi x
Jika ����
�� > 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, input x harus ditambah. Jika ����
�� < 1 Maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus dikurangi. Efisiensi harga
dapat tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal
masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi) sama dengan satu. Kondisi ini
menghendaki NPM sama dengan harga faktor produksi (Soekartawi, 1995).
3.5.Interpretasi Hasil
3.5.1. Koefisien Determinasi (R2)
Dalam suatu penelitian yang bersifat observasi, perlu diperhatikan seberapa
jauh model yang terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Dalam
analisis regresi dikenal dengan suatu ukuran yang dapat dipergunakan untuk
keperluan tersebut, yang dikenal dengan koefisien determinasi. Dimana nilai
koefisien determinasi ini merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar
sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan
(38)
ini mendekati angka 1, maka variabel independen semakin mendekati hubungan
dengan variabel dependen sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model
tersebut dapat dibenarkan (Gujarati, 2003). Adapun kegunaan koefisien
determinasi adalah :
Sebagai ukuran ketepatan/kecocokan garis regresi yang dibuat dari hasil
estimasi terhadap sekelompok data hasil observasi. Semakin besar nilai R2, maka
semakin bagus garis regresi yang terbentuk, dan semakin kecil R2, maka semakin
tidak tepat garis regresi tersebut yang mewakili data hasil observasi.
Untuk mengukur proporsi (Presentase) dari jumlah variasi Y yang
diterangkan oleh model regresi atau untuk mengukur besar sumbangan dari
variabel X terhadap variabel Y.
3.5.2. Uji parsial (Uji t-statistik)
Dengan Kriteria Uji :
a. Jika th > tt maka ada pengaruh nyata terhadap variabel bebas terhadap variabel
terikat.
Rumus : th =
�ℎ ��(�ℎ) Dimana :
th = t hitung
SE = Standar error koefisien
ah = Koefisien regresi hasil estimasi untuk variabel ke-h
3.5.3. Analisis Efisiensi Harga Penggunaan Faktor-Faktor Produksi
Uji efisiensi digunakan untuk melihat apakah input atau faktor produksi
yang digunakan pada perkebunan teh hitam di PTPN IV sudah efisien atau belum.
(39)
Efisiensi adalah upaya penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan
produksi yang sebesar-besarnya. Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan
antara nilai produktivitas marjinal (NPMx) sama dengan biaya input tersebut (Px).
(Soekartawi, 1995). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
����=������ ����
�� = 1
��.�� =������ ��.��
��
Dimana :
PM = Produk Marginal
Py = Harga Barang Y
Px = Harga faktor produksi X
NPMx = Nilai Produktivitas Marginal Faktor X
Jika ����
�� > 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, input x harus ditambah. ����
�� < 1 Maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus dikurangi. Efisiensi harga dapat
tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing-masing
input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi) sama dengan satu. Kondisi ini
menghendaki NPM sama dengan harga faktor produksi (Soekartawi, 1995).
3.6. Definisi dan Batasan Operasional 3.6.1. Definisi
• Efisiensi harga teh hitam adalah perbandingan antara nilai produktivitas marginal dengan harga inputnya.
(40)
• Permintaan teh adalah jumlah kebutuhan teh konsumsi yang dibutuhkan oleh masyarakat.
• Penawaran teh adalah jumlah teh yang didistribusikan ke berbagai daerah dan di ekspor.
• NPMx adalah Nilai Produksi Marginal Faktor x.
3.6.2. Batasan Operasional
• Teh hitam yang diteliti adalah teh hitam yang diproduks i oleh PTPN IV.
• Penelitian dilakukan dengan mencari informasi yang didapat dari pihak PTPN IV maupun data dari BPS untuk mengetahui jumlah produksi dan
harga yang diberikan oleh pihak PTPN IV sendiri maupun pihak
pemerintah, baik harga jual dalam negeri maupun ekspor.
(41)
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Kondisi Geografis Kota Medan
Sebagai salah satu daerah otonom yang berstatus kota, maka kedudukan,
fungsi, dan peranan kota medan cukup penting dan strategis baik secara regional
maupun nasional. Kota medan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara, sering
digunakan sebagai tolak ukur dalam pembangunan dan penyelenggaraan
pemerintahan daerah di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis kota Medan
memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di
bagian utara sehingga relatif dekat dengan kota-kota lain yang berada dijalur
perdagangan dikawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan surat keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara
No.140.22/2772.K/1996 tertanggal 30 September 1996 tentang pendefenitif 7
kelurahan Kotamadya daerah Tingkat II Medan berdasarkan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 35Tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan
Kotamadya Tingkat II, Medan dimekarkan menjadi 21 Kecamatan dengan 151
kelurahan dan 2001 lingkungan.
Secara goegrafis Kota Medan terletak pada posisi 2o.27’ - 2o.47’ Lintang
Utara dan 98o.35’ – 98o.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 – 37,5 Meter
diatas Permukaan laut dengan batas:
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang.Sebelah Selatan
(42)
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka.
Kota Medan memiliki ikllim tropis dengan suhu minimum menurut
Stasiun Polonia pada tahun 2010 berkisar antara 23.04oC- 24.84oC dan suhu
maksimum berkisar antara 32.73oC- 34.47oC. Kelembapan udara di kota Medan
rata – rata 76.67 – 80 % dan kecepatan angin rata rata sebesar 1,81 m/sec
sedangkan rata – rata total laju penguapan tiap bulannya 123.89 mm. Hari hujan
di kota Medan pada tahun 2010 perbulannya 15.25 hari dengan rata – rata curah
hujan perbulannya 161.67 mm.
4.2. Kondisi Demografis Kota Medan
Penduduk kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur
agama, suku, etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini
memunculkan karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat
terbuka.Secara demografi Kota Medan pada saat ini sedang mengalami masa
transisi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu keadaan
dimana tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang
mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir
masyarakat dan perobahan sosial ekonominya. Disisi lain adanya faktor perbaikan
gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
4.2.1. Jumlah Dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data BPS Kota Medan dan BKP Kota Medan diketahui ada
peningkatan penduduk kota Medan dari 2.121.053 jiwa pada tahun 2009 menjadi
2.125.772 jiwa pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan sebesar 0,22%.
(43)
tumbuh sebesar 2,1%. Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan dapat dilihat
pada tabel 6.
Tahun
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Laju Pertumbuhan Penduduk (%)
2007 2.083.156 0,77
2008 2.102.105 0,901429757
2009 2.121.053 0,89332987
2010 2.125.772 0,221989941
2011
2012
2.173.224
2.197.542
2,183484077
1,011189826
Tabel 6. Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk Kota Medan
4.2.2. Rasio kepadatan penduduk
Keadaan jumlah penduduk yang semakin meningkat di kota Medan juga
mengakibatkan peningkatan rasio kepadatan penduduk. Hal ini dikarenakan luas
wilayah kota Medan tidak mengalami perubahan. Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa
rasio kepadatan penduduk kota Medan mengalami peningkatan dari 8.001
jiwa/km2 pada tahun 2009 menjadi 8019 jiwa/km2 dan meningkat kembali pada
tahun 2012 menjadi 8.289 jiwa/km2. Kecenderungan semakin menyempitnya luas
lahan berpeluang menyebabkan terjadinya ketidakseimbnagan antara daya dukung
(44)
Tahun
Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Luas Wilayah Kota
Medan (Km2)
Kepadatan Penduduk
(Jiwa)
2007 2.083.156 265,1 7.858
2008 2.102.105 265,1 7.929
2009 2.121.053 265,1 8.001
2010 2.125.772 265,1 8.019
2011
2012
2.173.224
2.197.542
265,1
265,1
8.198
8.289
Tabel 7. Luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota Medan
4.2.3. Kota Medan Secara Ekonomi
Pada hakekatnya pembangunan ekonomi daerah adalah serangkaian usaha
dan kebijakan yang bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
lapangan kerja dan pemerataan pembagian pendapatan masyarakat. Kinerja
pembangunan ekonomi daerah mempunyai peranan yang amat penting karen
keberhasilan di bidang ekonomi dapat menyediakan sumberdaya yang lebih luas
bagi pembangunan daerah dibidang lainnya. Oleh karena itu aspek ekonomi
secara umum dijadikan salah satu ukuran penting untuk menilai kemajuan,
kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat daerah.
Peranan atau kontribusi sektor ekonomi menunjukkan besarnya
kemampuan masing masing sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah dan
menggambarkan kemampuan memproduksi barang dan jasa dari masing - masing
sektor ekonomi. Untuk mengetahui struktur ekonomi Kota Medan dapat dilihat
dari kontribusi setiap sektor dalam pembentukan PDRB Menurut lapangan usaha
(45)
No Kelompok Sektor
Kontribusi Terhadap PDRB (%)
2006 2007 2008 2009 2010
1. Pertanian 2,922071143 2,84539 2,815364964 2,773967057 2,670971293
2. Pertambangan 0,00671444 0,005572 0,004427228 0,004086098 0,003540779
Primer 2,928785583 2,850963 2,819792193 2,778053155 2,674512072
3. Industri 16,29600773 16,283 15,96378925 14,89163407 14,97391646
4. Listrik,Gas & Air 2,257239211 1,876795 1,750853965 1,706837263 1,698901554
5. Bangunan 9,817391792 9,774275 9,548551377 9,498382083 9,782078884
Sekunder 28,37063874 27,93407 27,2631946 26,09685342 26,4548969
6. Perdagangan 25,98332772 25,43829 25,91609161 26,7419496 26,9242361
7. Pengangkutan 18,76075999 19,02185 19,0824883 19,95842327 18,94836237
8. Keuangan 13,40943305 14,12717 14,62587775 13,79799948 14,27489476
9. Jasa 10,54705492 10,62765 10,29255555 10,62672108 10,72309779
Tersier 68,70057568 69,21497 69,91701321 71,12509343 70,87059103
Jumlah 100 100 100 100 100
Tabel 8. Struktur Perekonomian Kota Medan
Berdasarkan tabel 8, struktur ekonomi kota medan tidak jauh berbeda
selama rentang waktu 2006 – 2010. Untuk sektor perdagangan merupakan sektor
yang peling besar peranannya terhadap pembentukan PDRB Kota Medan diikuti
sektor pengangkutan. Selanjutnya sektor industri, sektor keuangan dan yang
terakhir sektor bangunan atau kontruksi. Sedangkan sektor yang paling
berkontribusi sedikit adalah pertambangan, diikuti sektor listrik, gas dan air dan
(46)
4.3. Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan
kemanan, dan ketertiban, agamadan lainnya, merupakan faktor penjuang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan.
IPM (Indeks Pembangunan Masyarakat) kota Medan mengalami
peningkatan selama masa waktu 2007 – 2010 dimana mengindikasikan bahwa
tingkat kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat cenderung semakin membaik.
Selain itu peningkatan ini juga meningkatkan daya beli dan pendapatan
masyarakat sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatan dan tingkat
pendidikan yang ditandai yang bertambahnya usia harapan hidup, rata – rata lama
bersekolah dan meningkatnya konsumsi (daya beli) perkapita masyarakat Kota
Medan.
Tahun
Harapan Hidup
Melek Huruf
Rata-rata lama sekolah
Pengeluaran riil per kapita
IPM
(Tahun) (%) (Tahun) (000 Rp) HDI
2007 71,1 99,1 10,7 620,7 75,6
2008 71,5 99,29 10,7 631,05 76,7
2009 71,7 99,31 10,8 632,32 76,99
2010 71,7 99,31 10,8 632,32 76,99
(47)
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Harga Jual, Jumlah Produksi, Penerimaan, dan Biaya Produksi Teh Hitam PTPN IV
Harga jual teh pada tahun 2008-2012 mengalami peningkatan, namun hal
ini tidak memberikan perkembangan yang signifikan untuk pertumbuhan
perkebunan teh di Indonesia, karena pertumbuhannya tidak sejalan dengan
produktivitas yang dihasilkan oleh perkebunan, sehingga pihak PTPN ataupun
perusahaan swasta mengalami kerugian setiap tahunnya.
Uraian Tahun (Rp/Kg)
2008 2009 2010 2011 2012
Teh Real 18.652 19.395 20.886 21.497 21.949
RKAP 15.922 16.326 16.672 17.223 17.891
NB : RKAP = Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
Tabel 10. Harga Jual Teh Hitam
0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000
2008 2009 2010 2011 2012
Teh Real Teh RKAP
(48)
Melihat dari pertumbuhan harga teh hitam di pasaran, dapat dilihat bahwa
harga teh hitam mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun hal ini tidak
sesuai dengan pertumbuhan produktivitas tanaman teh di Indonesia. Sehingga
berdampak pada penurunan pendapatan.
Tabel 11. Jumlah produksi daun teh kering PTPN IV mulai dari tahun 2008 -2012.
Tahun Jumlah Produksi Daun Teh Kering (Ton) Pertumbuhan (%)
2008 20.428 -
2009 10.076 -50,675
2010 9.336 -7,344
2011 11.698 25,299
2012 16.506 41,101
Grafik 5. Jumlah produksi daun teh kering PTPN IV mulai dari tahun 2008 -2012.
0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000
2008 2009 2010 2011 2012
Jumlah Produksi Daun Teh Kering
(Ton)
Jumlah Produksi Daun Teh Kering (Ton)
(49)
Berdasarkan data dari tahun 2008 – 2012 dapat kita lihat pertumbuhan
jumlah produksi teh kering PTPN IV. Dimana hasil daun teh kering pada tahun
2008 mencapai 20.428 ton, sedangkan pada tahun 2009 sebesar 10.076 ton,
menurun sebesar 50,675%. Pada tahun 2010 sebesar 9.336 ton, menurun sebesar
7,344% dibandingkan tahun 2009. Pada tahun 2011 sebesar 11.698 ton,
meningkat sebesar 25,299% dibandingkan pada tahun 2010. Pada tahun 2012
sebesar 16.506 ton, meningkat sebesar 41,101% dibandingkan tahun 2011.
Tabel 12. Jumlah pendapatan perkebunan teh PTPN IV dari tahun 2008 -2012.
Tahun Penerimaan (Rp .000) Pertumbuhan (%)
2008 174.789.632 -
2009 142.122.580 -18,689
2010 122.673.363 -13,684
2011 123.360.621 0,560
2012 95.028.130 -22,967
Grafik 6. Jumlah pendapatan perkebunan teh PTPN IV dari tahun 2008 -2012.
50.000.000 100.000.000 150.000.000 200.000.000
Penerimaan (Rp .000)
(50)
Dari tabel diatas dapat dilihat setiap tahunnya pendapatan teh hitam PTPN
IV menurun. Hal ini selain diakibatkan produksi teh hitam yang semakin
menurun, juga akibat konversi lahan teh ke lahan kelapa sawit. Sehingga produksi
bahan produksi berupa daun teh segar semakin menurun.
Tabel 13. Data biaya produksi teh hitam setiap tahunnya, 2008-2012.
Biaya produksi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga
suatu produk. Dalam hal ini biaya produksi teh hitam PTPN IV di kelompokkan
berdasarkan tahun anggarannya, sebagai berikut.
1. Biaya Produksi Tahun 2008
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 16.340.000.000,- Rp 27.675.000.000,- Rp 27.548.000.000,- Rp 35.233.000.000,- Rp 39.956.000.000,- Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 146.752.000.000,-
- Penyusutan Rp 8.775.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 155.527.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 3.434.000.000,-
(51)
2. Biaya Produksi Tahun 2009
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 15.021.000.000,- Rp 20.405.000.000,- Rp 16.183.000.000,- Rp 30.247.000.000,- Rp 34.373.000.000,- Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 116.229.000.000,-
- Penyusutan Rp 8.237.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 124.466.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 2.331.000.000,-
Jumlah biaya produksi seluruh kebun Rp 126.797.000.000,-
3. Biaya Produksi Tahun 2010
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 15.351.000.000,- Rp 24.411.000.000,- Rp 24.566.000.000,- Rp 33.843.000.000,- Rp 36.463.000.000,- Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 134.634.000.000,-
- Penyusutan Rp 7.945.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 142.579.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 3.151.000.000,-
(52)
4. Biaya Produksi Tahun 2011
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 15.589.000.000,- Rp 21.964.000.000,- Rp 14.332.000.000,- Rp 34.099.000.000,- Rp 36.884.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 122.868.000.000,-
- Penyusutan Rp 7.972.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 130.840.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 2.728.000.000,-
Jumlah biaya produksi seluruh kebun Rp 133.568.000.000,-
5. Biaya Produksi Tahun 2012
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 14.236.000.000,- Rp 10.985.000.000,- Rp 6.262.000.000,- Rp 18.029.000.000,- Rp 18.296.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 67.809.000.000,-
- Penyusutan Rp 6.109.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 73.919.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 3.691.000.000,-
(53)
Tabel 14. Jumlah Biaya produksi dan Penerimaan teh hitam dari tahun 2008-2012
Tahun Biaya Produksi
(Rp .0000)
Penerimaan
(Rp .0000)
Laba/Rugi=
Penerimaan-Biaya produksi
(Rp .0000)
2008 158.961.000 174.789.632 16.828.632
2009 126.797.000 142.122.580 15.325.580
2010 145.730.000 122.673.363 -23.056.637
2011 133.568.000 123.360.621 -10.207.379
2012 77.609.000 95.028.130 17.419.130
Grafik 7. Jumlah Biaya produksi dan Pendapatan teh hitam dari tahun 2008-2012
Pendapatan teh hitam mengalami kerugian mulai pada tahun 2010-2011,
hal ini diakibatkan produktivitas daun teh kering menurun, sehingga jumlah teh
hitam yang dihasilkan menurun ( dapat dilihat pada tabel 10 ). Sedangkan biaya
produksi meningkat, sehingga muncul ketidak seimbangan antara input dan output
-50.000.000 0 50.000.000 100.000.000 150.000.000 200.000.000
2008 2009 2010 2011 2012
Biaya Produksi (Rp .0000) Penerimaan (Rp .0000) Laba/Rugi= Penerimaan-Biaya produksi (Rp .0000)
(54)
Namun pada tahun 2012, produktivitas kembali meningkat, sehingga
perusahaan mendapatkan keuntungan. Hal ini juga diakibatkan meningkatnya
jumlah produksi daun teh segar, sebagai bahan dasar pembuatan teh hitam.
5.2. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Harga Teh Hitam PTPN IV
Teh hitam merupakan hasil fermentasi dari daun teh hijau dengan melalui
beberapa proses produksi pengolahan dan pengeringan. Dalam hal ini teh hitam
memiliki manfaat yang sangat baik untuk tubuh manusia. Teh hitam juga banyak
diminati oleh konsumen, karena memiliki aroma dan tingkat ketahanan yang lebih
lama dibandingkan teh hijau. Bila teh hijau biasanya kehilangan rasanya dalam
setahun, rasa teh hitam tetap bertahan selama beberapa tahun.
Tabel 15. Pengaruh biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan/rugi terhadap harga jual PTPN IV tahun 2008-2012
Tahun Harga PTPN
IV (Rp/ton)
Harga Pasar (Rp/ton)
Biaya Produksi (Rp)
Keuntungan (Rp)
2008 15922000 18652000 157961000000 16828632000 2009 16326000 19395000 126797000000 15325580000 2010 16672000 20886000 145730000000 -23056637000 2011 17223000 21497000 133568000000 -10207379000 2012 17891000 21949000 77609000000 17419130000
Dalam persamaan ini yang diketahui variabel bebas terdiri dari biaya produksi
(X1), harga pasar (X2), dan keuntungan (X3). Dari variabel bebas tersebut akan
dilihat seberapa besar pengaruhnya terhadap harga teh hitam PTPN IV sebagai
variabel dependen (variabel terikat).
Maka dalam hal ini akan muncul persamaan sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + µ
Keterangan :
(55)
a = Konstanta intersep
b1-b3 = Koefisien variabel regresi
X1 = Biaya Produksi
X2 = Harga Pasar
X3 = Keuntungan
µ = Random error
Setelah diproses dengan menggunakan software SPSS (Statistikal Product and
Service Solution) maka didapat data sebagai berikut :
Tabel 16. Analisis Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Produksi Teh Hitam PTPN IV
Variabel
Bebas
Koefisien Regresi
Standar
Error
T-hitung Signifikan
Constant 429459,601 314687,901 13,647 (*)
X1=Biaya Produksi 0,0004511 0,000 0,839 (**)
X2=Harga Pasar 0,606 0,012 50,415 (*)
X3=Keuntungan 0,01498 0,000 20,812 (*)
R-Square= 1,000
F-Hitung= 8542,046 0,008b
F-Tabel= 215,7
T-Tabel=2,131
Keterangan : ** = tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%
(56)
Persamaan yang diperoleh dari analisis tabel 14 adalah :
Y = 4294596,601 + 0,0004511X1 + 0,606X2 + 0,01498X3 + µ
Dari model diatas dihasilkan koefisien determinasi sebesar 1,000. Hal ini
menunjukkan bahwa 100% variasi variabel harga teh hitam PTPN IV dapat
dijelaskan oleh variabel bebas biaya produksi teh hitam, harga teh hitam di pasar,
dan keuntungan.
Secara serempak pengaruh variabel harga teh hitam PTPN IV dapat
dijelaskan oleh variabel bebas biaya produksi teh hitam, harga teh hitam di pasar,
dan keuntungan/rugi adalah nyata pada taraf 95%. Hal ini dapat ditunjukkan pada
uji F, yaitu F-hitung = 8542,046 > F-tabel = 215,7 dan nilai signifikansi 0,008.
Dari persyaratan untuk melihat apakah persamaan dilakukan uji F dengan kriteria
penilaian adalah jika F-hitung > F-tabel adalah signifikan, dan didapat F-hitung =
8542,046 dan F-tabel = 215,7 (Lampiran 6), sehingga persamaan yang digunakan
adalah Linier.
Secara parsial, variabel biaya produksi berpengaruh terhadap harga teh
hitam PTPN IV. Pengaruh tersebut tidak nyata pada taraf kepercayaan 95%. Nilai
koefisien biaya produksi teh hitam sebesar 0,0004511, menunjukkan jika biaya
produksi naik Rp 1 juta/ton, maka akan menaikkan harga teh hitam PTPN IV
sebesar Rp 451,1/ton. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ditolak H0 dan
diterima H1.
Secara parsial, variabel harga pasar teh hitam berpengaruh terhadap harga
teh hitam PTPN IV. Pengaruh tersebut nyata pada taraf kepercayaan 95%. Nilai
koefisien harga pasar teh hitam sebesar 0,606, menunjukkan jika harga pasar teh
(57)
Rp 606.000/ton. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ditolak H0 dan
diterima H1.
Secara parsial, variabel keuntungan berpengaruh terhadap harga teh hitam
PTPN IV. Pengaruh tersebut nyata pada taraf kepercayaan 95%. Nilai koefisien
keuntungan sebesar 0,01498, menunjukkan jika keuntungan naik Rp 1 juta/ton,
maka akan menaikkan harga teh hitam PTPN IV sebesar Rp 14.980/ton. Sehingga
dapat diambil kesimpulan bahwa ditolak H0 dan diterima H1.
Maka dalam hal ini hipotesis (1) diterima, karena faktor harga pasar merupakan
faktor yang dapat mempengaruhi harga teh hitam PTPN IV.
Pembahasan Identifikasi Masalah II
5.3 Menghitung Efisiensi Harga Teh Hitam PTPN IV ����=������ ����
�� =�
Dimana :
NPMx = Nilai Produksi Marginal produk teh hitam
Px = Harga faktor produksi teh hitam
NPMx = PM x Py
Dimana :
PM = Produk Marginal
Py = Harga Teh hitam PTPN IV
Jika ����
�� > 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, input x harus ditambah. Jika ����
�� < 1 Maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus dikurangi. Efisiensi harga
(58)
masing-masing input (NPMxi) dengan harga inputnya (Pxi) sama dengan satu. Kondisi ini
menghendaki NPM sama dengan harga faktor produksi (Soekartawi, 1995).
Tabel 17. Biaya produksi teh hitam PTPN IV tahun 2008 - 2012
Keterangan Biaya produksi dalam Rp jutaan (.000.000)
2008 2009 2010 2011 2012
Biaya tidak langsung
16.340 15.021 15.351 15.589 14.236
Biaya tanaman menghasilkan
27.675 20.405 24.411 21.964 10.985
Biaya pemupukan
27.548 16.183 24.566 14.332 6.262
Biaya panen dan pengangkutan
35.233 30.247 33.843 34.099 18.029
Biaya pengolahan
39.956 34.373 36.463 36.884 18.296
Penyusutan
8.775 8.237 7.945 7.972 6.109
Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah)
3.434 2.331 3.151 2.728 3.691
Jumlah biaya
158.961 126.797 145.730 133.568 77.609
- Efisiensi untuk biaya tidak langsung
Pada tahun 2008 nilai efisiensinya 0,19. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2009 nilai efisiensinya 0,092. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2010 nilai efisiensinya 0,096. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2011 nilai efisiensinya 0,11. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
(59)
dikurangi. Pada tahun 2012 nilai efisiensinya 0,113. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi.
- Efisiensi untuk biaya tanaman menghasilkan
Pada tahun 2008 nilai efisiensinya 0,068. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi.Pada tahun 2009 nilai efisiensinya 0,05. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2010 nilai efisiensinya 0,038. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2011 nilai efisiensinya 0,056. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2012 nilai efisiensinya 0,19. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi.
- Efisiensi untuk biaya pemupukan
Pada tahun 2008 nilai efisiensinya 0,068. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2009 nilai efisiensinya 0,08. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2010 nilai efisiensinya 0,038. Ini berarti ����
(60)
dikurangi. Pada tahun 2011 nilai efisiensinya 0,131. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2012 nilai efisiensinya 0,584. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi.
- Efisiensi untuk biaya panen dan pengangkutan
Pada tahun 2008 nilai efisiensinya 0,042. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2009 nilai efisiensinya 0,023. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2010 nilai efisiensinya 0,02. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2011 nilai efisiensinya 0,023. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2012 nilai efisiensinya 0,071. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi.
- Efisiensi untuk biaya pengolahan
Pada tahun 2008 nilai efisiensinya 0,032. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2009 nilai efisiensinya 0,018. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
(61)
dikurangi. Pada tahun 2010 nilai efisiensinya 0,017. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2011 nilai efisiensinya 0,02. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2012 nilai efisiensinya 0,068. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi.
- Efisiensi untuk biaya penyusutan
Pada tahun 2008 nilai efisiensinya 0,671. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2009 nilai efisiensinya 0,307. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2010 nilai efisiensinya 0,359. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x tidak efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2011 nilai efisiensinya 0,423. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi. Pada tahun 2012 nilai efisiensinya 0,614. Ini berarti ����
�� < 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
dikurangi.
- Efisiensi untuk biaya pihak ke III (pembelian + pengolahan)
Pada tahun 2008 nilai efisiensinya 4,38. Ini berarti ����
(62)
ditambah. Pada tahun 2009 nilai efisiensinya 3,839. Ini berarti ����
�� > 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
ditambah. Pada tahun 2010 nilai efisiensinya 2,285. Ini berarti ����
�� > 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
ditambah. Pada tahun 2011 nilai efisiensinya 3,616. Ini berarti ����
�� > 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus
ditambah. Pada tahun 2012 nilai efisiensinya 1,682. Ini berarti ����
�� > 1 maka penggunaan input x belum efisien. Untuk mencapai efisien, maka input x harus di.
Dalam hal ini nilai efisiensi harga setiap tahunnya dapat dikelompokkan dalam
tabel, sebagai berikut :
Tabel 18. Data efisiensi biaya setiap bahan-bahan produksi teh hitam PTPN IV dari tahun 2009 - 2012.
Efisiensi 2008 2009 2010 2011 2012
Biaya tidak langsung
0,19 0,092 0,096 0,11 0,113
Biaya tanaman menghasilkan
0,068 0,05 0,038 0,056 0,19
Biaya pemupukan
0,068 0,08 0,038 0,131 0,584
Biaya panen dan pengangkutan
0,042 0,023 0,02 0,023 0,071
Biaya pengolahan
0,032 0,018 0,017 0,02 0,068
Penyusutan
0,671 0,307 0,359 0,423 0,614
Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah)
4,38 3,839 2,285 3,616 1,682
Rata-rata
(63)
Dalam tabel 16, dapat dilihat bahwa harga jual teh hitam yang ditentukan
oleh PTPN IV belum efisien. Hal ini dapat dilihat dari data efisiensi biaya
bahan-bahan produksi teh hitam. Penggunaan input produksi yang belum efisien, maka
perlu menambahkan kuantitas penggunaan input produksi, sedangkan penggunaan
input yang tidak efisien maka perlu mengurangi kuantitas penggunaan input
produksi. Hal ini sesuai dengan hukum the law of diminishing return, yaitu
apabila suatu input ditambahkan maka akan terjadi penambahan hasil. Namun,
apabila input tersebut ditambahkan secara terus-menerus, maka pertambahan hasil
yang dihasilkan akan semakin menurun.
Hipotesis 2 diterima, yaitu harga teh hitam PTPN IV adalah tidak efisien.
Untuk mencapai efisiensi harga, maka besaran biaya produksi setiap input berkisar sebagai berikut :
Tabel 19. Biaya produksi teh hitam yang efisien tahun 2008-2012.
Keterangan Biaya produksi dalam Rp jutaan (.000.000)
2008 2009 2010 2011 2012
Biaya tidak langsung
11.830 10.021 8.351 9.589 9.236
Biaya tanaman menghasilkan
16.605 16.405 17.411 15.964 10.485
Biaya pemupukan
12.980 8.983 18.566 9.332 6.262
Biaya panen dan pengangkutan
22.763 17.247 25.843 24.099 17.029
Biaya pengolahan
22.356 17.673 27.463 26.884 17.296
Penyusutan
2.875 1.827 1.945 2.072 2.309
Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah)
3.454 2.332 3.160 2.928 3.121
Jumlah biaya
92.863 74.488 102.739 90.868 65.738
(64)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
- Faktor biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan merupakan faktor
yang dapat mempengaruhi harga teh hitam PTPN IV. Hal ini dapat dilihat
dari :
1. Setiap kenaikan harga pasar sebesar Rp 1 jt/ton, maka harga teh hitam
PTPN IV akan naik sebesar Rp 606.000/ton.
2. Setiap kenaikan biaya produksi sebesar Rp 1 jt/ton, maka harga teh
hitam PTPN IV akan naik sebesar Rp 451/ton.
3. Setiap kenaikan keuntungan sebesar Rp 1 jt/ton, maka harga teh hitam
PTPN IV akan naik sebesar Rp 14.980/ton.
- Harga teh hitam PTPN IV tidak efisiensi, karena nilai efisiensinya lebih
kecil dari 1. Hal ini menyebabkan banyaknya penggunaan bahan baku
yang berlebihan dalam proses produksi teh hitam, sehingga biaya produksi
(65)
6.2. Saran
- Dalam penggunaan bahan baku produksi, PTPN IV harus bisa
menggunakan bahan baku secara efisien. Sehingga tidak berlebihan atau
kekurangan antara satu bahan dengan bahan yang lainnya. Sehingga
penggunaan biaya produksi dapat diefisiensikan dengan harga penjualan.
Penggunaan biaya produksi input-input teh hitam akan efisien, jika :
1. Pada penggunaan biaya tidak langsung pada tahun 2008-2012 harus
dikurangi sebesar 20-50% dari biaya yang sebenarnya. Data dapat
dilihat pada tabel 18.
2. Pada penggunaan biaya tanaman menghasilkan pada tahun 2008-2012
harus dikurangi sebesar 10-40% dari biaya sebenarnya. Data dapat
dilihat pada tabel 18.
3. Pada penggunaan biaya pemupukan pada tahun 2008-2012 harus
dikurangi sebesar 10-60% dari biaya sebenarnya. Data dapat dilihat
pada tabel 18.
4. Pada penggunaan biaya panen dan pengangkutan pada tahun
2008-2012 harus dikurangi sebesar 10-40% dari biaya sebenarnya. Data
dapat dilihat pada tabel 18.
5. Pada penggunaan biaya pengolahan pada tahun 2008-2012 harus
dikurangi sebesar 10-40% dari biaya sebenarnya. Data dapat dilihat
pada tabel 18.
6. Pada penggunaan biaya penyusutan pada tahun 2008-2012 harus
(66)
7. Pada penggunaan biaya pihak III (pembelian + biaya olah) pada tahun
2008-2012 harus ditambah sebesar 1-10% dari biaya sebenarnya. Data
(1)
Gujarati. 2003. Dasar Ekonometrika. Edisi keenam. Erlangga. Jakarta.
McEachern, William. (2001) Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta. PT. Salemba Empat.
Milton F.Usry dan Lawrence H.Hammer. 1999. Akuntansi Biaya. Edisi 10. Jakarta : Erlangga
Mulyadi, 1999. Akuntansi Biaya. Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada
Nugroho, Sahid Susilo, 1995. Analisis DEA dan Pengukuran Efisiensi. Jurnal Kelola / 8 / IV. Yogyakarta.
Putong, Iskandar. 2002. Ekonomi Mikro dan Makro. Ghalia Indonesia. Jakarta. Santoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Komputindo. Jakarta. Soekartawi. 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Grafindo Pesada.
Jakarta.
______. 1987. Agribisnis, teori dan Aplikasi. Penerbit Rajawali Press. Jakarta. ______. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.
Suprapto, Ato. 1999. Konsep dan Kebijakan Agribisnis Nasional. Seminar Nasional Peranan Agribisnis dalam Pembinaan Ekonomi Kerakyatan. FPUA Unand. Padang
Tjiptono, Fandy. 2004. Manajemen Jasa. Andi. Yogyakarta
Wibowo, Larasati S. 2012. Analisis Efisiensi Alokatif Faktor-faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang.
(2)
Lampiran 1. Perkembangan Produksi Teh Indonesia Menurut Status Pengusahaan (Ton), 2007-2012**.
Tahun PR/Smallholder PBN/Government Plantation
PBS/Private Plantation
Jumlah Pertumbuhan (%)
2007 38.937 81.250 35.250 155.437 1,73
2008 38.593 81.494 33.194 153.282 -1,39
2009 45.239 71.565 35.785 152.588 -0,45
2010 50.947 68.017 32.048 151.012 -1,03
2011* 45.853 64.818 31.671 142.341 -5,74
2012** 49.520 64.482 32.243 146.245 2,74
Sumber : Data BPS 2013 NB : *) Angka sementara
**) Angka estimasi
Lampiran 2. Daftar harga teh hitam
Uraian Tahun (Rp/Kg)
2008 2009 2010 2011 2012
Teh Real 18.652 19.395 20.886 21.497 21.949 RKAP 15.922 16.326 16.672 17.223 17.891 NB : RKAP = Rencana Kerja Anggaran Perusahaan
Sumber : Data Kantor PTPN IV Bagian Pemasaran
Lampiran 3. Data biaya produksi teh hitam setiap tahunnya, 2008-2012 Biaya Produksi Tahun 2008
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 16.340.000.000,- Rp 27.675.000.000,- Rp 27.548.000.000,- Rp 35.233.000.000,- Rp 39.956.000.000,- Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 145.752.000.000,-
- Penyusutan Rp 8.775.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 154.527.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 3.434.000.000,- Jumlah biaya produksi seluruh kebun Rp 158.961.000.000,-
(3)
Biaya Produksi Tahun 2009
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 15.021.000.000,- Rp 20.405.000.000,- Rp 16.183.000.000,- Rp 30.247.000.000,- Rp 34.373.000.000,- Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 116.229.000.000,-
- Penyusutan Rp 8.237.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 124.466.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 2.331.000.000,- Jumlah biaya produksi seluruh kebun Rp 126.797.000.000,-
Biaya Produksi Tahun 2010
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 15.351.000.000,- Rp 24.411.000.000,- Rp 24.566.000.000,- Rp 33.843.000.000,- Rp 36.463.000.000,- Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 134.634.000.000,-
- Penyusutan Rp 7.945.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 142.579.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 3.151.000.000,- Jumlah biaya produksi seluruh kebun Rp 145.730.000.000,-
Biaya Produksi Tahun 2011
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 15.589.000.000,- Rp 21.964.000.000,- Rp 14.332.000.000,- Rp 34.099.000.000,- Rp 36.884.000.000,- Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 122.868.000.000,-
(4)
Biaya Produksi Tahun 2012
Keterangan Biaya Produksi
- Biaya tidak langsung
- Biaya tanaman menghasilkan - Biaya pemupukan
- Biaya panen dan pengangkutan - Biaya pengolahan
Rp 14.236.000.000,- Rp 10.985.000.000,- Rp 6.262.000.000,- Rp 18.029.000.000,- Rp 18.296.000.000,- Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Penyusutan) Rp 67.809.000.000,-
- Penyusutan Rp 6.109.000.000,-
Jumlah biaya produksi kebun sendiri (excl Pembelian) Rp 73.919.000.000,- - Biaya pihak III (Pembelian + Biaya Olah) Rp 3.691.000.000,- Jumlah biaya produksi seluruh kebun Rp 77.609.000.000,-
Sumber : Data Kantor PTPN IV Bagian Pemasaran
Lampiran 4. Jumlah Biaya produksi dan Penerimaan teh hitam dari tahun 2008-2012
Tahun Biaya Produksi Penerimaan Laba/Rugi=
Penerimaan-Biaya produksi 2008 Rp 158.961.000.000,- Rp 174.789.632.000,- Rp 16.828.632.000,- 2009 Rp 126.797.000.000,- Rp 142.122.580.000,- Rp 15.325.580.000,- 2010 Rp 145.730.000.000,- Rp 122.673.363.000,- Rp -23.056.637.000,- 2011 Rp 133.568.000.000,- Rp 123.360.621.000,- Rp -10.207.379.000,- 2012 Rp 77.609.000.000,- Rp 95.028.130.000,- Rp 17.419.130.000,- Sumber : Data Kantor PTPN IV Bagian Pemasaran
Lampiran 5. Pengaruh biaya produksi, harga pasar, dan keuntungan/rugi terhadap harga jual PTPN IV tahun 2008-2012
Tahun Harga PTPN IV (Rp/ton)
Harga Pasar (Rp/ton)
Biaya Produksi (Rp)
Keuntungan (Rp)
2008 15922000 18652000 157961000000 16828632000
2009 16326000 19395000 126797000000 15325580000
2010 16672000 20886000 145730000000 -23056637000
2011 17223000 21497000 133568000000 -10207379000
(5)
Lampiran 6. Hasil Regresi Linear Berganda Menggunakan SPSS dengan Variabel Bebas, Biaya Produksi, Harga Pasar, dan Keuntungan/Rugi Tahun 2008 - 2012
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics Durbin-Watson
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change
1 1,000a 1,000 1,000 9,63879 1,000 8542,046 3 1 ,008 3,366
a. Predictors: (Constant), Keuntungan, biaya produksi, harga pasaran b. Dependent Variable: harga ptpn
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2380829893686
,152 3
793609964562,
051 8542,046 ,008
b
(6)
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 4294596,601 314687,901 13,647 ,047
biaya produksi 4,511E-007 ,000 ,018 ,839 ,555
harga pasaran ,606 ,012 1,102 50,415 ,013
Keuntungan 1,498E-005 ,000 ,363 20,812 ,031