Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Teh Hitam PTPN IV (Studi Kasus Kantor Pusat PTPN IV Medan)

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesadaran masyarakat terhadap kesehatan termasuk dalam hal konsumsi makanan maupun minuman yang semakin meningkat membuat konsumen tidak hanya mempertimbangkan aspek selera dan pemenuhan gizi saja, tetapi juga mempertimbangkan aspek fungsional makanan bagi kesehatan. Salah satu produk yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan adalah minuman probiotik. Salah satu minuman yang sudah sangat dikenal di Indonesia, bahkan didunia dan sudah diketahui manfaatnya adalah teh. Produk teh lain yang sebenarnya sudah lama dikenal adalah minuman fermentasi teh baik teh hitam atau teh hijau yang disebut kombucha. Kombucha mempunyai rasa manis keasam-asaman dan mengandung sedikit alkohol. Untuk manusia minuman ini telah terbukti dapat meningkatkan stamina tubuh, menurunkan berat badan, menormalkan fungsi organ-organ tubuh, mengobati asam urat, mencegah kanker dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Dalam perkembangan budidaya teh Indonesia, pengolahan teh hitam mendapat perhatian cukup besar sehingga teh kering yang dihasilkan disukai oleh konsumen dalam dan luar negeri. Teh hitam sudah lama menjadi komoditi ekspor Indonesia yang sangat penting selain minyak bumi dan hasil-hasil lainnya (Arifin, 1994).


(2)

Tabel 1. Daftar harga teh hitam PTPN IV

Uraian Tahun (Rp/Kg)

2008 2009 2010 2011 2012

Teh Real 18.652 19.395 20.886 21.497 21.949 RKAP 15.922 16.326 16.672 17.223 17.891 %Perbandingan harga 14,6% 15,8% 20,2% 19,9% 18,5%

NB : RKAP = Rencana Kerja Anggaran Perusahaan Real = Harga Teh di Pasar Internasional Sumber : Data Kantor PTPN IV Bagian Pemasaran

Pada tahun 2008, harga teh hitam di pasar perdagangan internasional berkisar berada pada level Rp 18.652/kg, sementara itu PTPN IV hanya menjual di level harga Rp 15.922/kg, ini lebih rendah 14,6% dari harga pasar. Pada tahun 2009, harga teh hitam di pasar perdagangan internasional berkisar pada level harga Rp 19.395/kg, sementara harga PTPN IV sebesar Rp 16.326/kg, ini lebih rendah 15,8% dari harga pasar. Pada tahun 2010, harga teh hitam di pasar perdagangan internasional berkisar pada level harga Rp 20.886/kg, sementara harga PTPN iv sebesar Rp 16.672/kg, ini lebih rendah 20,2% dari harga pasar. Pada tahun 2011, harga teh hitam di pasar perdagangan internasional berkisar pada level harga Rp 21.497/kg, sementara harga PTPN IV sebesar Rp 17.223/kg, ini lebih rendah 19,9% dari harga pasar. Sedangkan pada tahun 2012, harga teh hitam di pasar perdagangan internasional berkisar pada level harga Rp 21.949/kg, sementara harga PTPN IV sebesar Rp 17.891/kg, ini lebih rendah 18,5% dari harga pasar.


(3)

Tabel 2. Perkembangan Ekspor Teh, 2007-2011

Sumber : Data BPS 2013

Grafik 1. Perkembangan Ekspor Teh 2007 – 2011

Teh hitam merupakan hasil olahan daun teh segar yang mengalami fermentasi. Salah satu perkebunan teh di Sumatera yang memproduksi teh hitam adalah PTPN IV.

Jumlah produksi teh di Indonesia selama lima tahun terakhir berfluktuasi. Pada tahun 2007 total produksi teh Indonesia dalam bentuk daun kering sebesar

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

2007 2008 2009 2010 2011

Volume (ton) Nilai (US$ .000) Harga Teh Hitam (Rp.000/ton) Tahun Teh Hitam Pertumbuhan (%) Harga Teh Hitam (Rp.000/ton) Volume (ton) Nilai (US$ .000)

2007 72.544 97.997 -12,25 12.255 2008 84.151 125.144 15,99 13.625 2009 81.249 141.899 -3,4 18.604 2010 75.698 143.768 -6,8 16.941 2011 65.925 132.402 -12,9 17.857


(4)

produksi sebesar -1,39% atau menjadi 153.282 ton, sedangkan pada tahun 2009 produksi teh sebesar 152.588 ton yang berarti turun sekitar 0,45%. Produksi teh mengalami penurunan kembali sekitar 1,03% pada tahun 2010 sehingga menjadi sebesar 151.012 ton. Prediksi pada tahun 2011 total produksi teh Indonesia sebesar 142.341 ton. Hal ini berarti akan mengalami penurunan sebesar 5,74% dari tahun 2010.

Tabel 3. Perkembangan Produksi Teh Indonesia Menurut Status Pengusahaan (Ton), 2007-2012**.

Tahun PR/Smallholder PBN/Government Plantation

PBS/Private Plantation

Jumlah Pertumbuhan (%)

2007 38.937 81.250 35.250 155.437 1,73

2008 38.593 81.494 33.194 153.282 -1,39

2009 45.239 71.565 35.785 152.588 -0,45

2010 50.947 68.017 32.048 151.012 -1,03

2011* 45.853 64.818 31.671 142.341 -5,74

2012** 49.520 64.482 32.243 146.245 2,74

Sumber : Data BPS 2013 NB : *) Angka sementara


(5)

Grafik 2. Perkembangan Produksi Teh Indonesia Menurut Status Pengusahaan (Ton), 2007-2012**.

Sama halnya luas areal perkebunan teh, produksi teh yang tersebar juga berasal dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2010 produksi teh yang berasal dari Provinsi Jawa Barat sebesar 110.636 ton, yang berarti sekitar 73,26% dari total produksi teh Indonesia. Sementara itu provinsi lainnya yang juga merupakan penghasil teh yang cukup besar yakni Jawa Tengah sebesar 11.357 ton (7,52%) dan Sumatera Utara sebesar 8.327 ton (5,51%).

Perkembangan luas areal perkebunan teh di Indonesia selama lima tahun terakhir cenderung menunjukkan penurunan yakni berkisar antara (-11,02) dan (0,67) persen. Pada tahun 2007 lahan perkebunan teh Indonesia tercatat seluas 138.483 hektar, kemudian pada tahun 2008 menjadi 139.417 hektar sedikit bertambah sekitar 0,65 persen. Sementara itu, pada tahun 2009 luas areal perkebunan teh tercatat seluas 124.056 hektar atau mengalami penurunan sebesar 11,02 persen terhadap tahun sebelumnya. Demikian pula tahun 2010 luas areal

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000

2007 2008 2009 2010 2011* 2012**

PR/Smallholder PBN/Government Plantation

PBS/Private Plantation Jumlah


(6)

hektar. Sehingga apabila dilihat dari tahun 2007 sampai dengan 2010 perkembangan luas areal perkebunan teh mengalami penurunan sebesar 11,33 persen. Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut status pengusahaan tahun 2007-2012 dapat dilihat pada tabel berikut (BPS, 2013).

Tabel 4. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia menurut status Pengusahaan (Ha), 2007-2012

Tahun PR

(Perkebunan rakyat)

PBN

(Perkebunan Negara)

PBS (Perkebunan

Swasta)

Jumlah Pertumbuhan (%)

2007 60.947 41.688 35.848 138.483 -0,65

2008 60.539 44.743 34.135 139.417 0,67

2009 57.126 57.126 28.224 124.056 -11,02

2010 56.465 56.465 28.036 122.797 -1,02

2011 56.529 56.529 27.920 122.764 -0,03

2012 56.572 56.572 27.459 122.399 -0,30


(7)

Grafik 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia menurut status Pengusahaan (Ha), 2007-2012

Demikian pula luas kebun teh di PTPN IV setiap tahunnya mengalami penurunan mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2012, yang awalnya seluas 6.837 Ha menjadi 1.608 Ha (PTPN IV, 2012).

Dilihat dari status pengusahaannya, pada tahun 2010 persentase luas areal perkebunan teh yang diusahakan oleh perkebunan rakyat mencapai 45,98% terhadap total luas areal perkebunan teh Indonesia, namun produksi dari perkebunan rakyat hanya sekitar 33,74% dari total produksi teh Indonesia. Hal itu dikarenakan produktivitas dari perkebunan rakyat umumnya lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas perkebunan besar negara maupun swasta.

Persentase produksi teh yang diusahakan oleh perkebunan rakyat selama periode tahun 2007-2010 yakni berkisar 25,05 s.d 33,74 persen, sedangkan perkebunan besar negara berkisar 45,04 s.d 53,17 persen dan untuk perkebunan besar swasta berkisar 21,22 s.d 23,45 persen. Produksi teh Indonesia tahun 2010

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012

(Perkebunan rakyat) (Perkebunan Negara) (Perkebunan Swasta) Jumlah


(8)

sekitar 33,73%, perkebunan besar negara sebesar 68.017 ton (45,04%), dan perkebunan besar swasta sebesar 32.048 ton (21,22%).

Dari grafik 2, diatas dapat diketahui bahwa produksi teh di Indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan mulai dari tahun 2007-2011, sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sedikit, berkisar 2,74%.

Biasanya teh digunakan sebagai bahan baku minuman. Minuman teh dapat menimbulkan rasa segar dan dapat memulihkan kesehatan badan dan sangat disukai masyarakat khususnya di Indonesia karena harganya relatif murah.

Perkembangan dan perubahan struktur ekonomi tidak dapat dipisahkan dari posisi agroindustri dan agribisnis, karena sektor agribisnis ini sangat ditentukan oleh kondisi agroindustri masa sekarang dan masa yang akan datang yang pada akhirnya akan mempengaruhi struktur ekonomi secara keseluruhan dimasa mendatang. Untuk itu usaha pertanian harus dikembangkan menjadi usaha agroindustri dimana pertanian sebagai penyedia bahan baku dan industri sebagai pengelola bahan bahan baku tersebut (Soekartawi, 2005).

Pembangunan industri juga hendaknya diarahkan pada peningkatan kemajuan serta kemandirian perekonomian nasional, meningkatkan kemampuan bersaing dan meningkatkan pangsa pasar dalam negeri dan pasar luar negeri dengan selalu memelihara kelestarian lingkungan hidup. Salah satu sektor yang ikut memberikan kontribusi terhadap kemajuan sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Perkebunan mempunyai peranan penting terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa Negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan


(9)

kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri (Dirjen Perkebunan, 2006).

Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) merupakan salah satu pelaku perekonomian yang ikut memberikan kontribusi terhadap penerimaan Negara. BUMN mengusahakan beragam komoditas dan pada umumnya merupakan komoditas primadona ekspor seperti teh, kopi, tembakau, karet, kina, kelapa sawit, dan cengkeh. BUMN perkebunan memainkan peranan yang sangat penting dalam pembangunan perkebunan Indonesia. Selain itu BUMN perkebunan secara konsisten berperan dalam sumber pertumbuhan, pendapatan, dan lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia, serta mempunyai andil yang tidak didominasi oleh komponen biaya yang berasal dari sumber daya domestik, sedangkan produknya sebagian besar diekspor dengan nilai mata uang dolar. Sehingga secara teoritis menurunkan nilai tukar rupiah justru sangat menguntungkan bagi subsektor perkebunan (Suprapto, 1999).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pernyataan yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam ? 2) Bagaimana efisiensi harga teh hitam ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana efisiensi harga teh hitam, antara lain :


(10)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut :

1) Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2) Sebagai masukan bagi pihak PTPN IV untuk lebih berhati-hati dalam peningkatan mutu dan harga teh hitam.

3) Serta sebagai bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai analisis efisiensi harga teh hitam.


(1)

Grafik 2. Perkembangan Produksi Teh Indonesia Menurut Status Pengusahaan (Ton), 2007-2012**.

Sama halnya luas areal perkebunan teh, produksi teh yang tersebar juga berasal dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 2010 produksi teh yang berasal dari Provinsi Jawa Barat sebesar 110.636 ton, yang berarti sekitar 73,26% dari total produksi teh Indonesia. Sementara itu provinsi lainnya yang juga merupakan penghasil teh yang cukup besar yakni Jawa Tengah sebesar 11.357 ton (7,52%) dan Sumatera Utara sebesar 8.327 ton (5,51%).

Perkembangan luas areal perkebunan teh di Indonesia selama lima tahun terakhir cenderung menunjukkan penurunan yakni berkisar antara (-11,02) dan (0,67) persen. Pada tahun 2007 lahan perkebunan teh Indonesia tercatat seluas 138.483 hektar, kemudian pada tahun 2008 menjadi 139.417 hektar sedikit bertambah sekitar 0,65 persen. Sementara itu, pada tahun 2009 luas areal perkebunan teh tercatat seluas 124.056 hektar atau mengalami penurunan sebesar 11,02 persen terhadap tahun sebelumnya. Demikian pula tahun 2010 luas areal

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000

2007 2008 2009 2010 2011* 2012**

PR/Smallholder

PBN/Government Plantation

PBS/Private Plantation


(2)

hektar. Sehingga apabila dilihat dari tahun 2007 sampai dengan 2010 perkembangan luas areal perkebunan teh mengalami penurunan sebesar 11,33 persen. Perkembangan luas areal perkebunan teh menurut status pengusahaan tahun 2007-2012 dapat dilihat pada tabel berikut (BPS, 2013).

Tabel 4. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia menurut status Pengusahaan (Ha), 2007-2012

Tahun PR

(Perkebunan rakyat)

PBN

(Perkebunan Negara)

PBS (Perkebunan

Swasta)

Jumlah Pertumbuhan (%)

2007 60.947 41.688 35.848 138.483 -0,65

2008 60.539 44.743 34.135 139.417 0,67

2009 57.126 57.126 28.224 124.056 -11,02

2010 56.465 56.465 28.036 122.797 -1,02

2011 56.529 56.529 27.920 122.764 -0,03

2012 56.572 56.572 27.459 122.399 -0,30


(3)

Grafik 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Teh Indonesia menurut status Pengusahaan (Ha), 2007-2012

Demikian pula luas kebun teh di PTPN IV setiap tahunnya mengalami penurunan mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2012, yang awalnya seluas 6.837 Ha menjadi 1.608 Ha (PTPN IV, 2012).

Dilihat dari status pengusahaannya, pada tahun 2010 persentase luas areal perkebunan teh yang diusahakan oleh perkebunan rakyat mencapai 45,98% terhadap total luas areal perkebunan teh Indonesia, namun produksi dari perkebunan rakyat hanya sekitar 33,74% dari total produksi teh Indonesia. Hal itu dikarenakan produktivitas dari perkebunan rakyat umumnya lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas perkebunan besar negara maupun swasta.

Persentase produksi teh yang diusahakan oleh perkebunan rakyat selama periode tahun 2007-2010 yakni berkisar 25,05 s.d 33,74 persen, sedangkan perkebunan besar negara berkisar 45,04 s.d 53,17 persen dan untuk perkebunan besar swasta berkisar 21,22 s.d 23,45 persen. Produksi teh Indonesia tahun 2010

0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000

2007 2008 2009 2010 2011 2012

(Perkebunan rakyat) (Perkebunan Negara) (Perkebunan Swasta) Jumlah


(4)

sekitar 33,73%, perkebunan besar negara sebesar 68.017 ton (45,04%), dan perkebunan besar swasta sebesar 32.048 ton (21,22%).

Dari grafik 2, diatas dapat diketahui bahwa produksi teh di Indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan mulai dari tahun 2007-2011, sedangkan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sedikit, berkisar 2,74%.

Biasanya teh digunakan sebagai bahan baku minuman. Minuman teh dapat menimbulkan rasa segar dan dapat memulihkan kesehatan badan dan sangat disukai masyarakat khususnya di Indonesia karena harganya relatif murah.

Perkembangan dan perubahan struktur ekonomi tidak dapat dipisahkan dari posisi agroindustri dan agribisnis, karena sektor agribisnis ini sangat ditentukan oleh kondisi agroindustri masa sekarang dan masa yang akan datang yang pada akhirnya akan mempengaruhi struktur ekonomi secara keseluruhan dimasa mendatang. Untuk itu usaha pertanian harus dikembangkan menjadi usaha agroindustri dimana pertanian sebagai penyedia bahan baku dan industri sebagai pengelola bahan bahan baku tersebut (Soekartawi, 2005).

Pembangunan industri juga hendaknya diarahkan pada peningkatan kemajuan serta kemandirian perekonomian nasional, meningkatkan kemampuan bersaing dan meningkatkan pangsa pasar dalam negeri dan pasar luar negeri dengan selalu memelihara kelestarian lingkungan hidup. Salah satu sektor yang ikut memberikan kontribusi terhadap kemajuan sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Perkebunan mempunyai peranan penting terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa Negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan


(5)

kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri (Dirjen Perkebunan, 2006).

Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) merupakan salah satu pelaku perekonomian yang ikut memberikan kontribusi terhadap penerimaan Negara. BUMN mengusahakan beragam komoditas dan pada umumnya merupakan komoditas primadona ekspor seperti teh, kopi, tembakau, karet, kina, kelapa sawit, dan cengkeh. BUMN perkebunan memainkan peranan yang sangat penting dalam pembangunan perkebunan Indonesia. Selain itu BUMN perkebunan secara konsisten berperan dalam sumber pertumbuhan, pendapatan, dan lapangan pekerjaan bagi rakyat Indonesia, serta mempunyai andil yang tidak didominasi oleh komponen biaya yang berasal dari sumber daya domestik, sedangkan produknya sebagian besar diekspor dengan nilai mata uang dolar. Sehingga secara teoritis menurunkan nilai tukar rupiah justru sangat menguntungkan bagi subsektor perkebunan (Suprapto, 1999).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pernyataan yang diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi harga teh hitam ? 2) Bagaimana efisiensi harga teh hitam ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana efisiensi harga teh hitam, antara lain :


(6)

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut :

1) Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2) Sebagai masukan bagi pihak PTPN IV untuk lebih berhati-hati dalam peningkatan mutu dan harga teh hitam.

3) Serta sebagai bahan informasi dalam bentuk penelitian kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi mengenai analisis efisiensi harga teh hitam.