SINTESIS DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN SELUL

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008

SINTESIS DAN UJI KEMAMPUAN MEMBRAN SELULOSA ASETAT DARI
NATA DE COCO SEBAGAI MEMBRAN ULTRAFILTRASI UNTUK
MENYISIHKAN ZAT WARNA PADA AIR LIMBAH ARTIFISIAL
Muhammad Lindu 1, Tita Puspitasari 2, Erna Ismi 3
1

Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap dan Teknologi Lingkungan, Universitas Trisakti,
Jl. Kyai Tapa No.1, Jakarta 11440
2
Badan Tenaga Nuklir, Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi, P.O.BOX 7010 JKSKL, Jakarta 12070
E-mail : [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak
Telah dilakukan percobaan skala laboratorium untuk mensintesis dan mengkaji kemampuan teknologi membran
ultafiltrasi dari nata de coco dalam menyisihkan zat warna air limbah artifisial. Telah diperoleh membran selulosa
asetat dari nata de coco dengan variasi konsentrasi perendam NaOH 2 % (CA-1), 4 % (CA-2). Selulosa asetat hasil
asetilasi memiliki kadar asetil sebesar 45,20 % (CA-1) dan 44,80% (CA-2). Analisis FTIR menunjukkan serapan khas
gugus C=O Karbonil pada bilangan gelombang 1755,2 cm-1 (CA-1) dan 1752,25 cm-1 (CA-2) serta gugus C-O Asetil
pada bilangan gelombang 1232 cm-1 sampai 1240 cm-1. Kinerja kedua jenis membran diuji pada tekanan 2 bar, 4 bar

dan 6 bar baik dengan air murni maupun air limbah artifisial. Dari hasil penelitian, nilai fluks air murni yang dihasilkan
oleh membran CA-1 yaitu 16,2420 L/m2.jam−32,2452 L/m2.jam dengan nilai koefisien permeabilitas adalah
5,915 L/m2.jam.bar dan nilai fluks membran CA-2 8,1210 L/m2.jam −24,1242 L/m2.jam nilai koefisien permeabilitas
adalah 3,945 L/m2.jam.bar. Air limbah artifisial mengandung zat warna cibacron red dengan konsentrasi 50 ppm, 75
ppm, 100 ppm. Kinerja membran CA-1 dengan nilai fluks yaitu 4,54 L/m2.jam−22,21 L/m2.jam dan nilai permeabilitas
2,7553 L/m2.jam.bar − 3,5657 L/m2.jam.bar serta nilai rejeksi 39,88%−63,89%. Membran CA-2 dengan nilai fluks 2,39
L/m2.jam −21,50 L/m2.jam dan nilai permeabilitas 2,3118 L/m2.jam.bar−3,3269 L/m2.jam.bar serta nilai rejeksi yaitu
54,32%−90,68 %

Abstract
A laboratory scale experiment to study the synthesizing and applicability of ultrafiltration membrane technology
from nata de coco to eliminate the color of artificially water waste. The membrane used was cellulose acetate based
membrane from nata de coco, composed by soaking of NaOH and acetic acid by concentration of 2% (CA-1) and 4%
(CA-2). The Acetate celluloses resulting from acetylation have content of acetyl as much as 45.20 % (CA-1) and
44.80% (CA-2). FTIR’s analysis shows typical group absorption of carbonyl C=O in the number of wave 1755.2 cm-1
(CA-1) and 1752.25 cm-1 (CA-2) and group of Acetyl C-O in number wave of 1232 cm-1 – 1240 cm-1. The performance
of Both type of membranes tested by pressure of 2 bar, 4 bar and 6 bar. The result shows, The fluks CA-1 with pure
water’s 16,2420 L/m2.jam−32,2452 L/m2.hour and the fluks CA-2 with was 8,1210 L/m2.jam−24,1242 L/m2.hour. The
cibacron red was used with artificially water waste concentration 50 ppm, 75 ppm, 100 ppm. The Test Result with
artificially waste water, the fluks of the membrane CA-1 was 4,54 L/m2.jam−22,21 L/m2.jam and the permeability of

2,7553 L/m2.jam.bar−3,5657 L/m2.jam.bar with rejects 39,88%−63,89%. The fluks of the membrane CA-2 was 2,39
L/m2.jam −21,50 L/m2.jam and the permeability of 2,3118 L/m2.jam.bar−3,3269 L/m2.jam.bar with rejects
54,32%−90,68 %
Keywords: Fluks, Membran Selulosa Asetat, Nata de coco, Rejects, Permeability

107

108

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008

1. Pendahuluan
Perkembangan teknologi membran sebagai unit
pengolah limbah saat ini sangat pesat dan banyak
digunakan dalam proses pemisahan. Teknologi
membran dipilih karena prosesnya yang sangat
sederhana, konsumsi energi yang digunakan rendah,
tidak merusak material, tidak menggunakan zat kimia
tambahan dan tidak menghasilkan limbah baru
sehingga tergolong sebagai clean technology.

Operasi membran dapat diartikan sebagai proses
pemisahan dua atau lebih komponen dari aliran fluida
melalui suatu penghalang tipis yang sangat selektif
diantara dua fasa, hanya dapat melewatkan komponen
tertentu dan menehan komponen lain (Mulder, 1996).
Teknologi membran selulosa asetat dari nata de coco
ini belum banyak dimanfaatkan untuk proses
pemisahan terutama untuk pengelolaan air limbah.
Limbah industri terutama industri tekstil banyak
mengandung zat warna. Zat warna merupakan partikel
yang mempunyai ukuran < 10 µm (Streese et al.,
2005), sehingga sulit diendapkan. Oleh karena itu
membran selulosa asetat dari nata de coco akan dicoba
diaplikasikan pada proses pemisahan antara air dengan
zat warna dari suatu aliran fluida yang dilewatkan
melalui membran
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan membran
selulosa asetat melalui teknik inversi fasa dan untuk
mengetahui kemampuan membran selulosa asetat dari
nata de coco memfiltrasi zat warna maka digunakan air

umpan yaitu air artifisial. Kandungan zat warna dalam
air artifisial yaitu 50 ppm, 75 ppm dan 100 ppm dan
tekanan operasi yang diberikan pada membran yaitu 2
bar, 4 bar, 6 bar.

tahap asetilasi dilakukan selama 20 jam dan tahap
hidrolisis dilakukan selama 20 jam.
Analisis Kadar Asetil. Untuk melihat kadar asetil
digunakan persamaan dibawah ini :

⎛F⎞
Kadaraseti
l(%) = [(D −C)Na+ ( A− B)Nb]×⎜ ⎟
⎝W ⎠

(3.1)

Dimana :
A = ml NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi sampel
B = ml NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi blanko

C = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi sampel
D = ml HCl yang dibutuhkan untuk titrasi blanko
Na = Normalitas HCl
Nb = Normalitas NaOH
F = 4,305 untuk kadar asetil dan 6,005 untuk kadar
asam asetat
W = Bobot sampel
Analisis Gugus Fungsi. Analisis gugus fungsi
dilakukan dengan menggunakan alat spektrofotometer
Fourier Transform Infra Red (FTIR) pada bilangan
gelombang 450 cm-1−4000 cm-1.
Morfologi Membran. Analisis morfologi membran
dilakukan dengan menggunakan peralatan Scanning
Elactron Microscope (SEM) type JEOL jsm 35 °C.
Pada teknik SEM, berkas elektron dengan energi
kinetik sebesar 1- 25 kV ditembakkan pada sampel.
Paada penelitian ini digunakan pembesaran 5000 kali.

2.Metode Penelitian
Bahan. Air kelapa dan bakteri Acetobacter xylinum.

Air limbah artifisial berasal dari campuran air aquades
dengan zat warna cibacron red.
Pembuatan Nata De Coc.o Air kelapa difermentasi
oleh bakteri Acetobacter xylinum menjadi nata de
coco. Waktu inkubasi selama enam hari.
Permurnian Selulosa Mikrobial. Proses ini dilakukan
dengan merendam selulosa nata de coco yang telah
direbus ke dalam larutan NaOH dan larutan asam asetat
dengan variasi konsentrasi larutan perendam NaOH
dan asam asetat 2 % (CA-1) dan 4 % (CA-2) .
Pembuatan Selulosa Asetat. Proses pembuatan
selulosa asetat mencakup tiga tahap penting, yaitu
tahap swelling dilakukan selama 1 jam dan 45 menit,

Penetuan Nilai Fluks dan Koefisien Permeabilitas.
Penentuan nilai-nilai fluks (J) dan koefisien
permeabilitas (Lp) dilakukan dengan melewatkan air
murni pada membran yang diuji. Dalam pengukuran
fluks terdapat proses kompaksi. Nilai fluks (J) untuk
masing-masing tekanan operasi diperoleh dengan

membagi gradien kurva aliran volume permeat (V)
terhadap waktu (t) pada keadaan konstan dengan luas
permukaan membran (A), seperti terlihat pada rumus
3.2 [2] sebagai berikut :

J=

1× v
A× t

(3.2)

Dengan persamaan dibawah ini didapatkan koefisien
permeabilitas :

J = L p × ∆P

(3.3)

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008


Karakteristik Air Limbah Artifisial. Konsentrasi zat
warna cibacron red ini diidentifikasi dengan metode
spektrofotometrik.

109

55.8

50

2135.31

45

Penentuan Nilai Rejeksi. Selektivitas dari membran
dinyatakan melalui suatu nilai koefisien rejeksi (%R)
Koefisien rejeksi menyatakan kemampuan membran
untuk menahan atau melewatkan spesi tertentu. Nilai
rejeksi (R) dihitung dengan menggunakan persamaan

berikut [2] :

c ⎞

R = ⎜1 - p ⎟ × 100%
cf ⎠


40

35

30
1637.18

%T 25

20

15


10

1234.52
1205.17

5

1281.40

3284.56

(3.4)

1062.87

2896.26
1428.08
1336.53


0

559.61
668.06

selulosa nat a de coco

-3.0
4000.0

3600

3200

2800

2400

2000

1800

1600

1400

1200

1000

800

600

cm-1

A) Selulosa Nata De Coco

Variabel cp dan cf , berturut-turut, adalah konsentrasi
air limbah dalam permeat dan umpan.
13.5

Laborat ory Test Result

13

3. Hasil dan Pembahasan

12

11

Membran Selulosa Asetat. Pembuataan nata de coco
menghasilkan gel berwarna keputih-putihan ketebalan
berkisar 3-5 mm. Setelah proses perendaman dengan
NaOH dan asam asetat serta telah melalui proses
pengeringan
dihasilkan selulosa mikrobial kering.
Dari proses asetilasi dan hidrolisis selulosa mikrobial
kering dihasilkan larutan coklat kental. Proses
pemisahan larutan coklat kental menggunakan air es
menghasilkan padatan selulosa asetat (CA) putih
kekuningan. Hasil analisis kadar asetil, pada padatan
CA-1 menghasilkan 45,79 % sedangkan padatan CA-2
menghasilkan 44,21 %. Menurut Kirk dan Othmer
(1993) Kedua selulosa asetat tersebut didominansi oleh
jenis selulosa triasetat, karena jenis selulosa triasetat
memiliki kadar asetil 43,5 – 44,8 %. Pencampuran
antar padatan selulosa asetat dengan larutan
diklorometan menghasilkan larutan dope yang
homogenitas. Pencetakan larutan dope menghasilkan
membran selulosa asetat tipis dengan ketebalan
0,015 mm.
Analisis Gugus Fungsi. Pada Gambar 1.a terlihat
bahwa puncak serapan karakteristik dari selulosa nata
de coco adalah gugus OH terjadi pada bilangan
gelombang 3284,56 cm-1 dan gugus C-O pada bilangan
gelombang 1062,87 cm-1. Pada Gambar 1b terdapat
dua puncak serapan baru yaitu serapan gugus karbonil
dan C-O asetil. bahwa proses asitilasi selulosa nata de
coco menjadi selulosa asetat telah berhasil dilakukan.
Puncak serapan karakteristik dari CA-1 adalah gugus
karbonil terjadi pada bilangan gelombang 1755,22 cm1
, sedangkan dari CA-2 terjadi pada bilangan
gelombang 1752,52 cm-1. Hasil analisis selulosa asetat,
tidak ada perbedaan yang signifikan antara CA-1
dengan CA-2 pada semua gugus fungsi. Gambar
spektrum CA-2 tidak ditampilkan pada jurnal ini.

10

9

8

%T

7

6

5
601.63

4
3524.23

3

2
1755.22
1234.31
Nat a de coco 2 %

0.7
4000.0

3600

3200

2800

2400

2000

1800
cm-1

1600

1400

1200

1000

800

600

450.0

B) Membran CA-1
Gambar 1. Spektrum FTIR

Morfologi Membran. Hasil dari SEM (Scanning
Elektron Miscroscopy) yang terdapat pada gambar 2.
Membran CA-1 (Gambar 1a) mempunyai ukuran pori
yang dapat teridentifikasi adalah antara 0,009 µm
sampai 0,06 µm sedangkan membran CA-2 (Gambar
1b) mempunyai ukuran pori yang dapat teridentifikasi
adalah antara 0,008 µm sampai 0,04 µm. Karakteristik
struktur membran ultrafiltrasi adalah memiliki ukuran
pori antara 0,001µm – 2 µm (Mulder,1996).
Struktur pori-pori membran CA-2 lebih rapat dari pada
struktur pori-pori membran CA-1. Hal ini disebabkan
struktur selulosa asetat yang semakin rapat dengan
meningkatnya konsentrasi perendam NaOH, semakin
rapat struktur selulosa asetat membuat molekulmolekul pelarut susah untuk difusi sehingga
menghasilkan ukuran pori yang semakin kecil.
Menurut Yuliani (2005) bahwa semakin lambat
kecepatan difusi molekul-molekul pelarut kedalam bak
koagulasi menghasilkan ukuran pori yang semakin
kecil.

450.0

110

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008

B) Membran CA-2
A) Membran CA-1

Gambar 2. Foto SEM penampang lintang

Fluks Membran. Dari penelitian ini, membran CA-1
menghasilkan nilai fluks yaitu 16,2420 L/m2.jam pada
tekanan 2 bar , 26,0350 L/m2.jam pada tekanan 4 bar
dan pada tekanan 6 bar adalah 32,2452 L/m2.jam.
Membran CA-2 menghasilkan nilai fluks yaitu 8,1210
L/m2.jam pada tekanan 2 bar, 14,0924 L/m2.jam pada
tekanan 4 bar dan 24,1242 L/m2.jam pada tekanan 6
bar.
B) Membran CA-2
Gambar 2. Foto SEM permukaan atas

Hasil dari foto SEM penampang melintang membran
CA-1 maupun CA-2 menunjukkan bahwa membran
tersebut diidentifikasi memiliki struktur membran
asimetrik. Dimana membran asimetrik merupakan
membran yang tersusun oleh beberapa lapisan. Struktur
membran asimetrik terdiri atas lapisan yang sangat
padat dan lapisan berpori sebagai penyangga (spinger).
Pada membran asimetrik permeasi terjadi pada lapisan
padat yang memiliki tahanan perpindahan massa yang
besar. Lapisan pendukung dibuat berpori sehingga
tidak mempunyai tahanan perpindahan massa yang
besar. Hal tersebut disebabkan proses pembuatan
membran cara inversi fasa dengan teknik presipitasi
imersi.

Permeabilitas membran adalah gradien kemiringan
kurva hubungan fluks air (J) terhadap tekanan operasi.
Dari penelitian ini, membran CA-1 mempunyai nilai
koefisien permeabilitas (Lp) 5,915 L/m2.jam.bar
sedangkan membran CA-2 mempunyai nilai Lp yaitu
3,945 L/m2.jam.bar.
Berdasarkan hasil percobaan penentuan koefisien
permeabilitas (Gambar 3) terlihat bahwa bahwa nilai
koefisien permeabilitas membran CA-1 lebih besar dari
pada membran CA-2. Hal ini dikarenakan membran
CA-1 memiliki struktur pori-pori lebih terbuka pada
lapisan penyangga dan lapisan atas atau lapisan aktif
sehingga air yang melewati membran lebih mudah dari
pada membran CA-2.
40
y = 5,915x

35

2

fluks (l/m2.jam)

R = 0,9434
30
25
20

y = 3,945x

15

R = 0,9945

Membran CA-1

Membran CA-2

2

10
5
0
0

2

4

6

8

Tekanan operasi

A) Membran CA-1

Gambar 3. Kurva aluran fluks air murni terhadap
tekanan operasi

Karakteristik Air Limbah Artifisial. Dari
spektrofotometer dapat diketahui panjang gelombang
untuk zat warna cibacron red adalah 544 nm. Kurva

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008

kalibrasi hasil pengukuran larutan standar zat warna
cibacron red dengan UV-vis Spektrofotometer pada
panjang gelombang 544 nm ditunjukkan seperti
gambar 4.9. Dari Gambar 4.9 didapat persamaan A =
0,0162 k, A merupakan absorbansi sedangkan k
merupakan
konsentrasi.
Dari
pengukuran
spektrofotometer hanya dapat diketahui absorbansi air
limbah yang telah melewati membran, oleh karena itu
persamaan diatas digunakan untuk mengetahui
konsentrasi air limbah yang telah melewati membran.
Pengaruh Perbedaan Tekanan dan Konsentrasi
Pada Permeabilitas Air Limbah Artifisial. Nilai
fluks tertinggi yang dihasilkan oleh membran CA-1
yaitu 22,21 L/m2.jam terdapat pada tekanan 6 bar
dengan konsentrasi air baku 50 ppm. Sedangkan nilai
terendah yang dihasilkan oleh membran CA-1 yaitu
4,54 L/m2.jam terletak pada tekanan 2 bar dan
konsentrasi air baku 100 ppm. Nilai tertinggi yang
dihasilkan oleh membran CA-2 yaitu 21,50 L/m2.jam
terdapat pada tekanan 6 bar dengan konsentrasi air
baku 50 ppm. Sedangkan nilai terendah yang
dihasilkan oleh membran CA-2 yaitu 2,39 L/m2.jam
terletak pada tekanan 2 bar dan konsentrasi air baku
100 ppm

111

nilai fluks pada berbagai konsentrasi air
umpan

Dari Gambar 5 terlihat bahwa pada tiap konsentrasi air
umpan yang sama, semakin besar tekanan yang
diberikan memberikan fluks yang besar. Hal ini sesuai
dengan gaya dorong utama (driving force) dari operasi
membran. Nilai koefisien permeabilitas tertinggi yang
dihasilkan oleh membran CA-1 yaitu 3,5657
L/m2.jam.bar terdapat pada konsentrasi air umpan 50
ppm, sedangkan nilai terendah yang dihasilkan oleh
membran CA-1 yaitu 2,7553 L/m2.jam.bar terletak
pada konsentrasi 100 ppm. Nilai koefisien
permeabilitas tertinggi yang dihasilkan oleh membran
CA-2 yaitu 3,3269 L/m2.jam.bar terdapat pada
konsentrasi 50 ppm, sedangkan nilai terendah yang
dihasilkan oleh membran CA-2 yaitu 2,3118
L/m2.jam.bar terletak pada konsentrasi 100 ppm.
Berdasarkan Gambar tersebut dapat terlihat bahwa
semakin tinggi konsentrasi air limbah yang melewati
membran dengan tekanan operasi yang diberikan tetap,
fluks yang dihasilkan semakin menurun baik pada
membran CA-1 maupun CA-2. Hal ini dikarenakan
terjadinya polarisasi konsentrasi. Polarisasi konsentrasi
pada membran menyebabkan penurunan fluks secara
terus menerus.

25
y = 3,5657x

y = 3,1136x

fluks (L/m2.jam)

20
15
y = 2,7553x

10

50 ppm

75 ppm
5

100 ppm

Pada Gambar 6 terlihat bahwa bertambahnya tekanan
operasi pada konsentrasi air umpan yang sama
menghasilkan nilai rejeksi yang semakin meningkat.
Hal ini disebabkan oleh adanya deformasi pada
membran akibat tekanan yang menyebabkan ukuran
pori-pori membran melebar.

0
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5

-5
Tekanan (Bar)

70

A) Membran CA-1

65

F lu k s (L /m 2 .ja m )

20

y = 3,3269x

y = 2,7724x

15

50 ppm

10
y = 2,3118x

5

50 ppm

55

75 ppm

50

100 ppm

45

75 ppm

40

100 ppm

35

0
-5

% Rejeksi

60

25

0

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5

2

4

6

8

Tekanan (bar)

-10
Tekanan (Bar)

B) Membran CA-2
Gambar 5. Grafik pengaruh tekanan operasi terhadap

A) Membran CA-1

VOLUME 4 NO. 4, DESEMBER 2008

112

% Rejeksi

95
90
85
80
75
70
65
60

50 ppm

L/m2.jam.bar serta nilai rejeksi 39,88%−63,89%.
Membran CA-2 dengan nilai fluks 2,39 L/m2.jam
−21,50 L/m2.jam dan nilai permeabilitas 2,3118
L/m2.jam.bar−3,3269 L/m2.jam.bar serta nilai rejeksi
yaitu 54,32%−90,68 %

75 ppm
100 ppm

UCAPAN TERIMAKASIH
Sebagian dari penelitian ini menggunakan sarana dan
prasaranan dari Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan
Radiasi untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
kepada Badan Tenaga Nuklir (BATAN).

55
50
45
0

2

4

6

8

Tekanan (bar)

B) Membran CA-2

DAFTAR ACUAN
[ 1]

Gambar 6. Grafik pengaruh tekanan operasi terhadap
nilai rejeksi pada berbagai konsentrasi air
umpan

[ 2]

4.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian ini dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu kadar asetil CA-1 yaitu 45,20 % dan
membran CA-2 yaitu 44,80 %, kedua selulosa asetat
didominansi oleh triasetat dan pelarut yang tepat untuk
dibuat membran selulosa asetat adalah diklorometan.
Adanya perubahan struktur kimia diperjelas dengan
adanya puncak baru pada spektrum FTIR pada
bilangan gelombang 1752,25 cm-1 – 1755,22 cm-1.
Nilai fluks air murni yang dihasilkan oleh membran
CA-1 yaitu 16,2420 L/m2.jam−32,2452 L/m2.jam
dengan nilai koefisien permeabilitas adalah
5,915 L/m2.jam.bar dan nilai fluks membran CA-2
8,1210 L/m2.jam −24,1242 L/m2.jam nilai koefisien
permeabilitas adalah 3,945 L/m2.jam.bar. Kedua jenis
membran ini dikatergorikan antar membran ultrafiltrasi
dengan membran nanofiltrasi. Perendaman NaOH
mempengaruhi struktur pori-pori membran. semakin
tinggi konsentrasi perendam NaOH semakin rapat poripori pada membran. Kinerja kedua membran
memberikan hasil yang cukup bagus dengan nilai fluks
membran CA-1 yaitu 4,54 L/m2.jam−22,21 L/m2.jam
dan nilai permeabilitas 2,7553 L/m2.jam.bar − 3,5657
[ 7]

[ 3]

[ 4]

[ 5]

[ 6]

Baker, W. et al, Overview Of Membrane
Science And Technology, Journal membrane
technology
and
Applications,
http://media.wiley.com/product_data/excerpt/56
/04708544/0470854456.pdf., 2004.
Bhongsuwan, D. et al, Membrane Test Cell And
Perfoemence Test With Laboratory-Made And
Commercial Membrane, Journal Science and
Technology,
Vol
24,
http://www2.psu.ac.th/PresidentOffice/EduServi
ce/Journal/24Membrane2002-pdf/26reverseosmosis.pdf, 2002
Manurung, Renita dan Hasibuan, Rosdanelli.
Perombakan ZAt Warna Azo Reaktif Secara
Anaerob- Aerob, e-USU Repository, Sumatera
Utara, 2004.
Mulder, M. Basic Principles of Membrane
Technology, 2nd Edition, Kluwer Acedemic
Publishers, 1996.
Streese,
J.,
Integrated
Concept
For
Decentralised Waste Water And Biowaste
Treatment, Proseding Sardinia 2005, Teth
International Waste Manegement And Landfill,
http://media.wiley.com/product_data/excerpt/56
/04708544/0470854456.pdf., 2005
Yuliani, Galuh, Pembuatan Membran Selulosa
Asetat Dari Nata de Coco, Tesis Magister,
Program Pasca Sarjana, Institut Teknologi
Bandung,
Bandung,
2005.