MANUSIA DI DALAM FENOMENA ALAM PERUBAHAN (2)

MANUSIA DI DALAM FENOMENA ALAM PERUBAHAN IKLIM GLOBAL
Oleh Via Salavia Basya
Bioteknologi 2016

1. Pendahuluan
Pemanasan global telah sedang menjadi isu yang hangat dibicarakan. Solusi untuk
menghambat penaikan suhu bumi sedang terus diusahakan oleh negara-negara di seluruh dunia. Di
luar itu, beberapa pihak berpendapat bahwa pemanasan global merupakan isu yang dibesarbesarkan. Mereka berpendapat bahwa bumi memang mengalami kenaikan suhu yang normal.
Kenaikan suhu yang sedang dialami bumi adalah fenomena alam yang memang harusnya terjadi dan
tidak perlu dibesar-besarkan. US Oregon Petition Project bahkan mendesak pemerintah Amerika
Serikat untuk menolak proposal penyetujuan kegiatan pengurangan gas rumah kaca karena itu dapat
menghambat kemajuan teknologi dan peningkatan kesejahteraan manusia (Meredith 2012). Di
dalam tulisannya, Meredith menjabarkan 100 alasan yang dirilis oleh the European Foundation di
balik pernyataan bahwa global warming adalah fenomena alam biasa, dan bukan benar-benar
disebabkan oleh aktivitas berlebihan manusia.
Pernyataan bahwa global warming adalah fenomena alam biasa merupakan reaksi dari
pernyataan bahwa pemanasan global yang saat ini terjadi merupakan dampak dari aktivitas manusia.
Pernyataan tersebut bukan merupakan pernyataan tanpa penjelasan. Ide yang menyatakan bahwa
perubahan iklim terjadi sebagai fenomena alam dijelaskan dengan siklus Milankovitch. Berdasarkan
siklus Milankovitch, saat ini bumi berada dalam periode hangat. Masa terhangat bumi telah terjadi
sekitar 10.000 tahun yang lalu. Sejak itu bumi mengalami proses pendinginan yang terus berlanjut

sampai ke titik terdinginnya nanti. Tapi apa yang kini terjadi menunjukkan fenomena yang sebaliknya,
suhu bumi mengalami peningkatan yang dampaknya terlihat pada tingkat pencairan es di kutub
bumi. Peningkatan suhu bumi dijelaskan oleh jumlah karbon dioksida di atmosfer yang jumlahnya
meningkat drastis. Ini artinya apa yang terjadi sekarang merupakan penyimpangan dari fenomena
alam (OSS Foundation).
Penyimpangan dari fenomena alam ini terjadi disebabkan oleh aktivitas manusia. Manusia
melakukan berbagai macam hal untuk memperbaiki kualitas hidupnya, memanfaatkan alam untuk
kepentingan dirinya, membuat teknologi-teknologi demi mempermudah hidup yang berpengaruh
terhadap perubahan lingkungan. Pengaruh aktivitas manusia terhadap lingkungan tidak semestinya
tidak diikutsertakan dalam pembahasan menyangkut masa depan bumi. Teori fenomena alam
nyatanya memisahkan manusia dari keterlibatannya terhadap alam sebagai tempat tinggalnya. Ketika
manusia mulai ditempatkan sebagai penghuni bumi, apa yang kita sebut ‘fenomena alam’ mestinya
melibatkan aktivitas manusia di dalamnya. Tulisan ini akan menekankan pada pentingnya pengaruh
manusia sebagai makhluk yang tidak hanya hidup sebagai dirinya sendiri, tapi juga untuk dirinya
sendiri terhadap perubahan alam tempat tinggalnya.
2. Fenomena Alam Perubahan Iklim
Sebelum masuk pada pembahasan tentang keterlibatan manusia pada perubahan alam kita
perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana proses alam kita mengalami perubahan secara alamiah.

Ide tentang bumi mengalami perubahan iklim secara alamiah muncul dari penemuan geologi

mengenai iklim masa lampau bumi. Data paleoklimatologi menjelaskan bahwa bumi pernah
mengalami zaman es. Dan zaman ini akan datang kembali di masa depan. Teori ini dijelaskan oleh
siklus Milankovitch. Siklus Milankovitch menjelaskan bahwa garis rotasi (axis) dan revolusi (orbit)
sebuah planet berdampak pada perubahan iklim dalam sebuah siklus alam yang panjang antara
zaman es dan zaman hangat. Dalam 100.000 tahun, bumi mengalami 20% periode hangat dan 80%
periode es (OSS Foundation).
Secara alami garis rotasi dan revolusi planet mengalami perubahan secara perlahan.
Perubahan ini dipengaruhi oleh massa dan pergerakan dari objek-objek di sekitarnya. Gaya gravitasi
dan medan magnet objek-objek luar angkasa saling mempengaruhi satu sama lain. Penyimpangan
orbit dan axis bumi sebagai salah satu planet yang tidak lepas dari pengaruh planet lain di sekitarnya
menyebabkan perubahan pada jumlah cahaya matahari yang jatuh di tempat-tempat tertentu di
bumi dan pada perubahan suhu musiman bumi. Kekuatan cahaya matahari musim panas yang
menyinari bagian utara bumi sangat penting untuk menentukan apakah bumi berada dalam masa es
atau bukan. Jika cahaya matahari musim panas yang diterima bagian utara bumi cukup banyak,
artinya bumi berada pada periode hangat. Jika sebaliknya, cahaya matahari yang diterima terlalu
sedikit berarti bumi berada di zaman es. Pada zaman hangatnya, ketinggian air laut akan meningkat
sekitar 400 kaki dibandingkan ketinggiannya di zaman es, permukaan tanah akan dipenuhi tumbuhtumbuhan yang hidup dari cahaya matahari yang diterimanya (OSS Foundation).
Fenomena alam yang dijelaskan di atas hanya menjelaskan siklus planet tanpa
mempertimbangkan keberadaan makhluk yang dapat menyadari bahwa dirinya selain merupakan
bagian dari alam, juga merupakan suatu kesadaran yang terpisah dari alam. Makhluk penuh

kesadaran ini dapat mengobjekkan alam, mengontrolnya, menempatkan dirinya sebagai subjek
terhadap alam sebagai objek. Bumi merupakan hunian bagi makhluk ini dan makhluk ini merupakan
salah satu bagian darinya. Manusia bukan suatu keberadaan yang hidup dengan mengandalkan
insting liarnya, manusia mampu berpikir, berimajinasi, mengubah ‘rumahnya’ menjadi tempat yang
lebih artifisial, lebih praktis untuk ditempati, dan sebagainya. Manusia mampu menyimpangkan
siklus alami alam yang ditempatinya.
3. Pengaruh Manusia Terhadap Alam
Diskusi tentang apa yang sebaiknya manusia lakukan dalam mengisi kehidupan telah ramai
dibincangkan dalam ranah filsafat. Teori determinisme materialis menyatakan bahwa manusia adalah
bagian dari mekanisme semesta yang berjalan dalam hukum aksi reaksi. Bahwasanya manusia tidak
dapat dipisahkan dari alam yang merupakan keteraturan maha besar, yang semua kejadian di
dalamnya tunduk pada hukum fisika dan matematika. Ini berarti apa pun yang akan terjadi dan apa
yang pernah terjadi pada semesta dapat sepenuhnya dijelaskan dengan pasti. Teori penandingnya,
teori kehendak bebas, menyatakan bahwa manusia adalah suatu keberadaan yang dapat melampaui
posisinya sebagai bagian dari alam. Manusia mampu memilih tindakannya tanpa dipengaruhi apa
pun (McLeod 2013).
Fakta bahwa perubahan iklim yang terjadi pada bumi sekarang ini merupakan penyimpangan
terhadap fenomena alam merupakan salah satu bukti bahwa manusia sebagai penghuni bumi
merupakan makhluk yang mampu memilih tindakannya, apakah ia hanya akan menjadi bagian alam
dan menonton perubahan alamiah yang terjadi di sekitarnya atau melakukan apa pun yang bisa


dilakukan demi kemanusiaan atau demi alam sebagai satu-satunya rumah bagi keberadaan manusia.
Mempertimbangkan tujuan rumah, yaitu sebagai tempat tinggal bagi sesuatu, maka segala sesuatu
yang terjadi pada rumah ditentukan oleh penghuni rumah tersebut. Penghuninya akan membuat
rumah yang ditempatinya sedemikian rupa hingga praktis dihidupi. Perubahan yang terjadi pada
rumah tidak hanya ditentukan oleh material pembangun rumah tersebut, pengaruh abiotik dan
biotik dalam ekosistem di sekitarnya, tapi juga oleh kehendak bebas penghuni rumah untuk memilih
apa yang akan dia lakukan di dalam rumah dan terhadap rumah yang ditempatinya.
Analogi rumah dan penghuninya di atas menekankan betapa penting peran manusia
terhadap perubahan lingkungan. Aktivitas manusia tidak bisa tidak dilibatkan dalam proses
perubahan alam. Apakah alam layak untuk ada sebagai alam itu sendiri ataukah manusia sebagai
penghuninya berhak untuk memanipulasinya, semuanya ada di tangan manusia sebagai pengambil
keputusan. Bagaimana pun manusia jugalah yang nantinya akan memutuskan apa yang akan
dilakukannya terhadap alam.
4. Penutup
Teori fenomena alam perubahan iklim gagal menjelaskan perubahan alam yang sedang
terjadi sekarang ini. Apa yang terjadi sekarang ini merupakan penyimpangan yang terjadi akibat
aktivitas manusia. Teori fenomena alam tidak mempertimbangkan keberadaan manusia sebagai
penghuni bumi yang hidup tidak hanya sebagai dirinya (being-in-itself), tapi juga untuk dirinya
(being-for-itself). Manusia dianggap hanya sebagai penghuni yang tidak ada daya pada kekuatan

alam. Kenyataannya manusia merupakan elemen penting dalam perubahan alam. Semakin ‘canggih’
manusia, semakin alam dikuasai dan dimanipulasi olehnya.
Oleh karena itu prediksi tentang perubahan alam tidak bisa tidak melibatkan manusia
sebagai makhluk yang penuh kesadaran. Apakah manusia harus selalu disalahkan atas kemampuan
akal yang ‘diberikan alam’ padanya? Jika karena kemampuan akalnya itu manusia punya
kecenderungan sebagai pengingkar, maka dapat dikatakan bahwa manusia memang berjalan di atas
takdir esensi penciptaannya. Mempertimbangkan itu, bisakah kita katakan bahwa penyimpangan
yang terjadi pada fenomena alam sebagai ‘fenomena alam’ dalam konsep yang sudah kita perbaiki?
Konsep alam dalam fenomena alam di mana manusia merupakan bagian di dalamnya (being-initself) sebagai keberadaan yang mampu melakukan sesuatu untuk kepentingannya sendiri (being-foritself). Manusia memang melakukan penyimpangan, keberadaannya sendiri merupakan sebuah
pengecualian terhadap bumi dibandingkan dengan planet lain di sekitarnya yang tanpa penghuni.
Namun bagaimana pun manusia adalah bagian dari kesatuan alam.

Daftar Pustaka:
McLeod

S. 2013. Freewill and Determinism.
determinism.html [13 Juni 2017]

https://www.simplypsychology.org/freewill-


Meredith

C.
2012.
100
reasons
why
climate
change
is
natural.
http://www.express.co.uk/news/uk/146138/100-reasons-why-climate-change-is-natural
[13 Juni 2017]

Open

Source
Systems,
Sciences,
Solutions.

Global
Warming
Natural
Cycle.
http://ossfoundation.us/projects/environment/global-warming/natural-cycle [13 Juni 2017]

Open

Source
Systems,
Sciences,
Solutions.
Milankovitch
Cycles.
http://ossfoundation.us/projects/environment/global-warming/milankovitch-cycles
[13
Juni 2017]