PELATIHAN TATA RIAS DAN BUSANA TARI ANAK

Artikel Pengabdian
PELATIHAN TATA RIAS DAN BUSANA TARI ANAK USIA DINI BAGI GURU TAMAN
KANAK-KANAK KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG
Eny Kusumastuti
Staf Pengajar Pendidikan Seni Tari, Jurusan Pendidikan Sendratasik
Enyeny68@yahoo.com
Abstrak
Guru Taman Kanak-kanak dalam proses pembelajaran seni tari, disamping harus
menguasai teori-teori yang melandasi pendidikan seni tari dan keterampilan seni
tari, juga dituntut untuk mampu menata rias wajah dan busana tari anak didiknya.
Permasalahannya, guru belum memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang
tata rias wajah dan busana tari anak. Tujuan dan manfaat kegiatan pengabdian
kepada masyarakat adalah ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
tentang tata rias wajah dan busana tari anak usia dini bagi guru taman kanakkanak Kecamatan Gunungpati Semarang. Materi yang diberikan dalam kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini adalah pengetahuan tentang tata rias wajah,
rambut dan busana tari anak usia dini. Bentuk kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini berupa penyuluhan dan pelatihan. Dalam prosesnya, kegiatan akan
dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti ceramah, tanya jawab,
diskusi, latihan, dan tugas. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat
adalah guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang memahami
dan mampu mempraktekkan tata rias wajah, rambut dan busana tari anak usia

dini. Saran, hendaknya guru Taman kanak-kanak Kecamatan Gunungpati
Semarang berlatih secara terus menerus menata rias wajah, rambut dan busana
dan mempraktekkannya pada saat siswa melakukan kegiatan pementasan seni
tari.
Kata Kunci: penyuluhan, pelatihan, tata rias wajah, tata rias busana, tata rias
rambut, anak usia dini
PENDAHULUAN
Pembelajaran seni (tari, musik, drama, rupa) adalah salah satu media pendidikan yang
ideal untuk menyeimbangkan proses berfikir vertikal dan lateral. Hal ini dibuktikan dalam
penelitian Triyanto (2001: 387-388) yang menyatakan bahwa pembelajaran seni (khususnya seni
rupa) di Taman kanak-kanak berlangsung secara efektif dengan ditandai terciptanya kondisi yang
memberi peluang anak secara bebas terkendali mengembangkan kepekaan, fantasi, imaginasi dan

kreasi anak. Pendidikan seni tari juga sangat efektif diberikan pada anak karena dapat melatih
ketrampilan dan koordinasi gerakan anak, sekaligus sebagai sarana untuk membudayakan dan
menanamkan nilai-nilai seni budaya bangsa (Kusumastuti 2003: 42). Pendidikan seni tari juga
mampu membentuk budi pekerti anak sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa (Lestari 1998:
160). Dari ketiga penelitian tersebut, jelas membuktikan bahwa pendidikan seni sangat berperan
penting dalam proses pembentukan pribadi anak dan pengembangan kreatifitas anak sebagai
penyeimbang berfikir vertikal dan internal. Hal yang perlu diperhatikan lebih dalam adalah

keterbatasan guru dalam aspek kognitif dan psikomotorik dalam bidangnya.
Pendidikan seni tari untuk anak usia dini, tidak hanya meliputi keterampilan bergerak saja
tetapi juga meliputi elemen-elemen pendukung tari yaitu iringan, rias, busana, pola lantai, dan
property. Tata rias dan busana tari sangat penting dan merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dengan tari, sehingga guru selain harus memiliki keterampilan bergerak juga harus
memiliki keterampilan menata rias dan busana tari.
Berdasarkan pengamatan awal, banyak guru Taman Kanak-kanak khususnya guru Taman
Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati yang tidak memiliki keterampilan menata rias dan busana
tari secara memadai. Hal ini tentu saja akan sangat merepotkan manakala anak didiknya akan
mementaskan keterampilannya menari baik dalam kegiatan di dalam sekolah maupun di luar
sekolah. Guru Taman kanak-kanak Kecamatan Gunungpati lebih banyak mengandalkan perias
dari luar, sehingga hal ini akan menambah pengeluaran sekolah atau orang tua siswa. Oleh
karena itu, perlu adanya pelatihan tata rias dan busana tari anak usia dini bagi guru Taman
Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati sebagai upaya peningkatan kompetensi profesional guru.
Berkaitan dengan uraian di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang akan
dipecahkan melalui Pengabdian kepada masyarakat ini, yaitu: terbatasnya pengetahuan dan
keterampilan guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati dalam tata rias dan busana tari
Anak Usia Dini.

Tata Rias dan Busana Tari

Tata rias pada seni tari merupakan sarana pembantu yang berperan mendukung
pertunjukan tari (Supriyatna 2010: 109). Tata rias merupakan hal yang sangat penting dalam
pertunjukan tari dikarenakan penonton selalu melihat bentuk riasan dari seorang pemain atau
penari untuk mengetahui tokoh apakah yang sedang dibawakan dan siapakah yang

membawakan. Tata rias juga diperlukan untuk dapat memunculkan karakter tokoh yang
dibawakan, oleh karena itu riasan penari harus sesuai dengan tokoh atau tema tarian yang
diperankan.
Poerwasoenoe dalam Surani (2008: 14) menjelaskan bahwa tata rias terbagi dalam tiga
macam yaitu rias wajah, rias rambut dan rias busana. Rias wajah bertujuan untuk membuat wajah
lebih menarik dan sesuai dengan karakter yang dibawakan. Rias rambut adalah riasan yang
dilakukan untuk mengubah bentuk rambut. Rambut ditata supaya lebih rapi dan dapat
mendukung rias wajah agar dapat memunculkan karakter yang tepat. Rias busana adalah segala
sesuatu yang dipakai dari rambut sampai kaki atau dapat dikatakan kostum yang dikenakan
penari di atas panggung. Rias busana bertujuan untuk mengubah, memperindah diri dan
memunculkan karakter melalui busana yang dipakai.
Tata Rias Rambut
Pengertian Rias Rambut
Rambut merupakan mahkota bagi manusia, dan karena itu harus ditata sedemikian rupa
agar bermakna bagi diri sendiri dan orang lain (Lestari 1993: 45). Rambut dapat menjadi ciri dari

pemakainya atau asal daerah rias rambut yang dipakai, misalnya saja seorang wanita yang
menggunakan sanggul tekuk atau gelung tekuk, maka akan diketahui bahwa tata rias rambut yang
digunakan berasal dari Jawa Tengah atau Yogyakarta. Rambut juga berpengaruh terhadap
penampilan seseorang sehingga rambut perlu ditata sedemikian rupa agar dapat menambah daya
tarik penampilan dan dapat memperkuat karakter seseorang.
Rambut mempunyai peran sebagai pelindung kepala yang sekaligus dapat berfungsi
sebagai hiasan, sehingga akan menambah keagungan dan dapat dipergunakan sebagai simbol
dari tempat dan tingkat kedudukan pemakainya (Jafar dalam Lestari 1993: 45).
Pengertian Rias Wajah
Tata rias wajah merupakan seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk
mewujudkan suatu peranan, dipandang dari titik lihat penonton (Sumarni 2001: 39). Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa rias adalah pengaturan susunan hiasan
terhadap objek yang ditunjukan. Peranan suatu tokoh atau karakter yang dibawakan dalam tari
akan dapat dengan mudah diketahui dari riasan wajah yang dipakai. Selain itu, dalam
pertunjukan tari, hal pertama yang dilihat oleh penonton adalah rias wajah dari penari. Oleh
sebab itu, rias wajah merupakan hal yang wajib untuk diketahui dan dikuasai oleh guru dalam
mengajar tari.

Merias berarti menggambarkan watak (Bastomi 1985: 30). Oleh karena itu, perias harus
memahami watak tari atau tokoh yang akan diperankan oleh penari. Apabila perias tersebut tidak

mengetahui watak dari tari atau tokoh yang akan ditarikan maka perias tersebut akan kesulitan
untuk memunculkan karakter tokoh tersebut yang akan berpengaruh pula pada tari yang akan
dibawakan.
Tujuan mendasar mengenai tata rias wajah adalah menciptakan suatu karakter. Karakter
dibentuk antara lain dengan cara mengubah penampilan aktor sehingga sesuai dengan karakter
yang dikehendaki (Lestari 1993: 57). Menurut Jazuli (2007: 23) bagi seorang penari, rias
merupakan hal yang sangat penting. Rias juga merupakan hal yang paling peka dihadapan
penonton, karena penonton biasanya sebelum menikmati tarian selalu memperhatikan wajah
penarinya, baik untuk mengetahui tokoh/peran yang sedang dibawakan maupun untuk
mengetahui siapa penarinya. Misalnya apakah penarinya tampak cantik, apakah rias penari
mencerminkan karakter peran yang sedang dilakukan dan sebagainya.
Jenis-jenis Rias Wajah
Tata rias wajah menurut Anwar dkk (2010: 123) untuk pementasan tari dikenal tiga jenis,
yaitu: (1) Rias wajah korektif, yaitu rias wajah untuk tujuan memperbaiki bagian-bagian wajah
yang kurang sempurna, (2) Rias wajah karakter, yaitu rias wajah untuk tujuan menggambarkan
dan memperjelas karakter tokoh atau karakter tari, (3) Rias wajah fantasi, yaitu rias wajah untuk
tujuan mewujudkan angan-angan atau imajinasi, misalnya untuk mewujudkan sosok putri bunga,
rias wajah dibuat menyerupai bunga.
Fungsi Rias Wajah
Fungsi rias wajah pada umumnya adalah untuk memperindah wajah. Wajah yang indah

adalah wajah yang berhubungan antara bagian-bagian satu dengan yang lainnya seimbang,
artinya merupakan satu kesatuan yang harmonis. Rias menjadi satu perhatian yang sangat
penting karena wajah adalah hal yang pertama kali dilihat oleh penonton (Surani 2008: 16).
Tata rias wajah berfungsi untuk memperjelas karakter tarian maupun tokoh yang
diperankan (Anwar dkk 2010: 56). Sedangkan fungsi rias wajah menurut Jazuli (2007: 23) antara
lain adalah untuk mengubah karakter pribadi menjadi karakter tokoh yang sedang dibawakan,
untuk memperkuat ekspresi, dan untuk menambah daya tarik penampilan. Agar rias wajah dapat
mempunyai fungsi yang baik, maka dalam melakukan rias wajah harus memperhatikan prinsipprinsip penataan rias tari seperti disebutkan oleh Jazuli (2007: 25) yaitu rias wajah dalam

pertunjukan tari hendaknya dapat mencerminkan karakter tokoh yang diperankan. Rias wajah
harus tampak rapi, bersih, garis-garis rias harus jelas dan desain yang digunakan harus tepat.
Tata Rias Busana
Pengertian Rias Busana
Busana adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari rambut sampai kaki (Lestari 1993:
15). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa tata busana adalah cara-cara
dalam berpakaian dan berhias. Binarul (1998: 6) menjelaskan bahwa busana dapat diartikan
sebagai suatu barang yang dipakai pada tubuh manusia dengan tujuan untuk menutup aurat atau
melindungi tubuhnya baik secara fisik etik dan estetik maupun untuk tujuan simbolis sesuai
dengan lingkungan alam dan nilai-nilai sosial budayanya.
Tata busana tari adalah segala sesuatu yang dikenakan atau melekat dengan seorang

penari. Busana penari merupakan sarana pembantu yang berperan mendukung perwujudan tari.
Busana dalam tari mengandung pengertian pakaian atau perhiasan yang indah yang dipakai oleh
seorang penari dalam memperagakan tariannya di atas panggung atau pertunjukan (Supriyatna
2010: 109).
Jenis Rias Busana
Tata busana menurut Supriyatna (2010: 109) terdiri dari beberapa jenis: (1) Busana dasar,
sebagai dasar sebelum mengenakan busana pokoknya. Misalnya, stagen, korset, rok dalam,
straples, (2) Busana kaki yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya kaos kaki dan sepatu, (3)
Busana tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari dada sampai
pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak, rompi, kace, rapek, simbar dada, selendang atau
sampur, (4) Busana kepala, busana yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya berbagai
macam jenis tata rambut seperti gelung (hairdo) dan irah-irahan, (5) Perlengkapan/accessories,
adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian tersebut di atas untuk memberikan efek
dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya perhiasan kalung, sumping, uncal, epek
timang, gelang tangan, binggel, kaos tangan, boro, samir.
Busana yang dipakai seseorang terbagi dalam dua kelompok, yaitu busana pokok dan
busana pelengkap. Busana pokok yaitu busana utama misalnya kain dan kebaya, yang dimaksud
busana pokok adalah busana yang tidak boleh ditinggalkan oleh si pemakai. Sedangkan busana
pelengkap adalah busana yang keberadaanya sebagai pelengkap busana pokok. Busana ini
berfungsi menambah keindahan busana pokok, misalnya sepatu, tas dan perhiasan (Surani 2008:

19).

Fungsi Rias Busana
Pemakaian busana dimaksudkan untuk memperindah tubuh, disamping itu juga untuk
mendukung isi tarian. Busana sebagai hiasan maupun pendukung tarian mempunyai fungsi yang
cukup penting yaitu sebagai penguat gerak pernyataan tari (Bastomi 1985: 34). Anwar dkk
(2010: 56) menyebutkan bahwa fungsi utama pakaian adalah melindungi dan menutup tubuh.
Pada tari daerah fungsi ini ditambah dengan memperindah dan memperjelas karakter tarian dan
tokoh yang dibawakan. Pakaian juga dapat menjadi identitas daerah asal tarian.
Fungsi busana tari adalah untuk mendukung tema atau isi tari dan untuk memperjelas
peran-peran dalam suatu sajian tari (Jazuli 2007: 20). Sedangkan Anwar dkk (2010: 122)
menyebutkan fungsi busana dalam tari bukan hanya untuk keindahan, untuk penutup tubuh,
namun juga untuk memperjelas karakter tokoh dan karakter tari yang sedang diperankan oleh
penari.
Warna Rias Busana
Warna busana adalah warna yang terdapat pada busana pokok seperti celana, mekak dan
rompi. Berhubungan dengan makna simbolis dan fungsi busana, maka banyak berkaitan dengan
pemilihan busana dan pemilihan warna. Karena warna dapat menimbulkan suasana psikologis
yang mendukung isi tari. Lestari (1993: 20) menyebutkan warna busana memiliki simbol seperti
berikut (1) Warna merah: kedinamisan, (2) Warna jingga: kegembiraan, (3) Warna kuning:

keakraban, kehangatan (4) Warna hijau: cinta dan kesuburan, (5) Warna biru: keagungan, (6)
Warna ungu: kedalaman, (7)Warna hitam: kesedihan, kegembiraan.
Anak Usia Dini: Ciri-ciri dan Perkembangannya
Masa kanak-kanak mempunyai rentang waktu yang sangat panjang apabila dibandingkan
dengan makhluk lain. Untuk menuju kedewasaannya, anak-anak melalui masa-masa tertentu.
Ada masanya anak mulai belajar berbicara, masa anak suka berbicara sendiri, yang dalam
fantasinya ia sedang berbicara dengan teman sebayanya atau orang lain yang dikenal
lingkungannya. Ada masa kanak-kanak yang disebut masa egosentris, yaitu sifat yang tampak
mementingkan diri sendiri, bertindak semaunya. Ada pula masa kanak-kanak yang disebut
destruktif, yaitu suatu masa ketika anak suka merusak barang-barang, terutama mainan,
meskipun sesungguhnya anak tidak bermaksud merusak mainan yang dipegangnya, tetapi anak
sedang belajar menggunakan mainan tersebut, dan karena tidak tahu metode pemakaiannya,

maka mainan tersebut menjadi rusak. Dorongan rasa ingin tahu inilah yang menjadi salah satu
cirri kreativitas alamiah pada anak-anak.
Salah satu fase penting dalam perkembangan anak adalah tahap pra-sekolah yang
berlangsung sekitar 2-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria
dan wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal
yang dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya) (Yusuf 2001: 162-163). Pada masa pra-sekolah
ini, berbagai aspek perkembangan anak sedang berada pada keadaan perubahan yang sangat

cepat, baik dalam kemampuan fisik, bahasa, kecerdasan, emosi, sosial dan kepribadian.
Dalam Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan Pra-Sekolah, yang dimaksud dengan
usia dini adalah anak yang berusia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar (Depdikbud
1990: 2). Periode umur ini adalah amat penting, namun sekaligus amat krusial khususnya dalam
perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikologi anak.
Direktorat PADU (2002), Abdullah (2003) menjelaskan bahwa hasil penelitian dibidang
neurology (Osborn, White, dan Bloom), pada usia 4 tahun pertama separuh kapasitas kecerdasan
manusia sudah terbentuk. Artinya kalau pada usia tersebut otak anak tidak mendapatkan
rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak tidak akan berkembang secara optimal.
Secara keseluruhan sampai usia 8 tahun 80 % kapasitas kecerdasan manusia sudah terbentuk,
artinya kapasitas kecerdasan anak hanya akan bertambah 30 % setelah usia 4 tahun hingga
mencapai usia 8 tahun. Selanjutnya kapasitas kecerdasan anak tersebut akan mencapai 100 %
setelah berusia sekitar 18 tahun.
Pentingnya perkembangan otak pada anak usia dini, mematahkan anggapan bahwa
pendidikan baru bisa dimulai setelah usia sekolah dasar (7 tahun). Bahkan pendidikan yang
dimulai pada usia 4-6 tahun (usia Taman Kanak-kanak) sebenarnya sudah terlambat. Mengingat
pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, pakar di bidang tumbuh kembang anak termasuk para
pakar pendidikan mengingatkan, bahwa pendidikan yang salah pada masa usia dini akan
berdampak negatif terhadap perkembangan anak di masa depan. Kecerdasan anak bergantung
pada jumlah sel-sel di dalam otak dan jumlah simpul-simpul syaraf otak yang saling

terhubungkan. Selain itu, peran stimulus (rangsangan) yang diberikan sejak dini akan sangat
berpengaruh terhadap proses penghubungan dan penguatan sel-sel dan simpul-simpul syaraf otak
(Direktorat PADU 2002: iii).

Pendidikan dan pembinaan serta pengelolaan anak di periode ini akan menentukan
manusia yang bagaimana yang akan berkembang dikemudian hari. Perkembangan motorik anak
pada usia ini, ditandai dengan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur system
syaraf otot (neoromuskuler), sehingga memungkinkan anak lebih lincah dan aktif bergerak.
Dalam masa ini tampak adanya perubahan dalam gerakan yang semula kasar menjadi lebih halus
yang memerlukan kecermatan dan kontrol otot-otot yang lebih halus serta terkoodinir. Untuk
melatih keterampilan dan koordinasi gerakan, dapat dilakukan dengan beberapa permainan dan
alat bermain yang sederhana seperti kertas koran, kubus-kubus, bola, balok titian dan tingkat.
Pertumbuhan keterampilan motorik baik kasar maupun halus tidak berkembang begitu
saja, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mencakup kesiapan belajar, kesempatan
belajar, kesempatan berpraktek, model yang baik, bimbingan, motivasi, setiap keterampilan
harus dipelajari secara individu satu demi satu. Apabila salah satu faktor tersebut tidak ada,
maka perkembangan keterampilan jasmani anak akan berada di bawah kemampuannya.
Menurut Yusuf (2001: 164), kemampuan motorik anak dapat dideskripsikan sebagai
berikut :
Usia

K

Kemampuan
Motorik Kasar

Kemampuan
Motorik Halus/Lembut

3-4 tahun

1. naik turun tangga
1. menggunakan krayon
2. meloncat dengan dua kaki 2. menggunakan benda/alat
3. melempar bola
3. meniru bentuk (meniru gerakan
orang lain)

4-6 tahun

1. meloncat
1. menggunakan pensil
2. mengendarai sepeda anak 2. menggambar
3. menangkap bola
3. memotong dengan gunting
4. bermain olah raga
4. menulis huruf cetak

Sementara itu, gerakan yang sering dilakukan anak-anak dapat dibedakan menjadi tiga
golongan, yaitu (1) motorik statis, yaitu gerakan tubuh sebagai upaya memperoleh keseimbangan
gerak pada saat berjalan, (2) motorik ketangkasan, yaitu gerakan untuk melakukan tindakan yang
berwujud ketangkasan dan keterampilan, (3) motorik penguasaan, yaitu gerak yang dilakukan
untuk mengendalikan otot-otot tubuh sehingga ekspresi muka terlihat jelas (Zulkipli 1992: 32).
Dalam rentang usia pra-sekolah, anak memiliki kepekaan yang kuat dalam menerima
rangsangan baik dalam dirinya, maupun dari luar dirinya, rasa ingin tahunya sangat besar.

Pikiran anak tercurah pada sesuatu yang dinamis dan bergerak dan sangat aktif (Ahmadi 1992:
81). Anak semakin hari perkembangannya semakin meningkat, selalu terangsang dari apa yang
dilihatnya dan ingin dipraktekkan sesuai dengan kemampuannya. Secara psikologis, pada
dasarnya anak memang suka menyanyi dan berbicara meniru dari apa yang dilihat dan didengar,
juga sering menari, menggambar atau mencorat-coret.
James Mark Baldwin (dalam Suryabrata 1993: 182-183) menerangkan perkembangan
sebagai proses sosialisasi dalam bentuk imitasi yang berlangsung dengan adaptasi dan seleksi.
Adaptasi dan seleksi ini berlangsung atas dasar hukum efek (law of effect), Juga tingkah laku
pribadi diterangkan sebagai imitasi. Kebiasaan adalah imitasi terhadap diri sendiri, sedangkan
adaptasi adalah peniruan terhadap orang lain.
Mengacu pendapat tersebut, Baldwin (dalam Suryabrata 1993: 183-184) membagi
proses peniruan menjadi tiga tahap, yaitu: (1) tahap proyektif (projective stage) adalah tahap di
mana anak mendapatkan kesan mengenai model (objek) yang ditiru, (2) tahap subyektif
(subjective stage) adalah tahap dimana anak cenderung untuk meniru gerakan-gerakan, atau
sikap model atau obyeknya, (3) tahap efektif (ejective

stage) adalah tahap dimana anak telah

menguasai hal yang ditirunya, dia dapat mengerti bagaimana orang merasa, berangan-angan,
berfikir dan sebagainya.
Target yang akan dicapai melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati
Semarang terhadap tata rias dan busana tari anak usia dini. Luaran kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini bagi para guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang adalah
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan tata rias dan busana tari anak usia dini.
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, dilaksanakan sebagai upaya untuk
memecahkan masalah berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, yang dilakukan melalui
beberapa tahapan, yaitu: (1) Mengidentifikasi kemampuan awal dan keterampilan guru Taman
Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati dalam tata rias dan busana tari anak, (2) Melakukan
penyuluhan tentang pengetahuan tata rias dan busana tari anak usia dini, (3) Melakukan pelatihan
tata rias dan busana tari anak bagi guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang.
Peserta diwajibkan membawa satu set alat dan bahan rias yang dimiliki, (4) Melakukan evaluasi

pelatihan dengan cara mewajibkan peserta mempraktekan merias dan menata busana salah satu
tari anak, (5) Mengukur keberhasilan penyuluhan dan pelatihan tata rias dan busana tari anak
usia dini guru Taman Kanak-kanak Semarang dengan cara melihat hasil riasan dan penataan
busana tari anak usia dini. Apabila mencapai 80 % dari jumlah seluruh peserta yang mampu
merias dan menata busana tari anak usia dini, maka kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini
dianggap berhasil. Peserta pelatihan ini, akan mendapatkan sertifikat pelatihan apabila
penyuluhan dan pelatihan ini selesai. Bagi yang tidak mengikuti praktek tata rias dan busana tari
anak, maka peserta tersebut dianggap gagal dan tidak mendapatkan sertifikat.
Apabila digambarkan dalam sebuah bagan, metode pelaksanaan program tersebut
mengacu pada kerangka pemecahan masalah sebagai berikut:
KONDISI AWAL

TREATMENT

Terbatasnya pengetahuan

Penyuluhan

dan keterampilan guru

Pelatihan

Taman
dalam

Kanak-kanak
tata

rias

dan

busana tari untuk Anak
Usia Dini

HASIL
Meningkatnya pengetahuan
dan keterampilan guru
Taman Kanak-kanak dalam

Penelitian

penguasaan tata rias dan

pengabdian

busana tari bentuk untuk

Observasi dan

Anak Usia Dini

Referensi
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang dilakukan ini, melibatkan guru Taman
Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang. Dalam Hal ini, guru Taman Kanak-kanak
Kecamatan Gunungpati Semarang sebagai peserta pelatihan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat. Sedangkan pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat, sekaligus pemberi
materi adalah tim pengusul dibantu oleh mahasiswa yang berfungsi sebagai panitia pelatihan.

Metode Pelaksanaan Kegiatan
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat
ini maka bentuk kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan dan penyuluhan. Dalam prosesnya
kegiatan dilakukan dengan menggunakan beberapa metode seperti ceramah, tanya jawab,

diskusi, demonstrasi, latihan, dan tugas. Pada proses penyampaian materi teori beberapa metode
seperti ceramah, tanya jawab, dan demontrasi digunakan secara bervariasi. Sedangkan pada
materi praktek proses pelatihan dilakukan dengan menggunakan metode diskusi, demonstrasi,
latihan, dan tugas. Kegiatan penyuluhan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah teoritis
tentang peningkatan pengetahuan tata rias dan busana untuk anak usia dini sedangkan kegiatan
pelatihan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah pengetahuan dan ketrampilan guru
Taman Kanak-kanak dalam tata rias dan busana tari anak usia dini.
Rancangan Evaluasi
Keberhasilan sebuah kegiatan diperlukan adanya evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan
cara evaluasi proses dan evaluasi akhir. Evaluasi proses dilakukan dengan cara memperhatikan
dan menilai perkembangan gerak yang dilakukan oleh guru dalam penguasaan tari bentuk selama
proses pelatihan berlangsung. Sedangkan evaluasi akhir dilakukan dengan cara menampilkan
karya tari bentuk peserta pelatihan secara keseluruhan. Evaluasi ini dilakukan selama pelatihan
berlangsung dan akhir pelatihan. Kriteria keberhasilan kegiatan kepada masyarakat ini adalah (1)
peserta pelatihan memenuhi kuota yang disediakan pengabdi, (2) peserta pelatihan mengikuti
setiap tahapan pelatihan sampai selesai, (3) peserta pelatihan mampu mendemostrasikan tata rias
dan busana tari anak usia dini.
KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, dilakukan dengan kerjasama antara FBS
UNNES dengan IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia) Kecamatan Gunungpati,
Semarang, Jawa Tengah. UNNES dalam hal ini berperan selaku penyandang dana yang
memfasilitasi pengabdi untuk melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Manfaat yang
diperoleh UNNES dalam pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini adalah adanya masukan
dari masyarakat (khususnya guru TK) tentang permasalahan-permasalahan, kebutuhan yang ada
di lapangan sehingga memacu

UNNES untuk semakin meningkatkan pelayanan kepada

masyarakat. IGTKI (Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia) adalah sebuah organisasi yang
anggotanya terdiri dari guru-guru Taman Kanak-kanak se Indonesia. Guru-guru Taman Kanakkanak inilah yang menjadi peserta dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Manfaat yang

diperoleh guru-guru Taman Kanak-kanak tersebut setelah mendapatkan penyuluhan dan
pelatihan tata rias dan busana tari adalah meningkatnya pengetahuan, dan keterampilan guru
Taman Kanak-kanak dalam tata rias dan busana tari anak usia dini.
Khalayak sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
adalah para guru Taman kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang. Penentuan sasaran
kegiatan tersebut selain sebagai upaya tindak lanjut kegiatan penelitian dan pengabdian yang
pernah dilakukan sebelumnya, juga dengan mempertimbangkan bahwa Kecamatan Gunungpati
merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kota Semarang Jawa Tengah yang berada dekat
dengan kampus Universitas Negeri Semarang, sehingga harapannya kegiatan pengabdian kepada
masyarakat ini dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan profesional guru dalam bidang
seni tari.
Pelaksanaan pelatihan ini melibatkan seluruh guru Taman Kanak-kanak Kecamatan
Gunungpati Semarang yang berjumlah 10 orang, sehingga setiap Taman Kanak-kanak rata-rata
mengirimkan satu orang guru. Secara berantai mereka yang mengikuti kegiatan pelatihan dan
penyuluhan ini diharapkan selanjutnya akan menyebarluaskan pengetahuan dan ketrampilannya
kepada guru Taman Kanak-kanak yang lain.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada sesi ini disajikan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat mengenai pelatihan
tata rias wajah dan busana tari anak usia dini bagi guru Taman kanak-kanak se Kecamatan
Gunungpati Kabupaten Semarang. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diikuti oleh 10
guru dari Taman kanak-kanak yang ada di Kecamatan Gunungpati Kabupaten Semarang.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan selama 3 hari yaitu tanggal 1315 Agustus 2014 di ruang kaca gedung B2 Jurusan Pendidikan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Semarang. Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui beberapa tahapan,
yaitu;

(1) Mengidentifikasi kemampuan awal dan keterampilan guru Taman Kanak-kanak

Kecamatan Gunungpati dalam tata rias dan busana tari anak, (2) Melakukan penyuluhan tentang
pengetahuan tata rias dan busana tari anak usia dini, (3) Melakukan pelatihan tata rias dan busana
tari anak bagi guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang. Peserta diwajibkan
membawa satu set alat dan bahan rias yang dimiliki, (4) Melakukan evaluasi pelatihan dengan
cara mewajibkan peserta mempraktekan merias dan menata busana salah satu tari anak, (5)

Mengukur keberhasilan penyuluhan dan pelatihan tata rias dan busana tari anak usia dini guru
Taman Kanak-kanak Semarang dengan cara melihat hasil riasan dan penataan busana tari anak
usia dini. Apabila mencapai 80 % dari jumlah seluruh peserta yang mampu merias dan menata
busana tari anak usia dini, maka kegiatan pelatihan dan penyuluhan ini dianggap berhasil.
Peserta pelatihan ini, akan mendapatkan sertifikat pelatihan apabila penyuluhan dan pelatihan
ini selesai. Bagi yang tidak mengikuti praktek tata rias dan busana tari anak, maka peserta
tersebut dianggap gagal dan tidak mendapatkan sertifikat.
Tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan dalam pengabdian kepada masyarakat sebagai
berikut: (1) Identifikasi Kemampuan Awal dan Keterampilan Guru Taman Kanak-kanak
Kecamatan Gunungpati Semarang dalam Tata Rias dan Busana Tari Anak perlu dilakukan
sebelum memberikan materi keterampilan tata rias dan busana tari anak dengan cara memberikan
free test yaitu bertanya kelengkapan alat dan bahan, kegunaan masing-masing alat dan bahan tata
rias, serta meminta guru untuk merias dirinya sendiri terlebih dahulu. Dari hasil riasan wajah
guru tersebut, dapat diidentifikasi kekurangan dan kelebihannya, sehingga pengabdi dapat
memberikan pelatihan sesuai dengan kemampuan awal guru Taman Kanak-kanak.
Penyuluhan tentang pengetahuan dan keterampilan tata rias dan busana tari anak usia dini
kepada guru Taman Kanak-kanak diberikan secara terpadu, dengan cara memberikan contoh
serta memberikan pengetahuannya. Merias wajah anak dimulai dengan cara membersihkan
wajah, memberikan alas bedak, memulas bedak, membuat alis, memulas eye shadow, memulas
blush on, memasang bulu mata, membuat bayangan hidung, dan memberikan warna pada bibir.
Setelah proses penyuluhan selesai, guru Taman Kanak-kanak diminta untuk
mendemonstrasikan tata rias wajah anak dengan cara merias temannya secara bergantian. Pada
saat guru-guru sedang mendemonstrasikan tata rias wajah anak, pengabdi mendampingi dan
memberikan koreksi terhadap hasil riasan guru Taman Kanak-kanak tersebut. Selain tata rias
wajah dan busana, guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati juga mendemonstrasikan
tata rias rambut. Pada tahapan evaluasi ini, guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati
diminta untuk merias dirinya masing-masing untuk mengetahui sejauhmana hasil materi
penyuluhan dan pelatihan diterima.
PENUTUP
Simpulan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan dan pelatihan
tata rias wajah dan busana tari anak usia dini kepada guru Taman kanak-kanak di Kecamatan
Gunungpati Semarang meliputi identifikasi kemampuan awal dan keterampilan guru Taman
Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati dalam tata rias dan busana tari anak, penyuluhan tentang
pengetahuan tata rias dan busana tari anak usia dini, pelatihan tata rias dan busana tari anak bagi
guru Taman Kanak-kanak Kecamatan Gunungpati Semarang, evaluasi pelatihan dengan cara
mewajibkan peserta mempraktekan merias dan menata busana salah satu tari anak, hasil
penyuluhan dan pelatihan tata rias dan busana tari anak usia dini guru Taman Kanak-kanak
Semarang dengan cara melihat hasil riasan dan penataan busana tari anak usia dini.
Saran
Berdasarkan hasil penyuluhan dan pelatihan tata rias wajah dan busana tari anak usia dini
bagi guru Taman kanak-kanak di Kecamatan Gunungpati Semarang, saran yang bisa
disampaikan

adalah

hendaknya

guru

terus

berlatih

dan

tidak

segan-segan

lagi

mendemonstrasikan hasil penyuluhan dan pelatihan dalam kegiatan pementasan seni tari
siswanya.

Daftar Pustaka
Ahmadi, H. A.1992. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Bastomi, Suwaji. 1985. Seni Rupa dalam Pagelaran Tari. Semarang: Toko Dewi.
Binarul, Anas dkk. 1998. Indonesia Indah : Busana Tradisional Seri ke-10. Jakarta: Perum
Percetakan Negara Republik Indonesia.
Jazuli. 2007. Pendidikan Seni Budaya Suplemen Pembelajaran Seni Tari. Semarang: UNNES
Press.
Kusumastuti, Eny. 2003. Pendidikan Seni Tari Pada Anak Usia Dini Di Taman Kanak-kanak
Tadika Puri cabang Erlangga Semarang sebagai Proses Alih Budaya. Laporan Penelitian.
Semarang : LEMLIT UNNES.

Lestari, Wahyu. 1989. Proses Sosialisasi, Enkulturasi dan Internalisasi dalam Pengajaran Seni
Tari Pada Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri di Kabupaten Sleman Daerah
Istimewa Yogyakarta. Tesis. Yogyakarta: PPS IKIP Togyakarta.
Lestari, Wahyu. 1993. Teknologi Rias Panggung. Semarang: IKIP Semarang.
Sumarni, Nanik Sri. 2001. Warna Garis dan Bentuk Ragam Hias Dalam Tata Rias dan Busana
Wayang Wong Sriwedari Sebagai Sarana Ekspresi. Harmonia, Jurnal Pengetahuan dan
Pemikiran Seni Vol. 2 No. 3/ September-Desember 2001. Semarang: Jurusan Pendidikan
Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni UNNES.
Supriyatna, Atang dan Rama Sastra Negara. 2010. Pendidikan Seni Tari Untuk SMP/MTs.
Jakarta. Depdiknas.
Surani, Sri. 2008. Makna Simbolis Rias dan Busana Tari Bedaya Ketawang di Keraton
Kasunanan Surakarta. Skripsi Jurusan Pendidikan Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni
UNNES
Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Yayasan Bhakti
Winaya.
Suryabrata, Sumadi. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Triyanto. 2001. Pembelajaran Kreativitas Melalui Pendidikan Seni Rupa di Taman Kanakkanak. Lingua Artistika: Jurnal Bahasa dan Seni FBS UNNES Semarang : CV. IKIP
Semarang Press.
Yusuf LN, Syamsu. 2001. Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset.