KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU D

`
Tugas Asuhan Kebidanan Masa Persalinan

KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU DALAM MASA PERSALINAN
Dosen Pembimbing : K. Kasiati, S.Pd., Amd Keb., M.Kes

Disusun oleh :
Irine Tri Prabasari
P27824113002
REGULER A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS SUTOMO
2013-2014

A. PENGERTIAN
1. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi, yang mampu hidup dari
dalam uterus vagina ke dunia luar. (Wiknjosastro, 2008)
2. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uteri) yang telah

cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lahir lain dengan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 1998)
3. Persalinan adalah pengeluaran produk konsepsi yang viable melalui jalan lahir
biasa. (Mohtar,1998)
B. SEBAB – SEBAB
1. Teori Kerenggangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah
melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dimulai.
2. Teori Penurunan Progesteron
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim. Sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen di dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
3. Teori Oksitosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah, oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot rahim.
4. Teori Pengaruh Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat pada usia kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua. Hal ini juga di sokong dg adanya kadar prostaglandin

yg tinggi baik dalam air ketuban maupun darah parifer pada ibu ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan. Pemberian prostaglandin saat hamil
dapat menumbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
5. Teori Plasenta Menjadi Tua
Dengan bertambahnya usia kehamilan, plasenta menjadi tua dan menyebabkan vili
corialis mengalami perubahan sehingga kadar esterogen dan progesteron
menurun. Hal ini menimbulkan kekejangan pembuluh darah dan menyebabkan
kontraksi rahim.

6. Teori Distensi Rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskema
otot – otot uterus sehingga mengganggu siskulasi uteroplesenter .
7. Teori Berkurangnya Nutrisi
Teori ini ditentukan oleh Hipokrates. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil
kosepsi akan segera dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena juga semakin tuanya
usia plasenta sehingga fungsinya sebagai alat transportasi nutrisi dari ibu ke janin
mengalami penurunan sehingga janin harus segera dikeluarkan.

C. TAHAPAN PERSALINAN
1. Kala I

Dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekueansi
dan kekuatannya), hingga servik membuka lengkap (10 cm).
a. Fase Laten
 Dimulai sejak awal kontraksi, yang menyebabkan penipisan dan



pembukaan servik secara bertahap.
Berlangsung hingga serviks membuka 3 cm.

 Berlangsung ± 8 jam.
b. Fase Aktif
 Fase Akselerasi


Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 jam.
Fase Dilatasi Maksimal
Dalam 2 jam, pembukaan berlangsung cepat dari pembukaan 4 cm




menjadi 9 cm.
Fase Deselerasi
Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam 2 jam pembukaan dari 9 cm

menjadi 10 cm.
Pada primi, berlangsung selama 12 jam, pada multigravida sekitar 8 jam.
Kecepatan pembukaan serviks dari 1 cm per jam (nulipara/primigravida) atau
lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

2. Kala II
Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan
berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah :
a. Pembukaan serviks yang lengkap (10 cm)
b. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
3. Kala III
Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya
plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.
D. TANDA – TANDA PERSALINAN
1. Tanda – Tanda Persalinan Sudah Dekat
a. Lightening
Pada minggu ke – 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena
kepala bayi sudah masuk PAP yang disebabkan oleh :
 Kontraksi Braxton Hicks.
 Ketegangan otot perut.
 Ketegangan ligamentum rotundum.
 Gaya berat janin kepala ke arah bawah.
b. Terjadinya His Permulaan
Dengan makin tua pada usia kehamilan, pengeluaran esterogen dan
progesteron semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan
kontraksi, yang ebih sering sebagai his palsu.
Sifat his palsu :
 Rasa nyeri ringan di bagian bawah







Datangnya tidak teratur
Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
Durasinya pendek
Tidak bertabah jika beraktifitas.

2. Tanda – Tanda Persalinana.
a. Terjadinya His Persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
 Pinggang terasa sakit yag menjalar ke depan
 Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatananya makin
besar.
 Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.
 Makin beraktifitas (jalan), kekuatan makin bertambah.
b. Bloody Show (pengeluaran lendir disertai darah melalui darah)
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan
pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas,
kapiler pembuluh darah pecah, yang menyebabkan perdarahan sedikit.
c. Pengeluaran Cairan

Keluar banyak cairan dari jalan lahir. Ini terjadi akibat terjadinya pecahnya
ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar ketuban baru pecah
menjelang pembukaan tetapi kadang – kadang ketuban pecah pada pembukaan
kecil. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam
waktu 24 jam.
E. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN
1. Faktor Power
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan
tersebut meliputi his, kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dan
aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.
a. His (Kontraksi Uterus)
Adalah kekuatan kntraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna. Sifat his yang baik adalah kontraksi simetris, fundus
dominan, terkoordinasi dan relaksasi.
 Pembagian his dan sifat – sifatnya
His pendahuluan
His tidak kuat, datang tidak teratur, menyebabkan keluarnya lendir
dan darah (bloody show).
His pembukaan (Kala I)
Menyebabkan pembukaan serviks, semakin kuat, teratur, dan sakit.

His pengeluaran (Kala II)

Untuk mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur, simetris,
terkoordinasi.
His pelepasan uri (Kala III)
Kontraksi sedang untuk melepaskan dan melahirkan plasenta.
His pengiring (Kala IV)
Kontraksi lemah, masih sedikit nyeri,terjadi pengecilan rahim dalam


beberapa jam atau hari.
Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal – hal yang harus
diperhatikan dari his adalah :
Frekuensi his
: jumlah his dalam waktu tertentu, biasanya per
menit atau per 10 menit.
Intensitas his
: kekuatan his (adekuat atau lemah)
Durasi (lama his)
: lamanya his berlangsung dan ditentukan

dengan detik.
Interval his



: jarak antara his satu dengan his lainnya,

misalnya his datang tiap 2 – 3 menit.
Datangnya his
: apakah sering, teratur atau tidak.
Perubahan – Perubahan Akibat His
Pada uterus dan serviks
Uterus terasa keras/padat karena kontraksi. Serviks tidak mempunyai
otot – otot yang banyak, sehingga setiap muncul his terjadi
pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) pada serviks.
Pada Ibu
Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula
kenaikan kenaikan denyut nadi dan tekanan darah.
Pada Janin
Pertukaran oksigen pada sirkulasi uteroplasenter berkurang, sehingga

tibul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat dan kurang jelas
terdengar karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul – betul terjadi
hipoksia agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi



gawat janin di atas 180/menit dan tidak teratur.
Kelainan Kontraksi Otot Rahim (His)
Inertia Uteri
His yang sifatnya lemah pendek dan jarang. Ada 2 macam :
1. Inertia uteri primer
: apabila sejak awal kekuatannya sudah
lemah
2. Inertia uteri sekunder

: his pernah cukup kuat namun kemudian

melemah.
Tetania Uteri
His yang terlalu kuat dan sering, sehingga tidak ada kkesempatan

untuk relaksasi otot rahim. Akibat dari tetania uteri :

1. Persalinan presipitatus : persalinan yang berlangsung dalam



waktu 3 jam.
2. Asfiksia intra uterin sampai kematian janin dalam rahim.
Inkoordinasi Otot Rahim
Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapatmmenyebabkan sulitnya
kekuatan otot rahim, untuk bisa meningktkan pembukaan atau pengeluaran

janin dari dalam rahim.
b. Tenaga Mengejan
 Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga yang mendorong
anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot – otot


dinding perut, yang meningkatkan peninggian tekanan intraabdominal.
Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar, tapi



jauh lebih kuat lagi.
Saat kepala sampai ke dasar panggul, rimbul refleks yang menyebabkan
ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan otot – otot perut dan menekan



diafragmanya ke bawah.
Tenaga megejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap,



dan paling efektif sewaktu ada his.
Tanpa tenaga mengejan anak tidak dapat lahir. Misalnya pada penderita
yang lumpuh otot – otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan



forceps.
Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah terlepas dari dinding
rahim.

2. Faktor Passager
Faktor lain yang berpengaruh dalam persalinan adalah faktor janin, yang meliputi
sikap janin, presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin.
a. Sikap (Habitus)
Menunjukkan hubungan bagian – bagian janin dengan sumbu janin, biasanya
terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya berada dalam sikap fleksi,
dimana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan
bersilang di dada.
b. Letak (Situs)
Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu, misalnya letak
lintang, yaitu sumbu janin tegak lurus dengan sumbu ibu, letak membujur
yaitu sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, hal ini bisa berupa letak kepala
atau letak sungsang.
 Letak membujur (longitudinal)

Letak kepala (97%) : (1) letak fleksi = LBK (95,5%), (2) Letak
defleksi : letak puncak kepala, letak dahi, dan letak muka (1,5%)
Letak sungsang = letak bokong (2,5 – 3%) : L. Bokong sempurna
(complete breech), L. Bokong (Frank breech), L. Bokong tidak
sempurnna (incomplete breech).

Letak lintang (transverse lie) : (0,5 – 2%)
letak miring (Oblique lie) :
Letak kepala mengolak
Letak bokong mengolak
c. Presentasi
Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim,



yang dijumpai ketika palpasi atau pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi
kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain – lain.

d. Bagian Terbawah Janin
Sama dengan presentasi, hanya lebih deiperjelas istilahnya.
e. Posisi Janin
 Untuk indikator, atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah
sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu (materal –
pervis). Misalnya pada letak belakang kepala (LBK) ubun – ubun kecil




kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.
Untuk menentukan presentasi dan posisi janin, maka harus dapat
menjawab pertanyaan – pertanyaan berikut :
Bagian janin apa yang terbawah?
Di maa bagian terbawah tersebut?
Apa indikatornya?
Ada 6 variasi dari petunjuk arah (indikator) pada bagian terbawah janin :
Letak Belakang Kepala (LBK)
Indikator : Ubun – Ubun Kecil (UUK)
Variasi posisi :
1. Uuk kiri depan
2. Uuk kiri belakang
3. Uuk kiri melintang kiri
4. Uuk kiri kanan depan
5. Uuk kiri kanan belakang
6. Uuk kiri melintang kanan
Presentasi Dahi
Indikator : teraba dahi dan ubun – ubun besar (uub)
Variasi posisi :
1. Uub kiri depan
2. Uub kiri belakang
3. Uub melintang kiri
4. Uub kanan depan
5. Uub kanan belakang
6. Uub melintang kanan
Presentasi Muka
Indikator : dagu (meto)

Variasi posisi :
1. Dagu kiri depan
2. Dagu kiri belakang
3. Dagu melintang kiri
4. Dagu kanan depan
5. Dagu kanan belakang
6. Dagu melintang kanan
Presentasi bokong
Indikator : sakrum
Variasi posisi :
1. Sakrum kiri depan
2. Sakrum kanan depan
3. Sakrum kanan belakang
4. Sakrum melintang kanan
Letak Lintang
Menurut posisi kepala :
1. Kepala kiri
2. Kepala di kanan
Menurut arah punggung
1. Punggung depan (dorso – anterior)
2. Punggung belakang (dorso – posterior)

3. Punggung atas (dorso – superior)
4. Punggung bawah (dorso – inferior)
Presentasi bahu (skapula)
1. Bahu kanan
2. Bahu kiri
Tangan menumbung :
1. Tentukan apakah : tangan kiri atau tangan kanan
2. Indikator adalah ketiak (axila)
3. Ketiak menutup atau membuka ke kanan
4. Ketiak menutup atau menutup ke kanan.

3. Faktor Passage (Jalan Lahir)
Passage atau faktor jalan lahir dibagi menjadi : (a) Bagian keras : Tulang – tulang
panggul (Rangka panggul), (b) Bagian lunak : Otot – otot, jaringan – jaringan,
dan ligamen – ligamen.
a. Bagian Keras Panggul


Tulang panggul :
Os coxae : os ilium, os ischium, os pubis.
Os sacrum = promontorium
Os coccygis



Artikulasi :
Simpisis pubis, di depan pertemuan os pubis

Artikulasi sakro – iliaka yang menghubungkan os sakrum dan os
ilium
Artikulasi sakro – koksigium yang menghubungkan os sakrum dan
koksigius


Ruang panggul
Pelvis mayor (false pelvis)
Pelvis minor (true pelvis)
Pelvis mayor terletak di atas linea terminalis, yang di bawahnya disebut
pelvis minor.



Pintu panggul
Pintu Atas Panggul (PAP)
Inlet, batas – batasnya adalah promontorium, linea terminalis (linea
inominata), sayap sakrum, ramus superior os pubis dan pinggir atas
sympisis. Ukuran – ukuran yang bisa ditentukan dari PAP adalah
1. Conjogata vera
Jarak dari promontorium ke pinggir atas sympisis, ukuran
normalnya 11 cm. Dari ukuran – ukuran PAP konjugata vera
adalah ukurang yang terpenting dan satu – satunya ukuran yang
dapat diukur secara tidak langsung (indirect) adalah dengan
mengurangi conjugata diagonalis sejumlah 1,5 – 2 cm.
2. Ukuran Melintang (diameter tranversa)
Merupakan ukuran terbesar antara linea inominata diambil tegak
lurus pada konjugata vera ukurannya 12,5 – 13,5 cm.
3. Ukuran Serong (oblikua)

Diambil aris dari artikulasio sakroiliaka ke tuberkulum pubikum,
dari belahan panggul yang betentangan.

Bidang Luas Panggul
Bidang terluas dalam panggul perempuan membentang antara
pertengahan simfisis menuju ke pertemuan tulang belakang (os
sakrum) kedua dan ketiga, ukurang muka belakangnya 12,75 cm dan
ukuran melintang 12,5 cm. Karena tidak ada ukuran yang kecil,
bidang ini tidak menimbulakan kesulitan dalam persalinan.
Bidang Sempit Panggul
Bidang sempit panggul mempunyai ukuran terkecil jalan lahir,
membentang setinggi tepi bawah sympisis, spina isciadika, dan
memotong tulang kelangkang (os sakrum setinggi 1 – 2 cm di atas
ujungnya.

Pintu Bawah Panggul (PBP)
Pintu baawah panggul (PBP) bukan berupa satu bidang, tetapi terdiri
dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang
menghubungkan kedua tuber ischiadicum kiri dan kanan. Puncak dari
segitiga bagian belakang adalah ujung os sakrum, sisinya adalah
ligamentum sacro tuberosum kiri dan kanan. Segitiga depan dibatasi
oleh arcus pubis.


Sumbu Panggul
Adalah garis yang menghubungkan titim – titik runag panggul yang
melengkung ke depan (sumbu carus)



Bidang – Bidang
Bidang Hodge I
Jarak anatara promontorium dan pinggir atas sympisis, sejajar dengan
PAP.
Bidang Hodge II
Sejajar dengan PAP, melewati pinggir atas sympisis.
Bidang Hodge III
Sejajar dengan PAP, melewati spina ischiadika.
Bidang Hodge IV
Sejajar dengan PAP, melewati ujung coccygeus.



Ukuran – Ukuran Panggul
Alat pengukur ukuran panggul :
1. Pita meter
2. Jangka panggul : Martin, Oseander, Collin, dan Baudelogue.
3. Pelvimetri klinis dengan periksa dalam
4. Pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli radiologi dan hasilnya
diinterpretasikan oleh ahli kebidanan.
Ukuran – Ukuran Panggul Luar
1. Distansia spinarum yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior
superior (24 – 26 cm)
2. Distansia cristarum yaitu jarak antara kedua crista iliaka kanan
dan kiri (28 – 30 cm)
3. Conjugata eksterna (Baudelogue) yaitu jarak antara pinggir atas
sympisis dan ujung processus spinosus ruas lumbal V (18 – 20
cm)
4. Lingkar panggul, dari pinggir atas sympisis ke pertengahan
antara spina iliaka anterior superior dan trochanter mayor

sepihak, lalu kembali melalui tempat sama, ke pihak lain (80 – 90
cm)
5. Distansia tuberum (10,5 cm) : jarak anatar tuber iskii kanan dan
kiri. Untuk mengukur digunakan oseander. Angka yang ditunjuk
jangkar harus ditambah 1,5 cm karena adanya jaringan sub kutis
antara tulang dan ujung jangkar yang menghalangi pengukuran
secara tepat.
6. Distansia interokanterika : jarak antara trochanter mayor.
Inklinasi Pelvis (miring panggul)
Adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila perempuan berdiri
tegak dengan inlet 55 – 60 derajat.
Jenis Panggul (menurut Caldwell dan Moloy, 1933)
Didasarkan pada ciri – ciri bentuk PAP, ada 4 bentuk dasar panggul :
1. Ginekoid, adalah bentuk panggul paling ideal, bentuk hampir
bulat. Panajng diameter antero – posterior kira – kira sama
dengan diameter tranversa. Jenis ini ditemukan pada 45% wanita.
2. Android adalah bentuk panggul hampir segitiga. Umumnya laki –
laki mempinyai jenis panggul ini. Panjang diameter
anteroposterior hampir sama dengan diameter tranversa, akan
tetapi yang terakhir jauh labih mendekati sacrum. Jenis ini
ditemukan pada 15% wanita.
3. Antropoid bentuk panggul agak lonjong seperti telur. Panjang
diameter anteroposterior lebih besar daripada diameter tranversa.
Jenis ini ditemukan pada 35% wanita.
4. Platipeloid adalah jenis panggul ginekoid yang menyempit pada
arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada
ukuran muka belakang. Jenis ini ditemukan pada 5% wanita.

Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari keempat bentuk
klasik tersebut, misalnya :
1. Jenis gineko – android
2. Jenis gineko – antropoid
3. Dan kombinasi – kombinasi lainnya (ada 14 jenis)

b. Jalan Lahir Lunak
Bagian lunak pannggul terdiri dari otot – otot dan ligamentum yang meliputi
dinding panggul sebelah dalam dan menutupi panggul bagian bawah. Yang
menutupi panggul dari bawah membentuk dasar panggul, disebut diafragma
pelvis.


Diafragma pelvis dari dalam ke luar terdiri atas :
Pars muskularis, yaitu musculus levator ani, letaknya agak ke
belakang dan merupakan suatu sekat yang ditembus oleh rectum.
Musculuc levator ani kiri dan kanan sebetulnya terdiri atas 3 bagian,
yaitu :
1. Musculus pubo coccygis dari os pubis ke septum anococcygeum

2. Musculus ilio coccygis dari arcus tendineus musculus levator ani
ke os coccygis dan septum anococcygeum
3. Musculus ischio coccygis dari spina ischiadika ke pinggir sakrum
dan os coccygis.
Pars membranacea, yaitu diafragma urogenitale, anatara musculus
pubo coccygeus kiri kanan terdapat celah berbentuk segitiga, yang
disebut hiatus urogenitalis yang terturup oleh sekat yang disebut
diafragma urogenitale. Sekat ini menutupi pintu bawah panggul di
sebelah depan, dan pada perempuan sekat ini ditembus oleh uretra
dan vagina. Diafragma pelvis ini menahan genetalia interna pada
tempatnya. Kalu otot – otot rusak atau lemah, misalnya karena
persalinan yang sering dan berturut – turut, mungkin genetalia interna
turun (prolaps).


Perineum
Merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul. Daerah ini
terdiri dari 2 bagian :
Regio analis di sebelah belakang. Di sini terdapat musculus spincter
ani externus yang mengelilingi anus.
Regio urogenital. Di sini terdapat :
1. Musculus bulbo cavernosus, yang mengelilingi vulva
2. Musculus ischio cavernosus
3. Musculus transvernosus perinei superfisialis

4. Faktor Psikologi Ibu
Keadaan psikologi ibu memengaruhi proses persalinan. Ibu bersalin yang
didampingi oleh suami dan orang – orang yang dicintainya cenderung mengalami

proses persalinan yang lebih lancar dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa
suami atau orang – orang yang dicintainya. Ini menunjukkan bahwa dykungan
mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang berpengaruh pada
kkelancaran proses persalinan.

5. Faktor Penolong
Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk memerlancar proses
persalinan dan mencegah kematian maternal neonatal. Denga pengetahuan dan
kompetensi yang baik diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberika
asyhan tidak terjadi.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25