DAFTAR JENIS JENIS TUMBUHAN DAN SATWA YA

BELAJAR TENTANG MANAJEMEN
PETA KERAWANAN BENCANA

sebuah inspirasi yang dituangkan ke dalam tulisan dan digunakan sebagai referensi
pribadi untuk mendukung kegiatan kerja di kantor

H

ORA
SIM A M
A
U
T
TODO
ELMUT

Oleh :
Helmut Todo Tua Simamora, M.Si
Badan Lingkungan Hidup, Penelitian dan Pengembangan
Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara


PETA KERAWANAN BENCANA
DEFENISI BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa
A
manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian
MOR
A
M
I
S
A
O TU
D

O
harta benda, dan
dampak
psikologis.
UT T
HELM

PENANGGULANGAN BENCANA DALAM
SITUASI TIDAK TERJADI BENCANA

1.
2.
3.
4.

Perencanaan penanggulangan bencana.
Pengurangan risiko bencana. SIMAMORA
TUA
O
D

T TO
U
Pencegahan.
M
HEL
Pemaduan dalam perencanaan
pembangunan.
5. Persyaratan analisis risiko bencana.
6. Pelaksanaan dan penegakan rencana
tata ruang.
7. Persyaratan standar teknis
penanggulangan bencana

PENGURANGAN RISIKO BENCANA
1. Pengenalan dan pemantauan risiko
bencana.
2. Perencanaan partisipasi penanggulangan
bencana.
RA
MO

A
SIM
A
3. Pengembangan budaya sadar
bencana.
U
T
DO
O
T
T
MU
L
E
4. Peningkatan komitmenH terhadap pelaku
penanggulangan bencana, dan
5. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan
pengaturan penanggulangan bencana

PENCEGAHAN RISIKO BENCANA

1. Identifikasi dan pengenalan secara pasti
terhadap sumber bahaya atau ancaman
bencana.
2. Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan
sumber daya alam yang secara tiba-tiba
A
MO R
A
M
I
dan/atau berangsur berpotensi
UA S menjadi sumber
T
O
OD
UT T
M
L
bahaya bencana. HE
3. Pemantapan penggunaan teknologi yang secara

tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi
sumber bahaya bencana.
4. Penataan ruang dari pengelolaan lingkungan
hidup, dan
5. Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

RUANG LINGKUP
1. Perencanaan tata ruang kawasan rawan bencana
longsor, yaitu :
 Penetapan kawasan rawan bencana longsor, meliputi
penetapan : tipologi, tingkat kerawanan dan tingkat
risiko rawan bencana longsor.
 Penentuan struktur ruang kawasan rawan rawan
bencana longsor.
 Penentuan pola ruang kawasan rawan bencana
longsor meliputi penentuan : jenis dan lokasi
kegiatan di kawasan budi daya dan kawasan lindung.
2. Pemanfaatan ruang kawasan rawan longsor
mencakup : pemrograman, pembiayaan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang kawasan

rawan bencana longsor.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

RUANG LINGKUP
3. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan rawan
bencana longsor mencakup :
a. Penyusunan arahan peraturan zonasi pada
wilayah provinsi dan penyusunan peraturan
zonasi pada wilayah kabupaten/kota.
b. Perizinan pemanfaatan ruang di kawasan rawan
bencana longsor.
c. Pemberian insentif dan pengenaan disinsentif
dalam pemanfaatan ruang di kawasan rawan
bencana longsor.
d. Pengenaan sanksi terhadap pelanggaran
pemanfaatan ruang di kawasan rawan bencana
HELMUT TODO TUA SIMAMORA
longsor.

RUANG LINGKUP

4. Penatalaksanaan penataan ruang kawasan
rawan bencana longsor mencakup :
 Kelembagaan penataan ruang kawasan rawan
bencana longsor.
 Hak, kewajiban, dan peran masyarakat dalam
penataan ruang kawasan rawan bencana
longsor.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

JENIS RAWAN BENCANA
I. Terjadinya Tanah Longsor.
Tanah longsor sebagai salah satu bencana
gologis yang bisa diperkiran.
Petunjuk/Gejala umum untuk memantau
kemungkinan terjadinya perpindahan massa
tanah dalam jumlah besar dalam bentuk
longsor, yaitu :
1. Kerusakan pada lantai dan tembok
bangunan, atau pada tanah.

2. Amblesnya sebagian lantai konstruksi
bangunan, ataupun amblesnya tanah pada
lereng.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

PETUNJUK / GEJALA UMUM
3. Terjadinya penggembungan pada tebing lereng atau
dinding konstruksi penguat lereng.
4. Miringnya pohon-pohon atau tiang-tiang pada
lereng.
5. Munculnya rembesan air pada lereng secara tibatiba.
6. Mata air pada lereng menjadi keruh secara tiba-tiba.
7. Muka air sungai naik beberapa sentimeter dan air
sungai menjadi keruh secara tiba-tiba.
8. Runtuhnya bagian-bagian tanah dalam jumlah besar.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

FAKTOR PENYEBAB TANAH LONGSOR
Tanah longsor merupakan gejala alam yang terjadi

di sekitar kawasan pegunungan. Semakin curam
kemiringan lereng suatu kawasan, semakin
besar kemungkinan terjadinya longsor.
Tanah longsor terjadi sebagai akibat perubahanperubahan, baik secara mendadak atau
bertahap pada komposisi, struktur, hidrologi,
getaran akibat gempa bumi, letusan, gerakan
mesin dan lalu lintas serta vegetasi pada satu
lereng. Perubahan-perubahan ini bisa bersifat
alami atau disebabkan oleh manusia dan
menyebabkan gangguan keseimbangan materimateri yang ada pada lereng.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

JENIS-JENIS TANAH LONGSOR
Berdasarkan gerakannya, tanah longsor dapat
diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, sebagai berikut :
1. Rayapan, gerakan massa tanah atau batuan bergerak
dengan kecepatan lambat, kurang dari 1 meter/tahun.
Jenis tanah longsor ini terjadi pada lereng landai
( kemiringan 10 o – 20 0), dan umumnya tidak
menimbulkan korban jiwa tetapi merusakkan bangunan.

2. Luncuran, lebih sering terjadi pada lereng dengan
kemiringan 20 o – 40 0 , kecepatan gerakkannya dapat
mencapai 25 m/menit.
3. Jatuhan, sejumlah besar batuan atau materi lainnya
bergerak ke bawah dengan cara jatuh. Kondisi ini yang
paling umum terjadi di sepanjang jalan dan pematang
yang terjal, atau tebing yang curam (≥ 40 0).
Student Alumni of PSMIL Unpad 2003 – UNAI 1999 at Bandung
-Indonesia

4. Aliran. Campuran tanah, batuan dan air yang
membentuk suatu cairan kental. Aliran pada
mulanya adalah endapan longsoran dalam
suatu lembah, kemudian karena kemiringan, ia
meluncur dan berkembang sebagai masssa
pekat yang menuruni lereng.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

MENGATASI BENCANA TANAH LONGSOR
Upaya-upaya mengatasi bencana tanah longsor, perlu
dilakukan melalui cara, antara lain :
1. Area yang pernah mengalami kejadian bencana
longsor di wilayahnya.
2. Area yang rawan terhadap getaran bumi dan
gempa bumi.
3. Area pegunungan.
4. Area yang terjadi degradasi lahan yang parah.
5. Area yang tertutup butir-butir pasir yang lembut
atau bekas letusan gunung berapi.
6. Area yang menerima curah hujan yang tinngi atau
area-area aliran air hujan.
TODO TUA SIMAMORA
7. Area yang terjal HELMUT
dan gundul.

JENIS RAWAN BENCANA
II. Terjadinya Gempa Bumi
Beberapa hal yang menentukan timbulnya
bencana dari dampak gempa, antara lain :
1. Skala atau magnitude gempa.
2. Durasi dan kekuatan getaran.
3. Jarak sumber gempa terhadap perkotaan.
4. Kedalaman sumber gempa.
5. Kualitas tanah dan bangunan.
6. Lokasi bangunan terhadap perbukitan dan
pantai.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI
Terdapat 10 skala intensitas gempa yang tergantung
pada besarnya getaran yang dirasakan di permukaan
bumi. Kesepuluh skala intensitas gempa bumi tersebut
adalah sebagai berikut :
Intensitas - I
1. Tidak begitu terasa adanya getaran.
2. Air dalam wadah bergoyang sedikit.
Intensitas – II
3. Sedikit terasa adanya getaran.
4. Dirasakan oleh beberapa individu yang berada dalam
ruangan.
5. Benda yang digantung bergoyang lemah.
HELMUT
TODO TUA
SIMAMORA
6. Air tenang di dalam
wadah
bergoyang
lemah.

INTENSITAS GEMPA BUMI
Intensitas – III
1. Gerakan terasa tetapi lemah.
2. Dirasakan oleh banyak orang di dalam ruangan,
terutama di lantai atas sebuah bangunan.
3. Benda yang digantung bergoyang agak kuat.
4. Air tenang bergoyang agak kuat.
5. Suara keras mungkin terdengar.
Intensitas – IV
1. Getaran terasa agak kuat.
2. Dirasakan oleh orang yang berada di dalam ruangan
juga di luar ruangan. Membangunkan orang tidur.
Getaran yang dirasakan seperti dilewati truk besar.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI
3. Benda yang digantung bergoyang agak kuat. Piring,
jendela dan pintu bergetar. Lantai dan dinding dan
atap berderak. Mobil yang diparkiri bergetar sedikit.
4. Air di dalam wadah bergoyang sedikit.
5. Suara keras mungkin terdengar.
Intensitas -V
1. Terasa adanya getaran yang kuat.
2. Dirasakan oleh banyak orang baik di dalam
maupun di luar ruangan. Banyak orang orang tidur
yang terbangun. Beberapa orang menjadi
ketakutan dari lari keluar ruangan. Getaran dan
goyangan kuat dirasakan
diSIMAMORA
seluruh bangunan.
HELMUT TODO TUA

INTENSITAS GEMPA BUMI
3. Benda yang digantung bergoyang kencang. Peralatan makan
berbunyi dan bergetar, bebarapa pecah. Obyek kecil ringan
dan tidak stabil mungkin jatuh dan terbalik.
4. Air dalam wadah tumpah.
5. Daun dan dahan pohon terlihat bergoyang.
Intensitas - VI
1. Getaran terasa sangat kuat.
2. Banyak orang yang merasa ketakutan, dan banyak yang
berlari ke luar ruangan. Beberapa orang kehilangan
keseimbangan. Pengendara motor merasa menyetir dengan
ban kempes.
3. Benda berat dan furnitur bergerak atau bergeser. Lonceng
kecil di gereja atau menara mungkin berbunyi. Plester dinding
banyak yang retak. Rumah tua atau bangunan sederhana dan
struktur buatan manusia
mengalami
kerusakan sedikit.
HELMUTakan
TODO TUA
SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI
4. Beberapa batuan besar di perbukitan atau gunung akan jatuh
menggelinding.
5. Pohon besarakan bergoyang.
Intensitas - VII
1. Getaran merusak lingkungan fisik sekitar.
2. Banyak orang yang merasa ketakutan dan berlari keluar.
3. Sulit untuk berdiri tegak di atas lantai.
4. Bangunan tua dan sederhana akan banyak mengalami kerusakan.
5. Keretakan mungkin akan terlihat di bendungan, kolam ikan,
permukaan tanah, atau dinding yang terbuat dari batako.
6. Dapat diamati terjadinya likuifaksi (liquifaction : proses dimana
tanah kehilangan kekuatan karena gempa bumi sehingga
mengalir seperti cairan), penyebaran tanah dan tanah longsor.
7. Pohon bergoyang cukup keras.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI
Intensitas - VIII
1. Getaran yang terjadi sangat merusak.
2. Orang-orang panik dan sulit berdiri meskipun di luar ruangan.
3. Banyak bangunan kokoh rusak parah. Bendungan dan
jembatan hancur atau terbalik karena perubahan tanah, rel
kereta api bengkok atau rusak.
4. Batu nisan mungkin berubah tempat, atau terbalik, pos
pengawas, menara dan monumen mungkin miring atau
terjatuh. Pipa air dan pembuangan akan bengkok, terpelintir
atau rusak.
5. Likuifikasi dan penyebaran tanah mengakibatkan bangunan
buatan manusia menjadi tenggelam, miring dan jatuh.
6. Banyak tanah longsor dan batu yang jatuh di daerah hilir atau
pegunungan.
7. Dapat dilihat adanya celah di tanah, pohon bergoyang dengan
keras, air keluar dariHELMUT
bendungan
atau penampungan air.
TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI
Intensitas - IX
1. Lingkungan fisik hancur. Kebanyakan bangunan
rusak patah, jembatan dan bangunan beton yang
berada di atas tanah hancur, patah dan terbalik.
2. Manusia terlempar ke tanah.
3. Banyak pos pengawas, menara dan monumen
miring, hancur atau terbalik. Pipa air dan
pembuangan bengkok, terpelintir ataupun pecah.
4. Banyak terjadi tanah longsor dan likuifaksi
dengan penyebaran tanah dan lapisan pasir.
Tanah menjadi tidak rata.
5. Air sungai menyiprat dengan kuat, air di
bendungan atauHELMUT
reservoir
menyembur ke luar.
TODO TUA SIMAMORA

INTENSITAS GEMPA BUMI
Intensitas – X
1. Lingkungan fisik hancur total.
2. Hampir semua bangunan hancur.
3. Adanya tanah longsor yang besar, likuifikasi
skala besar dan terangkatnya tanah, banyak
terdapat celah di tanah.
4. Banyak pohon yang tercabut, patah atau
terbalik.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

PEMETAAN KAWASAN RAWAN DAN TEMPAT EVAKUASI

1. Memetakan daerah-daerah yang paling rawan.
2. Memetakan daerah-daerah yang layak untuk
menjadi tempat evakuasi.
3. Memetakan rute-rute penyelamatan jika terjadi
bencana

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

HUTAN SEBAGAI PENYANGGA KEHIDUPAN
EKOSISTEM (BUFFER LIFE ECOSYSTEM)
Hutan sebagai penyangga kehidupan ekosistem, dan dilindungi
oleh Undang-Undang (UU) : UU Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup / Izin Lingkungan Hidup ; UU Kehutanan dan
UU Penataan Ruang.
Undang-Undang berbunyi, sebagai berikut :
1. Setiap orang dilarang merusak prasarana dan sarana
perlindungan hutan.
2. Setiap orang yang diberikan izin usaha pemanfaatan kawasan,
izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha
pemanfaatan hasil hutan kayu dan bukan kayu, dilarang
melakukan kegiatan yang menimbulkan kerusakan hutan.
3. Setiap orang dilarang :
a. Mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki
kawasan hutan secara tidak sah.
b. Merambah kawasan hutan.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

HUTAN SEBAGAI PENYANGGA KEHIDUPAN
EKOSISTEM (BUFFER LIFE ECOSYSTEM)
c. Melakukan penebangan pohon dalam kawasan hutan
dengan radius atau jarak sampai dengan :
1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau.
2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan
sungai di daerah rawa.
3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai.
4. 50 (Limapuluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai.
5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang.
6. 130 (seratus tigapuluh) kali selisih pasang tertinggi dan
pasang terendah dari tepi pantai.
d. Membakar hutan.
e. Menggembalakan ternak di dalam kawasan hutan yang
tidak ditunjuk secara khusus untuk maksud tersebut oleh
HELMUT TODO TUA SIMAMORA
pejabat yang berwenang.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

14 (EMPAT BELAS) FAKTOR PENDORONG
YANG DAPAT MENYEBABKAN LONGSOR
Curah hujan yang tinggi.
Lereng yang terjal.
Lapisan tanah yang kurang padat dan tebal.
Jenis batuan (litologi) yang kurang kuat.
Jenis tanaman dan pola tanam yang tidak
mendukung penguatan lereng.
Getaran yang kuat (peralatan berat, mesin
pabrik, kenderaan bermotor);
Susutnya muka air danau/bendungan.
Beban tambahan seperti konstruksi bangunan
dan kenderaan angkutan.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

14 (EMPAT BELAS) FAKTOR PENDORONG
YANG DAPAT MENYEBABKAN LONGSOR
9. Terjadinya pengikisan tanah atau erosi.
10. Adanya material timbunan pada tebing.
11. Bekas longsoran lama yang tidak segera
ditangani.
12. Adanya bidang diskontinuitas.
13. Penggundulan hutan; dan/atau
14. Daerah pembuangan sampah.

HELMUT TODO TUA SIMAMORA

DASAR PERUMUSAN KRITERIA (MAKRO) DALAM
PENETAPAN KAWASAN RAWAN BENCANA LONGSOR

1. Kondisi kemiringan lereng dari 15 % hingga 70 %.
2. Tingkat curah hujan rata-rata tinggi ( > 2500
mm/tahun).
3. Kondisi tanah, lereng tersusun oleh tanah
penutup tebal (> 2 meter).
4. Struktur batuan tersusun dengan bidang
diskontinuitas atau struktur retakan.
5. Daerah yang dilalui struktur patahan (sesar).
6. Adanya gerakan tanah; dan/atau
7. Jenis tutupan lahan/vegetasi (jenis tumbuhan,
bentuk tajuk, dan sifat pemekaran).
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR
a. Zona Tipe A
1. Lereng (gunung,pegunungan, bukit, perbukitan dan tebing
sungai).
2. Kemiringan lereng > 40 %.
3. Ketinggian > 2000 mdpl.
4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100 mm/hari,
>2500 mm/tahun, berkisar 70 mm/jam tetapi berlangsung
terus-menerus selama lebih 2 (dua) jam hingga beberapa hari.
5. Gerakan tanah sebesar 2 m s.d 25 m / menit.
6. Jenis batuan dasarnya : andesit, tuf, napal dan batu lempung.
b. Zona Tipe B
7. Daerah kaki (gunung,pegunungan, bukit, perbukitan dan
tebing sungai).
8. Kemiringan lereng 21 % - 40 %.
9. Ketinggian 500 mdpl – 2000 mdpl.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR

b. Zona Tipe B
4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100
mm/hari, >2500 mm/tahun.
5. Kawasan yang rawan terhadap gempa.
6. Sering muncul rembesan air atau mata air pada
lereng, terutama pada bidang kontak antara batuan
kedap air dengan lapisan tanah yang lebih permeable.
7. Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan
berakar serabut.
8. Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan
gempa.
9. Kerapatan gerakan tanah berkisar 2 (dua) meter/hari.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR
Zona Tipe B
10. Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan
air ke dalam lereng.
11. Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu
berat.
12. Sistem drainase yang tidak memadai.
c. Zona Tipe C.
1. Pada daerah dataran (tinggi, rendah, dataran), tebing
sungai, dan lembah sungai.
2. Kemiringan lereng berkisar 0 % - 20 %.
3. Ketinggian 0 mdpl – 500 mdpl.
4. Curah hujan yang tinggi (70 mm/jam atau 100 mm/hari,
>2500 mm/tahun.
5. Kawasan yang rawan terhadap gempa.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KLASIFIKASI TIPE ZONA BERPOTENSI LONGSOR
Zona Tipe C
6. Sering muncul rembesan air atau mata air pada lereng,
terutama pada bidang kontak antara batuan kedap air
dengan lapisan tanah yang lebih permeable.
7. Vegetasi terbentuk dari tumbuhan berdaun jarum dan
berakar serabut.
8. Lereng pada daerah yang rawan terhadap rawan
gempa.
9. Kerapatan gerakan tanah berkisar 2 (dua) meter/hari
yang mengakibatkan retakan dan amblesan tanah.
10. Pencetakan kolam yang mengakibatkan perembesan
air ke dalam lereng.
11. Pembangunan konstruksi dengan beban yang terlalu
berat.
12. Sistem drainaseHELMUT
yang
tidak
memadai.
TODO
TUA SIMAMORA

PENANAMAN VEGETASI DENGAN JENIS
DAN POLA TANAM YANG TEPAT

1.Jenis tanaman yang disarankan pada kawasan
rawan bencana longsor : Akasia, pinus, mahoni,
hohar, jati, kemiri, dan damar serta di daerah
berlereng curam di lembah dapat ditanami
bambu.
2.Pola penanaman yang dapat dikembangkan
pada daerah lereng pegunungan dan tebing
yaitu : tanaman berakar dalam, bertajuk ringan,
cabang mudah tumbuh dan mudah dipangkas.
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

KESIMPULAN
1. Kawasan rawan bencana longsor adalah
kawasan lindung atau kawasan budi daya yang
meliputi zona-zona berpotensi longsor.
2. Longsor adalah suatu proses perpindahan
massa tanah/batuan dengan arah miring dari
kedudukan semula, sehingga terpisah dari
massa yang mantap, karena pengaruh
gravitasi, dengan jenis berbentuk rotasi dan
translasi.
3. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan
Bencana Longsor, antara lain : pertimbangan
karakteristik fisik alami dan aktifitas manusia
TODO TUA
SIMAMORA
yang memberi HELMUT
dampak
terjadinya
longsor.

KESIMPULAN
4.
a.
b.
c.
5.

6.

7.

Penerapan Undang-Undang (UU) :
UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup / Izin
Lingkungan Hidup.
UU Kehutanan.
UU Penataan Ruang.
Wilayah Kabupaten Samosir, umumnya berada di sekitar kaki
dan lereng gunung, pegunungan, bukit dan perbukitan yang
memiliki lembah, kemiringan 0% - > 45%, berada diketinggian
berkisar 907 mdpl – 2200 mdpl.
Wilayah Kabupaten Samosir khususnya beberapa titik/lokasi di
dataran tinggi Tele berada di dalam wilayah patahan semangko
sumatera. Dengan demikian wilayah Kabupaten Samosir
termasuk ke dalam kawasan rawan bencana longsor dan gempa
bumi (gempa tektonik dan gempa vulkano).
Di tinjau ulang penetapan tapak batas peta untuk kawasan
rawan bencana pada areal hutan (lindung/negara, kawasan
lindung , Areal Penggunaan Lain dan Hutan Ulayat / Adat
masyarakat). Penetapan
tapak batas areal hutan ini diduga kuat
HELMUT TODO TUA SIMAMORA

TERIMA KASIH

Student Alumni of PSMIL Unpad 2003 – UNAI 1999 at Bandung
-Indonesia