MENGANALISIS ARTIKEL OPINI DAN KOLOM

MENGANALISIS ARTIKEL, OPINI DAN KOLOM

MAKALAH
Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah
Pembinaan Majalah sekolah
Kelas C

Oleh :

Nur Lailatul Fajariani (130210402053)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia yang tiada
henti-hentinya pada hamba-Mu ini. Terima kasih untuk kedua orang tua yang telah

memberikan dorongan dan bantuan baik secara moral maupun spiritual, saya berhasil
menyelesaikan makalah dengan judul “Menganalisis Artikel, Opini dan Kolom” yang
berisi pemahaman materi bagi teman-teman sebagai sarana belajar agar lebih aktif dan
kreatif.
Dalam penyusunan makalah ini, saya banyak sekali mengalami kesulitan karena
masih dalam proses pembelajaran. Namun, berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan meskipun tidaklah sempurna. Saya
meminta maaf apabila masih banyak terdapat kesalahan dan ketidaksopanan baik dalam
penyampaian maupun penulisannya.
Saya berharap makalah ini dapat memberikan banyak manfaat bagi yang
membacanya, khususnya bagi mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia dan digunakan
sebagai bahan pembelajaran di masa yang akan datang.

Jember, 24 Februari 2014
Penyusun

Nur Lailatul Fajariani

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................ii
I.

PENDAHULUAN.........................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................1

II.

PEMBAHASAN...........................................................................2
2.1 Analisis Artikel....................................................................2
2.2 Analisis Opini......................................................................6
2.3 Analisis Kolom...................................................................11

III.

PENUTUP................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan........................................................................13


DAFTAR RUJUKAN................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pesatnya kemajuan media informasi dewasa ini cukup memberikan kemajuan
yang signifikan. Media cetak maupun elektronik pun saling bersaing kecepatan
sehingga tidak mungkin bila pemburu berita di tuntut kreativitasnya dalam
menyampaikan berita atau informasi. Penguasaan dasar-dasar pengetahuan
jurnalistik merupakan modal yang sangat penting manakala kita harus terjun di
dunia luar. Keberadaan media tidak lagi sebatas menyampaikan informasi yang
aktual kepada masyarakat, tapi media juga mempunyai tanggung jawab yang berat
dalam menampilkan fakta-fakta untuk selalu bertindak objektif dalam setiap
pemberitaannya.
Salah satu media informasi yang masih di gunakan adalah surat kabar. Di
dalam surat kabar memuat halaman-halaman yang berisi tentang artikel, opini,
tajuk rencana, berita, kolom dan masih banyak lainnya.
Namun, makalah ini hanya akan membahas bagaimana menganalisis artikel,
opini dan kolom secara terperinci.

1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Menganalisis isi , sudut pandang , struktur dan kesimpulan pada artikel .
b. Menganalisis isi , sudut pandang , struktur dan kesimpulan pada opini .
c. Menganalisis isi , sudut pandang , struktur dan kesimpulan pada kolom .
1.3 MANFAAT PEMBAHASAN
Dari rumusan masalah di atas dapat diketahui manfaat yang kita peroleh :
a. Mengetahui isi, sudut pandang, struktur dan kesimpulan pada artikel.
b. Mengetahui isi, sudut pandang, struktur dan kesimpulan pada opini.
c. Mengetahui isi, sudut pandang, struktur dan kesimpulan pada kolom.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Analisis Artikel
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2001:66), “Artikel adalah
karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan
sebagainya.” Artikel merupakan salah satu karya tulis ilmiah yang paling
sederhana. Dari pemilihan judul, sistematika penulisan sampai isi sebuah artikel
lebih sederhana dari karya tulis ilmiah lainnya. Begitupun pemilihan kata dan
ragam bahasanya lebih santai.
Dalam ilmu jurnalistik, artikel adalah salah satu bentuk tulisan non fiksi

berisi fakta dan data yang disertai sedikit analisis dan opini dari penulisnya.
Biasanya, artikel hanya menyangkut satu pokok permasalahan, dengan sudut
pandang hanya dari satu disiplin ilmu.
a. Isi artikel
Artikel “ Meraih Keseimbangan Melalui Seni” oleh Seruni Bodjawati
mengungkapkan bahwa abad kita adalah abad seni. Pada zaman Yunani Kuno
peradaban telah menyamakan seni dengan keabadian. Abad masa itu diyakini
sebagai abad seni. Terbukti dengan pencapaian dengan munculnya berbagai
prestasi seni yang gemilang, baik di bidang sastra, seni rupa, musik, drama,
dan sebagainya. Sekarang inilah kurun terpenting dalam sejarah perabadan.
Sebuah periode ketika inovasi teknologi yang berlangsung begitu memesona
membuat semua berubah, akhirnya memaksa kita untuk menengok kembali
lubuk sanubari yang terdalam dan nilai-nilai manusia yang telah tersembunyi.
Di tengah badai kemajuan mau tidak mau pasti ada yang saling
berbenturan, tentu saja perang batin berkecamuk lebih mencekam.
Kebingungan saat ini perlu dinetralisasi begitupun kefrustasian yang perlu
diredakan dengan filsafat dan senilah yang bisa menjadi jalan. Filsafat
menjernihkan kekeruhan pikiran. Seni menyelaraskan kekacauan perasaan.
Keduanya bisa menyatu bagaikan roh dan badan yang tampak terwujud
sebagai dewa penghibur yang terus di cari.


Namun yang terjadi di negeri kita sekarang, Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Republik Indonesia mengeluhkan kecilnya anggaran yang
diberikan oleh pemerintah untuk kesenian. Pusat Dokumentasi Sastra H.B.
Jassin hampir membusuk karena minimnya dana perawatan. Dana perawatan
yang menyedihkan di tambah lagi dengan dana pengembangan yang masih
kurang. Sudah banyak museum di berbagai kota yang telah berubah menjadi
rumah hantu dan sarang tikus. Banyak pula penerbit buku yang bermutu dan
idealis yang dibiarkan bangkut. Ketika ada pertanyaan “Siapa yang akan
rugi?” pastilah kita tahu “Masa depan bangsa ini yang akan rugi”.
Pernahkan terdengar, pemerintah, perusahaan besar atau pengusaha sukses
berupaya memberikan hadiah rumah dan tanah kepada seniman hebat agar
hidup mereka lebih nyaman, lebih berprestasi, lebih kreatif, dan lebih bisa
memberikan sumbangan berarti bagi nusa dan bangsa? Tetapi kepada
olahragawan dan politisi, pemerintah “memanjakan” karena mereka dianggap
sebagai pejuang besar! Sedangkan kepada pejuang bangsa lainnya seperti
novelis, penyair, pelukis, dalang, aktor teater, penari dan pencipta lagu,
mengapa itu tidak juga diberikan?
Seni tradisi di mana-mana dibiarkan hidup kembang kempis sendirian.
Ketika berhasil eksis, lembaga pemerintah lantas mengklaimnya sebagai hasil

binaan. Lima tahun terakhir di jogja, hampir sepanjang tahun terselenggara
berbagai pameran seni rupa. Hampir tidak ada kolektor yang menengok.
Bahkan, saat di Jogja National Museum digelar pameran untuk pemenggalan
dana korban letusan Gunung Merapi, di antara hampir 500 buah karya yang
dipajang, hanya sebuah karya yang dibeli kolektor asal Jerman. Betapa
menyedihkan. Hanya sebuah!
Membaca puisi tidak bisa dilakukan tanpa melibatkan hati. Lukisan kuat
tidak layak dipandang smabil lalu. Patung yang hidup mana mungkin dilihat
dengan memejamkan mata. Keindahan musik tidak berguna jika dibunyikan

ketika tidur betigu juga dengan menonton pertunjukan lawak saat sedang sakit
gigi pastinya kurang menyenangkan.
Ya, karya seni bukanlah sekadar barang duniawi. Ada kekuatan tidak
teraba yang terus menggelenyar di dalam dirinya. Harmoni, keindahan jiwani,
tenaga semesta, dan sifat ilahiah. Dialah waktu yang dihentikan dalam
keabadian. Ketika zaman kacau, kesenianlah yang akan menyelaraskannya.
Jika ingin menjadikan bangsa ini bangsa yang besar, maka jadikanlah bangsa
ini bangsa yang menghargai kesenian, karena sendi-sendi yang goyah pada
sebuah bangsa besar senantiasa diseimbangkan oleh kekuatan seni yang
membahana.

b. Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang pengarang menggunakan orang ketiga serba tahu karena
penulis mengemukakan pikirannya tentang bagaimana ia memandang seni dan
cara mengapresiasinya untuk lebih membangkitkan kehidupan negaranya yang
kurang memperhatikan seni.
c. Struktur Artikel
1) Judul
“Meraih Keseimbangan Melalui Seni”
2) Pendahuluan (Lead)
Abad kita adalah abad seni. Pada zaman Yunani Kuno peradaban telah
menyamakan seni dengan keabadian. Abad masa itu diyakini sebagai abad
seni. Terbukti dengan pencapaian dengan munculnya berbagai prestasi seni
yang gemilang, baik di bidang sastra, seni rupa, musik, drama, dan
sebagainya. Sekarang inilah kurun terpenting dalam sejarah perabadan.
Sebuah periode ketika inovasi teknologi yang berlangsung begitu
memesona membuat semua berubah, akhirnya memaksa kita untuk
menengok kembali lubuk sanubari yang terdalam dan nilai-nilai manusia
yang telah tersembunyi.
3) Isi (Batang Tubuh)


Di tengah badai kemajuan mau tidak mau pasti ada yang saling
berbenturan, tentu saja perang batin berkecamuk lebih mencekam.
Kebingungan saat ini perlu dinetralisasi begitupun kefrustasian yang perlu
diredakan dengan filsafat dan senilah yang bisa menjadi jalan. Filsafat
menjernihkan kekeruhan pikiran. Seni menyelaraskan kekacauan perasaan.
Keduanya bisa menyatu bagaikan roh dan badan yang tampak terwujud
sebagai dewa penghibur yang terus di cari.
4) Penutup (Ending)
Ya, karya seni bukanlah sekadar barang duniawi. Ada kekuatan tidak
teraba yang terus menggelenyar di dalam dirinya. Harmoni, keindahan jiwani,
tenaga semesta, dan sifat ilahiah. Dialah waktu yang dihentikan dalam
keabadian. Ketika zaman kacau, kesenianlah yang akan menyelaraskannya.
Jika ingin menjadikan bangsa ini bangsa yang besar, maka jadikanlah bangsa
ini bangsa yang menghargai kesenian, karena sendi-sendi yang goyah pada
sebuah bangsa besar senantiasa diseimbangkan oleh kekuatan seni yang
membahana.
d. Kesimpulan
Seni, sebuah kata dengan seribu makna, sebuah kata yang dapat
mempersatukan sebuah negeri. Filsafat adalah penjernih fikiran. Seni dan
filsafat keduanya bisa menyatu bagaikan roh dan badan yang tampak terwujud

sebagai dewa penghibur di tengah perang batin yang semakin berkecamuk.
Namun, betapa menyedihkannya sebuah bangsa yang menyia-nyiakan
kesenian yang dimilikinya.
Seperti halnya bangsa ini, Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin yang
dimiliki hampir membusuk karena minimnya dana perawatan. Dana perawatan
yang menyedihkan di tambah lagi dengan dana pengembangan yang masih
kurang. Sudah banyak museum di berbagai kota yang telah berubah menjadi
rumah hantu dan sarang tikus. Tapi lain halnya dengan para atlet dan politisi

yang teramat sangat diperhatikan oleh pemerintah, mereka dianggap sebagai
pejuang besar, sedangkan para seniman hanya dianggap sambil lalu.
Terlebih lagi seni tradisi yang semakin ditinggalkan oleh bangsa ini,
namun ketika berhasil eksis, atau diklaim oleh bangsa lain, lembaga
pemerintah mengakui bahwa hasil tersebut adalah binaan bangsa ini. Bahkan
yang lebih menyedihkan lagi mereka hanya mau mengakuinya saja tanpa ada
usaha untuk merawatnya.
Ketika zaman kacau, kesenianlah yang akan menyelaraskannya. Jika ingin
menjadikan bangsa ini bangsa yang besar, maka jadikanlah bangsa ini bangsa
yang menghargai kesenian, karena sendi-sendi yang goyah pada sebuah
bangsa besar senantiasa diseimbangkan oleh kekuatan seni yang membahana.

2.2 Analisis Opini
Sebuah tulisan yang memuat pendapat atau pandangan penulis dapat disebut
opini. Artikel pun sampai dengan batas tertentu akan selalu memuat opini dari
penulisnya. Oleh karena itu artikel biasanya juga ada dalam rubrik Opini.
Opini dapat didefinisikan sebagai tulisan dalam media cetak yang
memasukkan pendapat penulis di dalamnya. Artinya, opini adalah artikel yang
yang mengandung subjektivitas, bukan hanya fakta. Artikel opini, surat pembaca,
dan tajuk rencana merupakan jenis-jenis opini di media massa. Artikel opini dan
surat pembaca dalam surat kabar merupakan pendapat seorang pembaca terhadap
suatu masalah, peristiwa atau kejadian tertentu. Sedangkan tajuk rencana
(editorial) adalah opini atau pendapat redaksi media massa tersebut tentang
masalah, peristiwa atau kejadian tertentu biasanya yang sedang aktual.

a. Isi Opini
Opini “Pendidikan Ramah Anak : Belajar di Sekolah Atau di ‘Taman’?”
oleh Mohammad Hairul ini berisi ketika konsep pendidikan ramah anak di

spesifikasikan menjadi sekolah ramah anak. Atau kian dispesifikan lagi
menjadi guru ramah anak, maka ada ironi yang sejatinya tersirat, bahwa
sementara ini sekolah belum ramah anak, dan Bapak-Ibu guru belum ramah
anak. Dengan demikian, program yang mestinya menjadi autokritik bagi
banyak elemen selaku subjek pendidikan.
Pendidikan ramah anak yang masih melemah di berbagai penjuru kota
Mengakibatkan kesalahan dalam belajar mengajar. Mungkin sebagian siswa
/siswi masih sering meniru isi dalam telivisi, sehingga bila di ajarkan
pendidikan siswa/siswi masih sering ‘MENGGEBRAK’ (dalam bentuk
kekerasan verba maupun fisik) terkadang itu masih menjadi salah satu cara
yang di pilih. Apakah dengan ‘digebrak’ kemampuan siswa tersebut menjadi
meningkat? Menyebabkan siswa semakin takut dan kian rendah-diri kiranya
adalah jawaban yang paling jujur. Seharusnya guru harus bersikap
memperbaiki tetapi karena rendahnya pembekalan kemampuan memahami
fungsi otak yang sebenarnya adalah objek langsung dalam menjalankan tugas
mulianya.
Bila saja diterapkan dengan konsep sederhana bahwa mulai dari hal kecil,
mulai diri sendiri sejak sekarang. Bila itu dirasa masih terlalu klise. Maka
cukuplah percayai petuah berikut. Ada 3 (tiga) cara yang dapat dilakukan guna
menanamkan nilai apapun dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. KETELADANAN
2. KETELADANAN
3. KETELADANAN
Yang di rangkai dalam tiga kata dengan satu inti yang sama.
Bapak Pendidikan indonesia menyatakan bahwa setiap manusia harus
mengerti tentang sebuah pendidikan, karena pendidikan di maknai sebagai upaya
untuk mengajarkan tentang kehidupan. Hal ini terkait penanaman terhadap
lembaga pendidikan yang di konsepkan beliau Taman kanak-kanak(TK) dengan

nama Taman Indria. Sekolah Dasar (SD) bernama Taman Muda. Sekolah
Menengah Pertama (SMP) bernama Taman Dewasa. Sekolah Menengah Atas
(SMA) sebagai Taman Madya, dan Perguruan Tinggi (Universitas) bernama
Taman Guru atau Sarjana Wiyata. Sungguh merupakan penanaman yang sangat
tepat dan syarat nilai filosofis dan benar-benar bercirikan ke-Indonesiaan yang
khas.
Rupanya itulah cikal-bakal munculnya kesadaran kembali tentang pentingnya
pembelajaran yang menyenangkan (PAIKEM) dan pentingnya apresiatif terhadap
keberagamaan (Pendidikan Ramah Anak). Semoga Pencanangan Bondowoso
sebagai Kabupaten Ramah (layak) Anak dapat terwujud.
b. Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang pengarang menjelaskan bahwa orang ketiga sebagai
pengamat menuliskan apa yang telah ia amati terhadap perkembangan
pendidikan yang sedang berkembang di Indonesia ini.
c. Struktur Opini
1) Judul
“Pendidikan Ramah Anak : Belajar di Sekolah atau di ‘Taman’?”
2) Penulis
Mohammad Haairul
3) Pengantar Opini
Ketika konsep pendidikan ramah anak di spesifikasikan menjadi
sekolah ramah anak. Atau kian dispesifikan lagi menjadi guru ramah anak,
maka ada ironi yang sejatinya tersirat, bahwa sementara ini sekolah belum
ramah anak, dan Bapak-Ibu guru belum ramah anak. Dengan demikian,

program yang mestinya menjadi autokritik bagi banyak elemen selaku
subjek pendidikan.
4) Pengait Masalah
Pendidikan ramah anak yang masih melemah di berbagai penjuru kota
mengakibatkan kesalahan dalam belajar mengajar. Mungkin sebagian
siswa /siswi masih sering meniru isi dalam telivisi, sehingga bila di
ajarkan pendidikan siswa/siswi masih sering ‘MENGGEBRAK’ (dalam
bentuk kekerasan verba maupun fisik) terkadang itu masih menjadi salah
satu cara yang di pilih. Apakah dengan ‘digebrak’ kemampuan siswa
tersebut menjadi meningkat? Menyebabkan siswa semakin takut dan kian
rendah-diri kiranya adalah jawaban yang paling jujur. Seharusnya guru
harus bersikap memperbaiki tetapi karena rendahnya pembekalan
kemampuan memahami fungsi otak yang sebenarnya adalah objek
langsung dalam menjalankan tugas mulianya.
5) Pembahasan
Bila saja diterapkan dengan konsep sederhana bahwa mulai dari hal
kecil, mulai diri sendiri sejak sekarang. Bila itu dirasa masih terlalu klise.
Maka cukuplah percayai petuah berikut. Ada 3 (tiga) cara yang dapat
dilakukan guna menanamkan nilai apapun dalam pembelajaran yaitu
sebagai berikut :
1. KETELADANAN
2. KETELADANAN
3. KETELADANAN
Yang di rangkai dalam tiga kata dengan satu inti yang sama.
Bapak Pendidikan indonesia menyatakan bahwa setiap manusia harus
mengerti tentang sebuah pendidikan, karena pendidikan di maknai sebagai

upaya untuk mengajarkan tentang kehidupan. Hal ini terkait penanaman
terhadap lembaga pendidikan yang di konsepkan beliau Taman kanakkanak(TK) dengan nama Taman Indria. Sekolah Dasar (SD) bernama Taman
Muda. Sekolah Menengah Pertama (SMP) bernama Taman Dewasa. Sekolah
Menengah Atas (SMA) sebagai Taman Madya, dan Perguruan Tinggi
(Universitas) bernama Taman Guru atau Sarjana Wiyata. Sungguh merupakan
penanaman yang sangat tepat dan syarat nilai filosofis dan benar-benar
bercirikan ke-Indonesiaan yang khas.
d. Kesimpulan
Pendidikan itu penting dalam suatu lingkup masyarakat, mungkin
pendidikan itu terlihat sepele dalam suatu kehidupan. Namun setiap kehidupan
harus mempunyai ilmu pengetahuan atau mengerti tentang arti suatu
pendidikan. Jika kita mengerti tentang arti pendidikan maka kita sudah siap
dalam menghadapi suatu kehidupan yang sangat kejam saat ini.
Konsep pendidikan ramah anak di spesifikasikan menjadi sekolah ramah
anak. Atau kian dispesifikan lagi menjadi guru ramah anak, maka ada ironi
yang sejatinya tersirat, bahwa sementara ini sekolah belum ramah anak, dan
Bapak-Ibu guru belum ramah anak.
Sebenarnya dengan secara sederhana penerapannya harus mulai dari hal
kecil, mulai diri sendiri sejak sekarang. Bila itu dirasa masih terlalu klise.
Maka cukuplah percayai petuah berikut. Ada 3 (tiga) cara yang dapat
dilakukan guna menanamkan nilai apapun dalam pembelajaran yaitu sebagai
berikut :
1. KETELADANAN
2. KETELADANAN
3. KETELADANAN
Yang di rangkai dalam tiga kata dengan satu inti yang sama.

2.3 Analisis Kolom
Kolom adalah rubrik khusus di media massa cetak yang berisikan karanagan
atau tulisan pendek yang berisi pendapat subyektif penulisannya tentang suatu
masalah. Jadi, Kolom merupakan pendapat penulis yang menceritakan sesuatu.
Biasanya disampaikan dengan bahasa santai atau komunikatif dengan pembaca.
a. Isi Kolom
Kolom “Jelang Malam Pertama” oleh Sujio Tejo yang mengemukakan kini
kehidupan hukum di Indonesia kian menurun, terbukti dengan pemerintah yang
kurang peduli terhadap hukum atau tindak pidana. Suatu contoh prakara Julia
Peres dan Dewi Persik yang sampai sekarang belum terselesaikan karena tindak
hukum yang kurang tegas mengakibatkan kedua belah pihak menjadi saksi pidana
yang sama.
Di lain sisi, adat istiadat dan tradisi juga masih saja dilaksanakan untuk perihal
lainnya, namun antara hukum dan tradisi tidak bisa berjalan beriringan. Dalam
tradisi, apapun aturannya harus dipatuhi untuk menyelesaikan masalah dan juga
lebih mementingkan prosesnya. Namun, lain halnya dengan hukum yang berlaku
di negara ini. Jika menyelesaikan permasalahan dengan hukum, maka yang terjadi
adalah timbulnya masalah lain. Hukum di negara ini sudah tidak dapat lagi
diandalkan untuk mengetahui mana pihak yang salah dan harus dihukum dan
mana pihak tak bersalah.
Tetapi, meskipun tradisi dan adat istiadat sudah mendarah daging dalam
bangsa ini, masih tetap saja ada sesuatu hal yang tidak dapat diterima begitu saja.
Seperti kebiasaan memingit calon pengantin, sebagian orang mungkin
menganggap hal tersebut adalah sebuah diskriminasi dan tak jarang juga yang
menyebutnya sebuah tindak penyekapan. Karena hal tersebut menghalangi kedua
belah pihak untuk bertemu dan ditemui, hal tersebut jelas membuat kedua calon
merasa kurang nyaman dengan posisinya. Walaupun hal tersebut memicu

pemikiran negatif, namun tak dapat dipungkiri juga bahwa sebenarnya aturan
dalam adat dan tradisi tersebut memberikan dampak positif.
Mungkin banyak yang menganggap bahwa bangsa dan negara ini kurang
menegakkan hukumnya, hal itu karena mereka telah memandang bahwa bangsa
ini hanya dapat mengeluh tanpa ada keinginan untuk menerima hikmah dari setiap
kejadian ataupun peristiwa bencana alam yang sedang marak melanda nusantara
ini. Seharusnya ada sebuah usaha untuk lebih memperbaiki bagaimana sebaiknya
agar negara yang bisa dibilang memiliki hukum yang lemah ini dapat
memperbaiki dirinya dengan menyeimbangkan antara hukum yang berlaku dan
adat istiadat yang masih dapat diandalkan.
b. Sudut Pandang Pengarang
Sudut pandang pengarang sebagai orang ketiga serba tahu karena ia
menggambarkan apa yang terjadi dengan di ibaratkan sebagai sebuah cerita.
c. Struktur Kolom
Kolom tidak mempunyai struktur tertentu misalnya ada bagian pendahuluan
(lead), isi (batang tubuh) dan penutup
d. Kesimpulan
Hukum di Indonesia masih kurang karena tidak tegasnya terhadap suatu
masalah. Adat istiadat dan tradisi yang juga masih dilaksanakan untuk perihal
lainnya, namun antara hukum dan tradisi tidak bisa berjalan beriringan. Oleh
sebab itu seharusnya ada sebuah usaha untuk lebih memperbaiki bagaimana
sebaiknya agar negara yang bisa dibilang memiliki hukum yang lemah ini.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari analisis dapat dibedakan bahwa dalam artikel, pendapat pribadi si
penulis biasanya dikemukakan dalam bentuk data dan fakta tandingan yang
berbeda dengan data dan fakta yang menjadi bahan tulisan. Sedangkan dalam
opini, pendapat pribadi penulis (bukan analisis) lebih diutamakan sehingga
paparannya lebih subyektif. Tetapi Kolom atau penulisnya biasa disebut kolomnis
atau kolumnis adalah salah satu rubrik di media massa yang biasa diisi oleh orang
tertentu untuk jenis tulisan yang membidik tema tertentu.

Daftar Rujukan
Harian Jawa Pos: Minggu, 23 februari 2014
https://eee.uci.edu/programs/humcore/Student/WritersHandbook/Ch9_CEW_Mor
se.html [22 Februari 2014]