PENERAPAN MODEL TANDUR DALAM PEMBELAJARA

PENERAPAN MODEL TANDUR DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK
MENINGKATKAN EFIKASI DIRI SISWA SEKOLAH
DASAR
Iklima Istiqomah, Sandi Budi Iriawan1 & Dwi Heryanto2
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan,
Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak: Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika
untuk Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas siswa kelas V dalam
proses pembelajaran di salah satu Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Katapang
Kabupaten Bandung yang disebabkan oleh rendahnya efikasi diri siswa.
Berdasarkan observasi dan wawancara kepada beberapa siswa diketahui bahwa
banyak siswa merasa takut salah atau malu ketika diberi kesempatan untuk
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu, guru jarang
memberikan penguatan kepada siswa yang telah berani menjawab pertanyaan,
maupun telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Penelitian ini secara umum
bertujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan proses pembelajaran
matematika dengan menerapkan model TANDUR dan peningkatan efikasi diri
siswa setelah menerapkan model TANDUR. Metode penelitian yang digunakan

adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang diadaptasi dari model Kemmis &
Mc. Taggart dan dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari satu kali
pertemuan. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes dan non-tes.
Instrumen yang digunakan yaitu lembar observasi efikasi diri pada saat
pembelajaran berlangsung, skala efikasi diri, dan catatan lapangan. Hasil
penelitian menunjukkan berdasarkan hasil lembar observasi efikasi diri, skala
efikasi diri, dan catatan lapangan, terjadi perkembangan proses pembelajaran
matematika dan peningkatan efikasi diri siswa pada setiap siklusnya. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan
model TANDUR dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan efikasi diri
siswa sekolah dasar.
Kata Kunci: Model TANDUR, Efikasi Diri
Abstract: Implementing Tandur Models In Mathematics Learning Process In
Order To Increase Elementary School Student’s Self-Efficacy
This research was motivated by the low activity of fifth grade student in the
learning process in a state elementary school in Bandung District, Katapang Sub
District which caused by low student’s self-efficacy. Based on observations and
interviews to some students, noted that many students was feeling afraid or
.
1

2

Penulis Penanggungjawab
Penulis Penanggungjawab
1

Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar
embarrassed when they were gave opportunity to answer the questions given by
teacher. Besides teacher are rarely give a feedback to student neither who have the
courage to answer the question, nor have carried out their duties properly. This
research generally aims to find out how the development of the mathematics
learning process by applying TANDUR models and improving student’s selfefficacy after applying TANDUR models. The methodology of this research is
Classroom Action Research (CAR), which was adapted from the Kemmis & Mc
Taggart model and conducted in two cycles. Each cycle consisted of one meeting.
Data collection techniques were used that test and non-test. The instruments used
are self-efficacy observation sheet during the learning process, self-efficacy scale
and field notes, there’s a development in mathematics learning process and
improvement student’s self-efficacy in each cycle. Based on the research that has

been conducted can be concluded that the application of the TANDUR model in
mathematics learning process can improve students self-efficacy in elementary
school.
Keyword: TANDUR Models, Self-Efficacy

PENDAHULUAN

2

Sebuah pembelajaran yang ideal
adalah pembelajaran yang melibatkan
seluruh siswa dalam setiap tahap
pembelajaran yang dilakukan. Dalam
hal ini, guru harus dapat memberikan
motivasi kepada setiap siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan peran guru
sebagai motivator yang tertulis dalam
salah satu semboyan pendidikan di
Indonesia yaitu Ing Madya Mangun
Karso yang menurut Syaripudin dan

Kurniasih (2013, hlm. 72) artinya
adalah “pendidik hendaknya berperan
untuk membangun kemauan belajar
pada diri anak didik.”
Setelah melakukan observasi dan
wawancara dengan guru di salah satu
Sekolah Dasar khususnya di kelas V
pada tanggal 19 April 2016 yang
dilakukan selama dua hari diketahui
bahwa rendahnya keaktifan siswa pada
saat pembelajaran adalah karena siswa
tidak berani mengemukakan pendapat,
merasa takut salah ketika menjawab
soal di depan kelas, memiliki persepsi
bahwa ia tidak mampu menyelesaikan
tugas, sehingga siswa mudah menyerah
dalam mengerjakan tugas yang diberikan terutama pada mata pelajaran
matematika yang memiliki kesan sulit
di mata para siswa. Hal ini mengakibatkan rasa antusisas dalam pembelajaran
dan pada saat mengerjakan tugas pun

berkurang.
Rasa percaya dan keyakinan akan
kemampuan diri ini erat kaitannya
dengan tinggi rendahnya efikasi diri
siswa. Bandura (dalam Adicondro dan
Purnamasari, 2011, hlm. 19) mengemukakan bahwa “efikasi diri adalah
keyakinan seorang individumengenai
kemampuannya dalam mengorganisasi
dan menyelesaikan suatu tugas
yangdiperlukan untuk mencapai hasil
tertentu.” Selanjutnya Ferridiyanto
(dalam Apsari, Adi, dan Octoria, 2014,
hlm. 94) menjelaskan bahwa “Self-

efficacy atau efikasi diri merupakan
persepsi individu akan keyakinan atas
kemampuannya melakukan tindakan
yang diharapkan “
Siswa yang memiliki kemampuan
untuk melaksanakan suatu tugas

dengan baik akan tetapi memiliki
efikasi diri yang rendah kemungkinan
besar akan mendapatkan hasil yang
kurang memuaskan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Bandura (dalam
Pajares dan Miller, 1994, hlm. 193)
“how people behave can often be better
predicted by their beliefs about their
capabilities than by what they are
actually capable of accomplishing, for
these beliefs help determine what
individuals do with the knowledge and
skills they have.”
Selain itu, faktor lain yang
mengakibatkan rendahnya partisipasi
siswa dalam pembelajaran adalah guru
kurang memberikan penguatan pada
siswa yang berani mengajukan diri
untuk mengerjakan soal di depan kelas,
bertanya, maupun mengerjakan tugas

dengan baik. Bentuk penguatan yang
diberikan hanya berupa verbal dan
tidak diberikan pada setiap siswa yang
berani menjawab soal maupun bertanya. Sehingga kelas didomisasi oleh
beberapa siswa saja.
Berdasarkan kondisi siswa tersebut di atas, maka perlu diterapkan
model pembelajaran yang dapat mengapresiasi setiap bentuk partisipasi siswa
dalam pembelajaran sehingga tercipta
lingkungan belajar yang menyenangkan dan aktif dimana semua siswa
terlibat pada setiap tahap pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang
menekankan pada penghargaan setiap
partisipasi siswa adalah model
Quantum Teaching yang merupakan
gagasan Bobbi De Porter. Model ini
diaplikasikan dalam bentuk TANDUR
yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demostrasikan,

3


Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar
Ulangi,
dan
Rayakan.
Dengan
menggunakan model pembelajaran
TANDUR ini, siswa akan mendapatkan
pengakuan atas setiap proses belajar
yang dialaminya dan diharapkan dapat
meningkatkan efikasi diri siswa
tersebut
Dengan demikian penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tindakan
kelas dengan menerapkan model
TANDUR sebagai salah satu alternatif
dalam pemecahan permasalahan di
atas. Dalam hal ini penulis menetapkan
judul penelitian yaitu, “Penerapan

Model TANDUR dalam Pembelajaran
Matematika
untuk
Meningkatkan
Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar”.

tuk menguji asumsi-asumsi teoretis
praktik pedagogis, atau untuk mengevaluasi dan menerapkan prioritasprioritas sekolah secara keseluruhan.”
Pada penelitian ini model
penelitian yang akan digunakan adalah
model dari Kemmis dan Taggart. Setiap
siklus terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan
(planning),
tindakan
(action), pengamatan (observation),
dan refleksi (reflection). Perencanaan
siklus kedua merupakan hasil dari
refleksi siklus pertama, begitu pula
perencanaan pada siklus selanjutnya

merupakan hasil dari refleksi pada
siklus sebelumnya.

METODE
Penelitian yang dilakukan adalah
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom
Action Research). Menurut Kusumah
dan Dwitagama (2011, hlm. 9)
“Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri dengan cara (1)
merencanakan, (2) melaksanakan, dan
(3) merefleksikan tindakan secara
kolaboratif dan partisipatif dengan
tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai
guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat”. Menurut Nazir (dalam
Hatimah, dkk, 2007, hlm. 114)
“penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dikembangkan bersamasama antara peneliti dan decision
maker tentang variabel-variabel yang

dapat dimanipulasikan dan segera
digunakan untuk menentukan kebijakan dan pembangunan.” Dalam hal ini
penelitian tersebut dilaksanakan di
dalam kelas. Sedangkan menurut David
Hopkins (2011, hlm. 1) “penelitian
kelas (classroom research) merupakan
penelitian yang dilaksanakan oleh guru
untuk meningkatkan pengajarannya
dan pengajaran kolega-koleganya, un-

Berdasarkan uraian di atas, untuk
lebih jelasnya desain penelitian dapat
digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Model PTK Kemmis&Mc Taggart
(dalam Wiriaatmadja, 2009, hlm. 66)

Banyaknya siklus yang akan
digunakan tidak terbatas hal ini sesuai
dengan pendapat Wiraatmadja (2005,
hlm. 103) bahwa “apabila perubahan
yang bertujuan telah meningkatkan
kualitas pembelajaran telah tercapai,
atau apa yang di teliti telah menunjukkan keberhasilan, siklus dapat diakhiri”
Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas V pada salah sekolah dasar
di Kabupaten Bandung yang berjumlah

4

57 orang siswa terdiri dari 28 siswa
laki-laki dan 29 siswa perempuan.
Secara umum instrumen yang
dibuat dalam penelitian ini diantaranya: (1) Lembar Observasi Efikasi
Diri; 2) Angket Efikasi Diri; (3)
Catatan Lapangan; (4) Lembar Evaluasi, dan (5) Dokumentasi. Adapun
prosedur analisis data yang digunakan
oleh peneliti adalah berupa data
kuantitatif dan data kualitataif. Data
kuantitatif diperoleh dari tes hasil
belajar individu yang dilakukan siswa
dalam pembelajaran menggunakan
model quantum teaching. Data
kuantitatif ini diolah untuk mengetahui
peningkatan efikasi diri siswa melalui
skor pada angket dan lembar observasi
efikasi diri . Sedangkan data kualitatif
diperoleh dari hasil mengamati dengan
menggunakan catatan lapangan untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan
proses pembelajaran untuk perbaikan
pada siklus berikutnya

keseluruhan. Tindakan yang
diberikan pada pembelajaran
siklus
I
adalah
dengan
menerapkan model TANDUR
pada
materi
jaring-jaring
bangun ruang sederhana untuk
meningkatkan efikasi diri siswa.
Aktivitas tindakan pada siklus I
ini
secara
umum
akan
dideskripsikan sesuai dengan
persiapan dalam RPP sebagai
berikut:
Tabel 4.1. Deskripsi Hasil Observasi
Proses Pembelajaran Matematika
dengan Menerapkan Model
TANDUR pada Siklus I
No
1

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang telah
dilakukan mengenai penerapan
model
TANDUR
dalam
pembelajaran matematika untuk
meningkatkan efikasi diri siswa
ini dilakukan sebanyak dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari
satu pertemuan dengan jumlah
jam pada siklus pertama dua
jam pelajaran dan pada siklus
ke dua tiga jam pelajaran.
Pembelajaran pada siklus I
dilaksanakan pada hari Rabu
tanggal
11
Mei
2016
berlangsung selama dua jam
pelajaran (2 x 35 menit) dengan
menerapkan model TANDUR
dan tes akhir siklus berupa tes
evaluasi individu dan skala
efikasi diri. Penerima tindakan
pada siklus I ada sebanyak 48
orang siswa dari 57 orang siswa

2

5

Data Temuan
Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada
siklus I sudah cukup baik
walaupun ada beberapa kegiatan yang tidak sempat dilaksanakan karena keterbatasan waktu sehingga guru terpaksa harus melewatkan beberapa kegiatan yaitu pada
saat siswa mengomunikasikan hasil diskusinya di depan
kelas hanya tiga kelompok
saja yang maju ke depan dari
enam kelompok yang ada.
Aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran siklus I
dengan materi jaring-jaring
bangun ruang sudah sesuai
dengan perencanaan dalam
RPP. Adapun dalam hal
pengelolaan kelas menurut
observer 1 guru masih kesulitan menangani kelas dengan jumlah siswa yang
cukup banyak sehingga ada
beberapa siswa yang tidak
terperhatikan. Contohnya ketika kegiatan diskusi berlangsung ada banyak siswa yang
sedikit kebingungan untuk

Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar

3

menggunting kardus, guru
hanya dapat memberikan bantuan pada beberapa siswa saja
sehingga guru akhirnya meminta tolong pada anggota
kelompok yang lainya untuk
membantu menjelaskan cara
menggunting kardus yang
benar sehingga menghasilkan
jaring-jaring yang tepat pada
temannya yang kebingungan.
Aktivitas siswa serta respon
yang diberikan siswa selama
proses pembelajaran pada
siklus I sudah cukup baik.
Hal ini terlihat dari antusiasme siswa dalam melakukan
percobaan untuk menemukan
jaring-jaring bangun ruang.
Seluruh siswa sudah membawa kardus yang diminta.
Namun terdapat aktivitas
siswa yang masih harus diperbaiki pada siklus selanjutnya, yaitu:
a. Pada saat guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mendefinisikan bangun ruang, hanya
dua orang siswa saja yang
mengemukakan
pendapatnya yaitu SK dan
HF. Siswa yang lainya
masih ragu-ragu untuk mengemukakan pendapatnya.
b. Menurut pengamatan guru,
pada saat diskusi berlangsung ada beberapa siswa
yang masih asyik dengan
kegiatannya sendiri. Pada
kelompok satu AR sibuk
memainkan sabun mandi
yang sengaja dibelinya
untuk diambil kardusnya.
Pada kelompok lima NN
dan KP membicarakan
mengenai sinetron yang
ditontonya. Akan tetapi

pada kelompok lima ada
RA yang cukup tegas
menegur NN dan KP.
c. Pada saat diminta untuk
menunjukkan bangun datar
yang membentuk bangun
ruang kubus dan balok, KS
dan TH masih belum bisa
membedakan persegi dan
persegi panjang.
Berdasarkan temuan yang diuraikan pada tabel 4.1, maka hasil refleksi
pembelajaran pada siklus I menunjukkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Keterlaksanaan RPP pada siklus I
belum mencapai 100% dikarenakan adanya langkah yang terlewatkan yaitu siswa mengomunikasikan hasil diskusinya di depan
kelas. Pada RPP tertulis bahwa
seluruh kelompok mengirimkan
perwakilannya untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas. Akan tetapi, hanya tiga
kelompok saja yang maju kedepan.
Hal ini terjadi karena peneliti
kurang
tepat
memperkirakan
alokasi waktu yang dibutuhkan
ketika melakukan diskusi dan
presentasi sehingga perkiraan
alokasi yang dibutuhkan menjadi
kurang tepat. Selain itu, guru juga
kurang terampil dalam mengelola
kelas sehingga estimasi waktu
yang terjadi tidak sesuai dengan
alokasi
waktu
yang
telah
ditetapkan dalam RPP. Maka pada
siklus selanjutnya guru diusahakan
memberikan waktu yang cukup
kepada siswa untuk mengikuti
pembelajaran dengan menghitung
estimasi waktu yang dibutuhkan
dengan seksama sehingga tidak
ada langkahpembelajaran yang
terpaksa dilewatkan.
b. Pada siklus I guru mengalami
kesulitan untuk menangani siswa
ketika
banyak
siswa
yang
6

c.

d.

membutuhkan bantuan dalam
mengerjakan tugasnya sehingga
ada beberapa siswa yang tidak
sempat mendapatkan bantuan
untuk mengerjakan tugasnya. Hal
ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial diantara siswa yang
tidak mendapatkan perhatian dari
guru tersebut. Maka pada siklus
selanjutnya guru dapat meminta
bantuan siswa
yang sudah
memahami materi dengan baik
untuk membantu teman-temannya
yang mengalami kesulitan dalam
memahami
materi
maupun
mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru.
Banyak siswa masih ragu-ragu
untuk menjawab pertanyaan yang
diajukan oleh guru dan menolak
ketika guru memintanya mengerjakan soal di depan kelas. Menurut
pengamatan guru, siswa tersebut
masih merasa tidak mampu menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru. Maka pada siklus
selanjutnya guru harus dapat
meningkatkan motivasi siswa
dengan memberikan penguatan
yang lebih menarik bagi siswa
seperti pemberian hadiah sebagai
salah satu bentuk penguatan non
verbal yang diharapkan dapat
menambah motivasi siswa untuk
ikut berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran di dalam kelas.
Kurangnya pemahaman konsep
bangun datar pada beberapa siswa
yang memiliki kemampuan berpikir rendah. Hal ini menghambat
siswa tersebut untuk maju ke tahap
selanjutnya. Maka untuk mengatasi
hal tersebut, pada siklus selanjutnya guru dapat memberikan
pengulangan materi pada awal
pembelajarandengan lebih intensif
untuk mengingatkan kembali siswa
tersebut mengenai konsep-konsep

yang harus dipahaminya sebelum
maju pada materi selanjutnya
Berdasarkan hasil refleksi di atas,
peneliti merekomendasikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menerapkan model TANDUR pada
siklus II sebagai berikut:
a.
Dalam upaya mengefektifkan
waktu, pada siklus berikutnya
guru harus memanfaatkan waktu
dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan
perkiraan
estimasi
pembelajaran pada RPP yaitu
selama 3 jam pelajaran (3 x 35
menit).
b.
Dalam upaya memberikan perhatian merata pada seluruh siswa
yang mengalami kesulitan mengerjakan tugas maupun memahami materi, maka pada siklus
selanjutnya guru dapat meminta
beberapa siswa dengan kemampuan beripikir tinggi untuk
membantu teman-temannya yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas atau memaham
materi yang disampaikan oleh
guru.
c.
Dalam upaya meningkatkan aktivitas siswa pada saat proses
pembelajaran, maka pada siklus
selanjutnya guru dapat memberikan penguatan yang lebih bervariasi selain penguatan verbal
yaitu dengan memberikan hadiah
yang menarik bagi siswa.
d.
Dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep bangun datar
pada siswa dengan kemampuan
berpikir rendah, maka pada siklus
selanjutnya guru dapat melakukan pengulangan materi mengenai konsep bangun datar pada
awal pembelajaran dengan lebih
intensif
Selanjutnya pelaksanaan
siklus II dilaksanakan pada hari

7

Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar
Rabu tanggal 25 Mei 2016
dengan alokasi waktu sebanyak
tiga jam pelajaran (3 x 35
menit). Pada pelaksanaan siklus
II ini, penerima tindakan ada
sebanyak 48 siswa dikarenakan
ada sembilan orang siswa yang
tidak hadir. Pembelajaran siklus
II dilaksanakan melalui satu
pertemuan dengan menerapkan
model TANDUR pada materi
jaring-jaring bangun ruang
sederhana untuk meningkatkan
efikasi diri siswa. Gambaran
umum
mengenai
aktivitas
tindakan pada siklus II ini akan
dideskripsikan sesuai dengan
refleksi pada siklus I dan
perencanaan yang telah disusun
dalam RPP. Pada siklus II ini,
siswa melaksanakan praktik
membuat bangun ruang kubus
dan balok menggunakan kertas
karton
dengan
tahapan
TANDUR sebagai berikut:

3

Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi
Proses Pembelajaran Matematika
dengan Menerapkan Model
TANDUR pada Siklus II
No
1

2

Data Temuan
Keterlaksanaan RPP dalam
pembelajaran pada siklus II
sudah terlaksana dengan baik
dan sudah mencapai 100%.
Seluruh kegiatan yang telah
direncanakan dalam RPP telah
terlaksanakan secara keseluruhan. Estimasi waktunya pun
telah sesuai dengan alokasi
waktu yang direncanakan.
Aktivitas guru pada siklus II
dengan menerapkan model
TANDUR pada pembelajaran
matematika dengan materi
pokok jaring-jaring bangun
ruang sederhana sudah berjalan

8

dengan baik. Guru sudah dapat
mengelola kelas dengan baik
sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung dengan cukup
kondusif.
Aktivitas dan respon siswa
pada siklus II sudah cukup
baik. Ketika diberi kesempatan
untuk menjawab pertanyaan,
banyak siswa yang sudah
berani mengajukan diri untuk
maju ke depan kelas. Dalam
melaksanakan praktik membuat bangun ruang pun siswa
sudah dengan antusias melaksanakannya. Berikut rincian
aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung:
a. Siswa sudah berani mengemukakan pendapatnya mengenai manfaat mempelajari cara membuat bangun
ruang menggunakan kertas
karton.
b. Pemahaman konsep siswa
mengenai bangun datar
dan bangun ruang sudah
baik terbukti dengan kemampuan siswa untuk
mendefinisikan
bangun
ruang dengan benar.
c. Pada saat praktik membuat
bangun ruang, seluruh siswa sudah mengerjakan
tugas dengan baik. Akan
tetapi, ada beberapa siswa
yang melakukan hal lain
seperti membicarakan sinetron favoritnya bersama
temannya. Siswa tersebut
adalah OR dan HF. Ada
juga beberapa siswa yang
bernyanyi selagi menggunting kertas. Aktivitasaktivitas tersebut dirasa
masih dapat ditoleransi
mengingat tidak ada siswa
lain yang merasa tergang-

gu.
d. Pada saat banyak siswa
yang membutuhkan bantuan, ada tiga orang siswa
yang membantu guru
untuk memberikan penjelasan pada temannya
yang kurang paham. Siswa
tersebut adalah SK, SM,
dan MIS.
e. Kondisi kelas pada saat
pembelajaran berlangsung
sudah cukup tenang dan
kondusif.
Berdasarkan data temuan pada
tabel 4.2, maka hasil refleksi pada
pembelajaran siklus I yang telah
dilakukan menunjukkan beberapa hal
sebagai berikut:
a.
Langkah-langkah pembelajaran
dalam RPP telah dilaksanakan
secara keseluruhan dari mulai
kegiatan pembuka, kegiatan ini,
hingga kegiatan penutup. Alokasi
waktu yang tersedia sudah sesuai
dengan estimasi waktu dibutuhkan. Maka dalam hal ini, guru
sudah mampu melaksanakan
seluruh kegiatan pembelajaran
sesuai dengan alokasi waktu yang
telah direncanakan sehingga
dapat mencapai tujuan pembelajaran.
b.
Pada siklus II ini penerapan
model TANDUR untuk meningkatkan efikasi diri siswa sudah
semakin efektif dengan menambah sumber efikasi diri siswa
yaitu dengan memberikan pengalaman
menyelesaika
tugas
dengan baik dan penghargaan
akan setiap pencapaian yang berhasil diraihnya. Hal ini merupakan sumber efikasi yaitu performance accomplishment yang
menurut Mahmudi dan Suroso
(2014, hlm. 187) merupakan
“sumber informasi efikasi yang

c.

d.

e.

9

paling
berpengaruh
karena
mampu memberikan bukti yang
paling nyatatentang kemampuan
seseorang untuk mencapai keberhasilan”. Selain itu, siswa juga
mendapatkan pengalaman vikarius dengan melihat keberhasilan
teman-temannya dalam melaksanakan tugas sehingga dapat
meningkatkan efikasi dirinya
seperti yang dikemukakan oleh
Mahmudi dan Suroso (2014, hlm.
187) bahwa “Efikasi diri akan
meningkatketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya
efikasi diri akan menurun jika
mengamati orang (yang dijadikan
figure) yang kemampuannya
kira-kira sama dengan kemampuan dirinya”.
Pada siklus II guru sudah mampu
mengelola kelas dengan baik dan
mengkondisikan siswa untuk
mengikuti pembelajaran dengan
baik. Guru juga sudah mampu
menangani siswa dengan jumlah
yang cukup banyak dengan baik.
Selama pembelajaran berlangsung hanya sedikit siswa yang
melakukan pelanggaran yang
dapat mengganggu kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung sudah
cukup baik. Sudah banyak siswa
yang mau mengajukan diri untuk
menjawab pertanyaan diberikan
oleh guru juga mengemukakan
pendapatnya di dalam kelas.
Pada saat mengerjakan tugasnya,
siswa sudah mampu berkonsentrasi dan melaksanakan setiap
tahap pembuatan bangun ruang
sederhana menggunakan kertas
karton dengan baik. Beberapa
siswa sudah mampu diberi tanggung jawab untuk membantu
temannya yang mengalami ke-

Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar
sulitan dalam megerjakan tugasnya.
Berdasarkan hasil refleksi di atas,
peneliti merekomendasikan pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
menerapkan model TANDUR pada
materi jaring-jaring bangun ruang
sederhana sebagai berikut:
a.
Guru harus melakukan perencanaan pembelajaran dengan seksama terutama dalam menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan. Hal ini penting karena
manajemen waktu yang kurang
baik dapat membuat proses
pembelajaran tidak terlaksana
sesuai dengan RPP yang telah
dibuat.
b.
Guru harus mampu mengelola
kelas dengan baik agar kegiatan
yang dilakukan sesuai dengan
waktu yang ditetapkan.
c.
Guru harus memberikan penguatan yang beragam untuk meningkatkan antusiasme siswa
dalam proses pembelajaran di
dalam kelas.
d.
Guru harus mampu melibatkan
seluruh siswa dalam proses pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
e.
Guru harus memberikan sistem
reward and punishment yang
jelas kepada siswa agar siswa
mampu mematuhi peraturan yang
berlaku di dalam kelas.

Grafik 4.1.
Rekapitulasi Skor Efikasi Diri Siswa
Berdasarkan Observasi pada Siklus I
Dilihat dari data yang tersaji
dalam grafik 4.1 di atas, dapat dilihat
bahwa masih banyak siswa yang
memiliki efikasi disi yang rendah. Skor
tertinggi diperoleh SK dan OR yaitu
100 yang berarti seluruh indikator telah
terlihat pada diri siswa tersebut.
Sedangkan skor terendah diperoleh
SRS yaitu 6.25. Rata-rata efikasi diri
berdasarkan hasil observasi pada siklus
I ini adalah 48.55. Berikut rincian ratarata efikasi diri siswa pada setiap
indikatornya:
Tabel 4.4.
Rata-rata Efikasi Diri Siswa pada
Siklus I

Ratarata
Efika
si
Diri

Indikat
or 1

Indikat
or 2

Indikat
or 3

Indikat
or 4

Seluruh
Indikat
or

65.00

46.43

45.30

37.47

48.55

Berdasarkan tabel 4.4. di atas,
rata-rata efikasi diri siswa pada siklus I
masih termasuk dalam kategori Efikasi
Diri Cukup rendah. Hal ini berdasarkan
tabel interpretasi tingkat efikasi diri
yang dikemukakan oleh Sadewi, dkk
(2012, hlm.10) sebagai berikut:

Berdasarkan
hasil
pengolahan skor efikasi diri
siswa, berikut hasil rekapitulasi
skor efikasi diri siswa pada
siklus I berdasarkan observasi
yang dilakukan oleh tiga orang
observer:

Tabel 4.5.
Interpretasi Tingkat Efikasi Diri
Interval Presentase
14% ≤ - ≤ 25%

10

Kriteria
Sangat
Rendah

siswa berdasarkan skala efikasi diri
pada siklus I mencapai 76.99 %.
Berdasarkan tabel 4.4. rata-rata
efikasi paling rendah adalah pada
indikator ke empat, yaitu komitmen
dari individu dalam pencapaian target.
Pada indikator ini, banyak siswa yang
Berdasarkan tabel 4.5. di atas, tidak begitu peduli dengan hasil
ketercapaian efikasi diri siswa berdiskusinya dan menyerahkan tugas
dasarkan hasil observasi pada siklus I
mencapai 48.55 %. Selain melalui mengisi soal pada siswa yang dianggap
observasi, peneliti juga menggunakan pintar. Mereka ikut berdiskusi dengan
skala efikasi diri untuk mengetahui anggota kelompok lainnya, akan tetapi
tingkat efikasi diri siswa secara dalam
pengambilan
keputusan
keseluruhan. Skala ini terdiri dari 20 mengenai jawaban mana yang akan
pernyataan yang kemudian siswa beri diambil
mereka
menyerahkan
skor dengan rentang 1-100. Berikut
hasil rekapitulasi skala efikasi diri sepenuhnya kepada siswa yang
dianggap
paling
pintar
dalam
siswa pada siklus I:
kelompok. Oleh karena itu pada siklus
selanjutnya
guru
melakukan
Efikasi Diri Siswa pada Siklus pembelajaran
I
yang lebih menonjolkan
kemampuan pribadi siswa sehingga
siswa tidak tergantung pada siswa lain
Efikasi Diri Sangat Rendah
Efikasi Diri Rendah
dalam mencapai targetnya.
Efikasi Diri Cukup Rendah
Selain
itu,
peneliti
juga
Efikasi Diri Sedang
Efikasi Diri Cukup Tinggi menggunakan
tes tertulis untuk
Efikasi Diri Tinggi
ketuntasan belajar siswa
Efikasi Diri Sangat Tinggi mengetahui
yang peneliti sajikan pada grafik
berikut,
26% ≤ - ≤ 38%
39% ≤ - ≤ 51%
52% ≤ - ≤ 64%
65% ≤ - ≤ 77%
78% ≤ - ≤ 90%
91% ≤ - ≤ 100%

Rendah
Cukup Rendah
Sedang
Cukup Tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi

Grafik Ketuntasan Siswa

Grafik 4.2
Rekapitulasi Skala Efikasi Diri Siswa
pada Siklus I
Dilihat dari grafik 4.2. di atas,
kelas di dominasi oleh siswa dengan
tingkat efikasi diri tinggi, yaitu
sebanyak 24 orang siswa. Rata-rata
efikasi diri pada siklus I berdasarkan
skala efikasi diri adalah 76.99 yang
termasuk dalam tingkat efikasi diri
cukup tinggi. Ketercapaian efikasi diri

47.9
2%

52.0
8%

Tuntas
Belum Tuntas

Grafik 4.3
Persentase Ketuntasan Siswa pada
Siklus I
11

Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar

M
N
M
IS
KS

KA

Efikasi Diri
Hasil Belajar

80
10
0
12
0

40
60

0
20

A

K

A

A

N

BG DS EAO
D

FI

G

F'

H
F

IA

Nama Siswa

M
W

N

PA

A

R

R

R

H

SK

SM

TA

W
A

N

Z

A

P

Pada grafik 4.3 di atas dapat
dilihat bahwa sebanyak 52 % siswa
telah mencapai atau melampaui
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditentukan oleh guru, dan
sebanyak 48 % siswa masih belum
tuntas. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kecakapan akademik siswa
sudah dalam kategori cukup. Selain itu,
dari hasil perhitungan indeks prestasi
kelompok
menunjukkan
bahwa
ketercapaian hasil belajar siswa pada
siklus I mencapai 64.79 %. Hal ini
termasuk dalam kategori sedang.
Untuk mengetahui keterkaitan
efikasi diri dengan hasil belajar siswa,
peneliti melakukan perbandingan hasil
belajar siswa dan efikasi diri siswa
pada grafik berikut

Persentase

Grafik 4.4
Perbandingan Skala Efikasi Diri dan
Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Berdasarkan hasil pengolahan
skor efikasi diri siswa, berikut hasil
rekapitulasi skor efikasi diri siswa pada
siklus II berdasarkan observasi yang
dilakukan oleh tiga orang observer:

12

120

efikasi diri berdasarkan hasil observasi
mencapai 73.50 %. Hal ini meningkat
sebanyak 24.95 % dari siklus I
(48.55%).
Selain melalui observasi, peneliti
juga menggunakan skala efikasi diri
untuk mengetahui tingkat efikasi diri
siswa secara keseluruhan. Skala ini
terdiri dari 20 pernyataan yang
kemudian siswa beri skor dengan
rentang
1-100.
Berikut
hasil
rekapitulasi skala efikasi diri siswa
pada siklus II:

100
80
60
40
20
0
R
AM

F
M

F
G

A
PA

AK

N

KS

IA

RR

CA

P
G

IS
M

AN
W

RA

S
LS

Efikasi Diri Siswa pada Siklus II

Grafik 4.5
Rekapitulasi Skor Efikasi Diri Siswa
Berdasarkan Observasi pada Siklus II
Berdasarkan data yang tersaji
pada grafik 4.3. di atas dapat dilihat
bahwa skor efikasi diri berdasarkan
observasi tertinggi diperoleh SK
dengan nilai 100 yang berarti seluruh
indikator telah terlihat pada diri siswa
tersebut. Sedangkan skor terendah
diperoleh AMR dan GF yaitu 46.75.
Rata-rata efikasi diri berdasarkan hasil
observasi pada siklus II ini adalah
73.50 yang termasuk dalam kategori
cukup tinggi. Berikut rincian rata-rata
efikasi diri siswa pada setiap
indikatornya:
Tabel 4.6.
Rata-rata Efikasi Diri Siswa pada
Siklus II

Ratarata
Efika
si
Diri

Indika
tor 1

Indika
tor 2

Indika
tor 3

Indika
tor 4

Seluru
h
Indika
tor

71.67

78.33

73.33

70.67

73.50

Efikasi Diri Sangat
Rendah

Efikasi Diri Rendah

Efikasi Diri Cukup
Rendah

Efikasi Diri Sedang

Efikasi Diri Cukup
Tinggi

Efikasi Diri Tinggi

Efikasi Diri Sangat
Tinggi

Grafik 4.6
Rekapitulasi Skala Efikasi Diri Siswa
pada Siklus II
Berdasarkan grafik 4.4. di atas,
kelas masih didominasi oleh siswa
dengan efikasi diri tinggi, yaitu
sebanyak 23 orang. Sedangkan siswa
dengan efikasi diri sedang hanya ada
satu orang, siswa dengan efikasi diri
cukup tinggi ada 16 orang, dan siswa
dengan efikasi diri sangat tinggi ada
delapan orang. Rata-rata efikasi diri
siswa berdasarkan skala efikasi diri
pada siklus II adalah 80.35.
Ketercapaian efikasi diri berdasarkan
skala efikasi diri pada siklus II
mencapai 80.35 %. Hal ini mengalami
peningkatan sebanyak 3.36 %.
Secara keseluruhan siklus I
mengalami peningkatan pada siklus II.
Ketercapaian efikasi diri siswa
berdasarkan hasil observasi pada siklus
I adalah 48.55% dan pada siklus II
adalah
73.50
%.
Peningkatan
ketercapaian
efikasi
diri
siswa

Berdasarkan tabel 4.6. di atas,
indikator dengan rata-rata terendah
pada siklus II ini adalah indikator ke
empat yaitu komitmen dari individu
dalam pencapaian target. Ketercapaian
13

Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar

17.02%

M
N
M
IS

Efikasi Diri
Hasil Belajar

IA

Tuntas
Belum
Tuntas

KA

Grafik Ketuntasan Siswa

KS

Nama Siswa

M
W

N

PA

A

R

R

R

H

SK

SM

TA

W
A

N

Z

A

P

berdasarkan hasil observasi dari siklus
I ke siklus II adalah sebanyak 24.95%.
Sedangkan berdasarkan skala efikasi
diri, ketercapaian efikasi diri siswa
pada siklus I adalah 76.99% dan pada
silus II adalah 80.35%. Peningkatan
ketercapaian
efikasi
diri
siswa
berdasarkan skala efikasi diri dari
siklus I ke siklus II adalah sebanyak
3.36%.
Selain
itu,
peneliti
juga
menggunakan tes tertulis untuk
mengetahui ketuntasan belajar siswa
yang peneliti sajikan pada grafik
berikut,

G

F'

H
F

82.98%

A

K

A

A

N

BG

DA

ER

FI

Grafik 4.7
Persentase Ketuntasan Siswa pada
Siklus II
Pada grafik 4.5 di atas dapat
dilihat bahwa sebanyak 83 % siswa
telah mencapai atau melampaui
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
yang ditentukan oleh guru, dan
sebanyak 17 % siswa masih belum
tuntas. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kecakapan akademik siswa
sudah dalam kategori cukup. Selain itu,
dari hasil perhitungan indeks prestasi
kelompok
menunjukkan
bahwa
ketercapaian hasil belajar siswa pada
siklus I mencapai 81.60 %. Hal ini
termasuk dalam kategori sangat baik.
Untuk mengetahui keterkaitan
efikasi diri dengan hasil belajar siswa,
peneliti melakukan perbandingan hasil
belajar siswa dan efikasi diri siswa
pada grafik berikut,

0 20 40 60 80 100120

Persentase

Grafik 4.8
Perbandingan Skala Efikasi Diri dan
Hasil Belajar Siswa pada Siklus II
Dari hasil analisis peneliti, hasil
perolehan nilai siswa dalam tes
evaluasi yang diberikan dalam setiap
siklusnya diketahui bahwa siswa
dengan tingkat kemampuan berpikir
tinggi memiliki efikasi diri yang tinggi,
begitu pula siswa dengan tingkat
14

kemampuan berpikir rendah memiliki
efikasi diri yang rendah.
Dikarenakan pada siklus II sudah
mencapai tingkat efikasi diri siswa
yang diharapkan peneliti, maka
penelitian dihentikan pada siklus II.
Adapun peningkatan efikasi diri
siswa berdasarkan hasil observasi
(siklus I ke siklus II) dapat disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Peningkatan Efikasi Diri pada Setiap
Indikator
Indikator
Indikator 1
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4

90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Siklus II
73.50 %

Ketercapaian Skor Efikasi Diri Siswa

Dari tabel 4.7. untuk lebih
jelasnya ketercapaian efikasi diri siswa
dibuat ke dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
80
70
60
50
40
30
20
10
0

Siklus I

Siklus II
71.67%
78.33%
73.33%
70.67%

Dari tabel 4.8. di atas, untuk lebih
jelasnyaketercapaian efikasi diri siswa
pada setiap indikator dibuat ke dalam
bentuk diagram batang sebagai berikut:

Tabel 4.7.
Ketercapaian Efikasi Diri Siswa
Berdasarkan Hasil Observasi
Siklus I
48.55%

Siklus I
65.00%
46.43%
45.30%
37.47%

Siklus I
Siklus II

Grafik 4.10
Perbandingan Ketercapaian Efikasi
Diri pada Setiap Indikator
Berdasarkan tabel dan grafik di
atas, efikasi diri siswa pada setiap
indikator mengalamai peningkatan dari
siklus I ke siklus II. Indikator pertama
meningkat sebanyak 6.67%. Indikator
kedua meningkat sebanyak 31.90%.
Indikator ketiga meningkat sebanyak
28.03%. Indikator keempat meningkat
sebanyak
33.20%.
Peningkatan
tertinggi terjadi pada indikator keempat
yaitu komitmen dari individu dalam
pencapaian target.
Sedangkan peningkatan efikasi
diri siswa berdasarkan skala efikasi diri
(siklus I ke siklus II) dapat disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.9
Ketercapaian Efikasi Diri Siswa
Berdasarkan Skala Efikasi Diri

Siklus II

Tindakan Pembelajaran

Grafik 4.9
Perbandingan Ketercapaian Efikasi
Diri Berdasarkan Hasil Observasi pada
Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel dan grafik di
atas, terlihat bahwa ketercapaian
efikasi diri siswa berdasarkan hasil
observasi mengalami peningkatan.
Pada siklus I, ketercapaian efikasi diri
siswa adalah 48.55%, kemudian
meningkat pada siklus II yaitu 73.50%.
Kemudian
sebagai
rincian
peningkatan untuk setiap indikatornya
dapat disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.8

Siklus I

15

Siklus II

Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar
76.99%

Perbandingan Indeks Prestasi
Kelompok pada Siklus I dan Siklus II
Dan pada akhirnya dapat
disimpulkan bahwa penerapan model
TANDUR pada siklus II telah
diterapkan secara efektif berdasarkan
hasil refleksi pada siklus I.

80.35%

Ketercapaian Efikasi Diri Siswa

Dari tabel 4.9. untuk lebih
jelasnya ketercapaian efikasi diri siswa
dibuat ke dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut:
81
80

80.35

KESIMPULAN

79

Berdasarkan
temuan
dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa melalui
penerapan model TANDUR
dalam
pembelajaran
matematika pada salah satu
sekolah
dasar negeri
di
Kabupaten Bandung terbukti
dapat meningkatkan efikasi diri
siswa dengan cukup signifikan.
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, ada
beberapa
simpulan
yang
diperoleh sebagai berikut:

78
77
76
75

76.99
Siklus I

Siklus II

Tindakan Pembelajaran

Grafik 4.11
Perbandingan Ketercapaian Efikasi
Diri Berdasarkan Skala Efikasi Diri
pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan tabel dan grafik di
atas, terlihat bahwa ketercapaian
efikasi diri siswa berdasarkan skala
efikasi diri mengalami peningkatan.
Pada siklus I, ketercapaian efikasi diri
siswa adalah 76.99%, kemudian
meningkat pada siklus II yaitu 80.35%.
Sehingga dapat dikatakan bahwa
efikasi diri siswa dalam pembelajaran
matematika terus meningkat.
Sejalan dengan meningkatnya
efikasi diri siswa, prestasi belajar siswa
pun
turut
meningkat.
Berikut
peningkatan hasil belajar siswa dari
siklus I ke siklus II

1.

90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus I

Siklus II

Grafik 4.12
16

Proses pembelajaran matematika
dengan
menerapkan
model
quantum teaching terdiri dari
enam tahapan, yaitu Tumbuhkan,
Alami, Namai, Demonstrasikan,
Ulangi, dan Rayakan yang
kemudian disingkat menjadi
TANDUR. Model ini ditemukan
dan dikembangkan oleh Bobbi de
Porter. Proses pembelajaran
matematika pada pokok bahasan
jaring-jaring
bangun
ruang
sederhana dengan menerapkan
model TANDUR mengalami
perkembangan dari siklus I ke
siklus II. Pada siklus I langkah
kegiatan pembelajaran dengan
menerapkan model TANDUR
belum
terlaksana
dengan
maksimal dikarenakan adanya
langkah yang terpaksa dilewatkan
karena tidak cukupnya waktu
yang tersisa. Sedangkan pada
siklus II, hal tersebut sudah dapat

2.

3.

teratasi dengan memberikan
tambahan jam menjadi tiga jam
pelajaran. Kemudian sedikitnya
aktivitas siswa pada siklus I
sudah dapat teratasi pada siklus II
dengan menambah variasi bentuk
penguatan yang diberikan oleh
guru berupa penguatan non
verbal
dengan
memberikan
hadiah kepada siswa yang banyak
berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran di kelas.
Siswa
dengan
kemampuan
berpikir tinggi memiliki efikasi
diri yang tinggi, begitu pula
siswa
dengan
kemampuan
berpikir rendah memiliki efikasi
diri yang rendah. Pemerolehan
nilai
prestasi
dapat
mempengaruhi efikasi diri siswa.
Jika siswa mendapatkan nilai
yang tinggi, maka efikasi diri
siswa tersebut juga meningkat.
Penerapan
model
quantum
teaching
dengan
tahapan
TANDUR dapat meningkatkan
efikasi diri siswa. Hal tersebut
dibuktikan dengan meningkatnya
ketercapaian efikasi diri siswa
baik melalui hasil observasi
maupun skala efikasi diri.
Tingkat ketercapaian efikasi diri
siswa pada siklus I berdasarkan
observasi mencapai 48.55%, dan
pada siklus II mencapai 73.50%.
Peningkatan ketercapaian efikasi
diri siswa dari siklus I ke siklus II
berdasarkan
hasil
observasi
adalah
24.95%.
Sedangkan
berdasarkan skala efikasi diri,
ketercapaian efikasi diri pada
siklus I mencapai 76.99, dan pada
siklus II mencapai 80.35%.
peningkatan ketercapaian efikasi
diri siswa dari siklus I ke siklus II
berdasarkan skala efikasi diri
adalah
3.36%.
Dapat
disimpulkan, penerapan model

TANDUR dalam pembelajaran
matematika di sekolah dasar
kelas V dapat meningkatkan
efikasi diri siswa pada pokok
bahasan jaring-jaring bangun
ruang sederhana.
REFERENSI
Bandura, A. (1998). Self Efficacy. In H.
Friedman (Ed.), Encyclopedia
of Mental Health. San Diego:
Academis Press.
Bandura, A. (2006). Guide for
Constructing
Self-Efficacy
Scales. In Frank Pajares & Tim
Urdan
(Ed.),
Self-Efficacy
Beliefs
of
Adolescents.
Greenwich: Information Age
Publishing.
Fathurrohman, M. (2015). ModelModel Pembelajaran Inovatif.
Jogjakarta: Ar-ruzz Media.
Hamdayama, J. (2016). Metodologi
Pengajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hatimah, I, dkk. (2007). Penelitian
Pendidikan. Bandung: UPI
Press.
Hopkins, D. (2011). Panduan Guru
Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karso, dkk. (2010). Pendidikan
Matematika
I.
Jakarta:
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sutopo, A.H., Arief, A. (2010).
Terampil
Mengolah
Data
Kualitatif
dengan
NVIVO.
Jakarta: Prenada Media Group.
Wahyudin, U, dkk. (2006). Evaluasi
Pembelajaran Sekolah Dasar.
Bandung: UPI Press.
Wijaya, Ariyadi. 2012. Pendekatan
Matematika
Realistik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wiriaatmadja,
Rochiati.
(2009).
Metode Penelitian Tindakan

17

Iklima Istiqomah
Penerapan Model TANDUR dalam Pembelajaran Matematika untuk
Meningkatkan Efikasi Diri Siswa Sekolah Dasar
Kelas. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Indonesian
Journal
of
Guidance and Counseling:
Theory and Application, 1 (2),
hlm. 7-12.

Adicondro, N. & Purnamasari, A.
(2011). Efikasi Diri, Dukungan
Sosial Keluarga dan Self
Regulated Learning Pada Siswa
Kelas VIII. Humanitas, 8 (1),
hlm. 17-27.
Apsari, B. S., Adi, W., & Octoria, D.
(2014). Pengaruh Efikasi Diri,
Pemanfaatan Gaya Belajar dan
Lingkungan Teman Sebaya
Terhadap
Prestasi
Belajar
Akuntansi (Studi Kasus di SMK
Negeri 1 Surakarta). Jupe UNS,
3 (1), hlm. 91-102.
Bandura, A. (1982). Self-Efficacy
Mechanism in Human Agency.
American Psychologist, 37 (20),
hlm. 122-147.
Mahmudi, M. H. & Suroso. (2014).
Efikasi Diri, Dukungan Sosial,
dan Penyesuaian Diri dalam
Belajar.
Persona,
Jurnal
Psikologi Indonesia, 3 (2), hlm.
183-194.
Martha, J. A. (2015). Peningkatan Hasil
Belajar, Aktivitas, dan Efikasi
Diri melalui Pembelajaran
Model Carousel Feedback and
Showdown pada Mata Pelajaran
Kewirausahaan.
Jurnal
Konseling Indonesia, 1 (1), hlm.
86-95.
Pajares, F. & Miller, M. D. (1994).
Role of Self-Efficacy and SelfConcept
Beliefs
in
Mathematical ProblemSolving:
A Path Analysis. Journal of
Educational Psychology, 86 (2),
hlm. 193-203.
Sadewi, A. I., Sugiharto, D. Y. P., &
Nusantoro,
E.
(2012).
Meningkatkan Self Efficacy
Pelajaran Matematika Melalui
Layanan Penguasaan Konten
Teknik Modeling Simbolik.

Pahlawati, H. G. (2015). Penerapan
Model
Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered
Head
Together
untuk
Meningkatkan
Self-Efficacy
Siswa, (Skripsi). Fakultas Ilmu
Pendidikan,
Universitas
Pendidikan
Indonesia,
Bandung.
Rahayu, D. S. (2015). Penerapan
Model
TANDUR
untuk
Meningkatkan
Keterampilan
Proses Sains Siswa Sekolah
Dasar Pada Pembelajaran IPA,
(Skripsi).
Fakultas
Ilmu
Pendidikan,
Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung
Masruroh, L. (2012). Efektivitas
Bimbingan Kelompok Teknik
Modelling untuk Meningkatkan
Self Efficacy Akademik Siswa,
(Tesis). Sekolah Pascasarjana,
Universitas
Pendidikan
Indonesia, Bandung

18