STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS AKSARA JAW

STRATEGI PEMBELAJARAN MENULIS AKSARA JAWA
DENGAN GABUNGAN MODEL JIGSAW DAN
NUMBERED HEAD TOGETHER
Oleh: M. Nurhasanudin
SMP N 3 PANDAK
Pendahuluan
Dalam proses belajar mengajar tidak pernah lepas dari seoerang sutradara yaitu guru,
dimana guru ini merupakan fasilitator dan sangat berperan penting untuk menghantarkan para
siswa mau dibawa kemana dengan materi yang telah dikuasainya. Peran seorang guru akan dapat
mengubah sosok yang mengirimkan informasi menjadi sosok yang memberikan petunjuk dan
pertolongan kepada para siswa.
Untuk menciptakan situasi kelas yang benar – benar kondusif, guru selaku fasilitator
sekaligus sebagai sutradara harus memiliki pengetahuan dan teknik mengajar yang menarik. Oleh
karena itu guru tidak hanya dapat menguasai materi saja, tetapi juga harus mampu menyelami
keinginan para peserta didik (Setyorini, 2010).
Banyak model pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang guru untuk digunakan
dalam strategi pembelajaranya kepada siswa, namun apabila tidak cermat dalam memilihnya maka
model pembelajaran yang dipilih akan kurang efektif atau justru bisa dikatakan sebagai kegagalan
dalam pembelajaran. Hal ini biasanya berkaitan erat dengan input dari peserta didik dan Standart
Kompetensi yang akan disampaikan.
Dalam mata pelajaran Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa terdapat momok yang paling ditakuti

oleh sebagian besar peserta didik yaitu materi Undha-Usuk Basa dan Aksara Jawa. Terutama dalam
materi Aksara Jawa dikarenakan tidak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, maka ini menjadi
hal yang sulit dan menyurutkan minat peserta didik untuk mempelajarinya.
Banyak model pembelajaran yang telah digunakan oleh guru untuk mendongkrak minat
siswa termassuk didalamnya menggunakan model game, dari yang manual maupun dengan
menggunakan game audio visual termasuk yang dikembangkan oleh Sidiq Harmawan Saputra pada
tahun 2004. Namun apabila dilihat dari tes kemampuan menulis aksara jawa, maka metode game
tersebut kurang efektif karena siswa hanya antusias pada proses game-nya sedangkan untuk
mempelajari materi tersebut secara berkelanjutan minat mereka turun.

Agar memperoleh hasil yang maksimal dalam tempo yang tidak terlalu lama, maka
digunakanlah gabungan model pembelajaran Jigsaw dan Numbered Head Together (NHT).

Model Jigsaw dan NHT
Model Jigsaw dan NHT termasuk dalam model pembelajaran koperatif (CL, Cooperative
Learning). Model ini berbasis Teori Konstruktivisme (Rusman, 2011). Guru sebagai fasilitator.
Peserta didik dilatih dan dibiasakan berkooperasi untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan,
pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasisosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi

konsep sehingga memperoleh pengetahuan bersama.
Model Jigsaw dikembangkan oleh Elliot Aronson dkk di Texas University.
Jigsaw adalah gergaji ukir yang cara kerjanya secara zigzag seperti gerigi gergaji. Ada yang
menyebut puzzle yaitu teka-teki menyusun gambar.
Langkahnya:
(1) peserta didik dikelompokkan menjadi 4-5 orang per kelompok
(2) setiap peserta didik diberi pokok materi yang berbeda
(3) setiap peserta didik yang mendapatkan tugas yang sama membentuk kelompok baru
untuk membahas pokok-pokok materi beserta penjelasannya.
(4) setiap peserta didik kembali ke kelompok masing-masing
(5) setiap peserta didik presentasi sesuai dengan tugasnya sehingga diperoleh
pembelajaran secara komprehensif.
(6) penilaian
(7) simpulan, refleksi, dan tugas
NHT (Numbered Head Together).
NHT adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif.
Langkahnya:
(1) membuat kelompok heterogen (4-5 peserta didik)
(2) setiap peserta didik memiliki nomor tertentu,


(3) berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap peserta didik
tidak sama sesuai dengan nomor peserta didik, tiap peserta didik dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama),
(4) kemudian bekerja kelompok,
(5) presentasi kelompok dengan nomor peserta didik yang sama sesuai tugas masing-masing
sehingga terjadi diskusi kelas,
(6) kuis individual dan buat skor perkembangan tiap peserta didik,
(7) umumkan hasil kuis dan beri reward.
Seperti yang telah dicantumkan dalam pendahuluan, model yang digunakan dalam hal
pembelajaran Menulis Aksara Jawa dilakukan dengan penggabungan model Jigsaw dan NHT. Hal
ini dilakukan karena pengalaman penulis dalam menggunakan model Jigsaw maupun NHT dalam
pembelajaran menulis aksara jawa mendapatkan respon yang positif namun hasil yang ingin dicapai
kurang maksimal.
Sebagai contoh dalam model Jigsaw, siswa membuat kelompok yang tidak heterogen atau
cenderung memilih teman yang disukai, kemudian berkelompok sesuai tugasnya yang belum tentu
dalam kelompok tersebut juga terdapat siswa yang mumpuni atau bisa berguna sebagai tutor sebaya
dalam diskusi kelompok tersebut. Ketika kembali ke kelompok awal, siswa presentasi dan sering
mendapatkan pertanyaan dari teman kelompok awalnya yang kurang dapat dijawab secara
memuaskan.
Sedangkan dalam model NHT, individu siswa yang nomor atau tugasnya sama tidak dilibatkan

dalam diskusi dengan individu lain yang tugas atau nomornya sama, sehingga ketika maju untuk
presentasi bersama dengan teman nomor atau tugas yang sama maka akan timbul beberapa
perbedaan pengertian dalam presentasi mereka. Hal ini akan menimbulkan kebingungan pada siswa
lain yang memperhatikan presentasi mereka.
Dengan gabungan model pembelajaran Jigsaw dan NHT ( selanjutnya kita sebut model
JNHT) hal-hal diatas itu bisa diminimalisir.
Model JNHT
Model JNHT adalah model pembelajaran gabungan antara jigsaw dan Numbered Head
Together. Hal ini digunakan agar siswa dapat menyerap secara maksimal fungsi dari tutor sebaya
dalam intens-nya kuantitas diskusi.
Langkah Model JNHT:
(1) Guru membagi siswa dalam kelompok berisi 4-5 siswa dengan acak.

(2) Setiap siswa dalam kelompok diberikan nomor yang berbeda, demikian juga dengan
kelompok lain namun harus menimbang kemampuan siswa (apabila dalam kelompok A
siswa bernomor 1 penguasaan aksara jawa minim, maka pada kelompok B nomor 1
diberikan kepada siswa yang berpengetahuan aksara jawa baik),
(3) Berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap peserta
didik tidak sama sesuai dengan nomor peserta didik, tiap peserta didik dengan nomor sama
mendapat tugas yang sama),

(4) Siswa diberikan waktu memahami materi dan mengerjakan tugas.
(5) Siswa berpindah berkelompok menurut nomor yang sama, dan berdiskusi tentang materi dan
tugasnya.
(6) Siswa kembali ke kelompok semula dan mempresentasikan dan berdiskusi tentang materi
dan tugasnya kepada kelompok awal.
(7) Presentasi tiap kelompok siswa yang bernomor sama di depan kelas, sehingga terjadi diskusi
dengan seluruh siswa di kelas.
(8) Kuis individual dan buat skor perkembangan setiap siswa.
(9) Pengumuman hasil kuis dan pemberian reward.
Model JNHT ini apabila dicermati akan menimbulkan efek yang maksimal dikarenakan
diskusi yang terjadi dalam pembelajaran itu mancapai jumlah 3 kali. Dan siswa tidak akan merasa
bosan karena setiap presentasi atau diskusi mereka menghadapi siswa yang berbeda, yaitu pertama
dengan siswa yang nomornya sama, kemudian dengan kelompok awal, dan yang terkhir dengan
siswa satu kelas. Hal ini juga akan menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa dikarenakan mau
tidak mau dia harus mempresentasikan dan mendiskusikan tugasnya, sehingga siswa tidak akan ada
yang pasif saja sebagai pendengar.
Model JNHT juga merangsang siswa agar mampu berperan sebagai tutor sebaya, minimal pada
diskusi di kelompok awal dan presentasi di kelas. Dengan menggunakan model JNHT ini, materi
menulis aksara jawa dapat berhasil dikuasai siswa dengan maksimal dan terpenuhi unsur PAIKEM
(Partisipatif, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

Gambaran dari Model JNHT dalam materi Menulis Aksara Jawa adalah sebagai berikut:
..........
Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Setyorini, Indah. Dkk. 2010. Upaya Meningkatkan Pembelajaran Kosakata dengan Mengaplikasikan
Metode Total Physical Response (TPR). Bantul: SMP N 3 Pandak.

Dokumen yang terkait

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

2 5 46

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DITINJAU DARI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

6 77 70

MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA DI KELAS III SD NEGERI I MATARAM KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

21 126 83

PENGARUH KEMAMPUAN AWAL MATEMATIKADAN MOTIFBERPRESTASI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

8 74 14

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62