Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indojaya Agrinusa Tbk Tanjung Morawa Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja
2.1.1 Pengertian Kinerja
Menurut Tika (2006:121)kinerja adalah fungsi dari motivasi, kecakapan,
dan persepsi peranan. Secara umum, pengertian kinerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam kemampuan
melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh
atasan kepadanya. Selain itu, kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dan
usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan perbuatan dalam
situasi tertentu. Pengertian kinerja karyawan menunjuk pada kemampuan
karyawan

dalam

melaksanakan

jawabnya.Tugas-tugas

tersebut


tugas-tugas
biasanya

yang

berdasarkan

menjadi

tanggung

indikator-indikator

keberhasilan yang sudah ditetapkan. Sebagai hasilnya akan diketahui bahwa
seseorang karyawan masuk dalam tingkatan kinerja tertentu.
2.1.2 Penilaian Kinerja
Menurut Handoko (2001:122) penilaian kinerja adalah usaha untuk
merencanakan dan mengontrol proses pengelolaan pekerjaan sehingga dapat
dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Penilaian prestasi kerja juga
merupakan proses mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan diwaktu

yang lalu atau untuk memprediksi prestasi kerja di waktu yang akan datang dalam
suatu organisasi. Sutrisno (2009:164) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil
upaya seseorang yang ditentukan oleh kemampuan karakteristik pribadinya serta

7
Universitas Sumatera Utara

persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu.Berdasarkan beberapa pengertian
di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
2.1.3

Unsur-unsur Penialian Kinerja
Menurut (Hasibuan, 2000: 59) unsur-unsur penilaian kinerja adalah

sebagai berikut:
1. Prestasi
Penilaian hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat di hasilkan
karyawan.

2. Kedisiplinan
Penilaian disiplin dalam mematuhi peraturan-peraturan yang ada dan
melakukan pekerjaan sesuai dengan intruksi yang diberikan kepadanya.
3. Kreatifitas
Penilaian kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreatifitas untuk
menyelesaikan pekerjaannya sehingga dapat bekerja lebih berdaya guna dan
berhasil guna.

8
Universitas Sumatera Utara

4. Bekerja sama
Penilaian kesediaan karyawan berpartipasi dan bekerja sama dengan karyawan
lain secara vertikal atau horizontal didalam maupun diluar sehingga hasil
pekerjaannya lebih baik.
5. Kecakapan
Penilaian dalam menyatukan dan melaraskan bermacam-macam elemen yang
terlibat dalam menyusun kebijaksanaan dan dalam situasi manajemen.
6. Tanggung jawab
Penilaian


kesediaan

karyawan

dalam

mempertanggungjawabkan

kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
digunakan, serta perilaku pekerjaannya.
2.1.4

Jenis-jenis Kriteria Kinerja
Sedangkan menurut Robbins (2002:155) mengatakan hampir semua cara

pengukuran kinerja mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1. Kuantitas, yaitu jumlah yang harus diselesaikan atau dicapai. Pengukuran
kuantitatif melibatkan perhitungan keluaran dari proses atau pelaksanaan
kegiatan. Ini berkaitan dengan jumlah keluaran yang dihasilkan.

2. Kualitas, yaitu mutu yang harus dihasilkan (baik tidaknya). Pengukuran
kualitatif keluaran mencerminkan pengukuran ”tingkat kepuasan”, yaitu
seberapa baik penyelesaiannya. Ini berkaitan dengan bentuk keluaran.

9
Universitas Sumatera Utara

3. Ketepatan waktu, yaitu sesuai tidaknya dengan waktu yang direncanakan.
Pengukuran ketepatan waktu merupakan jenis khusus dari pengukuran
kuantitatif yang menentukan ketepatan waktu penyelesaian suatu kegiatan.
Ketiga jenis kriteria di atas dapat dijadikan sebagai acuan guna mengukur
kinerja.
2.1.5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain efektifitas dan

efisiensi, otoritas, disiplin, dan inisiatif menurut (Tika,2006:121).
1. Efektivitas dan Efisiensi.
Bila suatu tujuan tertentu akhirnya bisa dicapai, kita boleh mengatakan bahwa

kegiatan tersebut efektif tetapi apabila akibat-akibat yang tidak dicari kegiatan
mempunyai

nilai

mengakibatkan

yang

penting

ketidakpuasan

dari

hasil

walaupun

yang


efektif

dicapai

sehingga

dinamakan

tidak

efisien.Sebaliknya bila akibat yang dicari-cari tidak penting atau remeh maka
kegiatan tersebut efisien.
2. Otoritas (wewenang).
Arti otoritas adalah sifat dari suatu komunikasi atau perintah dalam organisasi
formal yang dimiliki (diterima) oleh seorang anggota organisasi kepada
anggota yang lain untuk melakukan suatu kegiatan kerja sesuai dengan
kontribusinya (sumbangan tenaganya). Perintah tersebut menyatakan apa yang
boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam organisasi tersebut.


10
Universitas Sumatera Utara

3. Disiplin
Disiplin kegiatan karyawan yang bersangkutan dalam menghormati perjanjian
kerja dengan organisasi dimana dia kerja.
4. Inisiatif
Berkaitan dengan daya dan kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan
sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Jadi, inisiatif adalah gaya
dorong kemajuan yang bertujuan untuk mempengaruhi kinerja organisasi.
2.1.6

Prinsip Dasar Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja bekerja atas prinsip dasar yang dapat dijadikan acuan

bersama agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Adapun prinsip dasar
manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:11) adalah sebagai berikut:
1. Kejujuran
Kejujuran menunjukkan diri dalam komunikasi umpan balik yang jujur
diantara manajer, pekerja dan rekan kerja.Kejujuran termasuk dalam

mengekspresikan

pendapat,

menyampaikan

fakta

dan

memberikan

pertimbangan dan perasaan.
2. Pelayanan
Setiap aspek dalam proses kinerja harus memberikan pelayanannya kepada
setiap pekerja, manajer, pemilik dan pelanggan, dalam proses manajemen
kinerja, umpan balik dan pengukuran harus membantu pekerja dan
perencanaan kinerja.

11

Universitas Sumatera Utara

3. Tanggung Jawab
Merupakan prinsip dasar dari pengembangan kinerja dengan memahami dan
menerima tanggung jawab atas apa yang mereka kerjakan dan tidak kerjakan
untuk mencapai tujuan mereka. Pekerja belajar tentang apa yang perlu mereka
perbarui.
4. Perumusan Tujuan
Manajemen

kinerja

dimulai

dengan

melakukan

perumusan


dan

mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai oleh organisasi,
sesuai dengan jenjang organisasi yang dimiliki dan selanjutnya tujuan yang
telah dirumuskan tersebut dirinci lebih lanjut menjadi tujuan di tingkat yang
lebih rendah, seperti divisi, departemen, tim dan karyawan.
5. Komunikasi Dua Arah
Manajemen kinerja memerlukan gaya manajemen yang bersifat terbuka, jujur
serta mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara atasan dengan
bawahan. Komunikasi dua arah iniakan menunjukkan adanya sikap
keterbukaan dan saling pengertian antara dua pihak.
2.2

Disiplin Kerja

2.2.1

Pengertian Disiplin Kerja
Secara etimologi, disiplin berasal dari bahasa latin “disipel” yang berarti

pengikut. Seiring dengan perkembangan zaman, kata tersebut mengalami
perubahan menjadi “disipline” yang artinya kepatuhan atau yang menyangkut tata
tertib. Disiplin kerja adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar –
standar organisasional (Handoko 2004 : 208). Disiplin merupakan suatu kekuatan

12
Universitas Sumatera Utara

yang berkembang di dalam tubuh pekerja sendiri yang menyebabkan dia dapat
menyesuaikan diri dengan sukarela kepada keputusan-keputusan, peraturanperaturan, dan nilai-nilai tinggi dari pekerjaan dan tingkah laku (Asmiarsih
2006:23).
Kedisiplinan adalah kesadaran dan ketaatan seseorang terhadap peraturan
perusahaan / lembaga dan norma sosial yang berlaku(Hasibuan, 2001 : 193).Dari
beberapa pendapat itu dapat disimpulkan bahwa disiplin kerja adalah sikap
ketaatan dan kesetiaan seseorang / sekelompok orang terhadap peraturan tertulis /
tidak tertulis yang tercermin dalam bentuk tingkah laku dan perbuatan pada suatu
organisasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.2.2

Tujuan Disiplin Kerja
Tujuan utama disiplin kerja adalah demi kelangsungan organisasi atau

perusahaan sesuai dengan motif organisasi atau perusahaan yang bersangkutan
baik hari ini maupun hari esok. Menurut Sastrohadiwiryo (2003:292) secara
khusus tujuan disiplin kerja para pegawai, antara lain :
1. Agar para pegawai menepati segala peraturan dan kebijakan ketenagakerjaan
maupun peraturan dan kebijakan organisasi yang berlaku, baik tertulis maupun
tidak tertulis, serta melaksanakan perintah manajemen dengan baik.
2. Pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu
memberikan pelayanan yang maksimum kepada pihak tertentu yang
berkepentingan dengan organisasi sesuai dengan bidang pekerjaan yang
diberikan kepadanya.

13
Universitas Sumatera Utara

3. Pegawai dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang
dan jasa organisasi dengan sebaik-baiknya.
4. Para pegawai dapat bertindak dan berpartisipasi sesuai dengan norma-norma
yang berlaku pada organisasi.
5. Pegawai mampu menghasilkan produktivitas yang tinggi sesuai dengan
harapan organisasi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2.2.3 Indikator Disiplin Kerja
Umumnya disiplin kerja dapat terlihat apabila karyawan datang ke kantor
teratur dan tepat waktu, jika mereka berpakaian rapi ditempat kerja, jika mereka
menggunakan perlengkapan kantor dengan hati-hati, jika mereka menghasilkan
jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dengan mengikuti cara kerja yang
telah ditentukan oleh perusahaan
Adapun indikator – indikator dari disiplin kerja menurut Alfred R.
Lateiner dalam Soejono (2002 :72) yaitu :
a. Ketepatan waktu
Para pegawai datang ke kantor tepat waktu, tertib dan teratur, dengan begitu
dapat dikatakan disiplin kerja baik.
b. Menggunakan peralatan kantor dengan baik
Sikap hati- hati dalam menggunakan peralatan kantor, dapat menunjukkan
bahwa seseorang memiliki disiplin kerja yang baik, sehingga peralatan kantor
dapat terhindar dari kerusakan.

14
Universitas Sumatera Utara

c. Tanggungjawab yang tinggi
Pegawai yang senantiasa menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya
sesuai dengan prosedur dan bertanggungjawab atas hasil kerja, dapat pula
dikatakan memiliki disiplin kerja yang baik.
d. Ketaatan terhadap aturan kantor
Pegawai memakai seragam kantor, menggunakan kartu tanda pengenal /
identitas, membuat ijin bila tidak masuk kantor, juga merupakan cerminan dari
disiplin yang tinggi.
2.2.4. Jenis- jenis Disiplin Kerja
Menurut Luthans (2006:218), disiplin kerja dapat timbul dari diri sendiri
dan dari perintah, antara lain :
1.

Self dicipline

Disiplin ini timbul karena seseorang merasa terpenuhi kebutuhannya dan telah
menjadi bagian dari organisasi, sehingga orang akan tergugah hatinya untuk
sadar dan secara sukarela mematuhi segala peraturan yang berlaku.
2. Command dicipline

Dalam setiap organisasi, yang diinginkan pastilah jenis disiplin yang pertama,
yaitu datang karena kesadaran dan keinsyafan.Akan tetapi kenyataan selalu
menunjukkan bahwa disiplin itu lebih banyak di sebabakan oleh adanya
semacam paksaan dari luar. Untuk mengetahui ada atau tidaknya disiplin kerja
seorang karyawan dapat dilihat dari:
a)

Kepatuhan karyawan terhadap peraturan yang berlaku, termasuk tepat
waktu dan tanggung jawab terhadap pekerjaannya.

15
Universitas Sumatera Utara

b) Bekerja sesuai prosedur yang ada.
Pemeliharaan sarana dan perlengkapan kantor dengan baik
2.3

Lingkungan Kerja

2.3.1

Pengertian Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja menurut Nitisemito (2000:183), lingkungan kerja adalah

“segala sesuatu yang ada di sekitar pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya
dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan”.Sedangkan Lussier (dalam
Nawawi, 2003:293) mengartikan bahwa lingkungan kerja adalah kualitas internal
organisasi yang relatif berlangsung terus menerus yang dirasakan oleh
anggotanya.

Menurut

Sedarmayanti

(2001:1)“lingkungan

kerja

adalah

keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya
dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik
sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
lingkungan kerja adalah suatu tempat dimana anggota organisasi melaksanakan
pekerjaannya dan merupakan suatu kondisi kerja yang dapat diukur berdasarkan
sifat dan persepsi subjektif bersama dari anggotanya yang hidup dan bekerja
secara bersama yang berlangsung secara terus menerus serta menghasilkan
tindakan berkesan dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya.
2.3.2

Jenis-jenis Lingkungan Kerja
Sedarmayanti (2001:21) menyatakan bahwa secara garis besar, jenis

lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yakni :lingkungan kerja fisik dan lingkungan
kerja non fisik.

16
Universitas Sumatera Utara

a. Lingkungan Kerja Fisik
Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Lingkungan kerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yakni :
1. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan karyawan (Seperti:
pusat kerja, kursi, meja dan sebagainya)
2. Lingkungan perantara atau lingkungan umum dapat juga disebut
lingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya :
temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, bau tidak sedap, warna, dan lain-lain.
Untuk dapat memperkecil pengaruh lingkungan fisik terhadap karyawan,
maka langkah pertama adalah harus mempelajari manusia, baik mengenai fisik
dan tingkah lakunya maupun mengenai fisiknya, kemudian digunakan sebagai
dasar memikirkan lingkungan fisik yang sesuai.
b.

Lingkungan kerja non-fisik
Menurut Sedarmayanti (2001:31),“Lingkungan kerja non fisik adalah

semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan kerja, baik
hubungan dengan atasan maupun hubungan sesama rekan kerja, ataupun
hubungan dengan bawahan”.
Lingkungan non fisik ini juga merupakan kelompok lingkungan kerja yang
tidak bisa diabaikan.Menurut Nitisemito (2000:171) Perusahaan hendaknya dapat
mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat atasan,

17
Universitas Sumatera Utara

bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan. Kondisi
yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang baik,
dan pengendalian diri.
2.3.3

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja
Manusia akan mampu melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehingga

dicapai suatu hasil yang optimal, apabila diantaranya ditunjang oleh suatu kondisi
lingkungan yang sesuai. Suatu kondisi lingkungan dikatakan baik atau sesuai
apabila manusia dapat melaksanakan kegiatannya secara optimal, sehat, aman,
dan nyaman.Ketidaksesuaian lingkungan kerja dapat dilihat akibatnya dalam
jangka waktu yang lama.Lebih jauh lagi, keadaan lingkungan yang kurang baik
dapat menuntut tenaga dan waktu yang lebih banyak dan tidak mendukung
diperolehnya rancangan sistem kerja

yang efisien.Banyak faktor

yang

mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja.
Berikut ini beberapa faktor yang diuraikan Sedarmayanti (2001:21) yang
dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan
dengan kemampuan karyawan, diantaranya adalah :
1.

Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna

mendapat keselamatan dan kelancaran kerja.Oleh sebab itu perlu diperhatikan
adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang
kurang jelas, akan mengakibatkan lambatnya penyelesaian pekerjaan, banyak
mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam
melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.

18
Universitas Sumatera Utara

2.

Temperatur di Tempat Kerja
Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai

temperatur berbeda.Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan
keadaan normal, dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi
kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuh
manusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika
perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan
35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. Menurut hasil penelitian,
untuk berbagai tingkat temperatur akan memberi pengaruh yang berbeda.
Keadaan tersebut tidak mutlak berlaku bagi setiap karyawan karena kemampuan
beradaptasi tiap karyawan berbeda, tergantung di daerah bagaimana karyawan
dapat hidup.
3. Kelembaban di Tempat Kerja
Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa
dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh
temperatur udara, dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembaban,
kecepatan udara bergerak dan radiasi panas dari udara tersebut akan
mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan
panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan
kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara
besar-besaran, karena sistem penguapan. Pengaruh lainadalah makin cepatnya
denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi

19
Universitas Sumatera Utara

kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai
keseimbangan antar panas tubuh dengan suhu disekitarnya.
4.

Sirkulasi Udara di Tempat Kerja
Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh mahluk hidup untuk

menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metaboliasme. Udara di sekitar
dikatakan kotor apabila kadar oksigen, dalam udara tersebut telah berkurang dan
telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh
Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja.
Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan olah manusia. Dengan
cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara
psikologis akibat adanya tanaman di sekitar tempat kerja, keduanya akan
memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama
bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah
bekerja.
5.

Kebisingan di Tempat Kerja
Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya

adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga.Tidak
dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat
mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan
kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa
menyebabkan kematian.Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara
bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan
efisien sehingga produktivitas kerja meningkat.Ada tiga aspek yang menentukan

20
Universitas Sumatera Utara

kualitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia,
yaitu :
a. Lamanya kebisingan
b. Intensitas kebisingan
c. Frekwensi kebisingan
Semakin lama telinga mendengar kebisingan, akan semakin buruk
akibatnya, diantaranya pendengaran dapat makin berkurang.
6.

Getaran Mekanis di Tempat Kerja
Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang

sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh karyawan dan dapat menimbulkan
akibat yang tidak diinginkan.Getaran mekanis pada umumnya sangat menggangu
tubuh karena ketidak teraturannya, baik tidak teratur dalam intensitas maupun
frekwensinya.Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terdapat apabila
frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis. Secara
umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal :
a)

Kosentrasi bekerja

b)

Datangnya kelelahan

c)

Timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap :
mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang, dan lain,lain.

7.

Bau-bauan di Tempat Kerja
Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai

pencemaran, karena dapat menganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang
terjadi terus menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air

21
Universitas Sumatera Utara

condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
menghilangkan bau-bauan yang menganggu di sekitar tempat kerja.
8.

Tata Warna di Tempat Kerja
Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan

sebaik-baiknya.Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan
penataan dekorasi.Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh
besar terhadap perasaan.Sifat dan pengaruh warna kadang-kadang menimbulkan
rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalam sifat warna dapat merangsang
perasaan manusia.
9.

Dekorasi di Tempat Kerja
Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu

dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hasil ruang kerja saja tetapi berkaitan juga
dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk
bekerja.
10.

Musik di Tempat Kerja
Menurut para pakar, musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana,

waktu dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang karyawan untuk
bekerja.Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk
dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di
tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.

22
Universitas Sumatera Utara

11.

Keamanan di Tempat Kerja
Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan

aman maka perlu diperhatikan adanya keamanannya.Salah satu upaya untuk
menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas
Keamanan (SATPAM).
2.3.4. Indikator-indikator Lingkungan Kerja
Yang menjadi indikator-indikator lingkungan kerja menurut Sedarmayanti
(2001:46) adalah sebagai berikut :
1. Penerangan
Penerangan adalah cukupnya sinar yang masuk ke dalam ruang kerja masingmasing karyawan. Dengan tingkat penerangan yang cukup akan membuat
kondisi kerja yang menyenangkan
2. Suhu udara
Suhu udara adalah seberapa besar temperatur di dalam suatu ruang kerja
karyawan. Suhu udara ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin akan
menjadi tempat yang menyenagkan untuk bekerja.
3. Suara bising
Suara bising adalah tingkat kepekaan pendengaran karyawan yang
mempengaruhi aktivitas pekerjaannya. Ini dapat mempengaruhi kosentrasi
karyawan terhadap suatu pekerjaan yang dilakukannya.

23
Universitas Sumatera Utara

4. Penggunaan warna
Penggunaan warna adalah pemilihan warna ruangan yang dipakai untuk
tempat bekerja. Pemilihan warna yang tepat akan memberikan gairah dalam
bekerja.
5. Ruang gerak yang diperlukan
Ruang gerak adalah posisi kerja antara satu karyawan dengan karywan
lainnya, juga termasuk alat Bantu kerja seperti : meja, kursi, lemari, dan
sebaginya.
6. Keamanan Bekerja
Keamanan kerja adalah suatu kondisi yang dapat membuat rasa aman dan
tenaga dalam melakukan pekerjaan.
2.4

Penelitian Terdahulu
Nasution (2008) melakukan penelitian dengan judul ”Pengaruh Fasilitas

Terhadap Kinerja Karyawan Pabrik Bagian Bengkel PT. Socfindo Sei Liput Aceh
Tamiang”. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan
kuantitatif.Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa fasilitas kerja mempunyai pengaruh yang positif
dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Socfindo. Dari hasil koefisien
determinan diketahui bahwa variabel fasilitas mampu memberi penjelasan sebesar
68,7% dan sisanya 32,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam penelitian ini.
Ginting (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh disiplin
kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero)

24
Universitas Sumatera Utara

Tbk Cabang Medan Putri Hijau”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa disiplin
kerja berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan
pada PT. Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk Cabang Medan Putri Hijau.
Dimana variabel disiplin kerja mampu menjelaskan prestasi kerja karyawan
sebesar 50,5 % dan sisanya sebesar49,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar
penelitian.
Nasution (2010), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Motivasi
Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Kawasan
Industri Medan (Persero)”. Hasil koefisien determinan ( 2 R ) adalah 0,667
memilki makna bahwa variabel motivasi kerja dan lingkungan kerja memiliki
hubungan yang erat terhadap kinerja karyawan pada PT. Kawasan Industri Medan
(Persero). Adjusted R Square sebesar 0,447 berarti 44,7% peningkatan kinerja
karyawan pada PT. Kawasan Industri Medan (Persero) dapat dijelaskan oleh
variabel motivasi kerja dan lingkungan kerja, sedangkan sisanya 55,3% dapat
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hasibuan(2010),Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa secara serempak

motivasi dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV Kantor Pusat, Medan.Uji parsial
menunjukkan bahwa motivasi dan lingkungan kerja masing-masing berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara
IV Kantor Pusat, Medan.Lingkungan kerja adalah variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT. Perkebunan Nusantara IV
Kantor Pusat, Medan.

25
Universitas Sumatera Utara

Sofika (2009), melalui pengujian koefisien determinasi R²diperoleh nilai
sebesar 0.795 artinya variable bebas disiplin dan penilaian kinerja berpengaruh
sebesar 632% terhadap variable terikat peningkatan efektivitas kerja karyawan
pada PT Meganusa Semesta Medan, sedangkan 36.8% lainnya dipengaruhi oleh
variable lain
2.5

Kerangka Konseptual
Menurut Mangkunegara (2001:67), kinerja merupakan hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja merupakan hasil kerja secara kuantitas, kualitas kerja dan taat
terhadap peraturan-peraturan baik secara tertulis maupun tidak tertulis yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepada pegawai. (Yuli 2005 : 89)
Kinerja mempengaruhi seberapa banyak pegawai memberikan kontribusi
kepada perusahaan antara lain :
1.

Kualitas kerja :

kerapian, ketelitian, dan keterikatan hasil
dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan

2.

Kuantitas kerja :

volume kerja yang dihasilkan di atas
kondisi normal

3.

Tanggung jawab : melaksanakan tugas yang diberikan perusahaan
Menurut Sedarmayanti (2001:1) lingkungan kerja adalah keseluruhan alat

perkakas

dan

bahan

yang

dihadapi,

lingkungan

sekitarnya

di

mana

seseorangbekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik sebagai
26
Universitas Sumatera Utara

perseorangan maupun sebagai kelompok. Lingkungan kerja sangat berpengaruh
terhadap kinerja karyawan dimana karyawan tidak akan mungkin dapat
melakukan pekerjaan sebagaimana yang diharapkan tanpa ditunjang oleh
lingkungan yang mendukung dan kenyamanan karyawan didalam menjalankan
pekerjaan sehari-hari sangat tergantung pada lingkungan tempat mereka bekerja.
Jika ada hal-hal yang menganggu pada lingkungan tempat karyawan bekerja maka
secara langsung akanberdampak buruk pada konsentrasi bekerja yang pada
akhirnya berpengaruh terhadap kinerja. Menurut Sopiah (2008:58) menyatakan
lingkungan juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang. Situasi lingkungan yang
kondusif, misalnya dukungan dari atasan, teman kerja, sarana dan prasarana yang
memadai akan menciptakan kenyamanan tersendiri dan akan memacu kinerja
yang baik. Sebaliknya, suasana kerja yang tidak nyaman karena sarana dan
prasarana yang tidak memadai, tidak adanya dukungan dari atasan, dan banyak
terjadi konflik akan memberi dampak negatif yang mengakibatkan kemerosotan
pada kinerja seseorang.
Menurut Hasibuan (2000:190) disiplin adalah fungsi operatif manajemen
sumber daya manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan,
maka semakin tinggi kualitas kerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin karyawan
yang baik, sulit bagi organisasi atau perusahaan mencapai hasil yang optimal. PT
Indojaya Agrinusa Tbk, Tanjung Morawa bertujuan agar setiap pegawai memiliki
disiplin dalam bekerja sehingga berdampak pada peningkatan kinerja. Sedangkan
menurut Rivai (2008:444)“Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para manajer
untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah

27
Universitas Sumatera Utara

suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan
kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma
sosial yang berlaku”.
Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka
konseptual yang menunjukkan gambaran hubungan antara varibel x1 dan x2
terhadap Y, yakni :
Lingkungan
Kerja (X1)

KINERJA KARYAWAN
(Y)

Disiplin Kerja (X2)

Sumber: Sedarmayanti (2001), Rivai (2005:444), dan Yuli (2005)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian

2.6

Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban yang sifatnya sementara terhadap rumusan

masalah penelitian.Oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2006:306).
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan maka dirumuskan
hipotesis, bahwa ada pengaruh yang signifikan antara lingkungan kerja dan
disiplin kerja terhadap kinerja karyawan PT. Indojaya Agrinusa Tbk, Tanjung
Morawa Sumatera Utara.

28
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepercayaan Pada Atasan dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indojaya Agrinusa, Tbk Tj. Morawa – Sumatera Utara

21 109 88

Pengaruh Kepemimpinan Manajer Terhadap Peningkatan Disiplin Kerja Karyawan Pada PTPN IV (PERSERO) Unit Kebun Mayang

2 54 90

Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indojaya Agrinusa Tbk Tanjung Morawa Sumatera Utara

11 57 115

PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA, DISIPLIN KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA,DISIPLIN KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. INDO ACIDATAMA (Tbk)KARANGANYAR.

0 1 12

PENDAHULUAN PENGARUH MOTIVASI KERJA, LINGKUNGAN KERJA,DISIPLIN KERJA DAN SEMANGAT KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. INDO ACIDATAMA (Tbk)KARANGANYAR.

0 1 5

Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indojaya Agrinusa Tbk Tanjung Morawa Sumatera Utara

0 0 10

Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indojaya Agrinusa Tbk Tanjung Morawa Sumatera Utara

0 0 2

Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indojaya Agrinusa Tbk Tanjung Morawa Sumatera Utara

0 1 6

Pengaruh Lingkungan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Indojaya Agrinusa Tbk Tanjung Morawa Sumatera Utara

0 4 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepercayaan pada atasan - Pengaruh Kepercayaan Pada Atasan dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Indojaya Agrinusa, Tbk Tj. Morawa – Sumatera Utara

1 1 17