Pengaruh Seleksi, Penempatan, dan Pelatihan Terhadap Human Error Paramedis di RSIA. Stella Maris kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pentingnya meneliti human error yaitu karena tanpa memahami human
error, mungkin kita hanya akan melakukan koreksi terhadap apa yang salah,
bukannya perilaku yang salah, sehingga di masa depan kesalahan perilaku bisa
terulang lagi. Namun, dengan memahami human error maka perilaku yang akan
diperbaiki, sehingga koreksi kedepannya sudah menyempurnakan perilaku yang
salah tersebut. Human error yang terjadi disebuah rumah sakit diharapkan selalu
mengalami penurunan. Hal itu tentu saja dikarenakan dengan menurunnya human
error maka dapat dipastikan bahwa berkurangnya keluhan dari para pasien
sehingga pasien tidak akan beralih ke rumah sakit lain.
Human error di RSIA. Stella Maris di kota Medan cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun sejak awal pertama kali dibuka pada tahun 2009.
Hal itu dapat dilihat dari semakin berkurangnya keluhan dari pasien dan
keluarganya serta semakin meningkatnya kepuasan dan kepercayaan masyarakat
dari hari ke hari untuk melakukan pengobatan di rumah sakit tersebut, terlihat dari
semakin meningkatnya jumlah pasien di RSIA. Stella Maris.
Human error yang tinggi dapat dilihat dari keluhan para pasien yang
ditujukan kepada pihak rumah sakit sebagaimana yang terlihat pada Tabel 1.1

berikut.

1
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.1
Jumlah Keluhan Pasien RSIA. Stella Maris Tahun 2015
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember

Jumlah Keluhan

Keluhan Pasien
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
3

Sumber: Data RSIA. Stella Maris (data diolah).

Dari Tabel 1.1 diatas, maka dapat dilihat bahwa pada tahun 2015 terdapat

tiga keluhan yang diterima pihak rumah sakit dari para pasiennya terkait dengan
keluhan human error yang terjadi pada bulan Januari, Maret, dan April.
Sementara, pada bulan-bulan lainnya yaitu bulan Februari, Mei, Juni, Juli,
Agustus, September, Oktober, November, dan Desember, tidak ada keluhan yang
diterima rumah sakit dari pasien terkait dengan keluhan human error yang
mungkin terjadi di RSIA. Stella Maris kota Medan. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin lama tindakan human error yang terjadi di rumah sakit tersebut semakin
tidak ada, yang berarti bahwa semakin bertambahnya pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan paramedisnya dalam mengurangi kesalahan kerja yang
memungkinkan terjadi di rumah sakit tersebut.
Kemudian, pihak RSIA. Stella Maris juga dapat melihat incident report
yang mereka miliki untuk mengecek ada atau tidaknya tindakan human error yang
terjadi di rumah sakit tersebut, maka dengan begitu pihak rumah sakit nantinya
akan tau tindakan apa yang harus diambil terkait dengan kesalahan yang

2
Universitas Sumatera Utara

dilakukan oleh paramedisnya. Incident report merupakan suatu laporan kejadian
dimana ketika paramedis melakukan suatu tindakan human error, paramedis

tersebut harus langsung mengisi incident report yang disediakan oleh rumah sakit
dan kemudian dilaporkan kepada manajer on duty yang sedang bertugas saat itu,
yang mana nantinya setiap bulan akan dicek seberapa banyak tindakan human
error yang terjadi atau yang dilakukan oleh paramedis.
Ketika tindakan human error di suatu rumah sakit sangat tinggi atau
dengan kata lain sering terjadi, hal itu akan membuat para pasien yang
menggunakan jasa rumah sakit tersebut tidak ingin kembali lagi ke rumah sakit
itu. Namun, jika pelayanan rumah sakit tersebut sangat baik dan hampir tidak
ditemukannya tindakan human error atau tidak terdapatnya keluhan dari para
pasien terkait dengan tindakan human error di rumah sakit tersebut, maka secara
otomatis pasien yang telah berobat kesana ingin kembali lagi ke rumah sakit
tersebut ketika dia membutuhkan jasa rumah sakit itu lagi, bahkan pasien yang
berkunjung akan semakin bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan semakin
berkurangnya kesalahan yang terjadi di rumah sakit tersebut yang disebabkan oleh
para pekerjanya.
Supangat, dkk (dalam Sanders dan McCormick, 2010) menyatakan bahwa
“human error didefinisikan sebagai keputusan atau perilaku manusia yang tidak
tepat dimana dapat mengurangi atau berpotensi mengurangi efektifitas,
keselamatan maupun performa sistem”. Utarini (2004) mengemukakan bahwa
angka kejadian medical error untuk tindakan medis di rumah sakit bervariasi dari

2 persen sampai 89 persen. Ini berarti ada tindakan medis yang sering

3
Universitas Sumatera Utara

menimbulkan medical error di rumah sakit, dan ada pula tindakan medis yang
tidak mengakibatkan medical error.
Human error yang terjadi di rumah sakit sebisa mungkin harus dihindari
karena dampak negatif dari human error yang meningkat akan memberikan
dampak yang luas, tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak
rumah sakit, pelaku human error dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana,
juga dapat berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. Kemudian, rumah
sakit juga akan mangalami kerugian secara terus-menerus dan berakhir pada
pencabutan izin rumah sakit dan penutupan rumah sakit. Berikut ini beberapa
tindakan human error yang pernah terjadi di RSIA. Stella Maris kota Medan.
Tabel 1.2
Human Error yang Pernah Terjadi di RSIA. Stella Maris
Departemen
Keperawatan


1.
2.

Farmasi

1.

2.

Unit Nutrisi & Gizi

1.

Human Error
Kesalahan
penginfusan
dimana
menyebabkan
pembengkakan pada tangan pasien.
Kesalahan pengidentifikasian pasien contohnya perawat

lupa memasangkan gelang identitas.
Kesalahan peresepan obat meliputi:
a. Kesalahan penulisan dosis dan kadarnya
b. Tulisan dokter yang tidak terbaca
c. Tidak ada aturan pakai atau ketidaktepatan aturan
pakai
d. Ketidakjelasan nama obat.
Kesalahan peracikan obat meliputi:
a. Content error (kesalahan komposisi obat)
dan
Labeling error (kesalahan pelabelan)
b. Kesalahan membaca resep karena obat NORUM
(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip).
Kesalahan pemberian diet dimana pasien seharusnya
rendah gula/garam namun petugas memberikan diet MB
(makanan biasa).

Sumber: Data RSIA. Stella Maris (data diolah).

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa terdapat beberapa departemen yang pernah

melakukan kesalahan saat bekerja yaitu pada departemen keperawatan, farmasi,
dan unit nutrisi & gizi. Pada departemen keparawatan, kesalahan yang pernah

4
Universitas Sumatera Utara

dilakukan yaitu kesalahan penginfusan dan kesalahan pengidentifikasian pasien.
Kemudian, pada departemen farmasi, kesalahan yang pernah dilakukan yaitu
kesalahan peresepan obat dan kesalahan peracikan obat. Terakhir, kesalahan yang
terjadi di departemen unit nutrisi & gizi yaitu kesalahan dalam pemberian diet.
Berdasarkan UU No. 18 tahun 1964 pasal 1 yang disebut dengan
paramedis adalah profesi medis, biasanya anggota layanan medis darurat, yang
terutama menyediakan perawatan gawat darurat dan trauma lanjut prarumah sakit.
Tenaga paramedis yang dimaksud adalah tenaga kesehatan Sarjana Muda,
menengah dan rendah, yaitu di bidang farmasi (asisten apoteker dan sebagainya),
di bidang kebidanan (bidan dan sebagainya), di bidang perawatan (perawat,
phisie-terapis dan sebagainya), di bidang kesehatan masyarakat (pemilik
kesehatan, nutrisionis dan lain-lain, dan di bidang-bidang kesehatan lain (seperti
bagian laboratorium dan analis).
Faktor yang dapat menyebabkan kesalahan kerja yaitu terdapatnya banyak

faktor yang menimbulkan kecelakaan dan penyakit kerja.

Kecelakaan dan

penyakit kerja dapat terjadi pada saat seseorang mengoperasikan alat kerja atau
produksi, yaitu karena pekerja yang bersangkutan tidak terampil dan tidak
mengetahui cara mengoperasikan alat-alat tersebut (Simanjuntak, 2005:4).
Menurut Peters (2011), human error juga bisa terjadi karena kesalahan
pada perancangan serta prosedur kerja. Selain itu, secara sederhana human error
juga bisa disebabkan oleh tiga hal yang umum biasa terjadi dalam suatu
perusahaan, seperti hal yang lebih menekankan kepada individu (kurangnya
pelatihan atau pendidikan pada saat masa percobaan karyawan baru) atau yang

5
Universitas Sumatera Utara

bersifat manajerial (dimana kurangnya peranan manajemen dalam mengatur para
karyawan) serta yang lebih bersifat global (tekanan keuangan, waktu, serta
perlakuan sosial dan budaya organisasi).
Terkait dengan variabel independen yang diteliti yaitu, seleksi,

penempatan, dan pelatihan. Bangun (2012:159) mengemukakan bahwa seleksi
adalah proses memilih calon karyawan yang terbaik untuk ditempatkan pada
pekerjaan yang lowong. Maka, dapat dikatakan bahwa, seleksi mempunyai peran
penting untuk mendapatkan tenaga paramedis yang berkualitas dan professional
sehingga akan menurunkan atau meniadakan human error yang berpotensi terjadi
di rumah sakit.
Fenomena yang sering dihadapi RSIA. Stella Maris dalam proses seleksi
adalah rumah sakit lebih mengutamakan calon karyawan yang belum memiliki
pengalaman bekerja sebelumnya (fresh graduate) agar permintaan gaji tidak
terlalu tinggi atau permintaan gaji hanya akan sesuai dengan UMR (upah
minimum regional) demi untuk efisiensi biaya rumah sakit, hal tersebut dapat
berakibat semakin besarnya kemungkinan tindakan human error yang terjadi
karena calon paramedis yang diterima belum memiliki pengalaman bekerja
sebelumnya.

Apabila rumah sakit menerima pelamar yang sudah memiliki

pengalaman bekerja sebelumnya, biasanya itu dilakukan demi mendapatkan
karyawan yang akan ditempatkan di posisi kepala departemen.


Selain itu,

fenomena yang lain adalah biaya yang dibutuhkan dalam proses seleksi bisa
cukup besar, yang mungkin tidak tersedia dalam anggaran rumah sakit.

6
Universitas Sumatera Utara

Setelah selesai proses seleksi, maka tahap selanjutnya adalah penempatan.
Penempatan adalah proses menempatkan karyawan sesuai dengan pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan dengan persyaratan pekerjaan (Bangun, 2012:159).
Maka dapat dikatakan bahwa, penempatan mempunyai peran penting untuk
menempatkan tenaga paramedis pada posisi yang tepat sesuai dengan
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan sehingga akan menurunkan atau
meniadakan human error yang berpotensi terjadi di rumah sakit.
Fenomena yang pernah terjadi dalam penempatan paramedis di RSIA.
Stella Maris adalah adanya campur tangan atau tekanan dari pemilik rumah sakit
kepada pihak manajemen terkait hal keputusan penempatan, sehingga keputusan
penempatan seringkali dipengaruhi oleh keputusan pemilik rumah sakit. Campur
tangan tersebut bisa saja berdampak pada tidak tepatnya penempatan
paramedisnya sehingga kesalahan-kesalahan saat bekerja bisa saja terjadi karena
kurangnya keahlian paramedisnya di bidang yang ditempatkan tersebut.
Kamudian, fenomena penempatan berikutnya yaitu adanya ketidaksesuaian antara
latar belakang pendidikan calon karyawan dengan posisi yang diberikan
kepadanya, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan saat bekerja semakin
besar karena karyawan tersebut kurang ahli di bidang yang diberikan padanya.
Untuk mengurangi human error, pelatihan sangat memiliki peran penting.
Yang dimaksud dengan pelatihan adalah suatu program yang diharapkan dapat
memberikan rangsangan/stimulus kepada seseorang untuk dapat meningkatkan
kemampuan dalam pekerjaan tertentu dan memperoleh pengetahuan umum dan
pemahaman terhadap keseluruhan lingkungan kerja dan organisasi (dalam

7
Universitas Sumatera Utara

Sofyandi, 2008:113). Maka dapat dikatakan bahwa, pelatihan mempunyai peran
penting untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan, keahlian tenaga
paramedis di rumah sakit sehingga akan menurunkan atau meniadakan human
error yang berpotensi terjadi di rumah sakit.
Fenomena yang sering dihadapi RSIA. Stella Maris dalam proses pelatihan
karyawan adalah pelatihan seringkali diadakan di luar kota atau luar negeri dan
membutuhkan waktu yang cukup lama sehingga banyak karyawan harus
meninggalkan pekerjaannya di rumah sakit dan seringkali rumah sakit kekurangan
tenaga paramedis yang mengharuskan karyawan yang sedang bekerja harus
dilemburkan. Karyawan yang dilemburkan tersebut seringkali kelelahan dengan
jam kerja dan bebean kerja yang bertambah tersebut sehingga kemungkinan
melakukan kesalahan saat bekerja menjadi semakin besar. Kemudian, fenomena
pelatihan berikutnya adalah peserta pelatihan mempunyai latar belakang yang
tidak sama atau heterogen, seperti pendidikan dasarnya, pengalaman kerja, dan
usia. Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran dan pelaksanaan
pelatihan karena daya tangkap, persepsi, dan daya nalar mereka terhadap pelajaran
yang diberikan berbeda serta tidak adanya alokasi dana yang cukup untuk
pelatihan karyawan sehingga untuk menyelanggarakan proses pelatihan tidak
jarang perusahaan melibatkan pihak sponsor.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh peneliti diatas,
maka peneliti mengambil judul dalam skripsi ini yaitu “Pengaruh Seleksi,
Penempatan, Dan Pelatihan Terhadap Human Error Paramedis di RSIA. Stella
Maris Kota Medan”.

8
Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: apakah seleksi, penempatan, dan pelatihan secara bersamasama berpengaruh signifikan terhadap human error paramedis di RSIA. Stella
Maris Kota Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh seleksi, penempatan, dan pelatihan
terhadap human error paramedis di RSIA. Stella Maris Kota Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan agar perusahaan dapat lebih menurunkan human
error yang memungkinkan untuk selalu terjadi saat bekerja.
2. Bagi Penyusun
Sebagai bahan masukan dalam menambah wawasan terhadap kejadian yang
dapat menimbulkan human error saat bekerja.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi bagi para peneliti selanjutnya dalam hal menurunkan
kejadian yang dapat menimbulkan human error saat bekerja.

9
Universitas Sumatera Utara