Tingkat Kesukaan Masyarakat Terhadap Teh Daun Gaharu yang Tumbuh di Tiga Wilayah di Sumatera Utara

3

TINJAUAN PUSTAKA

Gaharu
Pohon gaharu (Aquilaria malaccensis Lamk.) merupakan jenis tanaman
hutan yang telah dikembangkan dengan teknik kultur jaringan. Jenis A.
malaccensis Lamk merupakan salah satu jenis pohon gaharu yang paling banyak
ditemukan di Sumatera Utara (Yusnita, 2003).
memiliki morfologi atau ciri-ciri fisiologi yang sangat unik, dimana tinggi
pohon ini mencapai 40 meter dengan diameter 60 cm. Pohon ini memiliki
permukaan batang licin, warna keputihan, kadang beralur dan kayunya agak keras.
Tanaman ini memiliki bentuk daun lonjong agak memanjang, panjang 6-8 cm,
lebar 3-4 cm, bagian ujung meruncing. Daun yang kering berwarna abu-abu
kehijaun, agak bergelombang, melengkung, permukaan daun atas-bawah licin dan
mengkilap, tulang daun sekunder 12-16 pasang. Tanaman ini memiliki bunga
yang terdapat di ujung ranting, ketiak daun, kadang-kadang di bawah ketiak daun.
Berbentuk lancip, panjang sampai 5 mm. Dan buahnya berbentuk bulat telor,
tertutup rapat oleh rambut-rambut yang berwarna merah. Biasanya memiliki
panjang hingga 4 cm lebar 2,5 cm (Tarigan, 2004).


Kandungan Gaharu
Terdapat beberapa yang terkandung pada pohon gaharu yaitu (-agarofuran,
agarospirol, jinkohol, jinkohon-eramol, kusunol, dihydrokaranone, jinkohol II
serta oxo-aga-rospirol. Selain itu terdapat 17 senyawa yang terdapat pada antara
lain : noroxoagaruran, agarospirol, 3-4 dihydroxy-dihydro-agarufuran, p-methoxybenzylaceton, dan aquillochin. Terdapat 31 unsur kimia yang terkandung dalam

Universitas Sumatera Utara

4

gaharu

dan

kimia

penyusun

utamanya


adalah

2-(2-(4

methoxyphenyl)ethil)chromone (27%) dan 2-(2-phenylethy)chromone (15%).
Gaharu ini memiliki banyak manfaat karena memiliki aroma yang khas, sehingga
banyak di perdagangkan sebagai komoditi elit untuk keperluan parfum, tasbih,
membakar jenazah bagi umat hindu, kosmetik, hio dan obat-obatan. Disamping
itu dengan perkembangan ilmu dan teknologi industri, saat ini berbagai negara
memanfaatkan gaharu selain sebagai bahan pengharum (parfum) dan kosmetik,
juga telah berkembang industri pemanfaatan gaharu sebagai bahan baku industri
obat herbal alami, untuk pengobatan stres, asma, TBC, liver, kanker, dan tumor
yang masih dalam proses uji klinis (Sulistyo, 2010).
Selain dari pemanfaatan gaharu dari segi batangnya ternyata daunnya juga
bisa menurut Batrisyiaherbal (2012) mengatakan daun gaharu yang dijadikan teh
ternyata memiliki manfaat bagi orang yang mengonsumsinya. Manfaat dari
mengonsumsi teh gaharu yaitu sebagai peluruh lemak, tidak membakar lemak
yang aktif sehingga tidak menurunkan berat badan bagi pemilik tubuh ideal,
membantu mengobati keputihan, sebagai deodoran alami sehingga membantu
mengurangi bau badan, sebagai anti oksidan yang dapat membantu membuang

racun dari tubuh, mencegah insomnia karena teh daun gaharu menekan sistem
syaraf pusat sehingga menimbulkan efek menenangkan sebagai obat anti mabuk,
membantu

menurunkan

kadar

kolestrol

jahat,

membantu

meredakan

ketegangan/hipertensi/stress, dan mengurangi kadar gula dalam darah sehingga
dapat membantu mengobati diabetes melitus.

Universitas Sumatera Utara


5

Syarat Tumbuh dan Penyebaran Gaharu di Indonesia
Daerah sebaran tumbuh pohon penghasil gaharu di Indonesia dijumpai di
wilayah hutan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya dan
Nusa Tenggara. Secara ekologis berada pada ketinggian 0 – 2400 m.dpl, pada
daerah beriklim panas dengan suhu antara 28º – 34ºC, berkelembaban sekitar 80
% dan bercurah hujan antara 1000 – 2000 mm/th. Lahan tempat tumbuh pada
berbagai variasi kondisi struktur dan tekstur tanah, baik pada lahan subur, sedang
hingga lahan marginal. Gaharu dapat dijumpai pada ekosistem hutan rawa,
gambut, hutan dataran rendah atau hutan pegunungan, bahkan dijumpai pada
lahan berpasir berbatu yang ekstrim (Sumarna, 2012).
Beberapa sifat biofisiologis tumbuh pohon penghasil gaharu yang penting
untuk diperhatikan adalah faktor sifat fisiologis pertumbuhan, sebagian besar
pohon pada fase pertumbuhan awal (vegetatif) memiliki sifat tidak tahan akan
intensitas cahaya langsung (semitoleran) hingga berumur 2 - 3 tahun. Faktor lain
sifat fenologis pembungaan dimana setiap jenis, selain dipengaruhi oleh kondisi
iklim dan musim setempat juga akan dipengaruhi oleh kondisi edafis lahan tempat
tumbuh. Sifat fenologis buah/benih yang rekalsitran, badan buah pecah dan tidak

jatuh bersamaan dengan benih. Sifat fisiologis benih memiliki masa istirahat
(dormansi) yang sangat rendah, benih-benih yang jatuh di bawah tajuk pohon
induk pada kondisi optimal setelah 3 – 4 bulan akan tumbuh dan menghasilkan
permudaan alam tingkat semai yang tinggi dan setelah 6 – 8 bulan akan terjadi
persaingan, sehingga populasi anakan tingkat semai akan menurun hingga 60 – 70
%. Aspek pertumbuhan permudaan alam tingkat semai penting diketahui sebagai

Universitas Sumatera Utara

6

dasar dalam penyediaan bibit tanaman dengan cara memanfaatkan cabutan
permudaan alam (Sumarna, 2012).

Jenis-jenis Gaharu di Indonesia
Tumbuhan penghasil gaharu memiliki susunan tata nama, (taxonomi)
dengan Regnum : Plantae , Divisio : Spermatophyta (berbunga), Sub-Divisio :
Angiospermae (berbiji tertutup), Class : Dycotyledon (berkeping dua) Sub-Class :
Archichlamydae, memiliki tiga (3) famili yakni Thymeleaceae, Euphorbiaceae
dan Leguminoceae dengan delapan (8) genus yaitu Aquilaria, Aetoxylon,

Dalbergia, Enkleia, Excoccaria, Gonystylus, Gyrinops dan Wiekstroemia. Di
Indonesia untuk sementara diketahui terdapat 27 jenis yang memiliki bentukan
hidup berupa pohon, semak, perdu dan atau sebagai tumbuhan merambat (liana)
(Table 1)
Tabel 1 : Potensi jenis dan dugaan sebaran tumbuh pohon penghasil gaharu di
Indonesia
Indonesia No
1.
2.
3.

Nama Botanis
Aquilaria malacensis
A. hirta
A. fillaria

Famili
Thymeleaceae
Thymeleaceae
Thymeleaceae


4.
5.

A. microcarpa
A. agalloccha

Thymeleaceae
Thymeleaceae

6.
7.
8.
9.
10.

Thymeleaceae
Thymeleaceae
Thymeleaceae
Thymeleaceae

Thymeleaceae

11.
12.

A. beccariana
A. secundana
A. moszkowskii
A. tomentosa
Aetoxylon
sympethalum
Enkleia malacensis
Wikstroemia poliantha

13.

W. tenuriamis

Thymeleaceae


Thymeleaceae
Thymeleaceae

Daerah Penyebaran
Sumatera, Kalimantan
Sumatera. Kalimantan
Nusa Tenggara, Maluku,
Irian jaya.
Sumatera, Kalimantan
Sumatera, Jawa,
Kalimantan
Sumatera, Kalimantan
Maluku, Irian Jaya
Sumatera
Irian Jaya
Kalimantan, Irian jaya,
Maluku.
Irian Jaya, Maluku
Nusa Tenggara, Irian
jaya.

Sumatera,Bangka,
Kalimantan

Universitas Sumatera Utara

7

14.
Thymeleaceae
Kalimantan,NTT,Irian
W. androsaemofilia
Lanjutan dari tabel 1. Potensi jenis dan dugaan sebaran tumbuh pohon penghasil
gaharu di Indonesia
15.

Gonystylus bancanus

Thymeleaceae

16.

17.

G. macrophyllus
Gyrinops cumingiana

Thymeleaceae
Thymeleaceae

18.

G. rosbergii

Thymeleceae

19.
20.
21.

G. versteegii
G. moluccana
G. decipiens

Thymeleaceae
Thymeleaceae
Thymeleaceae

22.
23.
24.
25.
26.
27.

G. ledermanii
G. salicifolia
G. audate
G. podocarpus
Dalbergia farviflora
Exccocaria agaloccha

Thymeleaceae
Thymeleaceae
Thymeleaceae
Thymeleaceae
Leguminoceae
Euphorbiaceae

Bangka, Sumatera,
Kalimantan
Kalimantan, Sumatera.
Nusa Tenggara,
Sulawesi, Irian jaya.
Sulawesi, Nusa
Tenggara
Maluku, NTT, NTB.
Maluku, Halmahera
Sulawesi, Maluku, Irian
jaya,
Irian Jaya
Irian Jaya
Irian Jaya
Irian Jaya
Sumatera, Kalimatan.
Jawa, Kalimantan,
Sumatera

(Sumarna, 2012).
Topografi Sumatera Utara
Berdasarkan topografinya, Sumatera Utara dibagi atas 3 (tiga) bagian yaitu
bagian timur dengan keadaan relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai
berbukit dan bagian barat merupakan dataran bergelombang. Wilayah Pantai
Timur merupakan dataran rendah seluas 24.921,99 km2 atau 34,77% dari luas
wilayah Sumatera Utara yaitu daerah yang subur, kelembaban tinggi dengan curah
hujan relatif tinggi pula. Ketinggian permukaan daratan Provinsi Sumatera Utara
sangat bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa meter di atas
permukaan laut, beriklim cukup panas bisa mencapai 33,9oC, sebagian daerah
berbukit dengan kemiringan yang landai, beriklim sedang dan sebagian lagi
berada pada daerah ketinggian yang suhu minimalnya bisa mencapai 13,4oC.

Universitas Sumatera Utara

8

Kelembaban udara rata-rata 78%-91%, Curah hujan (800-4000) mm/Tahun dan
penyinaran matahari 43% (Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara, 2015).
Tempat pengambilan daun gahurunya dilakukan di tiga tempat di
Sumatera Utara, yaitu di desa Laru Kecamatan Tambangan Kabupatean
Mandailing Natal; di desa Siantona Kacamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten
Mandailing Natal; dan di desa Bahorok Kabupaten Langkat dimana dari ketiga
tempat tersebut memiliki iklim yang berbeda-beda dari setiap daerah.
a. Topografi di desa Laru Kecamatan Tambangan Kabupaten Mandailing
Natal
Secara geografis, Kabupaten Mandailing Natal terletak antara 0o 10’-1° 50'
Lintang Utara dan 98° 50'-100° 10' Bujur Timur yang merupakan daerah
kabupaten paling selatan dari wilayah Provinsi Sumatera Utara dan berbatasan
langsung dengan Provinsi Sumatera Barat dan Samudera Indonesia. Di mana
kecamatan Tambangan ini merupakan ibukota dari kecamatan Laru dan luas
wilayahnya sekitar 15.859,86. Topografinya sendiri sekitar 25-40% , dengan
keadaan tanahnya bergelombang/berbukit pada kelerengan III, dan mempunyai
ketinggian diatas permukaan laut sekitar 450 m dpl, iklimnya merupakan iklim
hujan tropis pada Suhu sekitar 230C – 320C, dengan kelembapan udara antara 8085 %, dan curah hujan rata-rata sekitar 1654 mm/tahun.
(Rencana Pembangunan Jangkau Menengah daerah Kab MADINA, 2010)
b. Topografi di desa Siantona Kecamatan Lembah Sorik Marapi Kabupaten
Mandailing Natal.
Desa Siantona ini merupakan Kecematan dari Lembah Sorik Marapi yang
merupakan ibukota dari Pasar Maga dengan luas wilayah sekitar 3.472,57. Di

Universitas Sumatera Utara

9

mana topografinya sendiri sekitar 15 – 25%, dengan keadaan tanahnya
bergelombang/berbukit pada kelerengan III, dan mempunyai ketinggian diatas
permukaan laut sekitar 650 m dpl, iklimnya merupakan iklim hujan tropis pada
Suhu sekitar 230C – 320C, dengan kelembapan udara antara 80-85 %, dan curah
hujan rata-rata sekitar 1654 mm/tahun.
(Rencana Pembangunan Jangkau Menengah daerah Kab MADINA, 2010)
c. Topografi Bahorok Kabupaten langkat
Kabupaten Langkat merupakan salah satu kabupaten yang berada di
Dataran Tinggi Bukit Barisan, terletak di Bagian Barat Laut Provinsi Sumatera
Utara, secara geografis berada pada koordinat 3014’ – 4013’ LU dan 97052’ –
98045’ BT. Luas wilayah Kabupaten Langkat adalah 626.329 Ha sedangkan
kecamatan bahorok sendiri luasnya 88,479 diamana daerah ketinggiannya sekitar
30-1200 m dpl, dan mempunyai kelerengan datar (0-8%) serta iklim berkisar 17º 24º C yang tergolong suhu sub-tropis dengan intensitas hujan yang sangat variatif
antara 2.000 – 5.000 mm/tahun dengan rata-rata hujan 126 hari/tahun (RKPD
Kabupaten Langkat, 2015)

Teh Daun Gaharu
Teh telah menjadi minuman favorit yang dikenal sejak dulu. Teh biasanya
diminum pagi hari dan sore hari untuk menghangatkan dan menyegarkan tubuh.
Teh yang sering dikenal saat ini adalah teh yang berasal dari daun pohon teh tetapi
sekarang banyak varian teh dari dedaunan yang nikmat dan memiliki manfaat bagi
kesehatan. Salah satunya yaitu teh daun gaharu. Tidak semua jenis gaharu
memiliki khasiat sebagai teh melainkan beberapa jenis saja antara lain famili

Universitas Sumatera Utara

10

Thymelaeaceae dan Gyrinops Verateegi sehingga cocok dijadikan teh
(Bibitgaharu, 2013).
Daun gaharu yang dijadikan teh ternyata memiliki manfaat bagi orang
yang mengonsumsinya. Manfaat dari mengonsumsi teh gaharu yaitu sebagai
peluruh lemak, tidak membakar lemak yang aktif sehingga tidak menurunkan
berat badan bagi pemilik tubuh ideal, membantu mengobati keputihan, sebagai
deodoran alami sehingga membantu mengurangi bau badan, sebagai anti oksidan
yang dapat membantu membuang racun dari tubuh, mencegah insomnia karena
teh daun gaharu menekan sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan efek
menenangkan sebagai obat anti mabuk, membantu menurunkan kadar kolestrol
jahat, membantu meredakan ketegangan/hipertensi/stress, dan mengurangi kadar
gula dalam darah sehingga dapat membantu mengobati diabetes melitus
(Batrisyiaherbal, 2012).

Tanin
Tanin secara umum didefenisikan sebagai senyawa folifenol dan dapat
membentuk kompleks dengan protein membentuk kapolimer yang tidak larut
dalam air. Terdapat dua jenis utama tanin yaitu tanin terkondensasi dan tanin
terhidrolisis. Tanin terhidrolisis terbagi menjadi dua yakni galatanin dan
elagitanin. Tanin terkondensasi memiliki berat molekul 1000-3000, sedangkan
tanin terhidrolisasi memiliki berat molekul 1000-1500 pada galatonin dan 10003000 pada elagitanin. Tanin terdapat pada daun, buah yang belum matang,
merupakan golongan senyawa aktif tumbuhan yang termasuk golongan flavonoid
(Mabruroh, 2015).

Universitas Sumatera Utara

11

Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri dari senyawa
fenolik. Tanin terdiri dari sekelompok zat – zat kompleks terdapat secara meluas
dalam dunia tumbuh – tumbuhan, antara lain terdapat pada bagian kulit kayu,

batang, daun dan buah – buahan. Ada beberapa jenis tumbuh – tumbuhan atau
tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain : tanaman pinang, tanaman
akasia, gabus, bakau, pinus dan gambir. Tanin juga yang dihasilkan dari tumbuhtumbuhan mempunyai ukuran partikel dengan range besar. Tanin ini disebut juga
asam tanat, galotanin atau asam galotanat. Adapun kegunaan dari tanin antara lain
adalah
1. Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu
pada tanaman .
2. Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi
3. Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
4. Pada industri farmasi tanin digunakan sebagai anti septik pada jaringan
luka,misalnya luka bakar yaitu dengan cara mengendapkan protein. Selain itu
tanin juga digunakan untuk campuran obat cacing dan anti kanker.
5. Pada industri kulit tanin banyak dipergunakan karena kemampuannya mengikat
bermacam – macam protein sehinggga dapat mencegah kulit dari proses
pembusukkan.
6. Tanin juga dipergunakan pada industri pembuatan tinta dan cat karena dapat
memberikan warna biru tua atau hijau kehitam – hitaman dengan
kombinasi -kombinasi tertentu.
7. Tanin dapat berperan sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara
mengeluarkan asam tamak yang tidak terlarut.(Risnasari, 2001).

Universitas Sumatera Utara