Hubungan Tekanan Panas dengan Tekanan Darah pada Pekerja Pabrik di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, guna
mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur dan
merata baik material maupun spiritual. Pembangunan ketenagakerjaan ditujukan
untuk peningkatan, pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas
dan produktif. Kebijakan yang mendorong tercapainya pembangunan ketenagakerjaan
adalah perlindungan tenaga kerja (Heru, 2008).
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu perlindungan
keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral bangsa. Perlindungan tersebut bertujuan untuk
memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja
(Suma’mur, 2011). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
mengatur hak dan kewajiban setiap warga negara dalam memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan. Dalam Undang-Undang tersebut juga dinyatakan
bahwa upaya kesehatan kerja merupakan salah satu dari upaya kesehatan yang
diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal sejalan dengan
perlindungan tenaga kerja.

Kebanyakan manusia merasa nyaman bekerja pada temperatur udara sekitar

Universitas Sumatera Utara

°

°

20 C sampai 27 C, apabila temperatur udara lebih tinggi makan orang akan merasa
tidak nyaman. Situasi ini tidak menimbulkan kerugian selama tubuh dapat beradaptasi
dengan panas yang terjadi, namun lingkungan yang sangat panas dapat mengganggu
mekanisme penyesuaian tubuh dan berlanjut kepada kondisi serius dan bahkan fatal
(CCOHS, 2001). Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerjaan
harus dikerjakan dengan cara dan dalam lingkungan yang memenuhi syarat
kesehatan. Lingkungan dan cara yang dimaksudkan meliputi tekanan panas,
penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, perserasian
manusia dan mesin (Suma’mur, 2011).
Menurut Suma’mur (2009), di dalam suatu lingkungan kerja, pekerja akan
menghadapi tekanan dari lingkungan. Tekanan tersebut dapat bersifat fisik, kimiawi,
biologis dan psikis. Tekanan yang berupa fisik khususnya tekanan panas memegang

peranan yang penting, oleh sebab itu lingkungan kerja harus diciptakan senyaman
mungkin agar diperoleh efisiensi kerja dan dapat meningkatkan produktivitas. Hal ini
menjadi perhatian setiap tempat kerja agar terciptanya keselamatan dan kesehatan
kerja di tempat kerja. Selain itu ada berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi
lingkungan dan pekerja di tempat kerja yang harus diperhatikan agar dapat
dikategorikan sebagai tempat kerja yang bebas dari bahaya, yaitu (a) faktor fisik, (b)
faktor kimia, (c) faktor biologi, (d) faktor ergonomi dan (e) faktor psikologis
(Santoso, 1985).
Salah satu kondisi lingkungan kerja yang dapat menimbulkan gangguan
kesehatan bagi pekerjanya adalah terpaan panas atau paparan panas yang ekstrim,
karena paparan panas ekstrim telah menjadi permasalahan yang banyak terdapat di

Universitas Sumatera Utara

lingkungan industri dan dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan sehingga
berpotensi menyebabkan kecelakaan kerja dan dapat menurunkan produktivitas kerja
(Suma’mur, 2011). Masalah lingkungan panas lebih sering ditemukan daripada
lingkungan dingin. Terpapar oleh lingkungan yang panas selama bekerja merupakan
suatu keadaan yang sangat berpotensi menimbulkan bahaya bagi keselamatan dan
kesehatan.

Tekanan panas adalah kombinasi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan
gerakan dan suhu radiasi. Tekanan panas sendiri dapat berasal dari mesin atau alat
produksi, iklim dan kerja otot manusia. Tekanan panas dapat mempengaruhi salah
satu fungsi tubuh manusia, seperti : tekanan darah, kecepatan denyut jantung ataupun
nadi, ketahanan fisik dan daya konsentrasi. Suhu lingkungan kerja yang meningkat
maupun menurun dapat mempengaruhi penurunan maupun peningkatan tekanan
darah para pekerja (Suma’mur, 2009). Tekanan darah merupakan tekanan yang
dihasilkan oleh darah dari sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding
pembuluh darah. Semakin tinggi tekanan darah akan semakin besar risikonya dan jika
tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg akan memiliki faktor risiko penyakit jantung
(Joyce dkk, 2008).
Tekanan panas mengenai tubuh manusia dapat mengakibatkan berbagai
permasalahan kesehatan hingga kematian. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan di Jepang, dari tahun 2001-2003 dilaporkan 483 orang tidak masuk kerja
selama lebih dari 4 hari karena penyakit akibat panas dan 63 orang diantaranya
meninggal. Kematian tersebut diakibatkan oleh berbagai penyakit yang disebabkan
oleh terpaan panas pada tubuh. (Yoshi and Hiroshi, 2006).

Universitas Sumatera Utara


Tingginya potensi bahaya pada lingkungan kerja panas tersebut perlu
diperhatikan dan dikendalikan agar kondisi keselamatan dan kesehatan pekerja tetap
terjaga. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah telah membuat Undang-Undang
keselamatan dan kesehatan kerja tentang Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika di
tempat kerja. NAB (Nilai Ambang Batas) adalah standar faktor tempat kerja yang
dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan
dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu. Biasanya ahli higiene industri menggunakan parameter yang disebut Wet
Bulb Globe Thermometer (WBGT) atau Indeks Suhu Bola Basah (ISBB), yaitu
penggabungan parameter suhu udara kering, suhu basah bola dan suhu radiasi
(Tarwaka dkk, 2004). Di Indonesia mengenai kegiatan kerja di industri yang dapat
menimbulkan iklim kerja panas, diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.PER. 13/MEN/X/2011 yaitu 31,0°C untuk beban kerja ringan,
28,0°C untuk beban kerja sedang dan 25,9°C untuk beban kerja berat dalam waktu
kerja 8 jam sehari dengan istirahat 1 jam.
Berdasarkan penelitian terdahulu Pitaloka pada tahun 2011 di Unit Fermentasi
PT.Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Karanganyar, didapati hasil penelitian ini berupa
tekanan panas dengan nilai tertinggi sebesar 30,9°C. Nilai tersebut melebihi NAB
yang diperkenankan yaitu 30,6°C dan pada tekanan darah normal didapati berjumlah
8 orang sedangkan 12 orang karyawan dinyatakan mengalami peningkatan tekanan

darah. Dari hasil statistik dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan tekanan
panas dengan tekanan darah pada karyawan di unit fermentasi PT.Indo Acidatama.
Tbk. Kemiri, Karanganyar. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi tekanan

Universitas Sumatera Utara

panas, maka semakin tinggi pula tekanan darah pada karyawan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shintyar (2015) di Basement Plaza
Center Point Medan, rata-rata tekanan panas sebesar 28,95°C. Rata-rata tekanan
darah sistolik sebelum bekerja sebesar 121 mmHg dan rata-rata tekanan darah
diastolik sebelum bekerja sebesar 81 mmHg, sedangkan rata-rata tekanan darah
sistolik setelah bekerja sebesar 133 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik
setelah bekerja sebesar 89 mmHg. Hal ini menunjukkan adanya hubungan tekanan
panas dengan terjadinya kenaikan tekanan darah pada pekerja perparkiran kendaraan
bermotor di basement Plaza Center Point Medan 2015 (p=0,001).
PT. Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong merupakan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang pengolahan daun teh menjadi
bubuk teh hitam. Perkebunan yang berlokasi di Kecamatan Sidamanik Kabupaten
Simalungun Provinsi Sumatera Utara ini dibuka pada tahun 1917 oleh Nederland
Hand Maskapai (NV.NHM), dimana pabriknya pertama kali didirikan pada tahun

1927 dan mulai beroperasi sejak tahun 1931. PTPN IV mengusahakan perkebunan
dan pengolahan komoditas teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun
bibit dan pemeliharaan tanaman, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai
industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya. PT
Perkebunan Nusantara IV Unit Teh Bah Butong merupakan Perusahaan penghasil teh
terbesar se-Asia Tenggara yaitu menghasilkan 100 ton per hari. PTPN IV tersebut
sudah mengekspor teh hingga ke luar negeri seperti negara Timur Tengah ( Mesir,
Irak, Iran, dan Syria), negara-negara Eropa (Jerman, Irlandia, Italia, Belanda, Prancis,
Inggris) dan negara lainnya seperti Amerika,Australia, New Zealand, Fizi, Taiwan,

Universitas Sumatera Utara

Singapura, Malasya, Cina dan Pakistan.
Terdapat 9 stasiun pengolahan pada pabrik PT Perkebunan Nusantara IV
Kebun Bah Butong, yang dimulai dari proses penerimaan daun basah, pelayuan,
turunan daun layu, penggulungan, fermentasi, pengeringan, prasortasi, sortasi dan
stasiun terakhir adalah pengepakan. Setelah dilakukan pengamatan di bagian pabrik
PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong, tempat yang memilki iklim kerja
paling panas adalah Stasiun Pengeringan. Pekerja yang bekerja di bagian proses
pengeringan berjumlah 27 orang, mereka terpapar panas selama 10 jam dengan satu

shift kerja yaitu mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB dengan waktu
istirahat selama 3 jam. Dalam kegiatan produksinya, pekerja berhubungan langsung
dengan lingkungan kerja yang memiliki suhu panas yang tinggi. Melakukan
pekerjaan dengan suhu lingkungan yang tinggi akan mempengaruhi hasil kerja,
kesehatan pekerja dan gangguan kenyamanan dalam melakukan pekerjaan.
Proses pengeringan bertujuan untuk menghentikan proses kerja enzim pada
titik optimal dan memfiksasi sifat-sifat baik yang telah dicapai pada waktu proses
oksidasi enzymatis serta menurunkan kadar air dalam teh sehingga dapat tahan lama
ketika disimpan. Awalnya, bubuk teh yang masih basah diangkut dari stasiun
fermentasi. Kemudian bubuk teh dimasukkan ke dalam mesin pengeringan,
lingkungan kerja di stasiun pengeringan yang panas berasal dari mesin pengeringan
tersebut. Mesin pengeringan yang digunakan di stasiun pengeringan PT Perkebunan
Nusantara IV Kebun Bah Butong adalah Two Stage Drier (TSD) dan Fluid Bed Drier
(FBD). Jumlah mesin pengeringan yang ada di stasiun pengeringan sebanyak 7 buah
mesin yang berada di dalam satu ruangan tertutup, 4 jenis mesin FBD dan 3 jenis

Universitas Sumatera Utara

mesin TSD. Mesin pengeringan yang ada di stasiun pengeringan PT Perkebunan
Nusantara IV Kebun Bah Butong ini memiliki temperatur yang tinggi yaitu : untuk

mesin Two Stage Drier (TSD) memiliki temperatur inlet sebesar 92-94°C dan
temperatur ourlet sebesar 50-54°C dengan lama pengeringan 21-22 menit, sedangkan
mesin Fluid Bed Drier (FBD) memiliki temperatur inlet sebesar 92-94°C dan
temperatur ourlet sebesar 80-82°C dengan lama pengeringan 18-20 menit.
Di setiap mesin pengeringan, pekerja yang bertanggung jawab ada dua
sampai tiga orang pekerja dan sebagian pekerja ada yang bekerja di bagian
pengangkutan daun. Selama proses pengeringan berlangsung, pekerja berada di depan
dan di belakang mesin pengeringan. Mereka memakai alat pelindung diri yang
disediakan oleh perusahaan yaitu masker dan sarung tangan, namun pakaian dan
sepatu yang mereka gunakan belum memenuhi syarat APD. Ada beberapa ventilasi di
dalam ruangan yang terbuat dari kaca dan 2 buah pintu yang selalu terbuka dibagian
belakang mesin pengeringan.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pekerja mengenai keluhankeluhan yang dirasakan saat bekerja, sebagian pekerja mengaku sering mengalami
pusing, kelelahan, cepat merasa haus dan tidak nyaman saat bekerja. Namun ada juga
sebagian pekerja yang tidak merasakan keluhan-keluhan tersebut dengan alasan sudah
terbiasa pada kondisi lingkungan kerjanya. Oleh karena itu, peneliti berkeinginan
untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul “Hubungan Tekanan Panas dengan
Tekanan Darah pada Pekerja Pabrik di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah
Butong Tahun 2017”.
1.2 Rumusan Masalah


Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada
pekerja pabrik di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong tahun 2017.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan tekanan

panas dengan tekanan darah pada pekerja pabrik di PT Perkebunan Nusantara IV
Kebun Bah Butong tahun 2017.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui besarnya tekanan panas di tempat kerja khususnya di
stasiun pengeringan PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong.

2. Untuk mengetahui besarnya tekanan darah pada pekerja di stasiun
pengeringan PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong.
1.4 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis
penelitian ini adalah terdapat hubungan tekanan panas dengan tekanan darah pada
pekerja pabrik di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong Tahun 2017.
Tolak hipotesis nol (H0) apabila nilai signifikansi chi square ) dari nilai chi square tabel.
H0 : Tidak ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja.
H1 : Ada hubungan antara tekanan panas dengan tekanan darah pekerja.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada

Universitas Sumatera Utara

berbagai pihak yaitu :
1. Memberikan informasi kepada tenaga kerja khususnya di stasiun pengeringan

PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong tentang hubungan tekanan
panas terhadap gangguan kesehatan seperti tekanan darah. Dengan begitu,
diharapkan pekerja dapat meningkatkan kesehatannya.

2. Memberikan masukan bagi perusahaan agar dapat melakukan tindakan
preventif terhadap pekerja di PT Perkebunan Nusantara IV Kebun Bah Butong
dalam hal pengendalian terjadinya penyakit akibat kerja.
3. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk diadakan penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara