KEAJAIBAN AL QURAN DAN KEUTAMAAN BAHASA

bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah,
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
Dia mengajar kepada manusia apa-apa yang tidak diketahuinya.

1

2

Nasehat Ali bin Abu Thalib :
"Kebenaran/kebaikan itu milik orang beriman, dari mana pun
kebenaran/kebaikan itu berasal.... Tugas seorang yang beriman
adalah mengumpulkan kebenaran/kebaikan itu, untuk kemudian
dirangkai menjadi untaian hikmah (pengetahuan) "
3

4

Katakanlah: "Ya Tuhanku,
tambahkanlah kepadaku

ilmu pengetahuan."

5

6

DASAR BUKU INI
           

“ Haa Miim. demi kitab (Al Quran) yang menerangkan. sesungguhnya
Kami menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab supaya kamu
memahami(nya).” (QS Az Zukhruf : 1-3)
         

       

“ dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata:
"Sesungguhnya Al Quran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya
(Muhammad)". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa)
Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam, sedang Al Quran adalah

dalam bahasa Arab yang terang.” (QS An Nahl : 103)

Allah memilih bahasa Arab karena kemampuan bahasa Arab
memiliki arti sebenarnya dan mendiskripsikan dengan sangat
tepat dan sangat akurat apa yang Allah firmankan.

7

SEBUAH PELAJARAN
Berikut kutipan dari :
http://www.keajaibanalquran.com/aboutfuture02.html
Penggalan berita yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa
depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada
Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat
ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan
besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang
terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa
tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)."
(Al Qur'an, 30:1-4)

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, setelah
kekalahan hebat Bizantium Kristen (Romawi) di tangan bangsa Persia,
ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam
ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium
waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya
mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi
merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa
Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran
Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas
Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar
emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk
membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan
Kaisar Heraklius dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan.
Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula
dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A
History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997,
s. 287-299.)
8

Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan

runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum
diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan
kemenangan dalam beberapa tahun akan datang. Kemenangan ini tampak
sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini
sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang
diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.
Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum
tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran
Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium
secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan
kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang
mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari
Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and
Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)
Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah
dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan.
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman
tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa
itu. Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah
dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli"

dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak
terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut,
tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab
diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti
"bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah
di bumi".
Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara
Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan
kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi.
Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di
titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania.
9

"Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah
daerah paling rendah di bumi.

Makna harfiah “Adnal Ardli” adalah “tempat paling rendah
dibumi”, benarlah kemenangan bangsa Persia atas Romawi
terjadi di daerah terendah di Bumi, 395 meter di bawah
permukaan laut, bukan sebuah kebetulan penggunaan kata

“Adnal Ardli”, sebuah kata yang memiliki arti yang sangat
tepat dan akurat. Allah memberi petunjuk dengan sebuah kata
yang memberi definisi yang sangat tepat dan sangat akurat,
dan keajaiban itu diketahui dikemudian hari ketika manusia
mengali pengetahuan dan belajar dari ciptaan-Nya. Maha benar
Allah dengan firman-Nya.

10

PELAJARAN KEDUA
Dalam sebuah jurnal “Perkembangan Manusia sebagaimana
digambarkan dalam Al Qur'an dan Sunnah, Oleh: Keith L.
Moore; E. Marshall Johnson, TVN Persaud,; Gerald C.
Goeringer, dijelaskan proses perkembangan manusia mulai dari
asal penciptaan manusia dan tahapan-tahapan perkembangan
janin dalam rahim, dijelaskan dalam Al Quran dengan bahasa
yang sangat tepat dan akurat yang pada saat ini berkat
perkembangan ilmu embriology hal tersebut terbukti
kebenarannya. Berikut kutipannya dari :
http://www.islamicmedicine.org/embryoengtext.htm


dengan tambahan dari : http://tanah231.multiply.com/journal
       

“ dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.” (QS Al Mukminuun :12)

Al-Quran menetapkan dalam ayat diatas dan berbagai ayat
lainnya bahwa manusia diciptakan dari tanah liat atau tanah
atau tanah liat yang kering.Yang dimaksud dengan tanah liat
adalah tanah yang dicampur air. Sedangkan tanah liat kering
adalah tanah liat yang tidak berair. Jadi secara umum semuanya
adalah tanah, baik dengan bercampur dengan air atau tidak
bercampur. Ilmu pengetahuan moderen telah menetapkan
bahwa tubuh manusia mengandung unsur-unsur yang
11

dikandung tanah. Tubuh manusia terdiri dari karbon, oksigen,
hidrogen, fosfor, sulfur, nitrogen, kalsium, potasium, sodium,
magnesium, khlorine, zat besi, tembaga, yodium, fluorine,

kobalt, silikon, timah dan aluminium. Unsur-unsur tersebut
juga terdapat di dalam tanah, meskipun berbeda kadarnya
antara manusia dan manusia lainnya. Hal tersebut merupakan
mukjizat Al-Quran.


           
       

“ yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang
memulai penciptaan manusia dari tanah. kemudian Dia menjadikan
keturunannya dari saripati air yang hina (sulalah).” (QS As Sajdah : 7-8)

Makna dari Sulalah adalah "sari", berarti bagian yang mendasar
atau terbaik dari sesuatu. Dengan kata lain, ini berarti "bagian
darinya" menunjukkan bahwa asal penciptaan adalah dari hanya
bagian cairan manusia dan bukan keseluruhannya (yang
mengandung banyak komponen seperti yang ditunjukkan di
atas).
         


“ Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan ? Dia
diciptakan dari air yang dipancarkan,(QS At Thariq:5-6)

Air yang dipancarkan tersebut adalah berisi nutfa (sperma)
yang dikeluarkan oleh laki-laki.
12

      

“kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (nutfa) dalam tempat yang
kokoh (rahim).” (QS AL Mu’minuun:13)
      
“bukankah

dia dahulu setetes mani (nutfa) yang ditumpahkan (ke dalam
rahim),” (QS Al Qiyaamah:37)

"Nutfa" dalam bahasa Arab berarti "sangat sedikit air" atau
"setetes air tunggal". Bahwa air mani dipancarkan berisi jutaan

nutfa (sperma), yang dipancarkan dan tertampung pada tempat
yang kokoh yang disebut rahim.
          

“ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani (nutfa)
yang bercampur (amsyaj) yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah
dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat.” (QS Al
Insaan:2)

Pada fase ini nutfa bercampur (nutfa amsyaaji), berarti
percampuran nutfa, nutfa dari laki-laki disebut sperma dan
nutfa dari perempuan disebut sel telur, percampuran sperma
dan sel telur ini kemudian berkembang menjadi zigot. Saat
masa subur wanita, ketika sperma yang dipancarkan masuk ke
dalam rahim, 36 - 48 jam setelahnya, sekitar 350 juta sperma
berenang dari vagina menuju uterus (rahim) lalu ke tuba fallopi
untuk mempenetrasi sel telur. Hanya satu sperma yang mampu
berhasil masuk ke satu sel telur, karena setelah itu sel telur akan
langsung `menutup` dirinya dari sperma yang lain. Dalam fase
13


ini, materi genetika yang dibawa oleh ayah melalui sperma dan
ibu melalui sel telur, akan menentukan jenis kelamin bayi
sekaligus sifat-sifat yang diwarisinya. Proses pembuahan dan
perjalanan dari zigot ke rahim terus berlansung selama sekitar 6
hari, dan terus menanamkan zigot (dikenal sebagai blastokista)
dan tumbuh di dinding rahim selama 15 hari, kemudian tahapan
Alaqa (darah beku tebal) dimulai. Sebelum beranjak ke tahap
alaqah, kita simak sejenak penjelasan ayat berikut :
          

“ dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan
wanita, dari air mani (nutfa) apabila dipancarkan. (QS An Najm :45-46)

Penentuan jenis kelamin terjadi pada fase ini, dan pada ayat
diatas faktor penentu jenis kelamin pria atau wanita disebutkan
adalah nutfa yang dipancarkan. Nutfa yang dipancarkan adalah
sperma atau nutfa dari pihak ayah. Kromosom sperma ayahlah
yang menentukan seorang anak laki-laki atau perempuan. 46
kromosom yang terkombinasi akan menentukan karateristik
fisik awal seorang anak. Apabila Allah ingin mempertemukan
sperma yang membawa kromosom (Y) dengan sel telur yang
membawa kromosom (X), maka Insya Allah akan lahir anak
laki-laki. Sedangkan apabila sperma yang mengandung
kromosom (X) bertemu dengan sel telur berkromosom (X),
maka Insya Allah akan lahir anak perempuan. Hal ini hanya
salah satu mukjizat ilmiah yang banyak terdapat di dalam AlQuran.
14

Tahap Alaqah terjadi pada hari ke 15 sampai hari ke 24.
         
          

 

“ kemudian air mani (nutfa) itu Kami jadikan segumpal darah (alaqah), lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging (mudhgha), dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.”
(QS Al Mu’minuun : 14)

Nutfa yang bercampur (nutfatan amsyaaji) berkembang
menjadi zigot, kemudian berkembang menjadi embrio dan
menempel pada dinding rahim yang dalam ayat diatas disebut
alaqah. Alaqa, dalam bahasa Arab, memiliki beberapa arti:
1. Sebuah lintah yang hidup di kolam dan menghisap darah
makhluk lain. 2. Sebuah hal yang melekat atau menempel pada
sesuatu yang lain. 3. Lengket atau darah digumpalkan. kata
‘alaqoh bisa jadi bermakna ‘lintah’ atau ‘penghisap darah’. Ini
adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia sejak
berusia 1-24 hari ketika menempel di endometrium pada
uterus, serupa sebagaimana ‘lintah’ menempel di kulit.
Sebagaimana pula ‘lintah’ memperoleh darah dari inangnya,
embrio manusia juga memperoleh darah dari endometrium
deciduas saat hamil. Hal ini sangat luar biasa bagaimana
embrio yang berumur 23-24 hari bisa menyerupai seekor
lintah. Selama microskop dan lensa belum ditemukan pada
15

abad ke-7, para dokter tidak akan tahu bahwa embrio manusia
memiliki penampakan seperti lintah. Pada permulaan minggu
ke-4, embrio nyaris tidak terlihat dengan mata telanjang
dikarenakan ukurannya yang lebih kecil dari sebiji
gandum.Dan berikut gambar embrio pada usia 15 – 24 hari :

Gambar diatas merupakan gambar embrio pada umur 15 – 24
hari, fase ini disebut sebagai alaqah, yang berarti segumpal
darah, atau lintah yang menempel dan menghisap darah.
Penggunaan kata alaqah sangat tepat dan sangat akurat, bahwa
embrio berbentuk menyerupai lintah (leech) dan menghisap sari
makanan dari dinding rahim. Definisi kata alaqah, sangat tepat
dan akurat, menunjukkan keadaan sebenarnya. Maha benar
Allah dengan firman-Nya.
16

Embrio berubah dari tahap alaqa ke awal tahap mudhgha pada
hari ke 24 pada hari ke 26 yang merupakan periode yang sangat
singkat jika dibandingkan dengan periode nutfa berubah untuk
alaqa.
Tahap ini dimulai dengan munculnya somit pada hari ke 24
atau 25, di atas skapula embrio, dan kemudian secara bertahap
muncul di pantat embrio. Pada hari ke 28 embrio terbentuk dari
beberapa tonjolan, dengan lekukan di antara, sehingga
memberikan embrio gambar permen karet dikunyah. Embrio
berbalik dan gulungan dalam rongga rahim selama tahap yang
berakhir pada akhir minggu ke 6.
Perlu dicatat bahwa tahap mudhgha dimulai dengan
pertumbuhan dan peningkatan sel-sel dalam jumlah besar. Para
mudhgha terlihat seperti sepotong daging yang tidak memiliki
struktur bentuk, kemudian setelah beberapa hari, tahap kedua
dimulai, disebut tahap pembentukan (takhaloq), di mana
beberapa organ mulai muncul, seperti mata, lidah dan bibir ,
tapi fitur yang membedakan manusia tidak muncul kecuali
pada akhir minggu ke 8 tungkai tonjolan (tangan dan kaki)
juga muncul dalam tahap ini. Ketika jantung mulai berdetak
dan embrio telah dikembangkan plasenta dan kantung ketuban.
Plasenta menggali ke dalam dinding rahim untuk mengakses
oksigen dan nutrisi dari aliran darah ibu.

17

Mudhgha dalam bahasa Arab berarti materi dikunyah oleh gigi.
Hal ini memberikan deskripsi akurat tentang tahap embrio
sebagai bentuk embrio terlihat seperti bahan mengunyah yang
terus berubah, dengan munculnya tonjolan somit.. Perbedaan
dalam somit terlihat seperti "jejak gigi" atas menggigit roti.
beberapa somit seperti manik-manik yang menyerupai tanda
gigi pada pada model yang ditunjukkan di kiri.
“Fa kholaqnaa al-alaqota mudhghotan = lalu ‘alaqoh itu
kami jadikan mudhghoh”
Kata mudhghah bermakna “substansi yang dikunyah atau
gumpalan yang dikunyah”. Akhir minggu ke empat, embrio
18

manusia tampak seperti gumpalan yang dikunyah atau daging.
Penampakan kunyahan menunjukkan dari somit yang
menyerupai tanda gigi. Somit merepresentasikan permulaan
primordia dari vertebrae.Embrio berbalik dan gulungan dalam
rongga rahim sebagai bagian dari bahan dikunyah di mulut.
Tahap mudhgha datang setelah tahap alaqa.
             

              
          

          

           

         

“ Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur),
Maka (ketahuilah) Sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah,
kemudian dari setetes mani (nutfa), kemudian dari segumpal darah (alaqah),
kemudian dari segumpal daging (mudhgha) yang sempurna kejadiannya dan
yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan
dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian
(dengan berangsur- angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya Dia tidak mengetahui lagi
sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. dan kamu Lihat bumi ini
kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi
itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan
yang indah.” (QS Al Haji:5)
19

Pada tahap 'mudhgha', jika embrio dan organ internal
dibedah, akan terlihat bahwa sebagian besar dari mereka
terbentuk, sementara yang lainnya belum sepenuhnya
terbentuk. Menurut Prof Johnson, jika kita menggambarkan
embrio sebagai ciptaan yang sempurna, maka kita hanya
menjelaskan bahwa bagian yang telah terbentuk dan jika kita
menggambarkannya sebagai ciptaan yang belum sempurna,
maka kita hanya menggambarkan bagian yang belum
terbentuk. Jadi penjelasan ayat diatas yaitu sebuah ciptaan yang
sempurna dan ciptaan yang belum sempurna?. Tidak ada
penjelasan yang lebih baik dari tahap embriogenesis
daripada deskripsi Alquran, 'sebagian sempurna (terbentuk)
dan sebagian tidak sempurna (belum berbentuk), seperti dalam
ayat diatas. Maha benar Allah dengan firman-Nya.
Bahasa Arab dalam ayat-ayat Al Quran memberi deskripsi
yang sangat tepat dan sangat akurat. Berpegang dari sini, sudah
seharusnya kita menjadikan Al Quran sebagai petunjuk hidup
dan petunjuk dalam ilmu pengetahuan dan mengembalikan
setiap kata Al Quran dengan arti bahasa Arab itu sendiri.

20