LAPORAN BOBOT JENIS DAN KERAPATAN

LAPORAN BOBOT JENIS
DAN KERAPATAN
BAB I
  PENDAHULUAN
1. 1.  Latar Belakang
Pengetahuan tentang massa jenis dalam sebuah praktikum sangat penting mengingat bahwa 
pengetahuan tentang massa jenis akan selalu kita butuhkan dan selalu kita gunakan dalam 
praktikum lanjutan atau dalam pengaplikasiannya dalam penelitian.
Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat­sifat yang khas dari zat 
tersebut. Sifat­sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya ialah 
sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat tekstensif adalah sifat yang tergantung dari ukuran sampel 
yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran 
sampel. Kerapatan atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, 
kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.
Untuk menentukan massa benda dapat dilakukan dengan menimbang benda tersebut dengan 
timbangan yang sesuai, seperti neraca analitik atau yang lainnya.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, 
harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus.
Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah; akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai 
kerapatan relatif.
Cara penentuan bobot jenis ini sangat penting diketahui oleh seorang calon farmasis, karena 

dengan mengetahui bobot jenis kita dapat mengetahui kemurnian dari suatu sediaan khususnya 
yang berbentuk larutan.
Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas. Dalam 
farmasi, perhitungan berat jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan 
yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan.
Disamping itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, maka akan mempermudah dalam 
memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot jenisnya maka kita dapat menentukan 
apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lainnya. Dengan mengetahui banyaknya 
manfaat dari penentuan bobot jenis maka percobaan ini dilakukan.
2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
Menentukan bobot jenis beberapa cairan (Anonim, 2013)
Menentukan kerapatan beberapa padatan (Anonim, 2013)

 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. 1.  Dasar Teori
Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada suhu 
yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan bobot

jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. Misalnya, 
satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika 
kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan 
abstrak. Bobot jenis menggambarkan hubungan antara bobot suatu zat terhadap sebagian besar 
perhitungan dalam farmasi dan dinyatakan memiliki bobot jenis 1,00. Sebagai perbandingan, bobot 
jenis gliserin adalah 1,25 , artinya bobot gliserin 1,25 kali bobot volume air yang setara, dan bobot 
jenis alkohol adalah 0,81 , artinya bobot jenis alkohol 0,81 kali bobot volume air yang setara. (Ansel, 
2006)
Zat yang memiliki bobot jenis lebih kecil dari 1,00 lebih ringan daripada air.
Zat yang memiliki bobot jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat daripada air.
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang koma sebanyak akurasi 
yang diperlukan pada penentuannya. Pada umumnya, dua angka di belakang koma sudah 
mencukupi. Bobot jenis dapat dihitung, atau untuk senyawa khusus dapat ditemukan dalam United 
States Pharmacopeia (USP) atau buku acuan lain. (Ansel, 2006) Bobot jenis suatu zat dapat 
dihitung dengan mengetahui bobot dan  volumenya, melalui persamaan berikut (Ansel, 2006) :
 
Dalam persamaan ini, penting untuk menggunakan satuan bobot yang sama untuk pembilang dan 
penyebut, umumnya gram, sehingga satuan akan hilang dan hasilnya akan berupa bilangan abstrak.
Selain itu, penting disadari bahwa karena 1 mL air dianggap berbobot 1 g, maka “bobot sejumlah 
volume air yang setara” pada penyebut adalah angka numerik yang sama dalam mililiter dan gram. 

Dengan demikian , jika 25 ml suatu zat berbobot 30 g, maka “volume air yang setara” (25 mL) 
berbobot 25 g dan bobot jenis zat ini dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) :
Dengan mengetahui bobot jenis suatu zat, bobot volumenya atau volume bobotnya dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan diatas.  Misalnya, jika suatu zat mempunyai bobot jenis 0,80 , 
maka bobot dari 200 mL dapat dihitung sebagai (Ansel, 2006) :
0,80 =
Jika suatu zat memiliki bobot jenis 1,20 , volume 100 g dapat dihitung sebagai: (Ansel, 2006)
120

Karena air merupakan zat baku dalam perhitungan boboott jenis dan 1 mL air dianggap  berbobot 1 
g, persamaan berikut ini dapat digunakan untuk menghitung volume dan bobot (Ansel, 2006) :
 
 
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur tertentu. Sifat ini merupakan 
salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang 
paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat (Martin, 
1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu 
komponen, tetapi juga gaya­gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan” (“Packing 
Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau 

gram/cm2 (Martin, 1993).
Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila 
mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran karena 
menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada 
temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik
(gram/cm3) (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat diubah 
menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai 
perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada 
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari 
definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin, 
1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari 
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang 
tertentu. Notasi berikut sering ditemukan dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 
4oC/4oC. Angka yang pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di 
bawah garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku­buku farmasi resmi 
menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).
Berat jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai tipe piknometer, neraca Mohr­
Westphal, hidrometer dan alat­alat lain. Pengukuran dan perhitungan didiskusikan di buku kimia 

dasar, fisika dan farmasi (Martin, 1993).
Rapatan diperoleh dengan membagi massa suatu obyek dengan volumenya. (Martin, 1993) :
(d) =
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat 
ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat­sifat ekstensif. Suatu sifat tergantung pada 
jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan 

volume, adalah sifat intensif. Sifat­sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan 
ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti. (Petrucci, 1985)
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis yaitu (Lachman, 1994) :
1. Bobot jenis sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan  tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang 
tertutup.
3. Bobot jenis efektif
Massa parikel dibagi volume partikel termausk pori yang tebuka dan tertutup. Seperti titik lebur, titik 
didih atau indeks bias (bilangan bias). Kerapatan relatif merupakan besaran spesifik zat. Besaran ini
dapat digunakan untuk pemeriksan  konsentrasi dan kemurniaan senyawa aktif, senyawa bantu dan 
sediaan farmasi. (Lachman, 1994)

 
1. 2.  Uraian Bahan
1

Air suling (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi

:

Aqua destillata

Nama lain

:

Aquadest

RM / BM

:


H2O / 18,02

Bobot jenis

:

0,997 g/ml (250C)
Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak

2

Pemerian

:

mempunyai rasa

Penyimpanan


:

Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

:

Sebagai larutan uji

Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979)

Nama resmi

:

Oleum Cocos

Nama lain


:

Minyak kelapa

BM

:

0,845 – 0,905 g/ml

Bobot jenis

:

0,903 g/mL
Cairan jernih; tidak berwarna atau kuning pucat; bau

Pemerian

:


khas, tidak tengik
Larut dalam 2 bagian etanol (95%) P pada suhu 600C;
sangat mudah larut

Kelarutan

:

dalam kloroform P dan juga

mudah larut dalam eter P.
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di

Penyimpanan

:

tempat sejuk.


Kegunaan

:

sebagai sampel

 
3

Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi

:

Aethanolum

Nama lain

:

Etanol, etil alcohol

BM/RM

:

46, 07 / C2H6O

Bobot jenis

:

0,8119–0,8139 gr/mL
Jernih, tidak berbau, bergerak, cairan pelarut.
Menghasilkan bau yang khas dan rasa terbakar pada

Pemerian

:

lidah

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup rapat, dijauhkan dari api

Kegunaan

:

Sebagai pembilas piknometer dan gelas ukur.

1. 3.         
4.

Asam borat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi

:

ACIDUM BORICUM

Sinonim

:

Asam borat, Asam ortoborat

BM/RM

:

H3BO3 / 61,83

Kerapatan

:

1,435 gr/mL
Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak
berwarna; kasar; tidak berbau; rasa agak asam dan

Pemerian

:

pahit kemudian manis
Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian
airmendidih,dalam 16 bagian etanol (95 %)p

Kelarutan

:

dan

dalam 5 bagian gliserol p

Penyimpanan

:

Dalam wadah tertutup baik

Nama resmi

:

GLYCEROLUM

Sinonim

:

Gliserin

BM/RM

:

C3H8O3 / 92,09

Bobot jenis

:

1,2620 g/mL

 
5.

Gliserin (Ditjen POM, 1979)

Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis;
hanya boleh berbau khas lemah (tajam atau tidak
Pemerian

:

enak). Higroskopik; netral terhadap lakmus.

Kelarutan

:

Dalam bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak
larut dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak lemah

dan dalam minyak menguap.
Penyimpanan

:

Kegunaan

Dalam wadah tertutup baik
Sebagai pelarut

1. 4.         
6

Parafin (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi

:

PARAFFINUM

Sinonim

:

Parafin

BM/RM

:

C3H8O3 / 92,09

Bobot jenis

:

0,84 – 0,89 g/mL
Hablur tembus cahaya atau agak buram; tidak
berwarna atau putih; tidak berbau; tidak berasa; agak

Pemerian

:

berminyak.
Tidak larut dalam air dan dalam etanol; mudah larut
dalam kloroform, dalam eter, dalam minyak menguap,
dalam hampir semua jenis minyak lemak hangat; sukar

Kelarutan

:

larut dalam etanol mutlah.
Dalam wadah tertutup rapat dan cegah pemaparan

Penyimpanan
Kegunaan

 
7  Komposisi sirup Melon ( Marjan) :
­       Gula
­       Air

:

terhadap panas berlebih.
Sebagai pelarut

­       Perisa Melon
­       Sari Buah Melon
­       Pengawet Natrium Benzoat
­       Pengaturan keasamaan
­       Pewarna tartrazin C1 19140
­       Biru berlian C1 42090
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
1. 5.  Prosedur Kerja
Menentukan Kerapatan Bulk (Anonim, 2013)
1. Timbang asam borat sebanyak 10 g, kemudian masukkan ke dalam gelas ukur 50 mL.
2. Ukur volume zat padat.

3. Hitung kerapatan Bulk menggunakan persamaan 1.e
Menentukan kerapatan mampat (Anonim, 2013)
1. Timbang zat padat sebanyak 10 gram
2. Masukkan ke dalam gelas ukur
3. Ketuk sebanyak 200 kali ketukan
4. Ukur volume yang terbentuk
5. Hitung kerapatan mampat dengan persamaan 1.d
Menentukan kerapatan sejati (Anonim, 2013)
1. Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1)
2. Isi piknometer dengan zat padat kira­kira mengisi 2/3 bagian dari volumenya. Timbang 
piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3)
3. Isikan parafin cair perlahan­lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok­kocok, dan isi 
sampai penuh sehingga tidak  ada gelembung udara didalamnya.
4. Timbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4)
5. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung 
didalamnya
6. Timbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2)
7. Hitung kerapatan zat meenggunakan persamaan 1.c
Menentukan bobot jenis cairan (Anonim, 2013)
1. Gunakan piknometer yang bersih dan kering
2. Timbang piknometer kosong (W1), lalu isi dengan air suling, bagian luar piknometer dilap 
sampai kering dan ditimbang (W2)
3. Buang air suling tersebut, keringkan piknometer lalu isi dengan cairan yang akan diukur 
bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan timbang (W3)
4. Hitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan 1.b
 
 

BAB III
CARA KERJA
1. 1.  Alat dan Bahan
Alat :
Adapun alat­alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: piknometer 25 mL, gelas ukur 25 mL, 
timbangan digital dan pipet tetes.
Bahan :
Adapun bahan­bahan yang digunakanpada praktikum ini adalah: asam borat, parafin cair, alkohol 70
%, minyak kelapa dan air suling.
1. 2.  Langkah Percobaan
Penentuan Kerapatan bulk
1. Ditimbang asam borat sebanyak 10 gram,
2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur 50 mL,
3. Diukur volume zat padat,
4. Dihitung kerapatan bulk menggunakan persamaan:
 
Penentuan Kerapatan Mampat
1. Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram,
2. Dimasukkan ke dalam gelas ukur,
3. Diketuk sebanyak 200 kali ketukan,
4. Diukur volume yang terbentuk,
5. Dihitung kerapatan dengan menggunakan persamaan:
 
Penentuan Kerapatan Sejati
1. Ditimbang piknometer kosong yang bersih dan kering bersama tutupnya (W1),
2. Diisi piknometer dengan zat padat kira­kira mengisi 2/3 bagian volumenya,

3. Ditimbang piknometer berisi zat padat beserta tutupnya (W3),
4. Diisikan parafin cair perlahan­lahan kedalam piknometer berisi zat padat, kocok­kocok, dan 
isi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara didalamnya,
5. Ditimbang piknometer berisi zat padat dan parafin cair tersebut beserta tutupnya (W4),
6. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan parafin cair hingga tidak ada gelembung 
didalamnya,
7. Ditimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan tutupnya (W2),
8. Dihitung kerapatan zat menggunakan persamaan:
 
Penentuan Bobot Jenis Cairan
1. Digunakan piknometer yang bersih dan kering,
2. Ditimbang piknometer kosong (W1), lalu diisi dengan air suling, bagian luar piknpmeter dilap 
sampai kering dan ditimbang,
3. Dibuang air suling tersebut, dikeringkan piknometer lalu diisi dengan cairan yang akan 
diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suling, dan 
ditimbang,
4. Dihitung bobot jenis cairan menggunakan persamaan:
 
 
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. 1.  Hasil  dan Perhitungan
Kerapatan Bulk

Bobot Zat ( g )

10 g

Volume Bulk ( ml )

11,5 ml

Kerapatan Bulk (

0,869

 
 
 
Kerapatan Mampat

Bobot zat (gr)

10 gr

Volume Mampat (mL)

10,1 mL

Kerapatan Mampat

0,990

 
 
 
 
 
 
Kerapatan Sejati

Bobot Piknometer Kosong (gr)

9,6320 gr

Bobot Pikno + Zat Cair (gr)

31,0016 gr

Bobot Pikno + Zat Padat (gr)

27,0712 gr

Bobot jenis zat padat+cair

38,4291

 
 
 
 
 
Bobot Jenis Zat Cair
1. 1.    Alcohol 70%

 
 
 
 
 
 

Bobot Piknometer Kosong ( g )

9.6630 g

Bobot Pikno + Air ( g )

35,0525 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g )

34,0548 g

Bobot jenis zat padat + Zat Cair (g/ml)

0,9607 g/ml

1. 2.    Gliserin

Bobot Piknometer Kosong ( g )

9.6630 g

Bobot Pikno + Air ( g )

35,0525 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g )

32,6729 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )

0,9062 g/ml

 
 
 
 
 
 
1. 3.    Minyak Kelapa

 
 

Bobot Piknometer Kosong ( g )

9.6630 g

Bobot Pikno + Air ( g )

35,0525 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g )

33,0129 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )

0,9196 g/ml

 
 
 
1. 4.    Sirup Marjan Melon

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Bobot Piknometer Kosong ( g )

9.6630 g

Bobot Pikno + Air ( g )

35,0525 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g )

44,4489 g

Bobot Pikno + Zat Cair ( g/ml )

1,3700 g/ml

 
2. Pembahasan
     Bobot jenis adalah rasio bobot suatu zat terhadap bobot zat baku yang volumenya sama pada 
suhu yang sama dan dinyatakan dalam desimal.  Penting untuk membedakan antara kerapatan dan 
bobot jenis. Kerapatan adalah massa per satuan volume, yaitu bobot zat per satuan volume. 
Misalnya, satu mililiter raksa berbobot 13,6 g, dengan demikian kerapatannya adalah13,6 g/mL. Jika
kerapatan dinyatakan sebagai satuan bobot dan volume, maka bobot jenis merupakan bilangan 
abstrak.
Dalam bidang farmasi bobot jenis dan rapat jenis suatu zat atau cairan digunakan sebagai salah 
satu metode analisis yang berperan dalam menentukan senyawa cair, digunakan pula untuk uji 
identitas dan kemurnian dari senyawa obat terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui
tingkat kelarutan/daya larut suatu zat.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah piknometer. Piknometer digunakan untuk mencari 
bobot jenis. Piknometer biasanya terbuat dari kaca untuk erlenmeyer kecil dengan kapasitas antara 
10ml­50ml.
Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, piknometer dibersihkan dengan menggunakan 
aquadest, kemudian dibilas untuk mempercepat pengeringan piknometer kosong tadi. Pembilasan 
dilakukan untuk menghilangkan sisa dari permbersihan, karena biasanya pencucian meninggalkan 
tetesan pada dinding alat yang dibersihkan, sehinggga dapat mempengaruhi hasil penimbangan 
piknometer kosong, yang akhirnya juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel. Jadi sisa­sisa yang 
tidak diinginkan dapat hilang dengan baik, baik yang ada di luar, maupun yang ada di dalam 
piknometer itu sendiri. Setelah piknometer dibersihkan, piknometer kemudian dikeringkan. Setelah 
kering piknometer ditimbang pada timbangan analitik dalam keadaan kosong. Setelah ditimbang 
kosong, piknometer lalu diisikan dengan sampel mulai dengan aquadest, sebagai pembanding 
nantinya dengan sampel yang lain.
Pengisiannya harus melalui bagian dinding dalam dari piknometer untuk mengelakkan terjadinya 
gelembung udara. Proses pemindahan piknometer harus dengan menggunakan tissue. Akhirnya 
piknometer yang berisi sampel ditimbang.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer adalah mudah 
dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. 
Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil yang 
ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer 
memerlukan waktu yang lama.
Penentuan bobot jenis dengan menggunakan hidrometer lebih cepat daripada penentuan bobot 
jenis dengan  menggunakan piknometer, tetapi biasanya dapat menunjukkan hasil yang tidak tepat.
 
 
Pada praktikum kali ini, percobaan yang dilakukan yaitu penentuan bobot jenis dan kerapatan zat. 
Pada percobaan penentuan kerapatan zat, bahan yang dipakai yaitu asam borat sebanyak 10 g. 

Percobaan kali ini dilakukan untuk menentukan kerapatan bulk, mampat dan kerapatan sejati. Pada 
kerapatan bulk, tidak diberi perlakuan apapun, zat yang akan dihitung kerapatannya langsung 
dimasukkan ke dalam gelas ukur untuk mengukur volume bulk. Selanjutnya dihitung kerapatan bulk.
Berbeda dengan kerapatan bulk, pada kerapatan sejati memiliki perlakuan khusus, untuk 
memampatkan zat, gelas ukur diketuk sebanyak 200 ketukan hingga zat yang ada di dalam gelas 
ukur menjadi mampat, kemudian diukur volume mampatnya. Selanjutnya dihitung kerapatan 
mampat. Untuk kerapatan sejati, asam borat yang dimasuk kedalam piknometer diisi dengan 
paraffin cair. Keberadaan paraffin cair untuk melarutkan asam borat. Selanjutnya hitung kerapatan 
sejatinya.
Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil perhitungannya yaitu untuk kerapatan bulk dengan 
sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml, untuk kerapatan mampat dengan sampel 
asam borat adalah 0,990 g/ml dan kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair 
adalah 1,7418 g/ml. Berdasarkan literatur, kerapatan asam borat adalah 1,435. Jika dibandingkan 
antara hasil yang diperoleh dengan literatur, selisih perbedaannya yaitu 0,3068.
Percobaan selanjutnya yaitu penentuan bobot jenis zat cair. Alat yang digunakan untuk menentukan
bobot jenis zat cair yaitu piknometer. Untuk melakukan percobaan penetapan bobot jenis, 
piknometer dibersihkan dengan menggunakan aquadest hingga kering. Jika masih terdapat air 
dalam piknometer maka akan mempengaruhi hasil penimbangan piknometer kosong, yang akhirnya 
juga mempengaruhi nilai bobot jenis sampel.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan beberapa zat cair yaitu 
minyak goreng, gliserin, akohol dan sirup marjan melon, diperoleh bobot jenis yang berbeda – beda 
dari masing – masing zat cair yang diuji. Hasil percobaan ini didapati bahwa bobot jenis untuk 
minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml, bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml, bobot jenis untuk gliserin
adalah 0,9062 g/ml dan bobot jenis untuk sirup adalah 1,370 g/ml. Berdasarkan literatur, bobot jenis 
untuk minyak kelapa adalah 0,903 g/ml,   bobot jenis untuk gliserin adalah 1,255 g/ml, bobot alkohol 
0,8119 g/ml. Namun dari semua zat cair yang di ukur bobot jenisnya, sirup marjan melon memiliki 
bobot jenis yang paling berat dari yang lainnya.
Adapun faktor­faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah :
1. Temperatur, dimana  pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap 
sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula         halnya pada suhu yang sangat 
rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya. 
Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25 oC (suhu 
kamar).
1. 2.  Massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya 
juga menjadi lebih besar.
2. Volume zat, jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh            tergantung
pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel dari zat, bobot molekulnya serta 
kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya.
3. 4.  Kekentalan/viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya. Hal ini dapat 
dilihat dari rumus :

V
Dari rumus tersebut, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis (d). Jadi semakin besar 
viksositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya.
Digunakannya parafin cair dalam penentuan kerapatan sejati karena asam borat tidak dapat larut 
dalam air, dan selain itu parafin cair dapat menutup semua pori asam borat.
Adapun perbedaan hasil ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. Kesalahan pembacaan skala pada alat
2. Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot jenisnya
3. Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat
4. Kesalahan­kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer
5. Pemanasan pada piknometer tidak sempurna, terdapat gelembung atu titik air dalam 
piknomter setelah dipanaskan.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 
 
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1 Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa :
1. Kerapatan bulk dengan sampel asam borat kerapatan bulknya adalah 0,869 g/ml.
1. Kerapatan mampat dengan sampel asam borat kerapatannya adalah 0,990 g/ml.
2. Kerapatan sejati dengan sampel asam borat dan paraffin cair adalah 1,7418 g/ml.
Jadi nilai kerapatan asam borat (pada literatur) yang mendekati adalah nilai kerapatan asam borat 
pada kerapatan sejati.
4. Bobot jenis untuk minyak kelapa adalah 0,9196 g/ml.
5. Bobot jenis alkohol adalah 0,9607 g/ml.
6. Bobot jenis untuk gliserin adalah 0,9062 g/ml.
7. Bobot jenis untuk sirup melon marjan adalah
Jadi nilai bobot jenis yang paling berat diantara minyak kelapa, alkohol, gliserin dan sirup marjan 
melon adalah sirupmarjan melon.
2  SARAN
            Diharapkan untuk praktikum selanjutnya, lebih mengefektifkan waktu dengan membagi 
beberapa praktikum kepada masing­masing kelompok. Alat­alat laboratorium agar segera dilengkapi
untuk menunjang jalannya praktikum.