ETIKA BISNIS DAN ISLAM (1)
ETIKA BISNIS DAN ISLAM
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.
Istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Etika Bisnis dapat
menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya
sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur,
jujur, transparan dan sikap yang professional.
Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Menurut Maryani & Ludigdo (2001) Etika
adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang
harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau profesi.
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business,
dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun
masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan
keuntungan. Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di pandang
sebagai bisnis yang baik.
Pengertian bisnis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
1.Kegiatan dengan mengarahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud.
2.Kegiatan di bidang perdagangan/perbisnisan.
“pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu” :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi
manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan
dengan biaya serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari
apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun
secara kelompok.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
1. Utilitarianisme pertama kali dikemukakan oleh Jeremy Bentham (1748-1831), yang
kemudian disempurnakan oleh James Mill (1773-1836) dan John Stuart Mill (18061873). Dengan memperhatikan asal-usul istilah ini kita sudah bisa menduga maksudnya.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membwa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
2. Universal artinya umum. Universalisme sebagai suatu ajaran etik berarti sesuatu itu dapat
dinilai baik bila dapat memberikan kebaikan kepada orang banyak. Berbeda dengan
pandangan utilitarian yang menekankan aspek hasil suatu keputusan universalisme
memfokuskan diri pada tujuan suatu keputusan atau tindakan. Prinsip kunci yang
mendasari mazhab universalisme adalah prinsip Kant mengenai imperative kategoris.
3. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Prinsip hak
pun cocok diterapkan dengan suasana demokratis. Dalam arti, semua manusia dari
berbagai lapisan kehidupan harus mendapat perlakuan yang sama. Seperti yang
diungkapkan Immanuel Kant, bahwa manusia meruapakan suatu tujuan pada dirirnya (an
end in itself). Karena itu manusia harus selalu dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan
tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu
tujuan lain (Bertens, 2000).
4. Keadilan : Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki yang
halal dan tidak dilarang hukum. Transaksi konsumsi sama sama atas dasar keadilan tidak
ada yang saling mendzalimi.
5. Keutamaan berasal dari terjemahan kata virtue yang sebenarnya berarti kebajikan, namun
terjemahan yang paling dekat dengan kata arete yang dipakai Aristoteles maka berarti
keutamaan.
Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al Islamiyah) yang
dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan haram. Jadi perilaku yang
etis itu ialah perilaku yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangnya. Dalam Islam etika
bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah Al-Quran
dan sunnaturrasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai
aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran.
Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan
isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal
dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga. Attijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-munawwir).
PENAFSIRAN ETIKA BISNIS DALAM ISLAM
1. Penafsiran Bersifat Berkesinambungan
Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tentang etika bisnis, maka landasan
filosofis yang harus dibangun dalam pribadi Muslim adalah adanya konsepsi
hubungan manusia dengan manusia dan lingkungannya, serta hubungan manusia
dengan Tuhannya, yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah (hablum minallah
wa hablumminannas).
2. Penafsiran Bersifat Kemanusiaan
Menghargai kemanusiaan manusia adalah bagian dari prinsip Ilahiah yang telah
memuliakan manusia dan menjadikan sebagai Khalifah-Nya di muka bumi ini.
Sebagaimana pula “orientasi Ilahiah” merupakan bagian yang sangat fundamental
dalam fitrah manusia, dan setiap orang dilahirkan dalam kondisi fitrah ini.
3. Penafsiran Bersifat Keadilan
Sesungguhnya kebebasan yang disyariatkan Islam dalam bidang ekonomi
bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari setiap ikatan, seperti kebebasan yang
disalahpahami oleh kaum Syuaib : Melarang kami memperbuat apa yang kami
kehendaki tentang harta kami. (Hud : 87)
Akhlak atau sistem perilaku terwujudkan melalui proses yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Sunnah. Berbeda dengan etika yang terbentuk dari sistem/norma yang berlaku secara
alamiah dalam masyarakat dan dapat berubah menurut kesepakatam dan persetujuan dari
masyarakat pada waktu tertentu. Sistem etika ini sama sekali bebas nilai dan lepas dari hablum
minallah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prinsip utama yang ditentukan Islam dalam
etika bisnis adalah bahwa transaksi dalam bisnis harus dilakukan secara sah dan tidak
bertentangan dengan hukum. Rasulullah SAW telah mewanti-wanti kepada para pedagang
(pebisnis) bahwa mereka jangan sampai berbbuat dusta. (H.R. Tabrani).
Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam
1. Muhammad Abdul Mannan : "Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam".
2. M.M Metwall : "Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti AlQuran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas".
3. Hasanuzzaman : "Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan
aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material
sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah
Allah dan masyarakat".
Dasar-dasar sistem ekonomi Islam
1. Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di
akhirat,tercapainya pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani
secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai
secara optimal dengan pengorbanan tanpa pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga.
2. Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan
dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.
3. Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlentar.
4. Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena
itu harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki.
5. Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam
suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam
membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.
Istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Etika Bisnis dapat
menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya
sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur,
jujur, transparan dan sikap yang professional.
Menurut Kamus Besar Bhs. Indonesia (1995) Etika adalah Nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Menurut Maryani & Ludigdo (2001) Etika
adalah Seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia, baik yang
harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan
masyarakat atau profesi.
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata bisnis dari bahasa Inggris business,
dari kata dasar busy yang berarti “sibuk” dalam konteks individu, komunitas, ataupun
masyarakat. Dalam artian, sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan
keuntungan. Di dalam melakukan bisnis, kita wajib untuk memperhatikan etika agar di pandang
sebagai bisnis yang baik.
Pengertian bisnis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah:
1.Kegiatan dengan mengarahkan tenaga pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud.
2.Kegiatan di bidang perdagangan/perbisnisan.
“pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu” :
Utilitarian Approach : setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh
karena itu, dalam bertindak seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi
manfaat sebesar-besarnya kepada masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan
dengan biaya serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach : setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki
hak dasar yang harus dihormati. Namun tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari
apabila diperkirakan akan menyebabkan terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach : para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan
bertindak adil dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun
secara kelompok.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS
1. Utilitarianisme pertama kali dikemukakan oleh Jeremy Bentham (1748-1831), yang
kemudian disempurnakan oleh James Mill (1773-1836) dan John Stuart Mill (18061873). Dengan memperhatikan asal-usul istilah ini kita sudah bisa menduga maksudnya.
Menurut teori ini suatu perbuatan adalah baik jika membwa manfaat, tapi manfaat itu
harus menyangkut bukan saja satu dua orang melainkan masyarakat sebagai keseluruhan.
2. Universal artinya umum. Universalisme sebagai suatu ajaran etik berarti sesuatu itu dapat
dinilai baik bila dapat memberikan kebaikan kepada orang banyak. Berbeda dengan
pandangan utilitarian yang menekankan aspek hasil suatu keputusan universalisme
memfokuskan diri pada tujuan suatu keputusan atau tindakan. Prinsip kunci yang
mendasari mazhab universalisme adalah prinsip Kant mengenai imperative kategoris.
3. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama. Prinsip hak
pun cocok diterapkan dengan suasana demokratis. Dalam arti, semua manusia dari
berbagai lapisan kehidupan harus mendapat perlakuan yang sama. Seperti yang
diungkapkan Immanuel Kant, bahwa manusia meruapakan suatu tujuan pada dirirnya (an
end in itself). Karena itu manusia harus selalu dihormati sebagai suatu tujuan sendiri dan
tidak pernah boleh diperlakukan semata-mata sebagai sarana demi tercapainya suatu
tujuan lain (Bertens, 2000).
4. Keadilan : Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki yang
halal dan tidak dilarang hukum. Transaksi konsumsi sama sama atas dasar keadilan tidak
ada yang saling mendzalimi.
5. Keutamaan berasal dari terjemahan kata virtue yang sebenarnya berarti kebajikan, namun
terjemahan yang paling dekat dengan kata arete yang dipakai Aristoteles maka berarti
keutamaan.
Etika bisnis dalam Islam adalah sejumlah perilaku etis bisnis (akhlaq al Islamiyah) yang
dibungkus dengan nilai-nilai syariah yang mengedepankan halal dan haram. Jadi perilaku yang
etis itu ialah perilaku yang mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangnya. Dalam Islam etika
bisnis ini sudah banyak dibahas dalam berbagai literatur dan sumber utamanya adalah Al-Quran
dan sunnaturrasul. Pelaku-pelaku bisnis diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai
aktivitasnya. Kepercayaan, keadilan dan kejujuran.
Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan
isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal
dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga. Attijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-munawwir).
PENAFSIRAN ETIKA BISNIS DALAM ISLAM
1. Penafsiran Bersifat Berkesinambungan
Dalam kaitannya dengan paradigma Islam tentang etika bisnis, maka landasan
filosofis yang harus dibangun dalam pribadi Muslim adalah adanya konsepsi
hubungan manusia dengan manusia dan lingkungannya, serta hubungan manusia
dengan Tuhannya, yang dalam bahasa agama dikenal dengan istilah (hablum minallah
wa hablumminannas).
2. Penafsiran Bersifat Kemanusiaan
Menghargai kemanusiaan manusia adalah bagian dari prinsip Ilahiah yang telah
memuliakan manusia dan menjadikan sebagai Khalifah-Nya di muka bumi ini.
Sebagaimana pula “orientasi Ilahiah” merupakan bagian yang sangat fundamental
dalam fitrah manusia, dan setiap orang dilahirkan dalam kondisi fitrah ini.
3. Penafsiran Bersifat Keadilan
Sesungguhnya kebebasan yang disyariatkan Islam dalam bidang ekonomi
bukanlah kebebasan mutlak yang terlepas dari setiap ikatan, seperti kebebasan yang
disalahpahami oleh kaum Syuaib : Melarang kami memperbuat apa yang kami
kehendaki tentang harta kami. (Hud : 87)
Akhlak atau sistem perilaku terwujudkan melalui proses yang bersumber pada Al-Qur’an
dan Sunnah. Berbeda dengan etika yang terbentuk dari sistem/norma yang berlaku secara
alamiah dalam masyarakat dan dapat berubah menurut kesepakatam dan persetujuan dari
masyarakat pada waktu tertentu. Sistem etika ini sama sekali bebas nilai dan lepas dari hablum
minallah.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa prinsip utama yang ditentukan Islam dalam
etika bisnis adalah bahwa transaksi dalam bisnis harus dilakukan secara sah dan tidak
bertentangan dengan hukum. Rasulullah SAW telah mewanti-wanti kepada para pedagang
(pebisnis) bahwa mereka jangan sampai berbbuat dusta. (H.R. Tabrani).
Definisi Ekonomi Islam/Syariah menurut beberapa Ekonom Islam
1. Muhammad Abdul Mannan : "Ekonomi Islam merupakan ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam".
2. M.M Metwall : "Ekonomi Islam dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari
perilaku muslim (yang beriman) dalam suatu masyarakat Islam yang mengikuti AlQuran,Hadits Nabi,Ijma dan Qiyas".
3. Hasanuzzaman : "Ilmu ekonomi Islam adalah pengetahuan dan aplikasi dari anjuran dan
aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam memperoleh sumber daya material
sehingga tercipta kepuasan manusia dan memungkinkan mereka menjalankan perintah
Allah dan masyarakat".
Dasar-dasar sistem ekonomi Islam
1. Bertujuan untuk mencapai masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di
akhirat,tercapainya pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani
secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu alat pemuas dicapai
secara optimal dengan pengorbanan tanpa pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga.
2. Hak milik relatif perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan
dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.
3. Dilarang menimbun harta benda dan menjadikannya terlentar.
4. Dalam harta benda itu terdapat hak untuk orang miskin yang selalu meminta, oleh karena
itu harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki.
5. Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan zakat.