this PDF file ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE RISK BASED BANK RATING (RBBR) UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KESEHATAN BANK | Pambudi | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

ANALISIS KINERJA BANK UMUM SYARIAH DENGAN METODE
RISK BASED BANK RATING (RBBR) UNTUK MENGETAHUI
TINGKAT KESEHATAN BANK
(Studi pada Bank UmumSyariah yang Terdaftar di OtoritasJasaKeuanganRepublik
Indonesia Periode 2014-2016)
SetyoPambudi
Ari Darmawan
FakultasIlmuAdministrasi
UnivеrsitasBrawijaya
Malang
Еmail: pambudisetyo13@gmail.com

ABSTRACT

The healthsof Islamic banks is necessary to avoid a banking crisis. The financial performance of Islamic
banks can be assessed from the results of the bank soundness rating by using the RBBR method. Bank
soundness must be reported by the bank to OJK as the supervisor of the financial services institution. This is
based on OJK regulation Number 4 / POJK.03 / 2016 regarding Rating of Bank Commercial Health. This
research analyzes the health of Islamic bank with Risk Based Bank Rating (RBBR) method which contains 4
factors that are risk profile factor which is judged from credit risk (NPL ratio), Good Corporate
Governance (CGC) factor, earnings factor assessed from ROA (ratio ROA), and capital factor (CAR) which

arevalued from the CAR ratio. This study was conducted on 7 Islamic banks listed in the Financial Services
Authority of the Republic of Indonesia period 2014-2016 which became the research sample.

Kеywords: Performance of Islamic Bank, Risk Based Bank Rating, Rate Banks Health
АBSTRАK
Kesehatan bank umum Syariah diperlukan agar tidak terjadi krisis perbankan. Kinerja keuangan bank umum
Syariah dapat dinilai dari hasil penilaian tingkat kesehatan bankdengan menggunakan metode RBBR.
Tingkat kesehatan bank wajib dilaporkan oleh pihak bank kepada OJK selaku pengawas lembaga jasa
keuangan. Hal ini berdasarkan peraturanOJK Nomor 4/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum. Penelitian ini menganalisis kesehatan bank umum Syariah dengan metode Risk Based Bank
Rating (RBBR) yang mengandung 4 faktor yaitu faktor profil risiko yang dinilai dari risiko kredit (rasio
NPL), faktor Good Corporate Governance (CGC), faktor earnings yang dinilai dari ROA (rasio ROA), dan
faktor capital (CAR) yang dinilai dari rasio CAR. Penelitian ini dilakukan pada 7 bank umum Syariah yang
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia periode 2014-2016 yang menjadi sampel penelitian.
Kаtа Kunci: Kinerja Bank Umum Syariah, Risk Based Bank Rating, Tingkat Kesehatan Bank

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

127


PЕNDАHULUАN
Kemajuan sebuah bangsa dan negara di
kancah internasional dapat dilihat dari berbagai
faktor. Salah satu faktor yang bisa dilihat dalam
menyokong kemajuan sebuah bangsa dan negara
adalah pengelolaan pembangunan. Pembangunan
kemajuan sebuah bangsa dan negara dapat
dilakukan dalam berbagai sektor. Salah sektor
yang mendukung dalam pembangunan kemajuan
sebuah bangsa dan negara adalah pembangunan
ekonomi. Kaitannya dengan pembangunan
ekonomi sebuah negara dan bangsa tidak dapat
lepas dari sumber pembiayaan. Adanya
pembiayaan dalam pembangunan ekonomi
merupakan hal mutlak.
Lembaga jasa keuangan seperti bank,
selaku lembaga penyedia pembiayan berperan
penting dalam kemajuan negara. Di negara
berkembang seperti Indonesia, lembaga jasa

keuangan bank masih memegang peran utama
dalam menguasai aset keuangan. Laporan Master
Plan Sektor Jasa Keuangan Indonesia tahun 20152019 yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia menyebutkan
bahwa lembaga jasa keuangan bank pada tahun
2014 menguasai sebanyak 74% dari total asset
industri keuangan. Hal ini merupakan kondisi
yang wajar mengingat lembaga jasa keuangan
bank merupakan lembaga jasa keuangan yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat
Indonesia
untuk
menyimpan
maupun
menginvestasikan dana yang miliki. Dana yang
berhasil dihimpun oleh bank nantinya digunakan
oleh bank untuk menyalurkan dana baik dalam
bentuk pembiayan maupun pemberian kredit
kepada masyarakat sehingga dapat membantu
pertumbuhan ekonomi.

Sumber
dana
pembiayaan
yang
dikeluarkan oleh perbankan berasal dari berbagai
sumber dimana dana pihak ketiga berperan
penting dalam menyumbang total pembiayaan
yang dikeluarkan oleh pihak bank. Lembaga jasa
keuangan bank sendiri memiliki tugas yang sangat
penting dalam pembangunan ekonomi negara.
Bank dapat membangun ekonomi melalui
penyaluran kredit produktif kepada masyarakat
sehingga dapat digunakan untuk melakukan
pembangunan ekonomi di berbagai sektor. Bank
memiliki fungsi sebagai lembagapenyaluran kredit
dan menghimpun dana dari masyarakat untuk
dapat di kelola kedalam bentuk investasi produktif
sehingga uang yang ada dimiliki oleh masyarakat
dapat dikelola untuk membangun perekonomian
negara.


Bank juga memiliki tugas-tugas lain.
Menurut (Darmawi, 2012:4) tugas dari bank
umum sendiri dapat digolongkan atas: 1.
Menghimpun dana dari tabungan masyarakat, 2.
Menyediakan dana untuk dipinjamkan (kredit). 3.
Menyediakan jasa lalu lintas pembayaran, 4.
Menciptakan uang giral, 5. Menyediakan fasilitas
untuk memperlancar perdagangan luar negeri,
6.menyediakan jasa-jasa trusty (wali amanat), 7.
Menyediakan berbagai jasa yang bersifat “off
balance sheet” seperti jasa safety deposit boxes
dansave keeping. Dari fungsi- fungsi yang telah
dipaparkan oleh (Darmawi, 2012) dapat
disimpulkan bahwa bank selaku lembaga penyedia
layanan keuangan bertugas untuk mengelola dan
menyalurkan dana masyarakat yang bertujuan
untuk membangun kemajuan negara dan bangsa.
Adapun pengertian bank menurut Undangundang No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
yang menyatakan “Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkan ke masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat
banyak.”. Terdapat berbagai jenis bank di
Indonesia. Pada umumnya bank di Indonesia
terbagi atas dua jenis bank yang umum digunakan
oleh masyarakat yaitu Bank Umum dan Bank
Syariah. Menurut (Yaya, Martawireja, dan
Abdurahim, 2014:48) bank terdiri dari dua jenis,
yaitu bank umum konvesional dan bank umum
Syariah. Bank konvesional adalah bank yang
menjalankan
kegiatan
usahanya
secara
konvesional yang terdiri atas bank umum
konvesional dan bank pengkreditan rakyat. Bank
Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip Syariah yang terdiri

atas bank umum Syariah dan bank pembiayaan
rakyat Syariah.
Fungsi bank yang bertujuan meningkatkan
taraf hidup rakyat banyak membuat lembaga
perbankan harus menjaga stabilitas kesehatan
bank agar kinerja bank semakin baik. Di
Indonesia, terbanyak banyak jenis bank yang
bersaing dalam merebut pangsa pasar. Hal ini
terkait dengan vitalnya fungsi perbankan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kebutuhan untuk
menggunakan jasa perbankan semakin tinggi.
Besarnya animomasyarakat untuk menggunakan
jasa perbankan membuat lembaga bank berlombalomba dalam meluncurkan berbagai jenis produk
yang menarik perhatian konsumen. Adanya
persaingan bisnis dalm industri perbankan bukan
hanya saja terjadi pada bank konvesional, tetapi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

128


juga terjadi pada bank Syariah. Data statistik
perbankan Syariah yang dipublikasikan Otoritas
Jasa Keuangan Republik Indonesia per Agustus
2017 menunjukkan bahwa terjadi terjadi
penurunankantor cabang baru bank umum
Syariah. Data yang dihimpun menunjukkan bahwa
total kantor yang dimiliki oleh bank umum
Syariah turun menjadi 1837 unit. Padahal pada
tahun 2014 total kantor yang dimiliki oleh bank
umum Syariah mencapai 2163 unit. Berikut
merupakan tabel perkembangan jaringan kantor
bank Syariah dari tahun 2012-2015.
Tabel 1. Perkembangan Jarigan Kantor Bank
Syariah

Kelompok
2012 2013 2014 2015
Bank
Bank Umum

11
11
12
12
Syariah
Unit Usaha
24
23
22
22
Syariah
Jumlah
2282 2568 2489 2301
Kantor BUS
dan UUS
BPRS
156
163
163
163

Jumlah
401
402
439
446
Kantor BPRS
Sumber: Laporan Perkembangan Keuangan
Syariah 2015 OJK, 2017
Adanya penurunan jumlah kantor yang
dimiliki oleh bank Syariah dapat menjadi indikasi
bahwa persaingan bisnis dalam industri perbankan
semakin sengit, utamanya persaingan antara bank
Syariah dan dengan bank konvesional. Hal ini
didukung dengan adanya ketahanan industri
perbankan dalam menghadapi pertumbuhan
ekonomi domestik yang terbatas. Pada tahun 2016
rasio kecukupan modal (CAR) bank umum masih
jauh diatas ambang batas (threshold) 8% yaitu
sebesar 22,69%. Kinerja positif juga ditunjukkan
oleh perbankan Syariah dimana terjadi kenaikan

jumlah asset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang
berhasil dihimpun.
Kehadiran bank Syariah di Indonesia
merupakan alternatifyang ingin ditawarkan oleh
industri perbankan kepada masyarakat, khususnya
bagi umat yang beragama Islam. Mengingat
Indonesia merupakan salah satu negara dengan
mayoritas penduduk beragama Islam terbesar di
Dunia. Alternatif yang ditawarkan oleh bank
Syariah adalah tidak adanya sistem bunga dalam
operasi bisnisnya. Bank Syariahmenawarkan

alternatif jasa keuangan melalui produk
pembiayaan dan investasi yang berbasis sistem
ekonomi Islam. Sistem ini menggunakan sistem
bagi hasil dalam rangka pembagian keuntungan
bagi investor. Berbeda halnya dengan bank
konvesional yang menggunakan sistem bunga
dalam operasi bisnisnya. Di Indonesia, kehadiran
bank Syariah mulai dilirik oleh konsumen industri
perbankan. Hal ini dapat dilihat dari
meningkatkatnya aset bank Syariah padatahun
2016. Pada laporan profil industri perbankan
triulan IV-2016 yang dipublikasi oleh OJK
menunjukkanaset bank Syariah meningkat 20,33%
(YoY) dimana kepemilikan aset bank Syariah
masih didominasi Bank Umum Syariah sebanyak
71,30%. Kenaikan asset bank umum Syariah
secara umum dipengaruhi oleh konversi BPD
(Bank Pembangunan Daerah) yang berbasis bank
umum konvesional menjadi bank umum Syariah.
Animo masyarakat untuk menggunakan jasa bank
Syariah juga semakin tinggi pada tahun 2016
dimanasumber dana perbankan Syariah masih
didominasi oleh Dana Pihak Ketiga (DPK) dengan
komposisi deposito sebanyak 59,49% dan
tabungan sebanyak 40,51%. Secara umum dana
pihak ketiga bank umum Syariahpada tahun 2016
tumbuh sebesar 20,30% (yoy). Secara global,
Indonesia berada pada peringkat ke 9, jauh
dibandingkan dengan Malaysia yang menduduki
peringkat 3 secara global untuk jumlah aset
Islamic finance. Berikut merupakan gambar
negara dengan jumlah aset keuangan Islam
terbanyak secara global.

Gambar 1.
TOP 10 Countries in Islamic
Finance Assets

Sumber: Finance Development Report Islamic,
2016

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

129

Berdasarkan laporan industri perbankan
yang diterbitkan oleh OJK pada triwulan IV-2016
menyebutkan bahwa penyaluran dana yang
berhasil dihimpun oleh bank Syariah pada tahun
2016 masih didonimasi oleh penyaluran
pembiayaan.
Bank
Syariah
menyaluran
pembiayaan terbesarkepada konsumen rumah
tangga sebanyak 39,95% disusul perdagangan
besar dan eceran. Sektor lain juga turut
mengalami peningkatan dalam hal jumlah
penyaluran pembiayaan dimana sektor konstruksi
dan real estatemenyumbang kenaikan signifikan
pada total pembiayaan yang dikeluarkan oleh
bank umum Syariah. Adanya penurunan kantor
cabang yang dimiliki oleh bank umum Syariah
dikarenakan beberapa bank umum Syariah mulai
melakukan pembenahan dalam operasi bisnisnya.
Pembenahan operasi ini dilakukan padalayanan
dan produk bank umum Syariah yang difokuskan
pada optimalisasi fee based income untuk efisiensi
bisnis. Hal ini dapat dilihat dengan penurunan
BOPO sebesar 338 bps (yoy) dan peningkatan
ROA sebesar 46 bps (yoy).
Adanya persaingan bisnis dalam industri
perbankan. Membuat bank Syariah harus
senantiasa menjaga tingkat kesehatan bank.
Tingkat kesehatan bank wajib dilaporkan oleh
pihak bank kepada OJK selaku pengawas lembaga
jasa keuangan. Tujuan pelaporan ini adalah untuk
mengetahui dan mengukur tingkat kesehatan bank
di Indonesia. OJK selaku lembaga otoritas
pengawas lembaga jasa keuangan menerbitkan
peraturanOJK Nomor 4/POJK.03/2016 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umumsebagai
peraturan konversi dari Peraturan Bank Indonesia
Nomor 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum. Penilaian tingkat kesehatan bank
diperlukan dalam rangka mencegah terjadinya
krisis perbankan yang terjadi pada tahun 1998.
Pada tahun tersebut industri perbankan Indonesia
mengalami krisis akibat adanya penarikan uang
secara besar-besaran (rush) yang diakibatkan oleh
peristiwa krisis moneter yang terjadi di Indonesia.
Berikut merupakan indikator utama kinerja
perbankan Syariah pada tahun 2011-2015 yang
menjadi dasar penilaian tingkat kesehatan bank
pada bank Syariah di Indonesia:
Pentingnya penilaian tingkat kesehatan
bank khususnya pada bank Syariah diperlukan
karena praktek usaha perbankan terus berkembang
setiap saat. Bank merupakan industri yang
menyangkut kepentingan masyarakat umum

sehingga pengawasan dan pembinaan terhadap
bank perlu ditingkatkan. Adanya urgensitas
penilaian
tingkat
kesehatan
bank
juga
diungkapkan
oleh
Darmawi
(2011:210)
“kesehatan bank merupakan kepentingan semua
pihak terkait, baik pemilik, manajemen bank,
masyarakat pengguna jasa bank, dan Bank
Indonesia selaku otoritas pengawas perbankan dan
pemerintah karena kegagalan perbankan akan
berakibat buruk pada perekonomian”.
Bank Indonesia telah menetapkan sistem
penilaian tingkat kesehatan bank berbasis risiko
yaitu dalam PBI No. 13/1/PBI/2011 tentang
penilaian tingkat kesehatan bank umum. Peraturan
ini menggantikan Penilaian CAMELS yang
dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004.
Peraturan Bank IndonesiaNo. 13/1/PBI/2011
menetapkan metode yang digunakan untuk
melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
adalah menggunakan pendekatan Risiko (Risk
Based Bank Rating). Risk Based Bank Rating
memiliki cakupan penilaian terhadap empat faktor
yaitu profil risiko (risk profile), Good Corporate
Governance (GCG), rentabilitas (earnings) dan
permodalan (capital).
“Perubahan regulasi BI menyangkut manajemen
resiko dan kerangka supervisi berdasarkan resiko
di tahun 2011 memperkuat praktek manajemen
resiko. Regulasi ini memperkuat asesment profil
resiko bank dengan tingkat yang lebih
terkonsolidasi. Sistem Penilaian Bank Berbasis
Resiko yang baru (The Risk-Based Bank Rating
System) mengadopsi pendekatan yang lebih
analitikal dan melihat kedepan dengan tujuan
untuk mengidentifikasi masalah-masalah secara
lebih dini, sehingga supervisor dapat melakukan
tindakan
intervensi
lebih
awal.”
(www.kemenkeu.go.id).
Setelah fungsi pengawasan lembaga jasa
keuangan perbankan diambil alih oleh Otoritas
Jasa Keuangan, maka dikeluarkan POJK No.04
/POJK.03/2016 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum sebagai peraturan
konversi dari Peraturan Bank Indonesia Nomor
13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Pada tahun 2017 fungsi otoritas pengawas
perbankan tidak lagi dilakukan oleh Bank
Indonesia melainkan dilakukan oleh Otoritas Jasa
Keuangan
Republik
Indonesia.
Padasaat
dikeluarkannyaPOJK No.04 /POJK.03/2016 oleh
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia dan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

130

oleh Bank Indonesia. BI dan OJK tidak
memberikan pedoman khusus terhadap penilaian
tingkat kesehatan bank untuk bank umum Syariah.
Penilaian tingkat kesehatan bank umum Syariah
menggunakan sistem yang sama dengan penilaian
tingkat kesehatan bank pada bank umum
konvesional. Penilaian tingkat kesehatan bank
yang dilakukan oleh OJK selaku lembaga
pengawas lembaga jasa keuangan berbasis pada
laporan keuangan dan laporan kegiatan usaha.
Bank selaku lembaga jasa keuangan wajib
melaporkan secara berkala setiap 1 semester
mengenai seluruh operasi bisnis yang dijalankan
beserta penilaian tingkat kesehatan bank yang
dilakukan secara self assement dengan standar dan
prosedur penilaian yang dikeluarkan oleh OJK.
Tujuan dari penilaian tingkat kesehatan bank
adalah mendapat gambaran mengenai kondisi
kesehatan bank sehingga dapat menjadi masukan
bagi industri perbankan dalam menganalisis bisnis
perbankan ke depan.
Anggraini (2015) dalam penelitiannya pernah
meneliti penilaian tingkat kesehatan bank
menggunakan metode RBBR (Risk Based Bank
Rating). Penelitian dilakukan pada PT BRI Tbk
dan PT BRI Syariah periode 2011-2013 dengan
menggunakan indikator profil risiko (risk profile),
Good Corporate Governance (GCG), rentabilitas
(earnings), dan permodalan (capital). Pada
dasarnya penilaian kesehatan bank mengggunakan
metode RBBR, menekankan bahwa tingkat
kesehatan bank, pengelolaan bank, dan operasi
bisnis yang dijalankan oleh bank sepenuhnya
merupakan tanggung jawab dari bank. Penilaian
tingkat kesehatan bank dilakukan secara self
assement dan dilaporkan secara berkala sehingga
pihak bank dapat mengambil langkah-langkah
strategis untuk memperbaikin kinerja dengan
analisis menggunakan metode RBBR (Risk Based
Bank Rating).
KАJIАN PUSTАKА
Analisis Profil Risiko (Risk Profile)
Risiko Kredit
NPL =

��

� �
�� � �

� � �ℎ



%

Sumber: SE OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017

Analisis Good Corporate Governance (CGC)
Dalam melakukan penilaian faktor GCG,
peneliti akan memakai hasil penilaian self
assessment dari bank.
Analisis Faktor Rentabilitas(Earnings)
ROA =

Laba Sebelum Pajak
x
Rata − Rata Total Aset

%

Sumber: SE OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017
Analisis Faktor Permodalan
CAR =

Modal

ATMR

%

Sumber: SE OJK Nomor 14/SEOJK.03/2017
Tingkat Kesehatan Bank
Secara umum yang dimaksud dengan
kondisi bank dalam keadaan sehat adalah bank
yang dapat menjalankan fungsi- fungsi
operasionalnya dengan baik. Berdasarkan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ( POJK) No. 04
tahun 2016 Pasal 1 ayat 4, tingkat kesehatan bank
adalah “hasil penilaian kondisi Bank yang
dilakukan terhadap risiko dan kinerja bank”.
POJK No. 04 tahun 2016 pada pasal 2 ayat 1
menjelaskan bahwa “bank wajib memelihara
dan/atau meningkatkan tingkat kesehatan bank
dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan
manajemen risiko dalam melaksanakan kegiatan
usaha.” POJK juga mengatur pada pasal 2 ayat 3
yang berbunyi bahwa “bank wajib melakukan
penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan
pendekatan risiko (Risk Based Bank Rating) baik
secara individu maupun secara konsolidasi.
Menurut Santoso dan Nuritomo (2014:73)
Kesehatan suatu bank dapat diartikan sebagai
“Kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan
mampu memenuhi semua kewajibannya dengan
baik dengan cara-cara yang sesuai dengan
peraturan perbankan yang berlaku.” Tingkat
kesehatan bank tersebut akan menentukan bank
tersebut berada dalam kondisi yang sehat, cukup
sehat, kurang sehat dan tidak sehat.
Bank
memiliki
kewajiban
untuk
melakukan penilaian tingkat kesehatan mereka
secara berkala dan melaporkannya kepada
Otoritas Jasa Keuangan. POJK No 4 tahun 2016
pasal 3 ayat 1 menyebutkan bahwa “bank wajib
melakukan penilaian sendiri (self assessment) atas
tingkat kesehatan bank sebagaimana diatur dalam
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

131

Pasal 2 ayat 3”. Dimana masih dalam pasal 3 ayat
2 sampai 3 “penilaian sendiri (self assessment)
tingkat kesehatan bank sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 wajib dilakukan paling sedikit setiap
semester untuk posisi akhir bulan Juni, akhir
bulan Desember, dan sewaktu-waktu apabila
diperlukan”.
Penilaian tingkat kesehatan bank ini
bertujuan untuk mengevaluasi kondisi dan
permasalahan yang dihadapi bank dan untuk
menentukan tindak lanjut untuk mengatasi
kelemahan atau pemasalah bank baik berupa
tindakan perbaikan (corrective action) oleh bank
maupun tindakan pengawasan (supervisory
action) oleh Otoritas Jasa Keuangan
MЕTODE PЕNЕLITIАN
Pеnеlitian
ini
mеrupakan
mеtodе
pеnеlitian
dеskriptif
dеngan
pеndеkatan
kuantitatif. Indonesia melalui website masingmasing bank umum Syariah yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia.
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian tersebut
karena tersedianya data laporan keuangan dan
laporan tahunan bank umum Syariah.
Fokus Penelitian
Penilaian tingkat kesehatan bank umum Syariah di
Indonesia periode 2014-2016 dengan metode Risk
Based Bank Rating yang terdiri dari:
a. Faktor risk profile (profile risiko) yang
diukur dengan risiko kredit dengan
menggunakan rasio Non Perfoming Loan
(NPL).
b. Faktor Good Corporate Governance
(CGC) berdasarkan self assesment masingmasing bank.
c. Faktor Earnings (Rentabilitas) yang diukur
dengan menggunakan rasio ROA (Return
On Assets).
d. Faktor Capital (Permodalan) yang diukur
dengan menggunakan rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio)
2. Tingkat kesehatan bank umum Syariah di
Indonesia periode 2014-2016 dengan
menggunakan metode Risk Based Bank
Rating (RBBR).
Populasi dan Sampel

No
Nama Bank
3. Bank Syariah Mandiri
4. Bank BNI Syariah
5. Bank BRI Syariah
6. Bank Syariah Bukopin
7. Bank Maybank Syariah
Sumbеr: data diolah, 2018
Teknik Pengumpulan Data
Tеknik pеngumpulan data yang digunakan
untuk pеnеlitian ini adalah tеknik dokumеntasi.
Tеknik dokumеntasi mеrupakan pеncacatatan data
sеcara sistеmatis yang bеrkaitan dеngan
pеnеlitian, kеmudian data yang tеlah dikumpulkan
dari bеrbagai sumbеr dipilih kеmbali sеsuai
dеngan kеbutuhan pеnеlitian.
HАSIL DАN PЕMBАHАSАN
Tabel 3. Rekapitulasi Hasi Perhitungan Rata-Rata
Predikat Risk Bank Based Rating (RBBR) Bank
Umum Syariah yang Terdaftar di OJK periode
2014-2016
No

1

2

3

4

5

6

Tabеl 2. Daftar Sampеl Pеnеlitian

No
Nama Bank
1. Bank Muamalat
2. Bank Panin Dubai Syariah

7

Nam
a
Bank
Bank
Mua
malat
Predi
kat
Bank
Panin
Duba
i
Syari
ah
Predi
kat
Bank
Syari
ah
Man
diri
Predi
kat
Bank
BNI
Syari
ah
Predi
kat
Bank
BRI
Syari
ah
Predi
kat
Bank
Buko
pin
Syari
ah
Predi
kat
Bank
May
bank

Peringkat
NPL

GCG

ROA

CAR

3

3

4

1

Cukup
Baik

Cukup
Baik

Kurang
Baik

Sangat
Baik

1

2

1

1

Sangat
Baik

Baik

Sangat
Baik

Sangat
Baik

3

2

4

1

Cukup
Baik

Baik

Kurang
Baik

Sangat
Baik

2

2

2

1

Baik

Baik

Baik

Sangat
Baik

2

2

3

1

Baik

Baik

Cukup
Baik

Sangat
Baik

2

2

3

1

Baik

Baik

Cukup
Baik

Sangat
Baik

5

3

5

1

RataRata
Pering
kat

Pering
kat

2,75

3
Cukup
Sehat

1,25

1

Sangat
Sehat

2,50

2

Sehat

1,75

2

Sehat

2

2

Sehat

2

2

Sehat
3,50

3

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

132

No

Nam
a
Bank
Syari
ah
Predi
kat

Peringkat
NPL

Tidak
Baik

GCG

Cukup
Baik

ROA

Tidak
Baik

CAR

Sangat
Baik

RataRata
Pering
kat

Pering
kat

Cukup
Sehat

Sumber: Data Diolah,2018
Hasil rekapitulasi perhitungan tabel diatas
menunjukkan bahwa tidak seluruh bank umum
Syariah yang diteliti berada pada konsisi sehat.
Terdapat tiga bank umum Syariah yang mendapat
predikat bank umum Syariah cukup sehat yaitu
Bank Muamalat dan Bank Maybank Syariah.
Kondisi rata-rata predikat rasio ROA yang kurang
baik selama periode 2014 hingga 2016
menyebabkan Bank Muamalat berada pada
kondisi cukup sehat. Kondisi serupa juga dialami
oleh Hal serupa juga dialami oleh Bank Maybank
Syariah dimana rata-rata predikat rasio ROA
selama periode 2014 hingga 2016 mendapat
predikat tidak baik. Selain itu, kondisi tingkat
rasio NPL yang tidak baik juga menyebabkan
bank memiliki kinerja yang tidak baik sehingga
secara umum Bank Maybank Syariah berada pada
kondisi cukup sehat.
Hasil penelitian pada tabel diatas
menunjukkan bahwa terdapat 4 bank umum
Syariah yang mendapat kategori sehat dari hasil
rekapitulasi faktor-faktor yang diteliti. Bank
umum Syariah yang sehat adalah Bank Mandiri
Syariah, Bank BNI Syariah, Bank BRI Syariah,
dan Bank Bukopin Syariah. Dengan nilai rasio
NPL, GCG, ROA,dan CAR yang secara umum
mendapat predikat baik menyebabkan keempat
bank tersebut mendapat predikat bank dengan
kondisi sehat. Bank umum Syariah yang mendapat
predikat sangat sehat dalam penelitian ini hanya
ada satu bank. Bank Panin Dubai Syariah
mendapat predikat bank dengan kondisi sangat
sehat menurut 4 faktor yang diteliti selama
periode 2014 hingga 2016. Nilai rasio NPL, GCG,
ROA, dan CAR yang secara umum berada pada
predikat sangat baik atau peringkat 1.
Menyebabkan Bank Panin Dubai Syariah
mendapat predikat sangat sehat. Masih adanya
bank umum Syariah yang mendapat predikat
cukup sehat seharusnya dapat menjadi perhatian
manajemen bank untuk dapat memperbaiki
kinerjanya melalui pengambilan kebijakan. Hal ini
bertujuan agar bank yang mendapat predikat
cukup sehat dapat memperbaiki peringkat
kesehatan bank agar bank dapat bersaing dengan

bank umum Syariah lainny yang mendapat
predikat sehat dan sangat sehat.
Tabel 4. Rekomendasi Bank Umum Syariah yang
Sehat untuk Nasabah

No
1

Nama
Bank
Bank
Panin
Dubai
Syariah

Keterangan

Bank Panin Dubai Syariah
secara umum mendapat rata-rata
predikat sangat baik untuk rasio
NPL,ROA, dan CAR selama
periode 2014 hingga 2016.
Selain itu peringkat GCG bank
secara umum berada pada
kondisi
baik.
Hal
ini
menunjukkan bahwa manajemen
bank telah mematuhi peraturan
yang ditetapkan oleh OJK dan
Bank Indonesia serta mampu
menangulangi risiko yang timbul
pada bank. Dapat disimpulkan
dari
hasil
penelitian
menunjukkan bahwa Bank Panin
Dubai Syariah merupakan bank
umum Syariah yang sangat sehat
dibanding bank umum Syariah
lainnya yang terdaftar di OJK
periode 2014-2016.
Sumber: Data Diolah, 2018
Keterbatasan Penelitian
1. Peraturan berserta lampiran dan kodifikasi
mengenai Analisis Tingkat Kesehatan Bank
dengan metode Risk Bank Based Rating
(RBBR) khusus untuk bank umum Syariah
yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia
belum ada sehingga peneliti menggunakan
peraturan RBBR yang umum digunakan oleh
semua bank.
2. Adanya keterbatasan data yang diperoleh
dalam penelitian menyebabkan penelitian ini
hanya menggunakan 4 komponen penilaian
tingkat kesehatan bank dari 12 komponen
penilaian yang diatur dalam Surat Edaran
Otoritas
Jasa
Keuangan
Nomor
14/SEOJK.08/2017 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Hasil penelitian
tingkat kesehatan bank umum Syariah yang
diteliti dalam penelitian ini dapat berubah
seiring dengan perubahan komponen penilaian
tingkat kesehatan bank umum Syariah.
3. Adanya keterbatasan data penelitian. Utamanya
pada data mengenai Good Corporate
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

133

Governance masing-masing bank umum
Syariah menyebabkan sampel penelitian
menjadi sedikit dari populasi penelitian yang
ada.
4. Hasil penelitian ini hanya didasarkan pada
peraturan OJK Nomor 4/ POJK.03/ 2016 dan
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
14/SEOJK.08/2017 Tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Hasil penelitian dapat
berubah seiring dengan perubahan aturan yang
dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan
Republik Indonesia selaku lembaga pengawas
jasa keuangan di Indonesia.

KЕSIMPULАN DАN SАRАN
Kеsimpulаn
1. Hasil Penilaian Predikat Kinerja Bank Umum
Syariah
Selama
periode
2014-2016
Berdasarkan Faktor Profil Risiko, Good
Corporate Governance, Earnings, dan Capital:
a. Pada faktor profil risiko (risk profile)
dengan menggunakan rasio NPL untuk
mengukur kinerja bank umum Syariah
menunjukkan nilai bahwa terdapat bank
umum Syariah yang mendapat rata-rata
predikat tidak baik, cukup baik, baik, dan
sangat baik selama periode 2014 hingga
2016. Terdapat 1 bank umum Syariah
dengan nilai rasio NPL yang mendapat ratarata predikat tidak baik atau peringkat 5, 2
bank umum Syariah mendapat rata-rata
predikat cukup baik atau peringkat 3, 3 bank
umum Syariah mendapat rata-rata predikat
baik atau peringkat 2, dan 1 bank umum
Syariah mendapat rata-rata predikat sangat
baik atau peringkat 1.
b. Pada
faktor
Good
Corporate
Governance(GCG) untuk mengukur kinerja
bank umum Syariah menunjukkan nilai
bahwa tidak terdapat bank umum Syariah
yang mendapat rata-rata predikat sangat
baik pada GCG selama periode 2014 hingga
2016. Terdapat 2 bank umum Syariah
dengan nilai GCG yang mendapat rata-rata
predikat cukup baik atau peringkat 3 dan 5
bank umum Syariah mendapat rata-rata
predikat baik atau peringkat 2.
c. Pada faktor Rentabilitas (Earnigs) yang
diukur menggunakan rasio ROA untuk
mengukur kinerja bank umum Syariah
menunjukkan nilai bahwa terdapat bank
umum Syariah yang mendapat rata-rata
predikat tidak baik, kurang baik, cukup baik,
baik, dan sangat baik selama periode 2014

hingga 2016. Terdapat 1 bank umum
Syariah dengan nilai rasio ROA yang
mendapat rata-rata predikat tidak baik atau
peringkat 5, 2 bank umum Syariah
mendapat rata-rata predikat kurang baik atau
peringkat 4, 2 bank umum Syariah
mendapat rata-rata predikat cukup baik atau
peringkat 3, 1 bank umum Syariah
mendapat rata-rata predikat baik atau
peringkat 2, dan 1 bank umum Syariah
mendapat rata-rata predikat sangat baik atau
peringkat 1.
d. Pada faktor Permodalan (Capital) yang
diukur menggunakan rasio CAR untuk
mengukur kinerja bank umum Syariah
menunjukkan nilai bahwa
secara
keseluruhan bank umum Syariah yang
diteliti mendapat rata-rata predikat sangat
baik selama periode 2014 hingga 2016.
2. Berdasarkan tingkat kesehatan bank umum
Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan Republik Indonesia periode tahun
2014-2016, menunjukkan bahwa ada 1 bank
umum Syariah yang direkomendasikan untuk
nasabah bank umum Syariah yaitu Bank
Panin Dubai Syariah. Hal ini karena secara
umum kinerja Bank Dubai Syariah memiliki
predikat sangat baik sehingga bank berada
pada kondisi sangat sehat.
Sаrаn
1. Setiap bank umum Syariah yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia
diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan
nilai rasio-rasio keuangan yang dimiliki untuk
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap
bank umum Syairah sehingga kondisi bank
berada pada kondisi sehat.
2. Diharapkan bank umum Syariah yang masih
memiliki kinerja cukup baik, kurang baik dan
tidak baik dapat menjaga dan mengawasi kredit
yang diberikan kepada masyarakat agar dapat
meminimalisir terjadi risiko kredit dan risiko
likuiditas, serta meningkatkan rasio keuangan
yang dimiliki dengan mengelola aset dan
modal lebih baik lagi agar dapat meningkatkan
predikat bank sehingga mampu bersaing
dengan bank umum Syariah lainnya yang
mendapat predikat baik dan sangat baik.
3. Penelitian ini sebatas pada empat faktor yaitu
profil risiko (risk profile) yang dihitung
menggunakan rasio NPL, Good Corporate
Governance, rentabilitas (earnings) yang
dihitung menggunakan rasio ROA, dan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

134

permodalan (capital) karena fokus penelitian
ini hanya sebatas pada laporan tahunan bank
umum Syariah yang dipublikasikan dan
terbatasnya data yang diperoleh pada masingmasing laporan tahunan bank. Diharapkan pada
penelitian selanjutnya dapat menggunakan
subjek, periode, dan variable penelitian yang
berbeda agar dapat menambah wawasan dalam
penelitian terkait tongkat kesehatan bank
umum Syariah di Indonesia serta dapat
memperoleh hasil penelitian yang lebih baik
dibandingkanpenelitiansebelumnya.

DАFTАR PUSTАKА
BankIndonesia.2008.PedomanAkuntansiPerbanka
n Indonesia . Jakarta: DPIP
Darmawi, Herman. 2012. ManajemenPerbankan.
Jakarta: PT BumiAksara
Hery. 2012. AnalisisLaporanKeuangan. Jakarta:
BumiAksara
Finance

Development Report Islamic.2016.
Resilient Growth. Jeddah: Islamix
Development Bank Group.

Jumingan. 2014. AnalisisLaporanKeuangan.
Jakarta :BumiAksara
Kasmir.

2015.
EdisiRevisi
RajawaliPers

Dasar-DasarPerbankan.
2014.
Jakarta:
PT

Kasmir.2015. Manajemen Perbankan.EdisiRevisi
2014. Jakarta: PT RajagrafindoPersada
Kasidi. 2010. ManajemenRisiko. Bogor: Ghalia
Indonesia
Latumerisa, Julius. 2014. Manajemen Bank
Umum. Jakarta: MitraWacana Media
Mardalis.
2014.
(SuatuPendekaan
:BumiAksara

MetodePenelitian
Proposal): Jakarta

Martini, Dwi. 2012. AkuntansiKeuanganBerbasis
PSAK.
Munawir, S. 2012. AnalisisLaporanKeuangan.
EdisiKeempat. Yogyakarta: Liberty
Otoritas

Jasa Keuangan. 2016. Laporan
Perkembangan Keuangan Syariah 2015.
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan.

Santoso, Totok Budi danNuritomo. 2014. Bank
danLembagaKeuangan Lain. Jakarta:
SalembaEmpat

Sugiono,
AriefdanEdy
Untung.2008.PanduanPraktisDasarAnali
sisLaporanKeuanganPengetahuanDasar
Bagi
Mahasiswa
dan
Praktisi
Perbankan.Jakarta: Grasindo
Sutedi,

Adrian. 2012. Good Corporate
Governance.Jakarta: SinarGrafika.

Taswan.

2008.
AkuntansiPerbankan:
TransaksiDalamValuta
Rupiah.
Yogyakarta: UPP STIN YKPN

Yaya,

Rizal,
AjiErlanggaMartawireja,
danAbdurahimAbdurhamin.
2014.
AkutansiPerbankanSyariah:
TeoridanPraktikKontemporer.
EdisiKedua. Jakarta :SalembaEmpat

PublikasiIlmiah
Amirillah,
Muhammad
Afif.
2010.
EfisiensiPerbankanSyariah di Indonesia
Tahun
2005-2009.
Tesis,
UniversitasDiponegoro Semarang.
Anggraini,
Mentari.
2015.
AnalisisKinerjaKeuangan
Bank
Konvesionaldan
Bank
SyariahdenganMenggunakanPendekatan
RGEC. JurnalAdministrasiBisnis (JAB),
Vol. 27 No 1 Oktober 2015: 1-6.
Permatasari,
Metalia.
2015.
PenggunaanMetodeRisk Based Bank
RatinguntukMenganalisis
Tingkat
Kesehatan
Bank.
JurnalAdministrasiBisnis (JAB), Vol. 22
No 1 Mei 2015: 1-9.
Rizkiyah,
Khabibatur.
2017.
AnalisisPerbandingan Tingkat Kesehatan
Bank berdasarkanRisk Profile, Good
Corporate
Governance,
Earnings,danCapital (RGEC) pada Bank
Syariah. JurnalAdministrasiBisnis (JAB),
Vol. 43 No 1 Februari 2017: 163-171.
Sulistyowati, Catur. 2016. Penentuan Tingkat
Kesehatan
Bank
denganMenggunakanMetodeRisk Based
Bank
Rating
(RBBR).
JurnalAdministrasiBisnis (JAB), Vol. 37
No 1 Agustus 2016: 1-9.
Widyaningrum, HeningAsih. 2014. Analisis
Tingkat
Kesehatan
Bank
denganMenggunakanMetodeRisk Based

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

135

Bank
Rating
(RBBR).
JurnalAdministrasiBisnis, 9(2): 1-9.

PeraturandanPerundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia No10 Tahun
1998 TentangPerbankan
Undang-Undang
No
21
Tahun
TentangPerbankanSyariah

2008

Pedoman Standar Akuntansi Keuangan No 1
Revisi, 2009 Tentang Penyajian Laporan
Keuangan
KodifikasiPeraturan
Bank
Indonesia
KelembagaanPenilain Tingkat Kesehatan
Bank. 2012. Bank Indonesia.
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 4/
POJK.03/ 2016 Tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum
SuratEdaranOtoritasJasaKeuanganNomor
14/
SEOJK.03/ 2017 Tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 56 No. 1 Maret 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

136