Efektifitas Media Cerita Bergambar Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Tentang Penyakit Tb Paru Di Sd Negeri 060799 Dan Sd Negeri 060953 Kota Medan Tahun 2015 Chapter III VI
38
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)
dengan rancangan pretest - posttest design. Kelompok-kelompok yang diteliti pada
design ini tidak diambil secara rondom melainkan dipilih secara sengaja oleh peneliti
sebagai kelompok yang akan diperbandingkan (Notoatmodjo, 2007) Penelitian ini
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan
dengan media cerita bergambar dan kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan
dengan media leaflet.
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut,
O1
X1
O2
O3
O4
X2
O5
O6
Gambar 3.1. Rancangan Pretest-Postest Design
Keterangan :
O1 dan O4
Pretest untuk menilai pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan
perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet
X1 dan X2
Untuk perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan
leaflet
38
39
O2 dan O5
Posttest untuk menilai pengetahuan dan sikap sesaat sesudah dilakukan
perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet.
O3 dan O6
Posttest untuk menilai pengetahuan dan sikap setelah 2 minggu
dilakukan perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan
leaflet .
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan
Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena Kelurahan Martubung merupakan
daerah dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik sehingga beresiko meningkatkan
terjadinya penularan TB paru anak dan merupakan salah satu kelurahan yang
memiliki angka temuan kasus TB paru yang tinggi serta terdapat kasus TB paru anak
di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan Desember 2014 sampai Agustus 2015
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh anak sekolah dasar kelas V di SD Negeri
060799 sebanyak 44 orang dan SD Negeri 060953 sebanyak 44 orang.
40
3.3.2. Sampel
Metode pengambilan sampel yang disebut sebagai respoden dalam penelitian
ini adalah secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Sampel pada penelitian ini ditetapkan dengan kriteria inklusi, yaitu:
1. Anak sekolah dasar yang duduk dikelas lima, bertujuan untuk persamaan
karakteristik responden dan juga karena pada usia ini ingatan anak mempunyai
intensitas paling besar dan paling kuat, anak mampu memuat jumlah materi
ingatan paling banyak .
2. Memiliki peringkat 1-20 atau nilai rata-rata raport 7,0.
3. Bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai.
Menurut Depkes (2003) bahwa media penyuluhan akan efektif jika dilakukan
kepada 15-20 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 44 orang yang berasal
dari 2 unit sekolah dasar negeri seluruhnya ditetapkan sebagai sampel dan dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Kelompok I terdiri dari anak sekolah dasar kelas V berjumlah 22 orang, diberi
penyuluhan dengan media cerita bergambar di SD Negeri 060799.
2. Kelompok II terdiri dari anak sekolah dasar kelas V berjumlah 22 orang, diberi
penyuluhan dengan media leaflet di SD Negeri 060953.
41
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur yang
berisi sejumlah pertanyaan yang diisi langsung sendiri oleh responden pada saat
dibagikan tentang pengetahuan dan sikap anak terkait dengan TB paru anak.
Ketentuan ini berlaku pada saat dilakukan pre dan posttest dilakukan untuk kedua
kelompok.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kota Medan data demografi dan geografi wilayah penelitian, studi kepustakaan
(literatur), dan jurnal kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas adalah alat ukur penelitian berupa kuesioner yang
dilakukan sebelum digunakan untuk mengukur nilai pengetahuan dan sikap anakanak sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan agar alat ukur yang digunakan benar-benar
tepat dan cermat dalam melakukan fungsi ukurnya serta dapat dipercaya. Validitas
dan reliabilitas alat ukur dilihat dari koefisien korelasinya, semakin tinggi angka
koefisien korelasi berarti semakin valid dan reliabel alat ukur tersebut (Sugiono,
2001).
Uji validitas dilakukan pada 30 orang anak-anak sekolah dasar yang berasal
dari SD Negeri 068475 dengan pertimbangan memiliki karakteristik yang hampir
sama. Uji ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang
42
menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis
reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai
r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan relialibel
(Notoatmodjo, 2010). Nilai r Tabel dalam penelitian ini menggunakan critical value
of the product moment pada taraf signifikan 95%.
3.4.4. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Di tahapan ini peneliti melakukan pengurusan perizinan ke lokasi penelitian.
Kemudian melakukan pengumpulan data awal yang diperkirakan akan
diperoleh dari berbagai sumber data yang terpercaya seperti Dinas Kesehatan
Kota Medan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan dan Puskesmas Medan
Labuhan.
b. Setelah mendapat izin dari lokasi penelitian, peneliti melakukan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan untuk menentukan lokasi pelaksanaan penyuluhan
kesehatan.
43
c. Selanjutnya dilakukan uji coba instrumen penelitian termasuk uji validitas dan
reliabilitas kuesioner pengetahuan dan sikap tentang Penyakit TB paru anak
terhadap 30 orang dari SD Negeri 068475 yang tidak termasuk lokasi
pengambilan sampel dalam penelitian ini. Tahapan berikutnya adalah
melakukan briefing kepada petugas kesehatan di Puskesmas Martubung yang
ada di lokasi penelitian. Petugas kesehatan menjadi bagian penting dalam
menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria dan pengambilan data primer
di lapangan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada tanggal 25-26
Mei 2015 bertempat di ruang kelas. Sebelum pelaksanaan kegiatan peneliti sudah
berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas Puskesmas Medan Labuhan untuk
mengetahui identitas anak sekolah dasar yang akan mengikuti penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB paru anak. Kegiatan Penyuluhan dibagi atas 2 (dua)
kelompok yaitu:
a. Kelompok penyuluhan dengan media cerita bergambar
Kegiatan penyuluhan pada kelompok ini dilakukan pada tanggal 25 Mei 2015,
dimulai pada pukul 09.00 WIB. Langkah pelaksanaannya adalah : 1) Fasilitator
membuka acara, menjelaskan tujuan kegiatan, memperkenalkan peneliti, 2)
Melakukan Pretest untuk mengetahui pengetahuan dan sikap anak sekolah
dasar dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan selama 20 menit, 3)
pembagian bahan penyuluhan berupa media cerita bergambar tentang TB paru
44
anak dan anak SD dapat membaca dengan diberi waktu selama 30 menit, 4)
memberikan kesempatan bagi peserta untuk istirahat selama 10 menit.
Penyuluhan juga diberikan oleh pemateri yang telah ditunjuk oleh peneliti yaitu
seorang dokter umum. Selanjutnya dilakukan posttest kedua pada tanggal 8 Juni
2015
b. Kelompok penyuluhan dengan media leaflet
Penyuluhan pada kelompok ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2015 dimulai
pada pukul 09.00 WIB. Penyuluhan pada kelompok media leaflet dilakukan di
ruangan kelas. Langkah-langkah pelaksanaan sama dengan penyuluhan
menggunakan media cerita bergambar hanya pada kelompok ini penyuluhan
dilakukan dengan media leaflet dan penyuluhan juga diberikan oleh pemateri
yang telah ditunjuk oleh peneliti yaitu seorang dokter umum.
Pegukuran posttest guna mengukur perbedaan pengetahuan dan sikap dilakukan
setelah diberikan perlakuan yaitu penyuluhan kesehatan dengan media cerita
bergambar dan leaflet yaitu pada tanggal 26 Mei 2015 dan tanggal 9 Juni 2015.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel
1. Variabel bebas (independent variabel) yaitu penyuluhan dengan media cerita
bergambar dan leaflet
2. Variabel terikat (dependent variabel) yaitu pengetahuan dan sikap anak sekolah
dasar tentang penyakit TB paru anak.
45
3.5.2. Definisi Operasional
a. Efektivitas adalah tingkat kemampuan media dalam meningkatkan pengetahuan
dan sikap responden.
b. Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab dengan benar pertanyaan
mengenai penyakit TB paru.
c. Sikap adalah tanggapan atau pandangan reponden yang dinyatakan dalam
pernyataan tentang penyakit TB paru.
d. Cerita Bergambar yaitu media visual yang berupa gambar dan pesan dengan
dominasi pesan berisikan gambar dan teks berbentuk cerita yang menjelaskan
tentang penyakit TB paru.
e. Leaflet yaitu media visual yang berupa gambar dan pesan dengan dominasi pesan
berisikan teks yang menjelaskan tentang penyakit TB paru.
3.6. Metode Pengukuran
Aspek pengukuran dari penelitian ini didasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang disesuaikan dengan skor.
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Penelitian
No
Variabel
Cara Ukur
1
Pengetahuan Menjawab Kuesioner 10
pertanyaan:
- Benar diberi skor 1
- Salah diberi skor 0
Hasil Ukur
Skala pengukuran
pengetahuan dibagi
menjadi 3 kelompok
(Darwin, 2010)
- Baik jika skor 8-10
- Sedang jika skor 6-7
- Tidak baik jika skor
0-5
Skala
Ordinal
46
Tabel 3.1. (Lanjutan)
No
Variabel
Sikap
Cara Ukur
Menjawab kuesioner 10
pertanyaan positif:
- Sangat Setuju diberi
skor 4
- Setuju diberi skor 3
- Tidak setuju diberi skor
2
- Sangat Tidak Setuju
diberi skor 1
Untuk pertanyaan
negatif maka
- Sangat Setuju diberi
skor 1
- Setuju diberi skor 2
- Tidak setuju diberi skor
3
- Sangat Tidak Setuju
diberi skor 4
Hasil Ukur
Skala
Skala pengukuran
Ordinal
sikap dibagi menjadi 2
kelompok (Azwar,
2012)
- Sikap positif jika
skor 26-40
- Sikap negatif jika
skor 10-25
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran
variabel independen (penyuluhan kesehatan media cerita bergambar dan penyuluhan
kesehatan media leaflet) dan variabel dependen (pengetahuan dan sikap tentang
penyakit TB paru anak).
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan efektivitas
metode penyuluhan kesehatan media cerita bergambar dan leaflet dalam
47
meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang penyakit TB paru anak di Kelurahan
Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan tahun 2015 dengan
menggunakan statistik uji Wilcoxon kemudian hasilnya akan dinarasikan.
48
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografis
Puskesmas Martubung yang terletak di Jalan Tempirai Lestari Raya No 1
Blok V Griya Martubung, Kecamatan Medan Labuhan. Puskesmas Martubung
merupakan salah satu puskesmas dari 3 puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan.
Sebagai fungsinya sebagai puskesmas induk. Puskesmas Martubung memiliki
wilayah dengan luas 1200,5 Ha yang terbagi menjadi dua wilayah yaitu: Kelurahan
Besar dan Kelurahan Tangkahan.
Puskesmas Martubung memiliki jumlah penduduk sebanyak 67.341 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 16.361 KK. Puskesmas Martubung
memiliki penduduk sebanyak 34.101 berjenis kelamin laki-laki dan 33.240 berjenis
kelamin perempuan. Puskesmas Martubung juga memiliki 1 buah puskesmas
pembantu di Kelurahan Tangkahan yaitu Puskesmas Desa Besar.
Secara geografis batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Martubung adalah
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Deli
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tangkahan
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Martubung
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli
48
49
Puskesmas Martubung telah melaksanakan 7 program wajib yaitu :
1.
Promosi Kesehatan
2.
Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
3.
Pangan dan Gizi
4.
Kesehatan Lingkungan
5.
Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
6.
Pengobatan Dasar
7.
Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas Martubung telah melaksanakan 4 program pengembangan yaitu :
1. Pelayanan Kesehatan Jiwa
2. Upaya kesehatan gigi masyarakat
3. UKS
4. Kesehatan Lansia
4.2.
Analisis Univariat
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah
Kelompok
Media Leaflet
Media Cerita Bergambar
N
%
n
%
13
59,1
10
45,5
9
40,9
12
54,5
22
100,0
22
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 menjelaskan pada kelompok perlakuan media leaflet
jumlah responden laki-laki sebanyak 13 orang (59,1%) dan perempuan sebanyak 9
50
orang (40,9%). Selanjutnya kelompok perlakuan media cerita bergambar jumlah
responden laki-laki sebanyak 10 orang (45,5%) dan perempuan sebanyak 12 orang
(54,5%)
4.2.1. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.2. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
3
Pengetahuan
Sebelum Intervensi
Baik
Sedang
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
0
0
3
13,6
19
86,4
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
0
0
6
27,3
16
72,7
22
100,0
Hasil uji menunjukkan pada kelompok sebelum pemberian penyuluhan
dengan media leaflet ditemukan bahwa tingkat pengetahuan ‘sedang’ sebelum
dilakukan penyuluhan dengan media leaflet sebanyak 3 orang siswa sekolah dasar
(13,6%) dan pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 19 orang siswa sekolah
dasar (86,4%). Kelompok media leaflet pretest (sebelum penyuluhan) memiliki
jawaban banyak benar pada pertanyaan “tempat yang paling baik untuk pasien TB
paru membuang dahak”, sedangkan pernyataan yang banyak dijawab dengan
kesalahan adalah “gejala tambahan lainnya dari TB paru adalah” dan pertanyaan
“lama waktu pengobatan TB Paru ”.
Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan
dengan media cerita bergambar bahwa tingkat pengetahuan sedang sebelum
dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar sebanyak 6 siswa sekolah
51
dasar (27,3%), kategori pengetahuan kurang sebanyak 16 siswa sekolah dasar
(72,7%) dan tidak terdapat siswa sekolah dasar dengan tingkat pengetahuan baik.
4.2.2. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan
(Posttest 1) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.3. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan
(Posttest 1 ) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
3
Pengetahuan Setelah
Intervensi (Postest1)
Baik
Sedang
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
3
13,6
19
86,4
0
63,6
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
4
18,2
16
81,8
0
0
22
100,0
Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet diketahui
bahwa tingkat pengetahuan kurang menjadi tidak ada, tingkat pengetahuan sedang
menjadi sebanyak 19 orang siswa sekolah dasar (86,4%) dan tingkat pengetahuan
baik sebanyak 3 orang siswa sekolah dasar (13,6%). Untuk kelompok media leaflet
posttest pertama memiliki jawaban banyak benar pada pertanyaan ”penyakit TB paru
adalah penyakit sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab dengan salah
“gejala tambahan lainnya dari TB paru ” . Kelompok media cerita bergambar pretest
memiliki jawaban paling banyak benar pada pertanyaan gejala TB paru sedangkan
pernyataan yang paling banyak dijawab dengan kesalahan adalah “ tempat yang
paling baik untuk pasien TB paru membuang dahak”.
Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita
bergambar diketahui bahwa tingkat pengetahuan sedang menjadi 16 orang (81,8%)
dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 orang (18,2%) dan tidak terdapat tingkat
52
pengetahuan dalam kategori kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok
media cerita bergambar posttest pertama memiliki jawaban banyak benar pada
pertanyaan penyakit TB Paru merupakan penyakit, sedangkan pernyataan yang paling
banyak dijawab dengan salah adalah “tempat yang paling baik untuk pasien TB paru
membuang dahak dan lama waktu pengobatan TB paru ” dan pertanyaan “lama waktu
pengobatan TB paru ”.
4.2.3. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan
(Posttest 2) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.4. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan
(Posttest 2) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
3
Pengetahuan Setelah
Intervensi (Postest2)
Baik
Sedang
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
6
27,3
16
72,7
0
0
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
17
77,3
5
0
0
0
22
100,0
Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu dengan
media leaflet maka tingkat pengetahuan baik menjadi 6 orang siswa sekolah dasar
(27,3%) dan tingkat pengetahuan sedang menjadi 16 orang siswa sekolah dasar
(72,7%) dan tidak terdapat pengetahuan kurang. Untuk kelompok media leaflet
posttest kedua memiliki jawaban banyak benar pada pertanyaan “tempat yang paling
baik untuk pasien TB paru membuang dahak” dan pertanyaan “gejala TB paru ”
sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah “gejala
tambahan lainnya dari TB paru ” dan pertanyaan “gejala tambahan lainnya dari TB
paru ”.
53
Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu posttest kedua
media cerita bergambar diketahui tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 orang
(77,3%) dan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (22,7%) serta tidak
terdapat tingkat pengetahuan dalam kategori kurang. Hasil penelitian ini
menunjukkan kelompok media cerita bergambar posttest kedua yaitu memiliki
jawaban banyak benar pada “penyakit TB paru merupakan penyakit”, pertanyaan
“Pencegahan Penyakit TB dapat dilakukan dengan” dan pertanyaan “Gejala tambahan
lainnya dari TB paru “ sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan
salah adalah “Lama waktu pengobatan TB paru ” dan pertanyaan “Pencegahan
Penyakit TB dapat dilakukan dengan”.
4.2.4. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Sebelum Penyuluhan Kelompok
Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.5. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Sebelum Penyuluhan
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
Sikap Sebelum
Intervensi
Baik
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
21
95,5
1
4,5
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
14
63,6
8
36,4
22
100,0
Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media
leaflet sebelum dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar bahwa tingkat
sikap dalam kategori kurang sebanyak 1 orang (4,5%), sikap kategori baik sebanyak
21 orang (95,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pernyataan paling banyak
dijawab sangat setuju adalah TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk diobati,
54
responden menjawab setuju paling banyak pada pernyataan “Bila gejala batuk dan
sesak nafas hilang setelah minum obat TB paru maka minum obat boleh dihentikan”
dan pernyataan “Setiap rumah harus mempunyai ventilasi (tempat pertukaran udara)
yang cukup”, sedangkan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada
pernyataan jika anggota keluarga menderita TB paru maka semua orang di rumah
harus diperiksa serta pernyataan tidak setuju paling banyak pada pernyataan
“Penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat”.
Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media
cerita bergambar sebelum dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar
bahwa tingkat sikap dalam kategori kurang sebanyak 8 orang (36,4%), sikap kategori
baik sebanyak 14 orang (63,6%).
Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media
cerita bergambar sebelum dilakukan penyuluhan menunjukkan bahwa pernyataan
paling banyak dijawab sangat setuju adalah “jika seorang anggota keluarga menderita
TB paru maka semua orang di rumah harus diperiksa”, responden menjawab setuju
paling banyak pada pernyataan “bila gejala batuk dan sesak nafas hilang setelah
minum obat TB paru maka minum obat boleh dihentikan”, sedangan untuk sikap
sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan “penderita TB paru boleh
membuang dahak sembarangan” dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada
pernyataan “penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan”.
55
4.2.5. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 1)
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.6. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan
(Posttest 1) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
Sikap Setelah
Intervensi (Postest1)
Baik
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
22
100,0
0
0
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
22
100,0
0
0
22
100,0
Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet
diketahui bahwa posttest didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22 orang
(100,0%) dan tidak terdapat sikap dalam kategori kurang. Hasil penelitian setelah
dilakukan penyuluhan dengan media leaflet diketahui bahwa pernyataan paling
banyak dijawab sangat setuju adalah “jika seorang anggota keluarga menderita TB
paru maka semua orang di rumah harus diperiksa”, responden menjawab setuju
paling banyak pada pernyataan “penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk
berobat”, sedangan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan
“bila gejala batuk dan sesak nafas hilang setelah minum obat TB paru maka minum
obat boleh dihentikan” dan pernyataan tidak setuju paling banyak pada pernyataan
“penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan”.
Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita
bergambar diketahui bahwa posttest didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22
orang (100,0%) dan tidak terdapat sikap dalam kategori kurang. Hasil penelitian
setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar diketahui bahwa
56
posttest didapatkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab sangat setuju adalah
“TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk diobati”, responden terbanyak
menyatakan setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru tidak perlu
merasa malu untuk berobat, sedangan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak
pada pernyataan “penderita TB paru tidak harus menutup hidung dan mulut dengan
sapu tangan ketika bersin dan batuk” dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada
pernyataan “penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan” dan pernyataan
“penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat”.
4.2.6. Distribusi Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 2) Kelompok
Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.7. Distribusi Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 2)
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
Sikap Setelah
Intervensi (Postest2)
Baik
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
22
100,0
0
0
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
22
100,0
0
0
22
100,0
Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu dengan
media leaflet tingkat sikap baik menjadi 22 orang (100,0%) dan tidak terdapat sikap
dalam kaegori kurang. Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua
minggu dengan media leaflet menunjukkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab
sangat setuju adalah “jika seorang anggota keluarga menderita TB paru maka semua
orang di rumah harus diperiksa”, responden menjawab setuju paling banyak pada
pernyataan “penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat”, sedangan
57
untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan “penderita TB paru
boleh membuang dahak sembarangan” dan pernyataan tidak setuju paling banyak
pada pernyataan “penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan”.
Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu setelah
dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan dilakukan posttest
didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22 orang (100,0%) dan tidak terdapat
sikap dalam kaegori kurang. Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu
dua minggu dengan media cerita bergambar menunjukkan bahwa pernyataan paling
banyak dijawab sangat setuju adalah “TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk
diobati”, responden terbanyak menyatakan setuju paling banyak pada pernyataan
“setiap rumah harus mempunyai ventilasi (tempat pertukaran udara) yang cukup”,
sedangkan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan “penderita
TB paru tidak harus menutup hidung dan mulut dengan sapu tangan ketika bersin dan
batuk” dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada pernyataan “penderita TB
paru tidak perlu merasa malu untuk berobat”.
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan dan sikap responden sebelum (pretest) dan sesudah diberikan
intervensi (posttest 1 dan posttest 2). Uji statistik yang digunakan dalam analisis
bivariat ini adalah uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%
58
(α = 0,05) untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap responden tentang
penyakit TB Paru .
4.3.1. PerbedaanPengetahuan Pretest , Posttest 1 dan Posttest 2 pada Kelompok
Media Cerita Bergambar
Indikator pengetahuan adalah hasil perolehan informasi dari keseluruhan
pernyataan pada kuesioner tentang TB paru pada kelompok perlakuan media cerita
bergambar dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.8. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Pada Media Leaflet dan
Media Cerita Bergambar
Variabel
*
Pengetahuan sebelum
intervensi
Pengetahuan sesudah
intervensi (Posttest 1)
Pengetahuan sesudah
intervensi (Posttest 2)
Media Leaflet
Media Cerita
Bergambar**
Media Leaflet*
Media Cerita
Bergambar**
Media Leaflet*
Media Cerita
Bergambar**
Nilai Rata-Rata
4,0
4,5
6,3
Nilai p
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (quasi experiment)
dengan rancangan pretest - posttest design. Kelompok-kelompok yang diteliti pada
design ini tidak diambil secara rondom melainkan dipilih secara sengaja oleh peneliti
sebagai kelompok yang akan diperbandingkan (Notoatmodjo, 2007) Penelitian ini
menggunakan dua kelompok, yaitu kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan
dengan media cerita bergambar dan kelompok yang diberi perlakuan penyuluhan
dengan media leaflet.
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut,
O1
X1
O2
O3
O4
X2
O5
O6
Gambar 3.1. Rancangan Pretest-Postest Design
Keterangan :
O1 dan O4
Pretest untuk menilai pengetahuan dan sikap sebelum dilakukan
perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet
X1 dan X2
Untuk perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan
leaflet
38
39
O2 dan O5
Posttest untuk menilai pengetahuan dan sikap sesaat sesudah dilakukan
perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan leaflet.
O3 dan O6
Posttest untuk menilai pengetahuan dan sikap setelah 2 minggu
dilakukan perlakuan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan
leaflet .
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan
Kota Medan. Alasan pemilihan lokasi ini karena Kelurahan Martubung merupakan
daerah dengan sanitasi lingkungan yang kurang baik sehingga beresiko meningkatkan
terjadinya penularan TB paru anak dan merupakan salah satu kelurahan yang
memiliki angka temuan kasus TB paru yang tinggi serta terdapat kasus TB paru anak
di Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai bulan Desember 2014 sampai Agustus 2015
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh anak sekolah dasar kelas V di SD Negeri
060799 sebanyak 44 orang dan SD Negeri 060953 sebanyak 44 orang.
40
3.3.2. Sampel
Metode pengambilan sampel yang disebut sebagai respoden dalam penelitian
ini adalah secara purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Sampel pada penelitian ini ditetapkan dengan kriteria inklusi, yaitu:
1. Anak sekolah dasar yang duduk dikelas lima, bertujuan untuk persamaan
karakteristik responden dan juga karena pada usia ini ingatan anak mempunyai
intensitas paling besar dan paling kuat, anak mampu memuat jumlah materi
ingatan paling banyak .
2. Memiliki peringkat 1-20 atau nilai rata-rata raport 7,0.
3. Bersedia mengikuti kegiatan sampai selesai.
Menurut Depkes (2003) bahwa media penyuluhan akan efektif jika dilakukan
kepada 15-20 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 44 orang yang berasal
dari 2 unit sekolah dasar negeri seluruhnya ditetapkan sebagai sampel dan dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu:
1. Kelompok I terdiri dari anak sekolah dasar kelas V berjumlah 22 orang, diberi
penyuluhan dengan media cerita bergambar di SD Negeri 060799.
2. Kelompok II terdiri dari anak sekolah dasar kelas V berjumlah 22 orang, diberi
penyuluhan dengan media leaflet di SD Negeri 060953.
41
3.4. Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Data Primer
Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah kuesioner terstruktur yang
berisi sejumlah pertanyaan yang diisi langsung sendiri oleh responden pada saat
dibagikan tentang pengetahuan dan sikap anak terkait dengan TB paru anak.
Ketentuan ini berlaku pada saat dilakukan pre dan posttest dilakukan untuk kedua
kelompok.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas, Dinas Kesehatan
Kota Medan data demografi dan geografi wilayah penelitian, studi kepustakaan
(literatur), dan jurnal kesehatan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas adalah alat ukur penelitian berupa kuesioner yang
dilakukan sebelum digunakan untuk mengukur nilai pengetahuan dan sikap anakanak sekolah dasar. Hal ini dimaksudkan agar alat ukur yang digunakan benar-benar
tepat dan cermat dalam melakukan fungsi ukurnya serta dapat dipercaya. Validitas
dan reliabilitas alat ukur dilihat dari koefisien korelasinya, semakin tinggi angka
koefisien korelasi berarti semakin valid dan reliabel alat ukur tersebut (Sugiono,
2001).
Uji validitas dilakukan pada 30 orang anak-anak sekolah dasar yang berasal
dari SD Negeri 068475 dengan pertimbangan memiliki karakteristik yang hampir
sama. Uji ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu ukuran atau nilai yang
42
menunjukkan tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur dengan cara
mengukur korelasi antara variabel atau item dengan skor total variabel pada analisis
reability dengan melihat nilai correlation corrected item, dengan ketentuan jika nilai
r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid dan sebaliknya.
Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat menunjukkan ketepatan dan dapat dipercaya dengan menggunakan
metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reabilitas alat ukur dari satu kali
pengukuran, dengan ketentuan, jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan relialibel
(Notoatmodjo, 2010). Nilai r Tabel dalam penelitian ini menggunakan critical value
of the product moment pada taraf signifikan 95%.
3.4.4. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Di tahapan ini peneliti melakukan pengurusan perizinan ke lokasi penelitian.
Kemudian melakukan pengumpulan data awal yang diperkirakan akan
diperoleh dari berbagai sumber data yang terpercaya seperti Dinas Kesehatan
Kota Medan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan dan Puskesmas Medan
Labuhan.
b. Setelah mendapat izin dari lokasi penelitian, peneliti melakukan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan untuk menentukan lokasi pelaksanaan penyuluhan
kesehatan.
43
c. Selanjutnya dilakukan uji coba instrumen penelitian termasuk uji validitas dan
reliabilitas kuesioner pengetahuan dan sikap tentang Penyakit TB paru anak
terhadap 30 orang dari SD Negeri 068475 yang tidak termasuk lokasi
pengambilan sampel dalam penelitian ini. Tahapan berikutnya adalah
melakukan briefing kepada petugas kesehatan di Puskesmas Martubung yang
ada di lokasi penelitian. Petugas kesehatan menjadi bagian penting dalam
menentukan sampel yang sesuai dengan kriteria dan pengambilan data primer
di lapangan.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan penyuluhan kesehatan dilakukan pada tanggal 25-26
Mei 2015 bertempat di ruang kelas. Sebelum pelaksanaan kegiatan peneliti sudah
berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas Puskesmas Medan Labuhan untuk
mengetahui identitas anak sekolah dasar yang akan mengikuti penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB paru anak. Kegiatan Penyuluhan dibagi atas 2 (dua)
kelompok yaitu:
a. Kelompok penyuluhan dengan media cerita bergambar
Kegiatan penyuluhan pada kelompok ini dilakukan pada tanggal 25 Mei 2015,
dimulai pada pukul 09.00 WIB. Langkah pelaksanaannya adalah : 1) Fasilitator
membuka acara, menjelaskan tujuan kegiatan, memperkenalkan peneliti, 2)
Melakukan Pretest untuk mengetahui pengetahuan dan sikap anak sekolah
dasar dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan selama 20 menit, 3)
pembagian bahan penyuluhan berupa media cerita bergambar tentang TB paru
44
anak dan anak SD dapat membaca dengan diberi waktu selama 30 menit, 4)
memberikan kesempatan bagi peserta untuk istirahat selama 10 menit.
Penyuluhan juga diberikan oleh pemateri yang telah ditunjuk oleh peneliti yaitu
seorang dokter umum. Selanjutnya dilakukan posttest kedua pada tanggal 8 Juni
2015
b. Kelompok penyuluhan dengan media leaflet
Penyuluhan pada kelompok ini dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2015 dimulai
pada pukul 09.00 WIB. Penyuluhan pada kelompok media leaflet dilakukan di
ruangan kelas. Langkah-langkah pelaksanaan sama dengan penyuluhan
menggunakan media cerita bergambar hanya pada kelompok ini penyuluhan
dilakukan dengan media leaflet dan penyuluhan juga diberikan oleh pemateri
yang telah ditunjuk oleh peneliti yaitu seorang dokter umum.
Pegukuran posttest guna mengukur perbedaan pengetahuan dan sikap dilakukan
setelah diberikan perlakuan yaitu penyuluhan kesehatan dengan media cerita
bergambar dan leaflet yaitu pada tanggal 26 Mei 2015 dan tanggal 9 Juni 2015.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional
3.5.1. Variabel
1. Variabel bebas (independent variabel) yaitu penyuluhan dengan media cerita
bergambar dan leaflet
2. Variabel terikat (dependent variabel) yaitu pengetahuan dan sikap anak sekolah
dasar tentang penyakit TB paru anak.
45
3.5.2. Definisi Operasional
a. Efektivitas adalah tingkat kemampuan media dalam meningkatkan pengetahuan
dan sikap responden.
b. Pengetahuan adalah kemampuan responden menjawab dengan benar pertanyaan
mengenai penyakit TB paru.
c. Sikap adalah tanggapan atau pandangan reponden yang dinyatakan dalam
pernyataan tentang penyakit TB paru.
d. Cerita Bergambar yaitu media visual yang berupa gambar dan pesan dengan
dominasi pesan berisikan gambar dan teks berbentuk cerita yang menjelaskan
tentang penyakit TB paru.
e. Leaflet yaitu media visual yang berupa gambar dan pesan dengan dominasi pesan
berisikan teks yang menjelaskan tentang penyakit TB paru.
3.6. Metode Pengukuran
Aspek pengukuran dari penelitian ini didasarkan pada jawaban responden
terhadap pertanyaan yang ada di kuesioner yang disesuaikan dengan skor.
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Penelitian
No
Variabel
Cara Ukur
1
Pengetahuan Menjawab Kuesioner 10
pertanyaan:
- Benar diberi skor 1
- Salah diberi skor 0
Hasil Ukur
Skala pengukuran
pengetahuan dibagi
menjadi 3 kelompok
(Darwin, 2010)
- Baik jika skor 8-10
- Sedang jika skor 6-7
- Tidak baik jika skor
0-5
Skala
Ordinal
46
Tabel 3.1. (Lanjutan)
No
Variabel
Sikap
Cara Ukur
Menjawab kuesioner 10
pertanyaan positif:
- Sangat Setuju diberi
skor 4
- Setuju diberi skor 3
- Tidak setuju diberi skor
2
- Sangat Tidak Setuju
diberi skor 1
Untuk pertanyaan
negatif maka
- Sangat Setuju diberi
skor 1
- Setuju diberi skor 2
- Tidak setuju diberi skor
3
- Sangat Tidak Setuju
diberi skor 4
Hasil Ukur
Skala
Skala pengukuran
Ordinal
sikap dibagi menjadi 2
kelompok (Azwar,
2012)
- Sikap positif jika
skor 26-40
- Sikap negatif jika
skor 10-25
3.7. Metode Analisis Data
3.7.1. Analisis Univariat
Analisis data secara univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran
distribusi frekuensi responden. Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran
variabel independen (penyuluhan kesehatan media cerita bergambar dan penyuluhan
kesehatan media leaflet) dan variabel dependen (pengetahuan dan sikap tentang
penyakit TB paru anak).
3.7.2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji ada tidaknya hubungan efektivitas
metode penyuluhan kesehatan media cerita bergambar dan leaflet dalam
47
meningkatkan pengetahuan dan sikap tentang penyakit TB paru anak di Kelurahan
Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan tahun 2015 dengan
menggunakan statistik uji Wilcoxon kemudian hasilnya akan dinarasikan.
48
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografis
Puskesmas Martubung yang terletak di Jalan Tempirai Lestari Raya No 1
Blok V Griya Martubung, Kecamatan Medan Labuhan. Puskesmas Martubung
merupakan salah satu puskesmas dari 3 puskesmas di Kecamatan Medan Labuhan.
Sebagai fungsinya sebagai puskesmas induk. Puskesmas Martubung memiliki
wilayah dengan luas 1200,5 Ha yang terbagi menjadi dua wilayah yaitu: Kelurahan
Besar dan Kelurahan Tangkahan.
Puskesmas Martubung memiliki jumlah penduduk sebanyak 67.341 jiwa
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 16.361 KK. Puskesmas Martubung
memiliki penduduk sebanyak 34.101 berjenis kelamin laki-laki dan 33.240 berjenis
kelamin perempuan. Puskesmas Martubung juga memiliki 1 buah puskesmas
pembantu di Kelurahan Tangkahan yaitu Puskesmas Desa Besar.
Secara geografis batas-batas Wilayah Kerja Puskesmas Martubung adalah
sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Deli
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tangkahan
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Martubung
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Titi Papan Kecamatan Medan Deli
48
49
Puskesmas Martubung telah melaksanakan 7 program wajib yaitu :
1.
Promosi Kesehatan
2.
Kesehatan Ibu dan Anak termasuk KB
3.
Pangan dan Gizi
4.
Kesehatan Lingkungan
5.
Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
6.
Pengobatan Dasar
7.
Pencatatan dan Pelaporan
Puskesmas Martubung telah melaksanakan 4 program pengembangan yaitu :
1. Pelayanan Kesehatan Jiwa
2. Upaya kesehatan gigi masyarakat
3. UKS
4. Kesehatan Lansia
4.2.
Analisis Univariat
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah
Kelompok
Media Leaflet
Media Cerita Bergambar
N
%
n
%
13
59,1
10
45,5
9
40,9
12
54,5
22
100,0
22
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 menjelaskan pada kelompok perlakuan media leaflet
jumlah responden laki-laki sebanyak 13 orang (59,1%) dan perempuan sebanyak 9
50
orang (40,9%). Selanjutnya kelompok perlakuan media cerita bergambar jumlah
responden laki-laki sebanyak 10 orang (45,5%) dan perempuan sebanyak 12 orang
(54,5%)
4.2.1. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.2. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
3
Pengetahuan
Sebelum Intervensi
Baik
Sedang
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
0
0
3
13,6
19
86,4
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
0
0
6
27,3
16
72,7
22
100,0
Hasil uji menunjukkan pada kelompok sebelum pemberian penyuluhan
dengan media leaflet ditemukan bahwa tingkat pengetahuan ‘sedang’ sebelum
dilakukan penyuluhan dengan media leaflet sebanyak 3 orang siswa sekolah dasar
(13,6%) dan pengetahuan dalam kategori kurang sebanyak 19 orang siswa sekolah
dasar (86,4%). Kelompok media leaflet pretest (sebelum penyuluhan) memiliki
jawaban banyak benar pada pertanyaan “tempat yang paling baik untuk pasien TB
paru membuang dahak”, sedangkan pernyataan yang banyak dijawab dengan
kesalahan adalah “gejala tambahan lainnya dari TB paru adalah” dan pertanyaan
“lama waktu pengobatan TB Paru ”.
Hasil penelitian ini menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan
dengan media cerita bergambar bahwa tingkat pengetahuan sedang sebelum
dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar sebanyak 6 siswa sekolah
51
dasar (27,3%), kategori pengetahuan kurang sebanyak 16 siswa sekolah dasar
(72,7%) dan tidak terdapat siswa sekolah dasar dengan tingkat pengetahuan baik.
4.2.2. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan
(Posttest 1) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.3. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan
(Posttest 1 ) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
3
Pengetahuan Setelah
Intervensi (Postest1)
Baik
Sedang
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
3
13,6
19
86,4
0
63,6
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
4
18,2
16
81,8
0
0
22
100,0
Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet diketahui
bahwa tingkat pengetahuan kurang menjadi tidak ada, tingkat pengetahuan sedang
menjadi sebanyak 19 orang siswa sekolah dasar (86,4%) dan tingkat pengetahuan
baik sebanyak 3 orang siswa sekolah dasar (13,6%). Untuk kelompok media leaflet
posttest pertama memiliki jawaban banyak benar pada pertanyaan ”penyakit TB paru
adalah penyakit sedangkan pernyataan yang paling banyak dijawab dengan salah
“gejala tambahan lainnya dari TB paru ” . Kelompok media cerita bergambar pretest
memiliki jawaban paling banyak benar pada pertanyaan gejala TB paru sedangkan
pernyataan yang paling banyak dijawab dengan kesalahan adalah “ tempat yang
paling baik untuk pasien TB paru membuang dahak”.
Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita
bergambar diketahui bahwa tingkat pengetahuan sedang menjadi 16 orang (81,8%)
dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 4 orang (18,2%) dan tidak terdapat tingkat
52
pengetahuan dalam kategori kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan kelompok
media cerita bergambar posttest pertama memiliki jawaban banyak benar pada
pertanyaan penyakit TB Paru merupakan penyakit, sedangkan pernyataan yang paling
banyak dijawab dengan salah adalah “tempat yang paling baik untuk pasien TB paru
membuang dahak dan lama waktu pengobatan TB paru ” dan pertanyaan “lama waktu
pengobatan TB paru ”.
4.2.3. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan
(Posttest 2) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.4. Distribusi Gambaran Tingkatan Pengetahuan Setelah Penyuluhan
(Posttest 2) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
3
Pengetahuan Setelah
Intervensi (Postest2)
Baik
Sedang
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
6
27,3
16
72,7
0
0
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
17
77,3
5
0
0
0
22
100,0
Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu dengan
media leaflet maka tingkat pengetahuan baik menjadi 6 orang siswa sekolah dasar
(27,3%) dan tingkat pengetahuan sedang menjadi 16 orang siswa sekolah dasar
(72,7%) dan tidak terdapat pengetahuan kurang. Untuk kelompok media leaflet
posttest kedua memiliki jawaban banyak benar pada pertanyaan “tempat yang paling
baik untuk pasien TB paru membuang dahak” dan pertanyaan “gejala TB paru ”
sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah “gejala
tambahan lainnya dari TB paru ” dan pertanyaan “gejala tambahan lainnya dari TB
paru ”.
53
Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu posttest kedua
media cerita bergambar diketahui tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 orang
(77,3%) dan tingkat pengetahuan sedang sebanyak 5 orang (22,7%) serta tidak
terdapat tingkat pengetahuan dalam kategori kurang. Hasil penelitian ini
menunjukkan kelompok media cerita bergambar posttest kedua yaitu memiliki
jawaban banyak benar pada “penyakit TB paru merupakan penyakit”, pertanyaan
“Pencegahan Penyakit TB dapat dilakukan dengan” dan pertanyaan “Gejala tambahan
lainnya dari TB paru “ sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan
salah adalah “Lama waktu pengobatan TB paru ” dan pertanyaan “Pencegahan
Penyakit TB dapat dilakukan dengan”.
4.2.4. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Sebelum Penyuluhan Kelompok
Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.5. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Sebelum Penyuluhan
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
Sikap Sebelum
Intervensi
Baik
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
21
95,5
1
4,5
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
14
63,6
8
36,4
22
100,0
Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media
leaflet sebelum dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar bahwa tingkat
sikap dalam kategori kurang sebanyak 1 orang (4,5%), sikap kategori baik sebanyak
21 orang (95,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pernyataan paling banyak
dijawab sangat setuju adalah TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk diobati,
54
responden menjawab setuju paling banyak pada pernyataan “Bila gejala batuk dan
sesak nafas hilang setelah minum obat TB paru maka minum obat boleh dihentikan”
dan pernyataan “Setiap rumah harus mempunyai ventilasi (tempat pertukaran udara)
yang cukup”, sedangkan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada
pernyataan jika anggota keluarga menderita TB paru maka semua orang di rumah
harus diperiksa serta pernyataan tidak setuju paling banyak pada pernyataan
“Penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat”.
Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media
cerita bergambar sebelum dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar
bahwa tingkat sikap dalam kategori kurang sebanyak 8 orang (36,4%), sikap kategori
baik sebanyak 14 orang (63,6%).
Hasil uji menunjukkan pada kelompok perlakuan penyuluhan dengan media
cerita bergambar sebelum dilakukan penyuluhan menunjukkan bahwa pernyataan
paling banyak dijawab sangat setuju adalah “jika seorang anggota keluarga menderita
TB paru maka semua orang di rumah harus diperiksa”, responden menjawab setuju
paling banyak pada pernyataan “bila gejala batuk dan sesak nafas hilang setelah
minum obat TB paru maka minum obat boleh dihentikan”, sedangan untuk sikap
sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan “penderita TB paru boleh
membuang dahak sembarangan” dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada
pernyataan “penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan”.
55
4.2.5. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 1)
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.6. Distribusi Gambaran Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan
(Posttest 1) Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
Sikap Setelah
Intervensi (Postest1)
Baik
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
22
100,0
0
0
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
22
100,0
0
0
22
100,0
Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media leaflet
diketahui bahwa posttest didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22 orang
(100,0%) dan tidak terdapat sikap dalam kategori kurang. Hasil penelitian setelah
dilakukan penyuluhan dengan media leaflet diketahui bahwa pernyataan paling
banyak dijawab sangat setuju adalah “jika seorang anggota keluarga menderita TB
paru maka semua orang di rumah harus diperiksa”, responden menjawab setuju
paling banyak pada pernyataan “penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk
berobat”, sedangan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan
“bila gejala batuk dan sesak nafas hilang setelah minum obat TB paru maka minum
obat boleh dihentikan” dan pernyataan tidak setuju paling banyak pada pernyataan
“penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan”.
Hasil penelitian setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita
bergambar diketahui bahwa posttest didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22
orang (100,0%) dan tidak terdapat sikap dalam kategori kurang. Hasil penelitian
setelah dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar diketahui bahwa
56
posttest didapatkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab sangat setuju adalah
“TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk diobati”, responden terbanyak
menyatakan setuju paling banyak pada pernyataan penderita TB paru tidak perlu
merasa malu untuk berobat, sedangan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak
pada pernyataan “penderita TB paru tidak harus menutup hidung dan mulut dengan
sapu tangan ketika bersin dan batuk” dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada
pernyataan “penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan” dan pernyataan
“penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat”.
4.2.6. Distribusi Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 2) Kelompok
Media Leaflet dan Cerita Bergambar
Tabel 4.7. Distribusi Tingkatan Sikap Setelah Penyuluhan (Posttest 2)
Kelompok Media Leaflet dan Cerita Bergambar
No
1
2
Sikap Setelah
Intervensi (Postest2)
Baik
Kurang
Total
Media Leaflet*
f
%
22
100,0
0
0
22
100,0
Media Cerita Bergambar**
f
%
22
100,0
0
0
22
100,0
Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu dengan
media leaflet tingkat sikap baik menjadi 22 orang (100,0%) dan tidak terdapat sikap
dalam kaegori kurang. Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua
minggu dengan media leaflet menunjukkan bahwa pernyataan paling banyak dijawab
sangat setuju adalah “jika seorang anggota keluarga menderita TB paru maka semua
orang di rumah harus diperiksa”, responden menjawab setuju paling banyak pada
pernyataan “penderita TB paru tidak perlu merasa malu untuk berobat”, sedangan
57
untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan “penderita TB paru
boleh membuang dahak sembarangan” dan pernyataan tidak setuju paling banyak
pada pernyataan “penderita TB paru boleh membuang dahak sembarangan”.
Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu dua minggu setelah
dilakukan penyuluhan dengan media cerita bergambar dan dilakukan posttest
didapatkan bahwa tingkat sikap baik menjadi 22 orang (100,0%) dan tidak terdapat
sikap dalam kaegori kurang. Hasil penelitian pada posttest kedua dengan kurun waktu
dua minggu dengan media cerita bergambar menunjukkan bahwa pernyataan paling
banyak dijawab sangat setuju adalah “TB paru merupakan penyakit yang perlu untuk
diobati”, responden terbanyak menyatakan setuju paling banyak pada pernyataan
“setiap rumah harus mempunyai ventilasi (tempat pertukaran udara) yang cukup”,
sedangkan untuk sikap sangat tidak setuju paling banyak pada pernyataan “penderita
TB paru tidak harus menutup hidung dan mulut dengan sapu tangan ketika bersin dan
batuk” dan untuk sikap tidak setuju paling banyak pada pernyataan “penderita TB
paru tidak perlu merasa malu untuk berobat”.
4.3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
perbedaan pengetahuan dan sikap responden sebelum (pretest) dan sesudah diberikan
intervensi (posttest 1 dan posttest 2). Uji statistik yang digunakan dalam analisis
bivariat ini adalah uji Wilcoxon dan uji Mann-Whitney pada taraf kepercayaan 95%
58
(α = 0,05) untuk mengetahui perbedaan pengetahuan dan sikap responden tentang
penyakit TB Paru .
4.3.1. PerbedaanPengetahuan Pretest , Posttest 1 dan Posttest 2 pada Kelompok
Media Cerita Bergambar
Indikator pengetahuan adalah hasil perolehan informasi dari keseluruhan
pernyataan pada kuesioner tentang TB paru pada kelompok perlakuan media cerita
bergambar dapat dilihat pada Tabel 4.9.
Tabel 4.8. Perbandingan Rerata Nilai Pengetahuan Pada Media Leaflet dan
Media Cerita Bergambar
Variabel
*
Pengetahuan sebelum
intervensi
Pengetahuan sesudah
intervensi (Posttest 1)
Pengetahuan sesudah
intervensi (Posttest 2)
Media Leaflet
Media Cerita
Bergambar**
Media Leaflet*
Media Cerita
Bergambar**
Media Leaflet*
Media Cerita
Bergambar**
Nilai Rata-Rata
4,0
4,5
6,3
Nilai p