this PDF file PERBANDINGAN HUKUM PENERAPAN ASURANSI KONVENSIONAL DAN ASURANSI SYARIAH | Ikawati | Legal Opinion 1 PB

PERBANDINGAN HUKUM PENERAPAN ASURANSI KONVENSIONAL
DAN ASURANSI SYARIAH
Ikawati
Muh Rusli Ayyub
Sulwan Pusadan
ABSTRAK
Manusia merupakan makhlukTuhan yang mempunyai kemampuan berfikir
berlebih dan kesempurnaan akan organ tubuh yang tidak dimiliki makhluk hidup
lainnya. Roda kehidupan manusia selalu berputar dan menimbulkan suatu
peristiwa-peristiwa yang tidak pasti. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat timbul
karena kecerobohan ataupun hal-hal yang diluar dugaan atau gejala alam yang
tidak dapat dipastikan kapan datangnya. Asuransi merupakan suatu kegiatan
ekonomi yang dapat mengatasi atau meringankan resiko tersebut. Penelitian ini
membahas tentang bagaimana penerapan atau pelaksanaan, dan kekurangan
serta kelebihan pada asuransi konvensional dan asuransi syariah. Asuransi
konvensional dan asuransi syariah merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang
berguna untuk mengatasi resiko yang dialami oleh manusia. Kedua sistem
asuransi ini dipayungi oleh Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku serta
ketentuan umum lainnya. Adapun bentuk tanggungjawab hukumnya yaitu meliputi
pertanggungjawaban
Perdata,

pertanggungjawaban
Pidana
dan
pertanggungjawaban Administrasi yang di atur dalam ketentuan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian.

Kata Kunci: Penerapan, Asuransi Konvensional dan Asuransi Syariah

BAB I PENDAHULUAN

terhadap orang atau lembaga lain.

A. Latar Belakang

Konsep

Kehidupan manusia tidak pernah

pengalihan


pembagian

resiko

resiko
inilah

dan
yang

lepas dari resiko, baik menyangkut

melahirkan lembaga pertanggungan,

jiwa maupun harta benda.Munculnya

atau yang lebih dikenal dengan

resiko mengenai bentuk dan kapan


sebutan asuransi.
Asuransi bagi dunia bisnis saat

resiko itu terjadi tidak dapat diduga
sebelumnya. Terhadap resiko yang

ini

muncul

karena

seseorang

menghindarinya,
mengalihkan,

dapat

menghadapinya,

maupun

membagi

sangatlah

berkembang

mempunyai

pesat
banyak

kepentingan dan manfaat, beberapa
manfaatnya

yaitu

antara


lain

62

membantu

masyarakat

mengatasi

dan

memenuhi

perkembangan

yang

perekonomian masyarakat, terutama


pengumpulan

kini masalah dengan asuransi syariah,

dana yang cukup besar yang dapat

maka RUU asuransi syariah yang kini

dimanfaatkan

usaha

segala

masalah

dihadapinya,

risiko


sarana

untuk

ekonomi

kepentingan

masyarakat

dan

pembangunan ekonomi secara luas
serta sebagai sarana untuk mengatasi
risiko-risiko yang dihadapi dalam
melaksanakan

pembangunan

bagi


sebuah negara.
Di

pengasuransiannya

bertambah

banyak

mulai
sangatlah

diperlukan adanya.
Sebagaimana alasan diatas maka
sangat tepat apabila negara berusaha
untuk menciptakan kepastian dan
payung hukum dengan mengeluarkan

Indonesia


Hukum

undang- undang usaha perasuransian

Perasuransian tertulis di dalam KUH

seperti

Perdata, Undang-Undang Nomor 40

Undang-Undang RI No. 40 Tahun

Tahun 2014, Peraturan Pemerintah

2014 sebagai pengganti Undang-

dan Keputusan Menteri. Peraturan

Undang Nomor 2 Tahun 1992 dan


Perundangan Perasuransian tersebut

KUHD yang dibuat oleh kolonial

digunakan

sebagai

acuan

Belanda. Selain itu, usaha pemerintah

pembinaan

dan pengawasan

atas

untuk mengembangkan bidang usaha


usaha perasuransian di Indonesia baik

asuransi ini juga bisa dilihat dengan

itu asuransi konvensional maupun

mengeluarkan

asuransi

tentang perizinan usaha perusahaan

syariah.

perasuransian
kepentingan

dasar

Karena

usaha

menyangkut
masyarakat

banyak,

asuransi

yang

berbagai

dan

mengenai

tercantum

dalam

peraturan

keputusan

berbagai

menteri

hal

yang

khususnya berhubungan dengan dana

berkenaan dengan keperluan asuransi.

yang dikumpulkan oleh mereka yang

Menurut

cukup

merupakan salah satu sumber hukum

besar

dan

kadang-kadang

KUH

berlangsung untuk jangka waktu yang

asuransi,

cukup lama maka peraturan mengenai

dimasukkan

asuransi ini jelas selalu diperlukan

kemungkinan

Perdata

perjanjian
ke

asuransi

dalam

yang

ini

perjanjian

(Kansoverieenkomst

63

pasal 1774 ayat 2 KUH Perdata)

resiko

disebabkan karena dalam perjanjian

terjadi.Tidak

kemungkinan

secara

kepentingan pribadi dan keluarga,

sengaja atau sadar menjalani suatu

tetapi berasuransi juga sangat penting

kesempatan untung-untungan dimana

dijalankan oleh pelaku usaha dalam

prestasi timbal balik tidak seimbang.

rangka

Di

Era

merdeka

para

pihak

modern

di

negara

Indonesia

perasuransian

telah

usaha
banyak

di

keluarkan peraturan baik yang berupa
Undang-Undang,
Presiden,

Keputusan

Keputusan

Menteri

Keuangan maupun peraturan lainnya.
Peraturan

yang

dibuat

sebelum

Undang-Undang No. 40 Tahun 2014
tentang

Perasuransian

ini

tersebut

benar-benar

hanya

untuk

menanggulangi

resiko

kerugian pada asset-aset usahanya.
Dalam kerangka tujuan yang lebih
luas lagi, lembaga asuransi juga
mempunyai peranan yang sangat
strategis, karena dari kegiatan usaha
ini

diharapkan

meningkatkan
masyarakat

dapat

semakin

pengerahan
yang

dana

berguna

bagi

pembiayaan pembangunan. 1

tetap

Selain asuransi umum (Asuransi

berlaku selama tidak bertentangan

Konvensional) seperti yang telah ada

dengan

sebelumnya,

Undang-Undang

seperti

dalam

industri

Keputusan Presiden atau Keputusan

perasuransian di Indonesia pada saat

Menteri Keuangan.

sekarang ini, juga dikenal adanya

Asuransi

sebagai

salah

satu

lembaga keuangan non bank yang
bergerak dalam bidang usaha (bisnis)
pengelolaan

dan

penanggulangan

resiko, pada hakikatnya bertujuan
untuk membantu masyarakat dalam

asuransi syariah. Yaitu usaha asuransi
yang

kegiatan

operasionalnya

menggunakan prinsip-prinsip syariah,
dengan jalan menghindari hal-hal
yang di haramkan dalam syariat
islam,

seperti

transaksi

gharar

mengatasi atau meminimalisir resiko
tertentu di masa mendatang yang
tidak diharapkan terjadinya, namun
dapat

berdampak

negatif

apabila

1

http://www.respository.usu.ac.id,
di akses Pada Tanggal 09 Nopember 2016,
pukul 13.25

64

(ketidakjelasan), maisir (perjudian),
riba (bunga).

2

semua bentuk akad yang dilakukan

Asuransi syariah di Indonesia
telah ada dan beroperasi sejak tahun
90-an.

PT.

Asuransi

Takafful

Keluarga (ATK) yang berdiri pada
tahun

1994

menjadi

perusahaan

asuransi pertama di Indonesia yang
menjalankan

kegiatan

usahanya

berdasarkan

prinsip

syariah.

Kemudian disusul dengan berdirinya
PT. Asuransi Takafful Umum (ATU)
pada tahun 1995. Dan sampai akhir
tahun 2006,

terdapat

sekitar

akhir tahun 2010 Dewan Syariah
Nasional (DSN), mentargetkan bahwa
asuransi

dengan tujuan komersial (mencari
keuntungan).

konvensional

memiliki cabang yang bergerak pada
asuransi dengan prinsip syariah.3
Seperti yang telah diatur dalam
Fatwa DSN-MUI, agar akad-akad
dalam asuransi sesuai dengan syariah,
maka akad yang dilakukan antara
perusahaan asuransi syariah dengan
peserta terdiri atas akad tijarah dan

Dan

akad

tabarru’

adalah semua bentuk akad yang
dilakukan dengan tujuan kebajikan
dan tolong-menolong, bukan semata
untuk tujuan komersial. Kemudian,
masih

menurut

DSN-MUI

ketentuan

tersebut,

yang

tijarah

mudharabah.

bahwa

Fatwa
akad

dimaksud

adalah

Sedangkan

akad

tabarru’ adalah hibah.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan

40

perusahaan asuransi syariah. Pada

seluruh

akad tabarru’. Akad tijarah adalah

di dalam Fatwa DSN-MUI tersebut,
berbeda

dengan

asuransi

pada

umumnya (asuransi konvensional),
dimana dalam asuransi syariah terjadi
hubungan kerjasama dengan para
pesertanya

dengan

cara

saling

menanggung resiko secara bersamasama

(Risk

Sharing).

Peran

perusahaan asuransi syariah sebatas
sebagai fasilitator hubungan diantara
para

pesertanya.

Yaitu

dengan

menyediakan suatu pos (rekening)
yang diajukan oleh perusahaan untuk
memfasilitasi para peserta dalam

2

https://www.journal.stainkudus.ac.i
d/index.php/bisnis/artikel/1505.html, di akses
Pada 09 Nopember 2016, Pukul 14:15
3
http://www.dokumen.tips/entitassyariahdocx.html, di akses Pada Tanggal 09
Nopember 2016, Pukul 20:15

rangka melakukan kegiatan asuransi,
yang disebut sebagai tabarru’.

65

Tabarru’

merupakan

suatu

terhindar dari unsur yang diharamkan

bentuk keterikatan bersama di antara

islam tersebut.

sesame peserta asuransi syariah untuk

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan

saling menanggung resiko yang akan

latar

belakang

peserta

diatas, maka timbul permasalahan

menghibahkan sebagian atau seluruh

yang layak diangkat sebagai kajian

preminya, yang diniatkan sejak awal

bahan penulisan ini:

secara ikhlas untuk tujuan saling

1.

terjadi.

Di

mana

membantu

dan

setiap

Bagaimana penerapan asuransi
konvensional

tolong-menolong

dan

asuransi

syariah?

sesama peserta asuransi syariah.
Lain halnya dengan asuransi

2.

Bagaimana

penerapan

syariah, di mana dalam operasional

pembayaran

klaim

asuransi

asuransi

konvensional

dan

asuransi

syariah

praktik-praktik

asuransi yang di dalamnya terdapat
unsur-unsur tersebut berusaha untuk
dihilangkan.

Oleh

karenanya

permasalahan akad (perikatan) di
dalam

asuransi

sangat

fundamental

menentukan

sah

syariah

menjadi

karena

tidaknya

akan
secara

syariah transaksi yang terjadi dalam
operasional asuransi syariah. Akadakad tersebut menjadi pedoman bagi
asuransi

yang

kegiatannya

menjalankan

berdasarkan

prinsi

syariah. Melalui akad dan operasional
perusahaan

yang

sesuai

dengan

syariah, maka aktifitas usaha yang
diselenggarakan

oleh

perusahaan

asuransi syariah diharapkan dapat

syariah?
BAB II PEMBAHASAN
A. Penerapan
Konvensional

Asuransi
Dan

Asuransi

Syariah
1. Penerapan

Asuransi

Konvensional
Dalam

asuransi konvensional,

asuransi adalah sebuah mekanisme
perpindahan resiko yang oleh suatu
organisasi dapat diubah dari tidak
pasti menjadi pasti. Ketidakpastian
mencakup factor-faktor antara lain,
apakah kerugian akan muncul, kapan
terjadinya,
dampaknya

dan
dan

seberapa

besar

berapa

kali

kemungkinannya terjadi dalam satu

66

tahun. Asuransi memberikan peluang

a. Sekiranya

seseorang

memasuki

untuk menukar kerugian yang tidak

satu premi, ada kemungkinan dia

pasti ini menjadi suatu kerugian yang

berhenti karena alas an tertentu.

pasti yakni premi asuransi. 4

Apabila berhenti di jalan sebelum

Mekanisme
konvensional

asuransi

mencapai refreshing period, dia

konsep

bisa menerima uangnya kembali

melahirkan

maysir sebagai akibat dari adanya

kira-kira

gharar.

selebihnya hangus.

Wahbah

Zuhaili

menyimpilkan bahwa transaksi yang

sebesar

b. Apabila

20%

perhitungan

dan

kematian

mengandung unsur gharar adalah

tepat dan menentukan jumlah polis

transaksi jual beli yang mengandung

yang tepat, maka perusahaan akan

resiko

yang

untung. Tetapi jika salah dalam

sehinggah

perhitungan maka perusahaan akan

bagi

salah seorang

mengadakan

akad

mengakibatkan

hilangnya

harta.

rugi.

Faktor resiko inilah yang ada dalam
asuransi

konvensional

yang

Akad
akad

maysir.

perjanjian

mengatakan

mu’awadhah
dimana

ialah

suatu

pihak

yang

memberikan sesuatu kepada pihak

menyebabkan

lain, berhak menerima penggantian

konvensional

dari pihak yang diberinya. Disebut

karena adanya unsur gharar yang

akad mu’awadhah karena masing-

dapat menimbulkan apa yang disebut

masing dari kedua belah pihak yang

dengan al-qumar. Al-qumar sama

berakad, penanggung dan tertanggung

dengan maysir.

memperoleh pengganti dari apa yang

haramnya

Dalam

yang

asuransi

konvensional terdiri atas yaitu, (1)

menyebabkan ia mengandung unsur

Prof. Mohammad Anas Zarqa

pada

asuransi

asuransi konvensional,

telah

diberikannya.

maysir dapat timbul karena ada dua

memperoleh

hal:

sebagai

Penanggung

premi-premi

pengganti

dari

asuransi
uang

pertanggungan yang telah dijanjikan
4

Muhaimin Iqbal, Asuransi Umum
Syariah
dalam
Praktik
Upaya
Menghilangkan Gharar, Maysir, dan Riba.
(Jakarta:Gema Insani Press, 2005) hlm 4.

pembayarannya.
tertanggung

Sedangkan,
memperoleh

uang

67

pertanggungan, jika terjadi peristiwa

kewajiban

atau bencana sebagai pengganti dari

uang asuransi jika terjadi peristiwa

premi-premi

yang diasuransikan.5

yang

telah

penanggung

membayar

Akad pada asuransi konvensional

dibayarkannya.
Ciri lain dari akad pada asuransi

terdiri

atas

yaitu,

(1)

akad

konvensional adalah (2) akad Idz’aan-

mu’awadhah ialah suatu perjanjian

penundukan. Dalam perjanjian ini

dimana

terjadi ketidakadilan, karena tidak

sesuatu kepada pihak lain, berhak

seimbang, dimana pihak yang kuat

menerima penggantian dari pihak

adalah pihak perusahaan asuransi.

yang

Pihak

yang

mu’awadhah karena masing-masing

menentukan syarat-syarat yang tidak

dari kedua belah pihak yang berakad,

dimiliki tertanggung.

penanggung

penanggunglah

Selanjutnya
Hisan

Husain

mengatakan

bahwa

Hamid
akad

pihak

yang

diberinya.

memberikan

Disebut

dan

akad

tertanggung

memperoleh pengganti dari apa yang
telah

diberikannya.

Penanggung

asuransi konvensional adalah (3) akad

memperoleh

gharah, karena masing-masing dari

sebagai

kedua belah pihak, penanggung dan

pertanggungan yang telah dijanjikan

tertanggung

pembayarannya.

pada

melangsungkan

waktu

akad

tidak

premi-premi

pengganti

tertanggung

dari

asuransi
uang

Sedangkan,
memperoleh

uang

mengetahui jumlah yang ia akan

pertanggungan, jika terjadi peristiwa

berikan dan jumlah ia akan ambil.

atau bencana sebagai pengganti dari

Ciri terakhir dari akad asuransi
konvensional

adalah

(4)

akad

premi-premi

yang

telah

dibayarkannya.

artinya

Ciri lain dari akad pada asuransi

perjanjian yang wajib dilaksanakan

konvensional adalah (2) akad Idz’aan-

oleh

pihak

penundukan. Dalam perjanjian ini

pihak

terjadi ketidakadilan, karena tidak

tertanggung. Kedua kewajiban ini

seimbang, dimana pihak yang kuat

muldzim.

Akad

kedua

penanggung

adalah

muldzim

pihak

baik

maupun

kewajiban

tertanggung

membayar premi-premi asuransi, dan

5

R. Permata Hastuti A. & F. Milla
Fitri, Asuransi Konvensional, Syari’ah &
BPJS, (Jogyakarta:2016), hlm 39-40.

68

adalah pihak perusahaan asuransi.

atau

Pihak

yang

diperkenankan adanya riba (bunga).

menentukan syarat-syarat yang tidak

Ketiga larangan ini, gharar, maysir,

dimiliki tertanggung.

dan riba adalah area yang harus

penanggunglah

Selanjutnya Husain Hamid Hisan

manajemen

dihindari

dalam

dana

praktik

tidak

asuransi

mengatakan bahwa akad asuransi

syariah. Dalam upaya menghindari

konvensional adalah (3) akad gharah,

gharar, pada setiap kontrak asuransi

karena masing-masing dari kedua

syariah harus dibuat sejelas mungkin

belah

dan

dan sepenuhnya terbuka. Keterbukaan

waktu

itu dapat diterapkan dikedua sisi,

tidak

yaitu baik pada pokok permasalahan

pihak,

penanggung

tertanggung

pada

melangsungkan

akad

mengetahui jumlah yang ia akan

maupun pada

berikan dan jumlah ia akan ambil.

Tidak diperbolehkan di dalam kontrak

Ciri terakhir dari akad asuransi
konvensional

adalah

(4)

akad

ketentuan kontrak.

asuransi syariah bila terdapat elemen
yang

tidak

jelas

dalam

pokok

artinya

permasalahan dan/atau ruang lingkup

perjanjian yang wajib dilaksanakan

kontrak itu sendiri. Di dalam kontrak

oleh

pihak

asuransi syariah tidak diperkenankan

pihak

adanya

muldzim.

Akad

kedua

penanggung

muldzim

pihak

baik

maupun

jual

beli

ketidakpastian

tertanggung. Kedua kewajiban ini

(gharar) antara satu pihak dengan

adalah

pihak lainnya.

kewajiban

tertanggung

membayar premi-premi asuransi, dan

Maysir (perjudian) timbul karena

membayar

adanya gharar. Peserta (tertanggung)

uang asuransi jika terjadi peristiwa

mungkin memiliki kepentingan yang

kewajiban

penanggung

yang diasuransikan.
Dalam

6

pengelolaan

dipertanggungkan,
dan

tetapi

apabila

perpindahan resiko (atau pembagian

penaggungan resiko, asuransi syariah

resiko

tidak memperbolehkan adanya gharar

berisikan elemen-elemen spekulatif,

(ketidakpastian atau spekulasi) dan

maka tidak diperkenankan dalam

maysir (perjudian). Dalam investasi

asuransi syariah.

6

dalam

asuransi

syariah)

Ibid

69

Riba

(bunga)

sama

sekali

atau menjadi akad di awal ketika baru

dilarang dibawah hukum syariah dan

masuk asuransi syariah.8

dibawah pengaturan asuransi syariah.

2. Perbedaan

Untuk

menghindari

asuransi

syariah,

riba,

dalam

kontribusi

para

pesertanya dikelola dalam skema

Konvensional

Asuransi
dan

Asuransi

Syariah.
Berdasarkan

pada

prinsipnya,

pembagian resiko (risk sharing) dan

kehadiran asuransi, baik asuransi

bukan

Dalam

konvensional atau syariah adalah

sebagai

premi.

ketentuan

asuransi

syariah

sebagai lembaga atau jasa keuangan

diberlakukan

adanya

kontrubusi

yang menghimpun dana masyarakat

dalam bentuk donasi dengan kondisi

untuk

memberikan

perlindungan

atas konpensasi (tabarru).

kepada anggota masyarakat pemakai

Resiko adalah bagian dari realitas

jasa asuransi terhadap kemungkinan

kehidupan manusia sehingga sulit

timbulnya kerugian karena suatu

untuk

peristiwa yang tidak pasti datangnya,

menghilangkannya

dari

kehidupan. 7

seperti kecelakaan, kebakaran dan

Keuntungan

pada

asuransi

meninggal

dunia.

Adapun

yang

pada

membedakan antara keduanya adalah

asuransi

tujuan dan sistem operasionalnya,

kerugian, yang diperoleh dari surplus

baik dari segi struktur maupun sistem

underwriting, komisi reasuransi, dan

aturan yang di terapkan, yaitu:9

syariah

ialah profit

asuransi

hasil

syariah

investasi

menjadi

(laba)

untuk

bukan

milik

seluruhnya
perusahaan

sebagaimana mekanisme yang ada
diasuransi

konvensional.

Tetapi,

dilakukan bagi hasil (al-mudharabah)
antara perusahaan dengan peserta

1. Dalam asuransi syariah terdapat
Dewan Pengawas Syariah (DPS)
yang bertugas mengawasi produk
yang

dipasarkan

pengelolaan

dan

dalam

investasi

dana.

Dewan Pengawas Syariah tidak

sebagaimana yang telah diperjanjikan
8

Ibid hlm 49-50
Muhammad Firdaus NH, dkk,
Sistem Operasional Asuransi Syariah,
Renaisan ITC Cempaka Mas (Beoulevard
barat) Blok N-7, (Jakarta, 2005), hlm 26-27
9

7

2-3

Muhammad Iqbal, Op.Ciit., hlm

70

ditemukan

dalam

asuransi

dana yang akan dipakai untuk

konvensional.
2. Akad yang akan dilaksanakan
pada

asuransi

berdasarkan
(takaful).

ikhlas bahwa ada penyisihan

syariah

tolong-menolong
Sedangkan

asuransi

dalam

konvensional

berdasarkan

akad

jual

beli

menolong peserta bila terjadi
musibah.

Sedangkan

asuransi

konvensional

pembayaran klaim diambilkan
dari dana perusahaan.
6. Pada asuransi syariah takaful
keuntungan

(tadabbuli).
3. Investasi dana pada asuransi

pada

dibagi

antara

perusahaan dengan peserta sesuai

syariah berdasarkan psinsip bagi

prinsip

hasil

proporsi yang telah ditentukan.

atau

Sedangkan

mudharabah.
dalam

asuransi

bagi

Sedangkan

hasil

pada

dengan

asuransi

konvensional berdasarkan riba

konvensional seluruh keuntungan

sebagai

adalah milik perusahaan.

dasar

perhitungan

7. Dalam asuransi syariah tidak

investasi.
asuransi

mengenal adanya dana hangus

syariah merupakan hak peserta.

walaupun peserta asuransi ingin

Perusahaan

hanya

mengundurkan

pemegang

amanah

4. Pemilik

dana

pada

sebagai

diri

karena

untuk

adanya satu dan lain hal, dana

pada

yang sudah disetor tetap dapat

asuransi konvensional, dana yang

diambil, kecuali sebagian dana

terkumpul dari nasabah menjadi

yang memang sudah diniatkan

milik

untuk dana tabarru’. Sedangkan

mengelola.

Sedangkan

perusahaan

sehinggah

perusahaan bebas menentukan

dalam

alokasi investasi.

dikenal adanya dana hangus,

5. Dalam soal pembayaran klaim,

dimana

asuransi

peserta

konvensional

tidak

dapat

dana

melanjutkan pembayaran premi

diambil dari rekening tabarru’

dan ingin mengundurkan diri

(dana kebajikan) seluruh peserta.

sebelum masa reserving period

Jadi sejak awal pesertas sudah

(jatuh tempo).

pada

asuransi

takaful,

71

B. Penerapan Pembayaran Klaim
Asuransi

Konvensional

Dan

asuransi

kemungkinan timbul

adalah

suatu

permintaan yang resmi kepada setiap
perusahaan asuransi, untuk dapat

meramalkan berapa lama batas
umur seseorang bisa hidup.
b. Penerimaan

bunga

meminta pembayaran yang mengacu

menetapkan tarif,

pada ketentuan perjanjian. Klaim

bunga

asuransi yang telah diajukan akan

dalamnya).

segera

ditinjau

oleh

perusahaan

untuk

validitasnya

dan

kerugian

yang dikarenakan kematian, serta

Asuransi Syariah
Klaim

mengetahui besarnya klaim yang

harus

(untuk

perhitungan

dikalkulasi

di

beberapa

c. Biaya-biaya asuransi terdiri dari

mendapatkan

biaya komisi, biaya luar dinas,

akan

biaya reklame, sale promotion,

dibayarkan ke pihak yang tertanggung

dan biaya pembuatan polis (biaya

sesudah disetujui.

kemudian

10

1. Pembayaran

administrasi),

Klaim

Asuransi

biaya

pemeliharaan, dan biaya-biaya
lainnya.

Konvensional
Asuransi

konvensional

2. Pembayaran

Klaim

Asuransi

pembayaran klaim resiko bersumber

Syari’ah

dari rekening perusahaan, dan murni

Berbeda halnya dengan asuransi

bisnis.

Klaim

perusahaan

yang

adalah

dibayarkan
dari

dikenal adanya dana tabungan. Dana

kewajiban timbal balik yang diatur

tabungan adalah dana titipan dari

dalam akad atau perjanjian asuransi,

peserta Asuransi Syariahdan akan

yaitu

mendapat alokasi bagi hasil (al-

sebagai

bagian

konvensional dalam asuransi syariah

konsekuensi

penanggung terhadap tertanggung.

mudharabah)

Dalam asuransi konvensional premi

investasi bersih yang diperoleh setiap

dan sumber pembayaran klaim dan

tahun. Dana tabungan beserta alokasi

unsur-unsur preminya terdiri atas:

bagi hasil akan dikembalikan kepada

a. Morality table yaitu daftar table

peserta

kematian
10

Ibid.,

berguna

untuk

apabila

dari

pendapatan

peserta

yang

bersangkutan mengajukan klaim baik
yang berupa klaim tunai maupun

72

klaim manfaat asuransi. Sedangkan,

perusahaan,

tabarru adalah derma atau dana

disepakati dalam akad.

kebajikan

dan

Pembayaran klaim pada asuransi

diikhlaskan oleh peserta asuransi jika

syariah yaitu, dana diambil dari

sewaktu-waktu akan dipergunakan

rekening tabarru (dana kebajikan)

untuk membayar klaim atau manfaat

seluruh peserta. Jadi sejak awal

asuransi

(life

peserta sudah ikhlas bahwa ada

insurance).

11

yang

diberikan

maupun

general

sebatas

yang

penyisihan dana yang akan dipakai

Berdasarkan Fatwa DSN Nomor:
21/DSN-MUI/X/2001

tentang

untuk menolong peserta bila terjadi
musibah. Sedangkan pada asuransi

Pedoman Umum Asuransi Syariah,

konvensional

pembayaran

klaim

Klaim merupakan:12

diambilkan dari dana perusahaan.

1. Klaim dibayarkan berdasarkan

Terhadap pelanggaran ketentuan yang

akad yang disepakati pada awal

dilakukan

perjanjian.

Tertanggung dapat dikenakan sanksi

2. Klaim

dapat

berbeda

dalam

jumlah, sesuai dengan premi

atas

a. Sanksi Administratif, (berlaku

sepenuhnya

hanya
akad

peserta,

dan

kewajiban

perusahaan

untuk

atas

merupakan
merupakan

akad
hak

bukan

pada

b. Sanksi Pidana.
1. Sanksi Administratif
Berdasarkan pada Pasal 70 Bab

memenuhinya.
4. Klaim

perusahaan

tertanggung).

hak

merupakan

untuk

perasuransian,

tijarah

merupakan

dan

berupa:

yang dibayarkan.
3. Klaim

Penanggung

tabarru

peserta

dan

kewajiban

XV,
Tahun

Undang-Undang
2014,

Nomor

menyatakan

40

bahwa

Sanksi Administratif adalah “Otoritas
Jasa

Keuangan

mengenakan

sanksi

berwenang
admistratif

11

Muhammad Syakir Sula, Asuransi
Syariah: life and General, Gema Insani
(Jakarta:2004) hlm 30.
12
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional
Nomor:
21/DSN-MUI/X/2001
Tentang
Pedoman Umum Asuransi Syari’ah.

kepada Setiap Orang yang melakukan
pelanggaran

terhadap

ketentuan

73

dalam

Undang-Undang

ini

peraturan pelaksanaannya.”
Sanksi

dan

13

i.

Larangan

menjadi

pemegang

saham, pengendali direksi, dewan

Administratif

yang

komisaris,

atau

yang

setara

dimaksudkan yaitu tercantum dalam

dengan

Pasal 71 Ayat 2 Undang-Undang

Pengendali, direksi, dan dewan

Nomor 40 Tahun 2014 yaitu:

komisaris pada badan hukum

a. Peringatan tertulis;

berbentuk koperasi atau usaha

b. Pembatasan
untuk

kegiatan

sebagian

atau

saham,

usaha,

bersama sebagaimana dimaksud

seluruh

dalam Pasal 6 Ayat (1) huruf c,

kegiatan usaha;
c. Larangan

pemegang

dewan pengawas syariah, atau

untuk

memasarkan

menduduki jabatan eksekutif di

produk asuransi atau produk

bawah direksi, atau yang setara

asuransi syariah untuk lini usaha

dengan

tertentu;

bawah direksi pada badan hukum

d. Pencabutan izin usaha;
e. Pembatalan
pendaftaran
Asuransi,

bagi
Pialang

bagi

bersama sebagaimana dimaksud

Pialang

dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c,

Reasuransi,

pada Perusahaan Perasuransian.
2. Sanksi Pidana, yaitu sanksi yang

konsultan

dikenakan

pada

kejahatan

perasuransian yang diatur dalam

aktuaria, akuntan public, penilai,

Undang-Undang

atau pihak lain yang memberikan

Tahun

jasa

Perasuransian, yaitu:

bagi

Perusahaan

Perasuransian;
g. Pembatalan

di

pernyataan

pernyataan

pendaftaran

eksekutif

berbentuk koperasi atau usaha

dan Agen Asuransi;
f. Pembatalan

jabatan

2014

Berdasarkan
persetujuan

bagi

lembaga mediasi atau asosiasi;
h. Denda administratif, dan/atau

Nomor

pada

40

tentang

Pasal

75

menyatakan bahwa: Setiap Orang
yang

dengan

memberikan

sengaja

tidak

informasi

atau

memberikan informasi yang tidak
benar, palsu dan/atau menyesatkan
13

Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2014 Tentang Perasuransian

kepada

Pemegang

Polis,

74

Tertanggung,

atau

Peserta

BAB III PENUTUP

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

A. Kesimpulan

31 Ayat (2) dipidana dengan pidana

1. Berdasarkan

penjara paling lama 5 (lima) tahun

asuransi

dan pidana denda paling banyak

asuransi

Rp.5.000.000.000.00

pelaksanaannya

(lima

miliar

pada

penerapan

konvensional
syariah,

dan
dalam

asuransi

rupiah), dilanjutkan dengan Pasal 76

konvensional mengandung unsur

menyatakan bahwa: Setiap Orang

ketidakpastian

yang

ketidakjelasan,

menggelapkan

Premi

atau

atau
dan

bunga.

dimaksud

Sedangkan pada asuransi syariah,

dalam Pasal 28 Ayat (5) dan Pasal 29

tidak memperbolehkan adanya

Ayat (4) dipidana dengan pidana

gharar (ketidakjelasan), maysir

penjara paling lama 5 (lima) tahun

(perjudian), dan riba (bunga).

dan pidana denda paling banyak

2. Pembayaran klaim, pada asuransi

Kontribusi

sebagaimana

Rp.5.000.000.000.00

(lima

miliar

takaful,

dana

diambil

rupiah), kemudian Pasal 78 juga

rekening

mengatur dan menyatakan bahwa:

kebajikan) seluruh peserta. Jadi

Setiap

melakukan

sejak awal pesertas sudah ikhlas

pemalsuan atas dokumen Perusahaan

bahwa ada penyisihan dana yang

Asuransi,

akan dipakai untuk menolong

Orang

yang

Perusahaan

Asuransi

tabarru’

dari

Syariah, perusahaan reasuransi, atau

peserta

perusahaan

Sedangkan

reasuransi

syariah

bila

(dana

terjadi

musibah.

pada

asuransi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal

konvensional pembayaran klaim

33 dipidana dengan pidana penjara

diambilkan dari dana perusahaan.

paling lama 6 (enam) tahun dan
pidana

denda

paling

Rp.5.000.000.000.00
rupiah).

(lima

banyak
miliar

B. Saran
Melihat
ditemukan

permasalahan
oleh

perbandingan

penulis

hukum

yang
terkait

penerapan

asuransi konvensional dan asuransi
syariah tersebut, maka:

75

1. Berdasarkan

pada

unsurnya,

bahwa ada penyisihan dana yang

hendaknya dalam penerapannya

akan dipakai untuk

asuransi

peserta

konvensonal

haruslah

bila

menolong

terjadi

musibah,

memiliki kepastian atau kejelasan

namun harus adanya kejelasan

dalam

mengenai

penerapannya,

sehingga

dana

yang

harus

Sedangkan

pada

dapat memberikan kepastian dan

disisihkan.

tidak

atau

asuransi konvensional, meskipun

bagi

pada awalnya pembayaran klaim

pada

diambilkan dari dana perusahaan,

memberikan

menimbulkan
peserta

kerugian

asuransi.

Serta

asuransi syariah, adanya kejelasan

namun

mengenai

yang

pemberitahuan atau aturan yang

melarang adanya unsur gharar,

jelas mengenai besarnya dana yang

masyir dan riba dalam asuransi

harus

syariah.

peserta

aturan

hukum

2. Berdasarkan Pembayaran klaim

harus

diambil

tersebut,

dari

ada

atau

suatu

diperoleh

dana

perusahan

sehingga

terdapat

pada asuransi syariah, meskipun

kejelasan, dan tidak adanya pihak

sejak awal peserta sudah ikhlas

yang dirugikan.

76

DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Muhammad Firdaus NH, dkk, Sistem Operasional Asuransi Syariah, Renaisan
ITC Cempaka Mas (Beoulevard barat) Blok N-7, (Jakarta, 2005)
Muhammad Iqbal, Asuransi Umum syariah dalam praktik upaya menghilangkan
Gharar, Maisir, dan Riba, Gema Insani, (Jakarta:2005)

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah: life and General, Gema Insani
(Jakarta:2004)
R. Permata Hastuti A. & F. Milla Fitri, Asuransi Konvensional, Syari’ah & BPJS,
(Jogyakarta:2016)
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional Nomor: 21/DSN-MUI/X/2001 Tentang Pedoman
Umum Asuransi Syari’ah.
B. Sumber Lain
http://www.dokumen.tips/entitas-syariahdocx.html
https://www.journal.stainkudus.ac.id/index.php/bisnis/artikel/1505.html
http://www.respository.usu.ac.id

77