Pembangunan Perumahan dan Permukiman di
Dukungan
Maraita Listyasari, Nurul Wajah Mujahid, Ira Lubis, Nur Aisyah Nasution, Dyota Condrorini, Fatty Rakhmaniar, Meddy C. Foto : Bowo Leksono
Diterbitkan Oleh
Direktorat Permukiman dan Perumahan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
Bekerjasama dengan
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan/POKJA AMPL
Atas Dukungan Pembiayaan
Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Permukiman dan Perumahan Kementerian Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/BAPPENAS
Gd. Baru Lt. 3 Jalan Taman Surapati No. 2 Jakarta 10310 Telp/Fax (+62-21) 31934819 Website : http://perkim.bappenas.go.id e-mail : perkim@bappenas.go.id
K ATA P ENGANTAR
P uji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas perkenannya
sehingga buku Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia dapat ter- bit sesuai dengan rencana. Gagasan untuk menerbitkan buku ini timbul pertama-tama didasari oleh keprihatinan kami terhadap kurang tersedianya sumber informasi yang memadai tentang pemba- ngunan perumahan dan permukiman di Indonesia. Sementara disadari sepenuhnya bahwa ketersediaan data dan informasi yang memadai merupakan salah satu kebu- tuhan mendasar bagi terselenggaranya pembangunan perumahan dan permukiman yang optimal.
Kami tidak berpretensi untuk terlihat lain, tetapi buku yang kami susun ini memang sedikit berbeda dengan apa yang selama ini kita punyai. Hal ini dilakukan untuk lebih mengoptimalkan ketersediaan data dan informasi yang selama ini masih berserak. Untuk itu, materi yang kami sajikan tidak hanya berupa data tetapi juga merangkum berbagai ragam informasi mulai dari isu pembangunan, kerangka kebijakan, kesepa- katan internasional, regulasi, dan bahkan kisah sukses.
Tentunya usaha untuk merealisasikan buku ini tidak akan tercapai tanpa kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Kami berhutang ucapan terima kasih kepada berba- gai pihak diantaranya (i) Sekretariat Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang merupakan mitra kerja utama kami dalam merampungkan kerja besar ini. Sebagian besar informasi yang terkumpul didapatkan dari Pusat Informasi AMPL yang merupakan salah satu bentuk layanan Sekretariat Pokja AMPL; (ii) Nara sumber yang telah meluangkan waktu untuk menyediakan informasi berharga yang kami butuhkan, khususnya dari sekretariat proyek; dan (iii) banyak pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga buku ini dapat menambah keragaman sumber informasi pem- bangunan perumahan dan permukiman dan bahkan menjadi pemicu pemangku kepentingan lainnya untuk melengkapi sumber informasi yang telah ada, serta memberi manfaat bagi peningkatan kinerja pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia.
Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas
Budi Hidayat
Tabel VII.4 Daftar Kisah Sukses Penyediaan Air Minum dan Pengelolaan Sanitasi .... 121 Tabel VII.5 Daftar Kisah Sukses Pengelolaan Sampah dengan Konsep 3R ................ 121 Tabel VII.6 Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat .............................................
123 Tabel VII.7 Daftar Kisah Sukses Pemeliharaan Kualitas Lingkungan .......................... 123 Tabel VII.8 Daftar Kisah Sukses Teknologi Ramah Lingkungan .................................. 124
Gambar 4.3 Pelayanan Air Minum Sumber Air Terlindungi Menurut Desa dan Kota, Tahun 1992-2006 (%) ..............................................................................
58 Gambar 4.5
Akses Penduduk pada Fasilitas Sanitasi Layak Menurut Desa, Kota, dan Total Tahun 2006 (%) .......................................................................
60 Gambar 6.1
Kondisi Operasi Sistem IKK di Indonesia ................................................ 104 Gambar 6.2
Kondisi SPAM-IKK per Wilayah di Indonesia .......................................... 104
D AFTAR S INGKATAN
3R Reduce, Recycle, Reuse 4R
Reduce, Recycle, Reuse, Replanting ADB
Asian Development Bank AIDS
Acquired Immune Deficiency Syndrome AJI
Aliansi Jurnalis Independen AKB
Angka Kematian Bayi AKI
Angka Kematian Ibu AMDAL
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMPL
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan AMPL-BM
Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat ANSP
Aceh-Nias Support Project APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional APM
Angka Partisipasi Murni APPB
Aliansi Perempuan untuk Pembangunan Berkelanjutan ASEAN
Association of South East Asia Nations AWP Annual Work Plans B3 Bahan Berbahaya dan Beracun BAB
Buang Air Besar BABS
Buang Air Besar Sembarangan BALITA Bawah Lima Tahun BAPEDAL Badan Pengendalian Dampak Lingkungan BAPEDALDA Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah BAPERTARUM-PNS Badan Pertimbangan Tabungan Perumahan Pegawai Negeri Sipil BAPPEDA Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEKO
Badan Perencanaan Pembangunan Kota BAPPENAS Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAZIS
Badan Amil Zakat, Infaq, dan Sodaqah BEST
Bina Ekonomi Sosial Terpadu BICONS
Bird Conservation Society BINTARI
Bina Karta Lestari BPPSPAM Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
BKM Badan Keswadayaan Masyarakat BKP4N Badan Kebijaksanaan dan Pengendalian Pembangunan Perumahan dan Permukiman Nasional BLM
Bantuan Langsung Masyarakat BLT
Bantuan Langsung Tunai
BP2BPK Pedoman Umum Pembangunan Perumahan dan Permukiman Bertumpu pada Kelompok BPABS
Badan Pengelola Air Bersih dan Sanitasi BPAM
Badan Pengelolaan Air Minum BPN Badan Pertanahan Nasional BPO
Bahan Perusak Ozon BPP
Badan Pendukung Pengembangan BPPSPAM
Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum BPS
Badan Pusat Statistik BR2K
Bantuan Revitalisasi Rumah Kumuh BRI Bank Rakyat Indonesia BUMD
Badan Usaha Milik Daerah BUMN
Badan Usaha Milik Negara BUMS
Badan Usaha Milik Swasta BUS Berlian Unggas Sakti CAP
Community Action Plan CBO Community-Based Organization CBSWM
Community Based Solid Waste Management
CCTV Closed Circuit Television CDM
Clean Development Mechanism CDS
City Development Strategies CFR
Case Fatality Rate CIBLAS Koperasi Cibangkong Sebelas CLTS
Community Led Total Sanitation CO2 Karbondioksida Co-BILD
Community Based Initiatives for Housing and Local Development COD
Chemical Oxygen Demand CPAP
Country Program and Action Plan CPM
Country Program Mission CSP
Country Strategy and Program CSR
Corporate Social Responsibility CTPS
Cuci Tangan Pakai Sabun CU Credit Union CWSHP
Community Water Service and Health Program
DAS Daerah Aliran Sungai DBOM
Design Build Operate Maintain DED Detail Engineering Design DEPDAGRI
Departemen Dalam Negeri DEPKES Departemen Kesehatan DEPKEU Departemen Keuangan DEWATS Decentralized Wastewater Treatment System DIPA
Daftar Isian Proyek dan Anggaran DIPDA
Daftar Isian Proyek Daerah DITJEN Direktorat Jenderal
DSDP Denpasar Sewerage Development Project DSR
Debt to Service Ratio EE Environmental Education ESP
Environmental Services Program
FBOOT Finance Build Own Operate Transfer FHN
Family Health Nutrition FMCU
Forum Masyarakat Code Utara fMPS
Forum Masyarakat Peduli Sungai
GBHN
Garis-Garis Besar Haluan Negar
GDP Gross Domestic Product GNPSR
Gerakan Nasional Pembangunan Satu Juta Rumah GOI Government of Indonesia GPL
Gerakan Peduli Lingkungan GRK Gas Rumah Kaca GTZ
Deutsche Gesselschaft fur Technische Zusammenarbeit HA Hektar HAM
Hak Asasi Manusia HDI
Human Development Index HGB
Hak Guna Bangunan HGU
Hak Guna Usaha HIPPAM
Himpunan Penduduk Pengelola Air Minum HIV
Human Immunodeficiency Virus
HPAT Hak Pakai Atas Tanah HPI
Human Poverti Index HSF
Hanns Seidel Foundation HSP
Health Services Program HU Hidran Umum IKK Ibukota Kecamatan IPAL
Instalasi Pengolahan Air Limbah
IPESATU Instalasi Pengolahan Sampah Terpadu IPLBM
Instalasi Pengolah Limbah Berbasis Masyarakat IPLT
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
ISPA
Infeksi Saluran Pernafasan Atas
ISSDP Indonesia Sanitation Sector Development Program ITS
Institut Teknologi Sepuluh November IWRM
Integrated Water Resources Management IYS
International Year of Sanitation JABAR Jawa Barat Jampedas
Jaringan Masyarakat Peduli Sub DAS Cikundul JO Joint Operation JICA
Japan International Cooperation Agency JKM
Jaringan Kesejahteraan dan Kesehatan Masyarakat JUMANTIK
Juru Pemantau Jentik K3A
Kelompok Kerja Komunikasi Air
KEMENPERA Kementerian Negara Perumahan Rakyat KEPMEN Keputusan Menteri KfW
German Bank for Reconstruction KIP
Kampung Improvement Program KIR
Kelompok Ilmiah Remaja KITA Kitakyusu International Techno-Cooperative Association KK Kepala Keluarga KKS
Klub Konservasi Sekolah KLB
Kejadian Luar Biasa KLH
Kementerian Negara Lingkungan Hidup KM Kilometer KONUS
Konservasi Alam Nusantara KORPRI
Korps Pegawai Republik Indonesia KPM
Komite Pemberdayaan Masyarakat KPR/KPRS Kredit Pemilikan Rumah/Kredit Pemilikan Rumah Sederhana Sehat KPS
Kerjasama Pemerintah Swasta KPSHK Konsorsium Pendukung Sistem Hutan Kerakyatan KRuHA
Koalisi Rakyat untuk Hak Atas Air KTP2D
Kawasan Terpilih Pusat Pengembangan Desa
KTT Kelompok Tani Tahura KTT
Konferensi Tingkat Tinggi LDR
Loan to Deposit Ratio Lisiba
Lingkungan Siap Bangun Lisiba-BS
Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri
LKB Lembaga Keuangan Bank LKM
Lembaga Keuangan Mikro LKM-KOLISA
Lembaga Keuangan Mikro Koperasi Lima Saudara LKNB
Lembaga Keuangan Non-Bank LMD/LKMD Lembaga Masyarakat Desa/Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa LPK
Lembaga Penjamin Kredit LPMK
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan LPP
Lembaga Pembiayaan Perumahan LPW Lembaga Perwakilan Warga LSM
Lembaga Swadaya Masyarakat MAP
Mangrove Action Project MBR
Masyarakat Berpenghasilan Rendah MCK
Mandi Cuci Kakus MCS
Marine Conservation Society MDGs Millennium Development Goals MENDIKNAS
Menteri Pendidikan Nasional MENKOKESRA Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat MENPERA Menteri Perumahan Rakyat
MSC Mitra Surya Cemerlang MSJ Mekarsari Jaya MURI
Museum Rekor Indonesia MUSPIKA Musyawarah Pimpinan Kecamatan NAD
Nanggroe Aceh Darussalam NATURLIKE Naturalis Cilik Beretika NGO Non-Government Organization NSPM
Norma, Standar, Pedoman, dan Manual
NTB Nusa Tenggara Barat NTT
Nusa Tenggara Timur NUP Neighborhood Upgrading Plan’s NUSSP
Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project ODF Open Defecation Free OISCA
Organization for Industrial, Spiritual, and Cultural Advancement OM
Operation and Monitoring P2KP
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan P2BPK Pembangunan Perumahan Bertumpu pada Kelompok P3KT
Proyek Pembangunan Prasarana Kota Terpadu P3DT
Proyek Pembangunan Prasarana Desa Terpadu PAGARWAJA
Paguyuban Masyarakat Bukit Kencana
PAMRT Pengelolaan Air Minum Tingkat Rumah Tangga PAMSIMAS
Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat PARAS
Penguatan Ekonomi Kerakyatan PARING
Sampah Kering PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa PCI
Project Concern International PD Perusahaan Daerah PDAM
Perusahaan Daerah Air Minum PDAL
Perusahaan Daerah Air Limbah PDB Pendapatan Domestik Bruto PDPAL
Perusahaan Daerah Pengolahan Air Limbah PELITA
Pembangunan Lima Tahun PEMKOT Pemerintah Kota PEMPROV Pemerintah Provinsi PERMEN Peraturan Menteri PERPRES Peraturan Presiden PHAST
Participatory Health and Sanitation Transformation PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PID
Project Implementation Document PJU Penerangan Jalan Umum PKK
Program Kesejahteraan Keluarga PKT
Pembangunan Kawasan Terpadu PLED
Partnership for Local Economic Development PLN Perusahaan Listrik Negara
PNBI Program Nasional Bagi Anak Indonesia PNPM
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
PNS Pegawai Negeri Sipil PODES Potensi Desa Pokja AMPL
Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Pokmer
Kelompok Pemakai Air Bersih Polri
Kepolisian Republik Indonesia POSYANDU
Pos Pelayanan Terpadu PP Peraturan Pemerintah PPAB Pengurus Pemakai Air Bersih PPAT
Pejabat Pembuat Akta Tanah PPP
Public Private Partnership PPP
Purchasing Power Parity PPK
Program Pengembangan Kecamatan PPK-IPM Program Pendanaan Kompetisi - Indeks Pembangunan Masyarakat PPM-PL Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan
PPSAB Panitia Pembangunan Sarana Air Bersih PPSDA
Perempuan Peduli Sumber Daya Air PROPENAS
Program Pembangunan Nasional PSU
Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum PT Perguruan Tinggi PTPN
Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara PU Pekerjaan Umum PUSDAKOTA Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan PUSLITBANGKIM
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman RENSTRA Rencana Strategis REPELITA
Rencana Pembangunan Lima Tahun RBC
Rotating Biological Contractors RCS
Raptor Conservation Society RIT
Rumah Inti Tumbuh RP4D Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Daerah RPJMN
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJPN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RsH
Rumah Sederhana Sehat RSS
Rumah - Inti Sehat Sederhana RT Rumah Tangga RT/RW
Rukun Tetangga/Rukun Warga RTRW
Rencana Tata Ruang Wilayah RUSUNAMI
Rumah Susun Sederhana Milik RUSUNAWA
Rumah Susun Sederhana Sewa RWSS
Rural Water Supply and Sanitation SANIMAS
Sanitasi Berbasis Masyarakat
SD Sekolah Dasar SDA Sumber Daya Air SDA Sumber Daya Alam SDM Sumber Daya Manusia SERULING
Sekolah Ramah Lingkungan SIMASTER
Sistem Mengolah Sampah Terpadu SK Surat Keputusan SLA
Subsidiary Loan Agreement SMA
Sekolah Menengah Atas SMF
Secondary Mortgage Facility SMK
Sekolah Menengah Kejuruan SMM
Secondary Mortgage Market SMP
Sekolah Menengah Pertama SMUN
Sekolah Menengah Umum Negeri SPAM
Sistem Penyediaan Air Minum SPTPD
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Daerah
SR Sambungan Rumah STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat STIKES
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan SToPS
Sanitasi Total dan Pemasangan Sanitasi SUSENAS
Survey Sosial Ekonomi Nasional SWS
Safe Water System TA Technical Assistance TAD
Tidak Ada Data TERANGI
Terumbu Karang Indonesia THM Takakura Home Method TK Taman Kanak-Kanak TKM
Tim Kerja Masyarakat TNI
Tentara Nasional Indonesia TOGA
Tanaman Obat Keluarga TOT
Training of Trainer TPA
Tempat Pembuangan Akhir TPAK
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPS
Tempat Pembuangan Sementara Sampah TPT
Tingkat Pengangguran Terbuka TSSM
Total Sanitation and Sanitation Marketing UASB
Upflow Anerobic Sludge Blanket UKL
Upaya Pengelolaan Lingkungan UKS
Usaha Kesehatan Sekolah UN United Nations UNCED
United Nations Conference on Environment and Development UNDP
United Nations Development Programme UNESCO
United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization UNHCS
United Nations for Human Settlements
USAID United States Agency for International Development US-EPA United States-Environmental Protection Agency USD/US$
United States Dollar UU Undang-Undang UUD Undang-Undang Dasar WALHI
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WASPOLA
Water Supply and Sanitation Policy and Action Planning WES
Water and Environmental Sanitation WHO
World Health Organization WJEMP Implementation of Western Java Environmental Management Project WNI
Warga Negara Indonesia WPL
Warga Peduli Lingkungan WSM Watershed Management WTE
Waste to Energy WTP Wajar Tanpa Pengecualian WTP
Water Treatment Plants WSLIC
Water and Sanitation for Low Income Communities WSP-EAP
Water and Sanitation Program East Asia and the Pacific WWD World Water Day WWF World Water Forum YBL
Yayasan Bina Lestari YPAL
Yayasan Pribumi Alam Lestari
D AFTAR I STILAH
D alam buku ini dipakai berbagai istilah teknis yang biasa ditemukan dalam bidang
perumahan dan permukiman. Pencantuman istilah teknis dalam buku ini bertujuan untuk memudahkan pengguna data dalam memahami maksud dari setiap data dan analisis yang dipaparkan.
1. Status Penguasaan Tempat Tinggal
a. Milik Sendiri Jika tempat tinggal tersebut betul-betul sudah milik kepala rumah tangga (KRT) atau salah satu anggota rumah tangga (ART). Rumah yang dibeli secara angsuran melalui kredit bank atau dengan status sewa beli dianggap sebagai rumah milik sendiri.
b. Kontrak Jika tempat tinggal tersebut disewa oleh KRT atau ART dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai, misalnya satu atau dua tahun. Cara pembayarannya biasanya sekaligus di muka atau dapat diangsur menurut persetujuan kedua belah pihak.
c. Sewa Jika tempat tinggal tersebut disewa oleh KRT atas salah seorang ART dengan pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu tertentu.
d. Bebas Sewa Jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain (bukan famili/orangtua) dan ditempati/didiami oleh RT tanpa mengeluarkan suatu pembayaran apapun.
e. Rumah Dinas Jika tempat tinggal tersebut dimiliki dan disediakan oleh suatu instansi tempat bekerja salah satu ART baik dengan membayar sewa maupun tidak.
f. Rumah Milik Orang Tua/Sanak/Saudara Jika tempat tinggal tersebut bukan milik sendiri melainkan milik orangtua/sanak/saudara dan tidak mengeluarkan suatu pembayaran apapun untuk mendiami tempat tinggal tersebut.
g. Lainnya Jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat, dan sebagainya.
2. Cara Memperoleh Bangunan
a. Membeli dari Pengembang (Perumnas, Real Estate, dll) a. Membeli dari Pengembang (Perumnas, Real Estate, dll)
c. Membeli Baru dari Perorangan Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang dibeli dari perorangan atau pihak lain dalam keadaan baru. Dikatakan baru bila pembeli merupakan penghuni pertama dari rumah tersebut.
d. Membeli bukan Baru Cara memperoleh rumah yang dibeli dari perorangan atau dari pihak lain dalam keadaan tidak baru/sudah pernah ditempati oleh orang (ART) lain.
e. Membangun dengan Biaya Sendiri Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dengan biaya sendiri tanpa meminjam dari pihak manapun.
f. Membangun dengan Pinjaman Perorangan Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dan biayanya berasal dari pinjaman/hutang dari perorangan, misalkan dari orang tua, saudara, teman, dan sebagainya.
g. Membangun dengan Pinjaman Bank/Koperasi Cara memperoleh tempat tinggal/rumah dengan membangun sendiri dan biayanya berasal dari pinjaman/hutang dari lembaga keuangan seperti bank atau pinjaman/hutang dari koperasi.
h. Lainnya Cara memperoleh tempat tinggal/rumah yang tidak termasuk ke dalam kategori diatas, contohnya pengalihan administrasi, warisan, dan hibah. Pengalihan administrasi adalah cara memperoleh rumah melalui pengalihan administrasi, seperti pembelian rumah dinas. Perolehan rumah dengan fasilitas pengalihan administrasi biasanya mendapat subsidi tertentu dibandingkan cara lainnya.
3. Cara Pembayaran
a. Tunai Adalah membayar secara kontan (bukan kredit) kepada pihak penjual dan tidak melalui hutang dari manapun.
b. Angsuran KPR (Bank, Lembaga Keuangan) Adalah angsuran yang dipergunakan untuk kredit pemilikan rumah yang dikeluarkan oleh bank/lembaga keuangan.
c. Angsuran Bukan KPR Adalah angsuran yang dipergunakan untuk pembayaran kredit pemilikan rumah yang dikeluarkan bukan oleh KPR. Termasuk dalam kategori ini adalah membeli langsung kepada pengembang yang uangnya dipinjam dari koperasi untuk membeli rumah.
d. Lainnya Adalah cara pembayaran yang tidak termasuk dalam kategori diatas. Misalnya
4. Surat Tanah
a. Sertifikat dari BPN/Kantor Agraria Adalah tanda bukti yang diberikan oleh pemilik tanah. Sertifikat ini bisa berupa sertifikat hak milik, hak guna bangunan, atau hak pakai.
b. Akta Jual Beli Adalah salah satu tanda bukti kepemilikan tanah oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT/Notaris) yang berupa akta perjanjian jual beli antara penjual dan pembeli atas tanah yang dipergunakan sebagai tempat tinggal responden
c. Girik Adalah surat tanda bukti kepemilikan tanah yang dikeluarkan dari kepala desa/kelurahan yang digunakan untuk penarikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
d. Lainnya Misalnya surat jual beli tanah (bukan akta jual beli) baik di atas segel/meterai maupun tidak, dan tanda bukti kepemilikan lain selain kategori diatas.
e. Tidak Ada Bukti Apabila tanah dari rumah yang ditempati tidak memiliki tanda bukti kepemilikan apapun.
5. Status Hukum Tanah
Adalah hak untuk mempergunakan tanah tidak termasuk benda-benda lain di dalam tanah seperti bahan-bahan mineral dan minyak, dalam bentuk jenis sertifikat tanah yang dikeluarkan pemerintah atau turun temurun berdasarkan adat yang diakui pemerintah. Status hukum tanah yang dimaksud adalah status hukum dari tanah yang diatasnya berdiri bahan bangunan tempat tinggal responden, tanpa memperhatikan status kepemilikan dari tempat tinggal tersebut.
a. Hak Milik Adalah hak atas tanah yang dikuasai tanpa batas waktu dan dapat dialihkan kepada pihak lain serta dapat digunakan untuk berbagai keperluan
b. Hak Guna Bangunan Adalah hak atas tanah yang penguasaannya maksimum 30 tahun dan dapat dialihkan kepada pihak lain tetapi penggunaannya hanya untuk bangunan.
c. Hak Pakai Adalah hak atas tanah dengan jangka waktu penggunaannya terbatas, kurang lebih 10 tahun atau selama tanahnya dipergunakan untuk keperluan tertentu.
6. Luas Tapak Bangunan
Adalah luas tanah sebatas luasnya pondasi yang dibuat untuk bangunan. Untuk bangunan bertingkat, luas tapak hanya untuk lantai satu saja, sedangkan lantai dua dan seterusnya tidak mempunyai tapak bangunan.
7. Plafon Bangunan
Plafon adalah jenis pembatas ruang bagian atas ruangan yang terletak di bawah atap yang berfungsi untuk melindungi penghuni ruangan dari udara panas, dingin, Plafon adalah jenis pembatas ruang bagian atas ruangan yang terletak di bawah atap yang berfungsi untuk melindungi penghuni ruangan dari udara panas, dingin,
c. Kayu/Triplek
d. Asbes
e. Anyaman Bambu
f. Lainnya
g. Tidak Ada, jika bangunan tidak memiliki plafon atau jika atap bangunan langsung merangkap sebagai plafon.
8. Kondisi Bangunan Tempat Tinggal
a. Baik, apabila rumah yang kerangka pokoknya (kerangka atap, dinding, dan lantai) atau komponen bangunannya belum memerlukan perbaikan.
b. Sedang, apabila rumah yang kerangka pokoknya atau sebagian kecil komponen bangunannya memerlukan perbaikan atau salah satu kerangka pokoknya rusak, misalnya hanya dindingnya saja yang rusak.
c. Rusak, apabila rumah yang dua dari kerangka pokoknya atau sebagian besar komponen bangunannya memerlukan perbaikan.
d. Rusak berat, apabila rumah yang kerangka pokoknya memerlukan perbaikan segera karena membahayakan penghuninya
9. Secure Tenure adalah jaminan bagi masyarakat untuk tinggal di suatu tempat karena adanya bukti kepemilikan, sewa, atau mengontrak rumah, baik secara pribadi ataupun kelompok.
10. Backlog adalah jumlah akumulasi kebutuhan yang tidak terpenuhi pada tahun-tahun sebelumnya.
11. Konsep Tribina adalah konsep pembangunan untuk menanggulangi masalah kemiskinan yang tidak hanya fokus ke hal-hal bersifat fisik saja, namun juga memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat. Terdapat tiga komponen dalam konsep ini, yaitu Bina Manusia, Bina Usaha, dan Bina Lingkungan. Bina manusia dilakukan melalui kegiatan peningkatan kesehatan, pendidikan, maupun pembentukan perilaku masyarakat melalui kegiatan keagamaan (pengajian, dan sebagainya). Bina usaha dilakukan untuk melatih masyarakat agar mampu meningkatkan perekonomian, misalnya dengan bantuan permodalan dan peningkatan keterampilan berusaha. Sedangkan bina lingkungan dilaksanakan antara lain melalui kegiatan peningkatan kualitas lingkungan permukiman. Ketiga komponen tersebut dilaksanakan secara paralel untuk mencapai target penanggulangan kemiskinan secara menyeluruh.
suatu pendekatan yang menempatkan kebutuhan masyarakat sebagai faktor yang menentukan dalam pengambilan keputusan termasuk di dalamnya pendanaan.
13. Kepemilikan Fasilitas Sanitasi 13. Kepemilikan Fasilitas Sanitasi
14. Cara Pembuangan Sampah
a. Diangkut Petugas/Dibuang ke TPS/TPA Bila sampah yang dihasilkan dari rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan untuk dibawa ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat penampungan akhir (TPA), termasuk yang dibuang langsung oleh ART ke TPS/TPA.
b. Ditimbun Bila sampah dibuang ke dalam lubang, kemudian ditimbun dengan tanah (sanitary landfill).
c. Dibakar Bila sampah dibakar langsung maupun ditumpuk dahulu, kemudian dibakar.
d. Dibuang ke Kali/Selokan Bila sampah dibuang langsung ke kali/selokan.
e. Dibuang Sembarangan Bila sampah dibuang ke sembarang tempat atau tidak memiliki tempat penampungan yang tetap, misal jalan, tanah kosong, dan lain-lain
f. Lainnya Bila sampah dibuang dengan cara selain yang tidak disebutkan diatas, misalnya dijadikan makanan ternak.
03 Perkembangan Isu
1.1 Perkembangan Perumahan dan Permukiman
pertanian dan irigasi sebagai upaya memantapkan ketahanan
di Indonesia
pangan. Dalam Pelita II terjadi perubahan ekonomi dunia de- ngan meningkatnya harga minyak bumi di pasaran dunia.
P Indonesia sebagai negara yang menyimpan sebagian cadang-
erkembangan pembangunan perumahan dan permukim-
an di Indonesia dikategorikan dalam beberapa era, an minyak bumi dunia menjadi sasaran investasi, yang mem- yaitu sebelum 1980, 1980-1990, 1990-2004, dan setelah
bawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia dengan 2004. 1
berkembangnya industri hilir dan industri terkait lainnya. Industri tersebut pada umumnya berlokasi di kawasan perko-
taan sehingga pertumbuhan ekonomi di perkotaan meningkat Pada era tahun 1970 - 1980, pembangunan perumahan
A. Era sebelum 1980
cukup pesat. Pertumbuhan ekonomi di perkotaan tersebut meski belum dianggap penting namun mulai dinyatakan secara
menarik tenaga kerja di perdesaan untuk berimigrasi ke perko- eksplisit dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun
taan. Hal ini membawa dampak kepada meningkatnya kebu- 1973 bahwa pembangunan perumahan perlu lebih diper-
tuhan terhadap infrastruktur seperti jaringan jalan, jaringan air hatikan, perlunya mewujudkan hasil penelitian yang telah
minum dan penyehatan lingkungan, energi, komunikasi, dan dilakukan, perlunya diciptakan sistem pembiayaan serta per-
sebagainya.
lunya penyuluhan tehadap masyarakat tentang rumah sehat. Pelayanan air minum di perkotaan pada saat Pelita I dan Arahan itu kemudian dituangkan dalam rencana pembangun-
Pelita II masih mengandalkan jaringan yang dibangun pada an lima tahun (Repelita) 1974-1979, sebagai komitmen negara
masa penjajahan dan investasi tambahan setelah yang dibuktikan antara lain dengan mengalokasikan ang-
kemerdekaan dengan jumlah yang sangat terbatas. Kondisi garannya.
tersebut tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan pen- duduk. Investasi prasarana dan sarana air minum beserta operasi dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Biaya pembangunan prasarana dan sarana air minum berasal dari APBN, APBD, maupun bantuan luar negeri bilateral, dan multilateral yang berasal dari Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia. Pembangunan prasarana dan sarana air minum berskala kecil biasanya dikaitkan dengan proyek pembangunan lainnya, seperti Kampung Improvement Project I (KIP I).
Dalam Pelita I dan Pelita II, pembangunan prasarana dan sarana air minum belum menyentuh masyarakat perdesaan dan perkotaan skala kecil (IKK), yaitu wilayah permukiman dengan jumlah penduduk kurang dari 20 ribu jiwa. Pada
umumnya, masyarakat perdesaan mendapatkan air dari Pembangunan prasarana dan sarana permukiman kurang
Foto: Istimewa
sarana tradisional, seperti sumur, mata air, sungai dan seba- mendapat prioritas selama Pelita I (1969-1974) dan Pelita II
gainya. Pada waktu itu, pembangunan prasarana dan sarana (1974-1979). Demikian pula halnya dengan pembangunan
air minum di perdesaan sebagian dilaksanakan oleh sarana pelayanan masyarakat lainnya, seperti komunikasi,
Departemen Kesehatan. Selain itu, pembangunan prasarana transportasi, dan energi. Dalam dua dasawarsa tersebut titik
dan sarana air minum juga dilaksanakan oleh LSM, Unicef, berat pembangunan nasional difokuskan pada pembangunan
serta bantuan teknis WHO dan UNDP. Pembangunan prasara-
1 Sebagian besar materi pada bagian ini dikutip dari dua dokumen. Materi tentang perumahan dikutip dari Kajian Pendahuluan Penyusunan RPJMN 2010-2014 Bidang Perumahan dan Permukiman, sementara materi permukiman dikutip dari Dokumen Kebijakan
Nasional Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat 2003.
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
na dan sarana air minum di perdesaan seringkali ditujukan masyarakat. Sehingga selama Pelita III (1979-1984) dan Pelita untuk uji coba penerapan teknologi tepat guna, misalnya
IV (1984-1989) terjadi peningkatan investasi yang sangat sig- pompa tangan atau uji coba perangkat lunak seperti konsep
nifikan di sektor air minum. Dalam Pelita III pembangunan peran serta masyarakat dan konsep pembentukan lembaga
prasarana dan sarana air minum berhasil meningkatkan cakup- pengelola. Skala pengembangannya sangat terbatas dan tidak
an pelayanan air minum sebesar 20-30% dan dalam Pelita IV besar, sehingga cakupan pelayanan dan dampaknya juga sa-
penyediaan prasarana dan sarana air minum mampu melayani ngat terbatas. Prasarana dan sarana air minum yang telah di-
55% masyarakat.
bangun seringkali tidak berlanjut atau mengalami kegagalan, Selama Pelita III, pemerintah menyediakan investasi cukup karena prasarana dan sarana yang dibangun tidak dipelihara
besar di bidang penyediaan prasarana dan sarana air minum di dengan baik.
perkotaan, termasuk untuk meningkatkan kemampuan aparat Selama Pelita I dan Pelita II, pembangunan prasarana dan
pemerintah dalam bidang perencanaan dan pelaksanaan. sarana penyehatan lingkungan di perkotaan dan perdesaan
Pada saat itu, pemerintah mulai melakukan kerjasama dengan belum mendapatkan perhatian. Penanganan masalah limbah
lembaga keuangan internasional dalam bentuk pinjaman luar masih terbatas pada tahap konsep penanganan dan belum
negeri untuk melakukan investasi di sektor air minum. Model diwujudkan ke dalam pembangunan fisik. Selain itu, pengelo-
pendekatan pembangunan dan standar teknis pengelolaan laan limbah manusia secara sistematik belum dilakukan.
dirumuskan oleh pemerintah pusat, termasuk untuk pemba- Penanganan limbah pada tingkat rumah tangga dilayani
ngunan prasarana dan sarana air minum di Ibu Kota melalui jamban dengan tangki septik, sedangkan masyarakat
Kecamatan (IKK). Pembangunan prasarana dan sarana air yang tidak memiliki jamban menggunakan tempat pembuang-
minum dilaksanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum de- an limbah tradisionil seperti sungai, kolam, kebun, sawah, dan
ngan mengacu kepada standar teknis pelayanan air minum lain-lain. Dalam upaya penataan permukiman kumuh di perko-
internasional yang mendasarkan perhitungan kepada jumlah taan, pemerintah membangun tempat mandi, cuci, dan kakus
penduduk. Dampak dari pelaksanaan standar tersebut adalah (MCK). Sebagian prasarana dan sarana penyehatan lingkung-
terkonsentrasinya investasi prasarana dan sarana air minum an cakupan pelayanannya terbatas, kurang terpelihara, dan
pada kawasan-kawasan yang padat penduduk seperti di pulau kurang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Jawa dan pulau Sumatera. Walaupun telah cukup banyak investasi yang dilaksanakan untuk meningkatkan pelayanan
prasarana dan sarana air minum namun laju investasi tidak Sejak 1983, istilah perumahan rakyat dalam GBHN diubah
B. Era 1980 - 1990
dapat mengimbangi laju pertumbuhan penduduk sehingga menjadi perumahan dan permukiman dan tetap menjadi kebi-
cakupan pelayanan sulit untuk dinaikkan secara signifikan. jakan sektor yang eksplisit di bawah bidang kesejahteraan.
Pembangunan prasarana dan sarana air minum di kota Posisi di bawah bidang kesejahteraan sosial ini terus berlan-
kecil (dengan jumlah penduduk kurang dari 50.000 jiwa) dilak- jut sampai dengan GBHN 1998. Hal ini paling tidak telah
sanakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Sebagai penge- memberi gambaran bahwa perumahan dan permukiman
lolanya dibentuk Badan Pengelola Air Minum (BPAM) yang memang dianggap sebagai instrumen peningkatan kesejahte-
bersama-sama dengan pemerintah daerah dikembangkan raan sosial.
menjadi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sedangkan Pertumbuhan ekonomi pada era 1980-1990 cukup tinggi,
pembangunan prasarana dan sarana air minum di perdesaan dan sektor manufaktur dan teknologi berkembang sangat
dilaksanakan oleh Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit pesat. Kondisi perekonomian yang baik tersebut sangat kon-
Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPM-PL), Departemen dusif bagi perkembangan sektor infrastruktur. Pada saat yang
Kesehatan dibantu oleh Direktorat Jenderal Pembangunan sama dicanangkan Dekade Air Internasional (1981-1989) yang
Masyarakat Desa (PMD), Departemen Dalam Negeri. Pola bertujuan meningkatkan pelayanan air minum bagi semua
perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan ditentukan oleh lapisan masyarakat. Kedua momentum tersebut menjadi pen-
pemerintah pusat melalui departemen teknis yang menangani. dorong bagi peningkatan pelayanan air minum bagi
Pada era ini bantuan kerjasama dan pinjaman luar negeri
05 Perkembangan Isu
melalui lembaga keuangan bilateral dan multilateral meningkat tahun 1980-an, namun demikian teknologi yang dipergunakan terus. Walaupun dalam skala kecil, LSM mulai berperan serta
masih belum ramah lingkungan sehingga seringkali menim- dalam penyediaan prasarana dan sarana air minum di perde-
bulkan persoalan baru pada lingkungan sekitarnya. Kesadaran saan dan kota-kota kecil dengan bantuan dana dari berbagai
untuk mempergunakan teknologi yang ramah lingkungan ber- donor nirlaba. Seiring dengan meningkatnya tuntutan otonomi,
benturan dengan mahalnya konstruksi, operasi, dan pemeliha- untuk mendorong kapasitas pemerintah daerah dalam menge-
raan yang harus dilaksanakan. Inovasi-inovasi baru dibidang lola pembangunan prasarana dan sarana air minum maka di-
pengelolaan limbah padat yang ramah lingkungan kurang men- ciptakan mekanisme hibah pemerintah pusat kepada pemerin-
dapatkan perhatian dari pemerintah. tah daerah. Walaupun tingkat cakupan pelayanan kepada
Pembangunan saluran limbah yang terintegrasi dengan masyarakat meningkat secara signifikan, namun kinerja
sistem penanggulangan banjir dan drainase air hujan belum pemanfaatan prasarana dan sarana yang telah dibangun ter-
dilaksanakan secara integratif dan sistematis. Pada saat itu, nyata kurang menggembirakan, banyak prasarana dan sarana
untuk memecahkan persoalan genangan yang ada di permu- yang tidak dapat dioperasikan karena tidak dipelihara secara
kiman, pemerintah cenderung untuk memecahkannya dengan benar.
pendekatan parsial. Dampaknya adalah tidak adanya kesatuan Pada pembangunan bidang penyehatan lingkungan, upaya
sistem jaringan drainase dengan lingkup perkotaan sehingga pembangunan dilakukan untuk mengelola limbah cair dan lim-
penanganan persoalan genangan pada satu kawasan menye- bah padat. Instalasi pengolah limbah cair terpusat (sewerage)
babkan genangan pada kawasan lain. Selain itu, lemahnya mulai dibangun di beberapa kota besar oleh Departemen
kapasitas dan tanggung jawab aparat di bidang jaringan Pekerjaan Umum. Mengingat operasi dan pemeliharaan insta-
drainase serta tidak adanya anggaran untuk operasi dan lasi pengolah limbah cair memerlukan kecermatan teknis dan
pemeliharaan jaringan drainase merupakan permasalahan biaya yang mahal maka pengoperasian dan pemeliharaannya
rutin yang menyebabkan tidak tertanganinya genangan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan secara bertahap di-
ada di permukiman.
serahkan kepada pemerintah daerah. Pemerintah mulai me- ngembangkan dan mempromosikan sarana pengolah limbah
C. Era 1990 - 2004
setempat (on-site) dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK). Pelita V (1989-1994) dan Pelita VI (1994-1999) merupakan Pembangunan MCK banyak mengalami hambatan dan kega-
era globalisasi terutama di bidang ekonomi. Meningkatnya tun- galan serta sarana yang telah terbangun kurang dimanfaatkan
tutan otonomi daerah dan kebijakan desentralisasi menyebab- oleh masyarakat. Untuk kawasan padat penduduk di perkotaan
kan kendali pemerintah pusat lebih dilonggarkan. Pada saat dilaksanakan pembangunan prasarana dan sarana penye-
yang sama, prinsip Dublin-Rio (Dublin-Rio Principles) diterap- hatan lingkungan yang dilengkapi tangki septik. Kegiatan ini
kan secara internasional. Keterlibatan dunia swasta di semua pada umumnya dilaksanakan bersama antara pemerintah de-
sektor meningkat pesat, demikian juga di bidang infrastruktur ngan masyarakat, pemerintah menyediakan dana stimulan dan
perkotaan. Pada Repelita VI, pembangunan prasarana dan sa- dikembangkan oleh masyarakat melalui swadana. Program
rana air minum direncanakan untuk melayani sekitar 60% pen- penyediaan jamban di perdesaan, seluruh material pemba-
duduk perdesaan dan 80% penduduk perkotaan. Krisis eko- ngunannya ditentukan oleh pemerintah pusat, ternyata hasil-
nomi, yang terjadi sejak Agustus 1997 dan diikuti oleh krisis nya kurang menggembirakan. Cakupan pelayanannya me-
politik, mengakibatkan terjadinya kemandegan ekonomi, ningkat secara signifikan, namun demikian, kenyataan menun-
cadangan devisa pemerintah sangat terbatas sehingga ang- jukkan bahwa sebagian besar masyarakat perdesaan masih
garan pemerintah yang ada tidak mencukupi untuk membiayai melakukan "buang air besar" (BAB) di tempat tradisional.
pembangunan prasarana dan sarana. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan
Investasi prasarana dan sarana air minum pada masa itu menyebabkan terabaikannya penanganan limbah padat, khu-
banyak berasal dari hutang lembaga keuangan bilateral susnya di perkotaan. Pengelolaan limbah padat (sampah) baru
maupun multilateral. Keberhasilan konsep Proyek Pemba- dilakukan secara sistematis oleh pemerintah dimulai awal
ngunan Prasarana Kota Terpadu (P3KT) yang menginte-
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
grasikan seluruh infrastruktur perkotaan kedalam satu paket
batas.
pinjaman menarik perhatian lembaga keuangan bilateral dan Proyek pembangunan prasarana dan sarana sosial multilateral. Pemeran utama pendekatan konsep tersebut ada-
(Pembangunan Kawasan Terpadu (PKT), Proyek Pembangun- lah Departemen Pekerjaan Umum yang kemudian mendele-
an Prasarana Desa Terpadu (P3DT), dan sebagainya), terma- gasikan sebagian wewenangnya kepada tingkat propinsi dan
suk di dalamnya prasarana dan sarana permukiman, diterima kabupaten/kota. Banyaknya paket pekerjaan yang harus dise-
sebagai pendekatan pembangunan alternatif dengan hasil lesaikan dan terbatasnya sumber daya manusia menjadi ken-
yang cukup bervariasi. Pada pendekatan ini dilakukan terobo- dala dalam peningkatan kualitas prasarana dan sarana permu-
san baru dalam penyaluran anggaran pemerintah dengan kiman yang dibangun. Hal ini terjadi karena pembinaan teknis,
memberi kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat secara supervisi, dan pengawasan kualitas pekerjaan konstruksi men-
langsung dalam pembangunan prasarana dan sarana. jadi sangat terbatas dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik.
Pemerintah daerah berperan sebagai fasilitator dan pembina Secara bertahap pendekatan kegiatan IKK (Ibu Kota Keca-
teknis. Namun demikian, cakupan pelayanan ternyata tidak matan) bergeser ke kota-kota ukuran menengah, namun stan-
sesuai dengan yang direncanakan. Persoalan lama selalu ber- dar pembangunan IKK masih tetap dijadikan acuan. Cakupan
ulang dalam pembangunan prasarana dan sarana air minum pelayanan masih merupakan tujuan pembangunan, sehingga
yaitu kurang optimalnya pemanfaatan prasarana dan sarana konstruksi prasarana dan sarana baru menjadi kegiatan utama,
air minum yang telah dibangun karena ketidakmampuan sedangkan kegiatan pemeliharaan dan rehabilitasi cenderung
masyarakat untuk mengoperasikan dan memeliharanya. terabaikan. Pengelolaan PDAM belum dapat dilaksanakan
Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya pengelolaan sesuai standar perusahaan, kendala yang dihadapi adalah ren-
limbah cair manusia masih belum setinggi kesadaran terhadap dahnya kemampuan mengelola suatu perusahaan (masih ter-
pentingnya air minum. Hal inilah yang menyebabkan rendah- dapat PDAM yang dikelola oleh birokrat bukan profesional di
nya tingkat sambungan rumah kedalam sistem sewerage yang bidangnya), tidak adanya kebebasan dalam menentukan tarif,
telah dibangun. Sedikitnya sambungan rumah tersebut menye- mahalnya investasi baru, dan terbatasnya sumber daya manu-
babkan tingkat pendapatan tidak sesuai dengan yang diren- sia. Selain kendala tersebut terdapat kendala alam yaitu se-
canakan sehingga tidak mampu menutup biaya operasi dan makin menipisnya air baku (disebabkan oleh rusaknya lingkung-
pemeliharaan serta mengembangkan jaringan pelayanan. an) yang dapat dimanfaatkan dan ketiadaan sumber air yang
Dampaknya, banyak institusi baik di pusat maupun di daerah dapat dimanfaatkan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar
enggan untuk mengelola jaringan limbah cair manusia. PDAM masih bergantung kepada subsidi dari pemerintah
Di beberapa kota, telah berhasil dibangun instalasi peng- pusat. Pada tahun 1988, disadari bahwa agar PDAM dapat
olah limbah berbasis masyarakat (IPLBM). Secara teknis meningkatkan mutu pelayanan air minum kepada masyarakat
biasanya merupakan pengaliran limbah cair dari rumah-rumah maka kebijakan air minum perlu diubah dan pengelolaan
melalui saluran perpipaan dangkal (shallow sewer) yang PDAM perlu direformasi secara menyeluruh. Pelayanan air
dirangkai dengan tangki septik ukuran besar dan kolam terbu- minum perlu melibatkan dunia swasta dan dilakukan secara
ka sebagai instalasi pengolah 3 . Selain pendekatan tersebut, profesional, berorientasi kepada keuntungan (tanpa mening-
pemanfaatan LSM untuk memotivasi dan meningkatkan galkan beban sosial), dan menjauhkan campur tangan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya lingkungan yang birokrasi dalam pengelolaan perusahaan.
sehat khususnya dalam kaitannya dengan pemanfaatan Pelita IV merupakan titik awal dimulainya partisipasi
jaringan pelayanan limbah cair manusia telah berhasil memoti- masyarakat dan terlibatnya LSM di tingkat daerah dan nasion-
vasi masyarakat untuk melakukan penyambungan pada ins- al dalam pelaksanaan proyek-proyek pemerintah yang didanai
talasi pengolah limbah terpadu yang ada di Kota Cirebon 4 . oleh lembaga keuangan internasional. Konsep kepemilikan
Dalam pembangunan prasarana sosial (P3DT dan lainnya) masyarakat dan pendekatan yang didasarkan kepada kebu-
konsep MCK masih sering dilakukan, walaupun banyak yang tuhan (Demand Responsive Approach) mulai diterima secara
tidak berfungsi setelah selesai dibangun. Begitu pula dalam luas, walaupun pelaksanaannya masih dilakukan secara ter-
setiap proyek sarana permukiman skala besar, komponen
07 Perkembangan Isu
penyediaan jamban (latrine) selalu ada. Program stimulan setiap tahun hingga saat ini belum terselesaikan. dengan pemberian bantuan material yang telah ditentukan oleh
Ketika terjadi reformasi dan GBHN 1998 digantikan de- pemerintah pusat dan penerapan konsep satu teknologi masih
ngan GBHN 1999-2004, perumahan dan permukiman tidak lagi tetap berlanjut. Hasil yang diperoleh tidak selalu memuaskan,
menjadi kebijakan yang eksplisit. Hal ini disebabkan, pertama, namun demikian banyak juga yang cukup berhasil. Program
karena GBHN tidak lagi menjadi pola umum pembangunan dapat berhasil dengan memuaskan bila masyarakat meman-
nasional atau haluan pembangunan nasional, tetapi menjadi faatkan prasarana dan sarana yang dibangun dan mereka mau
haluan penyelenggaraan negara. Tampaknya hal ini dilandasi memeliharanya agar prasarana dan sarana tersebut dapat
oleh perubahan kerangka fikir dari pembangunan yang sen- dimanfaatkan secara berkelanjutan.
tralistis menuju ke desentralisasi. Karena itu kebijakan dan Badan Pengendali Dampak Lingkungan (Bapedal), sebagai
rencana yang sifatnya sentralistis perlu dikurangi. Kedua, badan penanggung jawab dan pengendali masalah lingkungan
GBHN tidak lagi memberi arah sampai pembangunan sektor, hidup dibentuk, namun masih terfokus pada masalah-masalah
tetapi hanya sampai permasalahan yang dirinci menjadi per- lingkungan skala besar belum menjangkau skala permukiman.
masalahan hukum, ekonomi, politik, agama, pendidikan, sosial Hal ini menyebabkan isu permukiman khususnya sampah dan
dan budaya, pembangunan daerah, sumberdaya alam dan drainase, tidak pernah mendapat perhatian pada tingkat
lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan. nasional. Persoalan sampah dan drainase masih dianggap
Repelita 1999-2004 tidak lagi dipersiapkan dan sebagai sebagai persoalan teknis yang dapat dipecahkan oleh departe-
pengganti disusun Program Pembangunan Nasional men teknis. Persoalan sampah dan drainase pada dasarnya
(Propenas) 2000-2004 yang mengacu pada GBHN 1999 yang bukan persoalan teknis saja, namun menyangkut persoalan
jelas berbeda dengan Repelita. Propenas menjadi Undang- pengelolaan (management), sumber daya manusia, dan
Undang. Kalau disandingkan Propenas dengan Repelita, akan administratif pemerintahan.
bisa ditemukan bahwa Repelita jauh lebih rinci. Propenas P3KT sebagai suatu konsep penanganan persoalan infra-
tidak lagi memuat perkiraan kebutuhan dan peruntukan dana. struktur perkotaan cukup baik, tetapi anggaran yang tersedia
Dalam Propenas ini perumahan dan permukiman menjadi melalui P3KT terbatas dan tidak mampu memenuhi kebutuhan
bagian dari program nasional Pembangunan Daerah. seluruh sektor infrastruktur yang ada di perkotaan. Kondisi ini menyebabkan penanganan persoalan infrastruktur di perko- taan dilakukan secara parsial dan tidak sistematis. Kondisi di atas ditambah dengan kinerja departemen teknis yang ber- orientasi proyek (project oriented) bukan berorientasi kepada program (program oriented), menyebabkan pembangunan dan penyediaan prasarana dan sarana dilakukan tidak sesuai de- ngan kebutuhan nyata yang ada di masyarakat sehingga prasarana dan sarana yang dibangun kurang dimanfaatkan oleh masyarakat. Dampaknya adalah persoalan infrastruktur tidak terpecahkan dan pemanfaatan anggaran yang sebagian dibiayai melalui hutang menjadi tidak efisien dan efektif. Hal ini dapat dilihat pada sektor persampahan dan drainase, investasi untuk pembangunan prasarana dan sarana drainase serta per- sampahan telah menghabiskan anggaran yang cukup besar, namun persoalan persampahan dan genangan di perkotaan
Foto: Bowo Leksono
3 Contoh Instalasi Pengolah Limbah Berbasis Masyarakat (IPLBM) yang sudah berjalan baik adalah di Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Sistem direncanakan, dibangun, dan dioperasikan dengan pendanaan masyarakat sendiri.
4 Kota Cirebon memiliki sistem penyaluran dan pengolahan limbah terpusat, pemasaran sambungan ke rumah tangga dilakukan meng- gunakan jasa LSM
Pembangunan Perumahan dan Permukiman di Indonesia
pai dengan misi tersebut. Ditentukan sasaran pokok dan ukur- Setelah lebih dari tiga puluh tahun penyelenggaraan pem-
D. Era Setelah 2004
an keberhasilan yang abstrak dan kualitatif yang harus diter- bangunan di Indonesia yang selalu dipandu oleh Garis Besar
jemahkan dalam sasaran nyata dan terukur. Bidang dan sektor Haluan Negara melalui ketetapan MPR sebagai lembaga ter-
pembangunan yang pada umumnya menjadi garapan departe- tinggi negara, terhitung sejak disahkannya amandemen UUD
men, kementerian dan lembaga non departemen tidak
45 telah terjadi perubahan mendasar. Selain MPR tidak lagi diungkapkan secara eksplisit dan jelas. Karena kelembagaan menetapkan haluan negara juga telah diterbitkan UU Nomor 25
negara ini memang tidak disusun berdasarkan misi yang diru- Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan yang menentukan
muskan dalam RPJPN. Oleh karena itu, apa yang harus adanya Rencana Pembangunan Jangka Panjang yang dite-
dilakukan oleh suatu bidang garapan seperti perumahan dan tapkan dengan undang-undang.
permukiman harus menelisik dengan cermat, dan menafsirkan Perubahan institusional ini sesungguhnya merupakan
serta menjabarkan lebih lanjut dimana posisinya, perannya pengejawantahan sikap dan tekad bangsa menuju negara
dan apa yang harus dilakukan.
yang makin demokratis, pemberian penghargaan yang makin tinggi pada hak asasi manusia dan penyelenggaraan negara
1.2 Isu Pembangunan Perumahan dan Permukiman
yang makin terdesentralisasi. Selain perubahan tata penye-
1.2.1 Perumahan
lenggaraan Negara, perubahan sikap tersebut juga memba- Isu pembangunan perumahan meliputi beberapa hal seba-
wa konsekuensi pada kerangka pikir penyelenggaraan pem-
gai berikut.
bangunan dan metoda serta sistimatika GBHN menjadi tidak a.Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan
sesuai lagi. Oleh karena itu, pemikiran jangka panjang yang
sarana perumahan.
disebut "haluan negara" yang berangkat dari dasar-dasar Kemampuan pemerintah untuk mendukung penyediaan
filosofis, tata nilai dan norma yang disepakati melalui per- prasarana dan sarana dasar perumahan masih terbatas.
musyawaratan wakil rakyat harus diganti dengan kerangka Faktor ini menjadi salah satu penghambat dalam penyediaan
pikir yang baru. Perencanaan pembangunan jangka panjang perumahan untuk masyarakat berpendapatan rendah serta
kemudian disusun berdasarkan kesamaan pandangan tentang pemicu menurunnya kualitas kawasan yang dihuni oleh
kondisi sekarang, tantangan yang dihadapi, potensi yang dimi- masyarakat berpendapatan rendah.
liki yang kemudian dirumuskan dalam visi dan misi pemba-
b. Meningkatnya luasan kawasan kumuh. ngunan untuk 20 tahun yang akan datang.
Luasan kawasan kumuh cenderung terus meningkat setiap Kondisi transisional menyebabkan RPJPN muncul ketika
tahunnya selaras dengan pertumbuhan penduduk dan makin Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
tidak terkendalinya pertumbuhan kota utama (primacy city) tengah dilaksanakan. Oleh karena itu, sangat bisa dimengerti
yang menjadi penarik meningkatnya arus migrasi. Selain itu, apabila asumsi yang digunakan oleh RPJM, terutama bidang