TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DAN MOTIV

MAKALAH
TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
DAN MOTIVASI BELAJAR DAN RPP K13
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran
Dosen :

Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP.
M. Dani Wahyudi, M.Pd

OLEH :

ANDYA AGISA
[1610112220003]

FAKULTAS KEGURUAN & ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2017
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran


1

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah atas segala limpahan karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah saya dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula saya kirimkan shalawat serta salam kepada
junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta keluargaNya, para sahabatNya, dan seluruh
ummatNya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang
berjudul “Makalah Teori Belajar dan Pembelajaran Dan Motivasi Belajar Dan RPP Kurkulum
2013”.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan
ini, khususnya kepada bapak Dr. Acep Supriadi, M.Pd, M.AP dan M. Dani Wahyudi, M.Pd selaku
Dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini kepada saya. Saya
memperoleh banyak manfaat setelah menulis makalah ini.
Akhirul kalam, saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang saya miliki. Karena itu saya mengharapkan
saran dan kritik konstruktif demi perbaikan laporan di masa mendatang. Harapan saya semoga laporan
ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai pihak.
Demikian laporan ini saya tulis, semoga bisa memberikan manfaat kepada pembaca.


Banjarmasin, Desember 2017

Penulis

Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

2

DAFTAR ISI
COVER.........................................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan........................................................................................................................5
BAB 2 TEORI BELAJAR
A. Makna Teori Belajar....................................................................................................................8

B. Persamaan Teori Belajar............................................................................................................18
C. Perbedaan Teori Belajar.............................................................................................................18
D. Penekanan Teori Belajar............................................................................................................19
E. Hubungan Teori Belajar Dengan Kurikulum 2013....................................................................24
BAB 3 MOTIVASI
A. Definisi Motivasi........................................................................................................................25
B. Tujuan Dan Manfaat..................................................................................................................26
C. Dampak Motivasi.......................................................................................................................27
D. Hubungan Motivasi Dengan Kurikulum 2013...........................................................................28
BAB 4 MAKNA BELAJAR & PEMBELAJARAN
A. Makna Belajar............................................................................................................................29
B. Makna Pembelajaran..................................................................................................................32
C. Kesimpulan Makna Belajar dan Pembelajaran..........................................................................35
BAB 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A. Pengertian dan Tujuan RPP.......................................................................................................36
B. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Pembuatan RPP.........................................................36
C. Kurikulum 2013.........................................................................................................................37
D. RPP Kurikulum 2013.................................................................................................................37
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran


3

LAMPIRAN................................................................................................................................................38
BAB 6 PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................................................58
B. Saran..........................................................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................59

Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

4

BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat
untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini
diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi.
Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah
sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.

Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori
pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk
dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru.
Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, cukup jelas dari Jerome S.Bruner, bahwa dari
segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri, sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran.
Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai
contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya
terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada
di masyarakat.
Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial
dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab
moral. Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga
menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan
dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal
itu, mari kita susun beberapa teorema yang memungkinkan, yang mungkin akan membawa kita kepada
sebuah teori pembelajaran yang baik.
Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut bisa berupa kondisi
pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang memperhatikan dan tidak mau mendengarkan
penjelasan gurunya,serta anak didik yang bandel. Bagi guru semua peristiwa tersebut adalah peistiwa yang
sangat menjengkelkan,sehingga guru menganggap kelas tersebut menjadi kelas yang bandel,sulit di diurus

dan lain sebagainya.
Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-hal yang membosankan
pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru tersebut yang tidak mampu mengkondisikan kelas
senyaman mungkin bagi siswanya disaat proses belajar dilaksanakan.
Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi,apakah materi yang telah diajarkannya telah
dipahami siswa atau belum.Ketika proses belajar dan pembelajaran guru tidak berusaha mengajak siswa
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

5

untuk berpikir.Komunikasi terjadi hanya pada satu arah,yaitu dari guru kesiswa. Guru berpikir bahwa materi
pelajaran lebih penting daripada mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.Lalu guru menganggap
peserta didik sebagai tong kosong yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggap penting.Hal-hal demikian
adalah kekeliruan guru dalam mengajar. Oleh karena itu makalah yang membahas mengenai teori belajar ini
disusun agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami secara teoritis perubahan perilaku peserta
didik dalam proses belajar dan pembelajaran sehingga proses belajar tersebut bisa berjaalan secara maksimal
berdasarkan tujuan awal pembelajaran itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu teori belajar?

2. Bagaimana makna dari teori pembelajaran tersebut?
3. Apa persamaan dan perbedaan dari teori pembelajaran tersebut?
4. Apa penekan dari masing masing teori belajar tersebut?
5. Apa hubungannya teori belajar tersebut dengan kurikulum 2013?
6. Apa yang dimaksud dengan motivasi?
7. Apa tujuan dan manfaat motivasi?
8. Apa dampak dari motivasi?
9. Apa hubungannya motivasi dengan kurikulum 2013?

C. TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulis dalam penulisan makalah ini ialah
-

Tujuan Umum : Sebagai media pembelajaran

-

Tujuan Khusus

:


 Agar mahasiswa mengetahui teori belajar?
 Agar mahasiswa mengetahui makna dari teori pembelajaran tersebut?
 Agar mahasiswa mengetahui persamaan dan perbedaan dari teori pembelajaran tersebut?
 Agar mahasiswa mengetahui penekan dari masing masing teori belajar tersebut?
 Agar mahasiswa mengetahui hubungannya teori belajar tersebut dengan kurikulum 2013?
 Agar mahasiswa mengetahui apa yang dimaksud dengan motivasi?
 Agar mahasiswa mengetahui tujuan dan manfaat motivasi?
 Agar mahasiswa mengetahui dampak dari motivasi?
 Agar mahasiswa mengetahui hubungannya motivasi dengan kurikulum 2013?

D. MANFAAT PENULISAN
-

Sarana membaca dan Media pembelajaran.

Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

6


BAB 2
TEORI BELAJAR
Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran? Adapun beberapa teorema untuk memisahkan apa yang
kita maksud dengan teori pembelajaran dari teori-teori yang sudah ada selama ini. Hal pertama yang perlu
diketahui adalah, bahwa nature dari teori pembelajaran adalah prescriptive, bukan deskriptif. Teori tersebut
memiliki tujuan untuk menghasilkan akhir yang luar biasa dan proses menghasilkannya melalui cara yang
kita sebut optimal. Itu bukan sebuah deskripsi tentang apa yang terjadi saat proses belajar terjadi-itu adalah
sesuatu yang normatif, yang memberikan sesuatu yang mengena pada dirimu, dan pada akhirnya, harus
memberikan suatu catatan mengenai dirimu pada saat kamu memberikan pembelajaran di dalam kelas.
Namun faktanya, banyak orang yang terlibat didalam dunia pendidikan berasumsi bahwa mereka dapat
mengandalkan jenis-jenis teori yang lain selain teori pembelajaran. Sebagai contoh, saya menemukan bahwa
ketergantungan para pendidik terhadap teori belajar sangat besar, padahal yang menjadi masalah adalah teori
belajar bukan teoeri pembelajaran. Teori belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi
saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar tersebut berlangung.
Tidak ada batasan yang jelas, bagaimana seseorang yang mengandalkan teori belajar dapat mengambil
intisari yang tepat yang akan membimbing dia pada saat menyusun kurikulum. Ketika mengatakan bahwa
teori pembelajaran itu prescriptive, yang dimaksud adalah suatu yang ada sebelum adanya fakta. Itu adalah
sesuatu yang ada sebelum proses belajar terjadi, bukan ketika, dan bukan setelahnya. Teori pembelajaran
harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut.
Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing

apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:
(1) Teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan
kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.
(2) Teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait dengan struktur
pengetahuan:
a. struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas
b. struktur tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang
anda jelaskan
c. struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa, mengkombinasikannya
dengan ilmu-ilmu lain.
(3) Teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari
hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap
informasi tersebut.
(4) Teori pembelajaran terkait dengan penghargaan dan hukuman.
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

7

Maka dapat disimpulkan bahwasanya teori belajar merupakan upaya untuk mendeskripsikan bagaimana

manusia belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks dari belajar. Pada
dasarnya teori pertama dilengkapi oleh teori kedua dan seterusnya, sehingga ada varian, gagasan utama,
ataupun tokoh yang tidak dapat dimasukkan dengan jelas termasuk yang mana, atau bahkan menjadi teori
tersendiri. Namun hal ini tidak perlu kita perdebatkan. Yang lebih penting untuk kita pahami adalah teori
mana yang baik untuk diterapkan pada kawasan tertentu, dan teori mana yang sesuai untuk kawasan lainnya.
Pemahaman semacam ini penting untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
Berdasarkan paparan diatas, adapun beberapa teori pembelajaran yaitu Teori Pembelajaran
Behavioristik, Teori Pembelajaran Kognitivistik, Teori Pembelajaran Humanistik, dan Teori Pembelajaran
Konstruktivistik.

A. MAKNA TEORI BELAJAR
1) Teori Pembelajaran Behavioristik
Teori belajar behavioristik merupakan teori yang didasarkan pada perubahan prilaku yang bisa
diamati. behavioristik memfokuskan diri pada sebuah pola perilaku baru yang diulangi samapai
prilaku tersebut menjadi otomatis atau membudaya. Teori behavioristik mengkonsentrasikan pada
kajian tentang prilaku nyata yang bisa diteliti dan diukur. Teori ini memandang pikiran sebagai
sebuah kotak hitam, dalam artian bahwa respon terhadap stimulus bisa diamati secara kuantitatif, apa
yang ada dalam pikiran menjadi diabaikan karena proses pemikiran tidak bisa diamati secara jelas
perubahan prilakunya.
Behavioristik berkeyakinan bahwa setiap anak manusia lahir tanpa warisan kecerdasan, warisan
bakat, warisan perasaan dan warisan yang bersifat abstrak lainnya (Syah, 2004: 104) dan
menganggap manusia bersifat mekanistik, yaitu merespon terhadap lingkungan dengan kontrol yang
terbatas dan mempunyai peran yang sedikit terhadap dirinya sendiri. Dalam hal ini konsep
behavioristic memandang bahwa perilaku individu merupakan hasil belajar yang dapat diubah
dengan memanipulasi dan mengkreasikan kondisi-kondisi belajar dan didukung dengan berbagai
penguatan (reinforcement) untuk mempertahankan perilaku atau hasil belajar yang dikehendaki
(Sanyata, 2012: 3). Semuanya itu timbul setelah manusia mengalami kontak dengan alam dan
lingkungan sosial budayanya dalam proses pendidikan. Maka individu akan menjadi pintar,terampil,
dan mempunyai sifat abstrak lainnya tergantung pada apakah dan bagaimana ia belajar dengan
lingkungannya.
Tokoh-tokoh kunci dalam perkembangan teori behavioristik adalah Ivan Pavlov, Watson,
Throndike, dan B.F Skinner. Teori yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov lebih banyak dikenal
dengan bunyi bel. Hal ini dikarenakan Pavlov melakukan eksperimen dengan melibatkan makanan,
anjing dan bel. Pavlov dikenal dengan karyanya tentang pengkondisian klasik atau substitusi
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

8

stimulus (Smith, 2009:74). Sementara itu Thorndike menyatakan bahwa pembelajaran merupakan
formasi sebuah koneksi antara stimulus dan respons. Teorinya dikenal dengan nama koneksionisme.
Dalam teori koneksionisme, Thorndike mengungkapkan terdapat hukum efek, hukum latihan dan
hukum kesiapan. Pada hukum efek dinyatakan bahwa ketika sebuah koneksi antara stimulus dan
respons diberi imbalan positif maka koneksi diperkuat, dan ketika diberi imbalan negatif maka
koneksi diperlemah, namun Thorndike kemudian merivisi bahwa imbalan negatif tidak
memperlemah ikatan dan imbalan positif belum tentuk memperkuat koneksi. Sedangkan dalam
hukum latihan, Thorndike menyatakan bahwa semakin ikatan stimulus-respons dipraktekan lebih
kuat maka ia akan menjadi semakin kuat, sebalikanya jika stimulus-respons jarang dipraktekan maka
akan semikin lemah. Untuk Hukum kesiapan sendiri Thorndike menyatakan struktur sistem saraf,
unit koneksi tertentu, dalam situasi tertentu menjadi lebih mempengaruhi prilaku daripada yang lain.
Teori belajar behavioristik yang dikemukan oleh Watson berangkat dari gagasan Pavlov. Watson
mengungkapakan manusia dilahirkan dengan beberapa reflex dan reaksi emosional cinta dan
kemarahan. Semua prilaku dibentuk melalui asosiasi stimulus-respons dengan jalan pengkondisian.
Ekperimen Watson yang terkenal adalah dengan melibatkan seorang anak dan tikus, dimana seorang
anak yang awalnya tidak takut dengan seekor tikus dengan pengkondisiaan tertentu dapat berubah
menjadi takut. Hal ini menunjukan pengkondisoan sangant mempengaruhi perilaku seseorang.
B.F. Skinner percaya pada pola stimulus-respons dalam prilaku yang terkondisikan. Karya
Skinner berbeda dengan pendahulunya (pengkondisia klasik) karena Skinner mengkaji operant
behavior (perilaku disengaja yang digunakan dalam pengoperasian pada lingkungan). Mekanisme
pengkondisian operant behavioryaitu (1) penguatan atau imbalan positif; respons yang diberi
imbalan kemungkinan akan diulangi. (2) penguatan negatif; respons yang membuat lari dari rasa
sakit atau situasi yang tidak diharapkan kemunkinan akan diulangi. (3) penghentian atau tidak ada
penguatan; respons yang tidak diperkuat kemungkinan tidak akan diualangi. (4) hukuman; respon
yang membawa rasa sakit atau konsekuensi yang tidak diharapkan akan ditekan.
Teori belajar behavioristik telah melahirkan banyak desain pembelajaran dan memberikan
dampak yang luas terhadap praktik pengajaran serta penggunaan perangkat pembelajaran. Teori
behavioristik menjadi pijakan bagi hadirnya model-model pembelajaran seperti mastery learning,
belajar terprogram, pembelajaran individual, pembelajaran berbantuan komputer, pendekatan sistem
dalam pembelajaran dan lain sebagainya. Termasuk dalam hal ini pengaruh teori belajar
behavioristik dalam pengembangan media pembelajaran. Dalam hal ini Sumadi Suryabrata (1990)
memberikan ciri-ciri teori behavioristik sebagai berikut:
(a) Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar.
(b) Mementingkan bagian-bagian atau elemen-elemen, tidak keseluruhan.
(c) Mementingkan reaksi dan mekanisme “Bond”, refleks dan kebiasaan-kebiasaan (Ahmadi, 1998:
43).
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

9

(d) Bertinjauan historis, artinya segala tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan
(Suryabrata, 1990: 256).
Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar Behavioristik ini ialah sebagai
berikut.
Kelebihan:
 Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
 Mampu mengarahkan siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
 Membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik untuk
bisa bebas berkreasi dan berimajinasi.
 Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar Metode
behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang menbutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur seperti: kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleksi,
daya tahan, dan sebagainya.
 Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga murid dibiasakan belajar mandiri. Jika
menemukan kesulitan baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
 Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi peran
orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentukbentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau pujian.
 Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan mendapatkan penguatan positif dan perilaku
yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada perilaku yang tampak.
 Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinue dapat mengoptimalkan bakat dan
kecerdasan siswa yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang
tertentu maka akan lebih dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang
kontinue tersebut dan lebih optimal.
 Bahan pelajarn yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai pada yang kompleks
dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai dengan pencapaian
suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilkan sustu perilaku yang konsisten terhadap bidang
tertentu.
Kekurangan:
 Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan
hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
 Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

10

 Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan ,
jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
 tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal
yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi sekedar
hubungan stimulus dan respon.
 tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan
respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan antara
stimulus yang diberikan dengan responnya.
 Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
 Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini. Penerapan teori behavioristik yang
salah dalam suatu situasi pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang
sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari murid.
 Murid berperan sebagai pendengar dalam proses pembelajaran dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif Penggunaan hukuman yang sangat
dihindari oleh para tokoh behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan siswa.
 Murid dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan sangat dipengaruhi oleh penguatan yang
diberikan guru.
 Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi pembelajaran juga mengakibatkan
terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi siswa yaitu guru sebagai
sentral bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa
yang harus dipelajari murid sehingga dapat menekan kreatifitas siswa.
 Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan meghafalkan apa yang didengar
dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif sehingga inisiatif siswa terhadap suatu
permasalahan yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakn oleh siswa.
2) Teori Pembelajaran Kognitivistik
Definisi “Cognitive” berasal dari kata “Cognition” yang mempunyai persamaan dengan
“knowing” yang berarti mengetahui. Dalam arti yang luas kognition/kognisi ialah perolahan
penataan, penggunaan pengetahuan (Neisser:1976) dalam Muhibbin (1995:65). Teori belajar
kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Baharudin
menerangkan teori ini lebih menaruh perhatian dari pada peristiwa-peristiwa Internal (2010:167).
Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon sebagaimana dalam teori

Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

11

behaviorisme, lebih dari itu belajar dengan teori kognitivisme melibatkan proses berpikir yang sangat
kompleks.
Dijelaskan oleh Baharuddin dkk. (2008: 87) menurut aliran kognitif, belajar adalah sebuah proses
mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan. Menurut teori ini,
ilmu

pengetahuan

dibangun

dalam

diri

seorang

anak

melalui

proses

interaksi

yang

berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terputus-putus, tetapi melalui proses
yang mengalir, sambungmenyambung, dan menyeluruh. Teori kognitif ini muncul dipengaruhi oleh
psikologi gestalt. Asumsi yang mendasari teori ini adalah, bahwa setiap anak telah mempunyai
pengalaman dan pengetahuan didalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan ini tertata dalam bentuk
struktur kognitif. Proses belajar akan berjalan dengan baik bila materi pelajaran yang baru
beradaptasi (bersinambung) secara “klop” dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki oleh anak.
Kognitif mengalihkan perhatiannya pada “Otak”. Para ahli berpendapat bagaimana manusia
memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar. Sebagaimana Baharuddin
(2010.167) menjelaskan bahwa peristiwa belajar yang dialami manusia bukan semata masalah respon
terhadap stimulus (rangsangan), melainkan adanya pengukuran dan pengaturan diri yang dikontrol
oleh otak. Adapun pengertian dari sistem pembelajaran kognitif adalah pemprosesan informasi pada
otak, menyerap input dari dunia luar dan semua sistem lain, menginterpretasikan input tersebut serta
memandu pemecahan masalah/problem solving dan pengambilan keputusan (Given.2002: 188).
Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun lebih cenderung
perluasannya, khususnya pada gagasan eksistensi keadaan mental yang bisa mempengaruhi proses
belajar. Pakar psikologi kognitif modern berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental yang
kompleks, termasuk memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah
(problem solving). Mereka meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan membentuk
representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian.
Dalam perkembangannya lahirlah sebuah percobaan yang dilakukan salah seorang pakar
psikologi asal AS, Edward C. Tollman meneliti proses kognitif dalam belajar dengan penelitian
eksperimen bagaimana tikus belajar mencari jalan melintasi maze (teka-teki berupa jalan yang
ruwet). Ia menemukan bukti bahwa tikus-tikus percobaannya membentuk “peta kognitif ” (atau peta
mental) bahkan pada awal eksperimen, akan tetapi tidak menampakan hasil belajarnya sampai
mereka menerima penguatan untuk menyelesaikan jalan melintasi maze, suatu fenomena yang
disebutnya latent learning atau belajar latent. Eksperimen Tollman ini menunjukkan bahwa belajar
adalah lebih dari sekedar memperkuat respons melalui penguatan. Dalam perkembangan setidaknya
ada tiga teori belajar yang bertitik tolak dari teori kognitifisme ini yaitu: Teori perkembangan
Kognitif Bruner, teori kognitif Piaget, dan Teori bermakna Ausubel. Adapun ciri ciri aliran
kognitifisme sebagai berikut :
(1) Mementingkan apa yang ada dalam diri anak
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

12

(2) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
(3) Mementingkan peranan kognitif
(4) Mementingkan kondisi waktu sekarang
(5) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan bentukbentuk representatif yang mewakili obyek-obyek tersebut yang kemudian representasikan atau
dihadirkan dalam diri seorang anak melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang semuanya
merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seorang menceritakan pengalamannya selama
mengadakan kunjungan wisata, atau selama melakukan aktifitas tertentu.
Menurut Martinus Yamin dkk, (2013:25) Model belajar kognitif merupakan model pemrosesan
pengetahuan dengan menyatakan bahwa pengetahuan yang diterima terlebih dahulu disimpan pada
pendaftar sensor. Pengetahuan baru yang diterima akan dibandingkan dengan kognitif yang telah
dahulu ada. Pengetahuan tersebut dapat diperbaiki, ditambah, disesuaikan, digabungkan dengan
pengetahuan yang baru yang selanjutnya pengetahuan tersebut dipindahkan ke memori jangka
pendek dan jika ingatan itu dianggap penting akan dipindahkan keingatan jangka panjang. Beberapa
tahap-tahapan kognitif: dimulai dari pengkodean (cooding) - penyimpanan (storing) -perolehan
kembali (retreiving) - pemindahan informasi (transfering information).
Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar Kognitivistik ini ialah sebagai
berikut.
Kelebihan:
 Sebagian besar dalam kurikulum pendidikan negara Indonesia lebih menekankan pada teori
kognitif yang mengutamakan pada pengembangan pengetahuan yang dimiliki pada setiap
individu.
 Pada metode pembelajaran kognitif pendidik hanya perlu memeberikan dasar-dasar dari materi
yang diajarkan unruk pengembangan dan kelanjutannya deserahkan pada peserta didik, dan
pendidik hanya perlu memantau, dan menjelaskan dari alur pengembangan materi yang telah
diberikan.
 Dengan menerapkan teori kognitif ini maka pendidik dapat memaksimalkan ingatan yang
dimiliki oleh peserta didik untuk mengingat semua materi-materi yang diberikan karena pada
pembelajaran kognitif salah satunya menekankan pada daya ingat peserta didik untuk selalu
mengingat akan materi-materi yang telah diberikan.
 Menurut para ahli kognitif itu sama artinya dengan kreasi atau pembuatan satu hal baru atau
membuat suatu yang baru dari hal yang sudah ada, maka dari itu dalam metode belajar kognitif
peserta didik harus lebih bisa mengkreasikan hal-hal baru yang belum ada atau menginovasi hal
yang yang sudah ada menjadi lebih baik lagi.
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

13

 Metode kognitif ini mudah untuk diterapkan dan juga telah banyak diterapkan pada pendidikan di
Indonesia dalam segala tingkatan
Kekurangan:
 Pada dasarnya teori kognitif ini lebih menekankan pada kemampuan ingatan peserta didik, dan
kemampuan ingatan masing-masing peserta didik, sehingga kelemahan yang terjadi di sini adalah
selalu menganggap semua peserta didik itu mempunyai kemampuan daya ingat yang sama dan
tidak dibeda-bedakan.
 Adakalanya juga dalam metode ini tidak memperhatikan cara peserta didik dalam
mengeksplorasi atau mengembangkan pengetahuan dan cara-cara peserta didiknya dalam
mencarinya, karena pada dasarnya masing-masing peserta didik memiliki cara yang berbedabeda.
 Apabila dalam pengajaran hanya menggunakan metode kognitif, maka dipastikan peserta didik
tidak akan mengerti sepenuhnya materi yang diberikan .
 Jika dalam sekolah kejuruan hanya menggunakan metode kognitif tanpa adanya metode
pembelajaran lain maka peserta didik akan kesulitan dalam praktek kegiatan atau materi.
 Dalam menerapkan metode pembelajran kognitif perlu diperhatikan kemampuan peserta didik
untuk mengembangkan suatu materi yang telah diterimanya.
3) Teori Pembelajaran Humanistik
Aliran humanistik muncul pada tahun 1940-an sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap pendekatan
psikoanalisa dan behavioristik. Sebagai sebuah aliran dalam psikologi, aliran ini boleh dikatakan
relatif masih muda, bahkan beberapa ahlinya masih hidup dan terus-menerus mengeluarkan konsep
yang relevan dengan bidang pengkajian psikologi, yang sangat menekankan pentingnya kesadaran,
aktualisasi diri, dan hal-hal yang bersifat positif tentang manusia.
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia, proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan
dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu
membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik
melihat adanya dua bagian pada proses belajar, ialah:
(1) Proses pemerolehan informasi baru,
(2) Personalia informasi ini pada individu.
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

14

Teori ini mengajarkan peserta didik untuk berkreasi dan berinofasi sebebas-bebasnya untuk
menemukan hal-hal baru sebagai latihan. Peran guru disini tidak begitu banyak karena guru hanya
membimbing dan mengarahkan bukan mengatur peserta didik. Guru hanya membantu peserta didik
untuk mengenal dirinya juga lingkungannya. Teori ini lebih mementingkan apa yang dipelajari
bukan bagaimana cara belajarnya. Humanistik sangat bertentangan dengan behavioristik karena
menurutnya manusia bukan gelas yang siap diisi dengan apa saja. Pembelajaran ini biasanya
menciptakan suasana yang menyenangkan agar peserta didik tidak bosan dan dapat membangkitkan
semangat belajar mereka
Psikologi humanistik sangat relevan dengan dunia pendidikan, karena aliran ini selalu
mendorong peningkatan kualitas diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi
positif yang ada pada setiap insan. Seiring dengan perubahan dan tuntutan zaman, proses pendidikan
pun senantiasa berubah. Dengan adanya perubahan dalam strategi pendidikan dari waktu ke waktu,
tujuan ini.
Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar Humanistik ini ialah sebagai
berikut.
Kelebihan:
 Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam
belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
 Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
 Bersifat pembentukan kepribadian,hati nurani,perubahan sikap,analisis terhadap fenomena sosial.
Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar. Guru menerima siswa apa adanya,memahami
jalan pikiran siswa.
 Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaikbaiknya dan mempunyai pengaruh yang signifikan pada ilmu psikologi danbudaya populer.
 Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis dan
humanis.
 Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat, kebebasan
mengungkapkan gagasan.
 Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih adalahkemampuan
hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik yang tentunyamempunyai
pandangan yang berbeda-beda.
Kekurangan:
 Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

15

 Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar.
 Bersifat individual, proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan
yang mendukung, sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
 Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
 Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah dan banyak konsep dalam psikologi humanistik.
4) Teori Pembelajaran Konstruktivistik
Teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara individual harus
menemukan dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi yang baru terhadap
aturan-aturan informasi yang lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai
lagi. Konstruktivisme adalah pendekatan untuk pembelajaran yang menekankan bahwa individu akan
belajar dengan baik apabila mereka secara aktif mengkonstruksi pengetahuan dan pemahaman.
Pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah
proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan
cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam
masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa.
Jadi, dalam hal ini siswa dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun
konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pembelajaran ini juga sangat
berguna dalam meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa dalam kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan. Hal tersebut dapat meningkatkan pola berpikir siswa kearah yang lebih baik dan
sistematis.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, si
belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan
pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas
dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan
berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman sekelas, yang kemudian
dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari
mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar. Beberapa hal yang
mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang
bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran
dalam konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi
pengalaman.

Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

16

Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari teori belajar Konstruktivistik ini ialah sebagai
berikut.
Kelebihan:
 Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi
gagasan dengan temannya, dan mendorongsiswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.
 Pembelajaran berdasarkan konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan
gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal
siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan
untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan
gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.
 Pembelajaran

konstruktivistik

memberi

siswa

kesempatan

untuk

berpikir

tentang

pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi
tentang model dan teori, mengenalkan gagasangagasan pada saat yang tepat.
 Pembelajaran berdasarkan konstruktvistik memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba
gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan
berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa
untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
 Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka
setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi
perubahan gagasan mereka.
 Pembelajaran konstruktivistik memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung
siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu
jawaban yang benar.
Kekurangan:
 Siswa mengkonstruksi pengetahuan-nya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak
cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.
 Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti
membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.
 Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana
prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.

B. PERSAMAAN TEORI BELAJAR

Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

17

Persamaan dari ke-empat teori belajar tersebut yaitu sama-sama pendekatan yang digunakan untuk
membentuk perilaku dan dapat digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran. Dari ke-empat teori
belajar yang telah dibahas ini juga sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.

C. PERBEDAAN TEORI BELAJAR
Dari Keempat aliran teori belajar, keempat teori belajar memiliki karakteristik yang berbeda, yakni:
1) Teori Pembelajaran Behavioristik
Aliran behavioristik menekankan pada hasil belajar.
-

Perkembangan tingkah laku seseorang itu tergantung pada belajar

-

Mementingkan bagian-bagian atau elemen-elemen, tidak keseluruhan

-

Mementingkan reaksi dan mekanisme “Bond”, refleks dan kebiasaan-kebiasaan

-

Bertinjauan historis, artinya segala tingkah lakunya terbentuk karena pengalaman dan latihan

-

Menekankan pada stimulus dan respon dalam pembentukan perilaku

-

Setiap perilaku dapat dipelajari

-

Tingkah laku lama dapat diganti dengan tingkah laku baru

-

Menekankan pada perubahan perilaku yang teramati

2) Teori Pembelajaran Kognitivistik
Aliran kognitifistik menekankan pada proses belajar.
-

Menekankan pada perubahan atau proses-proses mental dan perilaku tidak kasat mata

-

Melakukan banyak eksplorasi

-

Aktif berinteraksi untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan

-

Mementingkan apa yang ada dalam diri anak

-

Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

-

Mementingkan peranan kognitif

-

Mementingkan kondisi waktu sekarang

-

Mementingkan pembentukan struktur kognitif

3) Teori Pembelajaran Humanistik
Aliran humanistik menekankan pada isi atau apa yang dipelajari
-

Menekaankan pada keunikan sikap individu (lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian
manusia)

-

Individu adalah orang yang bebas menentukan apa yang dipelajarinya.

4) Teori Pembelajaran Konstruktivistik
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

18

Aliran konstruktivistik menekankan pada sistem informasi yang dipelajari.
-

Pembelajar adalah orang yang secara aktif membangun pengetahuan dan keterampilan melalui
interaksi atau kolaborasi dengan orang lain.

-

Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui penglihatan dalam dunia
sebenar

-

Menggalakkan soalan/idea yang dimul akan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan
merancang pengajaran.

-

Menyokong pembelajaran secara koperatif

-

Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid

-

Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru

-

Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.

-

Menggalakkan proses inkuiri murid melalui kajian dan eksperimen

D. PENEKANAN TEORI BELAJAR
1) Teori Pembelajaran Behavioristik
Teori belajar behaviorisme merupakan teori belajar yang menekankan pada perubahan tingkah
laku dengan unsur utama stimulus respons. Namun demikian teori ini telah memberaikan landasan
bagi lahirnya desain pembelajaran, setidaknya ada area yang mendemonstrasikan damapak teori
behaviorisme terhadap pembelajaran (Seattler dalam Smith, 2009) diantaranya gerakan sasaran
behavioral, fase mesin pengajaran, gerakan pengajaran terprogram, pendektan pembelajaran
individu, pembelajaran berbatuan komputer dan pendekatan sistem terhadap pengajaran.
Teori ini di dalam linguistik diikuti antara lain oleh L.Bloomfield dan B.F.Skinner. Dalam hal
belajar, termasuk belajar bahasa, teori ini lebih mementingkan faktor eksternal ketimbang factor
internal dari individu, sehingga terkesan siswa hanya pasif saja menunggu stimulus dari luar (guru).
Belajar apa saja dan oleh siapa saja (manusia atau binatang) sama saja, yakni melalui mekanisme
stimulus – respons. Guru memberikan stimulus, siswa merespons, seperti tampak pada latihan tubian
(drill) dalam pelajaran bahasa Inggris. Pelajaran yang mementingkan kaidah tatabahasa, struktur
bahasa (fonem, morfem, kata, frasa, kalimat) dan bentuk-bentuk kebahasaan merupakan penerapan
behaviorisme, karena behaviorisme lebih mementingkan bentuk dan struktur bahasa ketimbang
makna dan maksud.
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang
menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans
tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi
penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

19

stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku SR (stimulusRespon).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik adalah ciri-ciri kuat yang
mendasarinya yaitu:
a) Mementingkan pengaruh lingkungan
b) Mementingkan bagian-bagian
c) Mementingkan peranan reaksi
d) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus respon
e) Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya
f) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan
g) Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan paradigma behaviorisme akan
menyusun bahan pelajaran dalam bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus
dikuasai siswa disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi
instruksi singkat yng diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya suatu perilaku
yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penghargaan negatif.
Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Kritik terhadap behavioristik adalah
pembelajaran siswa yang berpusat pada guru, bersifaat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil
yang dapat diamati dan diukur. Tidak setiap mata pelajaran bisa memakai metode ini, sehingga
kejelian dan kepekaan guru pada situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan
kondisi behavioristik.
Metode behavioristik ini sangat cocok untuk perolehan kemampaun yang membuthkan praktek
dan pembiasaan yang mengandung unsur-unsur: Kecepatan, spontanitas, kelenturan, reflek, daya
tahan dan sebagainya (contoh: percakapan, mengetik, menari, menggunakan komputer, berenang,
olahraga dan sebagainya).
Teori ini juga cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominansi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentukbentuk penghargaan langsung. Penerapan teori behaviroristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan
bagi siswa.

2) Teori Pembelajaran Kognitivistik
Ujian Akhir Semester Belajar & Pembelajaran

20

Teori belajar kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.
Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar
melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan
pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku
yang bisa diamati.
Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons.
Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat
berhubungan dengan teori Sibernetik. Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Pada masa-masa awal
diperkenalkannya teori ini, para ahli mencoba memperjelaskan bagaimana siswa mengolah stimulus,
dan bagaimana siswa tersebut bisa sampai ke respons tertentu (pengaruh aliran tingkah laku masih
terlihat disini). Namun, lambat laun perhatian ini mulai bergeser. Saat ini perhatian mereka terpusat
pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah
dikuasai oleh siswa.
Menurut teori ini, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seorang individu melalui proses
interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan (Margaret Bell, 1991). Proses ini tidak berjalan
terpatah-patah, terpisah-pisah, tetapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung,
menyeluruh. Ibarat seseorang yang memainkan musik, orang ini tidak-memahami not-not balok yang
terpampang di partitur sebagai informasi yang saling lepas berdiri sendiri, tetapi sebagai satu
kesatuan yang secara utuh masuk ke pikiran dan perasaannya. Seperti juga ketika anda membaca
tulisan ini, bukan alfabet-alfabet yang terpisah-pisah yang dapat diresap dan dikunyah dalam pikiran,
tetapi adalah kata, kalimat, paragraf yang kesemuanya itu jadi satu, mengalir, menyerbu secara total
bersamaan. Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam tahap-tahap perkembangan‖ yang
diusulkan oleh Jean Piaget, belajar bermakna‖ nya Ausubel, dan b