EKSISTENSI TOKOH ADAT UPACARA SEDEKAH GUNUNG MERAPI DI DESA LENCOH KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI | Gumilang | SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant 4305 9625 1 SM
EKSISTENSI TOKOH ADAT UPACARA SEDEKAH GUNUNG MERAPI DI DESA
LENCOH KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI
JATMIKO SURYO GUMILANG
K8410031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) makna upacara sedekah gunung (2) peran
yang dilakukan tokoh adat dalam upacara sedekah gunung (3) strategi tokoh adat dalam
melestarikan upacara sedekah gunung. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Lencoh
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, dengan alasan sampai saat ini masih mempertahankan dan
melestarikan upacara sedekah gunung.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Teknik
pengumpulan data berasal dari wawancara dengan sumber data utama yaitu tokoh adat, kepala
desa, ketua Rt.06 dan warga desa. Sedangkan data lainnya bersumber dari observasi dan
dokumentasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan snowball
sampling. Uji validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Teknik analisis
menggunakan model analisis data interaktif yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) upacara sedekah gunung
sebagai adat tradisi warga Lencoh secara turun-temurun, upacara sedekah gunung dianggap
sebagai kewajiban bagi semua warga Lencoh dan upacara sedekah gunung sebagai sarana
meminta keselamatan kepada Tuhan. (2) peran tokoh adat sebagai seksi kerersmian dan pembaca
ujub kidungan yang belum pernah tergantikan dan merupakan peran sentral dalam upacara
sedekah gunung. (3) strategi tokoh adat dalam melestarikan upacara sedekah gunung adalah
sosialisasi yang terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan, iuran warga yang ditarik per-KK dan
pergantian panitia penyelenggara.
Simpulan penelitian ini adalah tokoh adat berperan sentral dalam upacara sedekah
gunung. Tokoh adat sebagai agen yang memilki kekuasaan dengan rutinitas ritual upacara
sedekah gunung yang sudah melekat erat dalam masyarakat.
Kata kunci : sedekah gunung, tokoh adat,strukturasi, eksistensi
ABSTRACT
Jatmiko Suryo Gumilang. K8410031. THE EXISTENCE OF SEDEKAH GUNUNG
MERAPI RITUAL CUSTOM FIGURES IN LENCOH VILLAGE OF SELO SUB
DISTRICT OF BOYOLALI REGENCY.Thesis.Teacher Training and Education Faculty of
SebelasMaret University. 2014.
The objective of research was to find out (1) the meaning of sedekah gunung rite, (2) the
role played by the custom figures in sedekah gunung rite, and (3) the strategy the custom figures
took in preserving the sedekah gunung rite. The research was taken place in Lencoh Village of
Selo Sub District of Boyolali Regency, because this village still maintains and preserves sedekah
gunung rite.
This study was a qualitative research with phenomenological method. Technique of
collecting data used was interview with the main data source such as custom figure, chief of
village, the chief of RT 06, and villagers. Meanwhile another data derived from observation and
documentation. The sampling techniques employed were purposive sampling and snowball
sampling ones. The data validation test was conducted using source and method triangulations.
Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis encompassing data
reduction, data display, and conclusion drawing.
Considering the result of research, it could be concluded that (1) the sedekah gunung rite
was Lencoh people’s tradition from generation to generation; it was considered as the obligation
for all Lencoh people and as the means of asking for salvation to God; (2) the role of custom
figures as the official section and ujub kidungan reader had not been replaced yet and constituted
the central role in sedekah gunung rite; (3) the strategy the custom figure took in preserving
sedekah gunung rite was continuously socialization leading to habit, the people’s due collected
per household and the succession of organizing committee.
The conclusion of research was that the custom figure played a central role in sedekah
gunung rite. The custom figure served as an agent having power in the routine of sedekah
gunung rite inherent strongly to the society.
Keywords: sedekah gunung, custom figure, structure, existence
semua pola
A. PENDAHULUAN
letusan
gunung berapi
berubah, misalnya Gunung Sinabung,
Indonesia terdapat banyak gunung
yang terakhir kali meletus pada 1600-an,
berapi yang masih aktif. Data terakhir
tetapi tiba-tiba aktif kembali pada tahun
pada tahun 2012, Indonesia memiliki 127
2010 dan meletus pada 2013. (Camie
gunung berapi aktif dengan kurang lebih
Ayapoe: Semeru.com: 3 Oktober 2013).
5 juta penduduk yang berdiam di
Indonesia juga diketahui sebagai jalur
sekitarnya. Sejak 26 Desember 2004,
Cincin Api Pasifik (pacific ring of fire).
setelah gempa besar dan tsunami terjadi,
Daerah cincin api pasifik tersebut adalah
daerah tempat bergesernya dua lempeng
Di dalam pelaksanaan upacara
teltonik, sehingga daerah cincin api
ritual dipimpin oleh ketua adat dalam
pasifik lebih dikenali dibanding dengan
penyelenggaraan tradisi upacara ritual
wilayah gunung berapi lainnya di dunia.
ini. Di Kabupaten Boyolali bagian barat
Keberadaan gunung berapi ini
Jawa Tengah ini tepatnya di Desa
berkaitan banyak dengan kehidupan
Lencoh, Kecamatan Selo masih sangat
masyarakat
kental
setempat.
Hal
ini
mengikuti
dan
mendukung
dikarenakan setiap gunung mempunyai
kebudayaan Jawa seperti daerah kejawen
mitos-mitos yang berbeda antara gunung
lainnya. Masyarakat Desa Lencoh selalu
satu dengan gunung yang lainnya. Mitos
melaksanakan upacara sedekah gunung
tersebut erat kaitannya dengan ritual adat
setiap malam pergantian tahun dalam
yang dilaksanakan masyarakat setempat
kalender Jawa atau lebih sering disebut
yang
kebudayaan.
malam 1 Suro atau 1 Muharam. Upacara
Kebudayaan tersebut dilakukan secara
sedekah gunung ini dianggap penting
terus-terus
dan saklar bagi masyarakat setempat.
menjadi
suatu
sehingga
menjadi
suatu
tradisi.
Upacara sedekah gunung adalah
Masyarakat Jawa sangat kental
satu bentuk upacara tradisional yang
dengan tradisi yang dipimpin oleh tokoh
dilaksanakan oleh warga Desa Lencoh
adat. Tradisi yang nyata adalah dengan
sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang
adanya upacara-upacara ritual adat. Pada
Maha Esa atas limpahan karuniaNya
umumnya, upacara tradisi ini dilakukan
serta
untuk
kepada
menghormati,
memuja,
sebagai
para
bentuk
pengormatan
leluhurnya.
Upacara
mensyukuri dan meminta keselamatan
sedekah gunung ini sudah dilaksanakan
pada leluhur. Upacara ritual ini sudah
oleh warga Desa Lencoh sejak zaman
menjadi tradisi masyarakat Jawa sejak
nenek moyang. Gunung Merapi sebagai
zaman pra-sejarah. Ketika Islam masuk
salah satu simbol spiritual Masyarakat
ke Indonesia dengan Wali Songo sebagai
Jawa, Khususnya Jawa Tengah dan
penyebar agama Islam di Jawa, upacara
Daerah Istimewa Yogyakarta.Gunung
ritual ini di akulturasikan dengaan syariat
teraktif di Dunia ini setiap tahunnya
Islam.
selalu
menjadi
pusat
ritual
bagi
penduduk yang ada di sekitarnya.Hal
yang menarik dari digelarnya upacara
dilakukan oleh masyarakat Desa Lencoh,
Sedekah Gunung ini adalah sesaji berupa
seakan-akan menjadi suatu menu pekerjaan
kepala kerbau yang diikutkan dalam
rutin tokoh adat untuk memimpin jalannya
sesaji
upacara sedekah gunung tersebut. Ditengah
yang
dilarungkan
ke
kawah
puncak Gunung Merapi.
maraknya
(Danang Dave: Kompas Online: 28
semakin terus berkembang, ritual sedekah
November 2011).
gunung ini masih tetap bertahan dan
kebudayaan
modern
yang
Masyarakat Desa Lencoh sebagian
dijalankan oleh tokoh adat dan masyarakat
besar masih peduli pada pelaksanaan
setempat sebagai pendukungnya. Oleh
upacara-upacara
masih
karena itu, penelitian ini menjadi suatu
meyakini akan manfaat dari pelaksanaan
wahana dalam menggali informasi dibalik
upacara adat yang sudah terselenggara
keberadaan (eksistensi) tokoh adat upacara
sejak zaman dahulu, sehingga mereka
sedekah gunung tersebut.
adat,
mereka
masih melestarikan upacara-upacara adat.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin
Upacara sedekah gunung ini di
mengetahui tentang makna sedekah gunung
pimpin oleh tokoh adat setempat. Tokoh
bagi warga Lencoh, peran tokoh adat dalam
adat setempat bertugas untuk memimpin
upacara sedekah gunung dan strategi tokoh
upacara
dalam
ritual
sedekah
gunung
ini
diharapkan agar pelaksanaan upacara ini
melestarikan
upacara
sedekah
gunung.
dapat berjalan dengan lancar. Juga turut
Upacara sedekah merupakan salah
ikut menjaga tradisi upacara ritual ini
satu bentuk ritual yang dilakukan untuk
sebagai suatu kearifan lokal karena sudah
menghormati dan memperingati mitos yang
menjadi
kental
salah
satu
kultur
(budaya)
dengan
suatu
wilayah.Upacara
masyarakat Desa Lencoh. Oleh karena itu,
sedekah banyak dilakukan oleh masyarakat
bahwa salah satu tujuan masyarakat Desa
di berbagai desa.Tujuan dari upacara ini
Lencoh mempertahankan upacara sedekah
pada
gunung ini dimaksudkan untuk memelihara
memberikan
warisan leluhur yang kaya akan simbol dan
leluhur yang telah meninggal dunia, dan
makna.
ketika
Upacara
tadinya
sedekah
merupakan
gunung
ritual
rutin
dasarnya
dimaksudkan
persembahan
masih
hidup
kepada
diyakini
untuk
roh
oleh
yang
masyarakat desa yang bersangkutan sebagai
yang
cikal bakal pendiri desa dan juga sebagai
ungkapan rasa syukur yang ditujukan
sesuai dengan keahlian dan tanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
masing-masing. Antara sub satu dengan sub
Sedekah gunung merupakan bagian
lain saling berelasi dan berkaitan agar
dari kebudayaan sebab mempunyai ketujuh
mencapai hasil kerja yang maksimal. Inilah
unsur
wujud
yang juga terlihat di dalam prosesi upacara
kebudayaan yang ada di dalamnya. Selain
sedekah gunung yang dipimpin oleh tokoh
itu,
wahana
adat setempat. Oleh karena itu pula
pelestarian budaya local masyarakat Desa
keberadaan tokoh adat sangat berperan
Lencoh,
penting dalam upacara sedekah gunung
kebudayaan
sedekah
dan
gunung
Kecamatan
juga
sebagai
Selo,
Kabupaten
Boyolali karena terdapat mitos Gunung
sampai saat ini.
Merapi yang selalu diperingati dan dihargai
setiap tahunnya.
Keberadaan upacara sedekah gunung
B. METODE PENELITIAN
tidak lepas dari tokoh adat.Tokoh adat
Dalam penelitian ini menggunakan
adalah seorang pimpinan yang menjaga,
pendekatan fenomenologi.Hal itu bertujuan
melestarikan dan juga mengetahui banyak
untuk memahami tujuan penelitian dari segi
tentang adat setempat.Kepemimpinan tokoh
sudut pandang sumber data.Sumber data
adat ini berperan dalam pelestarian adat
penelitian ini menggunakan data primer
yang berada di dalam suatu tempat.
dan data sekunder.Data primer adalah data
Tokoh adat mempunyai suatu aturan
yang diperoleh dari kata-kata dan tindakan
yang dijalani. Nama lain aturan bisa disebut
yang merupakan sumber data dari lapangan
dengan
dengancara
pemimpin
struktur,
juga
sedangkan
disebut
aturan
strukturasi
mengamati
mewawancarai.Data
ini
terhadap
atau
diperoleh
pemimpin. Strukturasi pemimpin adalah
wawancara
segala aturan yang berlaku di dalam
meliputi tokoh adat, kepala desa dan warga
kepemimpinan seseorang dalam memimpin
desa.Selain itu, data primer diperoleh dari
suatu struktur organisasi. Aturan tersebut
pengamatan peneliti yang melakukan pra
dilakukan secara terus-menerus dan telah
observasi saat diselenggarakannya upacara
menyatu dengan erat, sehingga menjadi
sedekah
rutinitas. Di dalam struktur atau aturan
penelitian ini juga tidak lepas dari data
tersebut terdapat pembagian tenaga kerja
sekunder.Data sekunder adalah data-data
gunung.Selain
informan
dari
data
yang
primer,
yang didapat dari sumber tertulis, foto dan
dokumentasi berupa foto upacara sedekah
data
(Moleong, 2006).Sumber
gunung, wawancara mendalam kepada
tertulis bisa berupa dokumen dan arsip.
informan yang berhubungan dengan data
Dokumen yang digunakan penelitian ini
yang
adalah data monografi desa dan foto-foto
dilakukan peneliti saat prapenelitian.
statistic
tentang upacara sedekah gunung yang
diperlukan
dan
observasi
yang
Dalam penelitian kualitatif, validitas
diambil peneliti maupun foto sedekah
data
gunung yang berada di kantor kepala desa.
pasti.Untuk itu digunakan triangulasi data.
Teknik
pengambilan
tidak
dapat
ditangkap
secara
sampling
Dalam penelitian ini trianggulasi
dalam penelitian ini menggunakan teknik
yang digunakan adalah jenis trianggulasi
purposive sampling.Menurut H.B Sutopo
sumber.
(2002:56) dalam purposive sampling “
trianggulasi
peneliti cenderung untuk memilih informan
“membandingkan
yang dianggap mengetahui informasi dan
derajat kepercayaan suatu informasi yang
masalahnya secara mendalam dan dapat
diperoleh melalui waktu dan alat yang
dipercaya untuk menjadi sumber data yang
berbeda
mantap”.Dalam teknik purposive sampling
(Moleong,2006:330).
ini peneliti akan memilih informan yang
Paton
menjelaskan
sumber
dan
berarti
mengecek
dalam
Dalam
tentang
balik
penelitian”
penelitian
ini,
peneliti
dipandang paling tahu dan dapat dipercaya
memandang tiga jenis kegiatan analisis dan
untuk menjadi sumber data dan mengetahui
kegiatan
masalahnya secara mendalam.Sumber data
siklus dan interaktif.Peneliti harus dapat
dalam penelitian ini adalahBapak Paiman,
memastikan penelitiannya sudah mencapai
selaku ketua tokoh adat di Desa Lencoh
validitas.Setelah
sehingga dapat memberikan keterangan
kemudian data disajikan, setelah disajikan
yang peneliti butuhkan.Pak Sumardi selaku
maka
kepala desa Lencoh, Pak Ngateno selaku
kemudian direduksi.
ketua Rt.06 Temusari Lencoh dan Pak
Marto adalah informan pendukung untuk
melengkapi data peneliti.
pengumpulan
dilakukan
data
merupakan
pengumpulan
verifikasi
data
data
dan
C. HASIL PENELITIAN
Ditinjau dari kondisi alam dan
geografisnya yang sebagaian besar wilayah
Teknik pengumpulan data dalam
Lencoh merupakan lahan pertanian dan
penelitian ini yang digunakan adalah
ladang, mengakibatkan mayoritas penduduk
Lencoh bekerja di sektor pertanian. Hal ini
Sedekah gunung adalah wujud
dapat dilihat dari jalan utama yang melintasi
tradisi kebudayaan Desa Lencohyang selalu
desa
dilaksanakan
Lencoh
terdapat
banyak
lahan
setiap
tahunnya.Upacara
pertanian. Sektor pertanian di Lencoh dapat
sedekah gunung mulai digalakkan sejak
mencukupi
kepemimpinan
kebutuhan
hidup
penduduk
Bupati
Boyolali,
Pak
Lencoh, sektor pertanian ini bertumpu pada
Mohammad Hardi. Sedekah gunung itu
tanaman buah dan sayur. Wilayah Lencoh
sendiri berasal dari kisah babat alas Mbah
terkenal dengan penghasil sayur-sayuran
Petruk yang memberikan kebonan (ladang),
berkualitas baik, seperti kubis, wortel,
akan tetapi di daerah tersebut belum ada
bayam dan tomat. Pemasaran dari hasil
kebonanhanya
pertanian di Lencoh bahkan sampai ke luar
(kerbau). Oleh karena itulah kepala kerbau
wilayah Boyolali.Dapat disimpulkan bahwa
selalu dijadikan sesajen untuk sedekah
mayoritas masyarakat bermata pencaharian
gunung ini. Hal ini juga yang membuat
sebagai
membuat
menarik di dalam sesajen upacara sedekah
masyarakat Desa Lencoh menggantungkan
gunung selain sesajen berupa nasi gunung
hidup
Gunung
(tumpeng) berjumlah sembilan, palawija,
Merapi.Oleh karena itu, tradisi sedekah
rokok Gudang Garam klobot, rokok Ojolali,
gunung rutin dilakukan pada malam 1 Suro.
jadah bakar, panggan butho yang jumlah
dapat
petani,
pada
sehingga
keberadaan
terdapat
hewan
kebo
Dari data yang diperoleh tersebut
umbo rampe tersebut berjumlah sejodo atau
disimpulkan
dua buah.
bahwa,
masyarakat
Lencoh masih tergolong masyarakat yang
Setiap
tradisional.Masyarakat Lencoh masih tetap
tersendiri.Nasi
melestarikan tradisi/adat istiadat di wilayah
menggambarkan keadaan masyarakat Desa
Lencoh yang turun temurun dari nenek
Lencoh mempunyai kerukunan yang kokoh
moyang. Masih banyak masyarakat Lencoh
dan berjalan seirama secara lurus, sehingga
yang menganut paham aboge sehingga
tidak ada perselisihan antar warga dan
masyarakat desa percaya terhadap hal-hal
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
yang berbau mistis.Tradisi masyarakat Desa
di
Lencoh yang masih dijaga sampai saat ini
menyimbolkan maksud supaya warga tidak
adalah sedekah gunung.
membakar
warga
sesajen
mempunyai arti
gunung
Desa
gunung
(tumpeng)
Lencoh.Jadah
sehingga
bakar
keadaan
gunung tetap lestari.Hiasan-hiasan yang
terdapat di tumpeng mengisyaratkan agar
gunung.Keempat adalah acara ujub Merapi
keamanan di wilayah gunung terjaga, dan
yang berupa kidung-kidungan yang selalu
gunung
gundul.Sesajen-
dibawakan oleh tokoh adat. Kemudian
sesajen lainnya di siapkan secara sejodo
diakhiri dengan pembacaan doa dan kirab
(sepasang)
pemberangkatan sesajen.
tidak
menjadi
yang
berjumlah
dua
buah,
menggambarkan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.Hal
masyarakat
tersebut
Desa
Lencoh
Kekentalan upacara adat sedekah
dikarenakan
gunung yang terdapat di Lencoh inilah yang
menganggap
membuat
Desa
Lencoh
menjadi
desa
Gunung Merapi sebagai sosok laki-laki dan
percontohan pelestarian adat tradisi di
Gunung Merbabu sebagai sosok perempuan.
Kabupaten Boyolali.
Ukuran tumpeng yang berbeda juga
Makna Upacara Sedekah Gunung
menggarbakan pandangan masyarakat Jawa
Pada upacara sedekah gunung yang
bahwa mereka menganggap nabi di dalam
diadakan
ranah Jawa berjumlah tujuh, sedangkan wali
melakukan
berjumlah Sembilan.Nabi dan Wali adalah
berlangsungnya
orang yang menyebarkan agama Islam
gunung.Tujuan pengamatan ini bermaksud
khususnya di wilayah Jawa.
sebagai gambaran pemikiran peneliti tentang
Urutan
pelaksanaan
upacara
pada
tahun
pengamatan
2013,
peneliti
kegiatan
upacara
saat
sedekah
upacara sedekah gunung.Pada saat peneliti
sedekah gunung sebagai berikut.Pertama,
mengamati
kirab kepala kerbau dan sesajen lainnya ke
gunung, Joglo Merapi dipenuhi dengan
Joglo Merapi.Sesampainya di Joglo Merapi,
orang-orang
semua sesajen diatur dan ditata seperti
sedekah
aturan yang diberikan oleh tokoh adat.
tersebut terdiri dari masyarakat setempat,
Setelah penataan sesajen selesai, acara yang
para fotografer serta turis local hingga
kedua adalah berupa sambutan-sambutan
interlokal.Dari pengamatan tersebut, peneliti
yang
panitia,
berpendapat bahwa upacara sedekah gunung
kemudian sambutan kepala Desa Lencoh,
tersebut adalah suatu momentum yang
sambutan
Dinas
menarik.Suatu hal yang menarik tentu
Pariwisata dan sambutan Bupati Boyolali.
memiliki suatu makna yang tersirat di
Selesai sambutan, acara menginjak ke acara
dalamnya.Seperti halnya sedekah gunung,
ketiga
kegiatan tersebut memilki makna tersendiri.
diawali
oleh
Camat,
yaitu
sambutan
sambutan
legenda
sedekah
jalannya
yang
gunung
prosesi
menonton
sedekah
upacara
tersebut.Orang-orang
Terdapat 3 makna sedekah gunung
bagi
warga
masyarakat
Desa
Pembaca Ujub Kidungan.Seksi Keresmian
mempunyai tugas untuk mengawasi upacara
Lencoh.Pertama, sedekah gunung sebagai
mulai
tanda adat istiadat yang dilakukan warga
pelaksanaan.Selain
Desa
turun-
Keresmian yang disandang oleh Pak Paiman
adalah,
adalah pada saat prosesi serah terima
sedekah gunung wajib diikuti oleh semua
penyerahan sesajen yang diberikan oleh
warga, jika tidak dilaksanakan maka ada
Bupati
beban
dirasakan
dilarungkan.Ujub Kidungan adalah lagu-
warga.Makna ketiga sedekah gunung bagi
lagu Jawa yang dilantunkan saat sebelum
masyarakat Desa Lencoh adalah keberadaan
prosesi pelarungan sesajen ke Gunung
sedekah gunung ini penting bagi masyarakat
Merapi. Walaupun Pak Paiman dianggap
Desa Lencoh sebagai sarana dalam meminta
oleh warga sebagai
keselamatan
bagi
perannya belum pernah digantikan, akan
masyarakat Desa Lencoh sendiri yang hidup
tetapi setiap warga masyarakat Desa Lencoh
di daerah Gunung Merapi.
juga
Lencoh
temurun.Kemudian
Peran
secara
yang
tersendiri
dan
Tokoh
kedua
yang
kesejahteraan
Adat
dalam
Upacara
dari
persiapan
itu,
sebelum
mempunyai
sampai
pada
tugas
Seksi
sesajen
tersebut
tokoh adat yang
peran
dalam
prosesi
upacara sedekah gunung ini. Peran Pak
Paiman dalam prosesi upacara sedekah
Sedekah Gunung
Dari hasil wawancara dapat diambil
gunung ini sangat vital, karena tanpa
kesimpulan bahwa masyarakat Desa Lencoh
kehadiran Pak Paiman warga Desa Lencoh
menganggap bahwa ada satu orang yang
merasa kurang mantab dalam melakukan
paling mengerti tentang upacara sedekah
upacara ritual ini.Oleh karena itu, Pak
gunung tersebut.Orang tersebut bernama
Paiman mempunyai beban tersendiri jika
Pak Paiman Hadi Martono.Hal itulah yang
tidak mengikuti upacara sedekah gunung ini.
mengakibatkan Pak Paiman menjadi satu-
Strategi Tokoh Adat dalam Melestarikan
satunya orang yang perannya belum pernah
Upacara Sedekah Gunung
digantikan oleh siapapun meskipun setiap
tahunnya
pembentukan
panitia
selalu
Upacara
sedekah
gunung
ini
dianggap sebagai warisan budaya local
dilakukan secara bergiliran.Dalam upacara
warga Lencoh, sehingga upacara
sedekah gunung, Pak Paiman berperan
sedekah gunung sampai saat ini masih
sebagai
dilestarikan oleh warga Lencoh meskipun
Seksi
Keresmian
dan
sebagai
adat
ada beberapa hambatan yang melanda adat
dilakukan yaitu dengan iuran warga yang
ini. Meskipun ada hambatan-hambatan yang
ditarik per-KK.Dengan adanya iuran ini,
ada di dalam upacara sedekah gunung, akan
upacara sedekah gunung dapat terlaksana
tetapi prosesi upacara sedekah gunung ini
meskipun ada pelonjakkan anggaran.Strategi
masih tetap dilaksanakan dan dilestarikan
ketiga yang dilakukan adalah pembentukan
keberadaannya.
panitia
Dapat penelititemukan bahwa ada
penyelenggara
upacara
sedekah
gunung yang selalu diganti dan digilir setiap
upacara
tahunnya.Prosesi sedekah gunung ini tidak
sedekah gunung tetap dilestarikan oleh
lepas dari keberadaan peran-peran yang
warga Desa Lencoh sampai saat ini.
dilakukan oleh setiap individu masyarakat
strategi
yang
dilakukan
agar
Adapun strategi dan upaya yang
dilakukan
untuk
upacara
satu individu dengan individu lain juga
sedekah gunung ini terdapat 3 upaya dan
berbeda. Pengaruh sedekah gunung juga
strategi
yaitu
yang dirasakan oleh masyarakat Desa
dengan sosialisasi dan kebiasaan untuk
Lencoh tergantung pada peran dan posisi
selalu mengikuti upacara sedekah gunung
yang disandangnya.Setiap tahun panitia
yang mereka tularkan kepada anak-anak
penyelenggara selalu dibentuk dengan posisi
sejak dini.Berbekal sosialisasi inilah yang
dan peran selalu berganti. Meskipun dalam
menjadi
pembentukkan
yang
melestarikan
Desa Lencoh. Peran yang dipikulpun antara
dilakukan.Pertama,
modal
warga
Desa
Lencoh
panitia
penyelenggara
terkhusus tokoh adat untuk melestarikan
tersebut selalu berubah, akan tetapi ada satu
upacara
sedekah
sosialisasi
yang
gunung.Berawal
dari
posisi yang tidak pernah diganti oleh
terus-menerus
yang
siapapun. Posisi dan peran tersebut diduduki
dilakukan setiap tahun, sehingga dapat
oleh
menjadi suatu kebiasaan bagi warga Desa
setempat. Peran dan posisi tersebut juga
Lencoh.Dengan adanya suatu kebiasaan
diperoleh
yang selalu dilakukan ini juga, maka seiring
masyarakat
berjalannya waktu kebiasaan itu dapat
menempatkan Pak Paiman pada posisi yang
menjadi
dari
sama. Hal tersebut dikarenakan warga Desa
kehidupan warga masyarakat Desa Lencoh
Lencoh menganggap Pak Paiman paling
yang
setiap
mengetahui tentang sedekah gunung.Selain
tahunnya.Upaya atau strategi kedua yang
itu, warga Lencoh merasa kurang puas dan
sebuah
selalu
rutinitas
bagian
dilaksanakan
Pak
Paiman
dari
selaku
tokoh
kesepakatan
Lencoh
yang
adat
warga
selalu
kurang mantab jika prosesi upacara sedekah
gunung
gunung tersebut tidak diawasi dan tidak
sedekah gunung tetap eksis sampai saat ini.
diarahkan oleh Pak Paiman.Oleh karena
sebagai
strategi
agar
upacara
Teori utama dalam penelitian ini
itulah upacara sedekah gunung ini dapat
adalah
strukturasi
eksis sampai saat ini dengan Pak Paiman
merupakan segala aturan yang berlaku di
yang ditunjuk oleh warga sebagai satu-
dalam
satunya orang yang paling mengerti tentang
memimpin suatu struktur organisasi. Hal
upacara sedekah gunung ini.
tersebut juga dialami oleh tokoh adat yang
D. KESIMPULAN
mempunyai peran yang belum pernah
kepemimpinan
pemimpin
seseorang
yang
dalam
Prosesi upacara ritual adat sedekah
digantikan, sehingga hal tersebut juga
gunung tidak lepas dari unsur ruang dan
menjadi suatu beban pribadi yang dirasakan
waktu.Unsur tersebut terlihat pada saat
oleh tokoh adat.
pelaksanaan ritual tersebut, yaitu pada waktu
Di dalam struktur atau aturan
setiap malam 1 Suro dan bertempat di dalam
tersebut terdapat pembagian tenaga kerja
satu ruang yang dinamakan Joglo Merapi.
sesuai dengan keahlian dan tanggung jawab
Unsur ruang dalam upacara sedekah gunung
masing-masing. Antara sub satu dengan sub
berkaitan dengan proses sosialisasi, dimana
lain saling berelasi dan berkaitan agar
warga Desa Lencoh dapat berkumpul dalam
mencapai hasil kerja yang maksimal. Inilah
satu tempat dengan tujuan yang sama. Unsur
yang juga terjadi di dalam prosesi upacara
waktu dalam upacara sedekah gunung
sedekah gunung yang dipimpin oleh Pak
adalah upacara tersebut telah dilakukan
Paiman Hadi Martono selakau tokoh adat
sejak jaman nenek moyang.Penempatan
yang ditunjuk oleh warga sebagai satu-
ruang dan waktu ini dilakukan secara
satunya orang yang posisinya belum pernah
berulang-ulang
sebuah
digantikan oleh siapapun meskipun anggota
yang
panitia selalu diganti.Hal tersebut membuat
rutinitas.Dengan
dan
menjadi
rutinitas
inilah
menyebabkan terjadinya suatu kebiasaan
tokoh
atau folkways.Oleh karena kebiasaan itulah,
mempunyai power (kekuatan) di dalam
warga Desa Lencoh berkumpul dalam satu
upacara sedekah gunung. Power tokoh adat
ruang dan waktu tanpa diadakannya suatu
dalam upacara sedekah gunung sebagai
undangan yang tersurat.Adapun fungsi unsur
pemimpin dan pengawas.Tanpa kehadiran
ruang dan waktu dalam upacara sedekah
dan turut ikut campur tangan tokoh adat
adat
menjadi
seorang
yang
dalam upacara sedekah gunung, masyarakat
merasa kurang puas.
Oleh karena itu, keberadaan tokoh
adat sangat berperan penting dalam upacara
sedekah gunung sampai saat ini.
E. DAFTAR PUSTAKA
Lexy J Moleong. 1991. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Jhon Scott, 2012. Teori Sosial.Yogyakarta,
Pustaka Pelajar
Durkheim, Emile. 2011. The Elementary of
The Religious Life, Jogjakarta: IRCiSoD.
Giddens, Anthony. 2010. Teori Strukturasi
(Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial
Masyarakat), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Priyono, B.Herry. 2003. Anthony Giddens
Suatu Pengantar, Bogor: Grafika Mardi
Yuana.
Koentjaraningrat, Prof. Dr. 2009.Pengantar
Ilmu
Antropologi,
Mahasatya.
Jakarta:
PT.
Asdi
LENCOH KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI
JATMIKO SURYO GUMILANG
K8410031
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2014
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui (1) makna upacara sedekah gunung (2) peran
yang dilakukan tokoh adat dalam upacara sedekah gunung (3) strategi tokoh adat dalam
melestarikan upacara sedekah gunung. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Lencoh
Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali, dengan alasan sampai saat ini masih mempertahankan dan
melestarikan upacara sedekah gunung.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Teknik
pengumpulan data berasal dari wawancara dengan sumber data utama yaitu tokoh adat, kepala
desa, ketua Rt.06 dan warga desa. Sedangkan data lainnya bersumber dari observasi dan
dokumentasi. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dan snowball
sampling. Uji validitas data menggunakan trianggulasi sumber dan metode. Teknik analisis
menggunakan model analisis data interaktif yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) upacara sedekah gunung
sebagai adat tradisi warga Lencoh secara turun-temurun, upacara sedekah gunung dianggap
sebagai kewajiban bagi semua warga Lencoh dan upacara sedekah gunung sebagai sarana
meminta keselamatan kepada Tuhan. (2) peran tokoh adat sebagai seksi kerersmian dan pembaca
ujub kidungan yang belum pernah tergantikan dan merupakan peran sentral dalam upacara
sedekah gunung. (3) strategi tokoh adat dalam melestarikan upacara sedekah gunung adalah
sosialisasi yang terus-menerus sehingga menjadi kebiasaan, iuran warga yang ditarik per-KK dan
pergantian panitia penyelenggara.
Simpulan penelitian ini adalah tokoh adat berperan sentral dalam upacara sedekah
gunung. Tokoh adat sebagai agen yang memilki kekuasaan dengan rutinitas ritual upacara
sedekah gunung yang sudah melekat erat dalam masyarakat.
Kata kunci : sedekah gunung, tokoh adat,strukturasi, eksistensi
ABSTRACT
Jatmiko Suryo Gumilang. K8410031. THE EXISTENCE OF SEDEKAH GUNUNG
MERAPI RITUAL CUSTOM FIGURES IN LENCOH VILLAGE OF SELO SUB
DISTRICT OF BOYOLALI REGENCY.Thesis.Teacher Training and Education Faculty of
SebelasMaret University. 2014.
The objective of research was to find out (1) the meaning of sedekah gunung rite, (2) the
role played by the custom figures in sedekah gunung rite, and (3) the strategy the custom figures
took in preserving the sedekah gunung rite. The research was taken place in Lencoh Village of
Selo Sub District of Boyolali Regency, because this village still maintains and preserves sedekah
gunung rite.
This study was a qualitative research with phenomenological method. Technique of
collecting data used was interview with the main data source such as custom figure, chief of
village, the chief of RT 06, and villagers. Meanwhile another data derived from observation and
documentation. The sampling techniques employed were purposive sampling and snowball
sampling ones. The data validation test was conducted using source and method triangulations.
Technique of analyzing data used was an interactive model of analysis encompassing data
reduction, data display, and conclusion drawing.
Considering the result of research, it could be concluded that (1) the sedekah gunung rite
was Lencoh people’s tradition from generation to generation; it was considered as the obligation
for all Lencoh people and as the means of asking for salvation to God; (2) the role of custom
figures as the official section and ujub kidungan reader had not been replaced yet and constituted
the central role in sedekah gunung rite; (3) the strategy the custom figure took in preserving
sedekah gunung rite was continuously socialization leading to habit, the people’s due collected
per household and the succession of organizing committee.
The conclusion of research was that the custom figure played a central role in sedekah
gunung rite. The custom figure served as an agent having power in the routine of sedekah
gunung rite inherent strongly to the society.
Keywords: sedekah gunung, custom figure, structure, existence
semua pola
A. PENDAHULUAN
letusan
gunung berapi
berubah, misalnya Gunung Sinabung,
Indonesia terdapat banyak gunung
yang terakhir kali meletus pada 1600-an,
berapi yang masih aktif. Data terakhir
tetapi tiba-tiba aktif kembali pada tahun
pada tahun 2012, Indonesia memiliki 127
2010 dan meletus pada 2013. (Camie
gunung berapi aktif dengan kurang lebih
Ayapoe: Semeru.com: 3 Oktober 2013).
5 juta penduduk yang berdiam di
Indonesia juga diketahui sebagai jalur
sekitarnya. Sejak 26 Desember 2004,
Cincin Api Pasifik (pacific ring of fire).
setelah gempa besar dan tsunami terjadi,
Daerah cincin api pasifik tersebut adalah
daerah tempat bergesernya dua lempeng
Di dalam pelaksanaan upacara
teltonik, sehingga daerah cincin api
ritual dipimpin oleh ketua adat dalam
pasifik lebih dikenali dibanding dengan
penyelenggaraan tradisi upacara ritual
wilayah gunung berapi lainnya di dunia.
ini. Di Kabupaten Boyolali bagian barat
Keberadaan gunung berapi ini
Jawa Tengah ini tepatnya di Desa
berkaitan banyak dengan kehidupan
Lencoh, Kecamatan Selo masih sangat
masyarakat
kental
setempat.
Hal
ini
mengikuti
dan
mendukung
dikarenakan setiap gunung mempunyai
kebudayaan Jawa seperti daerah kejawen
mitos-mitos yang berbeda antara gunung
lainnya. Masyarakat Desa Lencoh selalu
satu dengan gunung yang lainnya. Mitos
melaksanakan upacara sedekah gunung
tersebut erat kaitannya dengan ritual adat
setiap malam pergantian tahun dalam
yang dilaksanakan masyarakat setempat
kalender Jawa atau lebih sering disebut
yang
kebudayaan.
malam 1 Suro atau 1 Muharam. Upacara
Kebudayaan tersebut dilakukan secara
sedekah gunung ini dianggap penting
terus-terus
dan saklar bagi masyarakat setempat.
menjadi
suatu
sehingga
menjadi
suatu
tradisi.
Upacara sedekah gunung adalah
Masyarakat Jawa sangat kental
satu bentuk upacara tradisional yang
dengan tradisi yang dipimpin oleh tokoh
dilaksanakan oleh warga Desa Lencoh
adat. Tradisi yang nyata adalah dengan
sebagai rasa syukur kepada Tuhan Yang
adanya upacara-upacara ritual adat. Pada
Maha Esa atas limpahan karuniaNya
umumnya, upacara tradisi ini dilakukan
serta
untuk
kepada
menghormati,
memuja,
sebagai
para
bentuk
pengormatan
leluhurnya.
Upacara
mensyukuri dan meminta keselamatan
sedekah gunung ini sudah dilaksanakan
pada leluhur. Upacara ritual ini sudah
oleh warga Desa Lencoh sejak zaman
menjadi tradisi masyarakat Jawa sejak
nenek moyang. Gunung Merapi sebagai
zaman pra-sejarah. Ketika Islam masuk
salah satu simbol spiritual Masyarakat
ke Indonesia dengan Wali Songo sebagai
Jawa, Khususnya Jawa Tengah dan
penyebar agama Islam di Jawa, upacara
Daerah Istimewa Yogyakarta.Gunung
ritual ini di akulturasikan dengaan syariat
teraktif di Dunia ini setiap tahunnya
Islam.
selalu
menjadi
pusat
ritual
bagi
penduduk yang ada di sekitarnya.Hal
yang menarik dari digelarnya upacara
dilakukan oleh masyarakat Desa Lencoh,
Sedekah Gunung ini adalah sesaji berupa
seakan-akan menjadi suatu menu pekerjaan
kepala kerbau yang diikutkan dalam
rutin tokoh adat untuk memimpin jalannya
sesaji
upacara sedekah gunung tersebut. Ditengah
yang
dilarungkan
ke
kawah
puncak Gunung Merapi.
maraknya
(Danang Dave: Kompas Online: 28
semakin terus berkembang, ritual sedekah
November 2011).
gunung ini masih tetap bertahan dan
kebudayaan
modern
yang
Masyarakat Desa Lencoh sebagian
dijalankan oleh tokoh adat dan masyarakat
besar masih peduli pada pelaksanaan
setempat sebagai pendukungnya. Oleh
upacara-upacara
masih
karena itu, penelitian ini menjadi suatu
meyakini akan manfaat dari pelaksanaan
wahana dalam menggali informasi dibalik
upacara adat yang sudah terselenggara
keberadaan (eksistensi) tokoh adat upacara
sejak zaman dahulu, sehingga mereka
sedekah gunung tersebut.
adat,
mereka
masih melestarikan upacara-upacara adat.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin
Upacara sedekah gunung ini di
mengetahui tentang makna sedekah gunung
pimpin oleh tokoh adat setempat. Tokoh
bagi warga Lencoh, peran tokoh adat dalam
adat setempat bertugas untuk memimpin
upacara sedekah gunung dan strategi tokoh
upacara
dalam
ritual
sedekah
gunung
ini
diharapkan agar pelaksanaan upacara ini
melestarikan
upacara
sedekah
gunung.
dapat berjalan dengan lancar. Juga turut
Upacara sedekah merupakan salah
ikut menjaga tradisi upacara ritual ini
satu bentuk ritual yang dilakukan untuk
sebagai suatu kearifan lokal karena sudah
menghormati dan memperingati mitos yang
menjadi
kental
salah
satu
kultur
(budaya)
dengan
suatu
wilayah.Upacara
masyarakat Desa Lencoh. Oleh karena itu,
sedekah banyak dilakukan oleh masyarakat
bahwa salah satu tujuan masyarakat Desa
di berbagai desa.Tujuan dari upacara ini
Lencoh mempertahankan upacara sedekah
pada
gunung ini dimaksudkan untuk memelihara
memberikan
warisan leluhur yang kaya akan simbol dan
leluhur yang telah meninggal dunia, dan
makna.
ketika
Upacara
tadinya
sedekah
merupakan
gunung
ritual
rutin
dasarnya
dimaksudkan
persembahan
masih
hidup
kepada
diyakini
untuk
roh
oleh
yang
masyarakat desa yang bersangkutan sebagai
yang
cikal bakal pendiri desa dan juga sebagai
ungkapan rasa syukur yang ditujukan
sesuai dengan keahlian dan tanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
masing-masing. Antara sub satu dengan sub
Sedekah gunung merupakan bagian
lain saling berelasi dan berkaitan agar
dari kebudayaan sebab mempunyai ketujuh
mencapai hasil kerja yang maksimal. Inilah
unsur
wujud
yang juga terlihat di dalam prosesi upacara
kebudayaan yang ada di dalamnya. Selain
sedekah gunung yang dipimpin oleh tokoh
itu,
wahana
adat setempat. Oleh karena itu pula
pelestarian budaya local masyarakat Desa
keberadaan tokoh adat sangat berperan
Lencoh,
penting dalam upacara sedekah gunung
kebudayaan
sedekah
dan
gunung
Kecamatan
juga
sebagai
Selo,
Kabupaten
Boyolali karena terdapat mitos Gunung
sampai saat ini.
Merapi yang selalu diperingati dan dihargai
setiap tahunnya.
Keberadaan upacara sedekah gunung
B. METODE PENELITIAN
tidak lepas dari tokoh adat.Tokoh adat
Dalam penelitian ini menggunakan
adalah seorang pimpinan yang menjaga,
pendekatan fenomenologi.Hal itu bertujuan
melestarikan dan juga mengetahui banyak
untuk memahami tujuan penelitian dari segi
tentang adat setempat.Kepemimpinan tokoh
sudut pandang sumber data.Sumber data
adat ini berperan dalam pelestarian adat
penelitian ini menggunakan data primer
yang berada di dalam suatu tempat.
dan data sekunder.Data primer adalah data
Tokoh adat mempunyai suatu aturan
yang diperoleh dari kata-kata dan tindakan
yang dijalani. Nama lain aturan bisa disebut
yang merupakan sumber data dari lapangan
dengan
dengancara
pemimpin
struktur,
juga
sedangkan
disebut
aturan
strukturasi
mengamati
mewawancarai.Data
ini
terhadap
atau
diperoleh
pemimpin. Strukturasi pemimpin adalah
wawancara
segala aturan yang berlaku di dalam
meliputi tokoh adat, kepala desa dan warga
kepemimpinan seseorang dalam memimpin
desa.Selain itu, data primer diperoleh dari
suatu struktur organisasi. Aturan tersebut
pengamatan peneliti yang melakukan pra
dilakukan secara terus-menerus dan telah
observasi saat diselenggarakannya upacara
menyatu dengan erat, sehingga menjadi
sedekah
rutinitas. Di dalam struktur atau aturan
penelitian ini juga tidak lepas dari data
tersebut terdapat pembagian tenaga kerja
sekunder.Data sekunder adalah data-data
gunung.Selain
informan
dari
data
yang
primer,
yang didapat dari sumber tertulis, foto dan
dokumentasi berupa foto upacara sedekah
data
(Moleong, 2006).Sumber
gunung, wawancara mendalam kepada
tertulis bisa berupa dokumen dan arsip.
informan yang berhubungan dengan data
Dokumen yang digunakan penelitian ini
yang
adalah data monografi desa dan foto-foto
dilakukan peneliti saat prapenelitian.
statistic
tentang upacara sedekah gunung yang
diperlukan
dan
observasi
yang
Dalam penelitian kualitatif, validitas
diambil peneliti maupun foto sedekah
data
gunung yang berada di kantor kepala desa.
pasti.Untuk itu digunakan triangulasi data.
Teknik
pengambilan
tidak
dapat
ditangkap
secara
sampling
Dalam penelitian ini trianggulasi
dalam penelitian ini menggunakan teknik
yang digunakan adalah jenis trianggulasi
purposive sampling.Menurut H.B Sutopo
sumber.
(2002:56) dalam purposive sampling “
trianggulasi
peneliti cenderung untuk memilih informan
“membandingkan
yang dianggap mengetahui informasi dan
derajat kepercayaan suatu informasi yang
masalahnya secara mendalam dan dapat
diperoleh melalui waktu dan alat yang
dipercaya untuk menjadi sumber data yang
berbeda
mantap”.Dalam teknik purposive sampling
(Moleong,2006:330).
ini peneliti akan memilih informan yang
Paton
menjelaskan
sumber
dan
berarti
mengecek
dalam
Dalam
tentang
balik
penelitian”
penelitian
ini,
peneliti
dipandang paling tahu dan dapat dipercaya
memandang tiga jenis kegiatan analisis dan
untuk menjadi sumber data dan mengetahui
kegiatan
masalahnya secara mendalam.Sumber data
siklus dan interaktif.Peneliti harus dapat
dalam penelitian ini adalahBapak Paiman,
memastikan penelitiannya sudah mencapai
selaku ketua tokoh adat di Desa Lencoh
validitas.Setelah
sehingga dapat memberikan keterangan
kemudian data disajikan, setelah disajikan
yang peneliti butuhkan.Pak Sumardi selaku
maka
kepala desa Lencoh, Pak Ngateno selaku
kemudian direduksi.
ketua Rt.06 Temusari Lencoh dan Pak
Marto adalah informan pendukung untuk
melengkapi data peneliti.
pengumpulan
dilakukan
data
merupakan
pengumpulan
verifikasi
data
data
dan
C. HASIL PENELITIAN
Ditinjau dari kondisi alam dan
geografisnya yang sebagaian besar wilayah
Teknik pengumpulan data dalam
Lencoh merupakan lahan pertanian dan
penelitian ini yang digunakan adalah
ladang, mengakibatkan mayoritas penduduk
Lencoh bekerja di sektor pertanian. Hal ini
Sedekah gunung adalah wujud
dapat dilihat dari jalan utama yang melintasi
tradisi kebudayaan Desa Lencohyang selalu
desa
dilaksanakan
Lencoh
terdapat
banyak
lahan
setiap
tahunnya.Upacara
pertanian. Sektor pertanian di Lencoh dapat
sedekah gunung mulai digalakkan sejak
mencukupi
kepemimpinan
kebutuhan
hidup
penduduk
Bupati
Boyolali,
Pak
Lencoh, sektor pertanian ini bertumpu pada
Mohammad Hardi. Sedekah gunung itu
tanaman buah dan sayur. Wilayah Lencoh
sendiri berasal dari kisah babat alas Mbah
terkenal dengan penghasil sayur-sayuran
Petruk yang memberikan kebonan (ladang),
berkualitas baik, seperti kubis, wortel,
akan tetapi di daerah tersebut belum ada
bayam dan tomat. Pemasaran dari hasil
kebonanhanya
pertanian di Lencoh bahkan sampai ke luar
(kerbau). Oleh karena itulah kepala kerbau
wilayah Boyolali.Dapat disimpulkan bahwa
selalu dijadikan sesajen untuk sedekah
mayoritas masyarakat bermata pencaharian
gunung ini. Hal ini juga yang membuat
sebagai
membuat
menarik di dalam sesajen upacara sedekah
masyarakat Desa Lencoh menggantungkan
gunung selain sesajen berupa nasi gunung
hidup
Gunung
(tumpeng) berjumlah sembilan, palawija,
Merapi.Oleh karena itu, tradisi sedekah
rokok Gudang Garam klobot, rokok Ojolali,
gunung rutin dilakukan pada malam 1 Suro.
jadah bakar, panggan butho yang jumlah
dapat
petani,
pada
sehingga
keberadaan
terdapat
hewan
kebo
Dari data yang diperoleh tersebut
umbo rampe tersebut berjumlah sejodo atau
disimpulkan
dua buah.
bahwa,
masyarakat
Lencoh masih tergolong masyarakat yang
Setiap
tradisional.Masyarakat Lencoh masih tetap
tersendiri.Nasi
melestarikan tradisi/adat istiadat di wilayah
menggambarkan keadaan masyarakat Desa
Lencoh yang turun temurun dari nenek
Lencoh mempunyai kerukunan yang kokoh
moyang. Masih banyak masyarakat Lencoh
dan berjalan seirama secara lurus, sehingga
yang menganut paham aboge sehingga
tidak ada perselisihan antar warga dan
masyarakat desa percaya terhadap hal-hal
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
yang berbau mistis.Tradisi masyarakat Desa
di
Lencoh yang masih dijaga sampai saat ini
menyimbolkan maksud supaya warga tidak
adalah sedekah gunung.
membakar
warga
sesajen
mempunyai arti
gunung
Desa
gunung
(tumpeng)
Lencoh.Jadah
sehingga
bakar
keadaan
gunung tetap lestari.Hiasan-hiasan yang
terdapat di tumpeng mengisyaratkan agar
gunung.Keempat adalah acara ujub Merapi
keamanan di wilayah gunung terjaga, dan
yang berupa kidung-kidungan yang selalu
gunung
gundul.Sesajen-
dibawakan oleh tokoh adat. Kemudian
sesajen lainnya di siapkan secara sejodo
diakhiri dengan pembacaan doa dan kirab
(sepasang)
pemberangkatan sesajen.
tidak
menjadi
yang
berjumlah
dua
buah,
menggambarkan jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.Hal
masyarakat
tersebut
Desa
Lencoh
Kekentalan upacara adat sedekah
dikarenakan
gunung yang terdapat di Lencoh inilah yang
menganggap
membuat
Desa
Lencoh
menjadi
desa
Gunung Merapi sebagai sosok laki-laki dan
percontohan pelestarian adat tradisi di
Gunung Merbabu sebagai sosok perempuan.
Kabupaten Boyolali.
Ukuran tumpeng yang berbeda juga
Makna Upacara Sedekah Gunung
menggarbakan pandangan masyarakat Jawa
Pada upacara sedekah gunung yang
bahwa mereka menganggap nabi di dalam
diadakan
ranah Jawa berjumlah tujuh, sedangkan wali
melakukan
berjumlah Sembilan.Nabi dan Wali adalah
berlangsungnya
orang yang menyebarkan agama Islam
gunung.Tujuan pengamatan ini bermaksud
khususnya di wilayah Jawa.
sebagai gambaran pemikiran peneliti tentang
Urutan
pelaksanaan
upacara
pada
tahun
pengamatan
2013,
peneliti
kegiatan
upacara
saat
sedekah
upacara sedekah gunung.Pada saat peneliti
sedekah gunung sebagai berikut.Pertama,
mengamati
kirab kepala kerbau dan sesajen lainnya ke
gunung, Joglo Merapi dipenuhi dengan
Joglo Merapi.Sesampainya di Joglo Merapi,
orang-orang
semua sesajen diatur dan ditata seperti
sedekah
aturan yang diberikan oleh tokoh adat.
tersebut terdiri dari masyarakat setempat,
Setelah penataan sesajen selesai, acara yang
para fotografer serta turis local hingga
kedua adalah berupa sambutan-sambutan
interlokal.Dari pengamatan tersebut, peneliti
yang
panitia,
berpendapat bahwa upacara sedekah gunung
kemudian sambutan kepala Desa Lencoh,
tersebut adalah suatu momentum yang
sambutan
Dinas
menarik.Suatu hal yang menarik tentu
Pariwisata dan sambutan Bupati Boyolali.
memiliki suatu makna yang tersirat di
Selesai sambutan, acara menginjak ke acara
dalamnya.Seperti halnya sedekah gunung,
ketiga
kegiatan tersebut memilki makna tersendiri.
diawali
oleh
Camat,
yaitu
sambutan
sambutan
legenda
sedekah
jalannya
yang
gunung
prosesi
menonton
sedekah
upacara
tersebut.Orang-orang
Terdapat 3 makna sedekah gunung
bagi
warga
masyarakat
Desa
Pembaca Ujub Kidungan.Seksi Keresmian
mempunyai tugas untuk mengawasi upacara
Lencoh.Pertama, sedekah gunung sebagai
mulai
tanda adat istiadat yang dilakukan warga
pelaksanaan.Selain
Desa
turun-
Keresmian yang disandang oleh Pak Paiman
adalah,
adalah pada saat prosesi serah terima
sedekah gunung wajib diikuti oleh semua
penyerahan sesajen yang diberikan oleh
warga, jika tidak dilaksanakan maka ada
Bupati
beban
dirasakan
dilarungkan.Ujub Kidungan adalah lagu-
warga.Makna ketiga sedekah gunung bagi
lagu Jawa yang dilantunkan saat sebelum
masyarakat Desa Lencoh adalah keberadaan
prosesi pelarungan sesajen ke Gunung
sedekah gunung ini penting bagi masyarakat
Merapi. Walaupun Pak Paiman dianggap
Desa Lencoh sebagai sarana dalam meminta
oleh warga sebagai
keselamatan
bagi
perannya belum pernah digantikan, akan
masyarakat Desa Lencoh sendiri yang hidup
tetapi setiap warga masyarakat Desa Lencoh
di daerah Gunung Merapi.
juga
Lencoh
temurun.Kemudian
Peran
secara
yang
tersendiri
dan
Tokoh
kedua
yang
kesejahteraan
Adat
dalam
Upacara
dari
persiapan
itu,
sebelum
mempunyai
sampai
pada
tugas
Seksi
sesajen
tersebut
tokoh adat yang
peran
dalam
prosesi
upacara sedekah gunung ini. Peran Pak
Paiman dalam prosesi upacara sedekah
Sedekah Gunung
Dari hasil wawancara dapat diambil
gunung ini sangat vital, karena tanpa
kesimpulan bahwa masyarakat Desa Lencoh
kehadiran Pak Paiman warga Desa Lencoh
menganggap bahwa ada satu orang yang
merasa kurang mantab dalam melakukan
paling mengerti tentang upacara sedekah
upacara ritual ini.Oleh karena itu, Pak
gunung tersebut.Orang tersebut bernama
Paiman mempunyai beban tersendiri jika
Pak Paiman Hadi Martono.Hal itulah yang
tidak mengikuti upacara sedekah gunung ini.
mengakibatkan Pak Paiman menjadi satu-
Strategi Tokoh Adat dalam Melestarikan
satunya orang yang perannya belum pernah
Upacara Sedekah Gunung
digantikan oleh siapapun meskipun setiap
tahunnya
pembentukan
panitia
selalu
Upacara
sedekah
gunung
ini
dianggap sebagai warisan budaya local
dilakukan secara bergiliran.Dalam upacara
warga Lencoh, sehingga upacara
sedekah gunung, Pak Paiman berperan
sedekah gunung sampai saat ini masih
sebagai
dilestarikan oleh warga Lencoh meskipun
Seksi
Keresmian
dan
sebagai
adat
ada beberapa hambatan yang melanda adat
dilakukan yaitu dengan iuran warga yang
ini. Meskipun ada hambatan-hambatan yang
ditarik per-KK.Dengan adanya iuran ini,
ada di dalam upacara sedekah gunung, akan
upacara sedekah gunung dapat terlaksana
tetapi prosesi upacara sedekah gunung ini
meskipun ada pelonjakkan anggaran.Strategi
masih tetap dilaksanakan dan dilestarikan
ketiga yang dilakukan adalah pembentukan
keberadaannya.
panitia
Dapat penelititemukan bahwa ada
penyelenggara
upacara
sedekah
gunung yang selalu diganti dan digilir setiap
upacara
tahunnya.Prosesi sedekah gunung ini tidak
sedekah gunung tetap dilestarikan oleh
lepas dari keberadaan peran-peran yang
warga Desa Lencoh sampai saat ini.
dilakukan oleh setiap individu masyarakat
strategi
yang
dilakukan
agar
Adapun strategi dan upaya yang
dilakukan
untuk
upacara
satu individu dengan individu lain juga
sedekah gunung ini terdapat 3 upaya dan
berbeda. Pengaruh sedekah gunung juga
strategi
yaitu
yang dirasakan oleh masyarakat Desa
dengan sosialisasi dan kebiasaan untuk
Lencoh tergantung pada peran dan posisi
selalu mengikuti upacara sedekah gunung
yang disandangnya.Setiap tahun panitia
yang mereka tularkan kepada anak-anak
penyelenggara selalu dibentuk dengan posisi
sejak dini.Berbekal sosialisasi inilah yang
dan peran selalu berganti. Meskipun dalam
menjadi
pembentukkan
yang
melestarikan
Desa Lencoh. Peran yang dipikulpun antara
dilakukan.Pertama,
modal
warga
Desa
Lencoh
panitia
penyelenggara
terkhusus tokoh adat untuk melestarikan
tersebut selalu berubah, akan tetapi ada satu
upacara
sedekah
sosialisasi
yang
gunung.Berawal
dari
posisi yang tidak pernah diganti oleh
terus-menerus
yang
siapapun. Posisi dan peran tersebut diduduki
dilakukan setiap tahun, sehingga dapat
oleh
menjadi suatu kebiasaan bagi warga Desa
setempat. Peran dan posisi tersebut juga
Lencoh.Dengan adanya suatu kebiasaan
diperoleh
yang selalu dilakukan ini juga, maka seiring
masyarakat
berjalannya waktu kebiasaan itu dapat
menempatkan Pak Paiman pada posisi yang
menjadi
dari
sama. Hal tersebut dikarenakan warga Desa
kehidupan warga masyarakat Desa Lencoh
Lencoh menganggap Pak Paiman paling
yang
setiap
mengetahui tentang sedekah gunung.Selain
tahunnya.Upaya atau strategi kedua yang
itu, warga Lencoh merasa kurang puas dan
sebuah
selalu
rutinitas
bagian
dilaksanakan
Pak
Paiman
dari
selaku
tokoh
kesepakatan
Lencoh
yang
adat
warga
selalu
kurang mantab jika prosesi upacara sedekah
gunung
gunung tersebut tidak diawasi dan tidak
sedekah gunung tetap eksis sampai saat ini.
diarahkan oleh Pak Paiman.Oleh karena
sebagai
strategi
agar
upacara
Teori utama dalam penelitian ini
itulah upacara sedekah gunung ini dapat
adalah
strukturasi
eksis sampai saat ini dengan Pak Paiman
merupakan segala aturan yang berlaku di
yang ditunjuk oleh warga sebagai satu-
dalam
satunya orang yang paling mengerti tentang
memimpin suatu struktur organisasi. Hal
upacara sedekah gunung ini.
tersebut juga dialami oleh tokoh adat yang
D. KESIMPULAN
mempunyai peran yang belum pernah
kepemimpinan
pemimpin
seseorang
yang
dalam
Prosesi upacara ritual adat sedekah
digantikan, sehingga hal tersebut juga
gunung tidak lepas dari unsur ruang dan
menjadi suatu beban pribadi yang dirasakan
waktu.Unsur tersebut terlihat pada saat
oleh tokoh adat.
pelaksanaan ritual tersebut, yaitu pada waktu
Di dalam struktur atau aturan
setiap malam 1 Suro dan bertempat di dalam
tersebut terdapat pembagian tenaga kerja
satu ruang yang dinamakan Joglo Merapi.
sesuai dengan keahlian dan tanggung jawab
Unsur ruang dalam upacara sedekah gunung
masing-masing. Antara sub satu dengan sub
berkaitan dengan proses sosialisasi, dimana
lain saling berelasi dan berkaitan agar
warga Desa Lencoh dapat berkumpul dalam
mencapai hasil kerja yang maksimal. Inilah
satu tempat dengan tujuan yang sama. Unsur
yang juga terjadi di dalam prosesi upacara
waktu dalam upacara sedekah gunung
sedekah gunung yang dipimpin oleh Pak
adalah upacara tersebut telah dilakukan
Paiman Hadi Martono selakau tokoh adat
sejak jaman nenek moyang.Penempatan
yang ditunjuk oleh warga sebagai satu-
ruang dan waktu ini dilakukan secara
satunya orang yang posisinya belum pernah
berulang-ulang
sebuah
digantikan oleh siapapun meskipun anggota
yang
panitia selalu diganti.Hal tersebut membuat
rutinitas.Dengan
dan
menjadi
rutinitas
inilah
menyebabkan terjadinya suatu kebiasaan
tokoh
atau folkways.Oleh karena kebiasaan itulah,
mempunyai power (kekuatan) di dalam
warga Desa Lencoh berkumpul dalam satu
upacara sedekah gunung. Power tokoh adat
ruang dan waktu tanpa diadakannya suatu
dalam upacara sedekah gunung sebagai
undangan yang tersurat.Adapun fungsi unsur
pemimpin dan pengawas.Tanpa kehadiran
ruang dan waktu dalam upacara sedekah
dan turut ikut campur tangan tokoh adat
adat
menjadi
seorang
yang
dalam upacara sedekah gunung, masyarakat
merasa kurang puas.
Oleh karena itu, keberadaan tokoh
adat sangat berperan penting dalam upacara
sedekah gunung sampai saat ini.
E. DAFTAR PUSTAKA
Lexy J Moleong. 1991. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Jhon Scott, 2012. Teori Sosial.Yogyakarta,
Pustaka Pelajar
Durkheim, Emile. 2011. The Elementary of
The Religious Life, Jogjakarta: IRCiSoD.
Giddens, Anthony. 2010. Teori Strukturasi
(Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial
Masyarakat), Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Priyono, B.Herry. 2003. Anthony Giddens
Suatu Pengantar, Bogor: Grafika Mardi
Yuana.
Koentjaraningrat, Prof. Dr. 2009.Pengantar
Ilmu
Antropologi,
Mahasatya.
Jakarta:
PT.
Asdi