Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Cabai Rawit (Capsicum Frutescen L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium Acnes dan Implementasinya Sebagai Media Pembelajaran | Rodiah | EJIP BIOL 9355 30549 1 SM
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
ISSN 2338-1795
Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Cabai Rawit (Capsicum Frutescen L.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium Acnes dan Implementasinya
Sebagai Media Pembelajaran
Anti-Bakteria Affectivity Of Cayenne Pepper (Capsicum frutescen L.) Extract
On Bacteria (Propionibacterium acnes) Growth and Its Implementation as
Learning Medium
Rodiah1, I Nengah Kundera2, Gamar Binti. Non Shamdas 2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
2
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi
email : [email protected]
1
Abstrak
Propionibacterium acnes termasuk bakteri flora normal pada kulit. Bakteri ini berperan dalam
pembentukan acne, dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari
lipid kulit sehingga menyebabkan peradangan (jerawat). Daun cabai rawit memiliki zat
antimikroba yang mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya terpenoid dan saponin.
Daun cabai rawit telah terbukti melalui hasil-hasil penelitian sebelumnya efektif sebagai
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas ekstrak daun cabai rawit
dalam menghambat dan membunuh bakteri Propionibacterium acnes dan menentukan
konsentrasi efektif dari ekstrak daun cabai rawit yang dapat menghambat dan membunuh
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Jenis penelitian ini yaitu eksperimen
laboratorium dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (100%,
75%, 50%, 25% dan 0%) dan 4 kali ulangan. Teknik yang digunakan adalah teknik sumur,
teknik pengenceran dan teknik perhitungan koloni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
daun cabai rawit (Capsicum frutescen L) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 75% dan 50%, sedangkan membunuh pada
konsentrasi 100%. Ekstrak daun cabai rawit efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 50% dan merupakan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration). Ekstrak daun cabai rawit efektif membunuh bakteri Propionibacterium acnes
pada konsentrasi 100% dan merupakan MBC (Minimum Bakterisidal Concentration). Hasil
penelitian dijadikan suatu media pembelajaran dalam bentuk poster.
Kata Kunci: Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.); Propionibacterium acnes; Media
Pembelajaran
Abstract
Propionibacterium acnes is included into a normal floral bacteria on skin that play a role in
formation of acne. This is due to producing lipase to cleave lipid into fatty acid causing
inflammation (acne). Cayenne pepper leaves possess anti-microbe containing a seconder
metabolite such as terpenoide and saponoide. Cayenne pepper leaves had been proved
affectively as anti-bacteria based on prior to studies. This study aims to determine an affectivity
of the cayenne pepper leaves extract in inhibiting and killing the Propionibacterium acnes. In
addition, the goal of the study is to determine the most affective concentration in habiting and
killing the bacteria. The study used laboratory experiment using a completely randomized
design with 5 treatments that of which were repeated 4 times. Well, dilution and calculated-
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
10
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
ISSN 2338-1795
colony techniques were applied. Results of the study showed that cayenne pepper leaves extract
in concentration 75% and 50%, inhibited the Propionibacterium acnes growth. However, the
concentration 100% of the extract killed the bacteria. As such, the concentration 50% was the
most affectivity in inhibiting the bacteria growth and of which was a MIC (Minimum Inhibitory
Concentration). Moreover, the concentration 100% was the most affectivity in killing the
bacteria and of which was a MBC (Minimum Bactericidal Concentration).The result of the
study would be a poster implemented for learning medium.
Key words: Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.); Propionibacterium acnes; learning
medium
Pendahuluan
Indonesia
memiliki
banyak
keanekaragaman
jenis
tanaman
yang
berpotensi menjadi obat. Menurut Nath et.al
(2010) bahwa pemanfaatan dan penggunaan
tanaman sebagai bahan
obat herbal
sangat umum terjadi, karena telah terbukti
secara alamiah bahwa menggunakan tanaman
sebagai zat antimikroba berpotensi untuk
mengurangi efek sakit dari suatu penyakit. Hal
ini karena adanya senyawa aktif yang
berpotensi sebagai sumber antimikroba.
Salah satu jenis tanaman yang
memiliki potensi sebagai zat antimikroba yaitu
cabai rawit (Capsicum frutescen L.). Tanaman
cabai
rawit
mudah
ditemukan
dan
dibudidayakan oleh masyarakat di kota Palu.
Berdasarkan pengalaman sebagian masyarakat
bahwa daun
cabai Rawit digunakan
pula untuk mengobati jerawat. Hal ini telah
terbukti
melalui
beberapa
penelitian
sebelumnya diantaranya penelitian oleh
Eldesfiari (2005) dengan hasil yaitu, daun
cabai rawit memiliki zat antimikroba
yang
mengandung senyawa metabolit sekunder
diantaranya steroid dan
saponin. Senyawa
metabolit sekunder merupakan senyawa yang
mengandung flavonoid, alkaloid, steroid,
terpenoid, saponin yang umumnya terdapat
pada tumbuhan.
Jerawat disebabkan oleh beberapa
faktor, salah satunya disebabkan oleh bakteri
Propionibacterium acnes. Gaspari
dan
Stephen
(2008)
menyatakan
bahwa
Propionibacterium acnes termasuk bakteri
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
flora normal pada kulit, bakteri gram positif,
pleomorfik dan bersifat anaerob. Bakteri ini
berperan dalam pembentukan acne, dengan
menghasilkan lipase yang memecah asam
lemak
bebas
dari lipid kulit sehingga
menyebabkan peradangan. Akibat peradangan
tersebut menyebabkan Propionibacterium
acnes berproliferasi dan memperparah lesi
inflamasi
dengan merangsang
produksi sitokin proinflamasi.
Bakteri ini tidak patogen pada kondisi
normal, tetapi bila terjadi perubahan kondisi
kulit, maka bakteri tersebut berubah menjadi
invasif. Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea yang menghasilkan air, asam amino,
urea, garam dan asam lemak merupakan
sumber nutrisi bagi bakteri. Bakteri ini
berperan pada proses kemotaktik inflamasi
serta pembentukan enzim lipolitik pengubah
fraksi zat berminyak (sebum) menjadi massa
padat,
yang
menyebabkan
terjadinya
penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea
(Djuanda, dkk. 1999). Propionibacterium
acnes termasuk bakteri berbahaya yang dapat
menyebabkan
peradangan
pada
kulit,
khususnya pada kulit wajah sehingga perlu
dicegah.
Hasil-hasil penelitian tentang daun
cabai rawit yang diduga berfungsi sebagai zat
antimikroba pada beberapa jenis bakteri telah
banyak dilaporkan hasilnya namun, informasi
mengenai efektivitas daun cabai rawit sebagai
zat antimikroba pada Propionibacterium acnes
belum ada. Berdasarkan hal tersebut maka
menarik untuk melakukan penelitian tentang
efektivitas antibakteri ekstrak daun cabai
11
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
rawit (Capsicum frutescen L.) terhadap
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
Hasil temuan dalam penelitian ini
dijadikan
sebagai
informasi
ilmiah
yang dituangkan dalam media pembelajaran
dalam bentuk poster. Pemilihan media poster,
selain sederhana dan mudah pembuatannya,
juga termasuk media yang relatif murah
ditinjau dari segi biaya. Informasi yang
dituangkan ke dalam poster, didesain agar
memudahkan dalam menyampaikan pesan.
Pembuatan poster ini diharapkan dapat
membantu proses pembelajaran serta mampu
menunjang kualitas informasi pendidikan.
Metode Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimen
laboratorium,
menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 4 kali ulangan. Teknik yang
digunakan adalah teknik sumur, teknik
pengenceran dan teknik hitung koloni.
Parameter pada penelitian ini yaitu diameter
zona hambat pertumbuhan bakteri, perubahan
warna yang terbentuk pada tiap tabung
pengenceran bakteri
dan
perhitungan jumlah koloni
bakteri
Propionibacterium
acnes.
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
dengan
cara
mengamati,
mengukur,
menghitung dan membuat tabulasi data dan
menyajikan data.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif berbentuk angka dan bilangan.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu : autoklaf, bunsen, cawan petri, corong,
gelas kimia, inkubator, jarum ose, labu
erlenmeyer, oven, pengaduk, penangas listrik,
pipa pelubang agar, rotavator, shaker, tabung
reaksi dan timbangan analitik. Bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
daun cabai rawit (Capsicum frutescen L.),
bakteri Propionibacterium acnes, Blood Agar,
MHB (muller hinton broth), NaCl, kertas label,
kertas saring, aluminium foil, tissue, metanol,
aquades, dan spiritus.
Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh diolah secara
statistik melalui analisis varian (ANAVA)
menggunakan rumus statistik (Gomez dan
Gomez, 1995). Selanjutnya rangkaian dari
perhitungan dimasukkan ke dalam tabel daftar
analisis sidik ragam. Untuk menentukan
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
apakah Fhitung nyata atau tidak, nilai tersebut
dapat dibandingkan dengan nilai Ftabel pada
derajat bebas taraf 5%. Apabila dalam
penelitian ini nilai Fhitung > Ftabel, maka
dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda
Nyata Terkecil) untuk menentukan konsentrasi
yang paling efektif.
Analisis Pengembangan Media
Pembelajaran
Analisis data untuk penilaian media
pembelajaran menggunakan rumus yaitu
sebagai berikut:
Rata − rata =
jumlah keseluruhan presentase
Jumlah item aspek penilaian
Presentase
76% -100%
56% - 75%
Kelayakan Media
Layak
Cukup Layak
Setelah didapatkan hasil analisis,
kemudian
dikonsultasikan
pada
tabel
persentasi kelayakan media pembelajaran
sebagai berkut:
Tabel 1. Persentase kelayakan media
pembelajaran
40% -55%
Kurang Layak
0% - 39%
Tidak Layak
Sumber: Arikunto (2003).
Hasil dan Pembahasan
1) Pengujian
Efektivitas
Antibakteri
dengan Teknik Sumur
Hasil pengujian antimikroba ekstrak
daun cabai rawit dalam zona hambat terhadap
bakteri ropionibacterium acnes dapat dilihat
pada gambar 1.
II
V
III
I
II
IV
III
(Ulangan 1)
I
II
III
I
V
(Ulangan 2)
I
II
V
V
IV
(Ulangan 3)
IV
III
IV
(Ulangan 4)
12
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
Keterangan:
Tanda Panah = Zona Hambat
I : Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit 100%
II : Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit 75%
III : Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit 50%
IV : Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit 25%
V : Kontrol Negatif (Methanol 100%)
Gambar 1. Zona Hambat Ekstrak Daun Cabai
Rawit
Dalam Menghambat
Bakteri
Propionibacterium Acnes
Gambar 1. memperlihatkan
bahwa
ekstrak daun cabai rawit
mampu
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes yang terlihat dari
adanya diameter zona hambat yang terbentuk
di sekitar sumur pada konsentrasi 100%, 75%
dan 50%, artinya pada konsentrasi tersebut
tidak
terdapat
pertumbuhan
bakteri.
Sedangkan pada konsentrasi 25% dan 0%
tidak terlihat adanya zona hambat untuk semua
ulangan yang dilakukan (4 kali ulangan)
artinya pada konsentrasi tersebut terdapat
pertumbuhan bakteri. Rata-rata diameter zona
hambat dari setiap perlakuan pada 4 kali
ulangan dapat dilihat pada Gambar 2.
15,25 mm
17,75 mm
10,87 mm
Gambar 2. Rata-rata Diameter Zona Hambat
Dari Setiap Perlakuan pada 4 Kali Ulangan
Menggunakan Teknik Sumur
Gambar 2 menunjukkan rata-rata
diameter zona hambat yang terbentuk pada
setiap konsentrasi ekstrak daun
cabai rawit
terhadap pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes
adalah
berbeda-beda. Rata-rata diameter zona
hambat yang didapatkan dari pengujian
dengan teknik sumur dan dilakukan
sebanyak 4 kali pengulangan yaitu pada
konsentrasi
50%
sebesar 10,87 mm,
konsentrasi 75% sebesar 15,25 mm dan
pada konsentrasi 100% sebesar 17,75 mm.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Namun, pada konsentrasi 0% dan 25% tidak
terlihat adanya zona hambat.
2) Uji Efektivitas Ekstrak Daun Cabai
Rawit pada Bakteri Propionibacterium
acnes Dengan Teknik Pengenceran
Pengujian
efektivitas
antibakteri
dengan
teknik
pengenceran dilakukan
sebanyak 4 kali pengulangan. Hasil perubahan
warna yang ditunjukkan melalui teknik
pengenceran akibat kemampuan antibakteri
ekstrak daun cabai rawit terhadap bakteri
Propionibacterium acnes setelah diinkubasi
pada
suhu
37oC
selama
24
jam
3.
, dapat dilihat pada Gambar
1 2 3 4 5 6 7 89
1 2 34 5 6 78 9
(a) Sebelum
(b) Sesudah diinkubasi
diinkubasi
Gambar 3. Hasil Perubahan Warna Sebelum
dan Setelah Diinkubasi Pada Teknik
Pengenceran Akibat Ekstrak Daun Cabai
Rawit Terhadap Bakteri Propionibacterium
Acnes
Gambar
3
menunjukkan
hasil
perubahan warna melalui teknik pengenceran
akibat kemampuan antibakteri ekstrak daun
cabai
rawit
terhadap
bakteri
Propionibacterium acnes sebelum diinkubasi
yaitu warna bening yang diindikasikan dengan
adanya jumlah mikroba yang sedikit dan
setelah diinkubasi menjadi keruh yang
diindikasikan dengan adanya jumlah mikroba
yang banyak. Perubahan warna pada tabung
ke-2 sampai tabung ke-9 yang terjadi setelah
tabung-tabung
pengenceran
tersebut
diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam yang
menandakan adanya pertumbuhan bakteri.
Pada konsentrasi 100% (tabung ke-1) tidak
terjadi perubahan warna, artinya pada tabung 1
tidak ada pertumbuhan bakteri. Hasil
pemaknaan terhadap warna yang ditunjukkan
oleh kemampuan antibakteri pada teknik
13
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
pengenceran setelah diinkubasi selama 24 jam
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pemaknaan terhadap warna
sebagai akibat kemampuan antibakteri ekstrak
daun
cabai
rawit
terhadap
bakteri
Propionibacterium
acnes
pada
teknik
pengenceran setelah diinkubasi selama 24 jam.
Pertumbuhan Bakteri/Konsentrasi
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 1. Koloni
Bakteri Pada
Konsentrasi 100%
Gambar 2. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 75%
Gambar 3. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 50%
Gambar 4. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 25%
Gambar 5. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 12,5%
Gambar 6. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi
6,25%
Gambar 7. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 3,12%
Gambar 7. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi
1,56%
9
Kont
100 75 50 25 12,5, 6,25 3,12 1,56 ol
% % % % % %
% % Nega
tif
+ + +
+
+
+
+
+
Keterangan : + = Ada Pertumbuhan Bakteri
- = Tidak Ada Pertumbuhan
Bakteri
Tabel
1.
menunjukkan
hasil
pemaknaan terhadap warna yang diakibatkan
oleh kemampuan antibakteri ekstrak daun
cabai rawit terhadap
bakteri
Propionibacterium acnes setelah diinkubasi
pada suhu 35oC selama 24 jam yang terjadi
pada teknik pengenceran. Warna bening yang
terlihat pada
tabung menunjukkan
tidak ada pertumbuhan bakteri sedangkan
warna
keruh
menunjukkan
adanya
pertumbuhan bakteri. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100%
tidak ada pertumbuhan bakteri, artinya pada
konsentrasi ini ekstrak daun cabai
rawit
membunuh
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes, sedangkan dari
konsentrasi 75% sampai 0% terdapat
pertumbuhan bakteri.
3)
Pengujian Ekstrak Daun Cabai Rawit
Menggunakan Teknik Hitung Koloni
Pertumbuhan
Propionibacterium
acnes pada medium Blood Agar untuk
menentukan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration)
dan
MBC
(Minimum
Bactericidal
Concentration).Pertumbuhan
koloni bakteri yang ditumbuhkan pada
medium Blood Agar untuk menghitung jumlah
koloni bakteri dapat dilihat pada Gambar 4.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Gambar 8. Koloni Bakteri pada
Konsentrasi 0%
Keterangan : Tanda Panah Menunjukan
bakteri Koloni
Gambar 4. Pertumbuhan Koloni Bakteri
Propionibacterium Acnes Pada Media Blood
14
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
Agar Berdasarkan Perbedaan Konsentrasi
Ekstrak Daun Cabai Rawit.
Gambar 4 menunjukan adanya
pertumbuhan
koloni
bakteri
Propionibacterium acnes. Pada konsentrasi
100% tidak terlihat adanya pertumbuhan
koloni, sedangkan pada konsentrasi 75%
sampai 0% terlihat jelas adanya pertumbuhan
koloni. Hasil perhitungan jumlah koloni
bakteri Propionibacterium acnes akibat
efektivitas antibakteri ekstrak daun cabai rawit
dengan menggunakan teknik hitung koloni
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah koloni
bakteri Propionibacterium acnes akibat
efektivitas antibakteri ekstrak daun cabai rawit
dengan menggunakan teknik hitung koloni.
Jumlah koloni Bakteri /Konsentrasi
1 2 3 4
5
6 7
8
100 75 50 25 12,5 6,25 3,12 1,56
% % % % % % % %
90.
TB
218. TB
TBU
TB
7
U
TB
25 UD
D
UD
5
D
UD
Keterangan : TBUD = Terlalu banyak
dihitung (>300 Koloni)
9
0
%
TB
UD
untuk
Berdasarkan data pada Tabel 2 maka
dapat diartikan bahwa ekstrak
daun cabai
rawit dapat membunuh
dan
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes dimana terlihat
adanya
perbedaan
jumlah
koloni
karena adanya perbedaan konsentrasi.
Konsentrasi dari ekstrak daun cabai rawit
yang diberikan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri. Pada konsentrasi 100%
tidak terdapat koloni bakteri artinya pada
konsentrasi ini ekstrak daun cabai rawit
membunuh
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes dan merupakan
MBC (Minimum Bactericidal Concentration)
sedangkan pada konsentrasi 75% dan 50%
terdapat koloni bakteri yaitu 90,75 dan 218,
25 artinya pada konsentrasi ini ekstrak daun
cabai rawit menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes dan konsentrasi
50% merupakan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration ). Dari konsentrasi 25% sampai
0% terdapat koloni bakteri yang terlalu
banyak untuk dihitung (TBUD) yaitu
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
berjumlah >300 koloni bakteri. Jadi, semakin
tinggi konsentrasi ekstrak daun cabai rawit
yang terdapat pada media tumbuh bakteri,
maka semakin sedikit jumlah bakteri yang
tumbuh.
4) Hasil Uji Statistik
a) Hasil Analisis Varian
Hasil analisis varian diameter zona
hambat ekstrak daun cabai rawit, diperoleh
nilai F Hitung > F Tabel pada taraf 5% seperti
yang terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis ragam zona hambat
ekstrak daun cabai rawit pada bakteri
Propionibacterium acnes
Sumbe
r
Keraga
man
Der
ajat
Beb
as
Juml
ah
Kua
drat
Kua
drat
Teng
ah
Perlaku
an
4
1123,
55
280,8
8
Galat
15
5,69
0,37
Total
19
1129,
24
F
F
Tab
Hitung
5
%
3,
06
759,
13*
el
Keterangan*: Berbeda nyata pada taraf 5%
Data
pada
Tabel
3
tentang
hasil
analisis
ragam
zona
hambat
Propionibacterium acnes menunjukkan bahwa
nilai F Hitung ≥ F Tabel (α = 0,05) dengan db
Galat 15 maka diperoleh nilai F Hitung yaitu
759,13 lebih besar dari F Tabel 5% yaitu 3,06.
Berdasarkan hasil analisis ini, maka dapat
dimaknai bahwa H0 “ditolak” artinya ekstrak
daun cabai rawit tidak dapat menghambat dan
membunuh
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes dan H1 “diterima”
artinya ekstrak daun cabai rawit dapat
menghambat dan membunuh pertumbuhan
bakteri Propionibacterium acnes yang ditandai
dengan adanya zona hambat. Hal ini
menunjukkan pengaruh yang signifikan dari
perlakuan ekstrak daun cabai rawit dalam
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes
yang
telah
dibuktikan dengan terbentuknya zona hambat.
Oleh karena hasil analisis yang diperoleh
adalah F Hitung ≥ F Tabel untuk melihat
konsentrasi yang efektif, maka dilakukan uji
lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil
15
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
(BNT). Hasil uji beda nyata terkecil (BNT)
zona hambat ekstrak daun cabai rawit pada
bakteri Propionibacterium acnes melalui
teknik sumur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
zona hambat ekstrak daun cabai rawit pada
bakteri Propionibacterium acnes melalui
teknik sumur
B
Rata
Selisih
antar
perlakuan
N
Kons
T
rata
entra
Perl 10
2
12
si (%)
75 50
5
aku
0
5 ,5
%
%
%
an
%
% %
1,
17,7
100
8
5
3
15,2 2,5
75
5
*
10,8 6,8 4,3
50
7
8* 8*
25
0
0
0
Keterangan * = Berbeda nyata pada Taraf 5%
Hasil uji BNT pada Tabel 4
menunjukkan nilai selisih rata-rata antar
perlakuan pada konsentrasi 100% dan 75%.
Nilai selisih yang diperoleh adalah lebih besar
dari pada nilai BNT pada taraf 5% yaitu
sebesar 1,83 dan nilai tersebut diberi tanda (*)
artinya bahwa selisih antar kedua konsentrasi
tersebut berbeda nyata atau signifikan. Hasil
uji BNT menunjukkan bahwa konsentrasi
ekstrak daun cabai rawit yang paling efektif
dalam menghambat petumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes adalah konsentrasi
50%. Konsentrasi tersebut dikatakan paling
efektif menghambat, karena nilai selisih ratarata antar perlakuannya lebih besar
dibandingkan dengan nilai selisih antara
konsentrasi 75% dan 100%, yaitu sebesar 6,88.
5) Hasil Penilaian Kelayakan Media
Pembelajaran
Berdasarkan penilaian oleh tim ahli,
yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli
media serta 30 mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi, maka didapatkan hasil
yaitu dari ahli isi diperoleh rata-rata persentase
sebesar 88%, ahli desain sebesar 100%, dan
ahli media sebesar 90%, serta mahasiswa
diperoleh rata-rata persentase sebesar 83,37%.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Dari nilai persentase tersebut maka poster
layak digunakan sebagai media pembelajaran.
1) Daya Hambat Ekstrak Daun Cabai
Rawit
Terhadap
Bakteri
Propionibacterium acnes dengan Teknik
Sumur
Penelitian yang telah dilakukan
mengenai efektivitas antibakteri ekstrak daun
cabai rawit terhadap pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes memberikan hasil
bahwa ekstrak daun cabai rawit dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes. Hal ini dibuktikan
dengan terbentuknya zona hambat di sekitar
sumur sebagai indikator pertumbuhan bakteri
pada medium yang telah diberikan ekstrak
daun cabai rawit. Terbentuknya zona hambat
yang ditandai oleh adanya zona bening
disekitar lubang sumur menandakan bahwa
tidak ada pertumbuhan bakteri pada medium
Blood Agar.
Hasil penelitian yang telah disajikan
pada Gambar 2 menunjukkan bahwa ekstrak
daun cabai rawit pada konsentrasi 75%, 50%
dan 100% dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Propionibacterium acnes pada masa
inkubasi 24 jam. Namun, setelah diinkubasi
selama 48 jam, terlihat
adanya
penurunan daya hambat pada konsentrasi 50%
dan 75% yaitu sudah ada pertumbuhan bakteri
pada zona beningnya, sedangkan pada
konsentrasi 100% sama sekali tidak ditumbuhi
oleh bakteri. Hal ini berarti ekstrak daun
cabai rawit pada konsentrasi 50% dan 75%
hanya dapat bersifat menghambat, sedangkan
pada konsentrasi 100%
sudah
bersifat membunuh. Lama
inkubasi
berpengaruh pada kemampuan antibakteri,
karena waktu inkubasi > 24 jam akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap
efektifitas antibakteri ekstrak daun cabai rawit
yaitu kemampuan antibakteri ekstrak daun
cabai rawit menjadi berkurang yang diikuti
oleh bertambahnya pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes sehingga zona
hambat semakin kecil. Hasil penelitian ini
sesuai dengan pernyataan Sjoekoer (2003),
bila daerah hambat yang terbentuk tetap
bening selama masa inkubasi 48 jam
menunjukkan bahwa ekstrak daun cabai
rawit bersifat bakterisidal yaitu zat yang dapat
membunuh bakteri, tetapi apabila dalam masa
16
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
inkubasi 48 jam daerah hambat telah
ditumbuhi bakteri maka ekstrak daun cabai
rawit bersifat bakteriostatik yaitu menghambat
pertumbuhan
bakteri. Sedangkan pada
konsentrasi 25% tidak terlihat adanya zona
hambat yang terbentuk berarti ditandai dengan
adanya pertumbuhan bakteri.
Pada konsentrasi 0% tidak terdapat
zona
hambat
yang
terbentuk
dan
ditandai dengan adanya pertumbuhan bakteri
artinya methanol tidak
memiliki daya
antimikrobial
terhadap
bakteri
Propionibacterium acnes. Larutan methanol
yang digunakan sebagai
kontrol negatif
ini berperan sebagai pembanding untuk
melihat
apakah
respon
terhambatnya
pertumbuhan dari mikroba benar-benar
disebabkan dari sampel ekstrak daun cabai
rawit atau disebabkan oleh residu pelarut
methanol yang digunakan pada pembuatan
ektrak uji dalam metode maserasi.
Sebagai
perbandingan,
menurut
Ferraro, (2000) standard daerah hambat
antibiotika ampisilin untuk bakteri dianggap
resisten bila daerah hambatnya 13 mm, 14 16 mm intermediate, sedangkan 17 mm
disebut sensitif. Mengacu pada pendapat
tersebut maka dapat diartikan bahwa bakteri
Propionibacterium acnes bersifat sensitif pada
konsentrasi ekstrak daun cabai rawit 100%
karena luas zona hambat yang terbentuk yaitu
17,75 mm dan berada pada kisaran 17 mm.
Pada konsentrasi 75% bersifat intermediate
karena zona hambat yang terbentuk yaitu
15,25 dan berada pada kisaran 14 - 16 mm
serta pada
konsentrasi
50% bersifat
resisten karena luas zona hambat yang
terbentuk yaitu 10,87 mm dan berada pada
kisaran 13 mm.
Menurut Soemarno (2000) ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
ukuran zona hambat adalah sebagai berikut: 1)
kekeruhan suspensi, 2) temperatur inkubasi,
untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal,
inkubasi dilakukan pada 35oC, kadang-kadang
ada
bakteri
yang
kurang
subur
pertumbuhannya, 3) waktu inkubasi, 4)
tebalnya agar-agar, ketebalan agar-agar sekitar
4 mm, kurang dari itu difusi obat lebih cepat,
lebih dari itu difusi obat akan terjadi lambat.
5) jarak antara lubang, yang dianjurkan
minimal 15 mm, untuk
menghindari
terjadinya zona hambat yang tumpang
tindih.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
2) Pengujian Ekstrak Daun Cabai Rawit
Terhadap
Pertumbuhan
Bakteri
Propionibacterium acnes dengan Teknik
Pengenceran dan Hitung Koloni.
Hasil pengamatan dengan uji teknik
pengenceran dan perhitungan koloni untuk
menetukan MIC dan MBC ekstrak daun cabai
rawit
terhadap
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes menunjukkan hasil
yang sulit terbaca dengan jelas untuk melihat
kekeruhan dan membandingkan adanya
pertumbuhan bakteri (positif) dan tidak ada
pertumbuhan bakteri (negatif) pada sampel uji
di dalam tabung sebelum diinkubasi selama 24
jam. Hal ini dipengaruhi oleh warna coklat tua
dari estrak daun cabai rawit yang mendominasi
media pengenceran sehingga kejernihan dan
kekeruhan media sebagai tanda pertumbuhan
bakteri menjadi tidak jelas. Namun, setelah
diinkubasi selama 24 jam terjadi perubahan
warna, didapatkan hasil yaitu semakin tinggi
konsentrasi ekstrak maka semakin kurang
kekeruhannya. Pada konsentrasi 75% sampai
0% menunjukkan terjadi perubahan warna
menjadi keruh, sedangkan pada konsentrasi
100%, tidak terjadi perubahan warna menjadi
keruh atau tetap mempertahankan warna
larutan. Kekeruhan yang terjadi pada beberapa
tabung dipengaruhi oleh pertumbuhan bakteri,
yaitu semakin banyak bakteri yang tumbuh
maka kondisi medium akan semakin keruh dan
semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
pertumbuhan bakteri semakin kurang bahkan
tidak ada. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Kundera (2001) yang mengatakan
bahwa perubahan warna bening menjadi keruh
pada medium MHB dapat disebabkan oleh
aktivitas mikroba yang dapat merombak
senyawa.
Pada teknik pengenceran belum
diketahui jumlah bakteri yang ada
pada
sampel uji di dalam 9 tabung pengenceran.
Adapun jumlah bakteri dapat diketahui melalui
teknik hitung koloni, sehingga semua hasil
dari teknik pengenceran tersebut ditumbuhkan
pada medium Blood Agar dan diinkubasi
selama 24 jam. Setelah ditanam ulang pada
medium Blood Agar, maka diperoleh hasil
yang jelas pada setiap konsentrasi yang diberi
perlakuan. Berdasarkan hasil perhitungan
jumlah koloni bakteri sebagaimana yang
disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
pada konsentrasi 100% tidak terdapat
17
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
pertumbuhan koloni bakteri, pada konsentrasi
75% dan 50% jumlah koloni bakteri masih
dapat dihitung, sedangkan pada konsentrasi
25% sampai konsentrasi 0%
terdapat
pertumbuhan koloni dalam jumlah yang sangat
padat atau terlalu banyak untuk dihitung
(TBUD).
Pada konsentrasi 100% tidak terdapat
pertumbuhan
bakteri
sehingga
pada
konsentrasi ini ekstrak daun cabai rawit
bersifat bakterisidal atau membunuh bakteri
dan juga merupakan nilai MBC. Pada
konsentrasi 75% dan konsentrasi 50% terdapat
pertumbuhan bakteri dengan jumlah, yaitu
90,75 dan 218,25 karena pada kisaran
konsentrasi tersebut daya hambat dari ekstrak
daun cabai rawit telah menurun. Pada
konsentrasi 75% dan
50% bersifat
bakteriostatik,
artinya
menghambat
pertumbuhan bakteri dan pada konsentrasi
50% merupakan nilai
MIC terhadap
Propionibacterium acnes. Kemudian, pada
konsentrasi 25% sampai konsentrasi 0%
pertumbuhan jumlah bakteri pada medium
terlalu banyak yaitu > 300 koloni bakteri
sehingga jumlah koloni bakteri sulit untuk
dihitung dikarenakan konsentrasi ekstrak daun
cabai rawit semakin kecil. Hal ini sesuai
dengan pendapat Pelczar dan Chan (1988)
yang menyatakan tentang aktivitas zat
antibakteri yaitu semakin tinggi konsentrasi
suatu zat antimikroba, maka semakin tinggi zat
antimikrobanya, artinya banyak bakteri akan
terbunuh lebih cepat bila konsentrasi zat
tersebut lebih tinggi.
3).
Implementasi Dalam Bentuk Media
Pembelajaran
Hasil yang ditemukan pada penelitian
ini diaplikasikan menjadi media pembelajaran
dalam bentuk poster yang diharapkan dapat
membantu memberikan informasi mengenai
efektivitas antibakteri ekstrak daun cabai rawit
(Capsicum
frutescen
L.)
terhadap
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes
Setelah dilakukan validasi oleh tim
ahli, maka diperoleh nilai persentase berturutturut sebesar 88%, 100% dan 90%. Dari nilai
persentase tersebut, maka dapat diartikan
bahwa poster tersebut layak untuk dijadikan
sebagai media pembelajaran, artinya poster
tersebut sudah memiliki kualitas yang baik
untuk dijadikan sebagai media pembelajaran
sehingga mudah dipahami bagi pembaca.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Setelah proses validasi dilakukan oleh tim ahli
(Dosen), maka poster kembali diuji
kelayakannya pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi sebanyak 30 responden.
Berdasarkan hasil uji kelayakan 30 mahasiswa
tersebut diperoleh nilai persentase sebesar
83,37%. Melalui hasil penelitian tersebut,
maka poster layak dijadikan sebagai media
pembelajaran.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Ekstrak daun cabai rawit (Capsicum
frutescen
L)
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium
acnes pada konsentrasi 75% dan 50%.
Ekstrak daun cabai rawit (Capsicum
frutescen L) dapat membunuh bakteri
Propionibacterium
acnes
pada
konsentrasi 100% .
2) Ekstrak daun cabai rawit efektif
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes
pada
konsentrasi 50% dan merupakan
MIC
(Minimum Inhibitory Concentration).
Ekstrak daun cabai rawit efektif
membunuh bakteri Propionibacterium
acnes pada konsentrasi 100% dan
merupakan MBC (Minimum Bakterisidal
Concentration).
3) Berdasarkan hasil penilaian oleh tim ahli
dan 30 mahasiswa, maka poster layak
dijadikan sebagai media pembelajaran.
Perlu adanya penelitian lanjutan
mengenai ekstrak daun cabai rawit terhadap
bakteri lain dan bagian lain dari tanaman cabai
rawit yang memiliki daya antibakteri.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka cipta
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S. (1999).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Eldesfiari. (2005). Identifikasi Senyawa Bahan
Alam Pada Daun Cabe Rawit. Skripsi.
Sarjana Pendidikan Kimia FMIPA.
Universitas Negeri Padang. Padang:
tidak diterbitkan
18
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
Ferraro, M.J. (2000). Performance Standarrs
For
Antimicrobial
Susceptibility
Testingi. Jakarta: NCCLS.
Gaspari, A.A and Stephen, K.T. (Eds) (2008).
Clinical and Basic Immunodermatology.
London: British Library Catakoguing In
Publication.
Gomez, K.A dan Gomes, A.A. (1995).
Prosedur Statistik Untuk Penelitian
Pertanian.
Jakarta:
Universitas
Indonesia.
Kundera, N. (2001). Daya Anti Bakteri
Ekstrak Bunga Nangka (Artocorpus
heterophilus
Lamk.)
Terhadap
Beberapa Bakteri Patogen Saluransaluran Pencernaan. Tesis. Bandung:
Universitas Padjajaran.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Nath, K.V.S., Rao, S., Sandhya, M., Sai, K.,
David, B.L., Satya, N. and Vijaya, L.C.
(2010). Invitro Antibacterial Activity
Of Dried Scale Leaves of Allium cepa
linn. Jurnal Scholars Research
Library. 2, (5): 187-192
Pelczar, M.J. dan Chan E.C.S. (1988). Dasardasar Mikrobiologi I. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Sjoekoer, M. (2003). Bakteri Medik. Bayu
Media Publishing. Malang.
Soemarno. (2000). Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Klinik. Akademi Analisis
Kesehatan Yogyakarta Departemen
Kesehatan RI. Yogyakarta
19
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
ISSN 2338-1795
20
2017
ISSN 2338-1795
Efektivitas Antibakteri Ekstrak Daun Cabai Rawit (Capsicum Frutescen L.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Propionibacterium Acnes dan Implementasinya
Sebagai Media Pembelajaran
Anti-Bakteria Affectivity Of Cayenne Pepper (Capsicum frutescen L.) Extract
On Bacteria (Propionibacterium acnes) Growth and Its Implementation as
Learning Medium
Rodiah1, I Nengah Kundera2, Gamar Binti. Non Shamdas 2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi
2
Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Biologi
email : [email protected]
1
Abstrak
Propionibacterium acnes termasuk bakteri flora normal pada kulit. Bakteri ini berperan dalam
pembentukan acne, dengan menghasilkan lipase yang memecah asam lemak bebas dari
lipid kulit sehingga menyebabkan peradangan (jerawat). Daun cabai rawit memiliki zat
antimikroba yang mengandung senyawa metabolit sekunder diantaranya terpenoid dan saponin.
Daun cabai rawit telah terbukti melalui hasil-hasil penelitian sebelumnya efektif sebagai
antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan efektivitas ekstrak daun cabai rawit
dalam menghambat dan membunuh bakteri Propionibacterium acnes dan menentukan
konsentrasi efektif dari ekstrak daun cabai rawit yang dapat menghambat dan membunuh
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes. Jenis penelitian ini yaitu eksperimen
laboratorium dan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan (100%,
75%, 50%, 25% dan 0%) dan 4 kali ulangan. Teknik yang digunakan adalah teknik sumur,
teknik pengenceran dan teknik perhitungan koloni. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak
daun cabai rawit (Capsicum frutescen L) dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 75% dan 50%, sedangkan membunuh pada
konsentrasi 100%. Ekstrak daun cabai rawit efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes pada konsentrasi 50% dan merupakan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration). Ekstrak daun cabai rawit efektif membunuh bakteri Propionibacterium acnes
pada konsentrasi 100% dan merupakan MBC (Minimum Bakterisidal Concentration). Hasil
penelitian dijadikan suatu media pembelajaran dalam bentuk poster.
Kata Kunci: Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.); Propionibacterium acnes; Media
Pembelajaran
Abstract
Propionibacterium acnes is included into a normal floral bacteria on skin that play a role in
formation of acne. This is due to producing lipase to cleave lipid into fatty acid causing
inflammation (acne). Cayenne pepper leaves possess anti-microbe containing a seconder
metabolite such as terpenoide and saponoide. Cayenne pepper leaves had been proved
affectively as anti-bacteria based on prior to studies. This study aims to determine an affectivity
of the cayenne pepper leaves extract in inhibiting and killing the Propionibacterium acnes. In
addition, the goal of the study is to determine the most affective concentration in habiting and
killing the bacteria. The study used laboratory experiment using a completely randomized
design with 5 treatments that of which were repeated 4 times. Well, dilution and calculated-
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
10
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
ISSN 2338-1795
colony techniques were applied. Results of the study showed that cayenne pepper leaves extract
in concentration 75% and 50%, inhibited the Propionibacterium acnes growth. However, the
concentration 100% of the extract killed the bacteria. As such, the concentration 50% was the
most affectivity in inhibiting the bacteria growth and of which was a MIC (Minimum Inhibitory
Concentration). Moreover, the concentration 100% was the most affectivity in killing the
bacteria and of which was a MBC (Minimum Bactericidal Concentration).The result of the
study would be a poster implemented for learning medium.
Key words: Cayenne pepper (Capsicum frutescens L.); Propionibacterium acnes; learning
medium
Pendahuluan
Indonesia
memiliki
banyak
keanekaragaman
jenis
tanaman
yang
berpotensi menjadi obat. Menurut Nath et.al
(2010) bahwa pemanfaatan dan penggunaan
tanaman sebagai bahan
obat herbal
sangat umum terjadi, karena telah terbukti
secara alamiah bahwa menggunakan tanaman
sebagai zat antimikroba berpotensi untuk
mengurangi efek sakit dari suatu penyakit. Hal
ini karena adanya senyawa aktif yang
berpotensi sebagai sumber antimikroba.
Salah satu jenis tanaman yang
memiliki potensi sebagai zat antimikroba yaitu
cabai rawit (Capsicum frutescen L.). Tanaman
cabai
rawit
mudah
ditemukan
dan
dibudidayakan oleh masyarakat di kota Palu.
Berdasarkan pengalaman sebagian masyarakat
bahwa daun
cabai Rawit digunakan
pula untuk mengobati jerawat. Hal ini telah
terbukti
melalui
beberapa
penelitian
sebelumnya diantaranya penelitian oleh
Eldesfiari (2005) dengan hasil yaitu, daun
cabai rawit memiliki zat antimikroba
yang
mengandung senyawa metabolit sekunder
diantaranya steroid dan
saponin. Senyawa
metabolit sekunder merupakan senyawa yang
mengandung flavonoid, alkaloid, steroid,
terpenoid, saponin yang umumnya terdapat
pada tumbuhan.
Jerawat disebabkan oleh beberapa
faktor, salah satunya disebabkan oleh bakteri
Propionibacterium acnes. Gaspari
dan
Stephen
(2008)
menyatakan
bahwa
Propionibacterium acnes termasuk bakteri
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
flora normal pada kulit, bakteri gram positif,
pleomorfik dan bersifat anaerob. Bakteri ini
berperan dalam pembentukan acne, dengan
menghasilkan lipase yang memecah asam
lemak
bebas
dari lipid kulit sehingga
menyebabkan peradangan. Akibat peradangan
tersebut menyebabkan Propionibacterium
acnes berproliferasi dan memperparah lesi
inflamasi
dengan merangsang
produksi sitokin proinflamasi.
Bakteri ini tidak patogen pada kondisi
normal, tetapi bila terjadi perubahan kondisi
kulit, maka bakteri tersebut berubah menjadi
invasif. Sekresi kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea yang menghasilkan air, asam amino,
urea, garam dan asam lemak merupakan
sumber nutrisi bagi bakteri. Bakteri ini
berperan pada proses kemotaktik inflamasi
serta pembentukan enzim lipolitik pengubah
fraksi zat berminyak (sebum) menjadi massa
padat,
yang
menyebabkan
terjadinya
penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea
(Djuanda, dkk. 1999). Propionibacterium
acnes termasuk bakteri berbahaya yang dapat
menyebabkan
peradangan
pada
kulit,
khususnya pada kulit wajah sehingga perlu
dicegah.
Hasil-hasil penelitian tentang daun
cabai rawit yang diduga berfungsi sebagai zat
antimikroba pada beberapa jenis bakteri telah
banyak dilaporkan hasilnya namun, informasi
mengenai efektivitas daun cabai rawit sebagai
zat antimikroba pada Propionibacterium acnes
belum ada. Berdasarkan hal tersebut maka
menarik untuk melakukan penelitian tentang
efektivitas antibakteri ekstrak daun cabai
11
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
rawit (Capsicum frutescen L.) terhadap
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes.
Hasil temuan dalam penelitian ini
dijadikan
sebagai
informasi
ilmiah
yang dituangkan dalam media pembelajaran
dalam bentuk poster. Pemilihan media poster,
selain sederhana dan mudah pembuatannya,
juga termasuk media yang relatif murah
ditinjau dari segi biaya. Informasi yang
dituangkan ke dalam poster, didesain agar
memudahkan dalam menyampaikan pesan.
Pembuatan poster ini diharapkan dapat
membantu proses pembelajaran serta mampu
menunjang kualitas informasi pendidikan.
Metode Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
eksperimen
laboratorium,
menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
perlakuan dan 4 kali ulangan. Teknik yang
digunakan adalah teknik sumur, teknik
pengenceran dan teknik hitung koloni.
Parameter pada penelitian ini yaitu diameter
zona hambat pertumbuhan bakteri, perubahan
warna yang terbentuk pada tiap tabung
pengenceran bakteri
dan
perhitungan jumlah koloni
bakteri
Propionibacterium
acnes.
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini yaitu
dengan
cara
mengamati,
mengukur,
menghitung dan membuat tabulasi data dan
menyajikan data.
Jenis data dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif berbentuk angka dan bilangan.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu : autoklaf, bunsen, cawan petri, corong,
gelas kimia, inkubator, jarum ose, labu
erlenmeyer, oven, pengaduk, penangas listrik,
pipa pelubang agar, rotavator, shaker, tabung
reaksi dan timbangan analitik. Bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
daun cabai rawit (Capsicum frutescen L.),
bakteri Propionibacterium acnes, Blood Agar,
MHB (muller hinton broth), NaCl, kertas label,
kertas saring, aluminium foil, tissue, metanol,
aquades, dan spiritus.
Teknik Analisa Data
Data yang diperoleh diolah secara
statistik melalui analisis varian (ANAVA)
menggunakan rumus statistik (Gomez dan
Gomez, 1995). Selanjutnya rangkaian dari
perhitungan dimasukkan ke dalam tabel daftar
analisis sidik ragam. Untuk menentukan
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
apakah Fhitung nyata atau tidak, nilai tersebut
dapat dibandingkan dengan nilai Ftabel pada
derajat bebas taraf 5%. Apabila dalam
penelitian ini nilai Fhitung > Ftabel, maka
dilanjutkan dengan uji lanjut BNT (Beda
Nyata Terkecil) untuk menentukan konsentrasi
yang paling efektif.
Analisis Pengembangan Media
Pembelajaran
Analisis data untuk penilaian media
pembelajaran menggunakan rumus yaitu
sebagai berikut:
Rata − rata =
jumlah keseluruhan presentase
Jumlah item aspek penilaian
Presentase
76% -100%
56% - 75%
Kelayakan Media
Layak
Cukup Layak
Setelah didapatkan hasil analisis,
kemudian
dikonsultasikan
pada
tabel
persentasi kelayakan media pembelajaran
sebagai berkut:
Tabel 1. Persentase kelayakan media
pembelajaran
40% -55%
Kurang Layak
0% - 39%
Tidak Layak
Sumber: Arikunto (2003).
Hasil dan Pembahasan
1) Pengujian
Efektivitas
Antibakteri
dengan Teknik Sumur
Hasil pengujian antimikroba ekstrak
daun cabai rawit dalam zona hambat terhadap
bakteri ropionibacterium acnes dapat dilihat
pada gambar 1.
II
V
III
I
II
IV
III
(Ulangan 1)
I
II
III
I
V
(Ulangan 2)
I
II
V
V
IV
(Ulangan 3)
IV
III
IV
(Ulangan 4)
12
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
Keterangan:
Tanda Panah = Zona Hambat
I : Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit 100%
II : Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit 75%
III : Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit 50%
IV : Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit 25%
V : Kontrol Negatif (Methanol 100%)
Gambar 1. Zona Hambat Ekstrak Daun Cabai
Rawit
Dalam Menghambat
Bakteri
Propionibacterium Acnes
Gambar 1. memperlihatkan
bahwa
ekstrak daun cabai rawit
mampu
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes yang terlihat dari
adanya diameter zona hambat yang terbentuk
di sekitar sumur pada konsentrasi 100%, 75%
dan 50%, artinya pada konsentrasi tersebut
tidak
terdapat
pertumbuhan
bakteri.
Sedangkan pada konsentrasi 25% dan 0%
tidak terlihat adanya zona hambat untuk semua
ulangan yang dilakukan (4 kali ulangan)
artinya pada konsentrasi tersebut terdapat
pertumbuhan bakteri. Rata-rata diameter zona
hambat dari setiap perlakuan pada 4 kali
ulangan dapat dilihat pada Gambar 2.
15,25 mm
17,75 mm
10,87 mm
Gambar 2. Rata-rata Diameter Zona Hambat
Dari Setiap Perlakuan pada 4 Kali Ulangan
Menggunakan Teknik Sumur
Gambar 2 menunjukkan rata-rata
diameter zona hambat yang terbentuk pada
setiap konsentrasi ekstrak daun
cabai rawit
terhadap pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes
adalah
berbeda-beda. Rata-rata diameter zona
hambat yang didapatkan dari pengujian
dengan teknik sumur dan dilakukan
sebanyak 4 kali pengulangan yaitu pada
konsentrasi
50%
sebesar 10,87 mm,
konsentrasi 75% sebesar 15,25 mm dan
pada konsentrasi 100% sebesar 17,75 mm.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Namun, pada konsentrasi 0% dan 25% tidak
terlihat adanya zona hambat.
2) Uji Efektivitas Ekstrak Daun Cabai
Rawit pada Bakteri Propionibacterium
acnes Dengan Teknik Pengenceran
Pengujian
efektivitas
antibakteri
dengan
teknik
pengenceran dilakukan
sebanyak 4 kali pengulangan. Hasil perubahan
warna yang ditunjukkan melalui teknik
pengenceran akibat kemampuan antibakteri
ekstrak daun cabai rawit terhadap bakteri
Propionibacterium acnes setelah diinkubasi
pada
suhu
37oC
selama
24
jam
3.
, dapat dilihat pada Gambar
1 2 3 4 5 6 7 89
1 2 34 5 6 78 9
(a) Sebelum
(b) Sesudah diinkubasi
diinkubasi
Gambar 3. Hasil Perubahan Warna Sebelum
dan Setelah Diinkubasi Pada Teknik
Pengenceran Akibat Ekstrak Daun Cabai
Rawit Terhadap Bakteri Propionibacterium
Acnes
Gambar
3
menunjukkan
hasil
perubahan warna melalui teknik pengenceran
akibat kemampuan antibakteri ekstrak daun
cabai
rawit
terhadap
bakteri
Propionibacterium acnes sebelum diinkubasi
yaitu warna bening yang diindikasikan dengan
adanya jumlah mikroba yang sedikit dan
setelah diinkubasi menjadi keruh yang
diindikasikan dengan adanya jumlah mikroba
yang banyak. Perubahan warna pada tabung
ke-2 sampai tabung ke-9 yang terjadi setelah
tabung-tabung
pengenceran
tersebut
diinkubasi pada suhu 35oC selama 24 jam yang
menandakan adanya pertumbuhan bakteri.
Pada konsentrasi 100% (tabung ke-1) tidak
terjadi perubahan warna, artinya pada tabung 1
tidak ada pertumbuhan bakteri. Hasil
pemaknaan terhadap warna yang ditunjukkan
oleh kemampuan antibakteri pada teknik
13
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
pengenceran setelah diinkubasi selama 24 jam
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pemaknaan terhadap warna
sebagai akibat kemampuan antibakteri ekstrak
daun
cabai
rawit
terhadap
bakteri
Propionibacterium
acnes
pada
teknik
pengenceran setelah diinkubasi selama 24 jam.
Pertumbuhan Bakteri/Konsentrasi
1
2
3
4
5
6
7
8
Gambar 1. Koloni
Bakteri Pada
Konsentrasi 100%
Gambar 2. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 75%
Gambar 3. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 50%
Gambar 4. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 25%
Gambar 5. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 12,5%
Gambar 6. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi
6,25%
Gambar 7. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi 3,12%
Gambar 7. Koloni
Bakteri pada
Konsentrasi
1,56%
9
Kont
100 75 50 25 12,5, 6,25 3,12 1,56 ol
% % % % % %
% % Nega
tif
+ + +
+
+
+
+
+
Keterangan : + = Ada Pertumbuhan Bakteri
- = Tidak Ada Pertumbuhan
Bakteri
Tabel
1.
menunjukkan
hasil
pemaknaan terhadap warna yang diakibatkan
oleh kemampuan antibakteri ekstrak daun
cabai rawit terhadap
bakteri
Propionibacterium acnes setelah diinkubasi
pada suhu 35oC selama 24 jam yang terjadi
pada teknik pengenceran. Warna bening yang
terlihat pada
tabung menunjukkan
tidak ada pertumbuhan bakteri sedangkan
warna
keruh
menunjukkan
adanya
pertumbuhan bakteri. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa pada konsentrasi 100%
tidak ada pertumbuhan bakteri, artinya pada
konsentrasi ini ekstrak daun cabai
rawit
membunuh
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes, sedangkan dari
konsentrasi 75% sampai 0% terdapat
pertumbuhan bakteri.
3)
Pengujian Ekstrak Daun Cabai Rawit
Menggunakan Teknik Hitung Koloni
Pertumbuhan
Propionibacterium
acnes pada medium Blood Agar untuk
menentukan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration)
dan
MBC
(Minimum
Bactericidal
Concentration).Pertumbuhan
koloni bakteri yang ditumbuhkan pada
medium Blood Agar untuk menghitung jumlah
koloni bakteri dapat dilihat pada Gambar 4.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Gambar 8. Koloni Bakteri pada
Konsentrasi 0%
Keterangan : Tanda Panah Menunjukan
bakteri Koloni
Gambar 4. Pertumbuhan Koloni Bakteri
Propionibacterium Acnes Pada Media Blood
14
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
Agar Berdasarkan Perbedaan Konsentrasi
Ekstrak Daun Cabai Rawit.
Gambar 4 menunjukan adanya
pertumbuhan
koloni
bakteri
Propionibacterium acnes. Pada konsentrasi
100% tidak terlihat adanya pertumbuhan
koloni, sedangkan pada konsentrasi 75%
sampai 0% terlihat jelas adanya pertumbuhan
koloni. Hasil perhitungan jumlah koloni
bakteri Propionibacterium acnes akibat
efektivitas antibakteri ekstrak daun cabai rawit
dengan menggunakan teknik hitung koloni
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah koloni
bakteri Propionibacterium acnes akibat
efektivitas antibakteri ekstrak daun cabai rawit
dengan menggunakan teknik hitung koloni.
Jumlah koloni Bakteri /Konsentrasi
1 2 3 4
5
6 7
8
100 75 50 25 12,5 6,25 3,12 1,56
% % % % % % % %
90.
TB
218. TB
TBU
TB
7
U
TB
25 UD
D
UD
5
D
UD
Keterangan : TBUD = Terlalu banyak
dihitung (>300 Koloni)
9
0
%
TB
UD
untuk
Berdasarkan data pada Tabel 2 maka
dapat diartikan bahwa ekstrak
daun cabai
rawit dapat membunuh
dan
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes dimana terlihat
adanya
perbedaan
jumlah
koloni
karena adanya perbedaan konsentrasi.
Konsentrasi dari ekstrak daun cabai rawit
yang diberikan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan bakteri. Pada konsentrasi 100%
tidak terdapat koloni bakteri artinya pada
konsentrasi ini ekstrak daun cabai rawit
membunuh
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes dan merupakan
MBC (Minimum Bactericidal Concentration)
sedangkan pada konsentrasi 75% dan 50%
terdapat koloni bakteri yaitu 90,75 dan 218,
25 artinya pada konsentrasi ini ekstrak daun
cabai rawit menghambat pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes dan konsentrasi
50% merupakan MIC (Minimum Inhibitory
Concentration ). Dari konsentrasi 25% sampai
0% terdapat koloni bakteri yang terlalu
banyak untuk dihitung (TBUD) yaitu
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
berjumlah >300 koloni bakteri. Jadi, semakin
tinggi konsentrasi ekstrak daun cabai rawit
yang terdapat pada media tumbuh bakteri,
maka semakin sedikit jumlah bakteri yang
tumbuh.
4) Hasil Uji Statistik
a) Hasil Analisis Varian
Hasil analisis varian diameter zona
hambat ekstrak daun cabai rawit, diperoleh
nilai F Hitung > F Tabel pada taraf 5% seperti
yang terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis ragam zona hambat
ekstrak daun cabai rawit pada bakteri
Propionibacterium acnes
Sumbe
r
Keraga
man
Der
ajat
Beb
as
Juml
ah
Kua
drat
Kua
drat
Teng
ah
Perlaku
an
4
1123,
55
280,8
8
Galat
15
5,69
0,37
Total
19
1129,
24
F
F
Tab
Hitung
5
%
3,
06
759,
13*
el
Keterangan*: Berbeda nyata pada taraf 5%
Data
pada
Tabel
3
tentang
hasil
analisis
ragam
zona
hambat
Propionibacterium acnes menunjukkan bahwa
nilai F Hitung ≥ F Tabel (α = 0,05) dengan db
Galat 15 maka diperoleh nilai F Hitung yaitu
759,13 lebih besar dari F Tabel 5% yaitu 3,06.
Berdasarkan hasil analisis ini, maka dapat
dimaknai bahwa H0 “ditolak” artinya ekstrak
daun cabai rawit tidak dapat menghambat dan
membunuh
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes dan H1 “diterima”
artinya ekstrak daun cabai rawit dapat
menghambat dan membunuh pertumbuhan
bakteri Propionibacterium acnes yang ditandai
dengan adanya zona hambat. Hal ini
menunjukkan pengaruh yang signifikan dari
perlakuan ekstrak daun cabai rawit dalam
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes
yang
telah
dibuktikan dengan terbentuknya zona hambat.
Oleh karena hasil analisis yang diperoleh
adalah F Hitung ≥ F Tabel untuk melihat
konsentrasi yang efektif, maka dilakukan uji
lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil
15
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
(BNT). Hasil uji beda nyata terkecil (BNT)
zona hambat ekstrak daun cabai rawit pada
bakteri Propionibacterium acnes melalui
teknik sumur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
zona hambat ekstrak daun cabai rawit pada
bakteri Propionibacterium acnes melalui
teknik sumur
B
Rata
Selisih
antar
perlakuan
N
Kons
T
rata
entra
Perl 10
2
12
si (%)
75 50
5
aku
0
5 ,5
%
%
%
an
%
% %
1,
17,7
100
8
5
3
15,2 2,5
75
5
*
10,8 6,8 4,3
50
7
8* 8*
25
0
0
0
Keterangan * = Berbeda nyata pada Taraf 5%
Hasil uji BNT pada Tabel 4
menunjukkan nilai selisih rata-rata antar
perlakuan pada konsentrasi 100% dan 75%.
Nilai selisih yang diperoleh adalah lebih besar
dari pada nilai BNT pada taraf 5% yaitu
sebesar 1,83 dan nilai tersebut diberi tanda (*)
artinya bahwa selisih antar kedua konsentrasi
tersebut berbeda nyata atau signifikan. Hasil
uji BNT menunjukkan bahwa konsentrasi
ekstrak daun cabai rawit yang paling efektif
dalam menghambat petumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes adalah konsentrasi
50%. Konsentrasi tersebut dikatakan paling
efektif menghambat, karena nilai selisih ratarata antar perlakuannya lebih besar
dibandingkan dengan nilai selisih antara
konsentrasi 75% dan 100%, yaitu sebesar 6,88.
5) Hasil Penilaian Kelayakan Media
Pembelajaran
Berdasarkan penilaian oleh tim ahli,
yaitu ahli isi, ahli desain dan ahli
media serta 30 mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi, maka didapatkan hasil
yaitu dari ahli isi diperoleh rata-rata persentase
sebesar 88%, ahli desain sebesar 100%, dan
ahli media sebesar 90%, serta mahasiswa
diperoleh rata-rata persentase sebesar 83,37%.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Dari nilai persentase tersebut maka poster
layak digunakan sebagai media pembelajaran.
1) Daya Hambat Ekstrak Daun Cabai
Rawit
Terhadap
Bakteri
Propionibacterium acnes dengan Teknik
Sumur
Penelitian yang telah dilakukan
mengenai efektivitas antibakteri ekstrak daun
cabai rawit terhadap pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes memberikan hasil
bahwa ekstrak daun cabai rawit dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes. Hal ini dibuktikan
dengan terbentuknya zona hambat di sekitar
sumur sebagai indikator pertumbuhan bakteri
pada medium yang telah diberikan ekstrak
daun cabai rawit. Terbentuknya zona hambat
yang ditandai oleh adanya zona bening
disekitar lubang sumur menandakan bahwa
tidak ada pertumbuhan bakteri pada medium
Blood Agar.
Hasil penelitian yang telah disajikan
pada Gambar 2 menunjukkan bahwa ekstrak
daun cabai rawit pada konsentrasi 75%, 50%
dan 100% dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Propionibacterium acnes pada masa
inkubasi 24 jam. Namun, setelah diinkubasi
selama 48 jam, terlihat
adanya
penurunan daya hambat pada konsentrasi 50%
dan 75% yaitu sudah ada pertumbuhan bakteri
pada zona beningnya, sedangkan pada
konsentrasi 100% sama sekali tidak ditumbuhi
oleh bakteri. Hal ini berarti ekstrak daun
cabai rawit pada konsentrasi 50% dan 75%
hanya dapat bersifat menghambat, sedangkan
pada konsentrasi 100%
sudah
bersifat membunuh. Lama
inkubasi
berpengaruh pada kemampuan antibakteri,
karena waktu inkubasi > 24 jam akan
memberikan pengaruh yang besar terhadap
efektifitas antibakteri ekstrak daun cabai rawit
yaitu kemampuan antibakteri ekstrak daun
cabai rawit menjadi berkurang yang diikuti
oleh bertambahnya pertumbuhan bakteri
Propionibacterium acnes sehingga zona
hambat semakin kecil. Hasil penelitian ini
sesuai dengan pernyataan Sjoekoer (2003),
bila daerah hambat yang terbentuk tetap
bening selama masa inkubasi 48 jam
menunjukkan bahwa ekstrak daun cabai
rawit bersifat bakterisidal yaitu zat yang dapat
membunuh bakteri, tetapi apabila dalam masa
16
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
inkubasi 48 jam daerah hambat telah
ditumbuhi bakteri maka ekstrak daun cabai
rawit bersifat bakteriostatik yaitu menghambat
pertumbuhan
bakteri. Sedangkan pada
konsentrasi 25% tidak terlihat adanya zona
hambat yang terbentuk berarti ditandai dengan
adanya pertumbuhan bakteri.
Pada konsentrasi 0% tidak terdapat
zona
hambat
yang
terbentuk
dan
ditandai dengan adanya pertumbuhan bakteri
artinya methanol tidak
memiliki daya
antimikrobial
terhadap
bakteri
Propionibacterium acnes. Larutan methanol
yang digunakan sebagai
kontrol negatif
ini berperan sebagai pembanding untuk
melihat
apakah
respon
terhambatnya
pertumbuhan dari mikroba benar-benar
disebabkan dari sampel ekstrak daun cabai
rawit atau disebabkan oleh residu pelarut
methanol yang digunakan pada pembuatan
ektrak uji dalam metode maserasi.
Sebagai
perbandingan,
menurut
Ferraro, (2000) standard daerah hambat
antibiotika ampisilin untuk bakteri dianggap
resisten bila daerah hambatnya 13 mm, 14 16 mm intermediate, sedangkan 17 mm
disebut sensitif. Mengacu pada pendapat
tersebut maka dapat diartikan bahwa bakteri
Propionibacterium acnes bersifat sensitif pada
konsentrasi ekstrak daun cabai rawit 100%
karena luas zona hambat yang terbentuk yaitu
17,75 mm dan berada pada kisaran 17 mm.
Pada konsentrasi 75% bersifat intermediate
karena zona hambat yang terbentuk yaitu
15,25 dan berada pada kisaran 14 - 16 mm
serta pada
konsentrasi
50% bersifat
resisten karena luas zona hambat yang
terbentuk yaitu 10,87 mm dan berada pada
kisaran 13 mm.
Menurut Soemarno (2000) ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
ukuran zona hambat adalah sebagai berikut: 1)
kekeruhan suspensi, 2) temperatur inkubasi,
untuk memperoleh pertumbuhan yang optimal,
inkubasi dilakukan pada 35oC, kadang-kadang
ada
bakteri
yang
kurang
subur
pertumbuhannya, 3) waktu inkubasi, 4)
tebalnya agar-agar, ketebalan agar-agar sekitar
4 mm, kurang dari itu difusi obat lebih cepat,
lebih dari itu difusi obat akan terjadi lambat.
5) jarak antara lubang, yang dianjurkan
minimal 15 mm, untuk
menghindari
terjadinya zona hambat yang tumpang
tindih.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
2) Pengujian Ekstrak Daun Cabai Rawit
Terhadap
Pertumbuhan
Bakteri
Propionibacterium acnes dengan Teknik
Pengenceran dan Hitung Koloni.
Hasil pengamatan dengan uji teknik
pengenceran dan perhitungan koloni untuk
menetukan MIC dan MBC ekstrak daun cabai
rawit
terhadap
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium acnes menunjukkan hasil
yang sulit terbaca dengan jelas untuk melihat
kekeruhan dan membandingkan adanya
pertumbuhan bakteri (positif) dan tidak ada
pertumbuhan bakteri (negatif) pada sampel uji
di dalam tabung sebelum diinkubasi selama 24
jam. Hal ini dipengaruhi oleh warna coklat tua
dari estrak daun cabai rawit yang mendominasi
media pengenceran sehingga kejernihan dan
kekeruhan media sebagai tanda pertumbuhan
bakteri menjadi tidak jelas. Namun, setelah
diinkubasi selama 24 jam terjadi perubahan
warna, didapatkan hasil yaitu semakin tinggi
konsentrasi ekstrak maka semakin kurang
kekeruhannya. Pada konsentrasi 75% sampai
0% menunjukkan terjadi perubahan warna
menjadi keruh, sedangkan pada konsentrasi
100%, tidak terjadi perubahan warna menjadi
keruh atau tetap mempertahankan warna
larutan. Kekeruhan yang terjadi pada beberapa
tabung dipengaruhi oleh pertumbuhan bakteri,
yaitu semakin banyak bakteri yang tumbuh
maka kondisi medium akan semakin keruh dan
semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka
pertumbuhan bakteri semakin kurang bahkan
tidak ada. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Kundera (2001) yang mengatakan
bahwa perubahan warna bening menjadi keruh
pada medium MHB dapat disebabkan oleh
aktivitas mikroba yang dapat merombak
senyawa.
Pada teknik pengenceran belum
diketahui jumlah bakteri yang ada
pada
sampel uji di dalam 9 tabung pengenceran.
Adapun jumlah bakteri dapat diketahui melalui
teknik hitung koloni, sehingga semua hasil
dari teknik pengenceran tersebut ditumbuhkan
pada medium Blood Agar dan diinkubasi
selama 24 jam. Setelah ditanam ulang pada
medium Blood Agar, maka diperoleh hasil
yang jelas pada setiap konsentrasi yang diberi
perlakuan. Berdasarkan hasil perhitungan
jumlah koloni bakteri sebagaimana yang
disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa
pada konsentrasi 100% tidak terdapat
17
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
pertumbuhan koloni bakteri, pada konsentrasi
75% dan 50% jumlah koloni bakteri masih
dapat dihitung, sedangkan pada konsentrasi
25% sampai konsentrasi 0%
terdapat
pertumbuhan koloni dalam jumlah yang sangat
padat atau terlalu banyak untuk dihitung
(TBUD).
Pada konsentrasi 100% tidak terdapat
pertumbuhan
bakteri
sehingga
pada
konsentrasi ini ekstrak daun cabai rawit
bersifat bakterisidal atau membunuh bakteri
dan juga merupakan nilai MBC. Pada
konsentrasi 75% dan konsentrasi 50% terdapat
pertumbuhan bakteri dengan jumlah, yaitu
90,75 dan 218,25 karena pada kisaran
konsentrasi tersebut daya hambat dari ekstrak
daun cabai rawit telah menurun. Pada
konsentrasi 75% dan
50% bersifat
bakteriostatik,
artinya
menghambat
pertumbuhan bakteri dan pada konsentrasi
50% merupakan nilai
MIC terhadap
Propionibacterium acnes. Kemudian, pada
konsentrasi 25% sampai konsentrasi 0%
pertumbuhan jumlah bakteri pada medium
terlalu banyak yaitu > 300 koloni bakteri
sehingga jumlah koloni bakteri sulit untuk
dihitung dikarenakan konsentrasi ekstrak daun
cabai rawit semakin kecil. Hal ini sesuai
dengan pendapat Pelczar dan Chan (1988)
yang menyatakan tentang aktivitas zat
antibakteri yaitu semakin tinggi konsentrasi
suatu zat antimikroba, maka semakin tinggi zat
antimikrobanya, artinya banyak bakteri akan
terbunuh lebih cepat bila konsentrasi zat
tersebut lebih tinggi.
3).
Implementasi Dalam Bentuk Media
Pembelajaran
Hasil yang ditemukan pada penelitian
ini diaplikasikan menjadi media pembelajaran
dalam bentuk poster yang diharapkan dapat
membantu memberikan informasi mengenai
efektivitas antibakteri ekstrak daun cabai rawit
(Capsicum
frutescen
L.)
terhadap
pertumbuhan bakteri Propionibacterium acnes
Setelah dilakukan validasi oleh tim
ahli, maka diperoleh nilai persentase berturutturut sebesar 88%, 100% dan 90%. Dari nilai
persentase tersebut, maka dapat diartikan
bahwa poster tersebut layak untuk dijadikan
sebagai media pembelajaran, artinya poster
tersebut sudah memiliki kualitas yang baik
untuk dijadikan sebagai media pembelajaran
sehingga mudah dipahami bagi pembaca.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Setelah proses validasi dilakukan oleh tim ahli
(Dosen), maka poster kembali diuji
kelayakannya pada mahasiswa Program Studi
Pendidikan Biologi sebanyak 30 responden.
Berdasarkan hasil uji kelayakan 30 mahasiswa
tersebut diperoleh nilai persentase sebesar
83,37%. Melalui hasil penelitian tersebut,
maka poster layak dijadikan sebagai media
pembelajaran.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan yang diperoleh dari
penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
1) Ekstrak daun cabai rawit (Capsicum
frutescen
L)
dapat
menghambat
pertumbuhan bakteri Propionibacterium
acnes pada konsentrasi 75% dan 50%.
Ekstrak daun cabai rawit (Capsicum
frutescen L) dapat membunuh bakteri
Propionibacterium
acnes
pada
konsentrasi 100% .
2) Ekstrak daun cabai rawit efektif
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Propionibacterium
acnes
pada
konsentrasi 50% dan merupakan
MIC
(Minimum Inhibitory Concentration).
Ekstrak daun cabai rawit efektif
membunuh bakteri Propionibacterium
acnes pada konsentrasi 100% dan
merupakan MBC (Minimum Bakterisidal
Concentration).
3) Berdasarkan hasil penilaian oleh tim ahli
dan 30 mahasiswa, maka poster layak
dijadikan sebagai media pembelajaran.
Perlu adanya penelitian lanjutan
mengenai ekstrak daun cabai rawit terhadap
bakteri lain dan bagian lain dari tanaman cabai
rawit yang memiliki daya antibakteri.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian.
Jakarta: Rineka cipta
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisah, S. (1999).
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Eldesfiari. (2005). Identifikasi Senyawa Bahan
Alam Pada Daun Cabe Rawit. Skripsi.
Sarjana Pendidikan Kimia FMIPA.
Universitas Negeri Padang. Padang:
tidak diterbitkan
18
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
ISSN 2338-1795
2017
Ferraro, M.J. (2000). Performance Standarrs
For
Antimicrobial
Susceptibility
Testingi. Jakarta: NCCLS.
Gaspari, A.A and Stephen, K.T. (Eds) (2008).
Clinical and Basic Immunodermatology.
London: British Library Catakoguing In
Publication.
Gomez, K.A dan Gomes, A.A. (1995).
Prosedur Statistik Untuk Penelitian
Pertanian.
Jakarta:
Universitas
Indonesia.
Kundera, N. (2001). Daya Anti Bakteri
Ekstrak Bunga Nangka (Artocorpus
heterophilus
Lamk.)
Terhadap
Beberapa Bakteri Patogen Saluransaluran Pencernaan. Tesis. Bandung:
Universitas Padjajaran.
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
Nath, K.V.S., Rao, S., Sandhya, M., Sai, K.,
David, B.L., Satya, N. and Vijaya, L.C.
(2010). Invitro Antibacterial Activity
Of Dried Scale Leaves of Allium cepa
linn. Jurnal Scholars Research
Library. 2, (5): 187-192
Pelczar, M.J. dan Chan E.C.S. (1988). Dasardasar Mikrobiologi I. Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Sjoekoer, M. (2003). Bakteri Medik. Bayu
Media Publishing. Malang.
Soemarno. (2000). Isolasi dan Identifikasi
Bakteri Klinik. Akademi Analisis
Kesehatan Yogyakarta Departemen
Kesehatan RI. Yogyakarta
19
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
e-JIP BIOL Vol.5 (1): 10-19, Juni
2017
ISSN 2338-1795
20