Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid Triterpenoid Dari Landak Laut Diadema setosum

Wiryowidagdo, S. (2008). Kimia dan Farmakologi Bahan Alam. Edisi II. Jakarta:
Penerbit buku Kedokteran EGC.
Lampiran 1. Hasil identifikasi landak laut Diadema setosum

37
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2. Gambar bagan penelitian

Landak laut Diadema setosum
dibelah dan dipisahkan dari
organ dalam
dicuci
disortir
ditiriskan lalu ditimbang
dikeringkan
Simplisia
Dihaluskan
Serbuk simplisia landak laut Diadema setosum
dikarakterisasi
diskrining golongan

senyawa kimia
diekstraksi secara perkolasi
menggunakan pelarut n-heksana

Ekstrak n-heksana

Isolat

diisolasi secara kromatografi
preparatif dengan fase gerak
landaian serta di KLT
KLT 2 arah
diidentifikasi secara
spektrofotometri UV dan IR

Spektrum

38
Universitas Sumatera Utara


Lampiran 3. Gambar landak laut Diadema setosum segar

39
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4. Gambar simplisia landak laut Diadema setosum

40
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5. Gambar serbuk simplisia landak laut Diadema setosum

41
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 6. Gambar mikroskopik serbuk simplisia cangkang dan duri landak
laut Diadema setosum

a
b


c
d

Keterangan :
a.
b.
c.
d.

spikula bentuk meja semu
spikula bentuk piring
spikula bentuk kancing semu
spikula bentuk akar

42
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 7. Gambar bagan pengolahan, skrining fitokimia dan karakterisasi
simplisia

Cangkang dan duri landak laut Diadema setosum

dicuci
ditiriskan
dikeringkan
Simplisia
dihaluskan
Serbuk simplisia

Skrining
fitokimia

Karakterisasi
simplisia

Perkolasi
Ekstrak

- Alkaloida
- Flavonoida

- Saponin
- Tanin
- Glikosida
- Steroida/Triterpenoida
- Antrakuinon

- Pemeriksaan Mikroskopik
- Pemeriksaan Makroskopik
- Penetapan kadar air
- Penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
- Penetapan kadar sari yang larut dalam air
- Penetapan kadar abu total
- Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam
asam

43
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8. Gambar bagan pembuatan ekstrak n-heksana landak laut Diadema
setosum


450 g Serbuk simplisia

dimaserasi selama 3 jam
dimasukkan ke dalam alat perkolator
dituangkan cairan penyari n-heksana secukupnya
sampai semua simplisia terendam
ditutup mulut
aluminium foil

tabung

perkolator

dengan

dibiarkan selama 24 jam
dibuka kran dan dibiarkan tetes ekstrak mengalir

Ampas


Perkolat
disaring
dipekatkan dengan
rotary evaporator
pada suhu yang
tidak lebih dari 500C
4,0501 gr
ekstrak kental
n-heksana

44
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 9. Gambar kromatogram senyawa steroid/triterpenoid dari ekstrak nheksana cangkang dan duri landak laut

bp

bp


bp

mu

a

b

bp

mu

mu

hj

hj
br

mu


hj

br

br
tp

br
tp

tp

mu
tp

bp

c


d

tp
e

Keterangan: Fase diam silika gel GF254, fase gerak n-heksana-etilasetat dengan
perbandingan a. (90:10), b. (80:20), c. (70:30), d. (60:40), e. (50:50).
Tp: titik penotolan, bp: batas pengembang, mu: merah ungu, hj:
hijau, br: biru.

45
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10. Gambar kromatogram hasil KLT preparatif

bp
A
mu
hj


br
A

tp

Keterangan: Fase diam silika gel GF254, fase gerak n-heksana-etilasetat (60:40),
penampak bercak Liebermannn-Burchard, tp = titik penotolan,
bp=batas pengembangan, mu: merah ungu, hj: hijau, br: biru.

46
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11. Gambar kromatogram hasil KLT dua arah dari isolat a hasil isolasi
dari ekstrak n-heksana cangkang dan duri landak laut
a2
bp

a1

tp

Keterangan:

Fase diam silika gel GF254, fase gerak I = n-heksana-etilasetat
(60:40), fase gerak II = benzen-etil asetat (70:30) , penampak
bercak Liebermann–Burchard, tp= titik pentotolan, bp= batas
pengembangan, a1= arah pengembangan pertama, a2= arah
pengembangan kedua. harga Rf = 0,625

47
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12. Gambar kromatogram hasil KLT dua arah dari isolat b hasil isolasi
dari ekstrak n-heksana cangkang dan duri landak laut
a2
bp

a1

tp

Keterangan:

Fase diam silika gel GF254, fase gerak I = n-heksana-etilasetat
(60:40), fase gerak II = benzen-etil asetat (70:30) , penampak
bercak Liebermannn–Burchard, tp = titik pentotolan, bp= batas
pengembangan, a1= arah pengembangan pertama, a2= arah
pengembangan kedua. Harga Rf = 0,225

48
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 13. Gambar spektrum UV dari senyawa isolat a hasil isolasi dari
ekstrak n-heksana cangkang dan duri landak laut

Panjang gelombang (nm)

49
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 14. Gambar spektrum inframerah (IR) dari senyawa isolat a ekstrak nheksana cangkang dan duri landak laut

Bilangan gelombang (1/cm)

50
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 15. Perhitungan hasil penetapan kadar
a. Perhitungan penetapan kadar air
Kadar air =
1. Sampel 1
Berat sampel

� �







x100%

= 5,00 g

Volume air

= 0,4 ml

Kadar air

=

,

,

x100%

=8%
2. Sampel
Berat sampel

= 5,01 g

Volume air

= 0,4 ml

Kadar air

=

,

,

� 100%

= 7,98 %
3. Sampel 3
Berat sampel

= 5,01 g

Volume air

= 0,4 ml

Kadar air

=

,

,

x100%

= 7,98%
Kadar air rata – rata

=

%+ ,

%+ ,

%

= 7,99%

51
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 15. (Lanjutan)
b. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam air

Kadar sari larut dalam air =

1. Kadar sari larut dalam air I
Berat cawan









� �

x

x 100%

= 49,701g

Berat cawan + berat sari

= 49,750 g

Berat sampel

= 5,015 g

Berat sari

= 0,049 g

Kadar sari larut dalam air

=

,

,

x

x 100%

= 4,88 %
2. Kadar sari larut dalam air II
Berat cawan

= 48,050 g

Berat cawan + berat sari

= 48,100 g

Berat sampel

= 5,015 g

Berat sari

= 0,0502g

Kadar sari larut dalam air

=

,

,

x

x 100%

=5%
3. Kadar sari larut dalam air III
Berat cawan

= 49,700 g

Berat cawan + berat sari

= 47,750 g

Berat sampel

= 5,015 g

Berat sari

= 0,05 g

52
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 15. (Lanjutan)
Kadar sari larut dalam air

=

,

x

,

x 100%

= 4,98 %
Kadar sari larut dalam air rata – rata =

,

%+ %+ ,

%

= 4,95 %
c. Perhitungan penetapan kadar sari yang larut dalam etanol
Kadar sari larut dalam etanol

100%

1. Kadar sari larut dalam etanol I
Berat Cawan

= 49,700 g

Berat Cawan + Berat Sari

= 49,740 g

Berat Sampel

= 5,100 g

Berat sari

= 0,04 g

=

Kadar sari larut dalam etanol

,

,

= 3,92 %

x

x 100%

1. Kadar sari larut dalam etanol II
Berat Cawan

= 48,050 g

Berat Cawan + Berat Sari

= 48,130 g

Berat Sampel

= 5,010 g

Berat sari

= 0,080 g

=

Kadar sari larut dalam etanol

.

,

= 7,98 %

x

x 100%

2. Kadar sari larut dalam etanol III
Berat Cawan

= 48,050g

Berat Cawan + Berat Sari

= 48,132g

Berat Sampel

= 5,01 g

53
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 15. (Lanjutan)
Berat sari

= 0.082 g

=

Kadar sari larut dalam etanol

,

x

,

= 8,184%

Kadar sari larut dalam etanol rata-rata

=

,

%+ ,

x 100%

%+ ,

%

= 6,69 %
d. Perhitungan penetapan kadar abu total
Kadar abu total

100%

1. Sampel I
Berat simplisia

= 2,080 g

Berat abu

= 0,46 g

Kadar abu total

=

,

,

x 100%

= 22,115%

2. Sampel II
Berat simplisia

= 2,001 g

Berat abu

= 0,43g

Kadar abu total

=

,

,

x 100%

= 21,489%

3. Sampel III
Berat simplisia

= 2,001 g

Berat abu

= 0,41g

Kadar abu total

=

,

,

x 100%

= 20,489%

54
Universitas Sumatera Utara

Lampiran 15. (Lanjutan)
Kadar abu total rata-rata

,

=

%+

,

%+

,

%

= 21,364%
e. Perhitungan penetapan kadar abu tidak larut dalam asam
Kadar abu tidak larut dalam asam

100%

1. Sampel I
Berat simplisia

= 2,080 g

Berat abu

= 0,26 g

Kadar abu tidak larut asam

=

,

,

= 12,5%

x 100%

2. Sampel II
Berat simplisia

= 2,001 g

Berat abu

= 0,23g

Kadar abu tidak larut asam

=

,

,

x 100%

= 11,49%

3. Sampel III
Berat simplisia

= 2,001 g

Berat abu

= 0,22g

Kadar abu tidak larut asam

=

,

,

= 10,99%

Kadar abu tidak larut asam rata-rata

=

x 100%
, %+

,

%+

,

%

= 11,66%

55
Universitas Sumatera Utara