Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid/Triterpenoid dari Tinta Sotong (Sepia recurvirostra)

(1)

Lampiran 1. Gambar hewan sotong segar

Keterangan : Panjang: 50,5 cm, lebar : 11 cm, berat : 4,7 ons, warna : coklat putih, 1 = tentakel, 2 = lengan, 3 = mata, 4 = mantel/badan dan 5 = sirip.

1

2

3

4


(2)

(3)

Lampiran 3. Gambar kantung tinta dan tinta sotong

Kantung tinta sotong


(4)

Lampiran 4. Gambar bagan prosedur preparasi dan ekstraksi tinta sotong

Dibersihkan dan dibedah

Diambil dan dikumpulkan kantung tintanya Dikeluarkan tinta sotong dan diukur volumenya Ditambahkan pelarut n-heksan dengan

perbandingan 1:3 dan diaduk perlahan-lahan menggunakan batang pengaduk

Disimpan di dalam kulkas selama 7 hari Disaring dengan kertas whatmann No. 1

Dipekatkan dengan rotary evaporator pada suhu 40°C Ditimbang berat ekstrak kasar

Sotong

Filtrat Residu

Ekstrak n-heksana tinta sotong (0,38 g)


(5)

Lampiran 5. Gambar bagan kerja penelitian

Tinta sotong

Karakterisasi Skrining golongan senyawa kimia ekstrak n-heksana -Alkaloida -Flavonoida -Saponin -Tanin -Glikosida -Antrakuinon -Steroida/ -Triterpenoida -Organoleptis

-Penentuan pH -Penentuan

viskositas -Penentuan

bobot jenis

KLT

Fase diam : silika gel 60 F254

fase gerak :n-heksana-etilasetat denganperbandingan (90:10),(80:20),(70:30), (60:40)dan (50:50)

KLT preparatif

Fase diam : silika gel 60 F254

fase gerak :n-heksana-etilasetat (80:20)

Isolat

Uji kemurnian dengan KLT 2

arah

Isolat murni

Identifikasi secara spektrofotometri UV dan IR Spektrum

kromatogram

Ekstraksi dengan n-heksana

Isolat a Isolat b

Uji kemurnian dengan KLT 2

arah


(6)

Lampiran 6. Gambar kromatogram senyawa steroid/triterpenoid dari ekstrak n-

heksana tinta sotong dengan KLT

Keterangan: Fase diam silika gel 60 F254, fase gerak n-heksana-etilasetat, a

(90:10); b (80:20); c (70:30); d (60:40); e (50:50), penampak bercak Liebermann-Burchard,tp = titik penotolan, mu = merah ungu, bp = batas pengembangan.

mu

mu bp

tp tp

mu mu

bp bp

mu

mu

tp

bp mu

mu

tp

mu mu

tp bp


(7)

Lampiran 7. Gambar kromatogram hasil KLT preparatif

Keterangan: Fase diam silika gel 60 F254, fase gerak n-heksana-etilasetat (80:20),

penampak bercak Liebermann-Burchard, tp = titik penotolan, bp = batas pengembangan, a = isolat 1, b = Isolat2.

tp bp

a b


(8)

Lampiran 8. Gambar kromatogram hasil KLT dua arah dari isolat a hasil isolasi

dari ekstrak n-heksana tinta sotong

Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak I = n-heksana-etilasetat (80:20),

fase gerak II = benzene-etilasetat (80:20) , penampak bercak Liebermann–Burchard,tp = titik pentotolan, Bp1 = batas pengembangan pertama, Bp2 = batas pengembangan kedua, A1 = arah pengembangan pertama, A2 = arah pengembangan kedua, harga Rf 0,58.

A1 A2

Bp 1

tp


(9)

Lampiran 9. Gambar kromatogram hasil KLT dua arah dari isolat b hasil isolasi

dari ekstrak n-heksana tinta sotong

Keterangan: Fase diam silika gel F254, fase gerak I = n-heksana-etilasetat (90:10),

fase gerak II = benzene-etilasetat (95:5) , penampak bercak Liebermann–Burchard, tp = titik pentotolan, Bp1 = batas pengembangan pertama, Bp2 = batas pengembangan kedua, A1 = arah pengembangan pertama, A2 = arah pengembangan kedua, harga Rf 0,88.

tp

Bp 2

Bp 1

A1 A2


(10)

Lampiran 10. Gambar spektrum UV dari senyawa isolat a hasil isolasi dari

ekstrak n-heksana tinta sotong


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Caldwell, R.L. (2005). An observation of inking behavior protecting adult Octopus bocki from predation by Green Turtle (Chelonia mydas) hatchlings. Pacific science.59(1): 69-72.

Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press. Halaman 3-5, 21.

Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Departemen Kesehatan RI. Jakarta:Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Halaman 321-326.

Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman. 1, 10-11.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 33 – 34, 696.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 925.

Evans, W.C. (2009). Trease and Evans Pharmacognosy sixteenth edition.inggris: elsevier. Halaman 154-155.

Farnsworth, N. R. (1966). Chicago: Reheis Chemical Company.Biological and Phytochemical Screening of Plants, Journal of Pharmaceutical Sciences. 55(3):247-257.

Fessenden, R.J dan Fessenden, J.S. (2003). Dasar – Dasar kimia Organik. Jakarta: Erlangga. Halanam 204.

Girija, S. (2012). Antibacterial Effect Of Squid Ink On ESBL Producing strains of Escherichia coli and Klebsiella pneumomoniae. Madhuravoyal-India: Meenakshi University. Diakses tanggal 15 September 2014.

Gritter, R.J., Bobbitt, J., dan Schwarting, A.E. (1991). Pengantar Kromatografi Penerjemah: Kokasih Padmawinata. Edisi 2. Bandung: ITB. Halaman 107-146.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisa Tumbuhan.Terjemahan K. Padmawinata. Edisi II. Bandung: ITB Press. Halaman 76.


(12)

(2009). Farmakognosi dan Fitoterapi. Penerjemah: Winny R. Syarief. Jakarta: EGC. Halaman 100.

Hostettmann, K., Hostettmann, M., dan Marston, A. (1995). Cara Kromatografi Preparatif: Penggunaan Pada Isolasi Senyawa Alam. Penerjemah: Kokasih Padmawinata. Bandung: ITB. Halaman 9-12, 33-34.

Hostettmann, K., dan Marston, A. (2005). Chemistry and farmacology natural product. Saponin. Inggris: British library. Halaman 2.

Gandjar, I.G., dan Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 323, 353-361.

Jereb, P dan Roper, C.F.E. (2005).An annotated and illustrated catalogue of cephalopod species known to date. Volume 1.Chambered nautiluses and sepioids (Nautilidae, Sepiidae, Sepiolidae, Sepiadariidae, Idiosepiidae and Spirulidae). FAO Species Catalogue forFishery Purposes.Cephalopods of the world. 1(4): 114-115.

Mujiono. (2008). Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Mengenal Sekilas Sepia Recurvirostra Steentrup, 1875. Fauna Indonesia.8(1): 19.

Nurzakiah. (2011).Komposisi Asam Lemak dan Kolesterol Sotong (Sepia recurvirostra). Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Halaman 6.

Okwu, D.E., dan Ohenhen, O.N. (2010) Isolation and characterization of Steroidal Gycosides from the leaves of Stachytarpheta Jamaicensis Linn Vahl.Pelagia research library.1(2):6-14.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung : ITB. Halaman 132.

Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman 323, 328-329, 353

Sastrohamidjojo, H. (1991). Kromatografi. Yogyakarta: Penerbit Liberty. Halaman 22-36.

Syarifuddin. (2011). Cephalopoda sumber protein sangat potensial. Makasar: Universitas Hasanudin. Halaman 32.

Tyler,V.E., Brady, L.R., danRobbers, J.E.(1976). Pharmacognosy. Edisi ketigaPhiladelphia: Lea dan Febriger. Halaman 76.

Watson, D.G. (2009). Analisis Farmasi Buku Ajar untuk Mahasiswa Farmasi dan Praktisi Kimia Farmasi. Penerjemah: Winny R. Syarief. Jakarta: EGC. Halaman 108.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode eksperimental meliputi penyiapan tinta sotong, karakterisasi, pemeriksaan golongan senyawa kimia, pembuatan ekstrak, analisis senyawa metabolit sekunder secara kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatrografi lapis tipis preparatif serta isolat yang diperoleh dilakukan uji kemurnian KLT dua arah dan dilanjutkan dengan identifikasi secara UV dan IR.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat alat destilasi, oven listrik (Stork), neraca analitik (Vibra AJ), penangas air, hair dryer (Maspion), lemari es, seperangkat alat kromatografi (Dessaga), spektrofotometer UV (Shimadzu), spektrofometer IR (IR-Prestige 21), picnometer (Pyrex), viskometer brookfield DV-E , pH meter dan alat-alat gelas Laboratorium.

3.3 Bahan

bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tinta dari sotong jenis (Sepia recurvirostra) dimana sotong diperoleh dari pusat Pasar tradisional Sambu Kota Medan Sumatera Utara dan bahan-bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain berkualitas pro analisis yaitu amonia pekat, amil alkohol, asam asetat anhidrida, asam klorida pekat, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, besi (III) klorida, etanol, etilasetat, isopropanol, metanol, natrium hidroksida, natrium


(14)

sulfat anhidrat, n-heksana, n-heksana (destilasi), serbuk magnesium dan serbuk seng.

3.4 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Unversitas Sumatera Utara Medan.

3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Penyiapan tinta sotong

Penyiapan tinta sotong dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan hewan serupa dari daerah lain. Tinta sotong yang digunakan adalah sotong jenis (Sepia recurvirostra) yang diperoleh dari salah satu kios perikanan di pusat pasar Sambu Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Gambar sotong (Sepia recurvirostra) segar dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 33.

3.5.2 Identifikasi sotong

Identifikasi sotong (Sepia recurvirostra) dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat Penelitian Oseanografi di Jakarta. Hasil identifikasi hewan dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 34.

3.5.3 Preparasi tinta sotong

Sotong segar diambil kantung tintanya lalu dibedah untuk mengeluarkan tintanya. Tinta ditampung dalam wadah beaker glass dan disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2oC sebelum digunakan. Gambar kantung dan tinta sotong dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 35.

3.5.4 Penentuan pH


(15)

Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Elektroda selanjutnya dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 0,25 g sampel dan dilarutkan dalam 25 ml air suling. Elektroda kemudian dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.

3.5.5 Penentuan viskositas

Penentuan viskositas dilakukan dengan cara sediaan tinta dimasukkan ke dalam beaker glass 200 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai. Pengukuran ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan menggunakan viskometer Brookfield DV-E.

3.5.6 Penentuanbobot jenis

Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer. Terlebih dahulu ditimbang berat picnometer kosong, kemudian ditimbang berat piknometer yang telah berisi tinta. Pengukuran ini dilakukan dengan tiga kali pengulangan. Bobot jenis ditentukan dengan menghitung selisih dari penimbangan picnometer berisi tinta dengan picnometer kosong. Pengerjaan dilakukan pasa suhu 27 ͦ C.

3.5.7 Pembuatan larutan pereaksi

3.5.7.1 Larutan pereaksi asam klorida 2 N

Sebanyak 17 ml asam klorida pekat diencerkan dengan air suling hingga 100 ml (Ditjen, POM., 1979).

3.5.7.2 Larutan pereaksi natrium hidroksida 2 N

Sebanyak 8,002 g natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling bebas karbondioksida hingga 100 ml (Ditjen, POM., 1979).


(16)

3.5.7.3 Larutan pereaksi Bouchardat

Sebanyak 4 g kalium iodida ditimbang, kemudian dilarutkan dalam air suling, ditambahkan iodium sebanyak 2 g dan dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml (Ditjen, POM., 1979).

3.5.7.4 Larutan pereaksi Mayer

Larutan raksa (II) klorida P 2,27% b/v sebanyak 60 ml dicampur dengan 10 ml larutan kalium iodida P 50% b/v, kemudian ditambahkan air secukupnya hingga 100 ml (Ditjen, POM., 1979).

3.5.7.5 Larutan pereaksi Dragendorff

Larutan bismut nitrat P 40% b/v dalam asam nitrat P sebanyak 20 ml dicampur dengan 50 ml kalium iodida P 54,4% b/v, didiamkan sampai memisah sempurna, lalu diambil lapisan jernih dan diencerkan dengan air secukupnya hingga 100 ml (Ditjen, POM., 1979).

3.5.7.6 Larutan pereaksi besi (III) klorida 1%

Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml (Ditjen, POM., 1979).

3.5.7.7 Larutan pereaksi Liebermann-Burchard

Sebanyak 5 bagian volume asam sulfat P dicampur dengan 50 bagian volume etanol 95% P. Tambahkan hati-hati 5 bagian volume asetat anhidrida ke dalam campuran tersebut, dinginkan (Depkes, RI., 1995).

3.5.7.8 Larutan pereaksi Molish

Sebanyak 3 g α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat 0,5 N hingga diperoleh

volume 100 ml (Ditjen, POM., 1979).

3.5.7.9 Pereaksi asam nitrat 0,5 N

Sebanyak 3,4 ml asam nitrat pekat diencerkan dengan air suling hingga volume 100 ml (Ditjen, POM., 1979).


(17)

3.5.8 Skrining golongan senyawa kimia

Skrining golongan senyawa kimia meliputi pemeriksaan senyawa gologan alkaloid, flavonoida, glikosida, glikosida antrakinon, saponin, tanin dan steroid/triterpenoida (Farnsworth, 1996).

3.5.8.1 Pemeriksaan alkaloida

Tinta sotong ditimbang sebanyak 0,5 g, kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan di atas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut :

a. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, akan terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning bila terdapat alkaloida.

b. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam bila terdapat alkaloida. c. Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorf, akan

terbentuk warna merah atau jingga bila terdapat alkaloida.

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari tiga percobaan diatas (Depkes, RI., 1995).

3.5.8.2 Pemeriksaan flavonoida

Sebanyak 10 g tinta sotong ditambah 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan saring dalam keadaan panas. Kedalam 5 ml filtrat ditambahkan serbuk magnesium, 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok kuat dan dibiarkan memisah. Flavonoida ditunjukkan dengan timbulnya warna merah, kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1966).

3.5.8.3 Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g tinta sotong dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok selama 10 detik.


(18)

Saponin dikatakan positif jika terbentuk busa setinggi 1 sampai 10 cm yang stabil tidak kurang dari 10 menit dan tidak hilang dengan penambahan asam klorida 2 N (Depkes, RI., 1995).

3.5.8.4 Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g tinta sotong disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Tanin dikatakan positif jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman (Fansworth, 1966).

3.5.8.5 Pemeriksaan glikosida

Sebanyak 3 g tinta sotong disari dengan 30 ml campuran etanol 95% dengan air (7:3) dan 10 ml asam sulfat 2 N, direfluks selama 1 jam, didinginkan dan disaring. Pada 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air dan 25 ml timbal asetat 0,4 M, dikocok, diamkan 5 menit lalu disaring. Filtrat disari dengan 20 ml campuran isopropanol dan kloroform (2:3), dilakukan sebanyak 3 kali. Kumpulan sari air diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 50oC. Sisanya dilarutkan dalam 2 ml metanol. Larutan sisa dimasukkan dalam tabung reaksi selanjutnya, diuapkan di atas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes pereaksi Molisch. Tambahkan hati- hati 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya cincin ungu pada batas kedua cairan bila adanya gula (Depkes, RI., 1995).

3.5.8.6 Pemeriksaan antrakinon

Sebanyak 0,2 g tinta sotong dicampur dengan 5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar, lalu didinginkan, ditambahkan 10 ml benzena, dikocok, didiamkan. Lapisan benzena dipisahkan dan disaring. Lapisan benzena dikocok dengan 2 ml NaOH 2 N, didiamkan. Lapisan air berwarna merah dan lapisan benzena tidak berwarna bila adanya glikosida antrakinon (Depkes, RI., 1995).


(19)

3.5.8.7 Pemeriksaan steroida/triterpenoida

Sebanyak 1 g tinta sotong dimaserasi dengan 20 ml n-heksana selama 2 jam, disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap dan pada sisanya ditambahkan 2 tetes Liebermann-Burchard. Timbulnya warna hijau–biru menunjukkan adanya steroid dan warna merah atau ungu menunjukkan adanya triterpen (Fansworth, 1966).

3.5.9 Pembuatan ekstrak n-heksana tinta sotong (Sepia recurvirostra)

Tinta sotong (Sepia recurvirostra) diukur volumenya dengan gelas ukur kemudian dimasukkan dalam wadah beaker glass dan diekstraksi dengan pelarut n-heksana dengan perbandingan 1:3. Tinta diaduk perlahan-lahan bersama pelarut menggunakan batang pengaduk dan disimpan pada lemari pendingin selama 7 hari. Ekstrak disaring dengan kertas saring Whatmann No.1 dan dipekatkan pada suhu 40oC. Ekstrak dikumpulkan dan ditimbang beratnya (Girija, 2012). Bagan pembuatan ekstrak n-heksana tinta sotong dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 36.

3.5.10 Analisis ekstrak n-heksana secara kromatografi lapis tipis

Ekstrak dianalisis secara KLT menggunakan fase diam silika gel 60 F254

dengan fase gerak campuran (n-heksana-etilasetat) dengan perbandingan (90:10), (80:20), (70:30), (60:40) dan (50:50). Sebagai penampak bercak digunakan pereaksi Liebermann–Burchard.

Cara kerja :

Ekstrak ditotolkan pada plat lapis tipis, kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang telah jenuh dengan uap fase gerak, setelah pengembangan selesai plat dikeluarkan dan dikeringkan. Plat disemprot dengan penampak bercak dan


(20)

dipanaskan dalam oven pada suhu 110 0C selama 5 menit lalu diamati perubahan warna yang terjadi. Bagan perolehan isolat dari ekstrak tinta sotong dapat dilihat pada Lampiran 5 halaman 37 dan hasil analisis ekstrak n-heksana secara KLT dapat dillihat pada Lampiran 6 halaman 38.

3.5.11 Isolasi senyawa steroid/triterpenoid secara kromatografi lapis tipis preparative

Fase gerak terbaik dari hasil analisis digunakan sebagai pengembang pada KLT Preparatif. Penampak bercak digunakan pereaksi Liebermann-Burchard dan sebagai fase gerak digunakan n-heksana-etilasetat (80:20) dan fase diam silika gel 60 F254.

Cara kerja:

Ekstrak n-heksana ditotolkan seperti pita pada jarak 2 cm dari tepi bawah plat KLT berukuran 20x20 cm yang telah diaktifkan, setelah kering plat KLT dimasukkan ke dalam bejana yang telah jenuh dengan uap, fase gerak, pengembang dibiarkan naik membawa komponen yang ada, setelah mencapai batas pengembangan plat dikeluarkan dari bejana lalu dikeringkan. Bagian tengah plat ditutup dengan kaca yang bersih sedangkan pada sisi kanan dan kiri plat disemprot dengan penampak bercak Liebermann-Burchard. Bagian tengah plat yang sejajar dengan bercak berwarna ungu dikerok dan dikumpulkan, direndam dengan metanol satu malam lalu disaring kemudian pelarutnya diuapkan, selanjutnya dilakukan uji kemurnian dengan KLT terhadap isolat yang diperoleh (Hostettmann, 1995). Hasil isolasi senyawa steroid/triterpenoid secara KLT preparatif dapat dilihat pada Lampiran 7 halaman 39.

3.5.12 Uji kemurnian terhadap isolat

3.5.12.1 Uji kromatografi lapis tipisdua arah


(21)

fase gerak n-heksana-etilasetat (80:20) dan benzene-etilasetat (80:20). Cara kerja:

Isolat ditotolkan pada plat pra lapis silika gel GF254 ukuran 20x20 lalu

dikembangkan memakai fase gerak I yaitu n-heksana-etilasetat (80:20) hingga mencapai batas pengembangan, kemudian plat dikeluarkan dari dalam bejana dan dikeringkan, setelah plat kering dikembangkan kembali dengan arah yang berbeda 90 oC memakai fase gerak II yaitu benzene-etilasetat (80:20) hingga mencapai batas pengembangan, kemudian plat dikeluarkan dari dalam bejana dan dikeringkan, kemudian disemprot dengan memakai penampak bercak Liebermann-Burchard, setelah itu plat dipanaskan pada suhu 110 oC selama 10 menit lalu ditandai bercak yang terbentuk (Gandjar dan Rohman, 2012). Isolat b juga dilakukan uji kemurnian dua arah dengan cara yang sama dan menggunakan fase gerak n-heksana-etilasetat (90:10) dan benzene-etilasetat (95:05). Hasil uji KLT dua arah dari isolat a dan b dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9 halaman 40 dan 41.

3.5.13 Identifikasi isolat

Identifikasi isolat dengan spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri inframerah dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU Medan.

3.5.13.1 Identifikasi isolat dengan spektrofotometri ultraviolet (UV)

Cara kerja:

Isolat hasil isolasi dilarutkan dalam pelarut metanol, kemudian dimasukkan kedalam kuvet yang telah dibilas dengan metanol, selanjutnya absorbansi larutan sampel diukur pada panjang gelombang 200-400 nm.


(22)

3.5.13.2 Identifikasi isolat dengan spektrofotometri infrared (IR)

Cara kerja:

Identifikasi isolat dengan spektrofotometri infrared dilakukan dengan cara mencampurkan 1 mg isolat dengan 100 mg kalium bromida menggunakan alat mixture vibrator kemudian dicetak menjadi pelet pada tekanan 11,5 ton dan dimasukkan ke dalam spektrofotometer inframerah serta diukur pada bilangan gelombang 4000-500 cm-1.


(23)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sotong

Hasil identifikasi sotong yang dilakukan di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ancol, Jakartamenunjukkan bahwa spesies sampel hewan adalah suku Sepiidae, jenis Sepia recurvirostra (Steentrup, 1875).

4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik

Karakteristik dari tinta sotong (Sepia recurvirostra) adalah tinta berwarna hitam, memiliki bau khas, tidak berasa, viskositas 6500 poise, bobot jenis 4,9 g/ml dan pH tinta sotong konsentrasi 1 % adalah 6,9.

4.3 Hasil Pemeriksaan Golongan Senyawa Kimia

Hasil pemeriksaan golongan senyawa kimia dari sotong (Sepia recurvirostra) dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan golongan senyawa kimia dari tinta sotong Sepia recurvirostra (Steentrup,1875).

No Nama Senyawa Hasil

+ -

erpenoid +

- + +

ntrakuinon -

Keterangan : (+) = mengandung golongan senyawa (-) = tidak mengandung golongan senyawa


(24)

Pemeriksaan golongan senyawa kimia terhadap tinta sotongdilakukan untuk mendapatkan informasi golongan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di dalamnya. Pemeriksaan golongan senyawa kimia terhadap sotong (Sepia recurvirostra) hanya dilakukan pada tinta saja karena keterbatasan ekstrak.

Hasil pemeriksaan golongan senyawa kimia pada tinta sotong mengandung senyawa alkaloid, steroid/triterpenoid dan saponin. Tinta sotong yang ditambah dengan pereaksi Dragendorff memberikan endapan jingga kecoklatan, dengan pereaksi Bouchardat memberikan endapan warna kuning kecoklatan dan dengan pereaksi Mayer terbentuk endapan putih dan kekeruhan, hal ini menunjukkan sampel mengandung alkaloid. Alkaloid dianggap positif jika terjadi endapan pada paling sedikit dua atau tiga dari pereaksi yang ditambahkan (Depkes RI, 1995). Penambahan Liebermann-Burchard memberikan warna merah ungu menunjukkan adanya senyawa steroid (Harborne, 1987). Skrining saponin menghasilkan busa yang stabil dengan tinggi busa 3 cm dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2 N dan skrining glikosida menghasilkan adanya cincin ungu pada kedua batas cairan karena adanya gula.

4.4 Hasil Ekstraksi

Ekstraksi tinta sotong secara maserasi denganpelarutn-heksan dari 400 ml tinta setelah dipekatkan dengan alat rotary evaporator diperoleh ekstrak kental sebanyak 0,38 g. Penggunaan pelarut n-heksana untuk menarik senyawa kimia non polar, seperti triterpenoid dan steroid bebas.

4.5 Hasil Analisis Ekstrak Steroid/triterpen secara Kromatografi Lapis Tipis

Terhadap ekstrak n-heksana dilakukan analisis secara KLT dengan menggunakan fase diam silica gel 60 F254 dan fase gerak campurann-heksana-


(25)

etilasetat dengan perbandingan (90:10), (80:20), (70:30), (60:40) dan (50:50) dengan penampak bercak LB (Lieberman-Burchad). Harga Rf dari masing-masing fase gerak dapat dilihat pada Tabel 3.2berikut ini dan data lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 38.

Tabel 4.2Harga Rf analisis KLT ekstrak n-heksana dari tinta sotong (Sepia recurvirostra)

Fase gerak yang memberikan hasil terbaik adalah n-heksana-etilasetat dengan perbandingan (80:20) karena menghasilkan pemisahan noda yang paling baik.Pada perbandingan ini diperoleh dua noda yaitu noda berwarna merah ungudengan Rf 0,31 dan noda berwarna merah ungu dengan Rf 0,77.

4.6 Hasil Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid dengan KLT Preparatif.

Hasil kromatografi lapis tipis preparatif dari ekstrak tinta sotong (Sepia recurvirostra)terdapat 2 (a dan b) pita berwarna merah keunguan, masing-masing dikerok dan direndam selama satu malam dalam metanol kemudian disaring lalu diuapkan dan diperoleh 2 isolat selanjutnya masing-masing isolat direndam

No Perbandingan fase gerak Harga Rf arna Noda 90 : 10

80 : 20

70 : 30

60 : 40

50 : 50

0,10 0,75 0,31 0,77 0,52 0,82 0,57 0,83 0,68 0,88 Merah ungu Merah ungu Merah ungu Merah ungu Merah ungu Merah ungu Merah ungu Merah ungu Merah ungu Merah ungu


(26)

dengan metanol dingin sehingga diperoleh kristal amorf yang berwarna putih. Isolat yang terbentuk dikromatografi lapis tipis dengan fase gerak n-heksana– etilasetat (80 : 20) dan penampak bercak digunakan pereaksi LB, hasilnya masing - masing menunjukkan noda tunggal berwarna merah ungu dengan harga Rf 0,31 (a) dan Rf 0,77 (b).

4.7 Hasil Uji Kemurnian Isolat.

Hasiluji kemurnian isolat a denganKLT dua arah menggunakanfase gerak 1 n-heksana-etilasetat (80:20) dan fase gerak ke 2 benzene-etilasetat (80:20) dan penampak bercak yang digunakan pereaksi LB menghasilkan noda tunggal dengan nilai Rf 0,58. Hasiluji kemurnian isolat b denganKLT dua arah menggunakan fase gerak 1 n-heksana-etilasetat (90:10) dan fase gerak ke 2 benzene-etilasetat (95:5)juga menghasilkan noda tunggal dengan nilai Rf 0,88. Hasil ini menunjukkan bahwa senyawa steroid/triterpenoid yang diperoleh sudah murni. Jumlah isolat b yang diperoleh hanya sedikit, maka hanya isolat a saja yang dilanjutkan untuk diidentifikasi secara spektrofotometri UV dan spektrofotometri IR

4.8 Hasil Identifikasi Isolat adengan Spektofometri UV

Hasil isolasi menunjukkan absorbsi pada panjang gelombang 202,40 nm yang menunjukan adanya gugus kromofor. Spektrum ultraviolet dari senyawa isolat a dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 42.

4.9 Hasil Identifikasi Isolat adengan Spektrofotometri Infrared (IR)

Hasil spektrofotometer inframerah isolat menunjukkan pita serapan yang melebar pada bilangan gelombang 3398,57 cm-1 menunjukkan adanya gugus


(27)

-OHalkohol, pada bilangan gelombang 2912,51 cm-1menunjukkan adanya gugs C-H alifatik,bilangan gelombang 1716,65cm-1menunjukkan adanya gugus C=O.Bilangan gelombang 1558,48cm-1 menunjukkan adanya gugus C=C.Puncak

pada bilangan gelombang 1361,74 cm-1 menunjukkan adanya gugus metil (CH3)

dan pada bilangan gelombang 1462,04cm-1menunjukkan adanya gugus metilen (CH2). Gambar spektrum inframerah dari senyawa isolat dapat dilihat pada

lampiran 11 halaman 43.

Berdasarkan hasil identifikasi secara kualitatif menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard, spektrofotometri UV dan spektrofotometri IR diduga bahwa senyawa hasil isolasi merupakan golongan senyawa steroid/triterpenoid.


(28)

BABV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Karakteristik dari tinta sotong (Sepia recurvirostra) ialah tinta berwarna hitam, berbau khas, tidak berasa dengan viskositas 6500 poise, bobot jenis 4,9 g/ml dan pH tinta sotong konsentrasi 1 % adalah 6,9.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa golongan senyawa kimia yang terdapat dalam tinta sotong (Sepia recurvirostra) adalah alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin dan glikosida.

3. Hasil identifikasi isolat dengan spektrofotometri ultraviolet memberikan panjang gelombang absorbsi maksimum 202,40 nm dan hasil pengukuran spektrofotometri inframerah menunjukkan adanya gugus –OH, CH alifatis, C=O, C=C, –CH2, –CH3 dan. Isolat yang diperoleh merupakan isolat

tunggal dan termasuk golongan senyawa steroid/triterpenoid.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan elusidasi struktur terhadap senyawa steroid/triterpenoid dari tinta sotong (Sepia recurvirostra).


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Sotong 2.1.1 Habitat sotong

Habitat sotong pada umumnya pada daerah demersal dekat pantai dan zona di perairan hangat dan subtropis. Sotong hidup di dasar berbatu, berpasir dan berlumpur hingga daerah lamun, rumput laut, maupun terumbu karang. Kebanyakan spesies sotong bermigrasi musiman dalam menanggapi perubahan iklim. Jenis Sepia recurvirostra tersebar di Pasifik Barat, Laut Andaman, Laut Cina Selatan, Filipina dan selatan Laut Cina Timur. Sotong ini hidup di daerah demersal pada kedalaman 50-140 m (Jereb dan Roper 2005).

2.1.2 Sistematika sotong

Identifikasi sampel sotong dilakukan di pusat penelitian Oseanografi LIPI, dengan hasil sebagai berikut :

Filum : Mollusca Kelas : Cephalopoda Bangsa : Sepiida Suku : Sepiidae Marga : Sepia

Jenis : Sepia recurvirostra (Steentrup,1875).

2.1.3 Anatomi dan morfologi sotong

Sotong merupakan hewan moluska yang berasal dari famili Sepiidae. Tubuh sotong terbagi menjadi tiga bagian, yaitu organ mantel, kepala dan


(30)

lengan/tentakel. Organ mantel mencakup sistem sirkulasi, reproduksi, pencernaan dan ekskresi. Di dalam mantel terdapat struktur yang analog dengan tulang belakang pada vertebrata, yang disebut dengan cuttlebone. Bentuknya seperti bulu ayam, tersusun atas matriks kalsium sehingga lebih keras dibanding organ lain. Sirip terdapat di kanan-kiri mantel, pada bagian posterior tidak menyatu. Dalam kepala terletak organ mata, otak sebagai sistim saraf pusat serta struktur rahang yang mirip paruh burung beo. Mata dilindungi oleh selaput transparan, terdapat kelopak mata palsu.

Lengan dan tentakel sebenarnya tidaklah sama. Lengan pada Sepiida berjumlah 8 buah yang tersusun kiri dan kanan, tidak dapat ditarik ke dalam (unretractable) mendekati kepala. Tentakel berjumlah 2 buah, tersusun kiri dan kanan dan dapat ditarik masuk (retractable) ke dalam kantong yang terdapat di pangkalnya, tentakel terletak diantara lengan ke-3 dan ke-4. Pemanjangan organ tentakel ini dikarenakan fungsinya untuk menangkap mangsa. (Jereb & Roper, 2005). Cangkang sotong tersusun atas kalsium karbonat dan berfungsi agar sotong dapat mengapung dalam air (Mujiono, 2008).

Sotong memiliki warna yang bervariasi, tetapi biasanya sotong berwarna hitam atau coklat dan memiliki bintik-bintik pada kulitnya. Perubahan warna pada sotong mungkin saja terjadi karena pada kulit sotong terdapat tiga jenis pigmen, yaitu kromatofor, leukofor dan iridofor. Pigmen ini berfungsi sebagai alat komunikasi sesama sotong dan sebagai kamuflase agar tidak dapat ditemukan oleh predator dengan cara berubah warna atau merubah tekstur kulit mereka (Jereb dan Roper 2005). Sepia recurvirostra dewasa mencapai ukuran maksimum mantel 17 cm. Spesies ini merupakan jenis sotong ekonomis penting terutama di


(31)

Hongkong (Jereb dan Roper 2005).

Sotong memiliki kantung tinta di dalam tubuhnya. Pemberian nama Sepia untuk jenis sotong juga disebabkan oleh adanya tinta ini. Kantung tinta mengandung pigmen melanin dan lendir. Tinta sotong berwarna coklat tua yang mengandung tirosin, dopamin dan sejumlah kecil asam amino, contohnya taurin, asam aspartat, asam glutamat, alanin, dan lisin. Tinta sotong digunakan sebagai alat tulis pada zaman dahulu, namun saat ini tinta sotong juga digunakan sebagai pewarna makanan dan bumbu, misalnya dalam pembuatan pasta atau saus. Studi terbaru menunjukkan bahwa tinta Cephalopoda mengandung racun bagi beberapa sel, termasuk sel tumor (Caldwell 2005).

2.2 Kandungan Kimia 2.2.1 Alkaloida

Alkaloida merupakan golongan zat sekunder yang terbesar. Alkaloida mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloida mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol, sehingga banyak diantaranya digunakan dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987). Pereaksi yang sering digunakan dalam mendeteksi adanya alkaloida antara lain yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Bouchardat dan pereaksi Dragendroff (Fansworth, 1966).

2.2.2 Glikosida

Glikosida adalah suatu golongan senyawa bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Aglikon dapat berupa terpen, flavonoid, kumarin atau bahan alam lainnya (Heinrich et al).


(32)

Glikosida Umumnya mudah terhidrolisis oleh asam mineral atau enzim (Fansworth, 1966). Glikosida dibedakan menjadi berbagai macam berdasarkan ikatan antara glikon dan aglikonnya yaitu O-glikosida, S-glikosida, N-glikosida dan C-glikosida (Evans, 2009).

2.2.3 Steroid/Triterpenoid

Steroid adalah triterpena yang kerangka dasarnya sistem cincin

siklopentana perhidropenantren. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis masuk jalur asam mevalonat yang diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena

(Harborne, 1987).

Uji yang banyak digunakan ialah reaksi Liebermann-Burchard yang dimana steroid memberikan warna hijau biru dan triterpen memberikan warna merah atau ungu (Fansworth, 1966). Steroid pada umumnya berupa alkohol dengan gugus hidroksil pada C3 sehingga steroid sering juga disebut sterol

(Robinson, 1995). Gambar struktur dasar steroid dan triterpenoid dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Gambar 2.2.

Gambar 2.1 Struktur DasarSteroid


(33)

2.2.4 Saponin

Saponin berasal dari bahasa latin yaitu sapo (sabun). Saponin banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi tetapi lebih banyak lagi dijumpai pada hewan bawah laut terutama pada filum echinodermata, kelas holothuruidea dan asteroidea. Aglikon pada saponin disebut genin atau sapogenin. Saponin terbagi menjadi tiga kelas tergantung dari jenis aglikonnya yaitu triterpen glikosida, steroid glikosida dan steroid alkaloid glikosida (Hostettmann dan martson, 2005). Saponin merupakan senyawa berasa pahit, menusuk, menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi terhadap selaput lendir. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba (Robinson, 1995).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair (Ditjen, POM., 2000). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes, RI., 1995).

2.3.1 Metode ekstraksi

Menurut Departemen Kesehatan RI (2000), beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut yaitu:


(34)

a. Cara dingin

1. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan pada suhu kamar. Penam bahan pelarut setelah penyaringan terhadap maserat pertama dan seterusnya disebut remaserasi.

2. Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahap pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1 - 5 kali bahan.

b. Cara panas

1. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

3. Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infundasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit.


(35)

temperatur 90oC selama 30 menit.

2.4 Kromatografi

Kromatografi adalah suatu metode pemisahan berdasarkan perbedaan perpindahan dari komponen-komponen senyawa di antara dua fase yaitu fase diam (dapat berupa zat cair atau zat padat) dan fase gerak (dapat berupa gas atau zat cair). Kromatografi serapan dikenal jika fase diam berupa zat padat, jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi, karena fase gerak dapat berupa zat cair dan gas maka ada empat macam sistem kromatografi (Sastrohamidjojo, 1985) : 1. Fase gerak zat cair, fase diam padat :

- Kromatografi lapis tipis - Kromatografi penukar ion 2. Fase gerak gas, fase diam padat :

- Kromatografi gas padat

3. Fase gerak zat cair, fase diam zat cair : - Kromatografi cair kinerja tinggi 4. Fase gerak gas, fase diam zat cair :

- Kromatografi gas cair - Kromatografi kolom kapiler

2.4.1 Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis ialah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan pemisah terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah berupa larutan yang di totolkan baik berupa bercak ataupun pita. Plat atau lapisan


(36)

dimasukkan ke dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan) (Stahl, 1985). Fase gerak akan bergerak sepanjang fase diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending) atau karena pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending) (Rohman, 2007).

Pendeteksian bercak hasil pemisahan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pengamatan dengan sinar ultraviolet adalah cara sederhana yang dilakukan untuk senyawa tak berwarna. Beberapa senyawa organik bersinar atau berfluorosensi jika disinari dengan sinar ultraviolet gelombang pendek (254 nm) atau gelombang panjang (366 nm). Senyawa yang tidak dapat dideteksi menggunakan cara tersebut maka harus dicoba dengan penyemprotan pereaksi yang membuat bercak tersebut tampak yaitu pertama tanpa pemanasan, kemudian bila perlu dengan pemanasan (Rohman, 2007).

2.4.2 Kromatografi preparatif

Kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif merupakan salah satu metode pemisahan dengan menggunakan peralatan sederhana. Ketebalan penyerap yang sering dipakai adalah 0,5-2 mm. Plat kromatografi biasanya berukuran 20 x 20 cm. Pembatasan ketebalan lapisan dan ukuran plat sudah tentu mengurangi jumlah bahan yang dapat dipisahkan dengan KLT preparatif. Penyerap yang paling umum digunakan adalah silika gel. Penotolan cuplikan dilakukan dengan melarutkan cuplikan dalam sedikit pelarut. Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan jarak sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan pipet tetapi lebih baik dengan penotol otomatis. Pengembangan plat KLT preparatif dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung


(37)

beberapa plat. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan kertas saring yang diletakkan berdiri disekeliling permukaan bagian dalam bejana (Hostettmann, et al., 1995).

2.5 Spektrofotometri

2.5.1 Spektrofotometri sinar ultraviolet (UV)

Spektrum ultraviolet adalah suatu gambaran yang menyatakan hubungan antara panjang gelombang atau frekuensi sinar UV terhadap intensitas serapan (absorbansi). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm. Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet tergantung pada struktur elektronik dari molekul yang bersangkutan (Sastrohamidjojo, 1985).

Suatu atom atau molekul menyerap sinar UV maka energi tersebut akan menyebabkan tereksitasinya elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Tipe eksitasi tergantung panjang gelombang cahaya yang diserap. Gugus kromofor disebut juga gugus yang dapat mengabsorpsi cahaya (Dachriyanus, 2004). Kromofor paling umum yang ditemukan di dalam molekul obat adalah cincin benzena, Jika terdapat lebih banyak ikatan rangkap pada struktur dalam konjugasi (yaitu dua ikatan rangkap atau lebih dalam suatu seri yang dipisahkan oleh ikatan tunggal), serapan terjadi pada panjang gelombang yang lebih panjang dan dengan intensitas yang lebih besar (Watson, 2009).

2.5.2 Spektrofotometri sinar infrared(IR)

Spektrofotometri inframerah pada umumnya digunakan untuk : 1. Menentukan gugus fungsi suatu senyawa organik


(38)

daerah sidik jarinya.

Pengukuran pada spektrum infrared dilakukan pada daerah cahaya infrared tengah (mid-infrared) yaitu pada panjang gelombang 2,5–50 �m atau bilangan gelombang 4000–200 cm-1. Energi yang dihasilkan oleh radiasi ini akan

menyebabkan vibrasi atau getaran pada molekul. Pita absorpsi infrared sangat khas dan spesifik untuk setiap tipe ikatan kimia atau gugus fungsi. Jika suatu frekuensi tertentu dari radiasi inframerah dilewatkan pada sampel suatu senyawa organik maka akan terjadi penyerapan frekuensi oleh senyawa tersebut. Detektor yang ditempatkan pada sisi lain dari senyawa akan mendeteksi frekuensi yang dilewatkan pada sampel yang tidak diserap oleh senyawa. Banyaknya frekuensi yang melewati senyawa (yang tidak diserap) akan diukur sebagai persen transmitan. Persen transmitan 100 berarti tidak ada frekuensi IR yang diserap oleh senyawa. Pada kenyatannya, hal ini tidak pernah terjadi. Selalu ada sedikit dari frekuensi ini yang diserap dan memberikan suatu transmitan sebanyak 95 %. Transmitan 5 % berarti bahwa hampir seluruh frekuensi yang dilewatkan diserap oleh senyawa. Serapan yang sangat tinggi ini akan memberikan informasi penting tentang ikatan dalam senyawa ini. Spektrum IR sangat berguna untuk mengidentifikasi suatu senyawa dengan spektrum senyawa standar terutama pada daerah sidik jari. Secara praktikal, spektrum IR hanya dapat digunakan untuk menentukan gugus fungsi (Dachriyanus, 2004).


(39)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Sumberdaya perikanan Indonesia memiliki potensi yang besar dalam memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Salah satu sumber nutrisi yang berpotensi tersebut adalah dari kelas Cephalopoda yang meliputi cumi-cumi, sotong, gurita dan beberapa kerabat lainnya. Produksi Cephalopoda dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Selama periode 2003-2007 produksi Cephalopoda Indonesia yaitu 77.823-93.113 ton. Kontribusi terbesar disumbangkan kelompok cumi-cumi dengan rata-rata 70,42%, diikuti oleh sotong 23,17% dan kelompok gurita 6,41% (Syarifuddin, 2011).

Sotong merupakan kelas Cephalopoda yang banyak terdapat di perairan pesisir Eropa, Afrika, Asia dan Pasifik Selatan. Ciri khas pada sotong adalah cangkang yang terdapat di dalam tubuh yang tersusun atas kalsium karbonat (Jereb dan Roper,2005). Sotong juga merupakan makanan sejenis seafood dengan nilai gizi yang sangat tinggi. Sotong memiliki kantung tinta di dalam tubuhnya. Kantung tinta mengandung pigmen melanin dan lendir. Tinta sotong digunakan sebagai alat tulis pada zaman dahulu, namun saat ini tinta sotong juga digunakan sebagai pewarna makanan dan bumbu, misalnya dalam pembuatan pasta atau saus (Caldwell, 2005) namun di Indonesia konsumsi sotong hanya sebatas pada daging saja sedangkan kantung tinta masih dianggap sebagai limbah.

Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa-senyawa hasil biosintetik turunan dari metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh


(40)

organisme yang berguna untuk pertahanan diri dari lingkungan maupun serangan organisme lain. Salah satu metabolit sekunder ialah steroid/triterpenoid. Steroid/triterpenoid memiliki aktivitas biologi antara lain untuk peningkatan ataupun pengendalian reproduksi pada manusia contohnya estradiol, progesteron dan testosteron. Senyawa steroid/triterpenoid digunakan dalam bidang pengobatan sebagai kardiotonik, prekursor vitamin D, kontrasepsi oral dan antiinflamasi (Tyler, 1984). Steroid/triterpenoid merupakan kelompok penting dari produk alami yang memiliki profil farmakologi yang luas, diantaranya sebagai pengatur hormon, antioksidan, anti-asma, bronkodilator dan menormalkan tekanan darah (Okwu, 2010). Analisis golongan senyawa kimia terhadap daging dan tinta Sepia recurvirostra oleh Nurzakiah, 2011 menunjukakan bahwa Sepia recurvirostra mengandung senyawa kimia diantaranya steroid/triterpenoid.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan isolasi senyawa steroid/triterpenoid dari tinta sotong Sepia recurvirostra. Penelitian ini diawali dengan melakukan karakterisasi meliputi organoleptis, viskositas, bobot jenis dan pH, pemeriksaan golongan senyawa kimia, analisis secara kromatografi lapis tipis (KLT) dan KLT preparatif serta isolat senyawa yang diperoleh diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dan spektrofotometri infrared (IR).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian di atas, perumusan masalahnya sebagai berikut:

a. apakah karakteristik dari tinta sotong (Sepia recurvirostra) dapat dijadikan sebagai identitas dari tinta sotong ?


(41)

b. apakah golongan senyawa kimia yang terdapat didalam tinta sotong (Sepia recurvirostra) ?

c. apakah senyawa steroid/triterpenoid dari tinta sotong (Sepia recurvirostra) dapat diisolasi dan isolat yang diperoleh dapat diidentifikasi secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dan spektrofotometri infrared (IR) ?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

a. karakteristik dari tinta sotong (Sepia recurvirostra) dapat dijadikan sebagai identitas dari tinta sotong.

b. golongan senyawa kimia dari tinta sotong (Sepia recurvirostra) adalah alkaloid, steroid/triterpenoid, tanin, glikosida dan saponin.

c. senyawa steroid/triterpenoid dari tinta sotong (Sepia recurvirostra) dapat diisolasi dan isolat yang diperoleh dapat diidentifikasi dengan spektrofotometri ultraviolet (UV) dan spektrofotometri infrared(IR).

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. untuk mengetahui karakteristik dari tinta sotong (Sepia recurvirostra).

b. untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat didalam tinta (Sepia recurvirostra).

c. untuk mengetahui isolat yang terdapat didalam tinta sotong (Sepia recurvirostra) dan mengidentifikasi isolatnya dengan spektrofotometri UV dan spektrofotometri infrared (IR).


(42)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah informasi tentang steroid/triterpenoid dari tinta sotong (Sepia recurvirostra) dan pengembangan dalam bidang farmasi.


(43)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA STEROID/TRITERPENOID DARI TINTA SOTONG (Sepia recurvirostra)

yarat untuk memperolehgelar Sarjana bABSTRAK

Sotong merupakan kelas Cephalopoda yang banyak terdapat di perairan pesisir Eropa, Afrika, Asia dan Pasifik Selatan. Sotong merupakan makanan sejenis seafood dengan nilai gizi yang sangat tinggi, namun di Indonesia konsumsi sotong hanya sebatas pada daging saja sedangkan kantung tinta masih dianggap sebagai limbah. Golongan senyawa kimia pada daging dan tinta Sepia recurvirostra diantaranya ialah steroid/triterpenoid. Senyawa steroid/triterpenoid digunakan dalam bidang pengobatan sebagai kardiotonik, kontrasepsi oral dan antiinflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari tinta sotong meliputi organoleptis, viskositas, bobot jenis dan pH, pemeriksaan golongan senyawa kimia dan isolasi senyawa steroid/triterpenoid dari tinta sotong (Sepia recurvirostra).

Ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut n-heksana, ekstrak diuapkan dan di analisis secara kromatografi lapis tipis (KLT) dengan berbagai perbandingan pengembang, dilanjutkan isolasi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif. Terhadap isolat yang diperoleh dilakukan uji kemurnian secara kromatografi lapis tipis 2 arah, selanjutnya di identifikasi secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dan spektrofotometri infrared (IR).

Hasil karakteristik dari tinta sotong ialah berupa tinta berwarna hitam, bau khas, tidak berasa, viskositas 6500 poise, bobot jenis 4,9 g/ml dan pH tinta sotong konsentrasi 1% adalah 6,9. Hasil pemeriksaan golongan senyawa kimia diperoleh senyawa alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin dan glikosida. Hasil isolasi diperoleh 2 isolat (a dan b) dengan fase gerak 1 (n-heksana-etilasetat) (80:20) dan fase gerak ke 2 benzene-etilasetat (80:20) isolat a memliki nilai Rf 0,58 dan isolat b dengan fase gerak 1 (n-heksana-etilasetat) (90:10) dan fase gerak ke 2 benzene-etilasetat (95:5) memiliki nilai Rf 0,88. Hasil analisis isolat secara spektrofotometri UV memberikan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 202,40 nm dan secara spektrofotometri IR menunjukkan adanya gugus fungsi –OH, CH-alifatis, C=C, CH2, CH3 dan C=O. Isolat yang diperoleh termasuk

golongan senyawa steroid/triterpenoid.


(44)

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF STEROIDS / TRITERPENOID OF CUTTLEFISH INK (Sepia recurvirostra)

ABSTRACT

Cuttlefish is a cephalopodeclass commonly found in the coastal waters of Europe, Africa, Asia and the South Pacific. Cuttlefish is a type of seafood with very high nutrition, but in Indonesia cuttlefish consumption just meat alone and the ink sac is still regarded as wastes. Chemical compound of meat and ink of Sepia recurvirostra contains steroid/triterpenoid. Steroids/triterpenoids as chemical compound have been widely used in medicine as cardiotonic, oral contraseption and antiinflammatory effect. The aim of these research are characteristics of ink cuttlefish like organoleptis, viscosity, density and pH, Chemical compound analysis and isolation of steroids/triterpenoid compound.

The ink cuttlefish was extracted by maseration method using n-hexane as solvent. The n-hexane extract was fractionated by preparative methode using thin layer chromatography. The isolated was purified test using two-dimention of thin layer chromatography and identifications of pure isolat using ultraviolat spectrophotometry and infrared spectrophotometry.

Characteristics of the cuttlefish ink are the black form ink, specific scent, no taste, viscosity 6500 poise, density 4.9 g/ml and pH of ink consentration 1 % 6.9. Test results of phytochemistry screening showed content alkaloids, steroids/triterpenoids, saponins and glicoside. Results obtained insulation 2 isolates (a and b) with first mobile phase n-hexane-ethylacetate (80:20) and second mobile phase benzene-ethyl acetate (80:20), the isolation gave isolated ware Rf 0.58 from isolate a and isolate b with first mobile phase n-hexane-ethylacetate (90:10) and second mobile phase benzene-n-hexane-ethylacetate (95:5) ware Rf 0.88. The analyzations of isolate using UV spectrophotometry gave maximum absorbance in wave length 202.40 nm and IR spectrophotometry showed OH, CH-alifatis, C=C, CH2, CH3 and C=O as fungtional grups. The isolate were

identified as steroids/triterpenoid as chemical compound.


(45)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA

STEROID/TRITERPENOID DARI TINTA SOTONG

(Sepia recurvirostra)

SKRIPSI

OLEH:

DIAN PUSPITA SARI

NIM 131524032

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(46)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA

STEROID/TRITERPENOID DARI TINTA SOTONG

(Sepia recurvirostra)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DIAN PUSPITA SARI

NIM 131524032

PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(47)

PENGESAHAN SKRIPSI

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA

STEROID/TRITERPENOID DARI TINTA SOTONG

(Sepia recurvirostra)

OLEH:

DIAN PUSPITA SARI NIM 131524032

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal : 26 Januari 2016 Disetujui Oleh:

Pembimbing II

Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt. NIP. 195807101986012001 Pembimbing I

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. NIP. 195107231982032001

Panitia Penguji,

Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt. NIP.195310301980031002

Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. NIP. 195107231982032001

Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt. NIP.195109081985031002

Dra. Herawaty Ginting, M.Si, Apt. NIP. 195112231980032002 Medan, Maret 2016

Disahkan Oleh: Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pejabat Dekan


(48)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid/Triterpenoid dari Tinta Sotong (Sepia recurvirostra).

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Pejabat Dekan Fakultas Farmasi yang telah menyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas Farmasi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada almarhumah Ibu Dra. Aswita Hafni Lubis, M.Si., Apt., dan ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, motivasi dan saran selama penelitian hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan petunjuk serta saran hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Panal Sitorus, M.Si., Apt., selaku ketua penguji, Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., dan Ibu Dra. Herawaty Ginting, M.Si., Apt., selaku anggota penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada Ibu Dra. Juanita Tanuwijaya, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan kepada penulis selama masa perkuliahan, Bapak dan Ibu staf pengajar


(49)

Fakultas Farmasi USU yang telah banyak membimbing penulis selama masa perkuliahan hingga selesai.

Penulis juga mempersembahkan rasa terimakasih dan penghargaan yang tiada terhingga kepada Ayahanda Rusli dan Ibunda Suratni Sukaryadi tercinta, kakanda T. Mimi Agus Syahyadi, Novi Reandy Sasmita dan adik-adik tersayang Feby Apriliansyah Sasmita dan Reizky Ade Putra Liansyah yang selalu memberikan doa, nasehat, motivasi, semangat dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Medan, Maret 2016 Penulis,

Dian Puspita Sari NIM 131524032


(50)

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Dian Puspita Sari

Nomor Induk Mahasiswa : 131524032 Program Studi : Ekstensi Farmasi

Judul Skripsi : Isolasi dan Identifikasi Senyawa Steroid/ Triterpenoid dari Tinta Sotong (Sepia recurvirostra).

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah di ajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.

Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, 18 Maret 2016 Yang membuat pernyataan,

Dian Puspita Sari NIM 131524032


(51)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA STEROID/TRITERPENOID DARI TINTA SOTONG (Sepia recurvirostra)

yarat untuk memperolehgelar Sarjana bABSTRAK

Sotong merupakan kelas Cephalopoda yang banyak terdapat di perairan pesisir Eropa, Afrika, Asia dan Pasifik Selatan. Sotong merupakan makanan sejenis seafood dengan nilai gizi yang sangat tinggi, namun di Indonesia konsumsi sotong hanya sebatas pada daging saja sedangkan kantung tinta masih dianggap sebagai limbah. Golongan senyawa kimia pada daging dan tinta Sepia recurvirostra diantaranya ialah steroid/triterpenoid. Senyawa steroid/triterpenoid digunakan dalam bidang pengobatan sebagai kardiotonik, kontrasepsi oral dan antiinflamasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari tinta sotong meliputi organoleptis, viskositas, bobot jenis dan pH, pemeriksaan golongan senyawa kimia dan isolasi senyawa steroid/triterpenoid dari tinta sotong (Sepia recurvirostra).

Ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut n-heksana, ekstrak diuapkan dan di analisis secara kromatografi lapis tipis (KLT) dengan berbagai perbandingan pengembang, dilanjutkan isolasi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT) preparatif. Terhadap isolat yang diperoleh dilakukan uji kemurnian secara kromatografi lapis tipis 2 arah, selanjutnya di identifikasi secara spektrofotometri ultraviolet (UV) dan spektrofotometri infrared (IR).

Hasil karakteristik dari tinta sotong ialah berupa tinta berwarna hitam, bau khas, tidak berasa, viskositas 6500 poise, bobot jenis 4,9 g/ml dan pH tinta sotong konsentrasi 1% adalah 6,9. Hasil pemeriksaan golongan senyawa kimia diperoleh senyawa alkaloid, steroid/triterpenoid, saponin dan glikosida. Hasil isolasi diperoleh 2 isolat (a dan b) dengan fase gerak 1 (n-heksana-etilasetat) (80:20) dan fase gerak ke 2 benzene-etilasetat (80:20) isolat a memliki nilai Rf 0,58 dan isolat b dengan fase gerak 1 (n-heksana-etilasetat) (90:10) dan fase gerak ke 2 benzene-etilasetat (95:5) memiliki nilai Rf 0,88. Hasil analisis isolat secara spektrofotometri UV memberikan absorbansi maksimum pada panjang gelombang 202,40 nm dan secara spektrofotometri IR menunjukkan adanya gugus fungsi –OH, CH-alifatis, C=C, CH2, CH3 dan C=O. Isolat yang diperoleh termasuk

golongan senyawa steroid/triterpenoid.


(52)

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF STEROIDS / TRITERPENOID OF CUTTLEFISH INK (Sepia recurvirostra)

ABSTRACT

Cuttlefish is a cephalopodeclass commonly found in the coastal waters of Europe, Africa, Asia and the South Pacific. Cuttlefish is a type of seafood with very high nutrition, but in Indonesia cuttlefish consumption just meat alone and the ink sac is still regarded as wastes. Chemical compound of meat and ink of Sepia recurvirostra contains steroid/triterpenoid. Steroids/triterpenoids as chemical compound have been widely used in medicine as cardiotonic, oral contraseption and antiinflammatory effect. The aim of these research are characteristics of ink cuttlefish like organoleptis, viscosity, density and pH, Chemical compound analysis and isolation of steroids/triterpenoid compound.

The ink cuttlefish was extracted by maseration method using n-hexane as solvent. The n-hexane extract was fractionated by preparative methode using thin layer chromatography. The isolated was purified test using two-dimention of thin layer chromatography and identifications of pure isolat using ultraviolat spectrophotometry and infrared spectrophotometry.

Characteristics of the cuttlefish ink are the black form ink, specific scent, no taste, viscosity 6500 poise, density 4.9 g/ml and pH of ink consentration 1 % 6.9. Test results of phytochemistry screening showed content alkaloids, steroids/triterpenoids, saponins and glicoside. Results obtained insulation 2 isolates (a and b) with first mobile phase n-hexane-ethylacetate (80:20) and second mobile phase benzene-ethyl acetate (80:20), the isolation gave isolated ware Rf 0.58 from isolate a and isolate b with first mobile phase n-hexane-ethylacetate (90:10) and second mobile phase benzene-n-hexane-ethylacetate (95:5) ware Rf 0.88. The analyzations of isolate using UV spectrophotometry gave maximum absorbance in wave length 202.40 nm and IR spectrophotometry showed OH, CH-alifatis, C=C, CH2, CH3 and C=O as fungtional grups. The isolate were

identified as steroids/triterpenoid as chemical compound.


(53)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Uraian Sotong ... 5

2.1.1 Morfologi sotong ... 5

2.1.2 Habitat sotong ... 6

2.1.2 Sistematika sotong ... 6

2.1.3 Manfaat tinta sotong ... 7


(54)

2.2.1 Alkaloida ... 7

2.2.2 Glikosida ... 7

2.2.3 Steroid/triterpenoid ... 8

2.2.4 Saponin ... 9

2.3 Ekstraksi ... 9

2.3.1 Metode ekstraksi ... 9

2.4 Kromatografi ... 10

2.4.1 Kromatografi lapis tipis ... 11

2.4.2 Kromatografi preparatif ... 12

2.5 Spektrofotometri ... 13

2.5.1 Spektrofotometri sinar ultra violet (UV) ... 13

2.5.2 Spektrofotometri sinar Infrared (IR) ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 15

3.2 Alat ... 15

3.3 Bahan ... 15

3.4 Lokasi Penelitian ... 16

3.5 Prosedur Penelitian ... 16

3.5.1 Penyiapan sotong ... 16

3.5.2 Identifikasi sotong ... 16

3.5.3 Preparasisotong ... 16

3.5.4 Penentuan pH ... 16

3.5.5 Penentuan viskositas ... 17


(55)

3.5.7 Pembuatan larutan pereaksi ... 17

3.5.7.1 Larutan pereaksiasam klorida 2 N ... 17

3.5.7.2 Larutan pereaksi natrium hidroksida 2 N ... 17

3.5.7.3 Larutan pereaksi Bouchardat ... 18

3.5.7.4 Larutan pereaksi Mayer ... 18

3.5.7.5 Larutan pereaksi Dragendorff ... 18

3.5.7.6 Larutan pereaksi besi (III) klorida 1 % ... 18

3.5.7.7 Larutan pereaksi Libermann-Burchard ... 18

3.5.7.8 Larutan pereaksi Molish ... 18

3.5.7.9 Larutan pereaksi asam nitrat 0,5 N ... 18

3.5.8 Skrining golongan senyawa kimia ... 19

3.5.8.1 Pemeriksaan alkaloida ... 19

3.5.8.2 Pemeriksaan flavonoid ... 19

3.5.8.3 Pemeriksaan saponin ... 19

3.5.8.4 Pemeriksaan tanin ... 20

3.5.8.5 Pemeriksaan glikosida ... 20

3.5.8.6 Pemeriksaan antrakinon ... 20

3.5.8.7 Pemeriksaan steroid/triterpenoid ... 21

3.5.9 Pembuatan ekstrak ... 21

3.5.10 Analisa Ekstrak n-heksana secara KLT ... 21

3.5.11 Isolasi Senyawa steroid/triterpenoid secara KLT preparatif ... 22

3.5.12 Uji Kemurnian terhadap isolat ... 22


(56)

3.5.13 Identifikasi isolat ... 23

3.5.13.1 Identifikasi isolat dengan spektrofotometri UV ... 23

3.5.13.2 Identifikasi isolat dengan spektrofotometri IR 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Identifikasi Sotong ... 25

4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik ... 25

4.3 Hasil pemeriksaan Golongan Senyawa Kimia ... 25

4.4 Hasil Ekstrasi ... 26

4.5 Hasil Analisis Ekstrak Steroid/Triterpenoid secara KLT ... 26

4.6 Hasil Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid secara KLT Preparatif ... 27

4.7 Hasil Uji Kemurnian Isolat ... 28

4.8 Hasil Identifikasi Isolat a dengan Spektrofotometri UV ... 29

4.9 Hasil Identifikasi Isolat a dengan Spektrofotometri IR ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(57)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Pemeriksaan Golongan Senyawa Kimia dari Tinta Sotong Sepia recurvirostra ... 26 4.2 Hasil Analisis Ekstrak Steroid/Triterpenoid secara KLT ... 27


(58)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gambar struktur dasar steroid ... 8 2.2 Gambar struktur dasar triterpenoid ... 8


(59)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar hewan sotong segar ... 33

2. Hasil identifikasi sampel ... 34

3. Gambar kantung dan tinta sotong... 35

4. Gambarbagan prosedur preparasi dan ekstraksi tinta sotong ... 36

5. Gambar bagan kerja penelitian ... 37

6. Gambar kromatogram steroid/triterpenoid secara KLT ... 38

7. Gambar kromatogram hasil KL preparatif... 39

8. Gambarkromatogram hasil KLT dua arah isolat a ... 40

9. Gambarkromatogram hasil KLT dua arah isolat b ... 41

10. Gambarspektrum UVdari senyawa isolat a ... 42

11. Gambarspektrum IR dari senyawa isolat a ... 43

12. Gambar alat yang digunakan... 44

13. Perhitungan bobot jenis dan viskositas tinta sotong... 45


(1)

2.2.1 Alkaloida ... 7

2.2.2 Glikosida ... 7

2.2.3 Steroid/triterpenoid ... 8

2.2.4 Saponin ... 9

2.3 Ekstraksi ... 9

2.3.1 Metode ekstraksi ... 9

2.4 Kromatografi ... 10

2.4.1 Kromatografi lapis tipis ... 11

2.4.2 Kromatografi preparatif ... 12

2.5 Spektrofotometri ... 13

2.5.1 Spektrofotometri sinar ultra violet (UV) ... 13

2.5.2 Spektrofotometri sinar Infrared (IR) ... 13

BAB III METODE PENELITIAN ... 15

3.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 15

3.2 Alat ... 15

3.3 Bahan ... 15

3.4 Lokasi Penelitian ... 16

3.5 Prosedur Penelitian ... 16

3.5.1 Penyiapan sotong ... 16

3.5.2 Identifikasi sotong ... 16

3.5.3 Preparasisotong ... 16

3.5.4 Penentuan pH ... 16


(2)

3.5.7 Pembuatan larutan pereaksi ... 17

3.5.7.1 Larutan pereaksiasam klorida 2 N ... 17

3.5.7.2 Larutan pereaksi natrium hidroksida 2 N ... 17

3.5.7.3 Larutan pereaksi Bouchardat ... 18

3.5.7.4 Larutan pereaksi Mayer ... 18

3.5.7.5 Larutan pereaksi Dragendorff ... 18

3.5.7.6 Larutan pereaksi besi (III) klorida 1 % ... 18

3.5.7.7 Larutan pereaksi Libermann-Burchard ... 18

3.5.7.8 Larutan pereaksi Molish ... 18

3.5.7.9 Larutan pereaksi asam nitrat 0,5 N ... 18

3.5.8 Skrining golongan senyawa kimia ... 19

3.5.8.1 Pemeriksaan alkaloida ... 19

3.5.8.2 Pemeriksaan flavonoid ... 19

3.5.8.3 Pemeriksaan saponin ... 19

3.5.8.4 Pemeriksaan tanin ... 20

3.5.8.5 Pemeriksaan glikosida ... 20

3.5.8.6 Pemeriksaan antrakinon ... 20

3.5.8.7 Pemeriksaan steroid/triterpenoid ... 21


(3)

3.5.13 Identifikasi isolat ... 23

3.5.13.1 Identifikasi isolat dengan spektrofotometri UV ... 23

3.5.13.2 Identifikasi isolat dengan spektrofotometri IR 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1 Hasil Identifikasi Sotong ... 25

4.2 Hasil Pemeriksaan Karakteristik ... 25

4.3 Hasil pemeriksaan Golongan Senyawa Kimia ... 25

4.4 Hasil Ekstrasi ... 26

4.5 Hasil Analisis Ekstrak Steroid/Triterpenoid secara KLT ... 26

4.6 Hasil Isolasi Senyawa Steroid/Triterpenoid secara KLT Preparatif ... 27

4.7 Hasil Uji Kemurnian Isolat ... 28

4.8 Hasil Identifikasi Isolat a dengan Spektrofotometri UV ... 29

4.9 Hasil Identifikasi Isolat a dengan Spektrofotometri IR ... 29

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31


(4)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Hasil Pemeriksaan Golongan Senyawa Kimia dari Tinta Sotong Sepia recurvirostra ... 26 4.2 Hasil Analisis Ekstrak Steroid/Triterpenoid secara KLT ... 27


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gambar struktur dasar steroid ... 8 2.2 Gambar struktur dasar triterpenoid ... 8


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Gambar hewan sotong segar ... 33

2. Hasil identifikasi sampel ... 34

3. Gambar kantung dan tinta sotong... 35

4. Gambarbagan prosedur preparasi dan ekstraksi tinta sotong ... 36

5. Gambar bagan kerja penelitian ... 37

6. Gambar kromatogram steroid/triterpenoid secara KLT ... 38

7. Gambar kromatogram hasil KL preparatif... 39

8. Gambarkromatogram hasil KLT dua arah isolat a ... 40

9. Gambarkromatogram hasil KLT dua arah isolat b ... 41

10. Gambarspektrum UVdari senyawa isolat a ... 42

11. Gambarspektrum IR dari senyawa isolat a ... 43

12. Gambar alat yang digunakan... 44

13. Perhitungan bobot jenis dan viskositas tinta sotong... 45