DAMPAK HIBAH ANTAR PEMERINTAH DAERAH DAL
DAMPAK HIBAH ANTAR PEMERINTAH DAERAH DALAM EFISIENSI BIAYA
SEPTIAN ABBIYYAH GANI (110611-4434)
Makalah menggunakan model simulasi fiskal dan birokrasi sederhana untuk
menganalisis dampak hibah antar pemerintah pada efisiensi biaya pemda (Pemda). Semakin
tinggi jumlah hibah yang diterima oleh pemda menyebabkan inefisiensi dalam pemerintah
daerah tersebut. Secara teoritis prediksi ini diuji dengan melakukan analisis empiris yakni
menggunakan sebuah data panel di kota Jerman. Hasil dari analisis empiris konsisten
dengan temuan teoritis dan karenanya mendukung adanya efek insentif negatif dari hibah
antar pemda terhadap efisiensi biaya.
Masalah utama yang dihadapi di dalam literatur teoritis dan empiris dari keuangan
publik adalah bagaimana hibah mempengaruhi tingkat belanja pemda penerima hibah.
Studi ini berusaha menjelaskan flypaper effect oleh kesalahan spesifikasi dalam estimasi
ekonometrik (untuk penelitian terbaru, lihat misalnya Knight 2002), penelitian lain
menunjukkan bahwa individu-individu mendasari jenis ilusi fiskal yang mengarah pada
persepsi yang salah dari Pajak yang sebenarnya (Courant, Gramlich dan Rubinfeld 1979,
Oates 1979)
Aspek yang menarik perhatian di dalam literatur flypaper adalah apakah perubahan
yang terjadi pada pengeluaran pemerintah daerah dapat meningkatkan barang publik atau
jasa atau apakah peningkatan pengeluaran (setidaknya sampai batas tertentu) terjadi
pemborosan sumber daya (atau inefisiensi, Leibenstein 1966). Dalam peper ini
dikemukakan bahwa tingkat redistribusi pendapatan yang lebih tinggi memiliki dampak
negative pada efisiensi teknis di pemda, peningkatan jumlah hibah yang diterima oleh
pemerintah daerah memang mengarah pada pengurangan efisiensi atau terjadi peningkatan
inefisiensi dalam pemda.
Tulisan ini meneliti efek kausal dari hibah antar pemerintah pada efisiensi biaya
pemda. Untuk tujuan ini di gunakan model birokrasi sederhana Niskanen (1975) dan
memperhitungkan kemungkinan bahwa pemerintah pusat mampu memberikan hibah ke
pemda untuk menggantikan penerimaan pajak daerah yang hilang karena adanya batasan
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Mirip dengan Moesen dan van Cauwenberge
(2000) kita berasumsi bahwa pajak yang sebenarnya diperoleh dari masyarakat digunakan
untuk peningkatan barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah. Pada
kenyataannya,
ditemukan
hibah
antar
pemerintah
menyebabkan
kepala
daerah
mengesampingkan pajak dari masyarakat. Dalam paper ini menunjukkan bahwa pada
tingkat yang lebih tinggi redistribusi atau peningkatan jumlah hibah yang diterima oleh
pemerintah daerah mengarah ke peningkatan inefisiensi dalam pemerintah daerah. Analisis
empiris membuktikan keberadaan dampak positif pemerataan fiskal pada inefisiensi biaya
pemda Sejalan dengan temuan Young (1982) dan De Borger dan Kerstens (1996) paper ini
menggunakan sampel kota Jerman bahwa peningkatan jumlah hibah yang diterima oleh
pemerintah daerah memang menghasilkan peningkatan inefisiensi biaya dalam pemda. Atas
dasar efisiensi, salah satu implikasi dari hasil yang diperoleh dalam rangka mengurangi
tingkat inefisiensi, pemerintah pusat harus memberikan otonomi lebih luas kepada pemda
dalam meningkatkan pendapatan mereka sendiri, dalam kasus ini, ilusi fiskal yang berasal
dari hibah antar pemerintah akan berkurang. Dalam konteks untuk menganalisis apakah
hibah merangsang inefisiensi lebih dari hibah yang dilimpahkan, maka skema perimbangan
fiskal dapat diatur sedemikian rupa sehingga inefisiensi akan diminimalkan. Tapi hal ini
memerlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, hubungan negative antara hibah, efisiensi
pemerintah daerah dapat dikurangi dengan memasukkan insentif kinerja secara explisit
(untuk kepala daerah) kedalam formula hibah antar pemerintah (Silkman dan Young 1982).
Peneltian empiris ini menggunakan indicator yang terbatas hanya mewakili seluruh output
(dan masukan) dari sebuah kota. Perlu dilakukan pembagian tugas lebih rinci apa saja yang
dilakukan oleh pemerintah kota. Namun demikian, penelitian ini bisa dikembangkan lebih
lanjut untuk menyelidiki efek inefisiensi hibah antar pemerintah untuk wilayah tertentu dari
penyediaan barang publik (misalnya bak sampah, perpustakaan umum dan sebagainya),
karena dalam kasus ini definisi output jauh lebih mudah diukur dan lebih jelas.
SEPTIAN ABBIYYAH GANI (110611-4434)
Makalah menggunakan model simulasi fiskal dan birokrasi sederhana untuk
menganalisis dampak hibah antar pemerintah pada efisiensi biaya pemda (Pemda). Semakin
tinggi jumlah hibah yang diterima oleh pemda menyebabkan inefisiensi dalam pemerintah
daerah tersebut. Secara teoritis prediksi ini diuji dengan melakukan analisis empiris yakni
menggunakan sebuah data panel di kota Jerman. Hasil dari analisis empiris konsisten
dengan temuan teoritis dan karenanya mendukung adanya efek insentif negatif dari hibah
antar pemda terhadap efisiensi biaya.
Masalah utama yang dihadapi di dalam literatur teoritis dan empiris dari keuangan
publik adalah bagaimana hibah mempengaruhi tingkat belanja pemda penerima hibah.
Studi ini berusaha menjelaskan flypaper effect oleh kesalahan spesifikasi dalam estimasi
ekonometrik (untuk penelitian terbaru, lihat misalnya Knight 2002), penelitian lain
menunjukkan bahwa individu-individu mendasari jenis ilusi fiskal yang mengarah pada
persepsi yang salah dari Pajak yang sebenarnya (Courant, Gramlich dan Rubinfeld 1979,
Oates 1979)
Aspek yang menarik perhatian di dalam literatur flypaper adalah apakah perubahan
yang terjadi pada pengeluaran pemerintah daerah dapat meningkatkan barang publik atau
jasa atau apakah peningkatan pengeluaran (setidaknya sampai batas tertentu) terjadi
pemborosan sumber daya (atau inefisiensi, Leibenstein 1966). Dalam peper ini
dikemukakan bahwa tingkat redistribusi pendapatan yang lebih tinggi memiliki dampak
negative pada efisiensi teknis di pemda, peningkatan jumlah hibah yang diterima oleh
pemerintah daerah memang mengarah pada pengurangan efisiensi atau terjadi peningkatan
inefisiensi dalam pemda.
Tulisan ini meneliti efek kausal dari hibah antar pemerintah pada efisiensi biaya
pemda. Untuk tujuan ini di gunakan model birokrasi sederhana Niskanen (1975) dan
memperhitungkan kemungkinan bahwa pemerintah pusat mampu memberikan hibah ke
pemda untuk menggantikan penerimaan pajak daerah yang hilang karena adanya batasan
untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Mirip dengan Moesen dan van Cauwenberge
(2000) kita berasumsi bahwa pajak yang sebenarnya diperoleh dari masyarakat digunakan
untuk peningkatan barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah. Pada
kenyataannya,
ditemukan
hibah
antar
pemerintah
menyebabkan
kepala
daerah
mengesampingkan pajak dari masyarakat. Dalam paper ini menunjukkan bahwa pada
tingkat yang lebih tinggi redistribusi atau peningkatan jumlah hibah yang diterima oleh
pemerintah daerah mengarah ke peningkatan inefisiensi dalam pemerintah daerah. Analisis
empiris membuktikan keberadaan dampak positif pemerataan fiskal pada inefisiensi biaya
pemda Sejalan dengan temuan Young (1982) dan De Borger dan Kerstens (1996) paper ini
menggunakan sampel kota Jerman bahwa peningkatan jumlah hibah yang diterima oleh
pemerintah daerah memang menghasilkan peningkatan inefisiensi biaya dalam pemda. Atas
dasar efisiensi, salah satu implikasi dari hasil yang diperoleh dalam rangka mengurangi
tingkat inefisiensi, pemerintah pusat harus memberikan otonomi lebih luas kepada pemda
dalam meningkatkan pendapatan mereka sendiri, dalam kasus ini, ilusi fiskal yang berasal
dari hibah antar pemerintah akan berkurang. Dalam konteks untuk menganalisis apakah
hibah merangsang inefisiensi lebih dari hibah yang dilimpahkan, maka skema perimbangan
fiskal dapat diatur sedemikian rupa sehingga inefisiensi akan diminimalkan. Tapi hal ini
memerlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, hubungan negative antara hibah, efisiensi
pemerintah daerah dapat dikurangi dengan memasukkan insentif kinerja secara explisit
(untuk kepala daerah) kedalam formula hibah antar pemerintah (Silkman dan Young 1982).
Peneltian empiris ini menggunakan indicator yang terbatas hanya mewakili seluruh output
(dan masukan) dari sebuah kota. Perlu dilakukan pembagian tugas lebih rinci apa saja yang
dilakukan oleh pemerintah kota. Namun demikian, penelitian ini bisa dikembangkan lebih
lanjut untuk menyelidiki efek inefisiensi hibah antar pemerintah untuk wilayah tertentu dari
penyediaan barang publik (misalnya bak sampah, perpustakaan umum dan sebagainya),
karena dalam kasus ini definisi output jauh lebih mudah diukur dan lebih jelas.